Anda di halaman 1dari 4

Halaman 1

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan


Perilaku Belajar Mahasiswa Akuntansi
Pemahaman tentang Akuntansi Sektor Publik
Devy Sylvia Puspitasari 1 , Tituk Diah Widajantie 2 , Indrawati Yuhertiana 3 , Dyah Ratnawati 4 ,
Tamadoy Thamrin 5
{devy.puspitasari.ak@upnjatim.ac.id 1 }
1,2,3,4,5 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia
Abstrak. Penelitian ini mengkaji pengaruh faktor psikologis pada mahasiswa
pemahaman tentang akuntansi sektor publik. Mahasiswa akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sebagai populasi. Penelitian ini menggunakan campuran
metode dengan desain penjelasan sekuensial. Ada 42 responden yang mempelajari publik
akuntansi sektor sebagai konsentrasi mereka. Partial Least Square digunakan untuk menguji dua hipotesa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan perilaku belajar signifikan
mempengaruhi pemahaman mata pelajaran akuntansi sektor publik.
Kata kunci: kecerdasan emosional, perilaku belajar, pemahaman sektor publik
akuntansi
1. Perkenalan
Fenomena era revolusi industri 4.0 memang mutlak dan tidak bisa dibendung. Itu
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan perubahan besar dalam konektivitas (teknologi sensor, the
internet of things dan perangkat seluler), kecerdasan (daya komputasi, data besar, gambar, dan
pengenalan suara), dan otomatisasi fleksibel [1]. Perkembangan teknologi digital di
Selain memberikan manfaat positif di berbagai bidang, sekaligus meningkatkan risiko secara bersamaan.
Revolusi Industri 4.0 berdampak signifikan pada profesi akuntansi dan
mahasiswa akuntansi. Beberapa dampaknya adalah arus informasi yang cepat, perubahan pada masyarakat
pandangan dalam memperoleh informasi melalui teknologi internet, termasuk di sektor publik
akuntansi. Akuntansi sektor publik mengajarkan akuntansi dalam lingkup sektor publik
organisasi. Sektor publik yang dimaksud meliputi, misalnya pusat dan daerah
organisasi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), rumah sakit, dan pendidikan.
Hal terpenting dalam organisasi sektor publik adalah tanggung jawab untuk di mana dan untuk
sumber pendanaan organisasi apa. Jadi lulusan akuntansi yang berkompeten, punya
strategi, soft skill (keterampilan interpersonal dan intra-personal skill), dan keterampilan teknis
dibutuhkan untuk dapat menjawab tantangan di era digital ini.
Profesionalisme kinerja dibangun berdasarkan soft skill dan kemampuan yang dimiliki
para karyawan. Hal tersebut dapat dibangun mulai dari pemahaman siswa pada setiap mata kuliah. Pendidik
juga harus mempersiapkan siswa dengan pola pikir, sifat adaptif, dan fleksibilitas karena apa mereka
belajar akan segera berbeda atau berubah di era digital ini. Selain itu, dibutuhkan mentalitas
dan antusiasme bagi peserta didik dan inovatif untuk mendukung tujuan tersebut. [2] berpendapat bahwa soft skill
berkontribusi pada kesuksesan organisasi. Tingkat interaksi dan soft skill seseorang disebut
EBGC 2019, 03 Oktober, Indonesia
Hak Cipta © 2020 EAI
DOI 10.4108 / eai.3-10-2019.2291938

