Dalam upaya sosialisasi pelaksanaan pendidikan anti korupsi di provinsi lampung sesuai dengan
petunjuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga antikorupsi memiliki tugas untuk
melakukan upaya pemberantasan korupsi melalui penindakan dan juga pencegahan korupsi. Upaya
pencegahan korupsi dilakukan melalui pendidikan, kampanye dan sosialisasi antikorupsi. Hal ini
sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, pasal 13 huruf c yaitu
menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan.
Dalam rangka melakukan fungsi pendidikan, pada tahun 2007 sampai dengan 2008, KPK menyusun
modul antikorupsi jenjang pendidikan dasar sampai menengah untuk pertama kalinya. Di tahun
2008, modul antikorupsi tersebut diserahterimakan dari KPK ke Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk diujicobakan, dikembangkan dan diimplementasikan ke
Madrasah/Madrasah di seluruh Indonesia. Dalam prosesnya, KPK terus melakukan inovasi untuk
mengembangkan metode serta media pembelajaran antikorupsi yang dapat dilakukan secara mudah
dan menyenangkan. Selain itu, KPK juga telah menyusun berbagai media pembelajaran antikorupsi
yang dikemas dalam bentuk buku cerita, komik, buku saku, DVD Film, CD Lagu dan juga permainan.
Untuk memudahkan para Guru atau Pendidik kantor wilayah kementerian agama provinsi lampung,
dalam mengimplementasikan pembelajaran antikorupsi, diperlukan integrasi dengan mata pelajaran
tertentu yang erat kaitannya dengan nilai-nilai antikorupsi, yaitu mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Akidah Akhlak dan mata pelajaran lainnya. Oleh karena itu,
panduan Insersi Pendidikan Antikorupsi melalui Mata Pelajaran sangat di perlukan.
Panduan ini bersifat umum untuk penguatan nilai-nilai antikorupsi di setiap jenjang pendidikan
dengan pelibatan seluruh elemen agar dapat lebih memahami, menyadari, meyakini, serta
mengaktualisasikan pendidikan antikorupsi dari ruang kelas, Madrasah, rumah dan lingkungan.
Keniscayaan akan generasi ke depan yang memiliki karakter moral sesuai nilai-nilai antikorupsi, akan
terwujud jika dalam setiap proses pembelajaran tidak hanya mengajarkan tetapi juga adanya
pengkondisian yang dipraktekkan secara nyata melalui sikap dan perilaku yang baik diseluruh
madrasah yang berada di provinsi lampung.
A. PENDIDIKAN ANTIKORUPSI.............................................................................................. 3
Lampiran
Perilaku koruptif ditandai oleh hilangnya nilai-nilai jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab,
kerja keras, sederhana, berani, dan adil dari dalam diri individu. Mengapa nilai-nilai karakter ini
makin menghilang, tentu menjadi keprihatinan kita.
Padahal, dunia pendidikan, ditujukan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Inti dari pendidikan adalah penguatan karakter. Mari kita bangun kembali penguatan nilai-
nilai antikorupsi mulai dari Madrasah. Kini saatnya mengembalikan Madrasah sebagai lokomotif
penguatan budaya antikorupsi untuk jangka panjang.
Pertama, ketepatan memilih substansi atau lingkup pengetahuan yang akan dibelajarkan.
Kebenaran substansi tidak disangsikan, urgent (penting) untuk dipelajari, benar-benar
bermanfaat, relevan dengan kebutuhan peserta didik dan kehidupan, serta memancing
minat peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut secara mandiri.
Kedua, pengelolaan kurikulum melalui pembelajaran yang efektif yang didukung oleh sistem
penilaian yang mengarah pada pencapaian kompetensi (valid) dan realiable (dapat
dipercaya, ajeg, konsisten, andal dan stabil). Pengelolaan kurikulum diawali dengan
penyusunan perencanaan pembelajaran yang benar-benar dapat dijadikan sebagai acuan
dan pengendalian proses pembelajaran. Peren- canaan tersebut memperhitungkan
kelayakan dan keterlaksanaanya, disesuaikan dengan kondisi yang ada, mempertimbangkan
perbedaan potensi dan kecepatan serta gaya belajar peserta didik, menjadi ba- gian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari siswa, tanggap terhadap berbagai perubahan
situasi yang terjadi tiba-tiba, dan mem- berikan berbagai alternatif pengalaman belajar.
Kedua kekuatan itulah yang menjamin ketercapaian tujuan pembelajaran. Tanpa pengelolaan yang
tepat, substansi yang hebat akan kehilangan makna. Demikian pula sebaliknya, kekeliruan dalam
memilih substansi mengakibatkan pembelajaran menjadi sia-sia. Agar substansi kurikulum dapat
dikelola dengan baik, maka guru sebagai pendamping siswa harus benar-benar memahami kedua
aspek tersebut.
Supaya kurikulum memudahkan semua guru untuk melakukan pembelajaran, maka semua kebijakan
pemerintah tentang kurikulum harus mudah dipahami, mudah dijabarkan, mudah disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi yang ada di sekitarnya (flexible), mudah dikelola oleh
guru (manageable), terukur ketercapaiannya (measurable), terlihat tahapan perkembangannya
(observable) dan dapat diprediksi hasilnya (predictable).
Apabila semua itu terpenuhi, maka substansi yang semula dianggap sulit, akan mudah dipelajari oleh
siswa (learnable). Substansi yang semula dianggap sebagai beban akan menjadi kebutuhan dan
bermakna bagi kehidupan. Artinya, keberadaan kurikulum menjadi alat bantu yang memudahkan
dan melancarkan proses pembelajaran, bukan mempersulit apalagi merepotkan semua pihak (guru,
siswa, dan orang tua).
Pendidikan antikorupsi adalah proses untuk menguatkan sikap antikorupsi dalam diri peserta didik
sedini mungkin. Untuk itu diperlukan aksi guru yang benar-benar berangkat dari keinginan untuk
mem- bangun peradaban baru yang lebih baik dan bebas korupsi. Aksi yang diperlukan dari guru
sebagai berikut:
SIAPKAN DIRI
Guru adalah lokomotif perbaikan. Siapkan diri untuk membuat generasi mendatang jauh lebih baik.
Jadilah teladan bagi peserta didik, beri contoh, dan tampilkan semangat yang kuat.
RENCANAKAN
Buat perencanaan yang rinci sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik
serta menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan lingkungan sekitarnya. Jadikan
pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
WUJUDKAN
Wujudkan suasana belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan mempertimbangkan
tingkat perkembangan dan kebu- tuhan peserta didik serta menggunakan sumber dan bahan ajar
yang tersedia di alam dan lingkungan sekitarnya.
EVALUASI
Lakukan evaluasi terhadap ketercapaian sikap peserta didik sesuai tujuan. Jaga konsistensi
pengamalan dan penerapan sikap di Madrasah dan di luar Madrasah. Perbaiki proses secara terus
menerus.
Bersifat jangka Dimulai sejak peserta didik masuk ke satu- an pendidikan dasar hingga di
pendidikan tinggi;
Dipengaruhi oleh perbedaan setiap tahap perkembangan anak;
Bertumbuh memadukan antara pemahaman, penyadaran dan pengamalan di semua segi
kehidupan secara konsisten. Berlang- sung dalam keluarga, Madrasah, dan lingkungan atau
masyarakat, serta komunitas yang dekat dengan kehidupan anak;
Merupakan satu kesatuan dari pendidikan karakter generasi muda yang tergantung pada motivasi
individu untuk antikorupsi dan sua- sana lingkungan yang harus diciptakan sebagai lingkungan yang
anti korupsi.
Gerakan melawan korupsi dapat dilakukan melalui dua pendekaan yang besifat saling melengkapi:
(1) Pendekatan represif, yaitu memproses kasus-kasus korupsi sebagai tindak pidana yang harus
diselesaikan secara hukum; tindakan ini dikawal oleh perangkat hukum meliputi pasal-pasal hukum
dan aparat penegak hukum. Pendekatan hukum memang belum mampu menuntaskan banyak kasus
korupsi, tetapi diharapkan hukuman bagi pelaku korupsi yang setimpal akan mampu menimbulkan
deterren effect berupa rasa takut, dan efek jera yang dapat mencegah seseorang dari tindakan
korupsi, dikarenakan rasa takut akan hukuman fisik (penjara) maupun sanksi sosial (rasa malu); (2)
Pendekatan preventif, yang dapat diimplementasikan dalam dua cara: (a) melakukan perbaikan
sistem pada sektor publik maupun sektor swasta, dengan mewujudkan good governance yang
diharapkan akan mengurangi bahkan menutup peluang terjadinya korupsi. Akan tetapi sistem yang
baik tanpa diimbangi dengan kualitas moral para individu yang menjalankan sistem tidak akan
menghasilkan output yang menggembirakan. Sehingga muncul upaya (b) yaitu upaya perbaikan
moral melalui pendidikan (Sofia dan Haris, 2009).
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah merumuskan nilai-nilai luhur untuk membangun karakter
antikorupsi. Pemikiran ini dihasilkan atas dasar asumsi bahwa terjadinya tindak pidana korupsi
karena tidak konsistennya kita pada nilai-nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, etos kerja yang
rendah, konsumtif/ingin selalu bermewah-mewah (hedonis), minta dilayani (tidak mandiri), dan
mental menerabas. Semua ini akan menimbulkan sikap dan perilaku tidak peduli, tindakan semena-
mena, dan berjiwa “pengecut” yang hanya mementingkan jalan pintas. Oleh karena itu, nilai-nilai
antikorupsi yang dikembangkan KPK terdiri atas 9 butir seperti pada Tabel 1 (KPK, 2008, dalam
Puskurbuk, 2012).
