Anda di halaman 1dari 11

DIAGNOSTIK KESULITAN BERBAHASA

Kesulitan Belajar Membaca Menulis Permulaan Dikelas Rendah

OLEH :

NAMA : Rismayanti
NIM : 105401116718
KELAS : PGSD 6E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh seseorang dalam
proses pembelajaran yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
Kesulitan belajar terjadi karena adanya ancaman, hambatan-hambatan dan
gangguan dalam belajar. Kesulitan belajar terjadi karena kesukaran
mendapat perubahan tingkah laku (siswa yang bandel atau nakal).
Kesulitan belajar terjadi karena hambatan-hambatan dalam usaha
memperoleh hasil belajar, seperti siswa yang malas belajar serta tingkat IQ
rendah.
Kemudian hambatan-hambatan tersebut bisa disadari dan bisa tidak di
sadari oleh orang yang mengalaminya, hal ini biasanya terjadi pada anak
yang mengalami depresi atau tekanan yang disebabkan ada masalah
pribadi dalam keluarga. Gangguan ini bersifat intrinsik artinya berada
dalam diri individu bersangkutan, dan dianggap disebabkan oleh tidak
berfungsinya sistem saraf pusat. Meskipun kesulitan belajar mungkin
muncul bersamaan dengan kondisi kecacatan yang lain (seperti gangguan
sensori, cacat mental, gangguan sosial dan emosi) atau pengaruh
lingkungan (seperti perbedaan budaya, pengajaran yang tidak tepat, dll),
kesulitan belajar bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung dari
faktor-faktor tersebut. (Lewis, 1988, hal. 258-359).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesulitan belajar?
2. Apa saja Faktor-faktor mempengaruhi kesulitan belajar?
3. Apa saja Jenis-jenis membaca permulaan
4. Apa saja Jenis-jenis menulis permulaan
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari kesulitan belajar
2. Menjelaskan faktor-faktor mempengaruhi kesulitan belajar
3. Menyebutkan jenis-jenis membaca permulaan
4. Menyebutkan jenis-jenis menulis permulaan
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari kesulitan belajar
2. Mengetahui faktor-faktor mempengaruhi kesulitan belajar
3. Mengetahui jenis-jenis membaca permulaan
4. Mengetahui jenis-jenis menulis permulaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar adalah kesulitan atau gangguan yang dialami
seseorang dalam mempelajari bidang akademik dasar tertentu sebagai
akibat dari terganggunya sistem saraf pusat yang terkait, atau pengaruh
tidak langsung dari berbagai faktor lain. Kesulitan ini ditandai oleh
kesenjangan antara kemampuan umum seseorang dengan kemampuan
yang ditunjukannya dalam mempelajari bidang tertentu. The National
Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), mendefinisikan
kesulitan belajar adalah istilah generik yang mengacu kepada sekelompok
gangguan yang heterogen, yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan
dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, member penalaran,
atau kemampuan matematika, baik dalam perolehan maupun
penggunaannyaMenurut Sasmita (1989: 64) mengatakan bahwa kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang di
tandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk memperoleh hasil
belajar. Hambatan-hambatan yang timbul itu mungkin disadari dan
mungkin tidak disadari oleh orang yang mengalaminya dan itu dapat
bersifat psikologis, sosiologis ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses
belajarnya.
Gangguan ini bersifat intrinsik artinya berada dalam diri individu
bersangkutan, dan dianggap disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem
saraf pusat. Meskipun kesulitan belajar mungkin muncul bersamaan
dengan kondisi kecacatan yang lain (seperti gangguan sensori, cacat
mental, gangguan sosial dan emosi) atau pengaruh lingkungan (seperti
perbedaan budaya, pengajaran yang tidak tepat, dll), kesulitan belajar
bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung dari faktor-faktor
tersebut. (Lewis, 1988, hal. 258-359). Dalam pendidikan luar biasa,
identifikasi merupakan langkah awal dan sangat penting untuk menandai
munculnya gejala kelainan atau kesulitan. Tujuan utama identifikasi
adalah menemukan adanya gejala kelainan atau kesulitan, yang kemudian
akan dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya, yang biasanya
berupa assesment yang lebih akurat dan sistematis. Identifikasi dapat
dilakukan dengan berbagai prosedur yang mampu membuat guru tanggap
terhadap kelainan atau kesulitan yang muncul pada diri anak. (Mc
Loughlin, J.A. & Lewis, R.B, 1981). Agar dapat melakukan identifikasi
gejala kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan, guru harus
menguasai kemampuan yang dituntut dalam membaca menulis permulaan
serta berbagai jenis kesulitan yang mungkin dialami murid dalam usaha
menguasai kemampuan tersebut. Di samping itu, guru harus dapat
mengenal gejala-gejala yang merupakan indikator dari adanya kesulitan.

