Disusun oleh :
Nama : M. Razindra A
NIM : 195503905
Kelas : 4KSC
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk
dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Fungi Bank
Umum dan BPR” ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini mengenai
pembahasan tentang perbandingan efisiensi BPR dan Bank Umum, pengaruh
tanggungjawab pelaksanaan fungsi bisnis dan fungsi sosial terhadap jumlah dana
pihak ketiga bank umum syariah di Indonesia dan fungsi pengawasan komisaris
terkait kesehatan BPR.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Lain kelas 4KSC STIE Putra Bangsa Kebumen. Dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Ibu Dita Nurmadewi S.Kom., M.Kom. selaku dosen mata kuliah Bank dan
Lembaga Keuangan Lain yang memberikan materi dalam penyusunan laporan ini
dan semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan
arahan kepada penulis.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat penulis
nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
B. Rangkuman Jurnal 1
PERBANDINGAN EFISIENSI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN
BANK UMUM DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS
Penelitian-penelitian pada bidang ekonomi dan bisnis pada dasarnya
bertujuan untuk memaksimalkan hasil dari sumber daya yang terbatas, sehingga
penelitian tentang efisiensi khususnya pada tingkat perusahaan, merupakan hal
yang sangat penting dalam bidang ekonomi dan bisnis. Bank memegang peranan
yang vital bagi perekonomian, karena bank berperan sebagai intermediasi dana
moneter.
Kinerja bank tidak hanya dapat diukur menggunakan kinerja laporan
keuangan, kinerja rasio keuangan dan dengan metode CAMEL, juga dapat diukur
dengan pendekatan efisiensi. Analisis efisiensi didasarkan pada kemampuan
menghasilkan output maksimal dengan tingkat input yang minimal (Hadad et al.,
2003). Konsep efisiensi berkaitan dengan perbandingan antara jumlah input dan
jumlah output yang dihasilkan. Bank yang lebih efisien diharapkan akan
memperoleh keuntungan optimal, memperoleh dana pinjaman yang lebih banyak,
dan kualitas layanan yang lebih baik kepada nasabah. Wilson (2006), masalah
efisiensi perbankan merupakan hal yang penting pada saat ini maupun di masa
mendatang, hal ini disebabkan antara lain: (1) kompetisi yang bertambah ketat; (2)
permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; dan (3)
meningkatnya standar kepuasan nasabah. Keadaan ini menempatkan efisiensi
sebagai isu penting dalam dunia perbankan di Indonesia. Berger & Humphrey
(1997) juga menekankan tentang pentingnya pengukuran tingkat efisiensi pada
sektor perbankan. Informasi yang diperoleh dari pengukuran efisensi perbankan
sangat berguna untuk kebijakan pemerintah yang berkaitan langsung dengan
deregulasi perbankan seperti merger, identifikasi struktur pasar, mengarahkan isu-
isu penelitian tentang efisiensi industri baik tentang ranking maupun metode yang
7
2005 selanjutnya menurun di tahun 2006 menjadi 0,86 dan kembali meningkat di
tahun 2007 menjadi 0,89. Dari kajian konsep dan empiris tersebut, maka ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H2 : tingkat efisiensi BPR pada periode 2009 sampai dengan 2011 belum
mencapai efisien sempurna (100%).
Analisis perbandingan antar kelompok bank akan menjelaskan seberapa
efektif input yang digunakan oleh masing-masing kelompok bank dalam
menghasilkan output. Perbedaan efisiensi antar kelompok bank ini dapat
disebabkan karena perbedaan jumlah kepemilikan modal awal yang harus disetor
dan skala operasi dari BPR yang lebih terbatas. Jika mendirikan bank umum
modal yang harus disetor minimal sebesar Rp 3 trilyun, sedangkan jika
mendirikan BPR modal yang disetor minimal hanya Rp 2 milyar. Dalam segi
penghimpunan dana bank umum menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. Sedangkan BPR
menghimpun dana hanya dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan
deposito. BPR dilarang untuk mengikuti kliring, sedangkan bank umum dapat
memberikan jasa kliring. Karena BPR tidak menerima himpunan dana melalui
simpanan giro, maka BPR juga tidak menerima jasa kliring. BPR dilarang
melakukan kegiatan valuta asing, sedangkan bank umum dapat melakukannya.
BPR dilarang melakukan kegiatan perasuransian, sedangkan bank umum bisa
melakukan kegiatan perasuransian. Meskipun BPR memiliki keterbatasan dalam
permodalan dan kegiatan usaha dibandingkan dengan bank umum, namun BPR
memiliki beberapa kelebihan dalam memberikan pelayanan kepada UMKM.
Antara lain adalah lokasi BPR yang lebih dekat dengan pasar, prosedur pelayanan
yang sederhana, proses yang lebih cepat, dan pendekatan personal (relationship
marketing) yang lebih baik dengan pelanggan. BPR dengan pengelolaan aset dan
skala operasional yang lebih terbatas diharapkan cenderung lebih efisien di dalam
pengelolaannya. Dari kajian konsep dan empiris tersebut, maka ditarik hipotesis
sebagai berikut:
H3 : BPR lebih efisien dibandingkan bank umum.
10
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-komparatif, karena
penelitian ini menggambarkan keadaan efisiensi serta membandingkan tingkat
efisiensi bank umum dengan BPR. Sumber data berasal dari data sekunder yaitu
direktori perbankan Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi dokumentasi. Analisis
data menggunakan DEA untuk mengukur tingkat efisiensi dan digunakan uji beda
dua sampel bebas untuk melakukan analisis perbandingan diantara kedua
kelompok bank. Jika data terdistribusi normal, maka digunakan uji t. Sedangkan
jika data salah satu atau kedua data tingkat efisiensi yang dibandingkan tidak
terdistribusi normal, digunakan statistik non parametrik yaitu mann whitney test.
Input variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi adalah jumlah
simpanan, nilai aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel output yang
digunakan adalah pembiayaan dan pendapatan. Pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria sampel untuk bank
umum adalah 10 bank yang memiliki aset terbesar, terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), dan memiliki kinerja terbaik. Berikutnya kriteria untuk BPR
adalah BPR yang memiliki aset relatif besar dan reputasi baik di daerahnya.
Berdasarkan kriteria tersebut maka bank umum dan BPR yang dipilih sebagai
sampel di dalam penelitian ini sebagai berikut :
Sampel Bank Umum dan BPR
Nama Bank Umum Nama BPR
PT Bank Mandiri Tbk. PT. BPR Surya Yudha
PT Bank BRI Tbk. PT. BPR Jawa Timur
PT Bank BNI Tbk. PT. BPR Gunung Simping Arth
PT Bank BTN Tbk. PT. BPR Intidana Sukses Makmur
PT Bank BCA Tbk. PT. BPR Utomo Manunggal
Sejahtera
PT Bank CIMB Niaga Tbk. PD. BPR BKK Karangmalang
PT Bank Pan Indonesia Tbk. PT. BPR Artha Mitra Kencana
PT Bank Permata Tbk. PT. BPR Sri Artha Lestari
PT Bank Internasional Indonesia Tbk . PD. BPR BKK Purwokerto
11
Pembahasan
Hasil pengukuran tingkat efisiensi bank umum dan BPR untuk sampel
terpilih selama periode 2009 sampai dengan 2011 menunjukkan bahwa bank
umum memiliki rata-rata tingkat efisiensi sebesar 86% sedangkan BPR memiliki
rata-rata tingkat efisiensi sebesar 87%. Hasil pengukuran tingkat efisiensi
mendukung pernyataan yang terdapat pada H1 dan H2 yang menyatakan bahwa
tingkat efisiensi bank umum dan BPR belum mencapai 100%.
