BUPATI TANGGAMUS
PROVINSI LAMPUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS
NOMOR 06 TAHUN 2019
TENTANG
BUPATI TANGGAMUS,
dan
BUPATI TANGGAMUS
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
TUJUAN, FUNGSI DAN PRINSIP
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
BAB IV
PENGEMBANGAN TERPADU KEPARIWISATAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
Pasal 9
Bagian Kedua
Industri Pariwisata
Pasal 10
Pasal 11
Bagian Ketiga
Destinasi Pariwisata
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Bagian Keempat
Pemasaran Pariwisata
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Bagian Keempat
Sumber Daya dan Kelembagaan Pariwisata
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
BAB V
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
Bagian Kesatu
Kawasan Strategis
Pasal 32
Bagian Kedua
Obyek Dan Daya Tarik Wisata
Pasal 33
(2) Obyek dan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
PENGELOLAAN KEPARIWISATAAN
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Bagian Kesatu
Perencanaan Pengelolaan Kepariwisataan
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pengelolaan Kepariwisataan
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
(2) Tindakan yang dapat diambil baik bersifat refresif maupun preventif.
(4) Program kerja perlindungan dan pengamanan obyek wisata dan bidang
usaha Kepariwisataan ditetapkan OPD yang membidangi urusan
Kepariwisataan dan dilakukan secara integrasi dan koordinasi.
(6) Tata cara kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (5) ditetapkan melalui
Peraturan Bupati.
Pasal 51
Bagian Ketiga
Monitoring dan Evaluasi
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
(2) Hasil monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar
untuk melakukan evaluasi kinerja pengelolaan Kepariwisataan.
Pasal 55
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit
2 (dua) tahun.
Pasal 56
Pasal 57
Bagian Keempat
Pembinaan Dan Pengawasan Kepariwisataan
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
BAB VII
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 61
(2) Tata cara, waktu dan tempat Koordinasi kegiatan pariwisata ditetapkan
oleh pemerintah daerah oleh Pemerintah daerah
Pasal 62
Pasal 63
(2) Kemitraan usaha sebagaimana dimaksu pada ayat (1) dilakukan dalam
bentuk:
a. menyediaan barang dan jasa dalam penyelenggaraan usaha
pariwisata;
b. kerjasama dalam penyediaan dan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia Kepariwisataan; dan
c. kerjasama pemasaran.
BAB VIII
DAFTAR USAHA PARIWISATA DAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA
Bagian Kesatu
Daftar Usaha Pariwisata
Pasal 64
(1) Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata, pengusaha
pariwisata wajib mendaftarkan usahanya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Tata Cara pendaftaran usaha pariwisata, diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Bidang usaha Kepariwisataan
Pasal 65
(2) Rincian bidang usaha pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 66
(2) Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
sertifikasi usaha yang diterbitkan oleh lembaga mandiri yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 67
Pengaturan lebih lanjut tentang obyek, bidang usaha dan standar usaha
Kepariwisataan diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Tanda Daftar Usaha Pariwisata
Pasal 68
(4) TDUP dimaksud pada ayat (1) wajib didaftarkan ulang setiap 1 (satu)
tahun sekali.
Pasal 69
Pasal 70
(2) TDUP sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak berlaku selama dibekukan.
Pasal 71
Pasal 72
Pasal 73
BAB IX
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 74
(2) Setiap orang didalam dan disekitar destinasi pariwisata mempunyai hak
prioritas:
a. menjadi pekerja/buruh;
b. konsinyasi;
c. pengelolaan dan/atau
d. penanam modal
Pasal 75
Pasal 76
(1) wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik, anak-anak dan lanjut usia
berhak mendapatkan fasilitas khusus sesuai dengan kebutuhannya.
(2) lingkup fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Pasal 77
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
(1) Setiap Orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik daya tarik
wisata.
