Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN IMPLEMENTASI

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS /

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PROVINSI LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga penyusunan
buku panduan implementasi mata pelajaran Pendidikan Antikorupsi bagi guru Sekolah
Menengah Atas dapat terselesaikan. Buku ini merupakan panduan bagi guru atau
pendidik untuk dapat menerapkan mata pelajaran pendidikan antikorupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga antikorupsi memiliki tugas


untuk melakukan upaya pemberantasan korupsi melalui penindakan dan juga
pencegahan korupsi. Upaya pencegahan korupsi dilakukan melalui pendidikan,
kampanye dan sosialisasi antikorupsi. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002, pasal 13 huruf c yaitu menyelenggarakan program pendidikan
antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan. Dalam rangka melakukan fungsi
pendidikan, pada tahun 2007 sampai dengan 2008, KPK menyusun modul antikorupsi
jenjang pendidikan dasar sampai menengah untuk pertama kalinya. Di tahun 2008,
modul antikorupsi tersebut diserahterimakan dari KPK ke Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk diujicobakan, dikembangkan dan diimplementasikan ke sekolah-
sekolah di seluruh Indonesia. Dalam prosesnya, KPK terus melakukan inovasi untuk
mengembangkan metode serta media pembelajaran antikorupsi yang dapat dilakukan
secara mudah dan menyenangkan. Selain modul ini, KPK juga telah menyusun berbagai
media pembelajaran antikorupsi yang dikemas dalam bentuk buku cerita, komik, buku
saku, DVD Film, CD Lagu dan juga permainan.
Untuk memudahkan para Guru atau Pendidik dalam mengimplementasikan nilai-nilai
antikorupsi maka diperlukan mata pelajaran pendidikan antikorupsi. Maka diperlukan
buku panduan implementasi sebagai pegangan bagi Guru atau Pendidik di Satuan
Pendidikan Menengah. Panduan ini digunakan dalam mata pelajaran pendidikan
antikorupsi sehingga dapat lebih memahami, menyadari, meyakini, serta
mengaktualisasikan pendidikan antikorupsi dari ruang kelas, sekolah, rumah dan
lingkungan. Keniscayaan akan generasi ke depan yang memiliki karakter moral sesuai
nilai-nilai antikorupsi, akan terwujud jika dalam setiap proses pembelajaran tidak hanya
mengajarkan tetapi juga adanya pengkondisian yang dipraktekkan secara nyata melalui
sikap dan perilaku yang baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan
kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Kami menyadari bahwa modul ini masih
jauh dari kata sempurna, karenanya saran dan kritik membangun sangat kami harapkan
guna perbaikan di masa mendatang.

Bandar lampung Juli 2020


I. Pendidikan Antikorupsi

1. Muatan Kurikulum Pendidikan Antikorupsi

Perilaku koruptif telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal, kita semua tahu
perilaku seperti itu membuat tindak pidana korupsi menjadi hal yang dianggap biasa.
Sebuah ironi karena perilaku tersebut adalah perbuatan tidak bermoral. Perilaku koruptif
ditandai oleh hilangnya nilai-nilai jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, kerja
keras, sederhana, berani, dan adil dari dalam diri individu. Mengapa nilai-nilai karakter
ini makin menghilang, tentu menjadi keprihatinan kita.

Padahal, dunia pendidikan, ditujukan berkembangnya potensi peserta didik agar


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Inti dari pendidikan adalah penguatan karakter.
Mari kita bangun kembali penguatan nilai-nilai antikorupsi mulai dari sekolah. Kini
saatnya mengembalikan sekolah sebagai lokomotif penguatan budaya antikorupsi untuk
jangka panjang.

Pendidikan antikorupsi diawali dengan memastikan bahwa kurikulum mengakomodasi


nilai-nilai antikorupsi. Sehubungan dengan ini, sebagai jantung pendidikan, kurikulum
memiliki dua kekuatan, yaitu:

Pertama, ketepatan memilih substansi atau lingkup pengetahuan yang akan dibelajarkan.
Kebenaran substansi tidak disangsikan, urgent (penting) untuk dipelajari, benar-benar
bermanfaat, relevan dengan kebutuhan peserta didik dan kehidupan, serta memancing
minat peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut secara mandiri.

Kedua, pengelolaan kurikulum melalui pembelajaran yang efektif yang didukung oleh
sistem penilaian yang mengarah pada pencapaian kompetensi (valid) dan realiable
(dapat dipercaya, ajeg, konsisten, andal dan stabil). Pengelolaan kurikulum diawali
dengan penyusunan perencanaan pembelajaran yang benar-benar dapat dijadikan
sebagai acuan dan pengendalian proses pembelajaran. Perencanaan tersebut
memperhitungkan kelayakan dan keterlaksanaanya, disesuaikan dengan kondisi yang
ada, mempertimbangkan perbedaan potensi dan kecepatan serta gaya belajar peserta
didik, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari siswa, tanggap
terhadap berbagai perubahan situasi yang terjadi tiba-tiba, dan memberikan berbagai
alternatif pengalaman belajar.

Kedua kekuatan itulah yang menjamin ketercapaian tujuan pembelajaran. Tanpa


pengelolaan yang tepat, substansi yang hebat akan kehilangan makna. Demikian pula
sebaliknya, kekeliruan dalam memilih substansi mengakibatkan pembelajaran menjadi
sia-sia. Agar substansi kurikulum dapat dikelola dengan baik, maka guru sebagai
pendamping siswa harus benar-benar memahami kedua aspek tersebut.

Supaya kurikulum memudahkan semua guru untuk melakukan pembelajaran, maka


semua kebijakan pemerintah tentang kurikulum harus mudah dipahami, mudah
dijabarkan, mudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi yang ada di
sekitarnya (flexible), mudah dikelola oleh guru (manageable), terukur ketercapaiannya
(measurable), terlihat tahapan perkembangannya (observable) dan dapat diprediksi
hasilnya (predictable).

Apabila semua itu terpenuhi, maka substansi yang semula dianggap sulit, akan mudah
dipelajari oleh siswa (learnable). Substansi yang semula dianggap sebagai beban akan
menjadi kebutuhan dan bermakna bagi kehidupan. Artinya, keberadaan kurikulum
menjadi alat bantu yang memudahkan dan melancarkan proses pembelajaran, bukan
mempersulit apalagi merepotkan semua pihak (guru, siswa, dan orang tua).

