Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kasus kehilangan gigi menurut data dari Riskesdas tahun 2018


sebanyak 57,6% penduduk indonesia bermasalah pada gigi dan mulut
selama 12 bulan terakhir.Tetapi hanya 10,2% yang mendapat perawatan
oleh tenaga medis gigi.Berdasarkan kelompok umur ,proporsi terbesar
dengan masalah gigi dan mulut adalah kelompok 5-9 tahun ( 67,3%)
dengan 14,6% telah mendapatkan perawatan oleh tenaga medis gigi,
sedangkan proporsi terendah dengan masalah gigi dan mulut adalah
usia 3-4 tahun (41,1%) dengan 4,3% telah mendapatkan perawatan oleh
tenaga medis gigi, Sedangkan kasus proporsi kelompok umur 45-54
(62,1%), untuk kelompok umur 55-64 sebesar ( 61,9%), sedangkan
pada kelompok umur 65 keatas yaitu sebesar (54,2%).
Kehilangan gigi merupakan suatu keadaan gigi tidak ada atau lepas
dari soket atau tempatnya atau keadaan gigi yang mengakibatkan gigi
antagonisnya kehilangan kontak. Kejadian hilangnya gigi mulai terjadi
pada anak-anak dari usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi sulung
yang kemudian digantikan oleh gigi permanen (Anshary dkk, 2014).
Kehilangan gigi yang dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan
migrasi patologis gigi geligi yang tersisa, penurunan tulang alveolar
pada daerah edentulous, penurunan fungsi pengunyahan hingga
gangguan berbicara dan juga dapat berpengaruh terhadap sendi temporo
mandibular. Karena idealnya oklusi yang baik harus memungkinkan
manibula bertranslasi tanpa hambatan oklusal saat terjadi gerakan
fungsional terutama pada segmen posterior sehingga distribusi beban
lebih merata (Wardhana dkk, 2015).
Kehilangan gigi dapat menimbulkan berkurangnya fungsional gigi,
menyebabkan penyakit sistemik dan berdampak terhadap emosional
individu. Berkurangnya fungsional gigi dapat menyebabkan masalah
pada pengunyahan dan pola makan. Kehilangan gigi yang berdampak
secara fungsional lain dapat berupa gangguan berbicara. Fungsi bicara
akan mengalami penurunan karena gigi memiliki peranan yang penting
dalam proses berbicara. Individu yang mengalami kehilangan gigi
terutama pada gigi di bagian anterior akan sulit mengucapkan beberapa
huruf, sehingga akan mengganggu proses bicara dan berkomunikasi
(Sihombing, 2015).
Kehilangan gigi yang dibiarkan terlalu lama dan di biarkan tanpa
penggantian akan menyebabkan migrasi dan rotasi gigi, erupsi berlebih,
penurunan efisiensi pengunyahan, gangguan pada sendi
temporomandibula, beban berlebih pada jaringan pendukung, kelainan
bicara, memburuknya penampilan, terganggunya kebersihan mulut,
atrisi, dan efek terhadap jaringan lunak mulut.Hilangnya keseimbangan
pada lengkung rahang gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau
berputarnya gigi, kerusakan struktur periodontal. Migrasi dan rotasi gigi
menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya dan lawan
gigitnya. Gigi yang miring dan adanya ruang akan mudah disisipi oleh
makanan, sehingga kebersihan mulut terganggu dan aktivitas karies
dapat meningkat Kehilangan cukup banyak gigi pada bagian belakang
menyebabkan efisiensi kunyah menurun.(Siagian, 2016).
Pemeliharaan gigi tiruan cekat setelah pemasangan tetap. Pertama
yang harus dokter gigi lakukan yaitu memberi penerangan (Dental
Health Education) kepada pasien bagaimana cara menjaga kebersihan
mulut pada umumnya dan gigi tiruan cekat pada khususnya dengan cara
menggosok gigi yang benar dan melakukan kontrol plak secara teratur.
Pemanggilan ulang 1 minggu, 2 minggu, 4 minggu setelah pemasangan,
lalu setiap 6 bulan secara terus menerus. Selain kebersihan mulut dan
kesehatan seluruh jaringan penyangga gigi, perlu juga diperiksa ulang
oldusi dan artikulasi. Oklusi harus diperiksa secara teratur setelah
pemasangan karena hubungan oklusal akan berubah setiap waktu
sebagai akibat pergerakan gigi-gigi asli, pemakaian bahan restorasi.
(R.A. Lesmana,1999).
Pertimbangan pemakaian alloy NiCr terutama karena harganya
relatif murah dibanding precious alloy, mempunyai kekerasan yang
cukup, serta sifat fisik dan mekanik yang baik.3Komposisi alloy NiCr
terdiri dari komponen utama Ni 68 –80 % dan Cr 11,9 –26,3 %, serta
komponen tambahan seperti molibdenum (Mo), niobium (Nb), berilium
(Be), silikon (Si), alumunium (Al) dan titanium (Ti). NiCr banyak
digunakan untuk konstruksi metal frame denture(rangka logam gigi
tiruan), fixed prosthodontics(mahkota dan jembatan), serta dapat juga
dikombinasikan dengan porselen (FX Ady Soesetijo,2012).
Menurut Craig dan Powers menguraikan bahwa aloi pengganti
logam mulia harus memenuhi atau mendekati persyaratan American
Dental Assosiation Spesification(ADAS) nomor 5 yaitu merupakan aloi
sederhana, terdiri dari campuran tiga macam logamutama(ternary
alloy),suhu pengecoran relatif rendah dan kemampuan cor yang baik,
serta harganya relatif murah (FX Ady Soesetijo,2012).

