menilai, dan mengompensasi karyawan, dan untuk mengurus relasi tenaga kerja mereka,
kesehatan dan keselamatan mereka serta hal-hal yang berhubungan dengan keadilan
(Dessler,2015;4). Salah satu tujuan dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk
sumber daya manusianya memiliki kinerja yang baik. Menurut Gibson, etal. (2003:355),
job performance (kinerja) adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan
organisasi, efisiensi dan kinerja kefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Wibowo
adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang
dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Menurut Mahmudi
yang dapat dipakai untuk menilai kinerja menurut Robbins (2006:260) adalah kualitas,
Terkait dengan pekerjaan tenaga keperawatan, kinerja mereka dapat dilihat dari
mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Asuhan keperawatan adalah
salah satu proses atau kegiatan praktek keperawatan yang diberikan kepada pasien
tanggung jawab keperawatan, sehingga didapatkan mutu pelayanan yang baik serta
pasien merasa puas terhadap kinerja perawat (Nursalam, 2011). Sedangakan di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram asuhan
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram menjadi kurang
maksimal atau kurang baik juga. Selain itu tuntutan untuk memenuhi standar
keperawatan guna memberikan mutu pelayanan yang baik sehingga dapat memuaskan
para pasien, dapat memberikan tekanan pekerjaan kepada para perawat sehingga dapat
hilang daya (Rivai, 2004:516). Stress kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang
menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi
proses berfikir, dan kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004:516). Stress yang terlalu
hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat
menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis, atau menunjukkan sikap yang
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stress dapat memacu seseorang untuk
berfikir dan berusaha lebih keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari-hari.
Stress juga dapat memberikan motivasi dalam kehidupan yang biasanya membosankan
dan rutin. Stress di tempat kerja bukanlah fenomena baru. Akan tetapi dewasa ini stress
3
telah menjadi masalah manajemen yang sangat penting di dalam dunia bisnis. Dua dari
tiga pekerja mengaku mengalami stress. Semua pekerjaan dapat menambah ketegangan
tetapi ada beberapa pekerjaan yang lebih dapat menyebabkan stress dibandingakan
dengan yang lain yaitu pegawai pos, pialang saham jurnalis, pilot, manajemen tingkat
paramedis/perawat. Penyebab penting yang dapat menjadi sumber stress pekerja bukan
hanya karena waktu yang dihabiskan di tempat kerja atau sekitarnya, ada banyak
penyebab lainnya. Penyebab lain tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori
Stress kerja mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak postif stress pada
tingkat rendah sampai tingkat moderat bersifat fungsional dalam arti berperan sebagai
pendorong peningkatan kinerja pegawai, sedangkan dampak negatif stress pada tingkat
yang tinggi adalah penurunan kinerja karyawan yang drastis (National Safety Council,
dalam Rusmini, 2012). Menurunnya kinerja karyawan akan memberi dampak pada
komitmen organisasi. Hal ini merupakan keadaan yang berbahaya bagi organisasi,
Menurut Robbins (2003), faktor organisasi yang dapat menimbulkan stress kerja
adalah adanya tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
satu kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, atasan yang menuntut dan
tidak peka serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Sedangkan faktor individu yang
dapat menjadi sumber stress kerja adalah masalah keluarga, masalah ekonomi serta
4
kepribadian. Bila ditinjau dari faktor lingkungan Robbins menyatakan bahwa yang
Rusmini, 2012:2) menyatakan bahwa : Adapun sejumla faktor yang dapat menyebabkan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan Rumah Sakit tipe B
milik pemerintah yang sekaligus menjadi Rumah Sakit rujukan utama bagi Rumah Sakit
Kota Mataram dan Umumnya Provinsi Nusa Tenggara Barat. Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Mataram memiliki sumber daya manusia keperawatan dengan jumlah
