Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PENANAMAN NILAI-NILAI ANTIKORUPSI

DI SEKOLAH DASAR

Mustofa1, Akhwani2
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
mustofa@unusa.ac.id
akhwani@unusa.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana strategi penanaman nilai-nilai


antikorupsi di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan snowball
sampling dengan key information yaitu kepala sekolah, guru, Pembina pramuka,
Pembina ekstrakulikuler serta siswa. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa
dalam menanamkan nilai-nilai antikorupsi menggunakan tiga cara yaitu
pengintegrasian melalui mata pelajaran yang ada di sekolah, pembiasaan pada
keseharian siswa serta melalui keteladanan yang diberikan oleh guru. Upaya yang
holistik ini diharapkan mampu secara efektif dalam menanamkan nilai-nilai
antikorupsi pada siswa sekolah dasar.

Kata kunci: Strategi, antikorupsi, sekolah dasar, nilai

Abstract

This study aims to explain how the strategy of inculcating anti-corruption values in
primary schools. This research uses a qualitative approach with a phenomenological
method. Data collection techniques using snowball sampling with key information,
namely the principal, teachers, scout coaches, extracurricular coaches and students.
The results of this study show that in instilling anti-corruption values using three
methods, namely integration through existing subjects in school, habituation in
students' daily lives and through the example given by the teacher. This holistic effort
is expected to be able to effectively instill anti-corruption values in elementary
school students

Keyword: strategy, anti-corruption, primary school, value

Pendahuluan dilakukan untuk memberantas korupsi di


Salah satu masalah kontemporer Indonesia, upaya tersebut antara lain
bangsa Indonesia adalah dengan mendirikan badan independen
berkembanganya mental korupsi hampir seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
di segala lini kehidupan. Korupsi (KPK) pada tahun 2002. KPK diberikan
merupakan penyakit sosial yang kerap wewenang untuk menyelidiki, menindak,
terjadi dan menyebabkan runtuhnya serta mencegah tindak korupsi. Namun
peradaban maju. Berbagai upaya faktanya korupsi masih menjadi wabah.

43
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

Menurt sumber KPK tahun 2019, jumlah kesederhanaan, keberanian, serta


kepala daerah yang ditangkap KPK sejak keadilan.
tahun 2004 hingga 2019 sebanyak 105. Pendidikan antikorupsi sebagai
Upaya pemberantasan korupsi wadah untuk membentuk mental atau
haruslah terprogam, holistik dan karakter antikorupsi, sejalan dengan
memiliki tolok ukur yang jelas dalam tujuan pendidikan karakter yaitu
pelaksanaanya. Kejelasan tolok ukur membentuk warga negara yang
upaya pemberantasan korupsi akan berkarakter. Kesinambungan tujuan ini
membuat progam tersebut dapat dapat dipadukan dalam proses
diteruskan pada generasi selanjutnya, pembelajaran di sekolah untuk mengatasi
karena nilainya tetap. Salah satu langkah permasalahan-permasalahan moral.
yang paling tepat dan efektif adalah Pengembangan pendidikan antikorupsi di
mencegah. Strategi untuk mencegah persekolahan bukan berarti tidak
korupsi yang paling mendasar ialah menimbulkan permasalahan baru. Sejalan
melalui jalur pendidikan sejak dini. dengan strategi pengembangan
Keterlibatan pendidikan formal dalam pendidikan karakter, pendidikan
upaya pencegahan korupsi memiliki antikorupsi disisipkan dan diintegrasikan
kedudukan strategis dan antisipatif. pada mata pelajaran. Pendidikan
Upaya pencegahan korupsi di masyarakat antikorupsi dimasukkan dalam kurikulum
terlebih dahulu dapat dilakukan dengan sekolah namun tidak dalam satu mata
mencegah berkembangnya mental pelajaran, pendidikan antikorupsi
korupsi pada anak bangsa melalui diintegrasikan dalam mata pelajaran yang
pendidikan (Nuriani Laura, dkk. 2014: ada (Harmanto, 2008). Pengembangan
94). budaya sekolah serta pembentukan
Pendidikan antikorupsi secara karakter peserta didik akan lebih mudah
umum menurut Dharma Kesuma, dkk. dilakukan mulai dari jenjang pendidikan
(2009: 59) memiliki tujuan sebagai dasar, hal ini karena penanaman karakter
berikut: (1) pembenahan informasi untuk pada siswa sekolah dasar harus dilakukan
pembentukan pengetahuan dan secara serius demi mewujudkan generasi
pemahaman mengenai berbagai bentuk muda antikorupsi.
korupsi dan aspek-aseknya, (2)
pengubahan persepsi dan sikap terhadap Nilai-Nilai Antikorupsi
korupsi, (3) pembentukan keterampilan Nilai-nilai antikorupsi menurut
dan kecakapan baru yang dibutuhkan Agus Wibowo (2013: 45) kemudian
untuk melawan korupsi. Tiga tujuan dikenal dengan istilah sembilan nilai
pendidikan antikorupsi menurut Dharma antikorupsi sebagai berikut: 1) Kejujuran,
Kesuma, dkk. (2009). Sinergi dengan 2) Kemandirian, 3) Kedisiplian, 4)
rumusan nilai-nilai pendidikan Tanggung jawab, 5) Kerja keras, 6)
antikorupsi yang dikemukan oleh Agus Sederhana, 7) Keberanian, 8) Keadilan,
Wibowo (2013: 45) meliputi kejujuran, dan 9) Kepedulian. Berikut nilai-nilai
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, antikorupsi yang menjadi prinsip-prinsip
tanggung jawab, kerja keras, dalam mencegah tindak korupsi.

