Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN IMPLEMENTASI

MATA PELAJARANPENDIDIKAN ANTIKORUPSI

TINGKAT SEKOLAH DASAR

KOTA BANDAR LAMPUNG


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga
penyusunan buku panduan implementasi mata pelajaran Pendidikan Antikorupsi
bagi guru Sekolah Dasar dapat terselesaikan. Buku ini merupakan panduan bagi
guru atau pendidik untuk dapat menerapkan mata pelajaran pendidikan
antikorupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga antikorupsi memiliki


tugas untuk melakukan upaya pemberantasan korupsi melalui penindakan dan
juga pencegahan korupsi. Upaya pencegahan korupsi dilakukan melalui
pendidikan, kampanye dan sosialisasi antikorupsi. Hal ini sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, pasal 13 huruf c yaitu menyelenggarakan
program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan. Dalam rangka
melakukan fungsi pendidikan, pada tahun 2007 sampai dengan 2008, KPK
menyusun modul antikorupsi jenjang pendidikan dasar sampai menengah untuk
pertama kalinya. Di tahun 2008, modul antikorupsi tersebut diserahterimakan dari
KPK ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk diujicobakan,
dikembangkan dan diimplementasikan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Dalam prosesnya, KPK terus melakukan inovasi untuk mengembangkan metode
serta media pembelajaran antikorupsi yang dapat dilakukan secara mudah dan
menyenangkan. Selain modul ini, KPK juga telah menyusun berbagai media
pembelajaran antikorupsi yang dikemas dalam bentuk buku cerita, komik, buku
saku, DVD Film, CD Lagu dan juga permainan.
Untuk memudahkan para Guru atau Pendidik dalam mengimplementasikan nilai-
nilai antikorupsi maka diperlukan mata pelajaran pendidikan antikorupsi. Maka
diperlukan buku panduan implementasi sebagai pegangan bagi Guru atau
Pendidik di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Panduan ini digunakan
dalam mata pelajaran pendidikan antikorupsi sehingga dapat lebih memahami,
menyadari, meyakini, serta mengaktualisasikan pendidikan antikorupsi dari ruang
kelas, sekolah, rumah dan lingkungan. Keniscayaan akan generasi ke depan yang
memiliki karakter moral sesuai nilai-nilai antikorupsi, akan terwujud jika dalam
setiap proses pembelajaran tidak hanya mengajarkan tetapi juga adanya
pengkondisian yang dipraktekkan secara nyata melalui sikap dan perilaku yang
baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
dukungan dan kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Kami menyadari bahwa
modul ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya saran dan kritik membangun
sangat kami harapkan guna perbaikan di masa mendatang.

Mesuji, September 2020


A. PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Perilaku koruptif telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal, kita semua tahu
perilaku seperti itu membuat tindak pidana korupsi menjadi hal yang dianggap
biasa. Sebuah ironi karena perilaku tersebut adalah perbuatan tidak bermoral.
Perilaku koruptif ditandai oleh hilangnya nilai-nilai jujur, peduli, mandiri,
disiplin, tanggungjawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil dari dalam diri
individu. Mengapa nilai-nilai karakter ini makin menghilang, tentu menjadi
keprihatinan kita.

Padahal, dunia pendidikan, ditujukan berkembangnya potensi peserta didik agar


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Inti dari pendidikan adalah
penguatan karakter. Mari kita bangun kembali penguatan nilai-nilai antikorupsi
mulai dari sekolah. Kini saatnya mengembalikan sekolah sebagai lokomotif
penguatan budaya antikorupsi untuk jangka panjang.

1. Muatan Kurikulum Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi diawali dengan memastikan bahwa kurikulum


mengakomodasi nilai-nilai antikorupsi. Sehubungan dengan ini, sebagai jantung
pendidikan, kurikulum memiliki dua kekuatan, yaitu:

Pertama, ketepatan memilih substansi atau lingkup pengetahuan yang akan


dibelajarkan. Kebenaran substansi tidak disangsikan, urgent (penting) untuk
dipelajari, benar-benar bermanfaat, relevan dengan kebutuhan peserta didik dan
kehidupan, serta memancing minat peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut
secara mandiri.

Kedua, pengelolaan kurikulum melalui pembelajaran yang efektif yang didukung


oleh sistem penilaian yang mengarah pada pencapaian kompetensi (valid) dan
realiable (dapat dipercaya, ajeg, konsisten, andal dan stabil). Pengelolaan
kurikulum diawali dengan penyusunan perencanaan pembelajaran yang benar-
benar dapat dijadikan sebagai acuan dan pengendalian proses pembelajaran.
Perencanaan tersebut memperhitungkan kelayakan dan keterlaksanaanya,
disesuaikan dengan kondisi yang ada, mempertimbangkan perbedaan potensi dan
kecepatan serta gaya belajar peserta didik, menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari siswa, tanggap terhadap berbagai perubahan situasi
yang terjadi tiba-tiba, dan memberikan berbagai alternatif pengalaman belajar.

Kedua kekuatan itulah yang menjamin ketercapaian tujuan pembelajaran. Tanpa


pengelolaan yang tepat, substansi yang hebat akan kehilangan makna. Demikian
pula sebaliknya, kekeliruan dalam memilih substansi mengakibatkan
pembelajaran menjadi sia-sia. Agar substansi kurikulum dapat dikelola dengan
baik, maka guru sebagai pendamping siswa harus benar-benar memahami kedua
aspek tersebut.

Supaya kurikulum memudahkan semua guru untuk melakukan pembelajaran,


maka semua kebijakan pemerintah tentang kurikulum harus mudah dipahami,
mudah dijabarkan, mudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan
kondisi yang ada di sekitarnya (flexible), mudah dikelola oleh guru (manageable),
terukur ketercapaiannya (measurable), terlihat tahapan perkembangannya
(observable) dan dapat diprediksi hasilnya (predictable).

Apabila semua itu terpenuhi, maka substansi yang semula dianggap sulit, akan
mudah dipelajari oleh siswa (learnable). Substansi yang semula dianggap sebagai
beban akan menjadi kebutuhan dan bermakna bagi kehidupan. Artinya,
keberadaan kurikulum menjadi alat bantu yang memudahkan dan melancarkan
proses pembelajaran, bukan mempersulit apalagi merepotkan semua pihak (guru,
siswa, dan orang tua).
2. Aksi Guru dalam Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi adalah proses untuk menguatkan sikap antikorupsi dalam


diri peserta didik sedini mungkin. Untuk itu diperlukan aksi guru yang benar-
benar berangkat dari keinginan untuk membangun peradaban baru yang lebih baik
dan bebas korupsi. Aksi yang diperlukan dari guru sebagai berikut:
a. Siapkan Diri

Guru adalah lokomotif perbaikan. Siapkan diri untuk membuat generasi


mendatang jauh lebih baik. Jadilah teladan bagi peserta didik, beri contoh, dan
tampilkan semangat yang kuat.

b. Rencanakan

Buat perencanaan yang rinci sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik serta menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan
lingkungan sekitarnya. Jadikan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
c. Wujudkan

Wujudkan suasana belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan
mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik serta
menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan lingkungan seki-
tarnya.

d. Evaluasi

Lakukan evaluasi terhadap ketercapaian sikap peserta didik sesuai tujuan. Jaga
konsistensi pengamalan dan penerapan sikap di sekolah dan di luar sekolah.
Perbaiki proses secara terus menerus
B. ASPEK PENDIDIKAN KORUPSI

Pendidikan antikorupsi bermuara pada perilaku antikorupsi dalam diri semua


individu di Indonesia, sehingga tercipta Indonesia yang berintegritas. Pendidikan
antikorupsi mengacu pada prinsip pendidikan karakter, sebagai berikut:

1. Bersifat jangka panjang. Dimulai sejak peserta didik menjadi siswa satuan
pendidikan sampai lulus dari satuan pendidikan

2. 2.Dipengaruhi oleh perbedaan setiap tahap perkembangan anak;

3. Bertumbuh memadukan antara pemahaman, penyadaran dan pengamalan di


semua segi kehidupan secara konsisten. Berlangsung dalam keluarga,
sekolah, dan lingkungan atau masyarakat, serta komunitas yang dekat dengan
kehidupan anak;

4. Merupakan satu kesatuan dari pendidikan karakter generasi muda yang


tergantung pada motivasi individu untuk antikorupsi dan suasana lingkungan
yang harus diciptakan sebagai lingkungan yang antikorupsi.