Halaman 2
kecerdasan emosional (EQ). [3] menyatakan bahwa semakin cerdas seseorang secara emosional, maka
seseorang bisa dikategorikan sukses dengan menarik, asertif, merasa lebih baik, dan banyak lagi
komunikasi yang nyaman dibandingkan orang lain dalam lingkup pekerjaan. Kontribusi dari
intelligence quotient (IQ) untuk kesuksesan seseorang hanya berkisar 20%, sisanya 80%
ditentukan oleh faktor yang disebut kecerdasan emosional [4]. Kecerdasan intelektual berperan sebagai
peran penting mahasiswa dalam memahami akuntansi sektor publik, namun tidak akan berjalan dengan baik jika
Hal tersebut belum diimbangi dengan kemampuan mengelola emosi (EQ) diri saat dihadapkan pada
masalah pembelajaran kuliah.
Kebutuhan belajar sepanjang hayat menuntut pendidikan tinggi untuk menciptakan peserta didik yang mandiri [5].
Siswa yang dapat membagi waktu dalam kegiatan pembelajaran, melaksanakan tanggung jawab adalah wujudnya
perilaku belajar yang baik. Perilaku ini akan mempengaruhi prestasi belajar [6]. Mahasiswa
kemampuan dalam memulai dan memelihara proses pembelajaran membuat perbedaan dalam keberhasilan belajar
[7]. Penelitian yang berfokus pada aspek individu menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi individu
perilaku di dunia kerja. Penelitian terbaru berfokus pada perilaku individu di sektor publik
akuntansi meningkat ([8]; [9]; [10]; [11]) membuktikan bahwa respon psikologis seperti pekerjaan
tekanan mendorong individu untuk melakukan perilaku disfungsional. Perguruan tinggi adalah tempat untuk
pembelajaran dan pembentukan karakter individu untuk menjadi lulusan akuntan profesional. Itu
tingkat pemahaman mahasiswa dalam memahami akuntansi sektor publik tidak hanya
ditunjukkan melalui nilai, tetapi penguasaan konsep kursus.
2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode mixed method dengan Explanatory Sequential Design yaitu a
metode penelitian campuran yang dimulai dengan pengumpulan data kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan data kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dengan cara disebarkan
kuesioner, kemudian data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS). Ada 42
responden yang mempelajari akuntansi sektor publik sebagai konsentrasi mereka. Kemudian kualitatif
Metode yang digunakan adalah wawancara terfokus dengan pedoman pertanyaan terbuka. Kuesionernya adalah
Digunakan skala likert untuk menilai kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan siswa
pemahaman tentang akuntansi sektor publik. Data diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan suara
rekaman kemudian dianalisis dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, menemukan
pola berdasarkan data asli. Hasil analisis data disajikan dalam formulir
deskripsi naratif.
Ada tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Emotional quotient (X1): kemampuan seseorang
untuk mengelola emosi mereka dengan kecerdasan; kesesuaian emosi dan ekspresinya
melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial [3].
Perilaku belajar (X2): belajar merupakan proses perilaku adaptif yang bersifat progresif sehingga terjadi
adalah kemajuan yang signifikan dalam memahaminya. Perilaku belajar sering juga disebut dengan kebiasaan belajar,
merupakan dimensi pembelajaran yang dilakukan individu secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Menurut
ke [12] perilaku belajar diukur berdasarkan kebiasaan mengikuti suatu pelajaran, kebiasaan
membaca buku, kebiasaan menyiapkan makalah, kebiasaan menghadapi ujian. Memahami
akuntansi sektor publik (Y): tingkat kemampuan seseorang untuk mengetahui dan memahami tentang publik
akuntansi sektor.

