Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TUGAS AKHIR

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

DISUSUN OLEH :

Agil Maharani (1920002)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2019-2020
MATERI 1
“KONSEP DASAR K3”

Keslamatan kerja adalah usaha dalam melakukan pekerjaan tanpa kecelakaan,a Memberikan
suasana atau lingkungan kerja yang aman, Dicapai hasil yang menguntungkan dan bebas dari
segala macam bahaya.
TUJUAN KESELAMATAN KERJA
untuk mencegah/ mengadakan usaha pencegahan agar karyawan tidak mendapat
luka/cidera/ma, Tidak terjadinya kerugian / kerusakan pada alat /material/produksi, Upaya
pengawasan thd 4 M yaitu : manusia, material, mesin, metode kerja yang dapat memberikan
lingkungan kerja aman dan nyaman sehingga tidak terjadi kecelakaan.

PRINSIP K3
- Setiap pekerjaan bisa dilakukan dengan selamat
- Kecelakaan pasti ada sebabnya
- Penyebab kecelakaan harus dicegah/ditiadakan
-
PRINSIP K3 (JSA) Bekerja dengan aman dan selamat:
• Mengetahui pekerjaan yang akan dilakukan
• Mengetahui langkah/tahapan pekerjaan tersebut
• Mengetahui bahaya-bahaya nya
• Mengetahui cara mengendalikan bahaya-bahaya tersebut

PENTINGNYA K3
• Menyelamatkan karyawan, dari : sakit, kesedihan, kehilangan masa depan, kehilangan
gaji/nafkah
• Menyelamatkan keluarga, dari : kesedihan, masa depan yg tak menentu, kehilangan
pendapatan
• Menyelamatkan perusahaan, dari : kehilangan tenaga kerja, pengelauaran biaya akibat
kecelakaan, kehilangan waktu karena terhenti kegiatan, melatih atau mengganti karyawan
yang celaka, bahkan bisa sampai terhentinya produks
KESEHATAN KERJA untuk melindungi karyawan dari segala hal Yg dpt merugikan kesehatan
akibat kerja. Yang Perlu dilakukan, antara lain :
1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan a. Pekerja baru (kondisi awal kesehatan) b. Pekerja lama
(memantau kesehatan) - 1 th sekali tambang di permukaan - 6 bulan sekali tambang underground
LANJUTAN KESEHATAN KERJA
2. Lingkungan Tempat Kerja
a. Debu : mengganggu saluran pernafasan
b. Bising : mengganggu fungsi pendengaran
c. Pencahayaan : mengganggu daya penglihatan
d. Getaran : mengganggu fungsi persendian e. Gas-gas beracun/berbahaya bisa langsung mematikan
manusia
3. Ergonomi :
- tempat duduk
- alat kerja

PEMERIKSAAN KECELAKAAN
Tujuan dilakukan pemeriksaan kecelakaan Adalah untuk, antara lain :
• Mencari penyebab dari terjadinya kecelakaan tersebut
• Memberikan rekomendasi / tindakan untuk koreksi dari penyebab tersebut di atas
• Memberikan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan tersebut
• Akhirnya diharapkan dengan tindakan koreksi/pencegahan yang diberikan, maka tidak
terjadi kecelakaan yang sama atau sejenis
PEMBINAAN K3 Pembinaan K3, dapat dilakukan antara lain dengan :
A. Penyuluhan, dapat berupa : - ceramah-ceramah K3 - pemasangan poster-poster K3 -
pemutaran film/slide K3
B. Safety Talk (Toolbox Meeting) Dilakukan setiap awal gilir kerja/shif
C. Safety Training
- Pelatihan penggunaan peralatan kesl. Kerja
- Pelatihan pemadam kebakaran
- Pelatihan pengendalian keadaan darurat
- Pelatihan P3K PEMBINAAN K3, Lanju
MATERI 2
“KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN”

