HALUSINASI
3. Jenis Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-
kata yang jelasberbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makan atau pembentukan urin.
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien
dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau
mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
- Genogram yang menggambarkan tiga generasi
- Konsep diri
- Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
- Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
k. Aspek medik
C. Analisa data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1 Klien mengatakan melihat atau Tampak bicara dan
mendengar sesuatu. ketawa sendiri.
Klien tidak mampu mengenal Mulut seperti bicara tapi
tempat, waktu, orang tidak keluar suara.
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien halusinasi, Membantu klien halusinasi
dengan cara melakukan diskusi dengan klien tentang isi,
waktu, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan
respon klien saat halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara:
a) Menghardik (mengusir) halusinasi
Merupakan upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi
yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya, tahap
tindakan meliputi:
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
- Memperagakan cara menghardik halusinasi
- Meminta pada klien untuk memperagakan ulang
- Membantu penerapan cara ini, menguatkan perilaku
Klien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-
cakap dengan orang lain, maka maka terjadi distraksi
fokus. Perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah
dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur.
Dengan aktivitas yang terjadwal klien tidak akan mengalami
waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi.
Tahap-tahap intervensinya sebagai berikut:
- Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
- Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh
klien.
- Melatih klien melakukan aktivitas.
- Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari-sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih.
- Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan: memberikan
penguatan terhadap perilaku klien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasiklien juga harus
dilobi untuk menggunakan obat secara teratur sesuai
dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat
dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga pasien
mengalami kekambuhan.bila kekambuhan terjadi maka
untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih
sulit.Berikut tindakan keperawatan agar pasien patuh
menggunakan obat:
- Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan
jiwa.
- Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai
program.
- Jelaskan akibat putus obat.
- Jelaskan cara mendapatkan obat.
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5
benar: benar obat, pasien, cara, waktu dan dosis.
(Tim MPKP RSJ, 2008).
3. Pemberian Psikofarmakotherapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik / skizifrenia
biasanya diatasi menggunakan obat-obatan antipsikotik (Maramis,
1994) antara lain:
Golongan gutifenon: Haloperidol, haldol, serence, ludomer,.
Pada kondisi akut bisanya diberikan dalam bentuk injeksi cukup
3 x 24 jam. Setelah itu biasanya klien diberikan dosis peroral 3 x
5 mg.
Golongan Fenotiazin: Chlorpromazin / largactile / promagtile,
biasanya diberikan peroral. Kondisi akut biasanya diberikan 3 x
100 mg pada malam hari saja.
Obat-obatan antipsikotik seringkali menimbulkan efek samping
mengantuk, tremor, mata melihat keatas, kaku otot, otot bahu
tertarik sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali,
untuk mengatasi hal ini biasanya dokter memberikan obat anti
parkinsonisme yaitu: tryhexyphenidele 3 x 2 mg. yang sangat
perlu diperhatikan apabila terjadi gejala-gejala yang dialami oleh
klien tidak berkurang maka perlu diteliti apakah betul-betul
diminum atau tidak, maka dari itu keluarga perlu untuk
dijelaskan tentang pentingnya memonitor penggunaan obat
klien. Jika ada gejala-gejala yang tidak biasa minta kepada
keluarga untuk menghubungi puskesmas terdek
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Keterangan
Adaptif : mempu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : merasa gagal mencapai tujuan disebabkan tujuan yang
tidak realistis
Pasif : diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang sedang dialami
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih
terkontrol
Amuk : tindakan destruktif, permusuhan yang kuat dan tidak
terkontrol
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan
tahap perkembangan keluarga.
e. Aspek psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Konsep diri
Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
h. Mekanisme koping
Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya
atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang
wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang
anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia
dapat melupakannya.
Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku
yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan
biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu
berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
k. Aspek medik
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
C. Analisa Data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1. Mengungkapkan perasaan kesal Wajah klien tampak
1 atau marah, keinginan untuk tegang, merah.
melukai diri sendiri, orang lain Mata merah dan melotot.
dan lingkungan, klien suka Rahang mengatup.
membentak dan menyerang Tangan mengepal.
orang lain Mondar mandir.
2.
2 Sulit tidur, merasa tidak berarti, Lebih banyak diam,
3. merasa tidak berguna, merasa mengkritik orang lain,
tidak mempunyai kemampuan
positif, merasa menilai diri
negatif, kurang konsentrasi,
merasa tidak mampu melakukan
apapun
D. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kekerasan
2. Harga diri rendah
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
ISOLASI SOSIAL
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
Internal maupun eksternal meliputi.
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti :
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara .
b. Stressor Giokimic
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
traktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
c. Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan,
maupun biologis.
d. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah
serius antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik
sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
1) Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan
kecemasannya pada anak, misalnya dengan tekanan suara
yang tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum
dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.
2) Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat
menimbulkan konflik, di satu sisi anak ingin
mengembangkan kemandiriannya.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau
mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan sosial
budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Konsep diri
Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
k. Aspek medik
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
C. Analisa Data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1 Tidak berminat, perasaan Tidak ada dukungan orang
berbeda dari orang lain, tidak yang dianggap penting, afek
mampu memenuhi harapan tumpul, adanya kecacatan
orang lain , merasa sendirian, (misal fisik, mental). Tindakan
menolak interaksi dengan tidak berarti, tidak kontak
orang lain, mengungkapkan mata, menyendiri/menarik
tujuan hidup yang tidak diri, tindakan berulang, afek
adekuat, merasa tidak diterima sedih, tidak komunikatif.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga diri rendah
b. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif
Menarik diri, isolasi diri
Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
c. Sosial
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berprilaku sesuai norma
Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat ,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
2) Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) . Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain- lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukann
C. Analisa Data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
1 Tidak berminat, perasaan Tidak ada dukungan orang
berbeda dari orang lain, yang dianggap penting, afek
tidak mampu memenuhi tumpul, adanya kecacatan
harapan orang lain , merasa (misal fisik, mental). Tindakan
sendirian, menolak interaksi tidak berarti, tidak kontak
dengan orang lain, mata, menyendiri/menarik
mengungkapkan tujuan diri, tindakan berulang, afek
hidup yang tidak adekuat, sedih, tidak komunikatif.
merasa tidak diterima
2
Menyatakan tidak ada Tidak mampu membersihkan
keinginan mandi secara badan, penampilan tidak rapi,
teratur, perawatan diri harus pakaian kotor tidak mampu
dimotivasi, menyatakan berpakaian secara benar,
Bab/Bak disembarang tidak mampu melaksanakan
tempat, meyatakan tidak kebersihan yang sesuai,
mampu menggunakan alat setelah melakukan toileting,
bantu makan makan hanya beberapa suap
dari piring/porsi tidak habis
D. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit keperawatan diri
2. Isolasi sosial
Tindakan:
- Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat klien.
- Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi sigma.
- Diskusikan dengan keluarga tentang peralatan perawatn diri
yang dibutuhkan klien.
- Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam perawatan klien
mengingatkan klien sesuai jadwal yang telah disepakati.
- Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam merawat diri. (Tim MPKP RSJ, 2008).
e. Aspek psikososial
- Genogram yang menggambarkan tiga generasi
- Konsep diri
- Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
- Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
- Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.
f. Kebutuhan persiapan pulang
- Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan
lat makan kembali.
- Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
- Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
- Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
- Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
- Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
g. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
h. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
i. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
C. Analisa Data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
D. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA