Anda di halaman 1dari 2

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

TAHUN AKADEMIK 2020-2021 SEMESTER GENAP


UNIVERSITAS PUTRA BANGSA

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Lanjutan


Bobot : 3 SKS
Program Studi : Manajemen
Semester, Kelas : 4 (Empat) RC
Dosen : Aris Susetyo, SE, MM, Ak, CA
Hari, Tanggal : Selasa, 13 Juli 2021
Waktu : 10.45-12.45 Wib
Sifat Ujian : Take home
Sifat Soal : Utama*

SOAL 1
Pt. Rajawali sebuah perusahaan perakitan komputer memerlukan mesin baru untuk menunjang proses
perakitan komputer senilai Rp. 70.000.000. Sebuah perusahaan sewa menawarkan membiayai
keperluan ini dengan menyewa sebanyak 5 tahun. Pembayaran diawali dengan tingkat keuntungan 16%
per tahun. Alternatif lain apabila membeli mesin tersebut, BPR BKK Artakula bersedia memberikan
pinjaman dengan bunga 18%. Saudara diminta menentukan alternatif mana yang bisa dipilih
Pt. Rajawali. Diketahui tarif pajak yang berlaku 50%

SOAL 2
a. Seorang manajer di sebuah perusahaan berkeinginan untuk membuka pabrik didalam negeri dengan
meminjam dana dari bank asing yang berada diluar negeri. Bagaimana Saudara melihat keputusan
yang dibuat oleh manajer tersebut apakah tepat atau tidak. Berikan penjelasan Saudara.
b. Jelaskan apa tindakan yang dilakukan suatu perusahaan dalam mengantisipasi resiko valuta asing,
khususnya strategi jangka panjang.
c. Menurut Saudara apakah negara develop countries selalu lebih sering menjadi sasaran hot money,
apakah ini terjadi disebabkan karena konstruksi manajemen keuangan dan moneter negara
berkembang tidak memiliki risk management yang baik.

SOAL 3
a. Jelaskan peran FinTech untuk mendorong kemampuan ekspor UMKM yang saat ini masih rendah
b. Resiko industri TinTech bagi perlindungan konsumen adalah potensi kehilangan maupun
penurunan kemampuan finansial baik yang diakibatkan oleh penyalahgunaan, penipuan, maupun
force majeur dan isu privasi pengguna FinTech yang rawan bagi penyalahgunaan data baik
disengaja maupun tidak disengaja (serangan hacker, malware, dll). Menurut Saudara bagaimana
sebaiknya perlindungan terhadap konsumen dengan adanya kasus tersebut.
c. Resiko industri FinTech bagi kepentingan nasional dapat menimbulkan potensi penyalahgunaan
untuk kegiatan pencucian uang maupun pendanaan terorisme dan perlunya manajemen resiko yang
memadi agar tidak berdampak negatif bagi stabilitas keuangan. Menurut Saudara bagaimana
sebaiknya perlindungan terhadap kepetingan nasional tersebut.

SOAL 4
Kondisi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tengah menjadi sorotan publik. Kondisi keuangan
maskapai pelat merah itu kian terpuruk akibat hantaman pandemi Covid-19. Sebab, krisis tersebut
membuat anjloknya jumlah penumpang. Di sisi lain, utang perseroan terus menumpuk hingga mencapai
Rp 70 triliun dan diperkirakan terus bertambah Rp 1 triliun tiap bulannya. Apa solusi yang akan
Saudara tawarkan terkait permasalahan utang dan upaya-upaya apa saja dalam rangka memastikan
risiko solvabilitas dapat dimitigasi dengan sebaik-baiknya.

SOAL 5
a. Apa manfaat transaksi derivative bagi perusahaan?
b. Apakah perdagangan derivative menguntungkan atau merugikan bagi perusahaan?
c. Sebagian besar pengguna akhir derivatif yaitu sekitar 80% adalah perusahaan-perusahaan,
disamping badan-badan pemerintah dan sektor publik. Alasan pengguna akhir menggunakan
instrumen derivatif .
d. Buatlah analisis kasus antara Citibank dan HSBC di bawah ini :
CITIBANK DAN HSBC KEOK DI PENGADILAN
Kamis, 10 September 2009 | 08:55  

JAKARTA. Dua bank asing menelan kekalahan yang sama dalam sengketa transaksi derivatif di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, kemarin (9/9). Pengadilan menyatakan Citibank NA dan The
Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) telah melawan hukum dalam perjanjian transaksi
derivatif dengan nasabahnya.

Citibank N.A misalnya, hakim PN Jakarta Selatan menyatakan perjanjian transaksi derivatif bank asal
Amerika Serikat ini dengan sang nasabah, PT Permata Hijau Sawit tidak sesuai Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No.7/6/PBI/ 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank.

Citibank bersalah karena tidak menjelaskan secara terperinci produk perbankannya. Citibank cuma
menjelaskan produk callable forward ke Permata Hijau dalam bahasa Inggris. “Istilahnya
membingungkan,” kata Ketua Majelis Hakim, Artha Theresia, dalam persidangan, Rabu (9/9).

Artha juga menilai, Citibank membuat peraturan yang tidak berimbang. Yakni hanya Citibank saja yang
bisa membatalkan perjanjian secara sepihak. Alhasil, “Perjanjian callable forward batal demi hukum,”
ucapnya. Hakim memerintahkan kedua pihak untuk mengembalikan uang dari transaksi yang telah
terjadi.

Citibank harus mengembalikan uang US$10 juta ke Permata Hijau, termasuk membuka lagi rekening
milik perusahaan sawit ini sebesar US$545.000. Sebaliknya, Permata Hijau juga harus mengembalikan
uang Rp97,2 miliar ke Citibank.

Tak cuma itu. Citibank kudu meminta koreksi ke Bank Indonesia bahwa Permata Hijau bukan debitur
bermasalah di Sistem Informasi Debitur (SID).

Putusan ini membuat Citibank kecewa. Kuasa hukum Citibank Erwandi Hendarta mengatakan,
perjanjian transaksi derivatif ini sah karena telah diteken kedua pihak. “Pembatalan ini telah merusak
kesakralan sebuah kontrak,” ujarnya yang bakal melakukan perlawanan hukum atas putusan ini.
Kuasa hukum Permata Hijau David Tobing bilang, putusan ini akan menjadi contoh yang baik dalam
sengketa transaksi derivatif lainnya. “Sebab, bank telah sewenang-wenang,” ujarnya.

Pertimbangan hukum yang hampir serupa terjadi dalam kasus transaksi derivatif antara HSBC melawan
PT Fresh On Time Seafood. PN Jakarta Selatan dengan susunan majelis yang sama juga membatalkan
perjanjian transaksi derivatif kedua belah pihak.

Hakim menilai, HSBC telah melakukan perbuatan melawan hukum karena telah melanggar PBI soal
transparansi informasi produk bank. Hakim juga menilai, perjanjian keduanya harus batal karena tidak
seimbang. Makanya, hakim memerintahkan keduanya untuk mengembalikan uang yang timbul dalam
perjanjian yang sudah berjalan. “Menyatakan gugatan dari penggugat (Fresh On Time) diterima
sebagian,” ujar Artha, ketua majelis hakim.

Kuasa hukum HSBC Krismawan bilang, merujuk revisi PBI tahun 2009 soal transaksi derivatif, suatu
perjanjian yang telah berjalan harus diselesaikan sampai tuntas. “Putusan hakim melanggar keputusan
BI,” ujarnya.

Sementara kuasa hukum Fresh On Time Taufik Arrizar mengatakan, putusan ini sudah adil buat kliennya
walaupun gugatan materiil sebesar Rp3,9 miliar tidak terkabul. “Tujuan kita memang supaya perjanjian
ini harus batal,” ujar Taufik.

*** selamat mengerjakan ***

Anda mungkin juga menyukai