Anda di halaman 1dari 7

Kurikulum Terbaik, Siapa yang

Membuatnya?
“THE BEST CURRICULUM”, SIAPA YANG MEMBUATNYA?
(Makalah yang dibuat dalam rangka tugas mata kuliah PKPP)
Oleh : Wijaya Kusumah

http://wijayalabs.com/2008/07/11/kurikulum-terbaik-siapa-yang-membuatnya/

I. PENDAHULUAN

Setelah mengikuti perkuliahan Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran (PKPP)


selama satu semester oleh Prof. Dr. Soedijarto, MA hati dan pikiran penulis yang berprofesi
guru mulai lebih terbuka tentang kondisi pendidikan yang ada di Indonesia. Hal inilah yang
menyulut dan menggugah hati penulis untuk membuat makalah tentang kurikulum terbaik,
siapa yang membuatnya? Apakah guru, orang tua siswa, pemerintah atau semua orang yang
bergerak dalam bidang pendidikan? Lalu untuk apa kurikulum dibuat? Mengapa kurikulum
diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah?

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di dalam
negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat
dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan
dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang pendidikan. Buat apa membuat
kurikulum baru, kalau kemasannya masih juga lama. Atau bikin kurikulum baru, tapi
paradigma yang digunakan masih paradigma lama. Sehingga tak berbekas dan bermakna
dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Beberapa hal yang melatarbelakangi penyusunan kurikulum baru antara lain:

1. Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap


paradigma pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain
pembaharuan dan divensifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan
pengembangan kurikulum.
2. Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang
begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan
serius.
3. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu
dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang
multidimensional.
4. Pengembangan kurikulum harus dapat mengantisipasi persoalan-persoalan bangsa
yang mempunyai kemungkinan besar sudah dan/atau akan terjadi.

Kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu memberikan
keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan,
ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Oleh karena itu kurikulum
secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia,
kehidupan demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan
ketahanan budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi, serta pengelolaan lingkungan.

Karena itulah makalah ini dibuat bukan hanya sekedar menyelesaikan tugas kuliah, tetapi
lebih menekankan pada asas manfaat tentang bagaimana sebuah model kurikulum itu
mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah kita. Kehadirannya benar-benar sesuai dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat dan bukan sekedar kebijakan sesaat seorang
menteri pendidikan nasional yang kata orang ganti menteri pasti ganti kurikulumnya.

Pada makalah ini akan dibahas pula bagaimana sebuah kurikulum itu mampu dikembangkan
dan dikritisi oleh guru sendiri sebagai ujung tombak atau garda terdepan pendidikan bangsa
ini. Sehingga apa yang terjadi dalam proses pendidikan kita terlihat jelas dari kacamata
seorang guru yang mendidik anak bangsa ini dengan penuh ketulusan. Mereka selalu
bertanya pada dirinya what is wrong in Indonesian Classroom? Sehingga mereka selalu
berjiwa inovatif dan bertindak kreatif dalam menyusun kurikulumnya sendiri yang pada
akhirnya akan mengantarkan mereka untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Dalam rangka mengaplikasikan apa yang telah dicanangkan oleh UNESCO melalui learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together para guru dan pengelola
pendidikan dituntut mampu berkontribusi dalam menyusun kurikulum bangsa ini kearah yang
lebih baik. Sesuai dengan harapan bahwa yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum
yang mampu memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan,
pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Oleh karena
itu kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara nasional. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan
hak asasi manusia, kehidupan demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum,
kehidupan beragama dan ketahanan budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi, serta pengelolaan lingkungan.

Semoga sistem pendidikan nasional kita mampu menjamin pemerataan kesempatan


pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global sehingga mampu melakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan yang salah satunya melalui pembuatan kurikulum yang terbaik dan dibuat
oleh bangsa itu sendiri.

II. PEMBAHASAN

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU
No. 20 Sisdiknas tahun 2003).