1. Aspek Pendidikan Antikorupsi

Aspek Pendidikan Antikorupsi mengacu pada pengertian kompetensi yang


mencakup; pengetahuan, keterampilan dan sikap.

a. Tahu (Pengetahuan)

Peserta didik dikondisikan untuk tahu, sadar, dan paham tentang perilaku
antikorupsi. Untuk tahu, sadar, dan paham dapat dilakukan melalui
mendengar, melihat, membaca, dan merasa. Agar proses pengkondisian
peserta didik untuk tahu, sadar, dan paham lebih efektif, maka sekolah dapat
melakukan melalui mata pelajaran sebagai alat. Dalam hal ini mata pelajaran
yang dimaksudkan adalah PPKn.
b. Bisa (Keterampilan)

Peserta didik dikondisikan untuk bisa mempraktekkan perilaku antikorupsi,


baik di sekolah maupun di luar sekolah. Agar proses pengkondisian dapat
berjalan efektif, perlu dilakukan melalui berbagai alat yang bernama mata
pelajaran, khususnya PPKn, dan melalui berbagai aktivitas di sekolah dan di
luar sekolah.

c. Terbiasa (Sikap)

Peserta didik dikondisikan untuk terbiasa menunjukkan perilaku antikorupsi


dalam hidupnya, di manapun, kapanpun dan dalam suasana bagaimanapun.
Agar proses pembiasaan berjalan efektif, perlu dilakukan pembiasaan oleh
peserta didik di mana sekolah bertindak sebagai lokomotif.

2. Langkah Penguatan Perilaku Antikorupsi

Langkah penguatan perilaku antikorupsi, merupakan siklus yang dapat dimulai


dari tiga aspek, yaitu; pengetahuan, keterampilan dan sikap. Akan tetapi muara
yang diharapkan dari pendidikan antikorupsi adalah sikap antikorupsi yang
terbentuk pada setiap individu atas dasar pemahaman dan kesadaran yang kuat.

a. Pengetahuan.
Peserta didik dikondisikan untuk mengetahui dan memahami tentang
antikorupsi. Tahu dan paham bisa bersumber dari mendengar, melihat,
membaca atau merasa.

a. Mendengar bisa dari guru, teman, tokoh, masyarakat, baik secara


langsung atau melalui media;

b. Melihat bisa melihat secara langsung atau melalui media;

c. Membaca bisa dari buku, media lain, atau alam;

d. Merasa bisa dari pengalaman langsung atau tidak langsung.


b. Keterampilan.

Setelah tahu dan bisa, pembelajaran juga harus melangkah pada kemampuan
peserta didik untuk bisa, mampu atau terampil mempraktekkan dan melakukan
secara nyata. Proses ini dapat dikondisikan melalui latihan yang terus menerus
dan konsisten di sekolah dan di luar sekolah.

c. Sikap.
Sikap terbentuk karena keterampilan yang terbiasa dan konsisten dilakukan di
manapun, kapanpun, dan dalam suasana bagaimanapun. Sikap terbentuk
melalui pembiasaan yang konsisten di sekolah dan di luar sekolah.
C. LANGKAH PEMBELAJARAN

Wujud dari pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana, maka setiap tahapan
proses pembelajaran merupakan langkah-langkah berkesinambungan dan
konsisten untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Proses tersebut, dapat
dilakukan melalui pembelajaran dikelas. Adapun tahapan pendidikan antikorupsi
dilakukan dalam tiga tahap yakni inisiatif merancang, sertakan peserta didik, dan
siapkan jejaring. Tiga langkah ini menjadi kendali untuk efektifnya proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan

1. Pastikan Pembelajaran Berjalan Efektif

Pastikan proses pembelajaran berjalan sesuai tujuan pembelajaran.Pastikan


Rancangan Pembelajaran disusun berdasarkan inisiatif dan atas dasar usaha
sadar dan terencana. Sehingga setiap aktivitas yang akan dilakukan dapat
dikontrol dengan baik.Pastikan semua aktivitas yang dilakukan tidak
menyimpang terlalu jauh dari perencanaan. Jika terjadi hal-hal di luar
perencanaan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, segera lakukan perbaikan
dalam perencanaan atau mengubah strategi pelaksanaan.

Pastikan perkembangan hasil belajar peserta didik diketahui secara simultan.


Dan pendidik fokus memperbaiki kompetensi peserta didik yang belum
tercapai dan mendorong pengamalan lebih luas bagi peserta didik yang telah
mencapai kompetensi yang diharapkan.Pastikan bahwa semua pihak, baik
sesama pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat, ikut berpartisipasi
untuk menjaga keterlaksanaan semua aktivitas yang dilakukan dan menjaga
konsistensi pengamalan hasil belajar dalam kehidupan, kapanpun, di manapun,
dan dalam kondisi apapun.
I. Kerangka Dasar Kurikulum

A. Landasan Filosofis
1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkngan alam di
sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
menberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional. Bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk
mengembangkan kehidupan masa kini dan untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik dimasa depan. Mempersiapkan peserta
didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum,
hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan
untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian
tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu
kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan
peserta didik, kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang
memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masa kini dan masa depan
dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka
sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut


pandangan filosafi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk
dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan
akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar,
dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis
serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik. Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi
dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan
akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial,kepedulian dan berprestasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(Experimentalism and social recontructivism). Dengan filosofi ini
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.

B. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan
perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi
dinamika kebutuhan masyarakat,bangsa dan negara, sebagaimana
termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan
pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja dan dunia
ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum
secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat
menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian
keluaran pendidikan akan mampu memeberikan kontribusi secara optimal
dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-
based society)

C. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan
konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik
beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi
pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis
sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama
menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan
dasar. Oleh karena itu implementasi pendidikan di SD yang selama ini
lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi
kurikulum yang menekankan pada proses pembangunan sikap,
pengetahuan dan keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan
yang mencerdaskan dan mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran
tidak lagi ditekankan pada pemahaman konsep yang steril dari kehidupan
masyarakat melainkan pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran
otentik. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain
mencerminkan muatan pengetahaun sebagai bagian dari peradaban
manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan peserta didik sepanjang
hayat.
D. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standartd-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, staandar pengelolaan, standar pembiayaan dna
standar penilaian pendidikan, kurikulum 2013 denan latar belakang
karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar
langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

E. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah :
1. Undang-Undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
II. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Anti Korupsi untuk SD Kota
Bandar Lampung ini didasarkan pada Peraturan Wali Kota Nomor 21
Tahun 2020

A. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti (KI) SD merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai


Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
SD pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas.
Melalui kompetensi inti, singkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar
antar mata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu,
singkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang
sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.

Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai berikut :


1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti Sikap Spritual,
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti Sikap Sosial,
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti Pengetahuan, dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti Keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti (KI) untuk jenjang SD dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel Kompetensi Inti SD
KELAS KOMPETENSI INTI
KELAS I 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
KELAS KOMPETENSI INTI
benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.
KELAS II 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.
KELAS III 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan
KELAS KOMPETENSI INTI
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang
jelas, logis, dan sistematis, dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
KELAS IV 1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-
benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang
jelas, logis, dan sistematis, dalam karya yang estetis
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.
KELAS V 1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, percaya diri, dan cinta tanah air
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga,
dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual
dengan cara mengamati dan mencoba [mendengar,
melihat, membaca] serta menanya berdasarkan rasa
KELAS KOMPETENSI INTI
ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual
dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis, dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
KELAS VI 1. Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, percaya diri, dan cinta tanah air
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga,
dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual
dengan cara mengamati dan mencoba [mendengar,
melihat, membaca] serta menanya berdasarkan rasa
ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat
bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual
dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis, dalam
karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
B. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum Pendidikan Anti Korupsi terdiri atas :

Satuan Pendidikan dapat menambah jam pelajaran perminggu sesuai dengan


kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Tabel Struktur Kurikulum Daerah Sekolah Dasar (SD)
Jumlah Jam Pe1ajaran Tiap
No Komponen Kelas
I II III IV V V1
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
Pendidikan Pancasila dan
2 5 5 6 5 5 5
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 Ilmu Pengetahuan Alaam 3 3 3
6 Ilmupengetahuan sosial 3 3 3

KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya dan prakarya 2 2 2 2 2 2
8 Bahasa dan Aksara Lampung 2 2 2 2 2 2
9 Pendidikan Antikorupsi 1 1 1 1 1 1
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan
10 4 4 4 4 4 4
Kesehatan
Jumlah Jam pel A & B per Minggu 31 33 35 37 37 37

KELOMPOK C (pengembangan diri )


Jumlah jam pelajaran yang ditempuh per
minggu
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD
Berikut ini adalah tabel Alokasi Waktu Mata Pelajaran pada Kurikulum
Pendidikan Antikorupsi Sekolah Dasar (SD)

Alokasi Waktu Mata Pelajaran Sekolah Dasar (SD)


Alokasi Waktu Per Minggu per Kelas
No Mata Pelajaran
I II III IV V VI
Semester Ganjil
1 Pendidikan Antikorupsi 16 Jam 16 Jam 16 Jam 16 Jam 16 Jam 16 Jam
Semester genap
2 Pendidikan Antikorupsi 16 Jam 16 Jam 16 Jam 16 Jam 16 Jam 16 Jam
Jumlah jam pelajaran 32 Jam 32 Jam 32 Jam 32 Jam 32 Jam 32 Jam

Keterangan :
a. satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.
b. beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40%
pengetahuan dan praktik dan pembiasaan.

Anda mungkin juga menyukai