Halaman 3
Gambar 1. Kerangka Penelitian
3 Hasil dan Pembahasan
Pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi sektor publik
Salovey & Mayer (1990) menyatakan bahwa emosi adalah tanggapan yang terorganisir, bersilangan
batasan psikologis seperti fisiologis, kognitif, motivasi, dan pengalaman
sistem. Kecerdasan emosional melibatkan kemampuan untuk memantau perasaan dan emosi
orang lain. Ini adalah bagian dari kecerdasan sosial untuk membimbing pemikiran dan tindakan seseorang. Kemampuan
individu untuk memanfaatkan emosinya berguna untuk memecahkan masalah. Saat orang menerapkan
kehidupan mereka dengan kecerdasan emosional, mereka dapat menyelesaikan masalah secara adaptif.
Menurut [3] kemampuan seseorang untuk mengatur emosinya dengan kecerdasan, memelihara
kesesuaian emosional dan pengungkapan melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi, empati dan keterampilan sosial. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah bagaimana seorang
individu mampu membentuk dirinya sendiri agar lebih terorganisir dalam mengatur perasaan dan
emosi orang lain. Misalnya hubungan baik dengan orang lain, baik itu dengan dosen atau teman dan
dapat mengatur emosi diri sendiri dan orang lain dapat meningkatkan pemahaman dalam menerima masyarakat
akuntansi sektor.
Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang signifikan
berpengaruh pada pemahaman akuntansi sektor publik. Artinya semakin tinggi emosinya
kecerdasan siswa, semakin tinggi pemahaman yang dimilikinya. Dengan demikian kemampuan yang ada bisa
mendukung siswa untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Pengertian akuntansi sektor publik adalah
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan perilaku belajar sebesar 39% (R-square), sedangkan lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditemukan dalam model ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh [13], [14]. Selanjutnya pernyataan informan mendukung
hasil kuantitatif yaitu akuntansi yang penilaiannya identik dengan kecerdasan intelektual
harus dipahami dengan sepenuh hati agar tercipta keseimbangan pemahaman masyarakat
akuntansi sektor. Selanjutnya kuliah bisa melibatkan keahlian afektif yang berhubungan dengan hati
menginternalisasi nilai-nilai luhur dalam akuntansi. Dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki emosi yang tinggi
kecerdasan akan berdampak positif untuk mengatur perasaannya, mampu menghadapi frustasi,
dapat memotivasi diri sendiri, mengatur suasana hati yang reaktif, dan dapat berempati dan bekerja sama
lainnya, sehingga mahasiswa dapat memahami akuntansi sektor publik dengan baik.
Emosional
Hasil bagi
Belajar
Tingkah laku
Memahami
Sektor publik
Akuntansi

Halaman 4
Pengaruh perilaku belajar terhadap pemahaman akuntansi sektor publik
Perilaku belajar di perguruan tinggi salah satunya juga dapat menentukan berhasil tidaknya suatu perguruan tinggi
seorang mahasiswa dalam memahami akuntansi. [12] menyatakan bahwa ada beberapa aspek dalam pembelajaran
perguruan tinggi, meliputi: makna perkuliahan, konsepsi dosen, kemandirian
dalam belajar, mempelajari pengalaman atau nilai, kemampuan bahasa dan memiliki buku. Prestasi adalah
bukti keberhasilan upaya yang dicapai [15]. Dapat disimpulkan bahwa prestasi bisa
dicapai bila siswa berhasil mengelola proses pembelajaran yang ditempuh dengan baik. Pembelajaran yang bagus
perilaku berarti banyak waktu dan konsentrasi yang diberikan oleh siswa untuk memahami sektor publik
akuntansi. Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa perilaku belajar berpengaruh signifikan
berpengaruh pada pemahaman akuntansi sektor publik. Artinya semakin baik siswa tersebut
belajar perilaku, semakin tinggi pemahaman tentang akuntansi sektor publik. Memahami
akuntansi sektor publik dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dan perilaku belajar sebesar 39% (R-
persegi), lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditemukan dalam model ini. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh [16], [17], [18]. Selanjutnya informan
Pernyataan tersebut mendukung hasil kuantitatif yaitu inisiatif belajar sebelum dan sesudah mendapatkan
materi dapat meningkatkan pemahaman akuntansi sektor publik. Metode pembelajaran sekarang
berkembang, tidak hanya melalui tatap muka tetapi siswa juga dapat belajar melalui online (e-learning).
Menurut informan, di era digitalisasi sekarang ini mereka lebih bisa memotivasi
sendiri dengan menggali pengetahuan melalui fasilitas internet, video YouTube, dan unlimited
komunikasi melalui e-learning. Hal ini dapat mendukung siswa dalam menangkap dan memahami a
materi sehingga dapat menghasilkan prestasi akademik yang baik.
4 Pengakuan
Penelitian ini didukung oleh Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Penyelesaian usaha ini tidak akan mungkin terjadi tanpa
partisipasi dan bantuan dari begitu banyak orang yang namanya mungkin tidak semuanya disebutkan. Untuk
semua kerabat, teman, dan orang lain yang dengan satu atau lain cara berbagi dukungan mereka, baik secara moral,
secara finansial dan fisik. Di atas segalanya, kepada Yang Maha Kuasa, penulis ilmu dan
kebijaksanaan, untuk cinta yang tak terhitung jumlahnya ini. Kami berterima kasih.
5 Referensi
[1]
Forum Ekonomi Dunia, “Forum ekonomi dunia dan revolusi industri keempat
di Afrika Selatan, ” STRATEGI PERDAGANGAN & KEBIJAKAN INDUSTRI , 2018. [Online].
Tersedia: http://www.dti.gov.za/industrial_development/docs/TIPS.pdf.
[2]
DD Goleman, Kecerdasan emosional: Mengapa lebih penting daripada IQ untuk karakter,
kesehatan dan prestasi seumur hidup . 1995.
[3]
D. Goleman, Kecerdasan Emosional: Kecerdasan emosional mengapa EI lebih penting
dan IQ . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015.
[4]
D. Goleman, Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi . Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003.
[5]
D. Nicol dan D. MacFarlane-Dick, “Penilaian formatif dan pembelajaran mandiri:
Sebuah model dan tujuh prinsip praktik umpan balik yang baik, ” Stud. Tinggi. Educ. , vol. 31,
tidak. 2, hlm. 199–218, 2006.
[6]
GL Cook, D. Bay, B. Visser, JE Myburgh, dan J. Njoroge, “Kecerdasan emosional:
Peran pendidikan akuntansi dan pengalaman kerja, ” Issues Account. Educ. , vol. 26,

