Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan secara terus mengalami perkembangan dari


waktu ke waktu. Perkembangan semakin cepat seiring dinamika
kehidupan yang kian kompleks. Munculnya berbagai fenomena baru
secara simultan menjadi tantangan yang harus di respon secara kreatif dan
produktif. Kunci utama perkembangan ilmu pengetahuan terletak di
tangan ilmuan. Seorang ilmuan tidak boleh pasif. Ia harus selalu berpikir,
meneliti dan melakukan berbagai upaya untuk pengembangan ilmu
penegetahuan yang menjadi bidang spesialisasinya. Melalui cara demikian
maka tugasnya sebagai ilmuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dapat berjalan secara baik.

Manusia ideal merupakan manusia yang berkarakter. Aspek


karakter penting untuk mendapatkan penekanan karena aspek inilah yang
mengalami kemerosotan signifikan dari waktu ke waktu. Kemerosotan
tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat awam, tetapi juga merambah
ke lahan intelektual. Karena itulah, pembentukan karakter seyogyanya
tidak dilakukan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Ia harus dipertahukan
dengan kolektifitas bangsa yang bermental karakter baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pengembangan ilmu keislaman di indonesia
C. Tujuan
1. Mengetahui strategi pengembangan ilmu keislaman di indonesia
2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang ilmu
keislaman di indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Strategi pengembangan ilmu keislaman di indonesia

Model pengembangan lmu sangat terkait dengan pembanguna,


sebab ilmu merupakan prasyarat bagi pembangunan. Ilmu
membimbing aktivitas manusia dalam pembangunan, baik
pembangunan fisik maupun non-fisik. Oleh karena itu strategi
pengembangan ilmu di indonesia merupakan faktor yang sangat
penting.

Beberapa syarat yang dibutuhkan bagi strategi pengembangan


ilmu di indonesia yaitu :

1. Terbentuknya masyarakaat ilmiah yang memiliki kekuatan tawar-


menawar (bargaining power), baik dengan pemerintah maupun
dengan perusahaan-perusahaan besar. Disinilah letak pentingnya
ilmu pengetahuan sebagai masyarakat sebagaimana yang ditengarai
oleh Daoede joesoef. Salah seorang tokoh pasmodernisme, Jean
Rancois Lyotard, sangat memperhatikan persoalan ini. Dia
menegaskan bahwa transformasi ilmu pengetahuan akan
memperhatikan akibat pada kekuatan politik yang ada, kekuatan
mereka ini, terutama civil society, akan dipertimbangkan kembali
hubungan (baik de jure maupun de facto) dengan perusahaan-
perusahaan besar.

Muhammad A. S Hikam mengatakan bahwa istilah civil


society (masyarakat madani) dalam tradisi eropa sampai abad 18
mengacu pada pengertian suatu kelompok atau kekuatan yang
mendominasi seluruh kelompok masyarakat lain. Istilah civil
society pernah dipahami secara radikal, yaitu sebagai kelompok
yang menekan aspek kemandirian dan perbedaan posisinya

2
sedemikian rupa sehingga menempatkan posisinya sebagai antitesa
dari negara. Bagi Marx, yang dimaksud civil society adalah
borjuasi. Dalam pengertian ini civil society didefenisikan sebagai
wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan
bercirikan :

a. Kesukarelaan (voluntary)
b. Keswasembadaan (self-generation) dan keswasembadaan (self-
supporting)
c. Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara
d. Keterkaitan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang
diikuti warganya