2. Aksi Guru dalam Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi adalah proses untuk menguatkan sikap antikorupsi dalam diri
peserta didik sedini mungkin. Untuk itu diperlukan aksi guru yang benar-benar
berangkat dari keinginan untuk membangun peradaban baru yang lebih baik dan bebas
korupsi. Aksi yang diperlukan dari guru sebagai berikut:
a. Siapkan Diri

Guru adalah lokomotif perbaikan. Siapkan diri untuk membuat generasi mendatang jauh
lebih baik. Jadilah teladan bagi peserta didik, beri contoh, dan tampilkan semangat yang
kuat.

b. Rencanakan

Buat perencanaan yang rinci sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik serta menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan
lingkungan sekitarnya. Jadikan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
c. Wujudkan

Wujudkan suasana belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan
mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik serta
menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan lingkungan sekitarnya.

d. Evaluasi

Lakukan evaluasi terhadap ketercapaian sikap peserta didik sesuai tujuan. Jaga
konsistensi pengamalan dan penerapan sikap di sekolah dan di luar sekolah. Perbaiki
proses secara terus menerus
II. Aspek Pendidikan Antikorupsi

2.1 Aspek Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi bermuara pada perilaku antikorupsi dalam diri semua individu
di Indonesia, sehingga tercipta Indonesia yang berintegritas. Pendidikan antikorupsi
mengacu pada prinsip pendidikan karakter, sebagai berikut:

1. Bersifat jangka panjang. Dimulai sejak peserta didik menjadi siswa satuan
pendidikan sampai lulus dari satuan pendidikan

2. Dipengaruhi oleh perbedaan setiap tahap perkembangan anak;

3. Bertumbuh memadukan antara pemahaman, penyadaran dan pengamalan di


semua segi kehidupan secara konsisten. Berlangsung dalam keluarga, sekolah,
dan lingkungan atau masyarakat, serta komunitas yang dekat dengan kehidupan
anak;

4. Merupakan satu kesatuan dari pendidikan karakter generasi muda yang


tergantung pada motivasi individu untuk antikorupsi dan suasana lingkungan
yang harus diciptakan sebagai lingkungan yang antikorupsi.

Aspek Pendidikan Antikorupsi mengacu pada pengertian kompetensi yang mencakup;


pengetahuan, keterampilan dan sikap.

a. Tahu (Pengetahuan)

Peserta didik dikondisikan untuk tahu, sadar, dan paham tentang perilaku
antikorupsi. Untuk tahu, sadar, dan paham dapat dilakukan melalui mendengar,
melihat, membaca, dan merasa. Agar proses pengkondisian peserta didik untuk tahu,
sadar, dan paham lebih efektif, maka sekolah dapat melakukan melalui mata
pelajaran sebagai alat.
b. Bisa (Keterampilan)

Peserta didik dikondisikan untuk bisa mempraktekkan perilaku antikorupsi, baik di


sekolah maupun di luar sekolah. Agar proses pengkondisian dapat berjalan efektif,
perlu dilakukan melalui berbagai alat yang bernama mata pelajaran, dan melalui
berbagai aktivitas di sekolah dan di luar sekolah.

c. Terbiasa (Sikap)

Peserta didik dikondisikan untuk terbiasa menunjukkan perilaku antikorupsi dalam


hidupnya, di manapun, kapanpun dan dalam suasana bagaimanapun. Agar proses
pembiasaan berjalan efektif, perlu dilakukan pembiasaan oleh peserta didik di mana
sekolah bertindak sebagai lokomotif.

2.2 Langkah Penguatan Perilaku Antikorupsi

Langkah penguatan perilaku antikorupsi, merupakan siklus yang dapat dimulai dari tiga
aspek, yaitu; pengetahuan, keterampilan dan sikap. Akan tetapi muara yang diharapkan
dari pendidikan antikorupsi adalah sikap antikorupsi yang terbentuk pada setiap
individu atas dasar pemahaman dan kesadaran yang kuat.

a. Pengetahuan.
Peserta didik dikondisikan untuk mengetahui dan memahami tentang
antikorupsi. Tahu dan paham bisa bersumber dari mendengar, melihat, membaca
atau merasa.
 Mendengar bisa dari guru, teman, tokoh, masyarakat, baik secara langsung
atau melalui media;
 Melihat bisa melihat secara langsung atau melalui media;
 Membaca bisa dari buku, media lain, atau alam;
 Merasa bisa dari pengalaman langsung atau tidak langsung.
b. Keterampilan.

Setelah tahu dan bisa, pembelajaran juga harus melangkah pada kemampuan
peserta didik untuk bisa, mampu atau terampil mempraktekkan dan melakukan
secara nyata. Proses ini dapat dikondisikan melalui latihan yang terus menerus
dan konsisten di sekolah dan di luar sekolah.

c. Sikap.
Sikap terbentuk karena keterampilan yang terbiasa dan konsisten dilakukan di
manapun, kapanpun, dan dalam suasana bagaimanapun. Sikap terbentuk melalui
pembiasaan yang konsisten di sekolah dan di luar sekolah.

Pastikan proses pembelajaran berjalan sesuai tujuan pembelajaran. Pastikan Rancangan


Pembelajaran disusun berdasarkan inisiatif dan atas dasar usaha sadar dan terencana.
Sehingga setiap aktivitas yang akan dilakukan dapat dikontrol dengan baik.Pastikan
semua aktivitas yang dilakukan tidak menyimpang terlalu jauh dari perencanaan. Jika
terjadi hal-hal di luar perencanaan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, segera
lakukan perbaikan dalam perencanaan atau mengubah strategi pelaksanaan. Sehingga
nilai dasar yang membentuk perilaku antikorupsi dapat tercapai selama proses dan
setelah pembelajaran. Kesembilan nilai dasar tersebut adalah : jujur, disiplin, tangung
jawab, seerhana,kerja keras, mandiri, adil, peduli dan berani.

Pastikan perkembangan hasil belajar peserta didik diketahui secara simultan. Pendidik
fokus memperbaiki kompetensi peserta didik yang belum tercapai dan mendorong
pengamalan lebih luas bagi peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang
diharapkan.Pastikan bahwa semua pihak, baik sesama pendidik, peserta didik, orang
tua, dan masyarakat, ikut berpartisipasi untuk menjaga keterlaksanaan semua aktivitas
yang dilakukan dan menjaga konsistensi pengamalan hasil belajar dalam kehidupan,
kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun.
III. Penyampaian Pendidikan Antikorupsi

Perilaku koruptif telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal kita semua tahu bahwa
korupsi adalah perilaku yang tidak bermoral. Sebuah ironi. Muara dari persoalan
korupsi adalah hilangnya nilai-nilai antikorupsi yakni jujur, peduli, mandiri, disiplin,
tanggungjawab, kerja keras, sederhana, berani, adil dari dalam diri individu. Ayo kita
bangun kembali penguatan nilai-nilai antikorupsi dimulai dari sekolah. Kini saatnya
mengembalikan sekolah sebagai lokomotif penguatan budaya antikorupsi untuk jangka
panjang.

Pendidikan antikorupsi memandang peserta didik sebagai individu yang kaya akan
pengalaman, dalam arti memecahkan persoalan hidupnya, memiliki keterampilan
tertentu, memiliki prakasa, pendapat, sikap atau hobi tertentu, sehingga dibutuhkan guru
yang bukan hanya mentranfer pengetahuan tetapi guru harus memiliki kemampuan
dalam mengelola proses belajar, mampu menciptakan iklim belajar, dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta menggali pengalaman yang dimiliki,
sehingga diperlukan model komunikasi partisipatif dalam pembelajaran.

Guru memiliki peranan penting dalam mendorong dan memperkaya kemampuan siswa
yang belajar dengan cara sebagai berikut :
1. Mengenalkan berbagai sumber pembelajaran termasuk pengalaman bersama
siswa lainnya.
2. Mendorong siswa untuk memahami kebutuhan belajarnya melalui kultur dan
aspek psikologis mereka.
3. Membantu siswa untuk meningkatkan tanggungjawabnya dalam menentukan
tujuan serta kriteria keberhasilan peserta didik.
4. Mengatur topik dan materi yang sesuai dengan minat dan kondisi lingkungan
siswa.
5. Mendorong siswa mengambil keputusan dengan mengoptimalkan pengalaman
yang sesuai, mendorong kemampuan analisa kritis dan membuka sudut pandang
alternatif.
6. Memaparkan deskripsi masalah, analisa serta pengetahuan pemecahan masalah
mengenai kaitan masalah pribadi dengan kepentingan umum.
7. Memfasilitasi deskripsi masalah, analisa dan penyelesaiannya dikaitkan antara
masalah pribadi dan isu publik.
8. Membentuk suasana yang mendukung konsep diri siswa dengan suasana
mendorong pengambilan resiko, menghindari penilaian dan kompetisi serta
melibatkan dukungan kelompok.
9. Menggunakan pengalaman serta instruksi yang mengundang partisipasi dengan
contoh dimana proses pembelajaran tersebut terjadi pada dua pihak, yaitu
peserta didik dan guru. Hal ini memperlihatkan peranan penting guru yang dapat
menerima konsep diri peserta didik dan pengalaman hidupnya serta mendorong
peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
IV. METODE PEMBELAJARAN

Pendidikan antikorupsi perlu ditanamkan sejak dini dan berkesinambungan. Fokus


siswa adalah menghayati, memahami nilai moral, membentuk perilaku sampai
kemudian nilai tersebut terbentuk secara internal melalui kebiasaan. Tujuan akhirnya
adalah perilaku yang berdasarkan nilai-nilai positif tersebut diterapkan dilingkungan
sosial kemasyarakatan. Rangkaian pemdidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas
moral dalam membentuk generasi muda Indonesia yang secara aktif menghindari serta
menolak perilaku korupsi.

Keseimbangan antara perasaan, perbuatan dan pikiran akan membentuk sikap positif
peerta didik, memajukan dan meningkatkan pengertian, serta mengambangkan dan
mempraktekkan keterampilan dengan ilmu yang dimilikinya. Berikut ini beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Antikorupsi :

1. Ice Breaking (pemecah suasana)


Diberikan disetiap awal sesi, sangat diperlukan kegiatan seru yang berupa games
atau yell untuk menciptakan suasana yang gembira dan dinamis. Hal ini menggugah
afeksi siswa sangat penting agar membuat siswa lebih fokus pada materi
selanjutnya.
2. Ceramah Singkat
Metode ini untuk memperkenalkan topik atau materi baru, menyampaiakn laporan
dan fakta-fakta sistematis, dan menjelaskan secara panjang lebar. Hasil maksimal
dicapai bila ceramah disampaikan dengan jelas, menarik, humor dan diselingi alat-
alat visual (VCD, infokus, slides, poster) dan tanya jawab untuk memberi
kesempatan kepada peserta menanyakan hal-hal yang dianggap kurang jelas atau
istilah yang tidak dipahami.
3. Visualisasi
Merupakan pelengkap dan kepanjangan dari kata-kata dengan menggunakan alat
bantu visual. Metode ini dapat menolong peserta yang tidak terbiasa menulis atau
malu menjelaskan secara verbal pikiran-pikirannya untuk berbicara di depan kelas.
Selain itu, untuk mneghindari pembicaraan yang berputar-putar atau berulang-ulang.
4. Bermain peran (role play)
Bermain dapat meningkatkan interaksi diantara peserta. Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mencermati perilaku manusia, perasaan-perasaanya,
gerakan-gerakan tubuhnya dan menambah pengetahuan tentang perilaku manusia.
Metode ini memberi kesempatan untuk proses learning by doing. Peserta
dihadapkan dengan masalah dan harus mmecahkan masalah tersebut, dan
merapakan pengetahuan yang dimilikinya. Sementara satu keompok bermain peran,
para peserta lain belajar mengamati sikap orang lain, perannya, perasaannya dan
mengidentifikasikan cara pemecahan masalah yang berbeda-beda. Untuk bermain
peran perlu dibuat kasus dalam bentuk cerita yang akan diperankan oleh kelompok-
kelompok.
5. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok digunakan untuk pendalaman pokok bahasan mellaui komunikasi
yang partisipatif, memeberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan
pikiran, membahas studi kasus, merangkum perbedaan-perbedaan pendapat dalam
kelompok, bekerja sama, mengembangkan toleransi, simpati, menumbuhkan rasa
percaya diri individu dalam kelompok. Namun pendidik perlu menjaga agar dalam
kelompok tidak ada suara dominan atau menguasai dan tiap anggota kemlompok
berpartisipasi dan merasa pengetahuan dan pendapatnya dihargai.
6. Meta Plan
Meta Plan adalah karton warna-warni yang idgunting menurut bentuk dan ukuran
tertentu. Penggunaan meta plan merupakan salah satu cara efektif bagi peserta untuk
berani mengemukakan pikiran khususnya secara tertulis dan dengan menggunakan
kata-kata kunci. Meta plan mengajak peserta untuk berpikir dan atau berkomunikasi
secara fokus dan singkat, mengimbangi budaya lisan yang cenderung kurang fokus.
7. Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan metode efektif untuk memberi kesempatan kepada peserta
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang belum dipahami, atau masih
kurang jelas, atau memastikan suatu pendapat. Tanya jawab berguna untuk
menyamakan persepsi antara peserta didik dan guru.
8. Pemutaran Video

Merupakan metode yang menbuat peserta didik memahami secara mendalam dan
komprehesif terhadap sebuah topik. Pemutaran video membuat peserta didik
mengingat materi yang dipelajari bersama-sama. Namun demikian, pemutaran video
perlu diikuti dengan diskusikelompok besar atau kemolpok kecil untuk saling
memberi tanggapan atas tayangan yang ditonton.
9. Bercerita/Berbagi Pengalaman

Merupakan cara efektif untuk menyingkirkan budaya “diam”, dan pengenalan


kasus-kasus, dengan mengajak peserta menggali dan atau mengidentifikasi
pengalaman sendiri atau cerita yang pernah mereka dengar.
10. Curah Pendapat
Metode ini efektif untuk mendapatkan umpan balik dari peserta didik. Umpan balik
penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan sekaligus memperoleh
kesamaan persepsi dan menghilangkan asusmsi yang berbeda anatar peserta didik
dan guru.
11. Studi Kasus (case study)
Studi kasus digunakan secara lisan, tertulis, dramatisasi, film/audio visual, dan
laian-lain. Metode ini lebih bersifat kemprehensif dibandingkan dengan latihan-
latihan praksis. Studi kasus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan
menganalisa masalah, membahs masalah dalam konteks yang lebih spesifik,
mendorongkelompok untuk mengemukakan sikap-sikap mereka, menerapkan
pengambilan keputusan dalam kelompok dan sekaligus membuat bekerja sama.

Selain metode di atas, terdapat beberapa model inovasi pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Antikorupsi :

A. Pak De Indiana Jones

Penerapan Kegiatan Pak De Indiana Jones dapat dilakukan melalui beberapa tahap
yaitu:
a) Guru menyiapkan alat bantu belajar berupa gambar fosil dan keterangannya yang
telah dilaminating untuk kemudian ditanam di dalam pasir di tengah spider web.
Fosil bisa diganti dengan bentuk lainnya dan didapatkan dari berbagai sumber.
b) Guru mempersiapkan rangkaian konstruksi spider web dengan tali rafia di tiang
gawang futsal/ sepakbola dan mini banner bertuliskan setrum koruptor.
c) Siswa-siswi dibagi dalam beberapa kelompok dan diberi penugasan untuk mencari
fosil sesuai dengan kartu petunjuk yang mereka terima. Selain mencari fosil ada
kelompok siswa yang bertugas di area diskusi yang disebut sebagai museum.
d) Dalam kelompok siswa harus bekerja sama untuk mengambil fosil tanpa menyentuh
spider web yang digantungi banner setrum koruptor. Jika menyentuh maka siswa
harus mengulangi kembali proses kegiatan dari awal.
e) Jika siswa menemukan fosil yang tidak sesuai dengan kartu petunjuk maka siswa
harus memutuskan apakah akan menyerahkan fosil kepada kelompok yang berhak
atau tidak.
f) Kelompok siswa yang telah menemukan fosil kemudian membawa hasilnya ke area
museum untuk mendiskusikan fosil tersebut lebih lanjut terutama cara penyelamatan
fosil dan menjadikan temuannya sebagai obyek wisata belajar.
g) Temuan dan diskusi di area museum kemudian dijadikan bahan untuk mengisi TTS
yang disiapkan menggunakan piranti lunak http:// EclipseCrossword.com

B. Lempar tangkap pantun


Penerapan lempar tangkap pantun dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan siswa dapat menentukan nama
kelompok masing-masing sesuai tema. Kelompok-kelompok tersebut kemudian
ditempatkan di berbagai titik di kelas.
b) Siswa kemudian mendiskusikan, mengumpulkan dan mengklasifikasi kosa kata
terkait dengan nilai-nilai integritas anti korupsi. Klasifikasi kata ditentukan sendiri
oleh masing-masing kelompok.
c) Siswa memaparkan jumlah dan klasifikasi kata yang dibuat kelompoknya.
Kelompok dengan jumlah dan atau klasifikasi kata terbanyak dapat memulai pantun
terlebih dahulu.
d) Setiap kelompok membuat pantun dengan kata terpilih dari koleksi kata yang
dimiliki kelompok tersebut. Kelompok yang memulai pantun, baik pantun biasa
maupun berima, menunjuk kelompok yang harus menjawab atau membalas pantun
yang dilontarkan lalu kelompok kedua tersebut melemparkan pantun yang dibuatnya
pada kelompok pilihan berikutnya dan seterusnya. Permainan lempar tangkap
pantun berakhir saat ada kelompok yang tidak bisa membalas pantu yang
dilemparkan kelompok lawannya. Pemenang permainan ini adalah yang paling
banyak melempar dan membalas pantun.
e) Klasifikasi kata dan pantun-pantun yang dibuat kelompok siswa tersebut kemudian
dimuat di mading

C. Aca-Aca!
Penerapan berbagi peran dapat diterapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut ini:
a) Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan games 7UP yaitu para siswa
membentuk kelompok besar lalu melakukan gerak tubuh 143 sambil berhitung 1, 2,
3 … Pada kelipatan 7 siswa harus menyebutkan 7UP. Bagi siswa yang salah sebut
dikeluarkan dari lingkaran dan membentuk kelompok-kelompok kecil.
b) Setiap kelompok akan mendapatkan tumpukan kartu kata acak yang akan disusun
menjadi kalimat command dan prohibition dan harus diselesaikan dalam waktu 2
menit. Kelompok yang paling banyak menyusun kalimat menjadi pemenang
permainan ini.
c) Setiap kelompok kemudian mempresentasikan kalimat telah yang disusun dan
memperoleh umpan balik dari kelompok lainnya. Hasil presentasi dan umpan balik
kemudian dipasang di pohon harapan (Tree of Hope)

D. Show Bazaar Antikorupsi


Penerapan Show bazaar dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian diberikan penugasan tematik
dengan materi utama yang diunduh dari www.kpk.go.id
b) Siswa kemudian berkreasi untuk membuat portofolio tematik yang menarik untuk
dipamerkan dan dijajakan dalam show bazaar.
c) Siswa kemudian mengatur tatanan kelas menjadi area bazaar masing-masing dengan
tampilan yang atraktif sehingga memikat perhatian pengunjung.
d) Di dalam kelompok siswa berbagi tugas siapa yang menjajakan dan memberikan
penjelasan materi tematik.
e) Hasil kegiatan bazaar kemudian menjadi kesimpulan tematik dan dapat ditampilkan
di mading maupun media sosial.