(2) Merusak fisik daya tarik wista sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah melakukan perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk,
menghilangkan spesies tertentu, mencemarkan lingkungan,
memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau menuskah daya tarik
wisata sehingga berakibat berkurng atau hilangnya keunikan,
keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
BAB X
PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Peran Serta Masyarakat
Pasal 82
Pasal 83
(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Bagian kedua
Pemberdayaan Masyarakat
Pasal 84
Pasal 85
(2) Tata cara dan mekanisme pelaksanaan peran serta dan pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan Kepariwisataan diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati yang secara teknis ditetapkan dalam
Keputusan Kepala OPD yang membidangi urusan.
BAB XI
PENDANAAN
Pasal 87
Pasal 88
(2) Tata cara pengalokasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 89
BAB XII
PENYELESAIAN SENGKETA DAN SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian kesatu
Penyelesaian Sengketa
Pasal 90
(2) Penyelesaian yang dilakukan oleh OPD sebagaimana dimaksud ayat (1))
yang diterima oleh para pihak yang bersengketa bersifat final dan
mengikat para pihak sebagai hukum.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 91
(1) Sanksi administratif dapat ditetapkan kepada semua pihak yang secara
administratif melanggar ketentuan yang ada di dalam peraturan daerah
ini.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 92
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala peraturan daerah
yang mengatur mengenai Kepariwisataan yang telah ada sepanjang tidak
bertentangan dan belum diganti dengan yang baru dengan peraturan
daerah ini, dinyatakan tetap berlaku.
-29-
BAB XV
PENUTUP
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Ditetapkan di Kotaagung
pada tanggal 4 Februari 2019
BUPATI TANGGAMUS,
Cap/dto
DEWI HANDAJANI
Ditetapkan di Kotaagung
pada tanggal 5 Februari 2019
Cap/dto
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS
TENTANG
I. UMUM
Kebijakan pengembangan terpadu kepariwisataan pada prinsipnya
diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur melalui
peningkatan pendapatan nasional, perluasan dan pemerataan kesempatan
usaha dan lapangan kerja.
Berhadapan dengan perubahan global dan penguatan hak masyarakat atas
kepariwisataan, maka perlu dilakukan pembangunan kepariwisataan yang
bertumpu pada keanekaragaman, keunikan dan kekhasan bangsa.
Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan
pembangunan yang berpotensi pada pengembangan wilayah, bertumpu dan
memberdayakan masyarakat.
Politik hukum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, telah menetapkan bahwa keadaan alam, flora, dan fauna,
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Pariwisata adalah suatu fenomena yang ditimbulkan oleh salah satu bentuk
kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan (travel).
Perjalanan untuk memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang bersifat
rekreatif dan edukatif, dikategorikan sebagai kegiatan wisata.
Otonomi daerah telah mengubah tata kelola pemerintahan dari yang semula
sentralistik menjadi desentralistik. Dengan desentralisasi, posisi
Pemerintah Daerah menjadi semakin sentral dalam pembangunan. Dari
sudut pandang optimistik, desentralisasi akan memberikan dampak positif
terhadap pengembangan terpadu kepariwisataan daerah karena Pariwisata
merupakan salah satu sektor kegiatan pembangunan berkelanjutan
(Sustainable development), disisi lain sektor pariwisata dapat
dimanfaatkan sebagai peluang lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan
sekaligus mendatangkan devisa yang mendukung pencapaian pendapatan
asli daerah.
Secara geogerafis Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi bagian barat
pesisir Provinsi Lampung. Dengan topografi bervariasi antara daratan
rendah dan daratan tinggi yang sebagian merupakan daerah berbukit
-31-
sampai bergunung. Satu dari dua teluk besar yang ada di Provinsi Lampung
terdapat di Kabupaten Tanggamus yaitu teluk Semaka. Kebijakan tingkat
nasional pada beberapa sektor telah menetapkan Provinsi Lampung dan
Kabupaten Tanggamus di dalamnya sebagai basis produksi nasional.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
-34-
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
-35-
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.