ABTSRAK
Kenakalan remaja merupakan gejala sosial dan telah menimbulkan keprihatinan di kalangan
orang tua pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bentuk-bentuk perilaku tersebut
seperti kenakalan anak penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, seks bebas, tawuran antar
remaja desa, balap jalanan, mulai menghiasi perubahan tatanan masyarakat Bali secara
bertahap. Gejala-gejala tersebut seolah-olah selalu muncul begitu saja sebagai masalah aktual
yang khas pada setiap periode waktu dan oleh karena itu menarik untuk diteliti. Struktur
masyarakat yang berubah akibat tekanan atau pilihan yang ditawarkan pada akhirnya menjadi
Bali yang plural dan multikultural. Penyelesaian masalah tersebut tentunya harus dikaitkan
dengan kearifan lokal Bali itu sendiri.
Rumusan masalah adalah: (l) mengapa teori kontrol sosial merupakan teori yang paling tepat
digunakan untuk mengatasi kenakalan anak di Bali?; (2) Bagaimana pola penanggulangan
kenakalan remaja di Bali dengan pemanfaatan kearifan lokal?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan non doktrinal (sosio-legal
approach). Pada prinsipnya kajian sosio-hukum adalah kajian tentang hukum, berdasarkan
metodologi ilmu-ilmu sosial dalam arti luas. Penelitian ini termasuk dalam tradisi penelitian
agregat antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif yang sering dikenal dengan
penelitian campurannya, dengan pendekatan perspektif Kriminologi.
(l) teori kontrol sosial, dibandingkan dengan teori disorganisasi sosial teori perilaku
menyimpang dalam kriminologi, teori kontrol sosial paling tepat digunakan dalam
penanggulangan anak karena, sedangkan ikatan sosial yang kuat antara anak dengan teman
sebaya, kelompok sebaya, orang tua , guru sekolah, tokoh masyarakat, tokoh agama, anak-
anak niscaya tidak akan melakukan perilaku menyimpang. Walaupun teorinya tentang kontrol
sosial di Barat tetapi implementasinya terhadap anak di Bali lebih terfokus daripada teori-
teori lainnya, tentunya penambahan unsur-unsur yang terdapat dalam teori kontrol sosial,
seperti Attachment, Commitment, Involvement, dan Keyakinan, terkait dengan kearifan lokal
masyarakat Bali sangat mendukung penguatan teori kontrol sosial; (2) Pola penanggulangan
kenakalan remaja pada umumnya menggunakan model non penal dan penal. Pola non penal
dalam menanggulangi kenakalan anak melalui kearifan lokal seperti tri hita karana, tri kaya
parisudha, tri tat twam asi, dan lain-lain, pengendalian sosial masyarakat Bali dapat
mencegah atau menanggulangi seminimal mungkin kenakalan anak di Bali.
Kata kunci: kenakalan remaja, teori kontrol sosial, pola pencegahan, kearifan lokal Bali.
Di sinilah lalu ada kebutuhan untuk melakukan pengujian teori tentang kejahatan dan
perilaku delinkuen anak (yang umumnya anak di Bali ? (b) Bagaimanakah peran
berasal dari ”barat”) dalam konteks kearifan lokal dalam penanggulangan tindak
masyarakat Bali. Masalahnya adalah : (a) pidana dan kenakalan anak di Bali ?
teori kriminologi manakah yang akan diuji?,
dan (b) mengapa masyarakat Bali yang II. METODE PENELITIAN
dijadikan uji penelitian?.
a. Metode Pendekatan
Masalah pertama dapat dijelaskan : Menjawab apa yang menjadi tujuan
teori kriminologi yang akan diuji adalah pengkajian penelitian ini, maka studi ini
teori kriminologi yang lahir dari kondisi menerapkan pendekatan kriminologis4.