I.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah prosedur pembuatan GTC Bridge berbahan dasar
NiCr dengan benar ?

I.3 Tujuan
i. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembuatan bridge pada gigi
tiruan cekat pada bahan dasar Logam Nicr yang benar

ii. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembuatan bridge pada
gigi tiruan cekat pada bahan dasar Logam Nicr,yang baik serta
benar.
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang terjadi pada saat proses
pembuatan bridge pada gigi tiruan cekat.

I.4 Manfaat Penulisan


iii. Manfaat Teoritis
Memberi informasi mengenai prosedur pembuatan Gigi tiruan cekat
dengan menggunakan bahan dasar Nicr dengan baik dan benar.
iv. Manfaat Aplikatif
Dapat memberikan informasi kepada pembaca serta dapat
menjadikan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1 Pengertian Gigi Tiruan Cekat ( Bridge )

Gigi tiruan jembatan disebut juga Fixed Partial Denture adalah


suatu protesa sebagian yang dilekatkan secara tepat pada satu atau lebih
gigi penyangga dan menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang
(Martanto, 1981 : 4).

II.1.2 Tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan


Untuk memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang
menjadi kurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu
juga untuk memperbaiki estetika, memelihara/mempertahankan
kesehatan gusi,memulihkan fungsi fonetik (pengucapan), serta
mencegah terjadinya pergeseran gigi keruangan yang kosong akibat
kehilangan gigi berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi (Martanto,
1981 : 4).

II.1.3 Indikasi Dan Kontra Indikasi Gigi Tiruan Jembatan

A. Indikasi Gigi Tiruan Jembatan

a. Gigi Penyangga
Kondisi dan posisi dari gigi asli yang masih ada dijadikan pertimbangan
untuk dijadikan gigi penyangga. Gigi penyangga tidak boleh goyang
dan mempunyai kedudukan sejajar dengan gigi lainnya.
b. Jumlah Gigi Yang Diganti
Luas permukaan selaput periodontal dari gigi-gigi penyangga
hendaknya sama atau lebih besar dari luas permukaan selaput
periodontal dari gigi-gigi yang akan diganti. Jika gigi yang diganti lebih
banyak dari gigi penyangga, maka akan merusak gigi penyangga itu
sendiri dan jaringan-jaringan disekitarnya. Keadaan yang baik adalah
jika ada dua gigi penyangga ditiap ujung yang memenuhi syarat untuk
menggantikan satu gigi.
c. Umur Penderita
Gigi tiruan jembatan sebaiknya tidak dibuat pada usia dibawah 17 tahun
karena ruang pulpa masih besar, gigi belum tumbuh sempurna, dan
tulang rahang belum cukup padat atau keras.
d. Kesehatan gusi, selaput akar dan tulang
Pada sekitar gigi penyangga keadaan gusi harus sehat, warna dan
konsistensi gusi dapat dijadikan pedoman untuk gusi yang normal.
Oklusi traumatis dapat menyebabkan selaput periodontal meradang dan
tulang alveolar mengalami resorbsi, sehingga dapat menjadikan gigi
goyang dan tidak mampu untuk dijadikan penyangga yang kuat.

B. Kontra Indikasi dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah


sebagai
berikut:

a. Kebersihan mulut
Pada penderita yang kebersihan mulutnya (oral hygiene) tidak
terpelihara atau tidak dapat memeliharanya karena cacat, pemakaian
gigi tiruan jembatan tidak disarankan dan sebaiknya dibuatkan protesa
lepasan.
b. Indeks karies
Indeks karies yang tinggi tidak disarankan untuk memakai retainer yang
tidak menutupi seluruh permukaan mahkota gigi karena mudah
terserang karies.
c. Oklusi
Tekanan kunyah pada oklusi yang abnormal seperti gigitan silang dapat
menekan retainer pada gigi penyangga.
d. Keadaan atau posisi gigi antagonis
Gigi hilang yang tidak segera diganti akan mengakibatkan migrasi dan
ekstrusi. Migrasi dan ekstrusi yang parah merupakan kontra indikasi
untuk dibuatkan gigi tiruan jembatan

II.1.7 Komponen Gigi Tiruan Cekat Bridge


yaitu pontik, retainer, konektor, dan abutment, yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Pontik, Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menggantikan gigi asli yang hilang.
A.   Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:
a.  Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri
dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki
kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi
patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan.
Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang
mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi
dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
b.  Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam
sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini
biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis
menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan
gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu
yang lama.
c. Pontik akrilik
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin
akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak
dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya
agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya
diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai
bahan pelapis estetis saja.

d. Kombinasi Logam dan Porselen


Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam
akan memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini
memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat
dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi
dari temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan
dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian
yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian
labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada
jembatan anterior maupun posterior.
e. Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai
bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap
lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal
dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah
labial/bukal dilapisi dengan akrilik.

II.1.8 Bahan Logam Nicr


Untuk Logam tuang menggunakan Nickel Chromium ,bahan
tersebut memiliki komposisi 85% berat total logam , serta memiliki
efek terhadap sifat fisiknya masih terbatas. Bahan tersebut berfungsi
untuk ketahanan terhadap korosi dan Tarnish.
Untuk komposisi > 30% →sulit untuk dilakukan tahapan casting
logam ,Jika dilakukan akan menyebabkan logam sangat Brittle ,
Komposisi Khromium tidak boleh > 28% .
Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa Nickel Chromium ( Nicr)
dapat menjadikan sebuah referensi pemilihan bahan dasar Logam yang
cocok untuk melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan cekat Jembatan
( Bridge ) .

Anda mungkin juga menyukai