44
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

1) Kejujuran pada orang lain dalam menyelesaikan


Agus Wibowo (2013: 45) berpendapat tugas. Kemudian Ika Ratna & Rita (2015:
kejujuran merupakan perilaku yang 13) memberikan pendapat bahwa
didasarkan pada upaya menjadikan kemandirian siswa dapat diartikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat sebagai kemandirian untuk dengan
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan sendirinya memiliki keinginan belajar,
pekerjaan. Nilai kejujuran di dalam dunia tanpa adanya paksanaan dari pihak luar
akademik dapat diwujudkan dengan tidak dilaksanakan dengan inisiatif dirinya.
mencontek, tidak melakukan
plagiaslisme, dan tidak memalsukan 4) Kedisiplinan
absen serta nilai. Plagialisme merupakan Kedisiplinan merupakan tindakan yang
tindakan yang tidak jujur atau penipuan menunjukkan perilaku tertib dan patuh
diperkuat dengan pendapat dari Bast & pada berbagai ketentuan dan peraturan
Linda (2008: 781) plagiarism as "non (Agus Wibowo, 2013: 45). Manfaat hidup
consensual fraudulent copying". The disiplin adalah dapat mencapai tujuan
plagiarist is misrepresenting himself as hidup dengan tepat dan efisien. Disiplin
the original author, thereby conferring juga membuat orang lain percaya
upon himself an undeserved benefit. memberikan kepercayaan terhadap diri
2) Kepedulian kita.
Sikap kepedulian menurut Agus Wibowo 5) Tanggung Jawab
(2013: 45) merupakan sikap dan tindakan Tanggung jawab merupakan ciri manusia
yang selalu ingin memberi bantuan pada yang beradab (berbudaya). Manusia
orang lain dan masyarakat yang merasa bertanggung jawab karena ia
membutuhkan. Selanjutnya Heni menyadari akibat baik atau buruk
Purwulan (2012: 60) menyatakan bahwa perbuatannya. Untuk memperoleh atau
kepedulian merupakan sebuah sikap meningkatkan kesadaran bertanggung
keterhubungan dengan manusia pada jawab perlu ditempuh melalu pendidikan,
umumnya, sebuah empati bagi setiap penyuluhan, keteladanan, dan takwa
anggota komunitas manusia. Berdasarkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
pernyataan tersebut dapat dikatakan
6) Kerja Keras
bahwa, kepedulian dapat diartikan
Kerja keras merupakan suatu upaya yang
sebagai sikap kepekaan terhadap sesama,
terus dilakukan (tidak pernah menyerah)
lingkungan dan negara.
dalam menyelesaikan pekerjaan yang
3) Kemandirian menjadi tugasnya sampai tuntas.
Kemandirian merupakan sikap penting Diperkuat dengan pendapat dari Agus
yang harus dimiliki seseorang supaya Wibowo (2013: 45) kerja keras
tidak selalu bergantung dengan orang merupakan perilaku yang menunjukkan
lain. Hal ini dipertegas oleh pendapat upaya sungguh-sungguh dalam
Agus Wibowo (2013: 45) bahwa mengatasi berbagai hambatan belajar dan
kemandirian merupakan sikap dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
perilaku yang tidak mudah tergantung sebaik-baikknya. 7) Kesederhanaan

45
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

Kesederhanaan secara umum dapat Metode Penelitian


dikatakan sebagai kesahajaan dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan
besikap, bertindak, serta berbicara. kualitatif dengan metode fenomenologi
Keserdahanaan merupakan penempatan menekankan pada subjektivitas
segala sesuatu pada tempat dan pengalaman hidup manusia, sehingga
ukurannya secara tidak berlebihan. Agus penelitian ini akan melakukan penggalian
Wibowo (2013: 46) berpendapat bahwa langsung pengalaman yang disadari
keserdehanaan merupakan sikap pelakunya dan mengambarkan makna
bersahaja, sikap dan perilaku tidak didalamnya. Sasaran yang ingin dicapai
berlebihan, tidak banyak seluk-beluknya, dalam penelitian ini adalah mendapatkan
tidak banyak pernik, lugas, apa adanya, informasi serta melihat fakta dilapangan
hemat, sesuai kebutuhan, dan rendah hati. tentang penanaman nilai-nilai antikorupsi
di Sekolah Dasar.
8) Keberanian
Lokasi dipilih berdasarkan latar belakang
Keberanian merupakan sikap hati yang
sekolah yaitu sekolah-sekolah swasta
mantap dan rasa percaya diri yang benar
yang mengembangkan pendidikan
dalam menghadapi kesulitan. Keberanian
karakter dengan spirit religiusitas dengan
dapat dikatakan sebagai suatu sifat
jumlah 5 sekolah Dasar di Surabaya.
mempertahankan dan memperjuangkan
Sekolah Dasar Sunan Ampel II, Sekolah
apa yang dianggap benar dengan
Dasar Wachid Hasyim, Sekolah Dasar
menghadapi segala bentuk bahaya,
Kiyai Amin, Sekolah Dasar Kiyai
kesulitan, kesakitan dan lain-lain dengan
Ibrahim, dan Sekolah Dasar Al-Islah.
penuh tanggung jawab. Nilai keberanian
Teknik dan Instrumen Pengumpulan
jika dikembangkan dalam penanaman
Data Wawancara Mendalam
nilai-nilai antikorupsi akan
menumbuhkan sikap berani melawan
korupsi serta berani untuk tidak berbuat Wawancara merupakan pertemuan dua
korupsi. orang atau lebih, untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab,
9) Keadilan
sehingga dapat dikonstruksikan makna
Keadilan merupakan sikap yang
dalam suatu topik tertentu. Dalam
menempatkan segala sesuatu pada
penelitian ini informan yang
ukurannya dengan tidak membeda-
diwawancarai adalah Kepala Sekolah,
bedakan serta tidak merugikan orang lain.
Guru kelas, Pembina Ektrakulikuler, serta
Menurut Agus Wibowo (2013:
siswa.
46) keadilan merupakan sikap yang
menunjukkan tindakan sama berat, tidak Observasi
berat sebelah, tidak memihak/pilih kasih, Observasi dalam penelitian ini untuk
berpihak/berpegang pada kebenaran, mendapatkan data tentang: Strategi
sepatutnya, tidak sewenang-wenang, penanaman nilai- nilai antikorupsi dalam
seimbang, netral, objektif dan pembelajaran di kelas. Observasi
proposional. difokuskan pada proses pembelajaran
yang dikelola guru dari kegiatan

46
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

pembuka, inti, dan penutup. Pembiasaan Hasil dan Pembahasan


atau progam sekolah yang Pendidikan adalah cara yang paling
mencerminkan pengintegrasian nilai- efektif untuk membangun peradaban.
nilai pendidikan antikorupsi. Pendidikan mampu merubah manusia
Keteladanan warga sekolah yang tidak beradab menjadi beradab. Merubah
menanamkan nilai-nilai pendidikan dari keterbelakangan menuju kemajuan.
antikorupsi. Pendidikan sebagai instrumen sosial,
tidak pernah merupakan proses otonom,
Dokumentasi
terpisah dari masyarakat yang
Dokumentasi merupakan pelengkapan
dilayaninya. Paling penting, ia
dari metode observasi dan wawancara,
menemukan tujuan utamanya prinsip-
agar mendapatkan data yang lebih
prinsipnya dalam tatanan sosial tertentu
kredibel. Dokumen internal yang
di mana ia memiliki fungsi dan
digunakan dalam penelitian ini adalah: 1)
berkembang. Oleh karenanya, nilai-nilai
Visi dan Misi sekolah, 2) Silabus,
pendidikan sangat penting untuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pencapaian Tujuan Pembangunan
(RPP), serta media pembelajaran yang
Manusia.
mengintegrasikan pendidikan antikorupsi
Korupsi adalah penyakit yang
didalamnya, serta dokumen-dokumen
paling mematikan. Korupsi melanggar
yang dapat dipergunakan sebagai
keadilan dan memberi beberapa orang
kelengkapan data dalam penelitian ini
keuntungan yang tidak dimiliki orang
Trianggulasi menggunakan berbagai
lain. Korupsi merusak kepercayaan
sumber-sumber data yang berbeda
antara Negara dan warga negara,
digunakan untuk mengelaborasi dan
menggagalkan pemberian layanan dan
memperkaya data dalam penelitian.
menyediakan lahan subur bagi
Menurut Sugiyono (2011: 273).
kemiskinan. Korupsi sebagai penyakit
Analisis Data
Langkah–langkah analisis data sosial- menjadi tantangan global dan
memiliki implikasi yang luas. Ia
mengadopsi dari Miles dan Huberman.
mempromosikan dan mempertahankan
seperti dibawah ini
lingkaran setan kemiskinan. Selain itu,
korupsi menjadi penghambat
implementasi nasional, regional, dan dan
kebijakan global, (Pitsoe, 2013)
Pemerintah telah membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sejak 2002, namun faktanya korupsi
masih merajalela di Indonesia. Bahkan
Pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Agus Rahardjo, yang
memastikan hampir semua kepala daerah
Gambar 1. dan pejabat di daerah masih melakukan
Komponen-komponen Analisis Data Miles &
Huberman (Sugiyono, 2011: 246).
tindak pidana korupsi (Sindo News, 28