Akar civil society di indonesia bisa dirunut secara historis


pada tokoh-tokoh pergerakan nasional yang menbentuk organisasi
sosial modern di awal abad 20. Sedangkan dewasa ini yang
dimaksud civil society mengacu pada LSM yang jumlahnya
mencapai lebih dari 10.000, namun kedudukan mereka masih
lemah manakala dihadapkan dengan kekuatan negara.kelompok
cendikiawan yang diharapkan dapat berperan sebagai akto pelopor
perkembangan civil society di indonesia juga masih lemah karena
minimnya pemikiran-pemikiran alternatif yang mereka tawarkan,
maka justru lebih dekat dengan pusat kekuasaan, karena hendak
memukul resiko menentang kebiakan pemerintah. Cendikiawan
yang berumah diatas angin (meminjam istilah rendra) tidak begitu
besar perannya dalam menentukan kebijakan pembangunan di
indonesia. Mereka nyaris tidak memiliki bargaining power dengan
pemerintah. Namun ketika arus reformasi berhasil mendobrak
kekuasaan yang terlalu mendominir kehidupan masyarakat hingga
ke dunia akademik, maka arus perbuatan itu telah berhasil
menciptakan kemandirian yang tinggi dikalangan akademik.

3
Kendatipun demikian masih ada sebagian kecil kelompok
masyarakat ilmiah justru berada pada pusa-pusat kekuasaan
pemerintah di indonesia, mengingat para birokrat di pemerintahan
sekaligus adalah ilmuan atu yang biasa dikenal dengan istilah
kelompok elit. Dalam hal kelompok elit ini Saafroedin Bahar
mengutip pendapat Robert D Punam yang menyebutkan tiga cara
untuk mengenal apakah seseorang itu termasuk kedalam kelompok
elit atau tidak, yaitu :

1) Analisis posisi formal, kedudukan resminya dalam


pemerintahan
2) Analisis reputasi, perananannya yang bersifat informal dalam
masyarakat
3) Analisis keputusan, peranan yang dimainkannya dalam
pembuatan atau penentangan terhadap keputusan politik
2. Pengembangan ilmu di indonesia tidak bebas nilai (value free),
melainkan harus memperlihatkan landasan metafisis,
epistemologis, dan aksiologis dari pandangan hidup bangsa
indonesia. Vanmelsen menekankan pentingnya hubungan antara
ilmu pengetahuan dengan pandangan hidup, karena ilmu
pengetahuan tidak pernah memberikan penjesan terakhir dan
menentukan, lantaran tidak ada ilmu yang mendasarkan dirinya
sendiri secara absolut. Disinilah perlunya pandangan hidup,
terutama peletakan ontologis, epistomologis,dan aksiologis bagi
ilmu pengetahuan, sehingga terajadi harmoni antara rasionalitas
dan kearifan
3. Pengembangan ilmu diindonesia haruslah memperhatikan relasi
antar ilmu tanpa mengorbankan otonomi antara masinhg masing
disiplin ilmu. Disini diperlukan filsasafat sebagai mediator,
terutama bidang filsafat ilmu. Dalam hal ini gaston bachelard
menegaskan perlunya hubungan yang erat antara ilmu dengan

4
filsafat. Filsafat, ujarnay, harus mampu memodifikasi bahasa
teknisnya agar dapat memahami perkembangan ilmu dewasa ini.
Sebaliknya ilmu pengetahuan harus dapat memanfaatkan kreatifitas
filsafat. Disinilah diperlukan filsafat ilmu, sebab filsafat ilmu
mendorong upaya kearah pemahaman disiplin ilmu lain,
interdisipliner disipliner.
4. Pengembangan ilmu di indonesia harus memperhatikan dimensi
relijiusitas, karena masyarakat indonesia masih sangat kental
dengan nuansa religiusitasnya. Walaupun bisa terjadi kendala
pengembangan ilmu yang disebabkan oleh agama dalam arti
eksoteris (lembaga atau pranata keagamaan), bukan dalam esoteris
(hakikat keagamaan itu sendiri0. Oleh karena itu dimensi esoteris
keagamaan perlu digali dalam masyarakat menengah keatas
memadukan dimensi ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai relgius
atau mengembangkan sinyal-sinyal yang terkandung secara implisit
dalam ajaran agama tentang manfaat ilmu pengetahuan bagi umat
manusia.
B. Penutup

Strategi pengembangan ilmu dimasa mendatang tidak boleh


mengalami kesalahan yang pernah diperbuat barat, terutama pandangan
yang menganggap ilmu itu bebas nilai, sejak toko-tokoh pada zaman
renaissance merasa tidak perlu lagi berhubungan dengan agama dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Di pihak lain, intervensi nilai yang
berlebihan ke dalam pengembangan ilmu hanya akan menjadikan ilmu
sebagai wadah berbagai kepentingan, terutama kepentingan yang semata-
mata ideologis, sehingga para ilmuan menjadi terpasung dalam
kungkungan ideologis atau kepentingan politis semata.1

Pengembangan ilmu di indonesia memang tidak boleh bercerabut


dari akar budaya bangsa indonesia sendiri, terutama nilai-nilai pancasila.

1
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu,( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001).hlm 173-178

5
Namun pancasila seyogyanya lebih berperan sebagai rambu-rambu yang
dapat memelihara nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
demokratis, dan keadilan. Tanpa pengembangan ilmu di indonesia
seyogyanya tidak berorientasi pada tujuan, melainkan lebih berorientasi
pada pengabdian umat manusia. Rasionalitas ilmiah tidak boleh
mengorbankan nilai-nilai spiritualitas keagamaan, nilai kemanusiaan,
demokratisasi, dan cita-cita keadilan. Masih ada beberapa faktor lain di
samping ilmu pengetahuan, yang menggiring manusia untuk mencapai
kebahagiaan, antara lain : agama, seni, hubungan kemasyarakatan. Oleh
karena itu strategi pengembangan ilmu yang baik adalah gerak rasionaliasi
yang beriringan dengan spiritualisasi, ekspresi keindahan, dan sosialisasi
nilai-nilai keindahan.

Abbas Hamami Mintaredja menyarankan agar ilmu dapat lebih


aktif dan mampu berfungsi sebagaimana mestinya, maka hal-hal yang
cukup mendasar yang perlu mendapat perhatian antara lain:

1. Ilmu harus mampu mewadahi kebudayaan masyarakat karena dengan


memperhatikan kebudayaan masyarakat, ilmu diharapkan dapat
berkembang persis seperti yang dikehendaki masyarakat.
2. Adanya keinsyafan tidak melulu kesadaran bahwa ilmu bukan satu-
satunya untuk memperoleh kebenaran
3. Pendidikan moral (etika) dan etika pancasila serta moral keagamaan
syarat mutlak bagi moral para ilmuan agar memilikietika profesional
yang seimbang
4. Perlunya pendidikan filsafat, khususnya filsafat ilmu atau epistemologi
bagi pendidikan tinggi.2

BAB III
2
Surajio, filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia, (jakarta:bumi aksara, 2013). Hlm 164

6
PENUTUP

A. Kesimpulan

Strategi pembangunan di indonesia merupakan faktor yang sangat


penting. Ilmu ini untuk membimbing aktivitas manusia dalam
pembangunan, baik pembangunan fisik maupun no-fisik. Syarat di
butuhkan strategi pengembangan ilmu di indonesia, terbentuknya
masyarakat ilmiah yang memilki kekuatan tawar-menawar, pengembangan
ilmu di indonesia tidak bebas nilai, pengembangan ilmu di indonesia harus
lah memperhatikan relasi antar ilmu tanpa mengorbankan otonomi antara
masing-masing disiplin ilmu, pengembangan ilmu di indonesia harus
memperhatikan dimensi religiusitas.

B. Saran

Manusia di anugrahi potensi masing-masing oleh allah swt. Dan


potensi tersebut harus dikembangkan serta bermanfaat bagi orang lain.
Manusia memiliki akal dan pikiran untuk berpikir secara logis dengan cara
berfilsafat. Dengan berfilsafat seseorang mempunyai daya pikir yang kuat
dan manusia bisa bernalar serta memahami kehidupan.

DAFTAR PUATAKA

7
Surajio.2013.Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.Jakarta:Bumi

Aksara.

Rizal Mustansyir, Misnal Munir.2001.Filsafat Ilmu.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai