DI SEKOLAH DASAR
Mustofa1, Akhwani2
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
mustofa@unusa.ac.id
akhwani@unusa.ac.id
Abstrak
Abstract
This study aims to explain how the strategy of inculcating anti-corruption values in
primary schools. This research uses a qualitative approach with a phenomenological
method. Data collection techniques using snowball sampling with key information,
namely the principal, teachers, scout coaches, extracurricular coaches and students.
The results of this study show that in instilling anti-corruption values using three
methods, namely integration through existing subjects in school, habituation in
students' daily lives and through the example given by the teacher. This holistic effort
is expected to be able to effectively instill anti-corruption values in elementary
school students
43
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
44
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
45
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
46
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
47
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
48
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
dengan siswa akan membuat nilai yang sedikit pemaksaan pada akhirnya
ditanamkan sampai pada diri siswa. menetap dan bersifat otomatis melalui
Kedekatan contoh yang diberikan pada proses yang berulang-ulang. Dengan
siswa akan mendorong siswa untuk lebih demikian, proses pembiasaan pendidikan
mudah membayangkan materi yang antikorupsi di lima sekolah dasar di
diberikan oleh guru, sehingga hal ini akan Surabaya merupakan proses
membantu pemahaman siswa. pembelajaran yang membiasakan siswa
untuk melakukan suatu hal secara
Strategi Penanaman nilai-nilai
berulang-ulang dan berkesinambungan
antikorupsi melalui Pembiasaan
agar tercipta karakter antikorupsi yang
Penanaman nilai-nilai pendidikan
relatif menetap.
antikorupsi dapat ditanamkan melalui
pembiasaan yang menjadi budaya pada Proses Pembiasaan Pendidikan
seluruh aktivitas siswa di sekolah. Antikorupsi di Sekolah
Kaitannya dengan pembiasaan Pembiasaan nilai-nilai pendidikan
pendidikan antikorupsi merupakan cara antikorupsi yang selanjutnya dilakukan
yang dilakukan sekolah untuk melalui pembiasaan dalam aktivitas di
menanamkan nilai-nilai antikorupsi sekolah. Dalam pembiasaan dalam
sebagai wujud pendidikan antikorupsi. aktivitas sekolah dilaksanakan secara
Pembiasaan nilai-nilai pendidikan holistik atau menyeluruh. Sekolah swasta
antikorupsi dilakukan secara holistik baik yang berasaskan Islam memiliki
dalam pembelajaran, sekolah, keunggulan yaitu otonom dalam
ekstrakulikuler, serta pembiasaan di membuat dan melakukan kebijakan
sekolah. Pembiasaan secara holistik yang sekolah. Sehingga sekolah bisa leluasa
dilakukan ini bertujuan untuk membentuk menerapkan strategi penananman nilai-
mental antikorupsi yang kuat dalam diri nilai antikorupsi.
siswa. Sehingga pembiasaan pendidikan Proses pembiasaan nilai-nilai
antikorupsi di merupakan praktik kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab,
mengenai cara individu untuk kemandirian, kerja keras diaplikasikan
mengembangkan kebaikan agar melalui ketaatan dalam mengikuti jadwal
memperoleh pengalaman atas perbuatan- kegiatan sekolah. Menjalankan kegiatan
perbuatan yang dilakukan sehingga sesuai dengan aturan yang telah
timbul kebermanfaatan pada diri siswa ditetapkan oleh pihak yayasan maka
yaitu mental atau karakter antikorupsi. dalam diri siswa secara tidak langsung
Pembiasaan pendidikan antikorupsi telah berproses untuk memiliki karakter
disadari oleh pihak sekolah memang jujur, disiplin, mandiri, tanggung jawab
bukan sesuatu yang mudah sehingga serta kerja keras. Nilai-nilai ini
memerlukan kerjasama antar semua dikembangkan oleh lima sekolah yang
pihak dengan sedikit pemaksaan. Hal ini diteliti. Berikut kutipan wawancara
sesuai dengan pendapat dari Edi Sudrajat dengan salah satu kepala sekolah:
(2011: 159-160) mengemukakan bahwa “kalau dalam keterlambatan anak dengan
hakikat pembiasaan merupakan proses berangkat sekolah kita juga sama orang
pembudayaan, pada awalnya terdapat tuanya dulu memberitahukan bagaimana
49
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
tata tertib sekolah yang harus dipenuhi, Bourdie bahwa habit merupakan struktur
tapi kalau tetap orang tuanya itu mental atau kognitif yang berhubungan
ngantarkan anaknya itu sek terlambat ada dengan dunia sosial seseorang dalam
hukumannya. tapi hukumannya bukan ranah kapital tertentu, kehidupan sosial
hukuman fisik ya, tapi yang mendidik tidak dapat dipahami semata-mata
sebelumnya siswa yang terlambat disuruh sebagai agregat perilaku individu
berbaris dan dinasehati kemudian disuruh (Jenkins, 2010: 106). Perilaku siswa
membaca surat Alquran”,(Chizbiyah, terbentuk dengan adanya dorongan
Kepala Sekolah). kehidupan sosial yang mendukung untuk
mewujudkan sikap yang ingin dibentuk.