masyarakat yang mengalami disorganisasi Terdapat tiga paradigma utama dalam
(disorganized society) yakni teori Kontrol kriminologimasing-masingmengembangkan
Sosial yang dikemukakan oleh Travis model analisa dan metode penelitian
Hirschi dikenal Ikatan Sosial (social bond). tentang gejala kejahatan. Ketiga paradigma
Masalah kedua dapat dijelaskan : tersebut adalah paradigma positivisme,
masyarakat Bali sejak dahulu dikenal interaksionisme, dan sosialis. Masing-
sebagai masyarakat yang ramah, rukun, dan masing paradigm tersebut berkembang
menerima masyarakat lain melalui perspektif masing-masing satu
– pengaruh pariwisata – ke dalam sama lain berbeda. Paradigma positivisme
kehidupan bermasyarakat. Pola hidup dilatarbelakangi oleh perspektif konsensus;
solidaritas amat tinggi, salunglung paradigma interaksionis dilatarbelakangi
sabayantaka, paras-paros sarpanaya, oleh perspektif pluralism; sedangkan
segilik seguluk, serta agawe suka nikang paradigma sosialis dilatarbelakangi oleh
rat, konsep bermasyarakat yang dijunjung perspektif konflik. Uraian mendalam
tinggi masyarakat Bali masih dipegang tentang ketiga paradigm dan perspektif
teguh dan tertuang dalam ajaran Tri Hita tersebut yang dipergunakan untuk
Karana , suatu konsep bermasyarakat yang mempelajari gejala kejahatan di masyarakat
dijunjung tinggi menjadikan Bali semakin dikaji lebih dalam oleh Michalowski
dikenal masyarakat luas. Ikatan sosial (1977)5.
masyarakat Bali satu sama lain saling
Paradigma-paradigma dalam
merasa sebagai bagian dari
kriminologi tersebut oleh Michalowski
masyarakatanya. Di dalam Tri Hita Karana
dijelaskan: paradigm positivism mempunyai
sudah terkandung Nilai-nilai, Norma, dan
ciri adanya kepercayaan bahwa metode
Pelembagaan, hal inilah yang sering disebut
sebagai kearifan lokal masyarakat Bali
4
Edwin H Sutherland (1995) mengklasifikasikan
2. Rumusan Masalah bagian-bagian pokok dari ilmu kriminologi adalah
(a) Bagaimanakah penerapan (a) penology, (b) Etiologi Kriminal, dan (c) Sosiologi
Hukum Pidana, dalam Principle of Criminology,
teori kontrol sosial dalam menjelaskan revised by Donald R Creseey, Philadelphia; JB
penanggulangan tindak pidana dan Lipincolt Co, 1995 : 80-83. Prof Soedarto, sering
mengemukakan bahwa Kriminologi sebagai
kenalalan empirisnya hukum pidana.
5
Muhammad Mustofa, Loc cit, hal. 25
ilmiah untuk memperoleh semua gejala haruslah dilihat sebagai hasil dari adanya
hubungan sebab akibat yang merupakan (a) keterikatan pada guru sekolah, (c)
hukum alam. Dalam mempelajari kejahatan, keterikatan pada teman sebaya,
positivisme menekankan pada sifat- Commitment (X2) diterjemahkan menjadi
sifat asasi dari manusia. Sementara itu, indikator yaitu
perspektif interaksionisme tidak melihat (a) perhitungan untung rugi (manfaat)
gejala kejahatan sebagai sifat asasi manusia keterlibatan seseorang dalam kenakalan
tetapi lebih merupakan suatu katagori yang anak, Involvement (X3) diterjemahkan ke
diberikan oleh orang lain. Berbagai tingkah dalam beberapa indikator, yaitu (a) apabila
laku dikatagorikan sebagai kejahatan karena disibukkan dalam berbagai
kita mendefinisikannya demikian. kegiatan/aktivitas konvensional, maka anak
Paradigma sosialis melihat kejahatan tidak akan pernah sempat berpikir apalagi
sebagai tingkah laku yang didefinisikan dan melibatkan diri dalam kejahatan, sementara
diperlakukan oleh kelompok yang Belief (X4) diukur dari aspek sikap dan
mempunyai kekuasaan dominan sebagai kepatuhannya pada nilai-nilai religious dan
tingkah laku yang membahayakan adat istiadat yang berhubungan dengan
6
kepentingannya . masalah kenakalan anak.