Aspek Pendidikan Antikorupsi mengacu pada pengertian kompetensi yang mencakup; pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
1. Tahu (Pengetahuan)
Peserta didik dikondisikan untuk tahu, sadar, dan paham tentang perilaku antikorupsi. Untuk tahu,
sadar, dan paham dapat dilakukan melalui mendengar, melihat, membaca, dan merasa. Agar proses
pengkondisian peserta didik untuk tahu, sadar, dan paham lebih efektif, maka Madrasah dapat
melakukan melalui mata pelajaran sebagai alat. Dalam hal ini mata pelajaran yang dimaksudkan
adalah PPKn dan Akidah Akhlak.
2. Bisa (Keterampilan)
Peserta didik dikondisikan untuk bisa mempraktekkan perilaku antikorupsi, baik di Madrasah
maupun di luar Madrasah. Agar proses pengkondisian dapat berjalan efektif, perlu dilakukan melalui
berbagai alat yang bernama mata pelajaran, khususnya PPKn dan Akidah Akhlak, dan melalui
berbagai aktivitas di Madrasah dan di luar Madrasah.
3. Terbiasa (Sikap)
Peserta didik dikondisikan untuk terbiasa menunjukkan perilaku antikorupsi dalam hidupnya, di
manapun, kapanpun dan dalam suasana bagaimanapun. Agar proses pembiasaan berjalan efektif,
perlu dilakukan pembiasaan oleh peserta didik di mana Madrasah bertindak sebagai loko- motif.
Langkah Penguatan
Langkah penguatan perilaku antikorupsi, merupakan siklus yang da- pat dimulai dari tiga aspek,
yaitu; pengetahuan, keterampilan dan- sikap. Akan tetapi muara yang diharapkan dari pendidikan
antikorupsi adalah sikap antikorupsi yang terbentuk pada setiap individu atas dasar pemahaman dan
kesadaran yang kuat. Peserta didik dikondisikan untuk mengetahui dan memahami tentang
antikorupsi. Tahu dan paham bisa bersumber dari mendengar, melihat, membaca atau merasa.
Mendengar bisa dari guru, teman, tokoh, masyarakat, baik secara langsung atau melalui
media;
Melihat bisa melihat secara langsung atau melalui media;
Membaca bisa dari buku, media lain, atau alam;
Merasa bisa dari pengalaman langsung atau tidak.
Setelah tahu dan bisa, pembelajaran juga harus melangkah pada kemampuan peserta didik untuk
bisa, mampu atau terampil mempraktekkan dan melakukan secara nyata. Proses ini dapat
dikondisikan melalui latihan yang terus menerus dan konsisten di Madrasah dan di luar Madrasah.
Sikap terbentuk karena keterampilan yang terbiasa dan konsisten dilakukan di manapun, kapanpun,
dan dalam suasana bagaimanapun. Sikap terbentuk melalui pembiasaan yang konsisten di Madrasah
dan di luar Madrasah.
C. LANGKAH INSERSI
Wujud dari pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana, maka setiap tahapan proses
pembelajaran merupakan langkah-langkah berkesinambungan dan konsisten untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Proses tersebut, dapat dilakukan melalui langkah insersi. Makna insersi di sini
adalah melekatkan pendidikan antikorupsi dalam materi yang ada, khususnya di mata pelajaran
PPKn dan Akidah Akhlak. Jadi tidak menambah materi baru. Adapun tahapan insersi dilakukan dalam
tiga tahap yakni inisiatif merancang, sertakan peserta didik, dan siapkan jejaring. Tiga langkah ini
menjadi kendali untuk efektifnya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Inisiatif Merancang. Buatlah perencanaan yang matang atas inisiatif pendidik. Rancangan
bisa dibuat sesuai kebutuhan, dengan format yang sesuai kebutuhan.
Sertakan Peserta Didik. Lakukan kegiatan belajar yang melibatkan semua indera peserta
didik. Buat aktivitas yang menarik dan menyenangkan.
Siapkan Jejaring. Jangan berhenti dengan pembelajaran di kelas, luaskan ke Madrasah, kelu-
arga, dan masyarakat, dengan melibatkan semua pihak.
Inisiatif Merancang
Buatlah perencanaan yang matang atas inisiatif pendidik. Rancangan bisa dibuat sesuai kebutuhan,
dengan format yang juga bebas sesuai kebutuhan.
Lakukan kegiatan belajar yang melibatkan semua indera peserta didik. Buat aktivitas yang menarik
dan menyenangkan. Berikut contoh kegiatan yang dapat menjadi alternatif.
Siapkan Jejaring
Langkah langkah praktis pembelajaran anti korupsi di madrasah adalah sebagai berikut ;
Guru harus yakin bahwa kehadirannya dikelas sangat menentukan masa depan peserta
didik. Maka yang perlu dipersiapkan guru adalah :
a) Yakinkan diri bahwa guru memiliki peran menentukan bagi masa depan peserta
didik. Lahirnya generasi berintegritas dan antikorupsi dimasa datang ditentukan
oleh guru pada hari ini.
c) Memahami betul kompeteni yang harus di kuasai peserta didik setelah belajar (KI
KD) untuk mata pelajaran PPKn (Permendikbud Nomor 37 tahun 2018) dan mata
pelajaran PAI (KMA 183 tahun 2018)
d) Sebagai guru, suasana ruang kelas berada di tangan guru. Pasang simbol-simbol
yang menguatkan jiwa anak. Slogan seperti “Berani Jujur Hebat”, “Hebat itu Tidak
Menyontek”, “Hebat itu Mandiri”, dan lain sebagainya
f) Rancang tema pembelajaran yang akan dilakukan sebaik mungkin. Siapkan bahan
dan alat. Susun rencana sendiri, jangan copy paste
Kesan pertama, ketika guru masuk kelas, adalah kunci. Tampillah sebagai sosok
berintegritas. Contohkan perilaku berdisiplin, bertang- gungjawab, simpatik, dan peduli.
a) Datanglah ke kelas tepat waktu. Selalu. Inilah wujud kedisiplinan. Apabila suatu
ketika ada halangan sehingga tidak tepat waktu, sampaikan permintaan maaf, dan
sampaikan apa adanya;
c) Sampaikan salam, menyapa kabar, dan memastikan anak dalam keadaan nyaman
dan semangat belajar;
d) Bangun komunikasi dengan anak secara tulus. Misalnya bertanya tentang anak
yang tidak hadir, dan menunjukkan kepedulian atas ketidakhadirannya;
b) Agar pembelajaran menumbuhkan rasa cinta tanah air sesuai tema yang dipelajari,
nyanyi- kan bersama lagu wajib nasional misalnya “Dari Sabang Sampai Merauke”.
Tugasi anak secara adil (misalnya bergilir berdasarkan kesepakatan) memimpin
lagu.
d) Bangkitkan semangat belajar bersama melalui yel- yel, games, atau ice breaking
singkat hasil kreasi anak;
a) Dalam diri anak terdapat energi yang menggerakkan seluruh pikiran, jiwa dan raga.
Jangan biarkan energi tidak tersalurkan ;
b) Aktifkan setiap anak, agar tidak memberi ruang untuk pa- sif. Aktifkan semua
indera dan organ tubuhnya untuk me- nemukan inti pembelajaran. Mata, hidung,
telinga, tangan, kaki, jari, kepala, dan semua yang dapat diaktifkan;
a) Melalui penilaian proses, guru mendapatkan data ten- tang capaian kompetensi
sesuai KD dari proses pembelajaran, termasuk penilaian terhadap sikap peduli
dan tanggungjawab ;
d) Guru mendapatkan feedback dari peserta didik apakah mereka bisa memahami
tentang apa yang dibelajarkan;
Muara dari pembelajaran adalah perilaku. Untuk menguatkan perilaku maka perlu
keyakinan dan tekad dalam diri anak serta pembiasaan secara konsisten. Berikut contoh
cara mengikat diri dengan keyakinan tekad, dan komitmen :
a) Dari pembelajaran komitmen yang dilakukan, peserta didik dengan berjanji pada
dirinya untuk menjaga keutuhan negara dan mencegah terjadinya ancaman
terhadap negara, melalui berbagai sikap cinta tanah air, bertanggungjawab,
peduli, berani dan adil.
c) Menjaga komiten untuk bersikap peduli, tanggung jawab, cinta tanah air sebagai
prinsip hidup. Semua nilai itu sebagai bagian anti korupsi.
Apa yang diperoleh dalam pembelajaran di madrasah dan menjadi komitmen diri
selanjutnya diluaskan ke keluarga, teman bermain, dan masyarakat.
b) Pada pertemuan berikutnya dibahas tentang pe- ngalaman peserta didik ketika
melakukan aktivitas bersama untuk menjaga keutuhan negara. Aktivitas peserta
didik terus dijaga konsistensinya agar terus berjalan bahkan makin luas ;
c) Pastikan karakter cinta tanah air yang didukung melalui perilaku disiplin, peduli,
jujur dan tanggung- jawab makin menguat.
Ketika kita akan melihat apakah pendidikan antikorupsi dilakukan di kelas dan madrasah,
maka harus ada tanda-tanda yang dapat dilihat, diukur, atau dicapai.Terdapat dua
indikator ;
1. Indikator hasil penguatan karakter antikorupsi pada diri peserta didik. Daftar
indikator ini dipegang guru kelas. Setiap anak dilihat pencapaiannya setiap waktu.
Korupsi merupakan tindakan yang dapat menyebabkan sebuah negara menjadi bangkrut dengan
efek yang luar biasa seperti hancurnya perekonomian, rusaknya sistem pendidikan dan pelayanan
kesehatan yang tidak memadai. Di lingkungan madrasah sangat banyak ditemui praktek-praktek
korupsi, mulai dari yang paling sederhana seperti mencontek, berbohong, melanggar aturan
madrasah, terlambat datang sampai pada menggelapkan uang pembangunan madrasah.
Sebagai salah satu jalur pendidikan formal, keberadaan Madrasah pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi;
meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran Islam, dan meningkatkan kemampuan
siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama Islam.
Untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang bersih, diperlukan sebuah sistem pendidikan
anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan
serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara
terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini akan
berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa.
Ada dua tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan anti korupsi ini, yaitu :
1) Untuk menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa. Melalui pendidikan ini,
diharapkan semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah setiap generasi dan
tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga, pekerjaan membangun bangsa yang
terseok-seok karena adanya korupsi dimasa depan tidak ada terjadi lagi. Jika korupsi sudah
diminimalisir, maka setiap pekerjaan membangun bangsa akan maksimal.
3) Menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga penegak
hukum seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab
setiap anak bangsa.
Pola pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal yang
berkenaan dengan korupsi termasuk sanksi yang akan diterima kalau melakukan korupsi. Dengan
begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi
dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika melakukan korupsi. Sehingga, masyarakat akan
mengawasi setiap tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi moral bagi
koruptor. Gerakan bersama anti korupsi ini akan memberikan tekanan bagi penegak hukum dan
dukungan moral bagi KPK sehingga lebih bersemangat dalam menjalankan tugasnya.
Tidak hanya itu, pendidikan anti korupsi yang dilaksanakan secara sistemik di semua tingkat institusi
pendidikan, diharapkan akan memperbaiki pola pikir bangsa tentang korupsi. Selama ini, sangat
banyak kebiasaan-kebiasaan yang telah lama diakui sebagai sebuah hal yang lumrah dan bukan
korupsi. Termasuk hal-hal kecil. Misalnya, sering terlambat dalam mengikuti sebuah kegiatan,
terlambat masuk sekolah, kantor dan lain sebagainya. Menurut KPK, ini termasuk salah satu bentuk
korupsi, korupsi waktu. Kebiasaan tidak disiplin terhadap waktu ini sudah menjadi lumrah, sehingga
perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat. Materi ini dapat diikutkan dalam pendidikan anti
korupsi ini. Begitu juga dengan hal-hal sepele lainnya
Adapun usaha-usaha yang harus dilakukan siswa siswi untuk untuk dapat mencapai tujuan-tujuan
dari pendidikan anti korupsi, yaitu dengan :
1) Memahami Informasi
Bahaya korupsi biasanya ditunjukkan menggunakan argument ekonomi, sosial dan politik.
Siswa tentunya akan sulit untuk memahami,untuk itu perlu ‘diterjemahkan’ ke dalam
bahasa para siswa dengan menunjukkan bagaimana korupsi mengancam kepentingan
mereka dan kepentingan keluarga dan temanteman.
2) Mengingat
Tidak diragukan lagi, dengan proses mengulang, anak akan ingat, namun jika yang sama
diulang lebih dari tiga kali, anak akan merasa jenuh dan merasa kehilangan hak untuk
membuat pilihan bebas. Jadi tidak ada salahnya mengubah bentuk penyediaan informasi
dengan cara yang paling tak terduga dan mengesankan (ada variasi)
Sikap kritis menjadi sangat kuat bila tidak hanya diberikan, tetapi mengarahkan mereka
untuk mengembangkanya dengan penalaran intensif. Efeknya akan lebih kuat jika
menggunakan metode pembelajaran aktif.
Dengan adanya pendidikan anti korupsi ini, diharapkan akan lahir generasi tanpa korupsi
sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang bebas dari korupsi.
Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada lingkungan sekolah yaitu pada
semua elemen pendidikan, seperti kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa. Lingkungan
sekolah akan menjadi pioneer bagi pemberantasan korupsi dan akan merembes ke semua
aspek kehidupan bangsa demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.
Pendidikan adalah usaha sadar yang membentuk watak dan prilaku secara sistematis,
terencana, dan terarah (Mahfudh,2003:251). Madrasah adalah lembaga pendidikan yang
memasukan nilai-nilai Islam baik dalam kurikulum pembelajarannya maupun dalam etika
sehari hari. Untuk itu Madrasah harus bisa menjadi model percontohan dalam menegakkan
Amar ma’ruf nahi munkar, khususnya untuk tindak pidana korupsi pada penyelenggaraan
pendidikan.
Islam memerintahkan umatnya agar hanya memakan dan memakai harta yang halal. Halal
dan haram tidak hanya ditentukan dari dzatnya saja, melainkan juga bagaimana cara
memperolehnya. Korupsi menurut kesepakatan Ulama (ijma) merupakan suatu tindakan
yang sangat diharamkan oleh Islam. Maka dari itu sangatlah penting untuk menanamkan
budaya anti korupsi di lingkungan madrasah.
Ciri khas madrasah lebih dari hanya sekedar penyajian mata pelajaran agama. Artinya, ciri
khas tersebut bukan hanya sekedar menyajikan mata pelajaran agama Islam di dalam
lembaga madrasah, tetapi yang lebih penting ialah perwujudan dari nilai-nilai keislaman di
dalam totalitas kehidupan madrasah. ciri khas tersebut mengandung unsur-unsur sebagai
berikut: (1) Perwujudan nilai-nilai keislaman di dalam keseluruhan kehidupan lembaga
madrasah; (2) Kedidupan moral yang beraktuaisasi, dan (3) Manajemen yang profesional,
terbuka, dan berperan aktif dalam masyarakat (Tilaar, 2004: 179). Artinya mulai dari Kepala
Madrasah hingga tukang sapu madrasah bersama –sama menciptakan budaya anti korupsi
di lingkungan madrasah.
Peran para guru (ustadz) juga tak kalah penting dalam membudayakan anti korupsi di
lingkungan madrasah. Karena mereka yang berhubungan langsung dengan para murid,
setiap tindakan dan ucapan mereka sangat berpengaruh terhadap tingkah laku serta pribadi
murid – murid madrasah. Maka dari itu peran seorang guru (ustadz) selain dituntut untuk
mempropagandakan selogan-selogan anti korupsi kepada murid – murid madrasah, mereka
juga harus mengimplementasikan dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar dan
dalam setiap prilaku sehari hari. Dimulai dari hal terkecil seperti kepatuhan terhadap
peraturan yang dibuat oleh pihak madrasah, misalnya tepat waktu, kehadiran dan lain
sebagainya.
Pada lingkungan Madrasah, penanaman budaya anti korupsi dapat dilaksanakan dalam
tataran pelaksanaan keadministrasian dan managerial di Madrasah. Disadari ataupun tidak,
banyak sekali potensi perilaku korupsi pada tataran managerial Madrasah yang. Beberapa
kegiatan yang mungkin dapat dilakukan untuk menanamkan budaya anti korupsi adalah:
Transparansi: a). RKAM dibuat secara bersama dengan melibatkan guru, komite Madrasah,
orang tua, dan staf TU. b). Pamflet-pamflet serta laporan-laporan yang dibuat secara tertulis
oleh Madrasah secara formal. Selama proses penyusunan RKAM, para guru, perwakilan
orang tua, pengurus komite Madrasah dan staf Madrasah selalu dilibatkan secara aktif,
meskipun tidak semua guru dan staf dilibatkan secara total.
Partisipasi: para warga Madrasah dan stakeholders lainnya harus berpartisipasi aktif dalam
pengelolaan Madrasah dalam berbagai bentuk semisal sumbangsih pemikiran, keterlibatan
guru, staf, dan orang tua siswa dalam kegiatan Madrasah. Secara formal penyampaian
aspirasi (sebagai salah satu bentuk partisipasi) dilakukan melalui rapat, sedangkan secara
informal dilakukan dengan bertatap muka dengan kepala Madrasah ataupun melalui surat.
Akuntabilitas: perlu dimilikinya standar kerja yang jelas dalam bentuk TUPOKSI (tugas
pokok dan fungsi), evaluasi kinerja melalui pemeriksaan dokumen rencana pembelajaran,
kunjungan kelas oleh kepala Madrasah, dan konsultasi individu antara guru dan kepala
Madrasah.
Implementasi dari transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas akan berjalan dengan baik bila
didukung dengan: a). dorongan dari orang tua siswa, b). personil Madrasah telah memiliki
kualifikasi yang cukup, d). adanya media komunikasi yang mampu menjadi penyalur
berbagai informasi perkembangan Madrasah, masukan serta kritikan dari stakeholder, dan
e). program-program Madrasah mendukung terhadap pengimplementasi-an
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Pendidikan merupakan pilar pembangun karakter, dalam rangka menyiapkan generasi baru
yang anti korupsi dan membangun budaya anti korupsi adalah melalui implementasi
pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan.
Pemberantasan korupsi mesti sistematis dan masif. Pendidikan antikorupsi menjadi sarana
sadar untuk itu. Pendidikan antikorupsi baiknya menyentuh aspek kognitif, afektif, dan
konasi. Tujuan utama pendidikan antikorupsi adalah perubahan sikap dan perilaku terhadap
tindakan koruptif.
Pendidikan Anti Korupsi mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Aspek
kognitif akan memberikan bekal pengetahuan dan pemahaman kepada siswa tentang
bahaya korupsi, sehingga ia akan memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya
Pemberantasan korupsi. Aspek afeksi akan berkorelasi dengan pembentukan sikap,
keasadaran, dan keyakinan bahwa antikorupsi harus dilakukan dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Adapun aspek psikomotorik akan memberikan keterampilan dan
perilaku kepada siswa bagaimana mengenali korupsi. Keseluruhan aktivitas pendidikan ini
akan memberikan pengalaman kepada siswa akan pentingnya mengembangkan sikap,
perilaku, dan kebiasaan yang beorientasi kepada kejujuran.
Kelas 1
KOMPETENSI YANG HARUS DIKUASAI
KD PPKn MI Kelas 1
CONTOH INDIKATOR
1.2 Menerima kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa di
lingkungan Rumah dan Madrasah
2.2 menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-
hari di rumah
3.2 Mengidentifikasi aturan yang ber- laku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
4.2 Menceritakan kegiatan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
Memanfaatkan bahan referensi untuk menggali ide dan melihat contoh praktis, seperti buku-buku
KPK: Pahami dulu Baru Lawan, MUM, Kisah Kasus di Madrasah, Komik Pemburu Koruptor, Board
Game Keranjang Bolong/Sahabat Pemberani, Film Sahabat Pemberani.
