PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pengembangan ilmu keislaman di indonesia
C. Tujuan
1. Mengetahui strategi pengembangan ilmu keislaman di indonesia
2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang ilmu
keislaman di indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sedemikian rupa sehingga menempatkan posisinya sebagai antitesa
dari negara. Bagi Marx, yang dimaksud civil society adalah
borjuasi. Dalam pengertian ini civil society didefenisikan sebagai
wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan
bercirikan :
a. Kesukarelaan (voluntary)
b. Keswasembadaan (self-generation) dan keswasembadaan (self-
supporting)
c. Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara
d. Keterkaitan dengan norma-norma dan nilai-nilai hukum yang
diikuti warganya
3
Kendatipun demikian masih ada sebagian kecil kelompok
masyarakat ilmiah justru berada pada pusa-pusat kekuasaan
pemerintah di indonesia, mengingat para birokrat di pemerintahan
sekaligus adalah ilmuan atu yang biasa dikenal dengan istilah
kelompok elit. Dalam hal kelompok elit ini Saafroedin Bahar
mengutip pendapat Robert D Punam yang menyebutkan tiga cara
untuk mengenal apakah seseorang itu termasuk kedalam kelompok
elit atau tidak, yaitu :
4
filsafat. Filsafat, ujarnay, harus mampu memodifikasi bahasa
teknisnya agar dapat memahami perkembangan ilmu dewasa ini.
Sebaliknya ilmu pengetahuan harus dapat memanfaatkan kreatifitas
filsafat. Disinilah diperlukan filsafat ilmu, sebab filsafat ilmu
mendorong upaya kearah pemahaman disiplin ilmu lain,
interdisipliner disipliner.
4. Pengembangan ilmu di indonesia harus memperhatikan dimensi
relijiusitas, karena masyarakat indonesia masih sangat kental
dengan nuansa religiusitasnya. Walaupun bisa terjadi kendala
pengembangan ilmu yang disebabkan oleh agama dalam arti
eksoteris (lembaga atau pranata keagamaan), bukan dalam esoteris
(hakikat keagamaan itu sendiri0. Oleh karena itu dimensi esoteris
keagamaan perlu digali dalam masyarakat menengah keatas
memadukan dimensi ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai relgius
atau mengembangkan sinyal-sinyal yang terkandung secara implisit
dalam ajaran agama tentang manfaat ilmu pengetahuan bagi umat
manusia.
B. Penutup
1
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu,( Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001).hlm 173-178
5
Namun pancasila seyogyanya lebih berperan sebagai rambu-rambu yang
dapat memelihara nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
demokratis, dan keadilan. Tanpa pengembangan ilmu di indonesia
seyogyanya tidak berorientasi pada tujuan, melainkan lebih berorientasi
pada pengabdian umat manusia. Rasionalitas ilmiah tidak boleh
mengorbankan nilai-nilai spiritualitas keagamaan, nilai kemanusiaan,
demokratisasi, dan cita-cita keadilan. Masih ada beberapa faktor lain di
samping ilmu pengetahuan, yang menggiring manusia untuk mencapai
kebahagiaan, antara lain : agama, seni, hubungan kemasyarakatan. Oleh
karena itu strategi pengembangan ilmu yang baik adalah gerak rasionaliasi
yang beriringan dengan spiritualisasi, ekspresi keindahan, dan sosialisasi
nilai-nilai keindahan.
BAB III
2
Surajio, filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia, (jakarta:bumi aksara, 2013). Hlm 164
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUATAKA
7
Surajio.2013.Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.Jakarta:Bumi
Aksara.