PROVINSI LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, sehingga penyusunan
buku panduan implementasi mata pelajaran Pendidikan Antikorupsi bagi guru Sekolah
Menengah Atas dapat terselesaikan. Buku ini merupakan panduan bagi guru atau
pendidik untuk dapat menerapkan mata pelajaran pendidikan antikorupsi.
Perilaku koruptif telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal, kita semua tahu
perilaku seperti itu membuat tindak pidana korupsi menjadi hal yang dianggap biasa.
Sebuah ironi karena perilaku tersebut adalah perbuatan tidak bermoral. Perilaku koruptif
ditandai oleh hilangnya nilai-nilai jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, kerja
keras, sederhana, berani, dan adil dari dalam diri individu. Mengapa nilai-nilai karakter
ini makin menghilang, tentu menjadi keprihatinan kita.
Pertama, ketepatan memilih substansi atau lingkup pengetahuan yang akan dibelajarkan.
Kebenaran substansi tidak disangsikan, urgent (penting) untuk dipelajari, benar-benar
bermanfaat, relevan dengan kebutuhan peserta didik dan kehidupan, serta memancing
minat peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut secara mandiri.
Kedua, pengelolaan kurikulum melalui pembelajaran yang efektif yang didukung oleh
sistem penilaian yang mengarah pada pencapaian kompetensi (valid) dan realiable
(dapat dipercaya, ajeg, konsisten, andal dan stabil). Pengelolaan kurikulum diawali
dengan penyusunan perencanaan pembelajaran yang benar-benar dapat dijadikan
sebagai acuan dan pengendalian proses pembelajaran. Perencanaan tersebut
memperhitungkan kelayakan dan keterlaksanaanya, disesuaikan dengan kondisi yang
ada, mempertimbangkan perbedaan potensi dan kecepatan serta gaya belajar peserta
didik, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari siswa, tanggap
terhadap berbagai perubahan situasi yang terjadi tiba-tiba, dan memberikan berbagai
alternatif pengalaman belajar.
Apabila semua itu terpenuhi, maka substansi yang semula dianggap sulit, akan mudah
dipelajari oleh siswa (learnable). Substansi yang semula dianggap sebagai beban akan
menjadi kebutuhan dan bermakna bagi kehidupan. Artinya, keberadaan kurikulum
menjadi alat bantu yang memudahkan dan melancarkan proses pembelajaran, bukan
mempersulit apalagi merepotkan semua pihak (guru, siswa, dan orang tua).
Pendidikan antikorupsi adalah proses untuk menguatkan sikap antikorupsi dalam diri
peserta didik sedini mungkin. Untuk itu diperlukan aksi guru yang benar-benar
berangkat dari keinginan untuk membangun peradaban baru yang lebih baik dan bebas
korupsi. Aksi yang diperlukan dari guru sebagai berikut:
a. Siapkan Diri
Guru adalah lokomotif perbaikan. Siapkan diri untuk membuat generasi mendatang jauh
lebih baik. Jadilah teladan bagi peserta didik, beri contoh, dan tampilkan semangat yang
kuat.
b. Rencanakan
Buat perencanaan yang rinci sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
peserta didik serta menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan
lingkungan sekitarnya. Jadikan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
c. Wujudkan
Wujudkan suasana belajar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan
mempertimbangkan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik serta
menggunakan sumber dan bahan ajar yang tersedia di alam dan lingkungan sekitarnya.
d. Evaluasi
Lakukan evaluasi terhadap ketercapaian sikap peserta didik sesuai tujuan. Jaga
konsistensi pengamalan dan penerapan sikap di sekolah dan di luar sekolah. Perbaiki
proses secara terus menerus
II. Aspek Pendidikan Antikorupsi
Pendidikan antikorupsi bermuara pada perilaku antikorupsi dalam diri semua individu
di Indonesia, sehingga tercipta Indonesia yang berintegritas. Pendidikan antikorupsi
mengacu pada prinsip pendidikan karakter, sebagai berikut:
1. Bersifat jangka panjang. Dimulai sejak peserta didik menjadi siswa satuan
pendidikan sampai lulus dari satuan pendidikan
a. Tahu (Pengetahuan)
Peserta didik dikondisikan untuk tahu, sadar, dan paham tentang perilaku
antikorupsi. Untuk tahu, sadar, dan paham dapat dilakukan melalui mendengar,
melihat, membaca, dan merasa. Agar proses pengkondisian peserta didik untuk tahu,
sadar, dan paham lebih efektif, maka sekolah dapat melakukan melalui mata
pelajaran sebagai alat.