47
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

November 2018). Berdasarkan data Proses Penanaman nilai-nilai


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antikorupsi dalam Pembelajaran PKn
jumlah kepala daerah ditangkap sejak Proses penanaman nilai-nilai
tahun 2004 hingga 2019 sebanyak 105 antikorupsi secara eksplisit ada pada
kepala daerah. Bupati merupakan kepala pembelajaran PKn dilakukan melalui
daerah yang paling banyak ditangkap pengembangan pada Renacana
oleh KPK, 63 orang. Kemudian, disusul Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta
oleh Wali Kota sebanyak 24 orang. proses penyampaian materi pelajaran
Perhatikan diagram di bawah ini. yang dilakukan guru dalam kelas.
Materi tentang antikorupsi yang
terdapat didalam kurikulum, dijadikan
sebagai batu pijakan untuk memberikan
bekal pengetahuan pada siswa.
Keberhasilan proses penyampaian materi
tentang antikorupsi dalam proses
pembelajaran ditentukan oleh
penguasaan materi dan kemampuan guru
dalam mengajar, sehingga dengan
(Gambar 2. Diagram Jumlah Kepala Daerah
kompetensi yang dimiliki oleh guru siswa
yang Ditangkap KPK)
mampu memahami apa yang
disampaikan oleh guru. Pada proses
Sebenarnya, perilaku koruptif juga
pembelajaran ada tahapan- tahapan
banyak ditemukan di segala lini
kegiatan pokok pembelajaran yang harus
kehidupan masyarakat. Perilaku
diperhatikan oleh guru seperti
indisplin, makelar, dan pungutan liar di
pendahuluan, kegiatan inti serta penutup
berbagai instansi pemerintah maupun
yang secara keseluruhan harus dikelola
swasta. Artinya Pendidikan belum
dengan baik dan sinergi dalam
mampu membangun karakter manusia
menyampaikan materi tentang
seutuhnya harus ada strategi penanaman
antikorupsi.
nilai-nilai antikorupsi yang terintegrasi
Peneliti melihat dalam proses
dalam Pendidikan.
pembelajaran guru berusaha untuk
Sekolah Dasar adalah gerbang pertama
memberikan contoh-contoh yang relevan
yang dilalui oleh siswa untuk menempa
terkait dengan materi tentang antikorupsi.
ilmu dan membangun karakter. Artinya
Guru menyadari bahwa kedekatan contoh
Sekolah Dasar memiliki peran yang
kasus dengan pengetahuan siswa memang
fundamental dalam membangun karakter
perlu mendapatkan perhatian khusus, hal
siswa. Melalui Pendidikan sekolah dasar
ini sesuai dengan pendapat dari Nucci,
kebiasaan antikorupsi dibangun dan
dkk (2014: 136) bahwa “ moral education
dibentuk. Lima Sekolah Dasar yang
acknowledges the complexity inherent in
diteliti ditemukan fakta bahwa telah ada
social and moral decision making and in
strategi sekolah dalam menanamkan
the construction of moral life”. Sehingga
nilai-nilai antikorupsi.
dengan memberikan contoh yang dekat

48
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

dengan siswa akan membuat nilai yang sedikit pemaksaan pada akhirnya
ditanamkan sampai pada diri siswa. menetap dan bersifat otomatis melalui
Kedekatan contoh yang diberikan pada proses yang berulang-ulang. Dengan
siswa akan mendorong siswa untuk lebih demikian, proses pembiasaan pendidikan
mudah membayangkan materi yang antikorupsi di lima sekolah dasar di
diberikan oleh guru, sehingga hal ini akan Surabaya merupakan proses
membantu pemahaman siswa. pembelajaran yang membiasakan siswa
untuk melakukan suatu hal secara
Strategi Penanaman nilai-nilai
berulang-ulang dan berkesinambungan
antikorupsi melalui Pembiasaan
agar tercipta karakter antikorupsi yang
Penanaman nilai-nilai pendidikan
relatif menetap.
antikorupsi dapat ditanamkan melalui
pembiasaan yang menjadi budaya pada Proses Pembiasaan Pendidikan
seluruh aktivitas siswa di sekolah. Antikorupsi di Sekolah
Kaitannya dengan pembiasaan Pembiasaan nilai-nilai pendidikan
pendidikan antikorupsi merupakan cara antikorupsi yang selanjutnya dilakukan
yang dilakukan sekolah untuk melalui pembiasaan dalam aktivitas di
menanamkan nilai-nilai antikorupsi sekolah. Dalam pembiasaan dalam
sebagai wujud pendidikan antikorupsi. aktivitas sekolah dilaksanakan secara
Pembiasaan nilai-nilai pendidikan holistik atau menyeluruh. Sekolah swasta
antikorupsi dilakukan secara holistik baik yang berasaskan Islam memiliki
dalam pembelajaran, sekolah, keunggulan yaitu otonom dalam
ekstrakulikuler, serta pembiasaan di membuat dan melakukan kebijakan
sekolah. Pembiasaan secara holistik yang sekolah. Sehingga sekolah bisa leluasa
dilakukan ini bertujuan untuk membentuk menerapkan strategi penananman nilai-
mental antikorupsi yang kuat dalam diri nilai antikorupsi.
siswa. Sehingga pembiasaan pendidikan Proses pembiasaan nilai-nilai
antikorupsi di merupakan praktik kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab,
mengenai cara individu untuk kemandirian, kerja keras diaplikasikan
mengembangkan kebaikan agar melalui ketaatan dalam mengikuti jadwal
memperoleh pengalaman atas perbuatan- kegiatan sekolah. Menjalankan kegiatan
perbuatan yang dilakukan sehingga sesuai dengan aturan yang telah
timbul kebermanfaatan pada diri siswa ditetapkan oleh pihak yayasan maka
yaitu mental atau karakter antikorupsi. dalam diri siswa secara tidak langsung
Pembiasaan pendidikan antikorupsi telah berproses untuk memiliki karakter
disadari oleh pihak sekolah memang jujur, disiplin, mandiri, tanggung jawab
bukan sesuatu yang mudah sehingga serta kerja keras. Nilai-nilai ini
memerlukan kerjasama antar semua dikembangkan oleh lima sekolah yang
pihak dengan sedikit pemaksaan. Hal ini diteliti. Berikut kutipan wawancara
sesuai dengan pendapat dari Edi Sudrajat dengan salah satu kepala sekolah:
(2011: 159-160) mengemukakan bahwa “kalau dalam keterlambatan anak dengan
hakikat pembiasaan merupakan proses berangkat sekolah kita juga sama orang
pembudayaan, pada awalnya terdapat tuanya dulu memberitahukan bagaimana

49
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

tata tertib sekolah yang harus dipenuhi, Bourdie bahwa habit merupakan struktur
tapi kalau tetap orang tuanya itu mental atau kognitif yang berhubungan
ngantarkan anaknya itu sek terlambat ada dengan dunia sosial seseorang dalam
hukumannya. tapi hukumannya bukan ranah kapital tertentu, kehidupan sosial
hukuman fisik ya, tapi yang mendidik tidak dapat dipahami semata-mata
sebelumnya siswa yang terlambat disuruh sebagai agregat perilaku individu
berbaris dan dinasehati kemudian disuruh (Jenkins, 2010: 106). Perilaku siswa
membaca surat Alquran”,(Chizbiyah, terbentuk dengan adanya dorongan
Kepala Sekolah). kehidupan sosial yang mendukung untuk
mewujudkan sikap yang ingin dibentuk.
Kehidupan sosial akan menciptakan
sebuah sistem yang mengikat perilaku
siswa dalam membentuk habit. Hal inilah
yang mendorong siswa untuk terbiasa
mematuhi semua kegiatan sekolah
dengan tertib
Aturan dan tata tertib membentuk
habit tertib, disiplin, mandiri, jujur serta
(Gambar 3. Siswa sedang dinasehati oleh guru tanggung jawab akan menjadi karakter
karena terlambat) dari siswa. Kaitannya dengan nilai-nilai
pendidikan antikorupsi kehidupan sosial
Kemudian pembiasaan nilai-nilai ini telah membantu membentuk nilai-
pendidikan antikorupsi lainnya seperti nilai tersebutt dalam diri siswa. Sehingga
kerja keras diwujudkan dengan dapat dikatakan untuk membentuk
memenuhi kebutuhannya sendiri selain sebuah karakter baik harus didukung
melatih kemandirian juga melatih jiwa dengan lingkungan kehidupan sosial yang
kerja keras dalam diri siswa juga dipupuk baik. Demikian juga untuk membentuk
untuk memiliki rasa keberanian dengan sikap atau karakter antikorupsi maka
mengikuti organisasi kesiswaan, dan kehidupan sosial yang di biasakan pada
ekstrakulikuler lainnya. Peneliti melihat siswa juga harus mencerminkan hal yang
strategi penanaman nilai-nilai antikorupsi sama sebagai bentuk pembelajaran secara
yang diterapkan memberikan eksplisit. Inilah yang dalam terminologi
pengalaman hidup secara langsung dalam Bourdieu disebut sebagai habitus
mengimplmentasikan nilai-nilai dibentuk oleh pengalaman dan
pendidikan antikorupsi secara implisit pengajaran yang ekspilisit (Jenkins,
dengan cara-cara yang sederhana 2010: 109).
sehingga mudah untuk diterima oleh Proses Pembiasaan Pendidikan
siswa. Pengalaman hidup inilah yang Antikorupsi melalui Ekstrakulikuler
menjadi titik awal pendidikan antikorupsi Pembiasaan penanaman nilai-nilai
melalui pembiasaan dalam kehidupan antikorupsi selanjutnya melalui kegiatan
sehari- hari. ektrakulikuler. Dari hasil wawancara
Ditinjau dari teori habitus Pierre dengan beberapa narasumber didapatkan

50
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

hasil bahwa ekstrakulikuler digunakan Kegiatan ekstrakulikuler dijadikan


sebagai sarana untuk membentuk sebagai tempat untuk berlatih mengelola
karakter siswa. sebuah organisasi. Penanaman nilai-nilai
1. Ekstrakurikuler Pramuka pendidikan antikorupsi seperti kejujuran
Gerakan Pramuka Indonesia adalah dibiasakan dengan kegiatan real dari
nama organisasi Pendidikan nonformal proses yang dilakukan oleh dewan
yang menyelenggarakan pendidikan kerabat dalam mengelola keuangan.
kepanduan di Indonesia. Pramuka Dewan kerabat merupakan pengurus
merupakan singkatan dari “Praja Muda Pramuka yang berasal dari para siswa
Karana” yang memiliki arti Jiwa Muda terpilih dijadikan sebagai pengurus serta
yang Suka Berkarya. pengelola organisasi. Kedisiplinan
Kepramukaan adalah proses tercermin dari jadwal kegiatan yang
pendidikan di luar lingkungan sekolah tersusun dengan rapi serta dijalankan
bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sesuai dengan aturan.
sehat, teratur, terarah, praktis yang Sementara itu tanggung jawab
dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip dibiasakan melalui kepercayaan yang
Dasar Kepramukaan dan Metode diberikan oleh pembina dalam
Kepramukaan, yang sasaran akhirnya melaksanakan kegiatan yang telah
pembentukan watak, akhlak, dan budi direncanakan. Rasa tanggung jawab yang
pekerti luhur. Kepramukaan adalah dimiliki oleh siswa merupakan ciri bahwa
sistem pendidikan kepanduan yang mereka merupakan manusia yang
disesuaikan dengan keadaan, beradab (berbudaya). Siswa sebagai
kepentingan, dan perkembangan seorang manusia memiliki rasa tanggung
masyarakat, dan bangsa Indonesia. jawab karena menyadari adanya akibat
Kegiatan Pramuka dilaksanakan baik dan buruk dari perbuatannya.
satu minggu sekali pada hari Rabu pukul Pemupukan rasa tanggung jawab melalui
15.00-17.00 WIB. Kegiatan ini bersifat kegiatan ekstrakulikuler diharapkan
ekstrakulikuler wajib bagi seluruh siswa dapat membentuk karakter-karakter
II, V dan VI, bertujuan untuk melatih antikorupsi dalam diri siswa dengan
siswa memiliki keterampilan dan menjadi pribadi yang bermoral.
kemandirian, sebagai wahana peserta Selanjutnya nilai-nilai
didik untuk berlatih berorganisasi dan kemandirian, kerja keras, kesederhanaan
kepemimpinan, memiliki sikap kerja sama dan peduli sesama juga tercermin dari
kelompok, memiliki jiwa sosial dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
peduli kepada orang lain, dan dapat para siswa. Kegiatan ekstrakulikuler
menyelesaikan permasalahan dengan dapat dikatakan sebagai wadah atau
tepat. simulasi dari kehidupan di masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut Pengalaman yang diperoleh oleh siswa
sekolah memfasilitasi dengan melalui serangkaian kegiatan
mengadakan perkemahan, baik di sekolah ekstrakulikuler akan membentuk habit
mapun di luar sekolah. yang menjadi karakter baik bagi siswa, hal
ini sesuai dengan teori habitus Bourdie

51
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

yang menyatakan bahwa habitus dibentuk dipanggil untuk bersama-sama membina.