Hasil analisis menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis juga
menunjukkan nilai aktual, target dan potential improvement terkait tingkat
efisiensi kelompok sampel bank umum maupun BPR. Hasil analisis menunjukkan
bahwa inefisiensi yang dialami bank umum maupun BPR salah satunya
disebabkan oleh pengeluaran pada variabel input berupa personal expenses (biaya
tenaga kerja) yang berlebihan atau melebihi target optimal. Baik bank umum
maupun BPR teridentifikasi memiliki problem yang sama, bahwa salah satu
penyebab utama bank belum efisien disebabkan oleh pengelolaan personal
expenses yang belum optimal sehingga bank menjadi belum efisien. Biaya tenaga
kerja mencakup kebijakan penetapan gaji, tunjangan, bonus, insentif, dan bentuk
kompensasi lainnya yang diterapkan terhadap para pegawai. Perbedaan tingkat
efisiensi untuk kedua kelompok sampel bank umum dan BPR juga tidak
signifikan. BPR yang diharapkan sebagai salah satu bentuk microbank bisa lebih
efisien terhadap pengelolaan sumber daya ternyata tidak terbukti. Hasil pengujian
menggunakan DEA menunjukkan bahwa selain belum optimalnya pengelolaan
biaya tenaga kerja, BPR juga mengalami permasalahan terkait iddle fund (dana
menganggur). Penyaluran dana pihak ketiga (DPK) sebagai pembiayaan atau
kredit belum optimal. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
pendapatan bank atau keuntungan bank adalah penyaluran kredit yang optimal.
Bank Indonesia mensyaratkan sebagai salah satu indikator bank yang sehat jika
memiliki tingkat loan to deposit ratio (LDR) berkisar antara 90%-100%.
13
B. Rangkuman Jurnal 2
PENGARUH TANGGUNGJAWAB PELAKSANAAN FUNGSI BISNIS
DAN FUNGSI SOSIAL TERHADAP JUMLAH DANA PIHAK KETIGA
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA (Periode Tahun 2010-2015) 1
I. PENDAHULUAN
Bank syariah lahir sebagai lembaga keuangan yang melaksanakan
kegiatannya berdasarkan pada prinsip Islam. Antonio (2001:201)
menjelaskan bahwa bank syariah memiliki beberapa fungsi yaitu,
sebagai manajer investasi, investor, sebagai penyedia jasa keuangan,
dan pengemban jasa sosial. Fungsi bank syariah sebagai manajer
investasi, investor, dan penyedia jasa keuangan erat kaitannya dengan
fungsi bisnis Sedangkan, fungsi bank syariah sebagai pengemban jasa
17
2006), Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari
sistem ekonomi pasar yang berkaitan erat dengan kepercayaan baik
terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim
usaha di suatu negara mendorong terciptanya persaingan yang sehat
dan iklim usaha yang kondusif.
Prinsip-prinsip Corporate Governance agar tercipta praktik Good
Corporate Governance berdasarkan pedoman umum Good Corporate
Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Govenance (KNKG) adalah Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, Kewajaran dan kesetaraan. Prinsip-
prinsip tersebut dapat menciptakan konsep tata kelola perusahaan yang
baik.
Islamic social reporting adalah standar pelaporan
pertanggungjawaban sosial bagi perusahaan-perusahaan yang berbasis
syariah sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi tidak hanya
kepada masyarakat tetapi juga untuk membantu perusahaan dalam
melakukan pemenuhan kewajiban terhadap Allah SWT (Haniffa,
2002).
Dana pihak ketiga merupakan dana nasabah dalam bentuk
simpanan. Simpanan menurut Undang-undang No.10/1998 pasal 1
ayat 5 adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Dengan demikian kepercayaan oleh para
stakeholder terutama oleh nasabah kepada Bank Umum Syariah
penting untuk dipelihara karena dana pihak ketiga adalah wujud
eksistensi kepercayaan nasabah pada Bank Umum Syariah yang
bersangkutan.
Pengungkapan informasi mengenai Good Corporate Governance
dan Islamic social reporting oleh perusahaan merupakan tindakan
pemberian sinyal positif oleh perusahaan kepada seluruh stakeholder
21
Indeks ISR
BUS tertentu) dengan data time series (lingkup waktu selama beberapa
tahun tertentu) atau disebut dengan data panel. Dalam regresi data
panel pertama-tama diilakukan uji chow untuk menentukan model PLS
atau FEM yang digunakan. Apabila FEM diterima selanjutnya
melakukan uji hausman untuk menentukan model FEM atau REM
yang digunakan. Setelah menentukan model yang tepat, uji berikutnya
adalah uji t dan uji F, lalu koefisien determinasi. Uji t digunakan untuk
menguji pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel
dependen, sedangkan uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara
simultan variabel independen terhadap variabel dependen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan uji chow untuk menentukan model PLS atau
FEM yang tepat digunakan. Berikut hasil uji chow:
Tabel 2 Hasil Uji F (Chow Test)
Effects Test Statistic d.f. Prob.
38.37353
Cross-section F 5 (6,33) 0.0000
Cross-section 87.21565 6 0.0000
Chi 4
square
Diperoleh nilai probabilitas (Cross-section F) sebesar 0,0000 lebih
kecil dari α (0,05) sehingga H1 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa
Fixed Effect Model (FEM) lebih sesuai dibandingkan dengan Pooled
Least Square (PLS)/ Commond Effect Model (CEM). Selanjutnya
dilakukan Uji Hausman untuk mengetahui apakah teknik regresi data
panel dengan fixed effect lebih dari model regresi data panel random
effect. Hipotesis Uji Hausman adalah :
H0 : Random Effect Model (REM)
H1 : Fixed Effect Model (FEM)
25
yang baik dengan para stakeholder sebagai suatu respon akibat sinyal
positif yang diberikan oleh bank. Hubungan yang baik tersebut akan
menimbulkan kepercayaan yang tinggi dari para stakeholder termasuk
masyarakat yang kemudian akan menaruh dananya pada bank umum
syariah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks Good Corporate
Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak
ketiga. Indeks GCG yang tidak berpengaruh signifikan terhadap
jumlah dana pihak ketiga tersebut disebabkan oleh bank yang masing-
masing secara mandiri melakukan penilaian self assessment. Bank
Umum Syariah dalam membuat laporan baik itu laporan tahunan
maupun laporan pelaksanaan GCG akan berusaha sebisa mungkin
untuk membuat laporan sesuai dengan peraturan yang telah di tentukan
regulator yaitu berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.
10 tahun 2014. Penilaian self assessment pelaksanaan GCG sendiri
dilakukan terhadap sebelas faktor penilaian pelaksanaan GCG, yaitu:
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris; pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab direksi; kelengkapan dan pelaksanaan tugas
komite; pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah; pelaksanaan prinsip syariah dana kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa; penanganan benturan
kepentingan; penerapan fungsi kepatuhan bank; penerapan fungsi audit
intern; penerapan fungsi audit ekstern; batas maksimum penyaluran
dana; transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
peaksanaan GCG dan pelaporan internal. Ketentuan faktor-faktor
penilaian penilaian pelaksanaan GCG tersebut terdapat poin-poin yang
lebih rinci lagi, contoh pada faktor pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab dewan komisaris terdapat ketentuan bahwa jumlah anggota
Dewan Komisaris paling kurang tiga orang dan paling banyak sama
sengan jumlah anggota direksi, paling kurang 1 orang anggota Dewan
Komisaris berdomisili di Indonesia dan lain sebagainya. Ketentuan
28
yang rinci dan jelas terdapat dalam peraturan menjadi acuan bagi bank
umum syariah dalam pelaksanaan Good Corporate Governance.
Ketentuan yang jelas dan menjadi acuan bagi Bank Umum Syariah
serta poin-poin apa saja yang harus ada dalam pelaksanaan Good
Corporate Governance mengakibatkan GCG bank hampir serupa satu
sama lain. Jika GCG bank serupa satu sama lain dampaknya tidak
terlalu besar pada persepsi masyarakat karena GCG bank umum
syariah satu dan lainnya hampir sama. Hasilnya indeks Good
Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
dana pihak ketiga.
Pengaruh Indeks Islamic Social Reporting terhadap Jumlah Dana
Pihak Ketiga Pengaruh
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa tingkat
probabilitas (t-statistic) sebesar 0.0159 yang lebih kecil dari α (0.05),
sehingga H_02 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Indeks ISR
berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga.
Bank syariah yang menerapkan fungsi sosial akan membentuk
kesan yang baik, mempunyai nilai lebih, mempunyai prestise yang
tinggi daripada usaha yang hanya berorientasi pada keuntungan (profit)
semata dimata nasabah (stakeholder) bank syariah karena keterlibatan
perusahaan dalam kegiatankegiatan sosial berguna bagi kepentingan
masyarakat luas.
Simpanan menurut UU No.10/1998 pasal 1 ayat 5 adalah dana
yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat
deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Hasil dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa indeks ISR
berpengaruh signifikan positif terhadap jumlah dana pihak ketiga yang
ditandai oleh nilai koefisien indeks ISR yang bertanda positif.
Pengaruh signifikan positif tersebut memberikan arti bahwa semakin
baik bank umum syariah dalam melaksanakan fungsi sosial yang
29
ditandai dengan nilai indeks ISR semakin tinggi maka akan menambah
jumlah dana pihak ketiga pada bank umum syariah.
Pengaruh Indeks Good Corporate Governance dan Islamic Social
Reporting terhadap Jumlah Dana Pihak Ketiga Secara Simultan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks GCG dan ISR
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah DPK.
Pengaruh indeks GCG dan ISR terhadap jumlah DPK secara simultan
dilihat dari tingkat probabilitas (F-statistic) sebesar 0.000000 yang
lebih kecil dari α (0.05), sehingga H_03 ditolak dan dapat disimpulkan
bahwa indeks GCG dan ISR secara simultan (bersama-sama)
berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga bank umum
syariah di Indonesia tahun 2010-2015. Dengan Adjusted R2 sebesar
0.688344 yang berarti variabel independen mampu menjelaskan
variabel dependen sebesar 68,83% sedangkan sisanya dijelaskan
variabel lain diluar model.
Hasil signifikan variabel independen dalam mempengaruhi
variabel dependen menunjukkan bahwa variabel independen dalam
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau strategi
dalam meningkatkan jumlah dana pihak ketiga pada bank umum
syariah di Indonesia. Variabel juga bisa digunakan sebagai prediksi
perilaku nasabah yaitu nasabah yang memiliki kepercayaan tinggi
terhadap bank umum syariah yang mau bekerjasama dan bertransaksi
dengan bank, begitu juga sebaliknya. Sehingga menjaga nilai
kepercayaan merupakan amanah dari nasabah yang harus dijaga.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagi
berikut:
1. Indeks Good Corporate Governance secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga pada
bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-2015.
30
B. Rangkuman Jurnal 3
FUNGSI PENGAWASAN KOMISARIS TERKAIT KESEHATAN BANK
PERKREDITAN RAKYAT: PENDEKATAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE DAN ASAS ITIKAD BAIK
A. PENDAHULUAN
Keberadaan bisnis perbankan, temasuk Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) tidak dapat dipungkiri berkaitan dengan sektor bisnis lainnya,
seperti sektor property. Ketika bisnis property berkembang pesat maka
sektor perbankan pun juga berperan serta di dalamnya. Demikian pula
ketika bisnis property mengalami keterpurukan, sektor bank, tidak
terkecuali BPR juga rentan terkena imbas, khususnya mempengaruhi
tingkat kesehatan bank karena meningkatnya kredit bermasalah (Non-
Performing Loan).
Dengan mencermati fenomena meningkatnya NPL pada BPR,
khususnya yang dipengaruhi oleh faktor internal baik yang berkaitan
dengan jumlah SDM yang belum memadai hingga kemampuan dan kurang
cermatnya kinerja SDM pada BPR dalam menganalisis dan menyalurkan
kredit, dapat dikemukakan bahwa pemahaman operasional dan tata kelola
33
etika bisnis, sehingga dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat dan
transparan. Tata kelola berbasis GCG sesungguhnya tidak hanya
memperhatikan shareholder namun yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk kepentingan stakeholders dari sektor perbankan, yaitu yang
mencakup: Transparency (Transparansi), Accountability
(Akuntabilitas), Responsibility (Tanggung Jawab), Independency
(Independensi), dan Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan).
b. Relevansi GCG dan Asas Itikad Baik dengan Kesehatan Bank
Penilaian OJK terhadap GCG didasarkan pada tiga atribut, yaitu
struktur tata kelola, proses tata kelola dan hasil tata kelola. Struktur
tata kelola terdiri dari Komisaris, Direksi, dan Komite Penunjang.
Implementasi GCG dalam konteks “struktur tata kelola” lebih
diarahkan bahwa pelaksanaan GCG menghasilkan hasil yang sesuai
dengan harapan para pemangku kepentingan bank.
GCG dalam perbankan tidak bisa dilepaskan dengan konsep
“Governance Commitment.” Komitmen ini dilakukan melalui
Governance Structure sehingga pada akhirnya berpengaruh pada
Governance Outcome. Melalui tahapan tersebut, kesehatan bank secara
berkesinambungan diharapkan memenuhi kebutuhan stakeholders.
Untuk menilai pencapaian bank, Governance outcome dipergunakan
sebagai indikatornya (KNKG, 2012). Pencapaian tersebut diantaranya
terjadi efiseinsi, taat terhadap ketentuan hukum, melindungi
konsumen, serta obyektif dalam penilaian GCG dan self-assessment.
Dalam rangka mewujudkan Governance Outcome, prinsip dasar
yang seyogyanya diterapkan meliputi: kesinambungan usaha, efisiensi,
manfaat dan pelayanan, pentaatan terhadap peraturan dan ketentuan
internal bank, berperan aktif dalam tanggung jawab social dan
lingkungan, self-assessment yang obyektif, serta bank memperoleh
penilaian GCG yang baik dari otoritas pengatur dan pengawas bank
dan penghargaan pelaksanaan GCG dari lembaga penilai GCG yang
memiliki reputasi yang baik.
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari teori yang telah disajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat efisiensi bank umum maupun BPR belum mencapai efisiensi
sempurna (100%), dengan rata-rata tingkat efisiensi bank umum
selama periode penelitian (tahun 2009 sampai dengan 2011) adalah
sebesar 86%, sedangkan rata-rata tingkat efisiensi BPR adalah sebesar
87%. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa inefisiensi yang dialami
bank umum maupun BPR salah satunya disebabkan oleh pengeluaran
pada variabel input berupa personal expenses (biaya tenaga kerja) yang
berlebihan atau melebihi target optimal. Selain belum optimalnya
pengelolaan biaya tenaga kerja, BPR juga mengalami permasalahan
terkait iddle fund (dana menganggur).
2. a. Indeks Good Corporate Governance secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga pada
bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-2015.
b. Indeks Islamic social reporting secara parsial berpengaruh
signifikan positif terhadap jumlah dana pihak ketiga pada bank
umum syariah di Indonesia tahun 2010-2015.
c. Indeks Good Corporate Governance dan Indeks Islamic social
reporting secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
dana pihak ketiga pada bank umum syariak di Indonesia tahun
2010-2015.
3. a. Komisaris sebagai wakil pemegang saham bertanggungjawab
melaksanakan pengawasan secara independen dan fungsi kontrol
dalam kaitannya dengan prinsip GCG dan asas itikad baik terhadap
Dewan Komisaris dalam rangka tata pengelolaan bank untuk
meningkatkan kesehatan perbankan, termasuk BPR. Tugas dan
tanggung jawab Komisaris BPR dalam mengawasi Dewan Direksi
42
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1041104
DOI: 10.20473/vol5iss20184pp264-279
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1402684
DOI: 10.14710/lr.v14i2.20871
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/694323
DOI: 10.26905/jkdp.v18i2.810
https://universalbpr.co.id/blog/bpr-dan-bank-umum-mengenal-perbedaan-dan-
persamaannya/
https://skripsiyuk.com/kelebihan-dan-kekurangan-penggunaan-metode-penelitian-
kuantitatif-dan-kualitatif/
https://www.gurupendidikan.co.id/metodologi-penelitian/