Halaman 5
tidak. 2, hlm. 267–286, 2011.
[7]
C. Schumacher dan D. Ifenthaler, “Fitur yang sangat diharapkan siswa dari pembelajaran
analytics, ” Comput. Perilaku Manusia. , 2018.
[8]
DS Puspitasari, A. Djamhuri, dan I. Subekti, “Anggaran Partisipatif, Senjangan
Anggaran, Kinerja Aparatur Pemerintah dan Tata Kelola Pemerintahan (Studi pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Malang), ” J. Ilm. Adm. Publik , 2017.
[9]
R. Rahma, I. Yuhertiana, dan S. Sundari, “Penggunaan E-audit dalam meningkatkan pemerintahan
temuan audit, ” J. Theor. Appl. Inf. Technol. , 2016.
[10] F. Ardiyani, I. Yuhertiana, dan GS Budiwitjaksono, “Aspek psikologis auditor
dan perilaku disfungsional dalam pengawasan anggaran pemerintah, ” Religacion , vol. 4,
tidak. 17, hlm.593–598, 2019.
[11]
NM Sani, I. Yuheriana, dan D. Suhartini, “Penganggaran partisipatif, budaya masyarakat,
perilaku disfungsional dan kepuasan publik: di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, ”
Religacion , vol. 4, tidak. 17, hlm.581–591, 2019.
[12]
Suwardjono, “Prilaku Belajar di Perguruan Tinggi,” J. Akunt. Manaj. , vol. Maret,
1991.
[13]
ARJ Jayadi and L. Purwanti, “kecerdasan kecerdasan dan perilaku belajar
pemahaman akuntansi, ” J. Chem. Inf. Model. , vol. 2, tidak. 1, 2013.
[14]
FBAR Nugroho dan D. Kristanto, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan
Intelektual, Prilaku Belajar, Kompetensi Dosen dan Fasilitas Pembelajaran Terhadap
Pemahaman Akuntansi, ” J. Akunt. dan Sist. Teknol. Inf. , vol. 14, tidak. 2, hlm. 351–360,
2018.
[15] WS Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar . Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1984.
[16]
AANA Kresnandra, “Pengaruh Perilaku Belajar terhadap Tingkat Pemahaman
Akuntansi dengan Kecerdasan Emosional sebagai Variabel Pemoderasi, ” E-Journal
Akunt. Univ. Udayana , vol. 28, tidak. 3, hlm. 2065–2075, 2019.
[17]
SA Aulia, “Pengaruh Pengendalian Diri, Motivasi, dan Perilaku Belajar Terhadap
Tingkat Pemahaman Akuntansi Mahasiswa, ” Econ. Educ. Anal. J. , vol. 5, tidak. 1, hal.
346–362, 2016.
[18]
LA Rokhana dan S. Sutrisno, “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, dan
Minat Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. (Studi Empiris pada
Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNTAG Semarang), ” Media
Ekon. dan Manaj. , vol. 31, tidak. 1, hlm. 26–38, 2016.

Anda mungkin juga menyukai