Pembiasaan dan pengamalan dilakukan di kelas dan Madrasah dengan membangun suasana
pembiasaan, serta dikaitkan dengan aktivitas di rumah dan lingkungan:
Kelas: Membiasakan menaati aturan yang berlaku. Aturan di- jalankan secara konsisten;
Madrasah: Membiasakan menaati aturan yang berlaku di Madrasah. Aturan dijalankan
secara konsisten. Mempraktekkan ekspresi terhadap ketidaknyaman “Ehm” di lingkungan
Teman Bermain: Mengajak teman untuk menerapkan ekspresi terhadap ketidaknyaman
“Ehm”;
Keluarga: Menyampaikan kegiatan pembiasaan melalui ek- spresi terhadap ketidaknyaman
“Ehm”, dan mengajak kelu- arga melakukan hal yang sama.
Masyarakat: Menyampaikan ekspresi terhadap ketidakny- aman “Ehm”, dan mendorong
untuk melakukan hal yang sama.
Kelas 2
KD PPKn MI Kelas 2
CONTOH INDIKATOR
1.2 Menunjukkan sikap patuh aturan agama yang dianut dalam kehidu- pan sehari-hari di Madrasah
2.2 Melaksanakan aturan yang berlaku di rumah dan tata tertib yang ber- laku di Madrasah
3.2 Mengidentifikasi aturan dan tata tertib yang berlaku di Madrasah
4.2 Menceritakan kegiatan sesuai aturan dan tata tertib yang berlaku di Madrasah
Pembiasaan dan pengamalan dilakukan di kelas dan Madrasah dengan membangun suasana
pembiasaan, serta dikaitkan dengan aktivitas di rumah dan lingkungan:
Kelas: Membiasakan menaati aturan yang berlaku. Aturan dijalankan secara konsisten;
Madrasah: Membiasakan menaati aturan yang berlaku di Madrasah. Aturan dijalankan
secara konsisten. Mempraktekkan ekspresi terhadap ketidaknyaman “Ehm” di lingkungan
Teman Bermain: Mengajak teman untuk menerapkan ekspresi terhadap ketidaknyaman
“Ehm”;
Keluarga: Menyampaikan kegiatan pembiasaan melalui ek- spresi terhadap ketidaknyaman
“Ehm”, dan mengajak kelu- arga melakukan hal yang sama.
Masyarakat: Menyampaikan ekspresi terhadap ketidakny- aman “Ehm”, dan mendorong
untuk melakukan hal yang sama.
Kelas 3
KD PPKn MI Kelas 3
CONTOH INDIKATOR
1.2 Menghargai kewajiban dan hak se- bagai anggota keluarga dan warga Madrasah sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah swt.
Menyebutkan contoh hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan warga Madrasah;
Menyebutkan contoh hak-hak yang diperoleh sebagai anggota keluarga dan warga
Madrasah;
Menceritakan dengan jujur pengalaman melaksanakan kewajiban di rumah dan di
Madrasah;
Menceritakan dengan jujur pengalaman akibat ketika tidak melaksanakan kewajiban di
rumah dan di Madrasah;
2.2 Melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan warga Madrasah
3.2 Mengidentifikasi kewajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan warga Madrasah
4.2 Menyajikan hasil identifikasi ke- wajiban dan hak sebagai anggota keluarga dan warga Madrasah
Memanfaatkan bahan referensi untuk menggali ide dan melihat contoh praktis, seperti buku-buku
KPK: Pahami dulu Baru Lawan, MUM, Kisah Kasus di Madrasah, Komik Pemburu Koruptor, Board
Game dan PDKT, Film.
Kelas 4
KD PPKn MI Kelas 4
CONTOH INDIKATOR
1.3 Mensyukuri keberagaman umat beragama di masyarakat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.
2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman umat beragama di masyarakat dalam konteks Bhinneka
Tunggal Ika
3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidu- pan seharihari
4.3 Mengemukakan manfaat keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan sehari-hari
Pembiasaan dan pengamalan dilakukan di kelas dan Madrasah dengan membangun suasana
pembiasaan, serta dikaitkan den- gan aktivitas di rumah dan lingkungan:
Di Kelas: Menjalin pertemanan dengan semua teman dengan menerima Menceritakan
pengalaman bergaul dengan karakteris orang yang berbeda-beda. Secara terus menerus
melakukan gerakan yang mencerminkan rasa ketidaknyamanan dengan ekspresi “Ehm”;
Di Madrasah: Menjalin pertemanan dengan semua teman dengan me- nerima Secara terus
menerus melakukan gerakan yang mencerminkan rasa ketidaknyamanan “Ehm”;
Dengan Teman Bermain: Menjalin pertemanan dengan semua teman di luar Madrasah,
tanpa membeda-bedakan.
Di Keluarga: Menceritakan kegiatan di Madrasah tentang pergaulan den- gan orang yang
memiliki karakteristik berbeda tiap Mendorong anggota keluarga untuk mempraktekan
gerakan yang mencerminkan ketidaknyamanan “Ehm”;
Di Masyarakat: Bergaul dengan orang dari berbagai latar belakang tanpa membeda-
bedakan. Menunjukkan sikap terbuka pada semua Memberi contoh praktek pembiasaan di
Madrasah dalam keseharian den- gan teman bermain dan di masyarakat.