oleh pengalaman dan pengajaran yang Guru juga telah menerapkan kedisiplinan
eksplisit (Jenkins, 2010:109). Sehingga dalam mengerjakan tugas yang diberikan,
pembiasaan memberikan pengaruh yang yaitu pengumpulkan tugas tepat waktu.
luar biasa pada perkembangan karakter Apabila ada siswa yang mengumpulkan
siswa melalui pengalaman yang diperoleh tidak tepat waktu guru akan mengurangi
secara mandiri. nilainya atau bahkan tidak diterima
bergantung pada kadar kesalahan yang
Strategi Penanaman nilai-nilai
dilakukan.
antikorupsi melalui Keteladanan
“Saat ini yang sudah berjalan lancar
Salah satu aspek penting dalam
yaitu cara siswa berseragam, dalam
penanaman nilai-nilai antikorupsi di
berseragam dan kelengkapan atribut
sekolah baik melalui pembelajaran
lainnya tidak ada yang melanggar, kita
maupun pembiasaan adalah aspek
sangat jarang menemukan pelanggaran.
keteladanan. Keteladanan merupakan
Tapi untul kedisiplinan yang lain kami
perilaku atau sikap guru, tenaga
masih butuh bekerja keras untuk
kependidikan dan peserta didik dalam
mewujudkan”. (Kepala Sekolah, SD Al-
memberikan contoh melalui tindakan-
Islah).
tindakan yang baik sehingga diharapkan
Kepala sekolah juga memastikan
menjadi panutan bagi peserta didik lain.
semua guru mengajar sesuai dengan jam
Wujud keteladanan yang diberikan oleh
yang telah ditentukan tidak terlambat dan
guru serta warga sekolah.
tidak keluar sebelum waktunya.
Keteladanan di SD Al-Islah Kepala
Pelanggaran-pelanggaran seperti itu
Sekolah akan menegur guru yang
kadang-kadang ditemukan dan Kepala
terlambat datang melampaui pukul 06.20.
Sekolah tidak segan menegur guru yang
Guru yang terlambat akan dipanggil oleh
melanggar.
Kepala Sekolah, selain itu biasanya akan
diberi teguran secara tertulis. Artinya Lebih lanjut, guru memberikan
contoh untuk selalu bersikap ramah,
penerapan kedisiplinan tidak hanya
datang tepat waktu, bersikap adil ketika
terbatas pada siswa tetapi dimulai dari
ada siswa yang ketahuan mencontek atau
guru sebagai figur yang akan diteladani.
melakukan kesalahan agar memberikan
Menurut salah satu guru Al-Islah
pembelajaran pada seluruh siswa bahwa
“Siapapun yang terlambat akan diberi
membiasakan karakter baik itu penting,
sanksi tidak terkecuali guru. Kecuali guru
salah satu caranya dengan melihat contoh
berhalangan dan meminta izin terlebih
yang diberikan oleh guru. Hal tersebut
dahulu. Jika guru yang terlambat maka
dibiasakan pada proses pembelajaran
Kepala Sekolah yang akan memberi
agar antara guru dan siswa memiliki
sanksi secara langsung. Biasanya pertama
tanggung jawab serta kedisiplinan yang
teguran secara tertulis”.
sama, sehingga siswa bisa mencontoh
Siswa yang terlambat akan dijatuhi
sikap guru. Kaitannya dengan kegiatan-
sanksi menghafal surat-surat pendek
kegiatan rutin siswa di asrama maupun
Alquran. Jika ada siswa yang sering
ekstrakulikuler, seluruh elemen ketika
terlambat maka orang tuanya akan

52
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

menyuruh siswa untuk A, guru berusaha penting, pertama nalar yang sepele atau
untuk melakukan A juga. Upaya ini mencangkup dimensi kognitif dan afektif
dilakukan untuk memberikan contoh yang terejawantahkan dalam sebuah
yang baik bagi siswa, sehingga perilaku dalam kondisi tertentu. Guru
penanaman nilai-nilai pendidikan dapat berperan sebagai transfer of
antikorupsi dapat berjalan dengan baik. knowledge dalam ranah kognitif,
Keteladanan yang diberikan oleh memberikan pengertian-pengertian
guru di sekolah dalam berbagai aspek tentang pendidikan antikorupsi, nilai-
akan menciptakan budaya baru di nilai pendidikan antikorupsi serta
lingkungan sekolah untuk mendukung pengetahuan mendasar tentang hal
terwujudnya penanaman nilai-nilai tersebut sebagai bekal pada diri siswa.
pendidikan antikorupsi. Penelitian yang Selanjutnya dengan pengetahuan
dilakukan oleh Francis, dkk. (2016: 281) yang diberikan oleh siswa itu, guru dapat
menyatakan bahwa budaya sekolah memberikan contoh sikap-sikap yang
merupakan faktor utama untuk dapat baik untuk dapat dilihat dan dicontoh oleh
menghubungkan dan menumbuhkan siswa. Hal ini sesuai dengan poin kedua
kepercayaan antara keluarga dengan dari tiga konsep Bourdie yaitu habitus
sekolah. Guru sebagai pemegang kuasa di disebabkan oleh lingkungan.
sekolah, dan memberikan contoh akan Menciptakan lingkungan yang
kejujuran, lebih memberikan pengaruh mendukung akan mudah membentuk
besar terhadap siswa dibandingkan karakter antikorupsi dalam diri siswa,
dengan teori. Keteladanan guru misal yang dilakukan oleh guru adalah
merupakan alat pendidikan untuk dengan datang tepat waktu maka secara
menciptakan tingkah laku yang sesuai tidak langsung siswa juga akan mengikuti
dengan tujuan pendidikan khususnya gurunya untuk datang tepat waktu.
pendidikan antikorupsi. Keteladanan Poin ketiga dalam konsep Boudie
yang baik akan membentuk siswa dengan tentang taksonomi praktis yang
karakter baik, sebalikkan keteladanan didalamnya akan menciptakan sebuah
yang buruk akan membentuk siswa perilaku dibawah kesadaran karena telah
dengan karakter yang buruk. menjadi habit dalam lingkungan tertentu.
Disamping itu jika dikaji Poin ketiga ini tercermin dari sikap para
menggunakan teori habitus Bourdie siswa yang memiliki rasa hormat
dengan tiga konsep hubungan antara terhadap para guru. Rasa hormat yang
habitus dan tubuh, dalam Jenkins (2010: dimiliki oleh siswa tumbuh karena
107-109) tiga makna yang dimaksud pembiasaan yang selalu dilakukan dalam
Bourdie adalah (1) nalar yang sepele atau waktu yang lama, dapat dijadikan sebagai
habitus hanya ada selama ia ada di dalam sarana untuk meneladankan hal- hal baik
kepala aktor (2) habitus disebabkan oleh sehingga siswa juga berbuat baik.
interaksi dengan lingkungan, (3) Guru yang membiasakan tepat
taksonomi praktis skema generatif waktu, disiplin, jujur serta tanggung
habitus berakar dari dalam tubuh. Maka jawab akan menjadi model yang baik bagi
keteladanan memiliki peran yang sangat siswa untuk mencontohnya. Sehingga,