Karena hal itu sudah sewajarnya bila kita sebagai pendidik tidak hanya mampu mencerdaskan
otak siswa, tapi juga watak siswa sehingga menjadi sinergi yang mengacu kepada lima
kecerdasan, yaitu intelektual, sosial, moral, emosional, dan motorik. Melalui pembelajaran
yang tersusun dalam kurikulum akan membuat pembelajaran menjadi learning by thinking,
learning by doing, learning by exercising, learning by experiencing, learning by playing, and
learning by enjoying. Dengan 5 kecerdasan dan 6 learning itu diharapkan kita sebagai
pendidik atau pengelola pendidikan mampu mengaplikasikan tujuan pendidikan yang sudah
tertuang dalam UU Sisdiknas No.20 Pasal 3 tahun 2003.

Kecerdasan intelektual harus diimbangi dengan kecerdasan moral, Mengapa? Bila kecerdasan
intelektual tidak diimbangi dengan kecerdasan moral akan menghasilkan peserta didik yang
hanya mementingkan keberhasilan ketimbang proses, segala cara dianggap halal, yang
penting target tercapai semaksimal mungkin. Inilah yang terjadi pada masyarakat kita
sehingga kasus korupsi merajalela di kalangan orang terdidik. Karena itu kecerdasan moral
akan mengawal kecerdasan intelektual sehingga akan mampu berlaku jujur dalam situasi
apapun. Jujur bukanlah kebijakan yang terbaik, tapi jujur adalah satu-satunya kebijakan.
Kejujuran kunci keberhasilan dan kesuksesan.

Selain itu kecerdasan sosial perlu juga ditanamkan agar peserta didik tidak egois, dan tidak
memperdulikan orang lain. Mereka harus mampu bekerjasama dengan karakter orang lain
yang berbeda. Kecerdasan emosional juga perlu ditumbuhkan agar peserta didik tidak
gampang marah, tersinggung, dan mudah melecehkan orang lain. Sedangkan kecerdasan
motorik diperlukan agar peserta didik mampu melakukan mobilitas tinggi sehingga mampu
bersaing dalam memperoleh hasil yang maksimal.

Untuk mewujudkan hal di atas diperlukan perencanaan kurukulum yang terarah, terencana
dan mampu bersaing dalam dunia global. Ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian
kita sebagai pendidik dalam menyusun kurikulum, yaitu:

1. Diversifikasi Kurikulum yang merupakan proses penyesuaian, perluasan, pendalaman


materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan dan tingkat
kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan berbagai
kompleksitasnya.
2. Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran
minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan oleh peserta didik
pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan sebagai upaya kendali dan
jaminan mutu.
3. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabupaten/Kota
sebagai Daerah

Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan daerah dalam


penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan.
Untuk merespon ketiga hal tersebut di atas, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah
melakukan penyusunan Standar Isi (SI), yang kemudian dituangkan kedalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006, yang mencakup
komponen:

1. Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup


pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir
dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.
2. Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang cakupan
materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik
Sebagai seorang guru yang telah mengajar hampir 15 tahun di SMP Labschool Jakarta,
penulis merasa terpanggil untuk menyusun kurikulum yang terbaik dan dapat menghantarkan
anak didik kita menuju manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yanga Maha Esa.
Karena itu kurikulum yang disusun harus ada proses transfer of learning. Jangan semua
hafalan. Hidden curriculum juga diperlukan kekuatannya di dalam sistem evaluasi. Benyamin
Bloom menemukan tingkah laku anak dalam belajar. Semua dinilai dari hidden curriculum.
Jangan sampai ada peserta didik yang menipu, menyontek, dll, maka diharapkan akan lahir
manusia yang tidak berani korupsi. Karena itu kurikulum yang dibuat harus mempunyai
relevansi dengan epistemology, sosial, dan moral (khusus utk moral jangan digunakan
hukuman yang menyakitkan, Emanuel khan).