besar yaitu 258 orang dari seluruh SDM yang ada. Jumlah perawat yang berada di
langsung dan memberikan penanganan atau tindakan utama kepada pasien yang bersifat
gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak
25 buah dan untuk pasien neonatus 3 buah dengan jumlah kunjungan pasien tahun 2015
sebanyak 36.151 orang (Instalasi Rekam Medik RSUD Kota Mataram pada tahun
2016). Hal ini menunjukkan tingginya pengguna layanan Rumah Sakit yang berarti
dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Hal ini disebabkan karena
tugas perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) mengharuskan kontak
Daerah (RSUD) Kota Mataram, perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram melaksanakan tugasnya selama 24
jam secara bergiliran dengan waktu jaga paling lama saat dinas malam (11 – 12 jam)
dengan perbandingan jumlah perawat dan pasien sering tidak seimbang (dalam satu
shift 4 – 5 perawat dengan jumlah pasien rata – rata 33 pasien per shift). Selama dinas
atau bekerja perawat bertanggung jawab terhadap keselamatan pasien selama menjalani
merawat luka dan mendengar keluhan baik dari pasien itu sendiri maupun keluarga
pasien yang tidak sabar. Hal ini dapat memicu stress perawat dalam bekerja. Sumber
lain yang dapat menyebabkan stress kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram adalah terdapatnya kesulitan
perawat dalam menjalin hubungan dengan tim kerja seperti dengan dokter yang
menuntut jawaban dan tindakan yang cepat. Terdapat pula rekan kerja yang terlambat
datang saat dinas dengan alasan urusan keluarga. Selain itu, merawat pasien yang sulit
bekerja sama ataupun merawat pasien yang gagal untuk membaik dengan kompleksitas
permasalah kesehatan yang dimiliki. Keseluruhan data tersebut diatas dapat menjadi
sumber stress bagi perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram. Perawat sering merasa pusing, mengeluh lelah,
kurang ramah, dan kurang istirahat karena beban kerja terlalu tinggi dengan penghasilan
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram”.
1. Apakah sumber stress kerja yang terdiri atas otonomi kerja, beban kerja, dukungan
keluarga, kejenuhan kerja, serta konflik rekan kerja berpengaruh secara simultan
terhadap kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
2. Apakah sumber stress kerja yang terdiri atas otonomi kerja, beban kerja, dukungan
keluarga, kejenuhan kerja serta konflik rekan kerja, berpengaruh secara parsial
terhadap kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
3. Manakah diantara sumber stress kerja yang terdiri dari otonomi kerja, beban kerja,
dukungan keluarga, kejenuhan kerja, serta konflik rekan kerja yang dominan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari
1. Untuk mengetahui pengaruh sumber stress kerja yang terdiri dari otonomi kerja,
beban kerja, dukungan keluarga, kejenuhan kerja, konflik rekan kerja secara
7
simultan terhadap kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
2. Untuk mengetahui pengaruh sumber stress kerja yang terdiri dari otonomi kerja,
beban kerja, dukungan keluarga, kejenuhan kerja, konflik rekan kerja secara parsial
terhadap kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum
3. Untuk mengetahui sumber stress manakah diantara otonomi kerja, beban kerja,
dukungan keluarga, kejenuhan kerja, serta konflik rekan kerja yang dominan
1. Secara akademik, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mataram.
3. Secara praktis, sebagai bahan pertimbangan untuk masukkan bagi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram berupa informasi- informasi upaya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
pengaruh stress kerja terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai
variabel mediasi di bank tabungan negara syariah kantor cabang malang. Metode
jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : stress kerja tidak ada pengaruh secara
langsung terhadap variabel kinerja karyawan. Pengaruh stress kerja secara tidak
pengaruh signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dan untuk variabel
linear berganda.
c. Penelitian dilakukan pada karyawan bank, penelitian ini dilakukan pada perawat
rumah sakit.