E. Ular Tangga KPK


Permainan Ular Tangga KPK dengan membuat aturan dan papan permainan ular tangga
lalu diadakan kegiatan sosialisasi permainan kepada para siswa. Di sini siswa dapat
diajak untuk merancang permainan bersama-sama dengan guru.
a) Pada awalnya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana di setiap kelompok
ada siswa yang ditunjuk menjadi juri yang memegang kunci jawaban dari soal-soal
yang terdapat dalam papan permainan. Para peserta yang memasuki kotak berisi
soal kimia diharuskan memberikan jawaban yang tepat. Bagi peserta yang salah
menjawab maka peserta tersebut mundur satu langkah dan menyerahkan giliran
jalan bagi peserta berikutnya. Tak hanya pelajaran kimia namun juga peserta dapat
memasuki kotak sikap dan dapat menjelaskan nilai integritas antikorupsi yang
sesuai. Di sini juri berperan untuk mencatat banyaknya jawaban yang benar dan
salah di masing-masing anggota kelompoknya
b) Tolak ukur yang paling sederhana untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ini
adalah seberapa banyak siswa yang terlibat aktif dalam permainan ini dan seberapa
banyak siswa yang dapat menjawab persoalan yang terdapat di kotak-kotak
permainan.
c) Permainan ular tangga ini dapat diterapkan untuk mata pelajaran lainnya dengan
menyesuaikan soal-soal yang terdapat di dalam kotak permainan. Kelompok
peserta yang menyelesaikan permainan paling cepat bisa mendapatkan gimmick
atau pembebasan penugasan.

F. Storytelling Antikorupsi
Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran storytelling adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kerja dengan tokoh pewayangan dan topik
permasalahan yang berbeda-beda.
b) Setiap kelompok kemudian memaparkan pengetahuan awalnya mengenai karakter
tokoh pewayangan dalam sebuah cerita singkat yang dipaparkan di dalam kelas.
c) Setiap kelompok kemudian mencari informasi mengenai karakter tokoh dan topik
permasalahan lebih lanjut di perpustakaan atau memanfaatkan internet.
d) Di dalam kelompok siswa membahas informasi yang didapatkan dan menganalisa
lebih jauh mengenai kaitan karakter tokoh pewayangan dengan sikap dan prilaku
para pelaku atau pemberantas korupsi.
e) Hasil analisa kelompok ditampilkan dalam bentuk storytelling dan analisa kelompok
tersebut disepakati bersama apakah sudah sesuai dengan atau justru kelompok lain
menawarkan alternatif tokoh pewayangan yang lebih pas.

G. Shaking Game Antikorupsi


Shaking game dapat diterapkan dalam kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru mempersiapkan beberapa sumber bacaan, kertas nomer undian, kotak
pertanyaan, kotak hadiah dan kotak hukuman.
b) Siswa diminta untuk membaca dan memilah/menggolongkan informasi terkait
dengan hukum pemerintahan Indonesia. Bahan informasi bisa didapatkan dari guru
atau mencari sendiri sesuai teman dari sumber informasi lainnya seperti
perpustakaan atau internet.
c) Siswa memilih nomer secara acak kemudian siswa berurutan mengambil kartu
pertanyaan dari kotak soal sesuai dengan nomer urut yang dipegangnya.
d) Siswa menjawab pertanyaan dari kartu yang dipegangnya dan kemudian
memasukkan jawabannya ke dalam kelompok informasi yang telah dibuat
sebelumnya.
e) Siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar dapat memilih kartu di kotak hadiah
sementara yang salah menjawab harus mengambil kartu di kotak hukuman. Kartu
hadiah dan bom bisa diisi dengan kegiatan yang menyenangkan yang bisa dilakukan
siswa sendirian atau bersama kawan sekelasnya.
f) Siswa menuliskan hasil pemilahan informasi baik dari bahan bacaan dan jawaban
pertanyaan ke dalam kertas kerja.
H. Think-Talk-Write Antikorupsi
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Think-talk-write adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kerja dengan tema pembahasan yang
berbeda-beda.
b) Setiap kelompok kerja mendapatkan materi diskusi berupa artikel di media massa
dan film-film pendek. Selain materi tersebut siswa juga dibebaskan untuk mencari
informasi tambahan baik di perpustakaan maupun di internet.
c) Setiap kelompok kemudian merumuskan dan menganalisa permasalahan yang ada
kemudian membuat hipotesa awal serta menyusun opini kelompok berdasarkan
masalah dan hipotesa temuannya.
d) Setiap kelompok memaparkan hasil temuannya dalam diskusi kelas untuk
mendapatkan tanggapan dan masukan dari kelompok lainnya.
e) Siswa kemudian membuat kesimpulan dari diskusi kelas mengenai topik
bahasannya dan menuliskannya dalam kertas kerja.

I. Tabungan Lingkungan (Taling) Antikorupsi


Langkah-langkah pelaksanaan tabungan lingkungan adalah sebagai berikut:
a) Siswa diharuskan untuk memilah sampah yaitu organik dan anorganik. Untuk
sampah anorganik bisa dipilah lagi berdasarkan jenis bahannya seperti: kertas,
plastik, logam/kaleng dan beling.
b) Siswa dibagi kelompok kerja yang mengolah dan mengelola sampah organik dan
anorganik hingga manajemen keuangan kelompok ekstrakurikuler/ kelas.
c) Sampah organik diolah menjadi kompos dan hasilnya bisa dipergunakan untuk
menyuburkan taman di rumah dan sekolah maupun dijual kepada para praktisi
pertamanan, perkebunan dan pertanian.
d) Sampah anorganik yang sudah dipilah kemudian dikumpulkan di sekolah sesuai
dengan area kelas masing-masing.
e) Sampah anorganik yang sudah dipilah berdasarkan jenis bahan ditimbang dan
dicatat berdasarkan kelompok atau kelas masing-masing.
f) Sampah anorganik kemudian diantar ke pengepul dan dijual. Hasil penjualan
dimasukkan ke dalam buku tabungan kelompok/kelas.
7. Pemanfaatan tabungan kemudian berdasarkan kesepakatan anggota kelompok/kelas.
J. Film Pendidikan Karakter
Langkah-langkah pelaksanaan film pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
a) Siswa diberikan penjelasan tahapan-tahapan pembuatan film.
b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan penugasan yaitu tim pembuatan
naskah hingga menjadi storyboard, tim kru film, tim aktor dan aktris serta tim
perlengkapan dan pendukung.
c) Syuting film dilakukan di lokasi dan waktu yang sesuai dengan storyboard dan
hasilnya kemudian diedit dan disusun sesuai dengan arahan sutradara.
d) Para siswa kembali dibagi dalam kelompok yang baru dan diberikan penugasan
untuk menganalisa film yang telah dihasil dan didukung dengan berbagai materi
lainnya untuk memperoleh temuan baru dari berbagai sudut pandang.

K. Teater Ikan Terisi (Implementasi Pendidikan Karakter Antikorupsi)


Model pembelajaran teater ikan terisi melalui beberapa tahap sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok lalu dibagikan cerita pendek yang berbeda
tiap kelompoknya. Siswa menentukan pembagian kerja dalam kelompok seperti
sutradara, penulis naskah, penanggung jawab properti dan para pemain.
b) Cerita pendek tematik antikorupsi yang dibagikan kemudian diubah menjadi
naskah teater mini dan dipentaskan pada waktu yang telah disepakati bersama.
c) Saat pementasan teater, kelompok yang menjadi penonton membuat sinopsis,
konflik dan pesan utama dari cerita yang ditampilkan.
d) Usai pementasan teater diadakan dialog antara kelompok penampil dan penonton
dan dirangkum bersama menjadi sebuah kesimpulan.

L. Kreasi Lagu Antikorupsi


Metode pembelajaran kreasi lagu antikorupsi dilakukan sebagai berikut: siswa diajak
berdiskusi mengenai topik antikorupsi serta mencari literatur pendukungnya di
perpustakaan maupun via internet. Para siswa kemudian mendiskusikan temuannya di
dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa berbagi tugas dalam kelompok
yang menulis syair dan aransemen lagunya. Lagu yang dihasilkan kemudian
dipentaskan di depan kelas menggunakan alat musik terpilih.
M. Taman Antikorupsi
Langkah-langkah penerapan taman antikorupsi adalah sebagai berikut ini:
a) Mengajak para siswa untuk membahas strategi dan pelaksanaan kegiatan ini dengan
para pemangku kepentingan di sekolah.
b) Para siswa kemudian dibagi dalam beberapa kelompok kerja yang bertanggung
jawab atas beberapa hal antara lain desain taman, perawatan dan penataan taman,
pencatatan kegiatan baik dalam bentuk foto, video maupun jurnal kerja.
c) Secara berkala diadakan diskusi mengenai perkembangan taman antikorupsi, analisa
kelemahan dan kekuatan kerja tiap kelompok.

N. Pemimpin Yang Asertif


Metode pembelajaran pemimpin yang asertif dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Guru memberikan penjelasan singkat mengenai karakter pemimpin yang asertif dan
agresif.
b) Siswa diminta untuk membaca cerita dan atau menonton video dengan topik terpilih.
c) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan membahas cerita yang telah
dibaca dan atau video yang telah ditampilkan serta pengembangan prilaku asertif
dalam kehidupan sehari-hari
d) Hasil pembahasan tiap kelompok kemudian ditampilkan dalam bentuk
drama/teatrikal.

O. Kerucut Pengalaman
Langkah-langkah penerapan kerucut pengalaman adalah sebagai berikut ini:
a) Masing-masing siswa diminta mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
terkait dengan hak asasi manusia dan korupsi.
b) Para siswa kemudian menonton tayangan video liputan dan iklan terkait dengan
tema hak asasi manusia dan korups
c) Para siswa kemudian membuat kajian dan hipotesa berdasarkan kedua sumber
tersebut di atas. Kajian tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas dan
ditanggapi oleh kawan-kawan sekelasnya.
d) Hasil kajian dan umpan balik tersebut lalu dibuat menjadi sebuah kesimpulan
perorangan.

P. Teka Teki Silang Antikorupsi


Langkah-langkah penggunaan teka teki silang antikorupsi adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok mendapatkan lembar
teka teki silang dan artikel yang berbeda-beda.
b) Tiap kelompok mencari sebanyak mungkin kata-kata yang terkait dengan korupsi di
lembaran teka teki silang miliknya lalu menuliskannya di papan tulis.
c) Anggota kelompok kemudian membuat kalimat majemuk berdasarkan nilai-nilai
antikorupsi yang ditemukan kelompok tersebut serta menganalisa nilai-nilai
antikorupsi yang dapat ditemukan di dalam artikel yang diterima sebelumnya.
d) Para siswa kemudian mendiskusikan hasil paparan tiap kelompok dan membuat
kesimpulan dari paparan tersebut.

Q. Nasyid Accapela Antikorupsi


Langkah-langkah penerapan nasyid accapela adalah sebagai berikut ini:
a) Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 – 6 orang lalu
menentukan visi dan misi kelompoknya.
b) Masing-masing kelompok menentukan peran masing-masing personil kemudian
mengumpulkan contoh-contoh lagu nasyid accapela serta informasi tentang
korupsi dari berbagai media dan buku.
c) Setiap kelompok kemudian membuat syair lagu antikorupsi dan menentukan irama
dan musik yang sesuai dengan lagu tersebut.
d) Setiap kelompok kemudian pentas nasyid accapela di depan kelas dan ditanggapi
oleh kelompok lainnya.

R. Daun Berpantun
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran daun
berpantun, yaitu:
a) Setiap siswa mendapatkan selembar daun yang sudah berisikan sebuah kata dan
kumpulan daun kata akan menjadi sebuah kalimat. Para siswa kemudian harus
mencari kawan dengan daun kata yang sesuai sehingga membentuk kelompok-
kelompok siswa.
b) Para siswa memperhatikan beberapa tayangan iklan KPK dan menganalisa nilai-
nilai antikorupsi yang sesuai yang ada di dalam iklan tersebut.
c) Kemudian siswa mendapat penugasan membuat pantun bertemakan antikorupsi dan
pantun tersebut dipasang/ditulis di atas daun yang sudah diterima sebelumnya.
d) Pantun-pantun tersebut kemuan ditempelkan di atas karton manila secara
berkelompok kemudian para siswa mempresentasikan hasil karyanya.

S. Pelopor Antikorupsi
Langkah-langkah pelaksanaan pelopor antikorupsi adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana salah satu anggota kelompok
bertugas menjadi pelopor antikorupsi.
b) Tiap kelompok menyiapkan materi presentasi tematik di atas karton manila sesuai
kreativitas masing-masing kelompok dan setiap kelompok menyebar di berbagai
area sekolah yang telah disepakati bersama dan tiap lokasi menjadi pos kunjungan
pelopor. Tiap kelomppok mewawancari pemangku kepentingan sekolah yang
terpilih sebagai bahan materi presentasi.
c) Para pelopor menggunakan topi yang ditulisi nilai-nilai integritas antikorupsi yang
berbeda-beda dimana nilai tersebut sesaui dengan tema materi presentasi
kelompoknya.
d) Para pelopor kemudian mengunjungi pos kelompok lain dan mendiskusikan
presentasi tiap kelompok dikaitkan dengan nilai-nilai yang dipegangnya.
e) Hasil diskusi di tiap kelompok kemudian dipresentasikan sebagai hasil pengamatan
pelopor antikorupsi.

T. Chit Chat Game


Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran chit chat game,
yaitu:
a) Guru menyiapkan dua buah tumpukan kartu yang bisa dipilih siswa. Tumpukan
kartu yang pertama adalah nama tokoh atau kata yang terkait dengan korupsi.
Tumpukan kartu yang kedua berisi deskripsi singkat tentang tokoh atau kata yang
ada dalam tumpukan kartu pertama. Masing-masing tumpukan kartu dikocok
sehingga terbentuk tumpukan kartu yang telah acak.
b) Siswa dibagi dalam dua kelompok besar dan mengambil kartu penugasan yang
diambil secara acak di tumpukan kartu yang sesuai dengan grup masing-masing.
c) Siswa kelompok pertama kemudian menempati lokasi yang tersebar di area yang
telah ditentukan. Kelompok kedua kemudian melakukan percakapan dan interview
ringan dengan anggota kelompok satu sampai menemukan pasangan kartu yang
sesuai.
d) Siswa yang telah menemukan pasangannya kemudian bertukar peran dan
mengambil kartu baru di tumpukan yang berbeda dari sebelumnya.
e) Siswa mencatat kata-kata yang baru dikenalnya dan menuliskannya di buku kerja.
Di sini akan terlihat sejauh mana kosa kata dalam Bahsa Inggris yang telah dikenali
dan dipahami oleh siswa.

U. Poster Antikorupsi
Langkah-langkah dalam metode pembelajaran pembuatan poster asdalah sebagai
berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok tematik nilai antikorupsi dimana dalam
setiap kelompok terdapat 1 orang yang menjadi pemesan poster sedangkan sisa
anggota kelompok lainnya menjadi tim pembuatan poster.
b) Siswa yang menjadi pemesan disain poster akan menjelaskan tema, tujuan
pembuatan dan target sasaran kampanye poster tersebut.
c) Tim pembuatan poster akan menyiapkan 2 -3 konsep dan disain poster lalu
dipaparkan kepada pemesan untuk dipilih 1 yang dijadikan poster.
d) Konsep dan disain terpilih kemudian dijadikan poster dengan menggunakan
photoshop atau coreldraw.
e) Materi yang sudah dibuat dengan photoshop atau coreldraw kemudian didiskusikan
dengan pemesan apakah sudah sesuai dengan tema dan sasaran kampanye.
f) Disain poster yang sudah disetujui oleh pemesan kemudian dicetak dan
dipresentasikan di depan kelas.
g) Poster-poster tersebut kemudian dipasang di berbagai area di sekolah seperti kelaas,
kantin, perpustakaan, ruang guru dan lainnya.
V. Orang-Orang Proyek
Apreasiasi novel orang-orang proyek dilakukan sebagai berikut:
a) Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bertugas sebagai penyaji,
pembahas, penyeimbang dan notulen.
b) Siswa yang menjadi kelompok penyaji dan penyeimbang diwajibkan menyelesaikan
pembacaan novel orang-orang proyek sesuai dengan waktu yang disepakati
bersama. Kemudian membuat analisa karya sastra. Hasil analisa kemudian
dipaparkan di depan kelas.
c) Siswa dalam kelompok pembahas akan mendebat paparan kelompok penyaji
berdasarkan realitas riil kehidupan masyarakat.
d) Hasil debat antara kelompok penyaji dan pembahas ditanggapi oleh kelompok
penyeimbang yang bertugas menanggapi debat secara adil.
e) Kelompok notulen mencatat dengan detil hasil debat maupun paparan dari ketiga
kelompok tersebut serta mengulas jalannya diskusi tersebut.

W. Ultra Blog Antikorupsi


Pembelajaran ultra blog antikorupsi dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
a) Para siswa dibagi dalam beberapa kelompok kerja dan diberikan topik-topik pilihan
untuk didiskusikan di dalam kelompok dan menjadi bahan untuk pembuatan materi
permainan ular tangga dan penulisan di blog.
b) Permainan ultra berbasis komputer dibuat dengan macromedia flash 8 dan format
video swf dimana di dalam kotak langkah ada aktivitas postif dan negatif terkait
dengan korupsi hasil diskusi sebelumnya.
c) Setiap kelompok membagi kerja dimana ada anggota yang membuat materi
permainan ultra dan sebagian lagi menyiapkan materi tulisan tematik untuk blog.
d) Hasil pembuatan papan permainan ultra kemudian dipresentasikan dan diuji coba
oleh kelompok lainya.

X. Savi Antikorupsi
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran SAVI
(Somatic – Auditory – Visual – Intellectual) adalah:
a) Setiap siswa menelaah data dan informasi mengenai korupsi melalui media cetak
dan elektronik. Informasi yang telah diolah ini menjadi hipotesa awal.
b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mengunjungi narasumber yang
sesuai tema untuk melakukan interview dan observasi di lingkungan sekitarnya.
Hasil hipotesa awal, interview dan observasi diolah sehingga didapatkan solusi
kreatif dari permasalahan yang muncul.
c) Proses pengolahan informasi hingga mendapatkan solusi dibuat menjadi peta
dokumentasi dengan disain menarik di atas karton manila, papan gabus dsb.
d) Setiap kelompok memaparkan hasil kerjanya dengan menggunakan peta
dokumentasi yang telah dibuatnya. Kelompok lain akan memberikan tanggapan
dan umpan balik terhadap paparan sebuah kelompok.
e) Hasil paparan dan umpan balik dijadikan materi refleksi kelas.

Y. Cooperative Learning Antikorupsi


Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran cooperative
learning, yaitu:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan tema antikorupsi yang berbeda-
beda. Pembagian anggota kelompok dan tema dilakukan secara acak.
b) Setiap kelompok berdiskusi membuat beberapa topik permasalahan sesuai dengan
tema antikorupsi, tema tersebut kemudian dipresentasikan dan dipilih satu topik
yang dianggap layak untuk dikembangkan menjadi materi role-play.
c) Para siswa kemudian mencari data dan informasi dari berbagai sumber yang terkait
dengan topik pilihan. Data dan informasi tersebut kemudian diverifikasi, diolah dan
dijadikan bahan analisa hipotesa.
d) Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil analisa dan hipotesanya
berdasarkan peran institusi penegak hukum pilihannya untuk ditanggapi oleh
kelompok lainnya.
e) Masing-masing siswa kemudian membuat laporan presentasi, diskusi dan
kesimpulan yang kemudian akan dijadikan bahan refleksi kelas.
Z. Macapat Semar
Metode pembelajaran macapat Semar dilakukan sebagai berikut ini:
Para siswa mengumpulkan berbagai informasi dan data mengenai macapat dan lakon
wayang dengan tokoh Semar. Data tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Para siswa kemudian dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok
menentukan karakter Semar yang akan ditonjolkan serta memilih macapat yang sesuai
dengan cerita terpilih. Setiap kelompok kemudian mempresentasi cerita Semar terpilih
diiringi dengan macapat. Hasil penerapan ini ditampilkan dalam mading sekolah.

AA. Esai Antikorupsi


Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran esai
antikorupsi, yaitu:
a) Siswa mendapatkan paket materi berisi kriteria dan jenis esai serta berbagai jenis
artikel esai kemudian membahas dalam kelompok mengenai jenis, tema, isi dan
tehnik penulisan dari esai terlampir.
b) Siswa kemudian bergabung dalam kelompok sesuai dengan topik antikorupsi
terpilih. Anggota kelompok berbagi tugas untuk melakukan investigasi,
mengumpulkan bahan dan menyusun fakta menjadi sebuah esai.
c) Setiap kelompok mempresentasikan hasil dan memperoleh umpan balik dari
kelompok lainnya. Masing-masing kelompok membuat kesimpulan dari hasil
presentasi dan umpan balik.

BB. Mystery Games Antikorupsi


Pembelajaran mystery games dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
a) Kegiatan diawali dengan ice breaking berbagai permainan baik secara individual
maupun berkelompok misalkan menyusun huruf, menyusun kalimat, menebak
gambar dan lain sebagainya.
b) Siswa kemudian dibagi dalam beberapa kelompok dan kemudian menebak gambar
penugasan pihak yang dijadikan narasumber bagi kelompoknya.
c) Para siswa kemudian mengumpulkan informasi dan data dari berbagai sumber
sebagai bahan diskusi dengan narasumber.
d) Para siswa kemudian melakukan interview dengan narasumber masing-masing
kelompok seperti: kantor kejaksanaan negeri, kantor polsek setempat, masyarakat
umum di terminal bis setempat dan lainnya.
e) Siswa di tiap kelompok kemudian mengolah informasi baik dari data dan hasil
interview menjadi presentasi yang akan ditanggapi kawan-kawan dari kelompok
lainnya dan kemudian disimpulkan bersama.

CC. Singing Box Antikorupsi


Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran singing box,
yaitu:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan tema antikorupsi yang berbeda-
beda. Tiap siswa dapat membuat nama kelompoknya masing-masing sebagaimana
nama grup penyanyi.
b) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat lirik lagu dan memilih irama lagu
yang sesuai. Lirik lagu tersebut kemudian dituliskan di atas kotak bekas kemasan
makanan ukuran besar dan dihias menjadi display lirik lagu yang menarik.
c) Setiap kelompok dapat membuat hiasan seragam/kostum sederhana yang sesuai
dengan lagu dan gaya menyanyi yang akan ditampilkan.
d) Kemudian setiap kelompok tampil di depan kelas untuk meyanyikan lirik lagu
yang dibuatnya dengan diiringi alat musik pilihan (jika memungkinkan) sambio
memegang box berhias yang berisi lirik lagu yang baru.
e) Kelompok lain yang mengenali lagu yang dipergunakan dan menyanyikan lirik asli
lagu tersebut untuk menyaingi lirik lagu yang baru.
f) Kelompok yang bisa bertahan menyanyikan lirik lagu baru dan tidak mengikuti
arus koor kelas dianggap sebagai pemenang.

DD. Action Antikorupsi


Metode pembelajaran take action dilakukan sebagai berikut: siswa mengambil kartu
yang telah berisi sikap dan prilaku koruptif dari tumpukan kartu secara acak. Para siswa
diminta untuk mengelompokkan kartu tersebut ke dalam tabel koruptif dan antikorupsi.
Siswa dapat menambahkan sikap dan prilaku lainnya di kartu yang masih kosong. Para
siswa wajib menjelaskan mengapa satu kartu dikatakan sikap atau prilaku koruptif dan
sebaliknya. Siswa kemudian membuat lembaran kerja yang berisi prilaku antikoruptif
yang telah dilakukkannya selama 1 minggu. Saat siswa tersebut hendak melakukan
presentasi kawan satu kelas bersama-sama mengucapkan take action.

EE. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIS


Proses penerapan nilai-nilai antikorupsi dalam kegiatan LDK antara lain:
Pengurus OSIS membuat rangkaian kegiatan LDK yang partisipatif mulai dari
pembukaan hingga penutupan acara dimana di dalamnya nilai-nilai antikorupsi dibahas
dan dipraktekkan. Di malam hari diadakan sesi refleksi dan motivasi dimana peserta
LDK dapat mendiskusi nilai-nilai antikorupsi apa saja yang sudah diterapkan di
sepanjang pelaksanaan pelatihan dan bagaimana mereka akan menerapkannya di
kehidupan sekolah usai LDK.

FF. Peran Antikorupsi


Metode pembelajaran pita peran dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
a) Guru menyediakan beberapa tumpuk kartu peran yang sudah dibolongi dan diikat
dengan pita. Di setiap kartu berisi beberapa situasi yang terkait antara satu kartu
dengan kartu yang lainnya.
b) Siswa dibagi dalam bebeberapa kelompok dan mengambil undian tumpukan kartu
peran. Para siswa kemudian masing-masing anggota kelompok mengambil kartu
peran masing-masing dan mencoba menuliskan dialog singkat yang berhubungan
dengan situasi dalam kartu peran.
c) Siswa kemudian kemudian harus mencari kartu peran pasangan sambil
mempraktekkan dialog yang telah dibuat dalam bahasa Inggris dengan kawan
sekelasnya. Kartu-kartu peran yang tepat bisa saling diikatkan.

GG. Pendidikan Seni


Metode pembelajaran pendidikan seni dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
Para siswa diperkenalkan dengan materi seni instalasi kontemporer dan belajar
mengapresiasi seni tersebut. Kemudian siswa diminta membuat konsep kreasi seni
instalasi kontemporer tematik antikorupsi dari bahan daur ulang. Konsep dan karya seni
instalasi dipresentasikan dalam bentuk video dan diunggah ke grup facebook.

Anda mungkin juga menyukai