B. Faktor-faktor Mempengaruhi Kesulitan Belajar


faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi
dengan faktor yang lain dalam memunculkan kesulitan belajar. Osman
(1979) menyebutkan sedikitnya ada 9 faktor yang berperan baik langsung
maupun tidak langsung dalam memunculkan kesulitan belajar, yaitu:
intelegensi, ketidaksempurnaan sensori, tingkat keaktifan dan kemampuan
memusatkan perhatian, memar otak dan fungsi otak yang minimal, faktor
keturunan, ketidakmatangan atau kematangan yang terlambat, faktor
emosi, faktor lingkungan, dan faktor pendidikan. Gejala-gejala kesulitan
belajar dapat muncul dalam tiga bidang utama, yaitu : bahasa dan
pengembangan konsep, keterampilan perseptual, dan manifestasi perilaku.

C. Membaca Permulaan
1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan
Membaca Permulaan
Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak
(Spodek dan Sacacho, 1994). Adapun tujuan pembelajaran membaca
permulaan di kelas rendag adalah agar  siswa dapat membaca kata-kata
dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4).
Dalam praktek lapangan, banyak kita jumpai pada anak usia Sekolah
Dasar, terutama di kelas rendah masih terhitung banyak siswa yang
mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca bacaan. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang berasal dari
diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri
pqembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan
kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan
faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari
lingkungan baca.
1) Faktor Internal
1) Minat baca
Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu
objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan terus
menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak
dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus
ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca
siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.
2) Motivasi
Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam
diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran
berfungsi untuk: (1) fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu
mengajak siswa belajar, (2) fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa
yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, (3) fungsi
intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang
akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan
hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang
(Abd. Rachman, 1993 : 115).
3) Kepemilikan Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca,
berbicara,  menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca
diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca berkaitan
dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna
atau maksud dan, pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan
membaca tidak  dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca
yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan
baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan
siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus
dapat menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan
memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat
mempengaruhi  tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca
anak yang  menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca
dan mempermudah anak dalam membaca.

2. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan


Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada
anak yang mengalami kesulitan belajar membaca khususnya di kelas
rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
a) Kurang mengenali huruf
Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali 
dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf
kecil.
b) Membaca kata demi kata
Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata,
tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :
gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)
gagal memahami makna kata
kurang lancar membaca.
c) Pemparafase yang salah
Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca)
pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya
tanda koma.
d) Miskin pelafalan
Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi
bahasa (fonem).
e) Penghilangan
Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau
frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak
mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.
f) Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh
faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah
keterampilannya.
g) Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi
dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat
terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p
dibaca g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki
kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan
menulis.
h) Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang
dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak
menambah kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.
i) Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan
ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata
tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka
dia menggantinya dengan kata makan.
j) Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan
menggerakan kepala sewaktu membaca dapat menghambat
perkembangan anak dalam membaca.

D. Menulis permulaan
a. Faktor-faktorr Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan
Menulis
1. Lingkungan keluarga
Orang tua merupakan guru bahasa pertama yang memberikan makna lisan dari
benda-benda yang ada disekitarnya. Namun terkadang orang tua kurang
memperhatikan anaknya. Keberhasilan anak sekolah pada dasarnya dapat
ditentukan pada apa yang dilakukan di rumah, dorongan serta rangsangan minat
menulis anak. Luangkan waktu untuk membimbingnya, kenalkan anak pada huruf
abjad, ajarkan pada anak cara memegang pensil yang benar, sikap menulis yang
benar supaya anak memiliki kemampuan dasar menulis dari rumah.

2. Lingkungan sekolah
• adanya penggunaan metode pengajaran yang kurang tepat sehingga timbul
permasalahan dalam proses pembelajaran menulis anak
• materi – materi yang diajarkan belum tepat, belum sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar kelas I
• guru kurang memahami keinginan siswa
• siswa yang benar-benar malas belajar menulis. (http://digilib.unnes.ac.id)

b. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Menulis Permulaan


Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain,
yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan
praktek yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 3). Sejak awal
masuk sekolah anak harus belajar menulis dengan tangan karena kemampuan ini
merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain. Kesulitan
menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak, tetapi juga
guru (Mulyono, 1999: 227). Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun
guru tidak dapat membaca tulisan tersebut. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis antara lain :

1) Motorik
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami  gangguan
atau kesulitan dalam menulis (tulisannya tidak jelas, terputus-putus atau tidak
mengikuti garis).

2) Perilaku
Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat
menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.

3) Persepsi
Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis.
Jika persepsi visualnya yang tergangu, anak mungkin akan sulit  membedakan
bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b, p dengan q, dan lain-
lain. Namun jika persepsi auditorisnya yang terganggu, mungkin anak akan
mengalami kesulitan menulis kata-kata yang diucapkan oleh guru.

4) Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar
menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ia tulis.

5) Kemampuan melaksanakan cross modal


Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan mentransfer
dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.

6) Penggunaan tangan yang dominan


Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal, tulisannya juga sering
terbalik-balik dan kotor.

7) Kemampuan memahami instruksi


Jika anak tidak memiliki kemampuan untuk memahami instruksi dapat
menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah
guru. (Mulyono, 2003:227)
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga dengan istilah disgrafia (disgraphia).
(Jordon dikutip dalam Hallahan dkk, 1985 dalam Mulyono, 2003:227). Kesulitan
belajar menulis yang berat disebut juga agrafia. Disgrafia menunjuk pada adanya
ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika.
Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia
(dyslexia) karena jenis kesulitan tersebut sesungguhnya sangat terkait. (Mulyono,
1003:228). Kesulitan belajar menulis sering dikaitkan dengan cara anak
memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan
belajar menulis, yaitu (1) sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil,
(3) menggenggam pensil, (4) menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
(Hornsby, 1984 dalam Mulyono, 2003:228). Jenis memegang pensil yang terakhir
(menyeret pensil) adalah khas bagi anak kidal.

Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru dapat
melakukan observasi terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut :
1) Menulis dari kiri ke kanan
2) Memegang pensil dengan benar
3) Menulis nama penggilannya sendiri
4) Menulis huruf-huruf
5) Menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas
6) Menulis pada garis yang tepat. (Mulyono, 2003:233).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan akan
berpengaruh pada siswa dalam proses pembelajaran mata
pelajaran lainnya.
2. Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi
anak sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar membaca
menulis permulaan.
3. Peran guru sangatlah penting dalam membantu siswa untuk
mengatasi berbagai kesulitan belajar yang dialaminya.

B. Saran
1. Guru harus mempunyai pengamatan yang sensitive dalam
mengidentifikasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
2. Guru perlu meningkatkan dan pengembangan kompetensi dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaranmembaca menulis
permulaan.
3. Guru perlu mengembangkan kemampuan untuk dapat
menggunakan media-media pembelajaran yang menarik dan dapat
memberikan pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca dan
menulis anak.
DAFTAR ISI

Kids Health. Diakses pada 2019. Delayed Speech or Language Development


Kid’s Health. Diakses pada 2021. Delayed Speech or Language Development.
Park J. E. (2017). Apraxia: Review and Update. Journal of Clinical Neurology
(Seoul, Korea), 13(4), pp. 317–324.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) (2018). Apraxia
Information Page.

Anda mungkin juga menyukai