9
2. Penelitian yang dilakukan Sari (2015), bertujuan untuk mengetahui Pengaruh stress
kerja dan konflik kerja baik secara simultan maupun secara parsial terhadap kinerja
termasuk penelitian assosiatif dengan alat analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa stress kerja dan konflik kerja berpengaruh negatif
3. Penelitian yang dilakukan oleh Riza dan Noermijati (2014) bertujuan untuk
mengetahui pengaruh stress kerja terhadap kinerja perawat melalui kepuasan kerja
sebagai variabel intervening studi pada rumah sakit wijaya kusuma kabupaten
terhadap kinerja, stress kerja berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kepuasan
kerja, Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan tehadap kinerja. Hal ini
menjelaskan bahwa Rumah Sakit Wijaya Kusuma telah memberikan perhatian yang
10
cukup terhadap kebutuhan perawat sehingga kepuasan kerja ini berdampak pada
kinerja perawat. Semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh perawat maka
semakin meningkat pula kinerja perawat, dan pada penelitian ini kepuasan kerja
belum dapat memediasi antara variabel stress kerja dan kinerja (kepuasan kerja
Pengaruh beban kerja dengan kinerja perawat di RSUD Saras Husada Purworejo.
Purworejo.
sedangakan penelitian ini dilakukan pada perawat Rumah Sakit Umum Daerah
sumber stress kerja terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
12
Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jenis penelitian ini termasuk penelitian
assosiatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat yang bekerja di ruang rawat inap
Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Secara parsial stess kerja memiliki pengaruh
Nusa Tenggara Barat, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri. Adapun hasil penelitian adalah
adanya hubungan yang signifikan antara kejenuhan kerja dengan kinerja perawat di
b) Penelitian terdahulu dilakukan pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis
Kediri, sedangkan penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah
stress kerja, motivasi kerja dan gaya kepemimpianan terhadap kinerja karyawan
pada PT. Madu Baru di Yogyakarta. Jenis penelitian termasuk penelitian assosiatif
danalat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel stress kerja, motivasi, dan gaya kepemimpinan secara
a) Variabel bebas pada penelitian terdahulu terdiri dari stress kerja, motivasi kerja
penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Mataram.
Jiwa (Studi Pada RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Alat analisis yang digunakan
14
dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda dengan bantuan program
SPSS 11.5. Dalam pengumpulan data, penelitian ini menganalisis data primer yang
perawat di bangsal UPI (Unit Pelayanan Intensif) RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang
yaitu bangsal khusus yang menangani pasien rawat inap baru. Hasil penelitian
sedangakan penelitian ini dilakukan pada perawat Rumah Sakit Umum Daerah
10. Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2010) bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
stress kerja terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PT. MHE. Demag
Surabaya.
penelitian ini dilakukan pada perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Mataram.
2.2.1 Kinerja
Menurut Hasibuan (2002:160), kinerja adalah merupakan suatu hasil kerja yang
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
suatu istilah untuk menjelaskan hasil atau prestasi nyata individu maupun oranisasi yang
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam, yaitu
(Robbins, 2006:260):
16
kemampuan karyawan.
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
Metode penilaian kinerja berikut adalah metode umum penilaian sebuah kinerja
1. Esai Tertulis
Metode paling mudah untuk menilai suatu kinerja adalah dengan menulis
2. Keadaan Kritis
pekerjaan efektif atau yang tidak efektif. Disini yang menjadi kunci adalah
perilaku yang sifatnya khusus, dan bukan sifat-sifat personal yang samar,
dan inisiatif. Selanjutnya si penilai memeriksa daftar tersebut dan menilai setiap
dengan metode pendekatan grafik skala penilaian: si penilai menilai para pekerja
5. Perbandingan Multipersonal
menilai pekerja mana yang lebih baik atau yang lebih buruk satu dengan yang
lainnya.
antara lain:
1. Sikap mental. Sikap mental yang dimiliki seorang karyawan akan memberikan
karyawan adalah motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja yang dimiliki
seorang karyawan.
yang lebih baik dari pada karyawan yang tidak mempunyai ketrampilan.
kinerja karyawan.
19
komunikasi yang harmonis dan baik. Adanya komunikasi yang baik maka akan
kinerja karyawan.
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer
Proses penilain kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku
pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang
tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses aprassial kinerja untuk mengatur
arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu.
semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
20
3. Faktor Tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan
4. Faktor Sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dala organisasi.
asuhan keparawatan. Standar praktik keperawatan oleh PPNI (2000) yang mengacu
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang yang terkait, tim kesehatan,
1. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien
2. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau
3. Bekerja sama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosa keperawatan.
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
respon klien.
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
penampilan yang diinginkan dan kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai.
tingkah laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, dikutip Gillies , 1996).
Diskripsi kerja dan standar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa
2) Sample tingkah laku perawat yang cukup representatiif sebaiknya diamati dalam
tidak diinginkan.
contoh khusus mengenai tingah laku yang memuaskan maupun yang tidak
evaluative.
24
kerja.
6) Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat dan
manajer, diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi
keduanya.
Seorang pegawai dapat bertahan dari kacamata seorang manajer yang menunjukan
pelaksanaan kerjanya.
obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya.
Stress diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan
yang berasal dari luar diri seseorang (Charles D, Spielberger, dalam Ilandoyo, 2001:63).
Menurut Robbins (2006), stress diartikan sebagai suatu kondisi dinamik dimana seorang
(demand) yang berkaitan dengan apa yang juga diinginkannya dan yang hasilnya
Dari tiga pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stress merupakan
suatu gangguan yang dihadapi seperti mental, fisik, emosional, dan spritual sehingga
adalah suatu kondisi dimana terdapat satu atau beberapa faktor di tempat kerja yang
Stress kerja akan muncul bila terdapat kesenjangan antara kemampuan individu dengan
ketidakseimbangan fisik dan fisikis yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan
kondisi seorang karyawan. Jungwee Park dalam Riza (2015) menyatakan bahwa
“Work stress is defined as the harmful physical and emotional responses that occur
when job requirements do not match the worker’s capabilities, resources, and needs”
artinya stress kerja didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional berbahaya yang
terjadi ketika persyaratan kerja tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan
kebutuhan pekerja.
Bedasarkan tiga pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stress kerja
stress disebut stressor. Meskipun stress dapat disebabkan oleh hanya satu stressor
26
menyebabkan timbulnya stress kerja (stressor) dibagi menjadi tiga Robbins (2006;225):
a. Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas yaitu stress kerja yang secara langsung terkait dengan
lingkungan kerja dan fungsi secara langsung dengan pekerjaan. Item dari tuntutan
tugas adalah :
3. Merasa lelah ketika bangun tidur dan harus menemui pekerjaan lagi.
b. Tuntutan peran
Tuntutan peran yaitu stress kerja yang berhubungan dengan tekanan yang
diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu. Pengukuran
variabel tuntutan peran antara lain : kesiapan karyawan dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaan, perbedaan antara atasan dengan karyawan berkaitan dengan tugas
yang harus dilaksanakan, disiplin ilmu yang berbeda-beda pada suatu bidang
7. Mengalami stress yang kronis atau stress yang sangat tinggi dalam pekerjaan.
c. Tuntutan pribadi
Tuntutan pribadi yaitu stress kerja yang terkait dengan tekanan yang diciptakan
oleh karyawan lain. Pengukuran variabel tuntutan pribadi diantara lain hubungan
karyawan dengan keluarga, pengawasan yang dilakukan oleh supervisi atau atasan
dan keahlian yang dimiliki oleh supervisi. Item dari tuntutan pribadi adalah:
Apapun profesi seorang dapat mengalai stress kerja. Namun ada profesi tertentu
yang sangat rentan terhadap stress kerja yakni : petugas medis, paramedis / perawat,
pilot pesawat, manager, polisi, pengatur lalu lintas, pemadam kebakaran (National
Safety Council, 2004). Beberapa penyebab stress kerja (National Safety Council, 2004)
28
organisasi yang dapat menimbulkan stress kerja adalah adanya tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam satu kurun waktu ang terbatas,
beban kerja yang berlebihan (penyebab stress paling umum), atasan yang menuntut dan
tidak peka serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Sedangkan faktor individu yang
dapat menjadi sumber stress kerja adalah malsalah keluarga, masalah ekonomi serta
kepribadian. Bila ditinjau dari faktor lingkungan yang dapat menyebabkan stress kerja
adalah ketidakpastian ekonomi, ketidak pastian politik serta ketidak pastian tehnologi
(Robbins, 2003).
diantaranya:
2. Individu
a. Konflik peran contohnya ada tekanan untuk bergaul dengan baik dengan orang-
b. Peran ganda yaitu tidak adanya pengertian dari seseorang tentang adanya hak
c. Beban kerja yaitu memiliki banyak pekerjaan dengan waktu yang sedikit dan
d. Tidak ada kontrol tanggung jawab yaitu adanya pelimpahan beban tanggung
e. Kondisi kerja yaitu menyangkut kondisi tempat bekerja yang berpengaruh pada
keadaan pegawai.
29
3. Kelompok : Hubungan yang buruk antara atasan, kawan dan bawahan seperti ketidak
4. Organisasional : Desain struktur dan politik jelek seperti kurangnya partisipasi dalam
mengambil keputusan yang menunjukpada luasnya pengetahuan opini dan ide, dan
A. Faktor keorganisasian
otokratis yang hanya sedikit menerima masukan dari bawahan bisa menciptakan
stress dibandingkan yang lain karena karakteristik tugas yang harus dikerjakan
serta tingkat tanggung jawab dan kontrol yang dimungkinkan oleh pekerjaan
tersebut.
3. Kondisi kerja, termasuk karakteristik fisik tempat kerja serta mesin dan perkakas
yang digunakan juga bisa menciptakan stress yang berpengaruh buruk pada
B. Faktor pribadi
2. Masalah finansial, masalah keuangan bisa menjadi stress yang tak tertahankan
pada pegawai. Bagi beberapa orang masalah–masalah tersebut berlanjut terus dan
C. Lingkungan umum
Stress dari bagian kehidupan lainnya seperti ketidak pastian ekonomi, perang
atau ancaman perang, jarak pulang dan pergi yang jauh dalam lalu lintas yang padat,
kebisingan, hujan tanpa henti, cuaca yang sangat panas atau dingin membeku, secara
Terkait dengan stress kerja perawat Anderson et al. dalam Hudak dan Gallow
(1997) menyatakan terdapat 4 (empat) faktor yang menjadi penyebab stress kerja
perawat yaitu:
2. Beban kerja, seperti merawat terlalu banyak pasien, memiliki kesulitan dalam
fisik.
3. Kondisi kerja yang dapat menimbulkan kejenuhan kerja akibat adanya pekerjaan
rutin yang diulang-ulang dimana setiap langkah tindakan harus ditulis, lingkungan
kerja yg kurang aman seperti ancaman tertusuk jarum suntik dan terpapar sinar
radiasi, pasien yang tidak sadar, terlalu sering melihat kondisi pasien yang
mengeluarkan darah, muntah, urin, serta faeces, kejenuhan juga dapat terjadi apabila
4. Konflik interpersonal seperti hubungan yang kurang baik dengan penyelia, dokter,
Sejumlah besar riset telah menyelidiki hubungan stress dengan kinerja. Pola
yang paling meluas dipelajari tentang hubungan stress dengan kinerja adalah hubungan
U terbalik. Logika yang mendasari U terbalik itu adalah bahwa stress pada tingkat
bereaksi. Pada satu itulah individu sering melakukan tugasnya dengan lebih baik, lebih
intensif atau lebih cepat. Tetapi terlalu banyak stress menempatkan tuntutan yang tidak
dapat dicapai yang mengakibatkan kinerja menjadi rendah. Pola U terbalik ini juga
intensitas stress. Artinya, stress tingkat sedang justru dapat mempunyai pengaruh yang
negatif pada kinerja jangka panjang karena insensitas stress yang berkelanjutan itu
Tinggi
Kinerja
Otonomi Kerja
(X1)
Beban Kerja
(X2)
Kinerja Perawat
Dukungan (Y)
Keluarga (X3)
Kejenuhan Kerja
(X4)
Konflik dengan
Rekan Kerja (X5)
Keterangan :
2.5. Hipotesis
a. Diduga bahwa sumber stress yang terdiri dari otonomi kerja, beban kerja,
b. Diduga bahwa sumber stress yang terdiri dari otonomi kerja, beban kerja,
perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Mataram.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sumber stress kerja
terhadap Kinerja Perawat. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk dalam jenis
Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Mataram di bagian Instalansi Gawat Darurat (IGD). Alasan memilih lokasi penelitian di
Instaslasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram
1. Belum adanya penelitian yang berkaitan dengan sumber stress kerja pada perawat
yang ada pada Instaslasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah
2. Adanya masalah yang berkaitan dengan sumber stress kerja pada perawat pada
Instaslasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Mataram.
Menurut Nazir (2011) metode survey merupakan pengumpulan data dari elemen
populasi yang di teliti. Metode ini memerlukan kontak langsung antara peneliti dengan
subyek yang diteliti untuk mendapat data yang dibutuhkan. Subyek populasi yang akan
35
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagian perawat yang ada di Instalansi Gawat
3.4.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subyek maupun obyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang ada di instalansi
3.4.2. Responden
Menurut Sugiyono (2008:122) sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada pelitian ini seluruh
anggota populasi dijadikan responden, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini
adalah 35 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) apabila jumlah
subyek dalam populasi meliputi 100 sampai 150 atau dibawah 100 dalam pengumpulan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk diisi oleh responden pada
Instalansi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota
Mataram.
36
jawab dengan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram yang
berada di bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Mataram. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan
responden.
3. Teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data dari dokumen atau literatur dengan
cara mencatat atau menyalin data yang berhubungan dengan penelitian ini .
a. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
kepadaresponden untuk diisi guna memperoleh data (Sugiyono, 2009). Dalam hal
ini kuesioner diberikan kepada sebagian perawat yang ada di bagian instalansi
gawat darurat guna memeperoleh data dari responden. Kuesioner stess kerja dan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
ditransformasikan ke dalam data kuantitatif yaitu dengan memberi skor pada setiap
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data
pertama. Dalam penelitian ini data diperoleh secara langsung dari subyek
37
penelitian (responden) yaitu perawat yang ada di bagian instalansi gawat darurat
2. Data sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh dari literatur-literatur atau
tugas mandirinya, tanpa adanya pengawasan yang ketat sesuai dengan fungsi
mandirinya.
38
b. Beban kerja : Persepsi perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
kepada pasien tentang stress kerja yang dialami yang bersumber dari banyaknya
pekerjaan yang harus dilakukan dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk
langsung kepada pasien tentang stress kerja yang dialami yang bersumber dari
d. Kejenuhan Kerja : Persepsi perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
kepada pasien tentang stress kerja yang dialami bersumber dari rutinitas
e. Konflik rekan kerja : Persepsi perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
langsung kepada pasien tentang stress kerja yang dialami yang bersumber dari
(IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram terahadap perawat yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasien tentang hasil pelaksanaan kerja perawat
asuhan keperawatan.
Dalam penelitian ini setiap variabel yang diteliti diukur dengan menggunakan
skor yang mengacu pada skala likert. Menurut Sugiyono (2001:92).Skala likert,
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang dan sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Skala yang digunakan yaitu skala 1-5. Untuk jawaban
sangat setuju diberi nilai 5, jawaban setuju diberi nilai 4, jawaban kurang setuju diberi
41
nilai 3, jawaban tidak setuju diberi nilai 2, dan jawaban sangat tidak setuju diberi nilai
berikut:
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002:144). Sebuah istrumen dikatakan valid jika
mampu mangukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel
42
yang diteliti secara tepat. Besar tidaknya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Menurut Sugiyono (2010), apabila nilai rhitung lebih besar dari nilai rkritis (rhitung ≥ 0,30)
maka instrumen tersebut dapat dikatakan valid, dan apabila sebaliknya maka instrumen
n ( xy )− ( Σ x ) ( Σ y )
r xy =
√ n Σ x 2−√ n Σ y 2−¿ ¿ ¿
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji skor antar item dengan menggunakan
rumus alpha croanbach(Sugiyono, 2010). Nilai alpha croanbach dengan nilai taraf
nyata sebesar 5%. Jika nilai koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau jika
alpha croanbach lebih besar dari 0,6, maka item dapat dikatakan reliabel, namun
k
r= ¿]
k−1
Uji asumsi klasik yang dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi benar-
benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut
harus memenuhi asumsi klasik regresi. Menurut Ghazali (2005) menjelaskan sebagai
berikut:
Tolerance Value atau Variance Inflation Factor (VIF) di bawah “10” dan
lain.Jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka
program SPSS 17.0 for Windows dengan melihat nilai signifikannya harus di
3. Uji Normalitas, untuk menguji apakah model regresi variabel independen, dan
atau tidak, beberapa diantaranya adalah normal plot. Normalitas data juga dapat
dilihat dari bentuk P-P plots yaitu sebaran data residual regresi yang dihasilkan.
Persyaratan uji normalitas adalah jika data menyebar disekitas garis diagonal dan
mengikuti arah garid diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
4. Uji Autokorelasi ini digunakan untuk menjelaskan apakah terjadi korelasi anatara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui
Secara umum analisis regresi ialah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh hubungan (asosiasi) antara dua variabel yakni variabel X (independen) dan
mengetahui ada tidaknya pengaruh Otonomi Kerja (X1), Beban Kerja, (X2), Dukungan
Keluarga (X3), Kejenuhan Kerja (X4), dan Konflik Rekan Kerja (X5), terhadap Kinerja
Karyawan (Y). Hubungan tersebut diukur dengan model persamaan yang dikebangkan
Keterangan :
Y = Kinerja Perawat
a = Konstanta
X1 = Otonomi Kerja
45
X2 = Beban Kerja
X3 = Dukungan Keluarga
X4 = Kejenuhan Kerja
Untuk memudahkan dan mendapatkan hasil yang cepat dan akurat perhitungan
analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows, maka dari hasil
apakah variabel Otonomi Kerja (X1), Beban Kerja, (X2), Dukungan Keluarga (X3),
Kejenuhan Kerja (X4), dan Konflik Rekan Kerja (X 5), benar-benar berpengaruh
terhadap variabel secara individual atau parsial (Imam Ghozali, 2006). Dalam penelitian
ini Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh Otonomi Kerja (X1), Beban Kerja, (X2),
Dukungan Keluarga (X3), Kejenuhan Kerja (X4), dan Konflik Rekan Kerja (X 5), secara
-t α; (n-k) 0 t α; (n-k)
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi 5% adalah jika t hitung< ttabel. Maka
variabel dependen.Sedangkan jika thitung> ttabel maka Ho ditolak yang berarti variabel
β1
t hitung =
Seβ 1
Dimana:
Se = Strandar error
β1 = Nilai koefisien X
sama terhadap variabel terikat (dependen). Bila nilai F hitung lebih besar dari pada F
tabel, maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama
Otonomi Kerja (X1), Beban Kerja, (X2), Dukungan Keluarga (X3), Kejenuhan Kerja
(X4), dan Konflik Rekan Kerja (X5), secara simultan terhadap variabel dependen
yaitu Kinerja (Y). Kriteria untuk membuat hipotesis adalah sebagai berikut:
H o : b 1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0
Artinya variabel independen yaitu Otonomi kerja (X1), Beban kerja, (X2),
Dukungan keluarga (X3), Kejenuhan kerja (X4), dan Konflik rekan kerja (X5), secara
48
Karyawan (Y).
Ha : b1 - b2 - b3 - b4 - b5 > 0
Artinya variabel independen yaitu Otonomi kerja (X1), Beban kerja, (X2),
Dukungan keluarga (X3), Kejenuhan kerja (X4), dan Konflik rekan kerja (X5), secara
(Y).
Daerah Ho ditolak
Daerah Ho diterima
0 F α ; k-1 (n-1)
b. Menentukan Fhitung
Dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau taraf signifikansi sebesar 5%,
jika Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti masing-masing variabel independen
jika Fhitung< Ftabel, maka Ho diterima yang berarti masing-masing variabel independen
F R2 (k−1 )
hitung=¿ ¿
(1−R 2)(n−k)
Keterangan:
49
F = Rasio
R2 = Koefisien determinasi
DAFTAR PUSTAKA
Beach, S. 1970. The Management Of People At Work, New York: Mac Milian.
Dessler, G. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi 14. Salemba Empat. Jakarta.
Gibson, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.
Gibson, J. L., 2003. Organisasi dan Manajemen: Perilaku Struktur. Erlangga. Jakarta.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPPS 21 Update
PLS Regresi I. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gillies, DA., 1989. Perhitungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat di Rumah Sakit.
Hudak & Gallo. 1997, Keperawatan Kritis : Suatu Pendekatan Holistic, EGC, Jakarta
Ilyas, Y. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit. Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKM Universitas Indonesia.
Jungwee Park, 2015. Work Stres and Job Performance, Statistic Canada, no. 75-001-
XIE, pp. 1-17.
Kandou., L,F,J., (2015). Prevalensi Gangguan Fungsi Kognitif dan Depresi Padapasien
Stroke di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas
Sam Ratulangi Manado.
51
Mangkunegara, A.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Peusahaan. PT. Remaja
Rosdakarya Offset. Bandung.
________ ,2005. Evaluasi Kinerja SDM Cetakan Satu. Refika Aditam. Bandung.
Masíud. F., 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep & Aplikasi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Pepriyani, 2011. “Pengaruh Stres Kerja, Motivasi Kerja Dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Madu Baru di Yogyakarta”. Skripsi.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Ria S., 2015. “Pengaruh Stres Kerja Dan Konflik Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Jambuluwuk Malioboro Boutique Hotel Yogyakarta”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Riza dan Noermijati, 2014. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Perawat Melalui
Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Studi Pada Rumah Sakit
Wijaya Kusuma Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Rusmini, 2012. “Analisis Pengaruh Sumber Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Provinsi NTB”. Thesis Magister
Manajemen. Universitas Mataram.
Robbins, S.P., 2008. Perilaku Organisasi, Buku I. Alih Bahasa: Diana Angelica.
Salemba Empat. Jakarta.
52
________ ,2002, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Jilid Kedua, PT. Prenhallindo,
Jakarta.
Bandung.
Sefriadinata, 2013. “Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Rsud Saras
Husada Purworejo”. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Yogyakarta.
PPNI, 2000. Kode Etik Keperawatan, Lambang Panji PPNI, dan Ikrar Keperawatan.
Pengurus PPNI Pusat, Jakarta.
Pratiwi, 2010. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi
Pada PT. MHE. Demag Surabaya. Skripsi.
53
Wibowo, 2010. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
, 2007. Manajemen Kinerja. PT. Radjagrafisuhndo Persada. Jakarta.