b. Identifikasi Variabel dan c. Penentuan Sample
Perlakuannya Data dikumpulkan tahun 2013
Penelitian ini mengkaji perilaku berdasarkan pengakuan diri responden (self
kenakalan anak sebagai gejala sosial report) yang populasinya sebanyak 300
dengan mengambil lokasi penelitian di Bali. orang siswa-siswi SMA kelas III di seluruh
Studi demikian memperlakukanh teori Bali dan ditentukan secara purposive
Kontrol Sosial dengan elemen-elemen masing-masing Kabupaten / Kota di Bali
Attachment yang diperlakukan sebagai berjumlah 9 kabupaten / Kota) dengan
Variabel Bebas (X1), Commitment yang demikian masing-masing Kabupaten / Kota
diperlakukan sebagai Variabel Bebas (X2), samplenya sebanyak 30 orang, yang terdiri
Involvement yang diperlakukan sebagai dari siswa/i SMA yang berada di tengah
Variabel Bebas (X3), dan Belief yang kota sebanyak 15 orang dan siswa/i SMA
diperlakukan sebagai Variabel Bebas (X4), yang berada di pedesaan sebanyak 15 orang
yang keberadaannya berkaitan erat dengan pula, kecuali kota Denpasar sebanyak 30
gejala kenakalan anak di Bali yang orang
diperlakukan sebagai Variabel Terikat d. Tempat dan Waktu Penelitian
(dengan simbol Y). Tempat dan waktu penelitian ini
Attachment (X1) selanjutnya dilakukan di SMA-SMA se Bali meliputi
diterjemahkan menjadi beberapa indikator wilayah-wilayah penelitian tersebut adalah
yaitu (a) keterikatan pada orang tua, di Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung,
6
Muhammad Mustofa, Loc cit, hal25 Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem,
Kabupaten Buleleng, Kabupaten Tabanan,
dan Kabupaten Jembrana
e. Metode Pengumpulan Data dikatagorikan menjadi dua, maka kalau
Data penelitian ini terdiri atas data menguji korelasi dua variabel,
sekunder dan data primer. Data sekunder pengujiannya menggunakan Tabel empat
dikumpulkan dengan cara pemahaman sel, seperti di bawah ini :
bahan-bahan pustaka dan dokumen-
Tabel 2. KOTAK EMPAT SEL UNTUK
dokumen yang dianggap gayut dengan
PENGUJIAN DUA VARIABEL
permasalahan yang di bahas dalam studi ini.
Data primer dikumpulkan dengan cara Self Elemen Jenis Kenakalan
Kontrol Tindak Total
Report Studies (Studi Pengakuan Diri), Sosial Pidana
Kenakalan
NEGATIF 76 (a) 40 (b) 116 Paparan tabel di atas dikaitkan dengan Tabel
Nilai Koefisien Korelasi diperoleh Tidak jauh berbeda dengan kegiatan
hubungan negatif yang mantap, artinya kepramukaan pada uraian di atas, jika
bahwa siswa pernah melakukan kenakalan, dikaitkan dengan Tabel Nilai Koefisien
namun keterlibatannya pada kegiatan
Korelasi diperoleh hubungan negatif
organisasi kepramukaan begitu anthusias
yang mantap. Bila diasumsikan maka
dan mantap. Apalagi kegiatan kepramukaan
dapat diperoleh semakin tinggi (positif-117)
ada unsur “penilaian” dari guru sebagai
keterlibatannya pada kegiatan pencinta alam
aktivitas kegiatan sekolah. Bila
maka semakin rendah (negatif-47) pulalah
diasumsikan dapat diperoleh semakin tinggi
anak melakukan kenakalan. Bila dicermati
(positif-124) keterlibatannya pada kegiatan
ikatan sosial (social bond) terhadap
kepramukaan maka semakin rendah
kegiatan organisasi pencinta alam tersebut
(negatif-40) pulalah anak melakukan
dapat dikatakan mantap. artinya anak yang
kenakalan. bila dicermati ikatan sosial
terhadap kegiatan organisasi kepramukaan melakukan perbuatan kenakalan tersebut
dapat dikatakan mantap. Sebab pada tetap mantap pada kegiatan pencinta alam.
kegiatan kepramukaan manfaat untuk itu Sebab pada kegiatan pencinta alam manfaat
sangat besar sekali, banyak ajaran untuk itu sangat besar sekali, banyak ajaran
kebersamaan, keprihatinan, kerukunan, kebersamaan, keprihatinan, kerukunan,
dan budhi pekerti diajarkan pada kegiatan dan budhi pekerti diajarkan pada kegiatan
tersebut. tersebut.
Tabel 14. HUBUNGAN ANTARA Tabel 15.
KENAKALAN ANAK DENGAN HUBUNGAN ANTARA KENAKALAN
INVOLVEMENT / KETERLIBATAN ANAK DENGAN INVOLVEMENT
PADA KEGIATAN PENCINTA ALAM / KETERLIBATANNYA PADA
JENIS KENAKALAN
KEGIATAN KESENIAN
KETERLIBATAN
PADA KEGIATAN JENIS KENAKALAN
Tindak TOTAL
PENCINTA Kenakalan Q xy KK/CC
Kriminal KETERLIBATAN
ALAM
PADA KEGIATAN Tindak TOTAL
Kenakalan Q xy KK/CC
KESENIAN Kriminal
NEGATIF 80 (a) 47 (b) 127
Hubungan
POSITIF 56 (c) 117 (d) 173 -0,56104 negatif yang NEGATIF 78 (a) 32 (b) 120 Hubungan
Jumlah 136 164 300 mantap
POSITIF 58 (c) 132 (d) 180 -0,69454 negatif yang
Jumlah 136 164 300 sangat kuat
KEYAKINAN
PELANGGAR JENIS KENAKALAN
HUKUM
TOTAL
DIKENAKAN Tindak Q xy KK/CC
SANKSI Kenakalan
Kriminal
HUKUM
LEMAH 81 (a) 45 (b) 126
Hubungan
KUAT 55 (c) 109 (d) 164 -0,5621 negatif
yang
Jumlah 136 164 300
mantap
hlm.20. 9
Freda Adler, et all, Op.cit, hlm. 162
untung rugi dari perbuatan penyimpangan bila remaja-remaja tersebut sudah tidak
yang dilakukan. percaya lagi hukum itu sebagai alat untuk
Ketiga, Involvement, merupakan mendapatkankeadilan, keamanan,
aktivitas seseorang dalam subsistem. Jika ketertiban, dan kedamaian, maka ikatan
seseorang berperan aktif dalam organisasi mereka dengan masyarakat akan lemah, dan
maka kecil kecenderungannya untuk kemungkinan mereka untuk melakukan
melakukanpenyimpangan.Logikapengertian tindak kriminal meningkat11.
ini adalah bila orang aktif di segala kegiatan Pandangan Frank E. Hagan12, di
maka orang tersebut akan menghabiskan mana pada dasarnya menyatakan bahwa
waktu dan tenaganya dalam kegiatan delinkuen itu terjadi pada saat keterikatan
tersebut. Sehingga dia tidak sempat lagi seseorang dengan masyarakat melemah
memikirkan hal-hal yang bertentangan atau rusak. Seseorang mempertahankan
dengan hukum. Dengan demikian segala penyesuaian atas ketakutan akan kejahatan
aktivitas yang dapat memberi manfaat, akan yang berakibat memecah hubungan
mencegah orang itu untuk melakukan mereka dengan keluarga, teman, tetangga,
perbuatan yang bertentangan dengan pekerjaan, sekolah, dan sejenisnya. Pada
hukum. Orang yang sibuk dengan kegiatan intinya, seseorang menyesuaikan diri
konvensional akan memiliki lebih banyak bukanlah karena takut atas hukuman yang
waktu untuk tidak melakukan tindak telah ditetapkan dalam hukum pidana, tetapi
pelanggaran10. lebih banyak karena kepedulian terhadap
Keempat, Belief, merupakan aspek kejahatan, adat-istiadat, dan citra
moral yang terdapat dalam ikatan sosial, perorangan dari mereka yang memiliki
yang tentunya berbeda dengan ketiga aspek kelompok penting dalam masyarakat di
di atas. Beliefs, merupakan kepercayaan mana mereka menjadi anggotanya.
seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Keterikatan pada masyarakat itu terdiri atas
Kepercayaan seseorang terhadap norma- empat komponen : yakni attachment,
norma yang ada menimbulkan kepatuhan commitment, involvement, and belief.
terhadap norma tersebut. Kepatuhan Seperti halnya yang terjadi di Bali,
terhadap norma tersebut tentunya akan pelaku kenakalan anak yang diteliti di Bali
mengurangi hasrat untuk melanggar. Tetapi sebenarnya anak-anak sangat taat dan soleh,
bila orang tidak mematuhi norma-norma juga didukung dengan ikatan sosial yang
maka lebih besar kemungkinan melakukan kuat dengan aktivitas sosial yang tinggi,
pelanggaran. ditelusuri mengapa hal tersebut yang sudah
Menurut Freda Adler, Hirschi demikian erat ikatan sosialnya dapat
menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa menjadi rapuh
11
10
Freda Adler, Op.cit, hlm 163
Freda Adler, Op.cit, hlm 163 12
Frank E. Hagan, Op.cit, hlm. 450
dengan banyaknya kasus-kasus kenakalan anak, untuk itulah sangat wajar hal
tersebut dikaji menurut teori Kontrol Sosial. telah menguraikan suatu ikatan sosial yang
Walau disadari bahwa semula teori kontrol nampak jelas dari elemen-elemen kontrol
ini lebih banyak membahas masalah sosial seperti attachment, commitment,
kenakalan remaja bagi sebagian siswa-siswa involvement, dan belief. Keterikatan
sekolah tingkat atas di Amerika, namun terhadap anak remaja pada satu individu
perkembangan selanjutnya juga telah dengan individu lainnya, apakah itu peer-
diadakan penelitian di Bali. group, sekolah tokoh masyarakat, tokoh
Kajian kenakalan anak yang terjadi agama, kehidupan sehari-hari dan suatu
di Bali dicoba dianalisis dengan pendekatan organisasi kemasyaraklatan, dan manfaat
teori kriminologi yakni teori kontrol sosial yang sudah nyata dapat diterima dengan
yang dikemukakan oleh Travis Hirschi baik hasilnya, ditunjang dengan ketaatan
(1969) Guru Besar tetap Sosiologi di pada hukum dan agama, maka tak pelak
Univercity of Arizona. Penggunaan teori teori kontrol sosial ini dapat digunakan
kontrol sosial dalam penelitian ini sebagai landasan untuk menanggulangi
dilandaskan pada kenyataan bahwa kultur kenakalan anak. Apalagi teori ini dikaitkan
(budaya) masyarakat Indonesia (khususnya dengan budaya masyarakat Bali dengan
Bali) masih menjunjung tinggi norma kearifan lokalnya seperti Tri Hita Karana,
kesusilaan dan tata krama adat ketimuran. merupakan kearifan lokal dalam pola
Keempat elemen itu, berpengaruh pada erat penanggulangan kenakalan anak tersebut.
tidaknya ikatan sosial para anak-anak/
remaja pada masyarakat. Sejauh individu c. Upaya Penanggulangan Kenakalan
memperlihatkan ikatan sosial pada Anak melalui Kearifan Lokal Bali
masyarakat, pertanyaan yang muncul di Kearifan lokal adalah cara bersikap
kalangan pakar kriminologi adalah dan bertindak seseorang atau sekelompok
bagaimana ikatan-ikatan itu dapat melemah orang untuk merespon perubahan-
atau terputus yang pada akhirnya perubahan yang khas dalam lingkup
melahirkan perilaku delinkuen. Begitu salah lingkungan flsik maupun kultural. Kearifan
satu dari keempat unsur itu melemah atas lokal apabila dilihat dari fungsi dan
diri seseorang, maka seseorang itu akan wujudnya dapat dipahami sebagai usaha
“terbebas” dan kecenderungannya orang itu manusia dengan menggunakan akal budinya
untuk terlibat dalam perilaku delinkuen pun (kognisi) untuk bertindak dan bersikap
meningkat. terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang
Dari uraian di atas dapat disimpulkan terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian di
bahwa teori kontrol sosial dapat digunakan atas, disusun secara etimologi, dimana
sebagai landasan untuk menanggulangi wisdom dipahami sebagai kemampuan
kenakalan anak, mengingat secara rinci seseorang dalam menggunakan akal
pikirannya dalam bertindak atau bersikap
sebagai hasil penilaian terhadap
sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan
sebagai “kearifan/kebijakan”.13 institusi ini adalah replika dari konsep Tri
Sebagai falsafah hidup yang unik, Hita Karana dan masing-masing memiliki
Tri Hita Karana, yang berakar pada tempat ibadahnya; berupa pura, anggotanya
agama Hindu Bali mengajarkan nilai-nilai dan daerahnya yang mencerminkan ketiga
dan praktek universal untuk mencapai hubungan konsep tersebut dengar Tuhan
kemakmuran, kedamaian dan kebahagiaan (parhyangan), sesama manusia (pawongan)
melalui keseimbangan dan keharmonisan dan alam (palemahan).
antara dunia-dunia spiritual, sosial dan Dari pemaparan di atas jelaslah
natural. Setiap dunia ini memiliki suatu bahwa dengan filosofi Tri Hita Karana
rangkaian pengetahuan, kepercayaan dan yang diaplikasikan dalam berbagai kegiatan
tindak laku yang harus dipatuhi untuk seperti Panca Sradha, Panca Yadnya, Tat
mencapai keseimbangan dan keharmonisan twam Asi, ajaran Karmaphala, dapat
di antara dan di dalam dunia-dunia ini, digunakan untuk menanggulangi kenakalan
dengan dunia manusia berada di tengah- anak yang berbasis kearifan lokal
tengah keseimbangan ini. Keranjingan Bali masyarakat Bali.
terhadap keseimbangan dan keharmonisan
bukan saja merupakan konsep pasif, tetapi BAB V SIMPULAN DAN SARAN
merupakan falsafah yang menekankan A. SIMPULAN
keseimbangan yang dinamis (dynamic 1. Hal ini dapat dianalisis dari proposisi
equlibrium). Dalam hal terjadi kekuatan yang ada yang bahwa: preposisi
yang bertabrakan, di mana keseimbangan terhadap teori kontrol sosial dikaitkan
yang ada runtuh dan terjadi dengan kenakalan anak maka dapat
ketidakseimbangan, maka kekacauan yang diperoleh gambaran sebagai berikut :
menyusul akan mewujudkan keseimbangan 1. Semakin kuat keterikatan seorang
dan keharmonisan baru yang bahkan lebih anak dengan orang tua, guru, kegiatan
dinamis yang diharapkan mampu konvensional,peer-group,tokohagama
menunjang pemgganti sosial dari zaman maupun tokoh masyarakat, maka
yang berubah. semakin rendah kecenderungan anak
Konsep Tri Hita Karana tidak akan terlibat dalam perilaku menyimpang;
efektif dalam peranan pelestariannya tanpa 2. semakin positif ketertarikan anak
adanya dukungan penting dari institusi- terhadap organisasi siswa intra
institusi tradisional, yang terpenting sekolah, sekeha teruna, dan organisasi
adalah desa adat, banjar dan subak. Setiap kemasyarakatan lainnya, maka
semakin negatif kecenderungan anak
13
Ridwan, Nurma Ali. 2007. Landasan Keilmuan terlibat dalam perilaku delinkuen;
Kearifan Lokal, Jurnal Ibda Vol.5 No. I. P3M
STAIN. Purwokerto. 3. semakin positif keterlibatan anak
dengan kegiatan pramuka, pencinta
alam, kesenian, olah raga, maka
semakin negatif kecenderungan anak untuk terlibat dalam perilaku
delinkuen; Bali. Dalam konteks memahami
4. semakin kuat keyakinan/kepatuhan kontrol sosial berupa ikatan sosial
anak pada norma adat dan norma tesebut maka tidak dapat dilepaskan
hukum, maka semakin lemah/rendah dari konteks budaya masyarakat Bali.
anak terlibat dalam kenakalan anak. Ikatan sosial baik berupa attachment,
2. Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa involvement, commitment, dan belief
dengan filosofi Tri Hita Karana yang dengan didukung oleh kearifan lokal
diaplikasikan dalam berbagai kegiatan masyarakat Bali seperti ajaran Tri
seperti Panca Sradha, Panca Yadnya, Hita Karana, Tri Kaya Parisudha,
Tat twam Asi, ajaran Karmaphala, Tat Twam Asi, Karmaphala, Catur
dapat digunakan untuk Guru dan sebagainya, sangat memberi
menanggulangi kenakalan anak yang pedoman di dalam bertingkah laku
berbasis kearifan lokal masyarakat dalam keseharian, sehingga bila
Bali. dikaitkan dengan elemen kontrol
sosial dari Travis Hirschi di mana
B. SARAN kehidupan remaja pada masyarakat di
a. Bahwa teori Barat tidak selama tepat Amerika Serikat, tentu akan berbeda
pula diterapkan pada masyarakat nilai kepatuhannya pada masyarakat
lainnya khususnya di Bali. Banyak hal berbudaya seperti pada masyarakat
yang tidak dilakukan Hirschi, namun Bali pada khususnya dan budaya
pada masyarakat Bali, keterikatan, Indonesia pada umumnya.
keterlibatan, dan keyakinan sesuatu
dalam ikatan sosial itu lebih banyak
bernuansa adat dan agama. Metode DAFTAR PUSTAKA
yang digunakan Travis Hirschi adalah
self report study yang selamanya A. Literatur / Buku
tidak tepat digunakan pada Alo Liliweri, 2006. Kearifan Lokal Sebagai
masyarakat yang menjunjung adat Kearifan Orang Miskin dalam
ketimuran, untuk itu metode self Keberagaman. Makalah disajikan
report study sangat dibantu dengan dalam dialog Budaya NTT pada
observasi maupun dengan wawancara; tanggal 26 September 2006.
b. Karena Hirschi telah mempopulerkan A. Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono.
teori Kontrol Sosial dengan elemen 1985. Kejahatan Anak : Suatu
social bond nya akan lebih tepat Tinjauan dari Psikologi dan Hukum.
ditambahkan dengan Teori Kontrol Jogjakarta: Liberty.
Sosial berbasis Budaya yang Barda Nawawi Arief, 1996. Bunga Rampai
bersesuian dengan budaya masyarakat Kebijakan Hukum Pidana, Bandung,
Alumni.
Edwin H Sutherland, 1995. Principle of Criminology, revised by Donald R Creseey,
Philadelphia; JB Lipincolt Co, Hofnagels, G. Peter. 1973. The Other Side
Frank. E Hagan. 1987. Introduction to of Criminology, Kluwer Deventer,
Criminology, Theories, Methodes, Holland
and Criminal Behavior, Nelson-Hall Irma Setyowati Soeniitri,1990. Aspek
Chicago. Hukum Perlindungan Anak, Bumi
Frank E Hagan, 1989. Introduction to Aksara, Jakarta.
Criminology, Theories, Methodes, Jack E.Bynum and William E.Thomson,
and Criminal Behavior, Nelson-Hall 2007. Juvenile Delinquency: A
Chicago Sociological Approach. Published in
Fritjop Capra, 2002. Titik Balik Peradaban the United States of Amerika, Pearson
Sain, Masyarakat dan Kebangkitan Education, Inc.
Kebudayaan. Terjemahan oleh Kartini Kartono, 1992. Patologi Sosial (2)
M. Thoyibi, Bentang Budaya. Kenakalan Remaja, Jakarta, Rajawali
Yogyakarta. Pers.
Freda Adler; Gerhard O.W Mueller; ----------------------, 1995. Psikologi Anak
William S Laufer. 1995. (Psikologi Perkembangan) Bandung:
Criminology: The Shorter Version, Mandar Maju.
Second Edition, McGraw-Hill, Inc, Lexi Moleong, 1989. Metode Penelitian
USA . Kualitatif. Bandung, Penerbit
Geriya, IWayan. 2004. Kearifan Lokal Remaja.
Dalam Perspektif Kajian Budaya: Muhammad Mustofa, 2005. Metode
Pergulatan Teoritik dan Ranah Penelitian Kriminologi, Penerbit
Aplikatif. Program Magsiter Kajian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Budaya. Universitas Udayana. Univ. Indonesia (FISIP – UI Press).
Denpasar. Muladi, 1995. Kapita Selekta Sistem
Hagan, John 1987. Modern Criminology, Peradilan Pidana, Penerbit
Crime, Criminal Behavior and its Universitas Diponegoro, Semarang
Control, Singapore, McGraw Hill PaulusHadisuprapto,2008.DelinkuensiAnak,
Book Com. Pemahaman dan
Hagan, Frank. E. 1989. Introduction to Penanggulangannya, Penerbit Bayu
Criminology, Theories, Methodes, Media Publishing.
and Criminal Behavior, Nelson-Hall Romli Atmasasmita, 1984. Problema
Chicago Kenakalan Anak dan Remaja,
Hirschi, Travis. 1969. Causes of Bandung, Armico,
Delinquency, Berkeley, University of Satjipto Rahardjo, 1974. Beberapa Segi dan
California, Press Studi tentang Hukum dan
Masyarakat, Hukum no. 1 Tahun I,
1974, Jakarta, Yayasan Penelitian dan
Pengembangan Hukum