b. Bisa (Keterampilan)
c. Terbiasa (Sikap)
Langkah penguatan perilaku antikorupsi, merupakan siklus yang dapat dimulai dari tiga
aspek, yaitu; pengetahuan, keterampilan dan sikap. Akan tetapi muara yang diharapkan
dari pendidikan antikorupsi adalah sikap antikorupsi yang terbentuk pada setiap
individu atas dasar pemahaman dan kesadaran yang kuat.
a. Pengetahuan.
Peserta didik dikondisikan untuk mengetahui dan memahami tentang
antikorupsi. Tahu dan paham bisa bersumber dari mendengar, melihat, membaca
atau merasa.
Mendengar bisa dari guru, teman, tokoh, masyarakat, baik secara langsung
atau melalui media;
Melihat bisa melihat secara langsung atau melalui media;
Membaca bisa dari buku, media lain, atau alam;
Merasa bisa dari pengalaman langsung atau tidak langsung.
b. Keterampilan.
Setelah tahu dan bisa, pembelajaran juga harus melangkah pada kemampuan
peserta didik untuk bisa, mampu atau terampil mempraktekkan dan melakukan
secara nyata. Proses ini dapat dikondisikan melalui latihan yang terus menerus
dan konsisten di sekolah dan di luar sekolah.
c. Sikap.
Sikap terbentuk karena keterampilan yang terbiasa dan konsisten dilakukan di
manapun, kapanpun, dan dalam suasana bagaimanapun. Sikap terbentuk melalui
pembiasaan yang konsisten di sekolah dan di luar sekolah.
Pastikan perkembangan hasil belajar peserta didik diketahui secara simultan. Pendidik
fokus memperbaiki kompetensi peserta didik yang belum tercapai dan mendorong
pengamalan lebih luas bagi peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang
diharapkan.Pastikan bahwa semua pihak, baik sesama pendidik, peserta didik, orang
tua, dan masyarakat, ikut berpartisipasi untuk menjaga keterlaksanaan semua aktivitas
yang dilakukan dan menjaga konsistensi pengamalan hasil belajar dalam kehidupan,
kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun.
III. Penyampaian Pendidikan Antikorupsi
Perilaku koruptif telah merasuki semua elemen bangsa. Padahal kita semua tahu bahwa
korupsi adalah perilaku yang tidak bermoral. Sebuah ironi. Muara dari persoalan
korupsi adalah hilangnya nilai-nilai antikorupsi yakni jujur, peduli, mandiri, disiplin,
tanggungjawab, kerja keras, sederhana, berani, adil dari dalam diri individu. Ayo kita
bangun kembali penguatan nilai-nilai antikorupsi dimulai dari sekolah. Kini saatnya
mengembalikan sekolah sebagai lokomotif penguatan budaya antikorupsi untuk jangka
panjang.
Pendidikan antikorupsi memandang peserta didik sebagai individu yang kaya akan
pengalaman, dalam arti memecahkan persoalan hidupnya, memiliki keterampilan
tertentu, memiliki prakasa, pendapat, sikap atau hobi tertentu, sehingga dibutuhkan guru
yang bukan hanya mentranfer pengetahuan tetapi guru harus memiliki kemampuan
dalam mengelola proses belajar, mampu menciptakan iklim belajar, dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta menggali pengalaman yang dimiliki,
sehingga diperlukan model komunikasi partisipatif dalam pembelajaran.
Guru memiliki peranan penting dalam mendorong dan memperkaya kemampuan siswa
yang belajar dengan cara sebagai berikut :
1. Mengenalkan berbagai sumber pembelajaran termasuk pengalaman bersama
siswa lainnya.
2. Mendorong siswa untuk memahami kebutuhan belajarnya melalui kultur dan
aspek psikologis mereka.
3. Membantu siswa untuk meningkatkan tanggungjawabnya dalam menentukan
tujuan serta kriteria keberhasilan peserta didik.
4. Mengatur topik dan materi yang sesuai dengan minat dan kondisi lingkungan
siswa.
5. Mendorong siswa mengambil keputusan dengan mengoptimalkan pengalaman
yang sesuai, mendorong kemampuan analisa kritis dan membuka sudut pandang
alternatif.
6. Memaparkan deskripsi masalah, analisa serta pengetahuan pemecahan masalah
mengenai kaitan masalah pribadi dengan kepentingan umum.
7. Memfasilitasi deskripsi masalah, analisa dan penyelesaiannya dikaitkan antara
masalah pribadi dan isu publik.
8. Membentuk suasana yang mendukung konsep diri siswa dengan suasana
mendorong pengambilan resiko, menghindari penilaian dan kompetisi serta
melibatkan dukungan kelompok.
9. Menggunakan pengalaman serta instruksi yang mengundang partisipasi dengan
contoh dimana proses pembelajaran tersebut terjadi pada dua pihak, yaitu
peserta didik dan guru. Hal ini memperlihatkan peranan penting guru yang dapat
menerima konsep diri peserta didik dan pengalaman hidupnya serta mendorong
peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
IV. METODE PEMBELAJARAN
Keseimbangan antara perasaan, perbuatan dan pikiran akan membentuk sikap positif
peerta didik, memajukan dan meningkatkan pengertian, serta mengambangkan dan
mempraktekkan keterampilan dengan ilmu yang dimilikinya. Berikut ini beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Antikorupsi :
Merupakan metode yang menbuat peserta didik memahami secara mendalam dan
komprehesif terhadap sebuah topik. Pemutaran video membuat peserta didik
mengingat materi yang dipelajari bersama-sama. Namun demikian, pemutaran video
perlu diikuti dengan diskusikelompok besar atau kemolpok kecil untuk saling
memberi tanggapan atas tayangan yang ditonton.
9. Bercerita/Berbagi Pengalaman
Selain metode di atas, terdapat beberapa model inovasi pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Antikorupsi :
Penerapan Kegiatan Pak De Indiana Jones dapat dilakukan melalui beberapa tahap
yaitu:
a) Guru menyiapkan alat bantu belajar berupa gambar fosil dan keterangannya yang
telah dilaminating untuk kemudian ditanam di dalam pasir di tengah spider web.
Fosil bisa diganti dengan bentuk lainnya dan didapatkan dari berbagai sumber.
b) Guru mempersiapkan rangkaian konstruksi spider web dengan tali rafia di tiang
gawang futsal/ sepakbola dan mini banner bertuliskan setrum koruptor.
c) Siswa-siswi dibagi dalam beberapa kelompok dan diberi penugasan untuk mencari
fosil sesuai dengan kartu petunjuk yang mereka terima. Selain mencari fosil ada
kelompok siswa yang bertugas di area diskusi yang disebut sebagai museum.
d) Dalam kelompok siswa harus bekerja sama untuk mengambil fosil tanpa menyentuh
spider web yang digantungi banner setrum koruptor. Jika menyentuh maka siswa
harus mengulangi kembali proses kegiatan dari awal.
e) Jika siswa menemukan fosil yang tidak sesuai dengan kartu petunjuk maka siswa
harus memutuskan apakah akan menyerahkan fosil kepada kelompok yang berhak
atau tidak.
f) Kelompok siswa yang telah menemukan fosil kemudian membawa hasilnya ke area
museum untuk mendiskusikan fosil tersebut lebih lanjut terutama cara penyelamatan
fosil dan menjadikan temuannya sebagai obyek wisata belajar.
g) Temuan dan diskusi di area museum kemudian dijadikan bahan untuk mengisi TTS
yang disiapkan menggunakan piranti lunak http:// EclipseCrossword.com
C. Aca-Aca!
Penerapan berbagi peran dapat diterapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut ini:
a) Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan games 7UP yaitu para siswa
membentuk kelompok besar lalu melakukan gerak tubuh 143 sambil berhitung 1, 2,
3 … Pada kelipatan 7 siswa harus menyebutkan 7UP. Bagi siswa yang salah sebut
dikeluarkan dari lingkaran dan membentuk kelompok-kelompok kecil.
b) Setiap kelompok akan mendapatkan tumpukan kartu kata acak yang akan disusun
menjadi kalimat command dan prohibition dan harus diselesaikan dalam waktu 2
menit. Kelompok yang paling banyak menyusun kalimat menjadi pemenang
permainan ini.
c) Setiap kelompok kemudian mempresentasikan kalimat telah yang disusun dan
memperoleh umpan balik dari kelompok lainnya. Hasil presentasi dan umpan balik
kemudian dipasang di pohon harapan (Tree of Hope)
F. Storytelling Antikorupsi
Langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran storytelling adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kerja dengan tokoh pewayangan dan topik
permasalahan yang berbeda-beda.
b) Setiap kelompok kemudian memaparkan pengetahuan awalnya mengenai karakter
tokoh pewayangan dalam sebuah cerita singkat yang dipaparkan di dalam kelas.
c) Setiap kelompok kemudian mencari informasi mengenai karakter tokoh dan topik
permasalahan lebih lanjut di perpustakaan atau memanfaatkan internet.
d) Di dalam kelompok siswa membahas informasi yang didapatkan dan menganalisa
lebih jauh mengenai kaitan karakter tokoh pewayangan dengan sikap dan prilaku
para pelaku atau pemberantas korupsi.
e) Hasil analisa kelompok ditampilkan dalam bentuk storytelling dan analisa kelompok
tersebut disepakati bersama apakah sudah sesuai dengan atau justru kelompok lain
menawarkan alternatif tokoh pewayangan yang lebih pas.
O. Kerucut Pengalaman
Langkah-langkah penerapan kerucut pengalaman adalah sebagai berikut ini:
a) Masing-masing siswa diminta mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
terkait dengan hak asasi manusia dan korupsi.
b) Para siswa kemudian menonton tayangan video liputan dan iklan terkait dengan
tema hak asasi manusia dan korups
c) Para siswa kemudian membuat kajian dan hipotesa berdasarkan kedua sumber
tersebut di atas. Kajian tersebut kemudian dipresentasikan di depan kelas dan
ditanggapi oleh kawan-kawan sekelasnya.
d) Hasil kajian dan umpan balik tersebut lalu dibuat menjadi sebuah kesimpulan
perorangan.
R. Daun Berpantun
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran daun
berpantun, yaitu:
a) Setiap siswa mendapatkan selembar daun yang sudah berisikan sebuah kata dan
kumpulan daun kata akan menjadi sebuah kalimat. Para siswa kemudian harus
mencari kawan dengan daun kata yang sesuai sehingga membentuk kelompok-
kelompok siswa.
b) Para siswa memperhatikan beberapa tayangan iklan KPK dan menganalisa nilai-
nilai antikorupsi yang sesuai yang ada di dalam iklan tersebut.
c) Kemudian siswa mendapat penugasan membuat pantun bertemakan antikorupsi dan
pantun tersebut dipasang/ditulis di atas daun yang sudah diterima sebelumnya.
d) Pantun-pantun tersebut kemuan ditempelkan di atas karton manila secara
berkelompok kemudian para siswa mempresentasikan hasil karyanya.
S. Pelopor Antikorupsi
Langkah-langkah pelaksanaan pelopor antikorupsi adalah sebagai berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana salah satu anggota kelompok
bertugas menjadi pelopor antikorupsi.
b) Tiap kelompok menyiapkan materi presentasi tematik di atas karton manila sesuai
kreativitas masing-masing kelompok dan setiap kelompok menyebar di berbagai
area sekolah yang telah disepakati bersama dan tiap lokasi menjadi pos kunjungan
pelopor. Tiap kelomppok mewawancari pemangku kepentingan sekolah yang
terpilih sebagai bahan materi presentasi.
c) Para pelopor menggunakan topi yang ditulisi nilai-nilai integritas antikorupsi yang
berbeda-beda dimana nilai tersebut sesaui dengan tema materi presentasi
kelompoknya.
d) Para pelopor kemudian mengunjungi pos kelompok lain dan mendiskusikan
presentasi tiap kelompok dikaitkan dengan nilai-nilai yang dipegangnya.
e) Hasil diskusi di tiap kelompok kemudian dipresentasikan sebagai hasil pengamatan
pelopor antikorupsi.
U. Poster Antikorupsi
Langkah-langkah dalam metode pembelajaran pembuatan poster asdalah sebagai
berikut:
a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok tematik nilai antikorupsi dimana dalam
setiap kelompok terdapat 1 orang yang menjadi pemesan poster sedangkan sisa
anggota kelompok lainnya menjadi tim pembuatan poster.
b) Siswa yang menjadi pemesan disain poster akan menjelaskan tema, tujuan
pembuatan dan target sasaran kampanye poster tersebut.
c) Tim pembuatan poster akan menyiapkan 2 -3 konsep dan disain poster lalu
dipaparkan kepada pemesan untuk dipilih 1 yang dijadikan poster.
d) Konsep dan disain terpilih kemudian dijadikan poster dengan menggunakan
photoshop atau coreldraw.
e) Materi yang sudah dibuat dengan photoshop atau coreldraw kemudian didiskusikan
dengan pemesan apakah sudah sesuai dengan tema dan sasaran kampanye.
f) Disain poster yang sudah disetujui oleh pemesan kemudian dicetak dan
dipresentasikan di depan kelas.
g) Poster-poster tersebut kemudian dipasang di berbagai area di sekolah seperti kelaas,
kantin, perpustakaan, ruang guru dan lainnya.
V. Orang-Orang Proyek
Apreasiasi novel orang-orang proyek dilakukan sebagai berikut:
a) Para siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang bertugas sebagai penyaji,
pembahas, penyeimbang dan notulen.
b) Siswa yang menjadi kelompok penyaji dan penyeimbang diwajibkan menyelesaikan
pembacaan novel orang-orang proyek sesuai dengan waktu yang disepakati
bersama. Kemudian membuat analisa karya sastra. Hasil analisa kemudian
dipaparkan di depan kelas.
c) Siswa dalam kelompok pembahas akan mendebat paparan kelompok penyaji
berdasarkan realitas riil kehidupan masyarakat.
d) Hasil debat antara kelompok penyaji dan pembahas ditanggapi oleh kelompok
penyeimbang yang bertugas menanggapi debat secara adil.
e) Kelompok notulen mencatat dengan detil hasil debat maupun paparan dari ketiga
kelompok tersebut serta mengulas jalannya diskusi tersebut.
X. Savi Antikorupsi
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan metode pembelajaran SAVI
(Somatic – Auditory – Visual – Intellectual) adalah:
a) Setiap siswa menelaah data dan informasi mengenai korupsi melalui media cetak
dan elektronik. Informasi yang telah diolah ini menjadi hipotesa awal.
b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kemudian mengunjungi narasumber yang
sesuai tema untuk melakukan interview dan observasi di lingkungan sekitarnya.
Hasil hipotesa awal, interview dan observasi diolah sehingga didapatkan solusi
kreatif dari permasalahan yang muncul.
c) Proses pengolahan informasi hingga mendapatkan solusi dibuat menjadi peta
dokumentasi dengan disain menarik di atas karton manila, papan gabus dsb.
d) Setiap kelompok memaparkan hasil kerjanya dengan menggunakan peta
dokumentasi yang telah dibuatnya. Kelompok lain akan memberikan tanggapan
dan umpan balik terhadap paparan sebuah kelompok.
e) Hasil paparan dan umpan balik dijadikan materi refleksi kelas.