KD PPKn MI Kelas 5
CONTOH INDIKATOR
1.1 Bersyukur kepada tuhan Yang Maha Esa atas nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Contoh perilaku bertanggungjawab seperti taat aturan di kelas dan di Madrasah dan
melaksanakan tugas-tugas Madrasah.
Cinta Tanah Contoh perilaku cinta tanah air seperti tidak merugikan orang lain, tidak
menyontek, dan lain-lain.
Rela Contoh perilaku rela berkorban seperti banyak membantu yang membutuhkan, tolong
menolong, dan lain-lain.
Perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidu- pan sehari-hari,
contoh:
Tidak bertanggungjawab. Contoh perilaku tidak bertanggungjawab seperti egois, mau
menang sendiri, malas, berburuk
Tidak cinta tanah Contoh perilaku tidak mencintai tanah air, seperti mem- buang sampah
sembarangan, tidak bisa bekerja sama, tidak menghargai orang lain, dan lain-lain.
Tidak rela Contoh perilaku tidak rela berkorban seperti tidak suka membantu, kurang respek,
kerap menghina teman, dan lain-lain.
Pembiasaan dan pengamalan dilakukan di kelas dan Madrasah dengan membangun suasana
pembiasaan, serta dikaitkan dengan aktivitas di rumah dan lingkungan:
Di Kelas: Melaksanakan jadwal piket kelas. Melaksanakan tata tertib kelas. Secara terus
menerus melakukan gerakan “Ehm” untuk menunjukkan rasa ketidaknyamanan;
Di Madrasah: Melibatkan siswa dalam gerakan siswa untuk peduli sosial (bencana alam,
siswa sakit atau terkena musibah). Membiasakan gerakan membuang sampah pada
tempatnya. Secara terus menerus melakukan gerakan yang mencerminkan rasa
ketidaknyamanan “Ehm”. Membuat lomba kebersihan kelas, daur ulang sampah dan jargon
tentang sikap yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan;
Di Keluarga: Menceritakan kegiatan di Madrasah tentang penerapan sikap sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Membuat jadwal kegiatan siswa selama di rumah.
Mendorong anggota keluarga untuk mempraktekan gerakan yang mencerminkan
ketidaknyamanan “Ehm”;
Kelas 5
KD PPKn MI Kelas 6
CONTOH INDIKATOR
1.2 Menghargai makna kewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam
menjalankan agama
Melaksanakan kewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga negara sebagai wujud cinta tanah
air.
3.2 Menganalisis pelaksanaan ke- wajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga negara beserta
dampaknya dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Menyajikan hasil analisis pelaksan- aan kewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga
masyarakat beserta dampaknya dalam kehidu- pan sehari-hari
Kewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam kehidupan sehari-hari;
Dampak pelaksanaan kewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam
kehidupan sehari-hari;
Praktek dari pelaksanaan kewajiban, hak, dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam
kehidupan sehari-hari;
Pemanfaatan bahan referensi untuk menggali ide dan melihat contoh praktis, sep- erti buku-buku
KPK: Pahami dulu Baru Lawan, MUM, Kisah Kasus di Madrasah, Komik Pemburu Koruptor, Board
Game dan PDKT, Film
Pembiasaan dan pengamalan dilakukan di kelas dan Madrasah dengan membangun suasana
pembiasaan, serta dikaitkan dengan aktivitas di rumah dan lingkungan:
Di Kelas: Melaksanakan jadwal piket Melaksanakan tata tertib kelas. Secara terus menerus
melakukan gerakan yang mencerminkan rasa ketidaknyamanan “Ehm”;
Di Madrasah: Melibatkan siswa dalam gerakan siswa untuk peduli sosial (bencana alam,
siswa sakit atau terkena musibah). Membiasakan gerakan membuang sampah pada Secara
terus menerus melakukan gerakan yang mencerminkan rasa ketidaknyamanan “Ehm”.
Membuat lomba kebersihan kelas, daur ulang sampah dan jargon tentang sikap yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan;
Dengan Teman Bermain: Mengajak teman bermian untuk menunjukkan kewajiban, hak dan
tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud sinta tanah
Di Keluarga: Menceritakan kegiatan di Madrasah tentang penerapan sikap sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila dalam Membuat jadwal kegiatan siswa selama di rumah. Mendorong
anggota keluarga untuk mempraktekan gerakan yang mencerminkan ketidaknyamanan
“Ehm”;
Di Masyarakat: Mengamalkan kesepakatan di Madrasah dalam praktek di masyarakat dan
menyampaikan kegiatan pembelajaran dan pembiasaan di Madrasah kepada teman bermain
atau anggota masyarakat lainnya;
Selalu melaksanakan aturan yang berlaku di masyarakat.
Memberi contoh praktek pembiasaan di Madrasah dalam keseharian dengan teman bermain
dan di masyarakat.