53
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

keteladan menjadi faktor penting dalam Pendidikan antikorupsi secara


mewujudkan habit penanaman nilai-nilai eksplisit belum menjadi sebuah gerakan
pendidikan antikorupsi dalam diri siswa. atau tindakan yang jelas mencantumkan
Habit yang berlangsung dalam waktu “label” pendidikan antikorupsi, akan
lama serta menjadi karakter akan tetapi apa yang dilakukan telah
mencetak generasi penerus bangsa mencerminkan usaha untuk
berkarakter serta generasi antikorupsi. mengembangkan mental antikorupsi.
Setiap proses pasti memiliki Usaha ini dapat dikatakan sebagai
hambatan tersendiri, hal ini juga berlaku “embrio” adanya gerakan untuk
pada proses memberikan keteladanan membantu bangsa Indonesia mencetak
terhadap nilai-nilai pendidikan generasi penerus bangsa dengan mental
antikorupsi. Proses pemberian antikorupsi.
keteladanan melalui guru, karena guru Hambatan Penanaman nilai-nilai
juga merupakan manusia biasa pasti Antikorupsi dalam Pembelajaran
melakukan kesalahan. Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dalam proses pembiasaan serta Korupsi sebagai sebuah
peneladanan nilai-nilai pendidikan pelanggaran hukum tidak dapat
antikorupsi dapat dikatakan guru diberantas hanya melalui lembaga negara
memiliki peranan yang sangat penting. seperti KPK saja. Akan tetapi, diperlukan
Guru dapat menjadi faktor yang proses pemberantasan korupsi yang
mempercepat juga dapat menjadi faktor komprehensif dan terintegritas. Proses
penghambat jika tidak memiliki pemberantasan korupsi yang terintegritas
keteladanan yang baik. harus lebih menekankan pada tahap
Sekolah yang konsen terhadap pencegahan dan didukung oleh banyak
pembentukan karakter siswa tentu akan pilar bangsa seperti pendapat dari
sangat serius memiliki harapan terkait Dharma Kesuma, dkk. (2009: 57) yang
dengan pembiasaan penddikan menyatakan bahwa sistem yang
antikorupsi di sekolah. Harapan tersebut terintegritas dapat berdiri tegak dengan
lebih pada pengembangan kesadaran ditopang oleh banyak pilar bangsa seperti
semua pihak bahwa pembiasaan terkait eksekutif, yudikatif, media, ombusman,
dengan pendidikan antikorupsi auditor umum, sektor swasta, watcdog,
merupakan tugas dan tanggung jawab dan lain-lain.
semua elemen, tidak hanya guru, kepala Pendidikan antikorupsi merupakan
sekolah, atau pengurus asrama. Akan usaha sadar untuk melakukan upaya
tetapi keluarga, masyarakat serta pencegahan tindakan korupsi dengan
pemerintah memiliki peranan yang membentuk mental antikorupsi, sebagai
penting dalam proses pemberian bagian dari pendidikan karakter, serta
keteladanan. Untuk itu kedepannya sebagai bentuk melakukan koreksi
diharapkan adanya kerjasama yang lebih budaya korupsi. Hal ini dipertegas dengan
komprehensif antar semua pihak dalam pendapat Dharma Kesuma (2009: 59)
membiasakan nilai-nilai pendidikan yang menyatakan pada dasarnya
antikorupsi dalam keseharian. pendidikan antikorupsi merupakan

54
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

pendidikan dalam rangka melakukan siswa memiliki pemahaman yang berbeda


koreksi budaya, tidak cukup jika hanya dengan sumber yang berbeda. Dari
menyelenggarakan konservasi dan kelima sekolah yang diteliti terdaapat
inovasi budaya, meski tidak secara perbedaan kompetensi guru. Ada
eksplisit menuliskan tentang pendidikan beberapa guru yang kurang mempunya
antikorupsi dalam visi dan misi sekolah kompetensi dalam menyampaikan materi
namun secara implisit telah korupsi. Salah satu contoh, pembelajaran
mengintegrasikan pendidikan antikorupsi masih bersifat tekstual tidak kontekstual.
dalam semua aspek yang ada di sekolah. Padahal pembelajarn tentang korupsi
Aspek ini meliputi pembelajaran, harus kontekstual agar menyentuh pada
ekstrakurikuler, pembiasaan serta realitas yang sesungguhnya.
keteladanan, sehingga penanaman nilai- Strategi penanaman nilai-nilai
nilai antikorupsi dapat dikatakan sebagai antikorupsi melalui pembelajaran
awal dari usaha sadar untuk mencetak Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan
generasi penerus yang memiliki mental dengan mengenalkan materi serta nilai-
antikorupsi. nilai pendidikan antikorupsi dalam proses
Penanaman nilai-nilai antikorupsi pembelajaran. Strategi penanaman nilai-
dalam pembelajaran secara eksplisit nilai antikorupsi melalui pembiasaan
terdapat pada mata pelajaran sehingga dilakukan melalui pembiasaan pada
dalam materi pelajaran Pendidikan budaya sekolah, serta pembiasaan pada
Kewarganegaraan (PKn) pada kegiatan ekstrakulikuler. Strategi
Kompetensi Dasar (KD) 3.4 yaitu penanaman nilai-nilai antikorupsi melalui
mengidentifikasi kasus kasus korupsi dan keteladanan dengan cara menjadikan
upaya pemberantasan korupsi di guru sebagai role model dalam
Indonesia. Hal ini, menegaskan bahwa menghabituasikan nilai-nilai pendidikan
pendidikan antikorupsi secara eksplisit antikorupsi, sehingga siswa dapat melihat
dimulai dari pembelajaran PKn. contoh secara langsung.pada
Dari hasil penelitian terdapat pemeblajaran PKn. Hambatan yang
beberapa kendala yang dihadapi dalam dihadapi diantaranya ialah
menanamkan pendidikan antikorupsi a) Kurikulum
Simpulan Keterbatasan kurikulum ini merupakan
Perbedaan kompetensi guru hambatan tersendiri bagi guru untuk
merupakan tantangan tersendiri dalam memberikan pemahaman yang luas
proses penanaman nilai-nilai antikorupsi tentang korupsi. Hal ini berkaitan dengan
dalam pembelajaran PKn. Setiap guru tuntutan untuk menyelesaikan semua
memiliki cara penyampaian serta materi yang ada dikurikulum dengan
pengetahuan yang berbeda, akan tetapi keterbatasan ruang dan waktu yang
tujuan dari pembelajaran yang hendak diberikan oleh kurikulum, sehingga guru
dicapai harus sama. Perbedaan belum bisa menyampaikan materi tentang
kompetensi guru dikhawatirkan korupsi khususnya secara komprehensif
menimbulkan perbedaan tujuan dari dan maksimal.
pembelajaran yang dicapai, sehingga