Agar kurikulum yang dibuat berjalan baik ditingkat implementasi, maka harus pula
ditingkatkan kualitas guru dalam proses belajar dan mengajar sehingga terjadi pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Berbagai saha untuk meningkatkan
kualitas guru dan pendidikan guru telah dilaksanakan dengan berbagai bentuk. Misalnya
dengan dikembangkannya tiga bentuk sekolah, yaitu sekolah formal mandiri, dengan istilah
sekolah bertaraf internasional (SBI), sekolah formal standar dengan istilah sekolah standar
nasional (SSN), dan sekolah formal reguler.

Pembelajaran telah dilakukan dengan berbagai metode diantaranya dengan sistem contextual
teaching learning (CTL) yang telah dikembangkan oleh para guru di sekolah, dan juga
program sertifikasi guru dalam jabatan serta pelatihan guru melalui model-model
pembelajaran telah juga dilakukan oleh pemerintah. Bahkan penulis sendiri telah lulus
sertifikasi guru, walaupun harus mengikuti pendidikan dan pelatihan guru (PLPG) selama
seminggu di Universitas Negeri Jakarta. Penulis sendiri merasa bersyukur dapat mengikuti
pelatihan itu, karena ternyata banyak sekali yang belum dikuasai dalam proses pembelajaran
yaitu bagaimana membuat rencana program pembelajaran (RPP) yang harus dibuat sendiri
oleh guru.

Setelah bertahun-tahun menjadi guru dan mengalami pergantian kurikulum dari mulai
kurikulum 1994, kurikulum tahun 2000 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di tahun
2004 serta KTSP di tahun 2006, penulis banyak mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan kurikulum itu. Perbedaan yang paling signifikan dari berbagai kurikulum itu
adalah diberinya kesempatan guru dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
dalam menyusun kurikulumnya sendiri melalui standar isi dan standar kompetensi lulusan
(SKL). Melalui KTSP 2006 guru diberikan kesempatan untuk menjadi kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan disiplin ilmu yang dimilikinya.

Atas dasar itu, maka profesionalisasi guru memegang peranan yang sangat penting.
Kemampuan dasar atau kompetensi guru mutlak diperlukan, sebagaimana profesi lainnya.
Karena itu guru harus memiliki kemampuan utama yaitu :

1. Menguasai bidang keilmuan yang diajarkannya


2. Terampil melaksanakan proses pengajaran sehingga mampu mendidik dan mengajar
siswa dengan baik
3. Memiliki sikap positif terhadap profesi guru serta senantiasa mau meningkatkan
kemampuan yang berkenaan dengan tugas profesinya.

Disinilah pentingnya kompetensi profesional guru dalam mewujudkan dan melaksanakan


kurikulum, sehingga niat dan harapan dalam kurikulum dapat dikuasai dan dimiliki oleh anak
didik. Kompetensi profesional guru pada hakikatnya mengembangkan kemampuan yang
dituntut dari tugas dan tanggung jawabnya.

Oleh sebab itu guru harus mampu memahami karakteristik kerja guru. Pemahaman akan
haikat kerja guru sangat penting sebagai landasan dalam mengembangkan program
pembinaan dan pengembangan guru. Beberapa karakteristik kerja guru itu antara lain:
1. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat individualistis nonkolaboratif
2. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap
seluruh waktu
3. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru
rendah.
4. Pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik
5. Pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja di ruang kelas.

Disamping karakteristik pekerjaan guru, karakteristik disiplin ilmu pengetahuan sangat


penting artinya untuk dipahami, khususnya oleh guru sendiri. Sebab guru harus menjiwai
disiplin ilmu yang harus diajarkan kepada siswa-siswanya. Namun realitas menunjukkan
bahwa kualitas guru belum sebagaimana diharpakan. Berbagai usaha yang serius dan
sungguh-sungguh serta terencana harus secara terus menerus dilakukan dalam pengembangan
kualitas guru.
Selain itu salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita
lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Karena itu hendaknya kurikulum yang dibuat dapat membuat dan merangsang peserta didik
menjadi paham dengan ilmu yang dipelajarinya sehingga mereka dapat mengamalkannya di
masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Bukan sekedar menghafal, lalu kemudian hilang
ditiup angin tak berbekas. Anak hanya diarahkan untuk menguasai ilmu tanpa diberikan
contoh untuk apa pemanfaatan ilmu itu dalam kehidupan. Semua itu hanya dapat dilakukan
oleh seorang guru yang professional. Guru yang juga memiliki 5 kecerdasan dan 6 learning
seperti apa yang sudah diuraikan di atas.
Kurikulum merupakan suatu rencana untuk keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya
mencakup rencana yang berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan
dengan hasil dari proses pembelajaran. Kurikulum juga merupakan suatu hubungan antara
perencanaan dengan pengalaman seorang siswa di sekolah.

Pengertian di atas menggambarkan definisi kurikulum dalam arti teknis pendidikan.


Pengertian tersebut diperlukan ketika proses pengembangan kurikulum sudah menetapkan
apa yang ingin dikembangkan, model apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana suatu
dokumen harus dikembangkan. Kebanyakan dari pengertian itu berorientasi pada kurikulum
sebagai upaya untuk mengembangkan diri peserta didik, pengembangan disiplin ilmu, atau
kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan tertentu.

Dengan transfer dan transmisi maka kurikulum menjadi suatu fokus pendidikan yang ingin
mengembangkan pada diri peserta didik apa yang sudah terjadi dan berkembang di
masyarakat. Kurikulum tidak menempatkan peserta didik sebagai subjek yang
mempersiapkan dirinya bagi kehidupan masa dating tetapi harus mengikuti berbagai hal yang
dianggap berguna berdasarkan apa yang dialami oleh orang tua mereka.

Dalam konteks ini maka disiplin ilmu memiliki posisi sentral yang menonjol dalam
kurikulum. Kurikulum, dan pendidikan, haruslah mentransfer berbagai disiplin ilmu sehingga
peserta didik menjadi warga masyarakat yang dihormati.

Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi kurikulum


kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa kurikulum disusun
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan memperhatikan:

1. peningkatan iman dan takwa;


2. peningkatan akhlak mulia;
3. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. tuntutan dunia kerja;
7. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. agama;
9. dinamika perkembangan global; dan
10. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pasal ini jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan
agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum
haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini
dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap
jenjang pendidikan.

III. PENUTUP

Dalam makalah ini penulis ingin menyampaikan suatu pesan bahwa apapun kurikulumnya,
guru yang mengajar di sekolah adalah guru yang harus professional. Sebab guru yang
professional akan mampu mengembangkan kurikulum pembelajarannya sendiri. KTSP bisa
diartikan sebagai Kurikulum Tergantung Siapa Pengajarnya. Sehingga keberadaan guru
benar-benar penting dalam proses pembelajarannya.

Karena itu guru dituntut untuk dapat kreatif, dan senantiasa inovatif dalam memperbaiki
kualitas pemebalajarannya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan PTK guru
dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. Sebab semua tercata dengan baik dan
membuat guru untuk membuat buku pembelajarannya sendiri.

Dalam paradigma lama, guru hanya sebagai obyek dari pembuat kurikulum. Semua sudah
dituliskan dan guru hanya mengikuti saja apa-apa yang sudah ditulis oleh pembuat kurikulum
alias copy and paste sehingga membuat guru menjadi tidak kreatif. Dengan adanya kurikulum
baru ini diharapkan guru mampu menyusun kurikulumnya sendiri. Sehingga terjawab sudah
tema dalam makalah ini, The Best Curriculum, siapa yang membuatnya? Semoga para guru
sanggup menangkap peluang emas ini.

DAFTAR ACUAN

1. Nurokhman, Meningkatkan Kualitas Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Republika,


Rabu, 25Juni 2008
2. Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Prenada Kencana, 2008
3. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MAKALAH
Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran (PKPP)
Dosen : Prof. Dr. Soedijarto, MA
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH TUGAS MATA KULIAH
PKPP (TP501)

Oleh:
WIJAYA KUSUMAH

PROGRAM STUDI:
S-2 TEKNOLOGI PENDIDIKAN (TP)
PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2008

Anda mungkin juga menyukai