Kehidupan sosial akan menciptakan
sebuah sistem yang mengikat perilaku
siswa dalam membentuk habit. Hal inilah
yang mendorong siswa untuk terbiasa
mematuhi semua kegiatan sekolah
dengan tertib
Aturan dan tata tertib membentuk
habit tertib, disiplin, mandiri, jujur serta
(Gambar 3. Siswa sedang dinasehati oleh guru tanggung jawab akan menjadi karakter
karena terlambat) dari siswa. Kaitannya dengan nilai-nilai
pendidikan antikorupsi kehidupan sosial
Kemudian pembiasaan nilai-nilai ini telah membantu membentuk nilai-
pendidikan antikorupsi lainnya seperti nilai tersebutt dalam diri siswa. Sehingga
kerja keras diwujudkan dengan dapat dikatakan untuk membentuk
memenuhi kebutuhannya sendiri selain sebuah karakter baik harus didukung
melatih kemandirian juga melatih jiwa dengan lingkungan kehidupan sosial yang
kerja keras dalam diri siswa juga dipupuk baik. Demikian juga untuk membentuk
untuk memiliki rasa keberanian dengan sikap atau karakter antikorupsi maka
mengikuti organisasi kesiswaan, dan kehidupan sosial yang di biasakan pada
ekstrakulikuler lainnya. Peneliti melihat siswa juga harus mencerminkan hal yang
strategi penanaman nilai-nilai antikorupsi sama sebagai bentuk pembelajaran secara
yang diterapkan memberikan eksplisit. Inilah yang dalam terminologi
pengalaman hidup secara langsung dalam Bourdieu disebut sebagai habitus
mengimplmentasikan nilai-nilai dibentuk oleh pengalaman dan
pendidikan antikorupsi secara implisit pengajaran yang ekspilisit (Jenkins,
dengan cara-cara yang sederhana 2010: 109).
sehingga mudah untuk diterima oleh Proses Pembiasaan Pendidikan
siswa. Pengalaman hidup inilah yang Antikorupsi melalui Ekstrakulikuler
menjadi titik awal pendidikan antikorupsi Pembiasaan penanaman nilai-nilai
melalui pembiasaan dalam kehidupan antikorupsi selanjutnya melalui kegiatan
sehari- hari. ektrakulikuler. Dari hasil wawancara
Ditinjau dari teori habitus Pierre dengan beberapa narasumber didapatkan
50
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
51
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
52
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
menyuruh siswa untuk A, guru berusaha penting, pertama nalar yang sepele atau
untuk melakukan A juga. Upaya ini mencangkup dimensi kognitif dan afektif
dilakukan untuk memberikan contoh yang terejawantahkan dalam sebuah
yang baik bagi siswa, sehingga perilaku dalam kondisi tertentu. Guru
penanaman nilai-nilai pendidikan dapat berperan sebagai transfer of
antikorupsi dapat berjalan dengan baik. knowledge dalam ranah kognitif,
Keteladanan yang diberikan oleh memberikan pengertian-pengertian
guru di sekolah dalam berbagai aspek tentang pendidikan antikorupsi, nilai-
akan menciptakan budaya baru di nilai pendidikan antikorupsi serta
lingkungan sekolah untuk mendukung pengetahuan mendasar tentang hal
terwujudnya penanaman nilai-nilai tersebut sebagai bekal pada diri siswa.
pendidikan antikorupsi. Penelitian yang Selanjutnya dengan pengetahuan
dilakukan oleh Francis, dkk. (2016: 281) yang diberikan oleh siswa itu, guru dapat
menyatakan bahwa budaya sekolah memberikan contoh sikap-sikap yang
merupakan faktor utama untuk dapat baik untuk dapat dilihat dan dicontoh oleh
menghubungkan dan menumbuhkan siswa. Hal ini sesuai dengan poin kedua
kepercayaan antara keluarga dengan dari tiga konsep Bourdie yaitu habitus
sekolah. Guru sebagai pemegang kuasa di disebabkan oleh lingkungan.
sekolah, dan memberikan contoh akan Menciptakan lingkungan yang
kejujuran, lebih memberikan pengaruh mendukung akan mudah membentuk
besar terhadap siswa dibandingkan karakter antikorupsi dalam diri siswa,
dengan teori. Keteladanan guru misal yang dilakukan oleh guru adalah
merupakan alat pendidikan untuk dengan datang tepat waktu maka secara
menciptakan tingkah laku yang sesuai tidak langsung siswa juga akan mengikuti
dengan tujuan pendidikan khususnya gurunya untuk datang tepat waktu.
pendidikan antikorupsi. Keteladanan Poin ketiga dalam konsep Boudie
yang baik akan membentuk siswa dengan tentang taksonomi praktis yang
karakter baik, sebalikkan keteladanan didalamnya akan menciptakan sebuah
yang buruk akan membentuk siswa perilaku dibawah kesadaran karena telah
dengan karakter yang buruk. menjadi habit dalam lingkungan tertentu.
Disamping itu jika dikaji Poin ketiga ini tercermin dari sikap para
menggunakan teori habitus Bourdie siswa yang memiliki rasa hormat
dengan tiga konsep hubungan antara terhadap para guru. Rasa hormat yang
habitus dan tubuh, dalam Jenkins (2010: dimiliki oleh siswa tumbuh karena
107-109) tiga makna yang dimaksud pembiasaan yang selalu dilakukan dalam
Bourdie adalah (1) nalar yang sepele atau waktu yang lama, dapat dijadikan sebagai
habitus hanya ada selama ia ada di dalam sarana untuk meneladankan hal- hal baik
kepala aktor (2) habitus disebabkan oleh sehingga siswa juga berbuat baik.
interaksi dengan lingkungan, (3) Guru yang membiasakan tepat
taksonomi praktis skema generatif waktu, disiplin, jujur serta tanggung
habitus berakar dari dalam tubuh. Maka jawab akan menjadi model yang baik bagi
keteladanan memiliki peran yang sangat siswa untuk mencontohnya. Sehingga,
53
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
54
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
55
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
56
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
57
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
58
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar
59
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019
60