55
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

b) Bahasa dalam materi pelajaran kontekstual agar menyentuh pada realitas


Dari hasil wawancara, observasi, serta yang sesungguhnya.
melihat data dokumen dapat diketahui
bahwa bahasa yang ada dalam pelajaran Simpulan
PKn merupakan bahasa “tingkat tinggi” Strategi penanaman nilai-nilai
yang artinya secara bahasa hal-hal antikorupsi melalui pembelajaran
tersebut harusnya diberikan kepada Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan
tingkat pendidikan sekelas mahasiswa, dengan mengenalkan materi serta nilai-
belum bisa diberikan untuk siswa SD. nilai pendidikan antikorupsi dalam proses
pembelajaran. Strategi penanaman nilai-
c) Buku Pelajaran
nilai antikorupsi melalui pembiasaan
Buku palajaran PKn yang digunakan
dilakukan melalui pembiasaan pada
terus berkembang dan sering berganti-
budaya sekolah, serta pembiasaan pada
ganti objek kajian pada materi yang sama.
kegiatan ekstrakulikuler. Strategi
Hal ini menyulitkan guru untuk dapat
penanaman nilai-nilai antikorupsi melalui
memberikan generalisasi pemahaman
keteladanan dengan cara menjadikan
pada siswa, disamping itu bahasa yang
guru sebagai role model dalam
digunakan dalam buku teks juga masih
menghabituasikan nilai-nilai pendidikan
belum sesuai jika digunakan untuk
antikorupsi, sehingga siswa dapat melihat
mengajar
contoh secara langsung.
siswa SD.
d) Kompetensi guru Daftar Pustaka
Perbedaan kompetensi guru merupakan Adugna, G.B. (2012). Corruption and
tantangan tersendiri dalam proses human right: exploration the
penanaman nilai-nilai antikorupsi dalam relationships. Journal of Human
pembelajaran PKn. Setiap guru memiliki Rights & Human Welfare. Vol. 2,
No. 70, 2-43.
cara penyampaian serta pengetahuan
Agus Wibowo. (2012). Pendidikan
yang berbeda, akan tetapi tujuan dari karakter: strategi membangun
pembelajaran yang hendak dicapai harus karakter bangsa berperadaban.
sama. Perbedaan kompetensi guru Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dikhawatirkan menimbulkan perbedaan Agus Wibowo. (2013). Pendidikan
tujuan dari pembelajaran yang dicapai, antikorupsi di sekolah: strategi
sehingga siswa memiliki pemahaman internalisasi pendidikan
antikorupsi di sekolah. Yogyakarta:
yang berbeda dengan sumber yang
Pustaka Pelajar.
berbeda. Dari kelima sekolah yang diteliti Al-Edwan, Z.S. (2016). The security
terdaapat perbedaan kompetensi guru. education concepts in the textbooks
Ada beberapa guru yang kurang of the national and civic education
mempunya kompetensi dalam of the primary stage in jordan-an
menyampaikan materi korupsi. Salah satu analitical study. Journal of
contoh, pembelajaran masih bersifat International Education Studies,
Vol. 9, No. 9.
tekstual tidak kontekstual. Padahal Aris Arif Mundayat. (2011). Korupsi
pembelajarn tentang korupsi harus menggagalkan kemerdekaan.

56
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

Jurnal sentra informasi dan data Edi Sudrajat. (2011). “Pengaruh


untuk korupsi. Vol. 7, No. 2. pembelajaran pendidikan
Bambang Waloyo. (2014). Optimalisasi kewarganegaraan dan habituasi
pemberantasan korupsi di terhadap kesadaran lingkungan
indonesia. Journal Yuridis peserta didik SMP”. Tesis tidak
Vol. 1, No. 2, 169-182. diterbitkan, Universitas Pendidikan
Bast, C.,M., & Linda, B.,S. (2008). Indonesia, Yogyakarta.
Plagiarism and legal scholarship in Efron, S.E. (2008). Moral education
the age of information sharing: the between hope and hopelessness: the
need for intellectual honesty. legancy of janusz korczak. Journal
Journal of Catholic University Law of Ontario Institute for Studies in
Review, Vol. 57, No. 3, 780-815. Education of the Universitas
Carpenter, D. (2015). School culture and Curriculum Inquiry, Vol 1, No. 38,
leadership of professional learning 39-62.
communities. Eka Sutrisna Hidayati. (2013).
Journal of Educational Management, “Implementasi pendidikan
Vol. 29 No. 5, 682-694. antikorupsi dalam pembelajaran
Cipto Aji Apriliandoko. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan di
“Pengembangan media puzzle box SMP se-kabupaten Sleman”.
untuk pendidikan antikorupsi di Skripsi tidak diterbitkan,
kelas IV sdn kotagede 5 Universitas Negeri Yogyakarta,
yogyakarta”. Skripsi tidak Yogyakarta.
diterbitkan, Universitas Negeri Etin Solihatin. (2012). Strategi
Yogyakarta, Yogyakarta. pembelajaran PKn. Jakarta: Bumi
Departemen Pendidikan Nasional. Aksara.
(2007). Pedoman pembelajaran Fancis, G.L., Blue-Banning, M., Hill, C.,
bidang pengembangan pembiasaan et al. (2016). Culture in inclusive
di taman kanak-kanak. Jakarta: schools: parental perspectives on
Direktorat Pembinaan Taman trusting family professional
Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. partnerships. Journal Education
Departemen Pendidikan Nasional. and Training in Autisme and
(2008). Strategi pembelajaran dan Developmental Disabilities Vol.
pemilihannya. Jakarta: Direktorat 53, No. 3, 281-293.
Jendral Peningkatan Mutu Fulan Puspita. (2015). Pembentukan
Pendidikan dan Tenaga karakter berbasis pembiasaan dan
Kependidikan. keteladanan (studi atas peserta
Dharma Kesuma, Cecep Darmawan, & didik Madrasah Tsanawiyah
Johar Permana. (2009). Korupsi Negeri Yogyakarta 1). Tesis
dan pendidikan antikorupsi. magister, tidak diterbitkan,
Bandung: Pustaka Aulia Press. Universitas Islam Sunan Kalijaga,
Dong, A. (2007). Not as easy as it Yogyakarta.
sounds? Delivering the national Gong & Shiru,W. (2013). Indicators and
integrity system approach ini implications of zero tolerance of
practice-the case study of the corruption: the case of hongkong.
national anti-corruption programe Journal of Departemen of Public
in lithuania. Journal of Public and Sosial Administration, city
Administration Quarterly, Vol. 30, university of hongkong,Vol. 112,
No. 3/4, 273-313. No. 3, 569-586.

57
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

Grodeland, A.B. (2013). Public diterbitkan, Institut Agama Islam


perception of corruption and anti- Tulungagung, Tulungagung.
corruption reform in the western
balkans. Journal of the Slavonic Ika Ratna P & Rita P. (2015). Kontribusi
and East European, Vol. 91, No. 3, kemampuan awal, minat,
535-598. kemandirian mahasiswa terhadap
Harmanto. (2008). Mencari model hasil belajar kuliah persamaan
pendidikan antikorupsi bagi siswa deferensial. Makalah disampaikan
SMP dan MTs. Makalah dalam seminar nasional pendidikan
disampaikan dalam simposium matematika di Universitas
nasional pendidikan, di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Negeri Surabaya. Jenkins, R. (2010). Membaca pikiran
Harmanto. (2012). Pendidikan pierre bourdie. (Terjemahan
antikorupsi dalam pembelajaran Nurhadi). London: Roultedge.
PKn sebagai penguatan karakter (Buku asli diterbitkan tahun 1992).
bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008).
Pembelajaran Vol. 19, No. 2. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Harmanto. (2013). “Penanaman nilai- Pendidikan Nasional.
nilai antikorupsi dalam Kementerian Pendidikan. (2006).
pembelajaran PKn sebagai Lampiran peraturan menteri
penguat karakter bangsa (studi pendidikan nasional nomor 22
evaluasi dan pengembangan tahun 2006 tanggal 23 mei 2006
perangkat pembelajaran bermodel standar isi. Jakarta: Kementerian
pakem di smp)”. Disertasi tidak Pendidikan Republik Indonesia.
diterbitkan, Universitas Pendidikan Kementerian Pendidikan. (2006).
Indonesia, Bandung. Peraturan Menteri Pendidikan RI
Harrison, E. (2007). Corruption. Journal Nomor 22 Tahun 2006, tentang
of Development in Practice, Vol. sandar Isi. Jakarta: Kementerian
17, No.4-5, 672- 678. Pendidikan Republik Indonesia.
Heni Purwulan. (2012). Kepedulian Kementrian Agama Republik Indonesia.
sosial dalam pengembangan (2013). Panduan penyelenggaraan
interpersonal pendidik. pendidikan antikorupsi di
Jurnal Ilmiah Pendidikan. ISSN: 2354- madrasah. Jakarta: Kementerian
5968. Agama RI Direktorat Jendral
Hisyam, D.I.N.A. (2012). A Pendidikan Islam.
comprehensive approach in Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
developing akhlaq: a case study on (2011). Pendidikan anti-korupsi
the implementation of character untuk perguruan tinggi. Jakarta:
education at pondok pesantren Kementerian Pendidikan dan
darunnajah. Journal of Kebudayaan Republik Indonesia
Multicultural Education and Direktorat Jendral Pendidikan
Tecnology, Vol. 6, No. 2, 77-86. Tinggi.
Ifa Istinganah. (2015). “Pengaruh Kerr, D. (1999). Citizenship Education in
keteladanan guru aqidah akhlak The Curriculum: An International
dan keteladanan orang tua Review. The School Field, V0l. 16,
terhadap nilai-nilai akhlakul No. 18.
karimah siswa di MTsn se- Komisi Pemberantasan Korupsi. (2006).
kabupaten Blitar”. Tesis tidak Memahami untuk membasmi: buku

58
Mustofa, Akhwani - Strategi Penanaman Nilai-Nilai Antikorupsi di Sekolah Dasar

saku untuk memahami tindak 102.


pidana korupsi. Jakarta: Komisi Peterson, A. (2011). Republican
Pemberantasan Korupsi. cosmoolitanism: democratising the
Lee, S.,H. (2010). Empirical studies on global dimensions of citizenship
international and east asian anti- education. Journal of Oxford
corruption situations: focusing on Review of Education Vol. 37, No. 3,
the relationship among 421-435.
globalitazition. Journal of East Print, M., & Lange, D. (2013). Civic
Asian Affairs, Vol. 24, No. 2, 83- education and competences for
115. enganging citizens in democracies.
Lee, S.Y. (2015). Civic education as a Rotterdam: Sense Publishers.
means of talent dissemination for Rahmi Adelia. (2014). Pembiasaan
gifted students. (conditioned) yang menyebabkan
Journal of Education Research Intitute, orang jatuh dan bangkit dalam
Seoul National University Vol. 16, menjalani hidup di dunia dan
No. 2, 307-316. akhirat. Artikel. Diambil pada
Lukman Hakim. (2012). Model integrasi tanggal 8 Januari 2017, dari
pendidikan antikorupsi dalam http://blognyarahmiadelina.blogsp
kurikulum pendidikan islam. Jurnal ot.co.id/2014/06/teori-pembiasaan-
Pendidikan Agama Islam-ta’lim dalam- kaitannya-dengan.html.
Vol. 10, No. 2.
Manion, M. (2004). Lesson for mainland Rawls, J. (1999). A theory of justice.
china from anti-corruption reform Cambridge: Harvad University
in Hongkong. Press.
Journal of China Review, Vol.4, No.2, Rickwood, G. (2013). School culture
81-97. physical activity: a systematic
Murithi, G.G. (2015). Impact of review. Journal of Educational
attitudinal adaptation on academic Administration and Policy. Vol. 2,
achievement among students: a No. 1, 1-24.
comparatibe study of boys and girls Ritzer, G., & Goodman, D.J. (2012).
ini boarding secondary schools in Teori sosiologi: dari teori sosiologi
meru county, kenya. Journal of klasik sampai perkembangan
Education and Practice, Vol 6, No. mutakhir teori sosial postmodern.
23, 36-42. (Terjemahan Nurhadi). New York:
Nilan, P. (2012). The spirit of education McGraw-Hill. (Buku asli
in indonesian pesantren. Journal of diterbitkan tahun 2004).
sosiology of education, Vol 30, No. Rodi Wahyudi. (2016). Hubungan
2, 219-232. perilaku korupsi dengan ketaatan
Nucci, L., Narvaez, D., & Krettenauer, T. beragama. Jurnal Integritas
(2014). Handbook of moral and Antikorupsi, Vol. 2, No.1, 191-214.
character education. Rosida Tiurma M. (2012). Pendidikan
New York: Routledge. antikorupsi sebagai satuan
Nuriani Laura, Haris, M., & Samsi, H. pembelajaran berkarakter dan
(2014). Implementasi pendidikan humanistik. Jurnal Sosioteknologi,
antikorupsi melalui warung Vol. 27, No. 11, 232-244.
kejujuran di smp keluar kudus.
Jurnal Teknologi Pendidikan dan
Pembelajaran Vol. 2, No. 1, 93- Rumyantseva, N., L. (2005). Taxonomy
of corruption in higher education.

59
Education and Human Development Journal Volume 4. Nomor 2. September 2019

Journal of Education Vol. 80, No.


1, 81-92.
Sugiyono. (2011). Metode penelitian
kuantitatif kualitatif dan r&d.
Bandung: Alfabeta. Syaiful Bahri
Djamaharah & Aswan Zain.
(2006). Strategi belajar mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Tan, S. (2011). Islamic education and
indoctrination: the case in
Indonesian. New York: Routledge.
Transparancy International. (2015).
Corruption perseptions index 2015.
Diambil pada 04 Januari 2017, dari
http://www.transparency.org/cpi20
15?gclid=Cj0KEQiAtK3DBRCBx
t-
Yxduq5p4BEiQAbFiaPdCJLTznihdza
eupU6zQieo02Hm-
0BQ5KIDnGyefu60aAg4g8P8HAQ.

Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun


2001, tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang RI Nomor 31, Tahun
1999, tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Seketariat Negra Republik Indonesia.
Wina Sanjaya. (2013). Strategi
pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Yayat Supriyatna. (2011). Pengaruh
pembelajaran PKn melalui projec
citizen terhadap pengembangan
nilai-nilai antikorupsi: penelitian
quasi eksperimental di kelas vii
SMP Negeri 3 Majalengka. Tesis
magister, tidak diterbitkan,
Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Zhu, C., Devos, G., & Tondeur J. (2014).
Examining school culture in
flemish and chinese primary
schools. Jounal of Managemeny
Andinistration and Leadership Vol.
42, No. 4, 557-575.

60

Anda mungkin juga menyukai