Sumber hukum perburuhan merupakan segala sesuatu dimana kita dapat menemukan
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan mengenai soal-soal perburuhan.
Undang-undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh presiden dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Peraturan lainnya berkedudukan lebih rendah dari undang-undang dan pada umumnya
merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang.
Peraturan pemerintah ini ditetapkan oleh presiden untuk mengatur lebih lanjut ketentuan-
ketentuan dalam undang-undang.
Sejajar kedudukannya dengan peraturan pemerintah ini adalah peraturan seorang menteri
yang oleh undang-undang diberi wewenang untuk mengadakan peraturan pelaksanaannya.
Contoh :
Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 3 tahun 1989 pasal 2 : Pengusaha dilarang mengadakan
pemutusan tenaga kerja (PHK) bagi pekerja wanita karena menikah, hamil atau melahirkan
baik dalam hubungan kerja untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. 1 tahun 1987 pasal 6 : Bagi pengusaha, dimana terdapat
anak yang terpaksa bekerja perlu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengusahakan
agar anak tersebut diberi kesempatan untuk mendapat pendidikan dasar dalam rangka
pelaksanaan program wajib belajar.
Peraturan atau keputusan instansi lain.
Suatu keistimewaan dalam hukum perburuhan adalah bahwa suatu instansi atau seorang
pejabat yang tertentu diberi kekuasaan untuk mengadakan peraturan atau keputusan yang
berlaku bagi umum (mengikat umum).
Contoh Peraturan perburuhan di perusahaan perkebunan pasal 7 ayat 1 : Buruh berhak
dengan upah penuh atas sedikit-dikitnya empat hari istirahat sebulannya diantaranya dua hari
minggu dan istirahat sedikit-dikitnya 14 hari tiap kali ia telah bekerja satu tahun pada majikan
itu.
Pasal 11 : Tiap janji yang langsung atau tidak langsung bertujuan menghalang-halangi buruh
beristri, adalah batal.
Pasal 13 ayat 4 : Jika buruh meninggal dunia, kepada keluarganya dibayarkan upah berupa
uang untuk bulan yang berjalan dan bulan berikutnya.
Peraturan perburuhan di perusahaan perindustrian pasal 5 ayat 1 : Majikan wajib menjaga
agar seluruh jumlah upah uang yang dibayarkan kepada buruh secara teratur dan sedikit-
dikitnya sebulan sekali.
Pasal 9 : Jika majikan langsung atau tidak langsung memberi perumahan kepada buruh, maka
ia wajib mengusahakan perumahan yang layak.
Pengawasan :
Perundang-undangan untuk melindungi buruh hanya akan mempunyai arti bila
pelaksanaannya diawasi oleh suatu ahli, yang harus mengunjungi tempat kerja pada waktu-
waktu tertentu, untuk dapat menjalankan tiga tugas yang pokok, yaitu :
melihat dengan jalan memeriksa dan menyelidiki sendiri apakah ketentuan-ketentuan dalam
perundang-undangan dilaksanakan dan jika tidak demikian halnya, mengambil tindakan-
tindakan yang wajar untuk menjamin pelaksanaannya itu.
membantu baik buruh maupun pimpinan perusahaan dengan jalan memberi penjelasan-
penjelasan teknis dan nasehat yang mereka perlukan agar mereka menyelami apakah yang
dimintakan oleh peraturan dan bagaimanakah melaksanakannya.
menyelidiki keadaan perburuhan dan mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk
penyusunan perundang-undangan perburuhan dan penetapan kebijaksanaan pemerintah.
Badan pengawasan ini – pengawasan kesehatan kerja dan pengawasan keamanan kerja –
pertama-tama bertanggungjawab atas pelaksanaan peraturan mengenai perlindungan bagi
buruh seperti waktu kerja, waktu istirahat, pekerjaan orang muda dan wanita, serta kesehatan
dan keamanan kerja.
Pengawasan ini sendiri bukanlah alat perlindungan, melainkan lebih merupakan cara untuk
menjamin pelaksanaan peraturan perlindungan.
MATERI 3
“KESEHATAN KERJA PADA ORGANISASI KERJA”

Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja Menurut WHO ILO (1995), Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggitingginya bagi
pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Standar Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan
2. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (roharii) dan kemampuan fisik
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM yang menderita sakit
5. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengenai
penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien
6. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
7. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan dengan kesehatan kerja
8. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan kepada Direktur

Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi


SDM Rumah Sakit :
1. Pemeriksaan fisik lengkap;
2. Kesegaran jasmani;
3. Rontgen paru-paru (bilamana mungkin);
4. Laboratorium rutin;
5. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
6. Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu.
Lanjutan…
• Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan
kesehatan oleh dokter (pemeriksaan berkala), tidak ada
keragu-raguan maka tidak perlu dilakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja.
Pemeriksaan kesehatan berkala
1. Pemeriksaan fisik lengkap,
2. kesegaran jasmani,
3. rontgen paru-paru (bilamana mung kin)
4. laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan lain
yang dianggap perlu;
• Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurangkurangnya 1 tahun.
Pemeriksaan Kesehatan Khusus
• SDM yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang > 2 minggu;
• SDM yang berusia di atas 40 th atau SDM Rumah Sakit yang wanita
dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM Rumah Sakit yang
berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu;
• SDM yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatan perlu
dilakukan pemeriksaan khLlsus sesuai
dengan kebutuhan;
• Apabila terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau
atas pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3RS
MATERI 4
“MENGUASAI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO DITEMPAT KERJA”

Bahaya (Hazard) suatu sumber yang berpotensi menimbulkan kerugian baik berupa luka
terhadap manusia, penyakit, kerusakan properties, lingkungan atau kombinasinya (frank bird-
loss control management). Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak
pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka (injury), cacat hingga
kematian serta kerusakaan property. Dampak yang ditimbulkan bersifat akut.
Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap kesehatan
manusia dan penyakit akibat kerja. Dampak yang ditimbulkan bersifat kronis.
Jenis bahaya kesehatan kerja
Bahaya fisik (Physical Hazard) dapat berupa radiasi, temperatur ekstrim, cuaca, pencahayaan,
getaran, tekanan udara Bahan kimia (Chemical Hazard) bahaya berbentuk gas, cair, padat
yang mempunyai sifat racun (toxic), iritasi (irritant), sesak napas (asphyxia), mudah terbakar
(flammable), meledak (explosive), berkarat (corrosive). Bahaya yang dapat berasal dari
mikroorganisme khususnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti bakteri,
jamur, virus. Bahaya yang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh secara fisik sebagai
akibat dari ketidaksesusaian dan cara kerja yang salah.
Risiko keselamatan adalah suatu risiko yang mempunyai kemungkinan rendah untuk terjadi
tetapi memiliki konsekuensi besar.
Risiko ini dapat terjadi sewaktu-waktu, bersifat akut dan fatal.
Example: Cedera, Kehilangan Hari Kerja, Kerusakan Property dan kerugian produksi dan
penjualan
Resiko kesehatan
Suatu risiko yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk kterjadi tetapi memiliki konsekuensi
yang rendah
Risiko jenis ini dapat terjadi kapan saja secara terus menerus dan berdampak kronik
misalnya gangguan pernafasan, gangguan syaraf, gangguan reproduksi dan gangguan
metabolic atau sistemik.
Resiko lingkungan
Berhubungan dengan keseimbangan lingkungan

Ciri- ciri risiko lingkungan adalah perubahan yang tidak signifikan, mempunyai masa laten
yang panjang, berdampak besar pada populasi atau komunitas.
Berubahnya fungsi dan kapasitas habitat dan ekosistem serta kerusakan sumber daya alam.
Risiko Umum (Public Risk)
Berkaitan dengan kesejahteraan kehidupan orang banyak
hal-hal yang tidak diharapkan seperti pencemaran air dan udara dapat dihindari.
MATERI 5
“MENGUASAI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3)”

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dan Manfaat SMK3 Tujuan SMK3
► Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin keselamatan
dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
► Perlindungan terhadap setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
► Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan secara
aman dan efisien.
Manfaat SMK3
► Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
► Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
► Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam
bekerja.
► Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
► Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,
milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Perusahaan
yang wajib menerapkan SMK3 menurut PP RI No 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah perusahaan yang paling sedikit mempekerjakan
100 orang tenaga kerja atau yang mempunyai tingkat potensi bahaya yang tinggi.
Penetapan Kebijakan K3 Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan
kepada seluruh pekerja. Dalam penyusunan kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus: A.
Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :
1. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
2. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik
3. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan
4. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan 5.
Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan
B. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus
C. Memperhatikan masukan dari pekerja atau serikat pekerja
D. 4 Kebijakan K3 paling sedikit harus memuat:
1. Visi
2. Tujuan perusahaan
3. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
4. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perushaaan
MATERI 6
“MENGUASAI KONSEP ERGONOMI”
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan
nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan
oleh beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human
Faktors Engineerings atau Human Engineering (Wignjosoebroto, 2003). Istilah ergonomi
didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang
ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto,
2003).

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit
pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan,
dan nyeri bahu dan punggung (Manuaba, 2000).

Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain:

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan
pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat (jangan
dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan).

4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum yang
diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2003).

Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi yang
kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang
mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan,
antara lain : (Suma’mur, 1996)
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin
(macam, gerak, arah dan kekuatan).

2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari
sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot
perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk yang tegak yang diselingi
istirahat dan sedikit membungkuk.

3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak
mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah penglihatan ini
sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).

5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah.
Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.

6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang
sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan.
Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada sikap lengan yang
melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.
MATERI 7
“JENIS KECELAKAAN DILABORATORIUM”

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap
pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang
mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan
meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan
sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil
identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko
adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi
buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan,
atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan
untuk menghilangkan, mengurangi atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun, dan
dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium
dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya
kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat
menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan kematian (Winarni, 2014).

Berasarkan Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :


- Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau
alat-alat logam.
- Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang
elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau
racun gigitan serangga.
- Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak
tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain) (Hidayati, 2011).

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :


- Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.
- Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :


- Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :
- Ringan: memar
- Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai