Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Helicobacter pylori (H. pylori) adalah bakteri gram negatif berbentuk

spiral, pertama kali ditemukan oleh Marshal dan Warren pada tahun 1983 yang

berasal dari biopsi mukosa lambung. Sejak saat itu banyak laporan- laporan dari

berbagai pusat penelitian di berbagai bagian dunia yang menyatakan hubungan

yang erat antara bakteri inidengan gaslritis kronis, ulkus peptikum dan karsinoma

gaster. Pada ulkus peptikum, H. pylori merupakan penyebab utama, namun pada

dispesia non ulkus peranan H. pylori sebagai etiologi masih belum ada

persesuaian pendapat.Walaupun demikian pada dispepsia yang tidak sembuh-

sembuh H. pylori mempunyai peranan penting. Prevalensi infeksi H. pylori pada

populasi sehat di negara sedang berkembang sangat tinggi sekitar 80% sedangkan

di negara barat berkisar antara 20% sampai 40%. Prevalensi tergantung pada usia,

letak geografi dan menjngkat dengan rendahnya status sosial ekonomi, lingkungan

hidup yang kumuh serta penyediaan air bersih yang kurang memadai.

Di lndonesia infeksi H. pylori, pada populasi sehat sekitar 54.3%.

Sedangkan frekuensi infeksi H. pylori pada ulkus peptikum dan gas tritis kronis di

berbagai rumah sakit di Indonesia.

1
Diagnosis H. pylori, dilakukan dengan 2 cara yaitu yang memerlukan

endoskopi atau invasif dan diagnosis yang tidak memerlukan endoskopi atau non

invasive. Salah satunya ialah Urea Breath Test (UBT), UBT adalah tes untuk

mendiagnosis adanya infeksi bakteri, Helicobacter pylori di perut, yang dapat

menyebabkan peradangan, bisul, dan atrofi lambung. Tes ini juga dapat digunakan

untuk menunjukkan bahwa H. pylori telah dihilangkan dengan pengobatan dengan

antibiotik. Hampir keseluruhan tes diagnosis ini relatif mahal dan belum

semuanya bisa dilakukan dirumah sakit setempat.

Penanganan untuk infeksi H. pylori ada bermacam-macam kombinasi obat

diantaranya, garam bismuth menggunakan kombinasi antibiotika obat yang

menurunkan sekresi asam lambung. Karena itu menentukan cara diagnosis dan

terapi dengan tepat pada penderita H. pylori merupakan langkah untuk mencapai

penanganan penderita yang optimal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Helicobacter pylori adalah suatu organisme mikro aerofilik yang akan

tumbuh pada tekanan oksigen rendah dan mempunyai flagela pada kedua

ujungnya, berukuran 0,2 - 0.8 mm x 0,5-5 mm. Hidup dibawah lapisan mukus

yang menutupi mukosa lambung dalam suasana asam dan memproduksi urease.

Karena menunjukkan aktifitas urease yang bermakna, hal ini kemudian digunakan

untuk mengembangkan suatu tes diagnosis. H. pylori melekat rapat dengan epitel,

aktif bergerak pada mukus yang kental. Bakteri ini tercatat baik dengan

Hematoksilin dan Eosin, Gram, Giemsa.

2.2 Diagnosis

Ada beberapa cara untuk mendiagnosis H. pylori yailu invasif dan non

invasif. Prosedur invasif terdiri atas endoskopi dan biospsi mukosa, histologi,

kultur mikrobiologi dan uji urease cepat. Prosedur non invasif meliputi berbagai

macam pemeriksaan, salah satunya ialah tes napas urea/ Urea Breath Test (UBT)

adalah tes untuk mendiagnosis adanya infeksi bakteri, Helicobacter pylori di

perut, yang dapat menyebabkan peradangan, bisul, dan atrofi lambung. Tes ini

juga dapat digunakan untuk control yang dapat menunjukkan bahwa H. pylori

3
telah dihilangkan dengan pengobatan dengan antibiotik.

2.2.1 Pemeriksaan Non-Invasif

2.2.1.1 Urea Breath Test (UBT)

Urea Breath Test (UBT) adalah salah satu metode non-invasif yang paling

penting untuk mendeteksi infeksi Helicobacter pylori. Tes ini menggunakan

hidrolisis urea yang diberikan secara oral oleh enzim urease, yang diproduksi oleh

H. pylori dalam jumlah besar. Urea dihidrolisis menjadi amonia dan karbon

dioksida, yang berdifusi ke dalam darah dan diekskresikan oleh paru-paru.

Tes ini pertama kali dikembangkan oleh Graham dan kawan-kawan 1985.

UBT didasarkan pada kemampuan H. pylori untuk memecah urea, bahan kimia

yang terdiri dari nitrogen dan karbon menjadi karbon dioksida. yang kemudian

diserap dari perut dan dihilangkan dalam nafas. (Urea biasanya diproduksi oleh

tubuh dari kelebihan atau "limbah" bahan kimia yang mengandung nitrogen dan

kemudian dihilangkan dalam urin).

Selama tes, pasien diminta menelan kapsul yang mengandung urea, yang

terbuat dari isotop karbon. Jika H. pylori ada di perut, urea dipecah dan berubah

menjadi karbon dioksida. Karbon dioksida diserap melintasi lapisan lambung dan

ke dalam darah. Kemudian ia bergerak dalam darah ke paru-paru di mana ia

diekskresikan dalam napas. Sampel napas yang dihembuskan dikumpulkan, dan

karbon isotop dalam karbon dioksida yang dihembuskan diukur.


13
Penderita mendapat masukan C urea sebanyak 5 mg/kgBB peroral,

pemberian ini menghasilkan suatu pelepasan 13CO2 dari individu yang terinfeksi

H. pylori. Pada beberapa penelitian dikatakan urea dapat diberi label dengan dua

4
14 13
isotop karbon yang berbeda: C dan C. Perbedaan utama di antara mereka
14 13
adalah bahwa C adalah radioaktif, sedangkan C stabil. Keuntungan
14 14
menggunakan C- adalah harganya murah dan cepat sehingga pemberian C

dalam kapsul gelatin memungkinkan respons akurat diperoleh dari sampel napas

10 menit tunggal, dan tidak memerlukan uji makanan. Namun, masalah utama

ialah masih terbatasnya ketersediaan departemen kedokteran nuklir atau pusat

berlisensi untuk penyimpanan dan pembuangan substrat radioaktif dan kesulitan

pengiriman.

Dengan menghitung rata-rata produksi CO2, perluas permukaan badan.

didapatkan nilai aktivitas urease bakteri secara kwantitatif dalam U mol/min.

Hasil ini positif bila ada peningkatan paling sedikit 0.01% CO 2. Kekurangan dari

test ini adalah biaya yang mahal dan penderita sebelum tes harus mendapat

makanan padat terlebih dahulu untuk menghambat kecepatan pengosongan

lambung, sehingga 13C urea lebih lama berhubungan dengan bakteri lambung.

Positif palsu terjadi kemungkinan ada mikroorganisme lain yang

menghasilkan urease pada kondisi akhlorhidri. Negatif palsu terjadi bilamana

penderita sebelumnya menerima antibiotika. antasida, obat-obat bismuth maupun

anti sekresi.

Marsya dan Suryeyo 1988 melakukan tes ini tanpa menggunakan makanan

padat untuk memperlambat pengosongan 13C dari lambung, tes ini ternyata kurang

akurat. Tes pernafasan dengan urea ini tidak secara rutin tersedia di Rumah Sakit

di Asia khususnya di Indonesia berbeda dengan negara barat. Sensitivitas dan

spesifisitas tes ini berturut-turut 95-98% dan 98-100% ''

5
Sensitivitas dan spesifisitas tes pernafasan dengan urea ini sebelum terapi

setinggi sesudah terapi. Sehingga tes ini merupakan cara yang dapat dipercaya

untuk menentukan slatus H. pylori sesudah pengobatan. Dengan catatan bahwa

bagaimanapun sensitivitas akan menurun bila penderila baru saja mendapatkan

terapi antibiotik, bismuth ataupun obat yang menekan asam, sehingga tes sesudah

terapi sekurang-kurangnya 4 minggu.

Gambar 2.1 Prinsip Urea Breath Test

2.2.1.2 Tes Serologi

Tes ini biasa digunakan pada penelitian epidemiologi karena retatif tidak

mahal. Antibodi terhadap bakteri H. pylori diukur dengan menggunakan tehnik

Elisa, Westerblot, Com- plement fixation test dan tes aglutinasi bakteri.

Tes serologi ini biasanya dilakukan di kota- kota besar di lndonesia

maupun Asia.

6
2.2.2 Pemeriksaan Invasif

Tes ini mendiagnosis H. pylori dengan mengammbil material biospi dari

mukosa gaster dengan endoskopi. Kemudian dapat dianalisis dengan bemacam-

macam cara.

2.2.2.1 Biopsi Urease Test

Bisa digunakan test Campylobacter-Like- Organism (CLO), material

biopsi ditempatkan pada CLO, adanya H. pylori akan terjadi perubahan warna

dari kuning muda menjadi merah yang terlihat dari beberapa menit sampai24jam.

Hal ini disebabkan enzym urease dari H. Pylori merubah urea meniadiamonia

alkali.

Untuk meningkatkan akurasi tes ini dengan menempatkan beberapa

material biopsi ke CLO. Sensilivitas dan spesifisitas tinggi berturut-turut 88-95%

dan 100%.

Biopsi urease tes ini sensitivitas akan menurun bilamana sebelum tes telah

mendapat penghambat pompa proton (PPP), antibiotik atau preparat bismut H.

Bila mendapat PPP sebelumnya, biopsi harus dilakukan pada daerah antrum dan

korpus Atau bilamana sebelumnya mendapatkan kombinasi ketiga obat itu,

setelah biopsy harus diperiksa secara histologi. Biopsi urease tes merupakan

7
pilihan pertama bila endoslopi tersedia karena sensitivitas dan spesifisitas tinggi.

Bila tes ini sudah positif tidak perlu pemeriksaan secara histologi.

Baik biopsi urease maupun histologi tidak direkomendasikan untuk

menqetahui status penyembuhan infeksi ini. Apabila diperlukan untuk tes biopsi

urease maupun histologi dilakukan 4 minggu sesudah terapi dihentikan untuk

mengelahui penyembuhan.

2.2.2.2 Histopatologis dan Pewarnaan

Cat yang digunakan bisa dengan Hema- toxilin dan eosin, Gram, Giemsa.

Sensitivitas dan spesifisitas tinggi berturut-turut 93% dan 98%.

2.2.2.3 Kultur

Tes ini secara rutin tidak djgunakan. Sensilivitas dan spesifisitas rendah

berturut- turut 66-98%. Kultur H. pylori dari biopsi mukosa gaster sukar,

memerlukan waktu dan mahal. Tes ini bila digunakan biasanya untuk menentukan

resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan.

Diagnosa dan terapi H. pylori pada penderita merupakan langkah yang tepat

untuk mencapai management kesehatan yang optimal. Helicobacter pylori amat

sering pada populasi umum, oleh karena itu uji diagnostik perlu dilakukan dengan

penuh pertimbangan. Disamping itu biaya pemeriksaan relatil mahal. Untuk itu

perlu dipertimbangkan kapan dilakukan tes diagnosis H. pylori. Rekomendasi

8
untuk melakukan tes diagnosis H. pylori bisa disarankan sebagai berikut :

1. Uji pemeriksaan untuk H.pylori hanya dilakukan bila direncanakan akan

dilakukan terapi

2. Pemeriksaan H.pylori tidak sesuai untuk individu asimtomatik tanpa riwayat

ulkus peptikum sebelumnya.

3. Uji H. pylori non endoskopi dapat dilakukan oleh dokter umum pada pasien

dengan ulkus peptikum atau riwayat ulkus peptikum atau dengan gejala

kronik sesuai tipe ulkus peptik, bila usia pasien < 50 ada tanda-tanda bahaya.

4. Konfirmasi eradikasi H. pylori, dengan endoskopi atau uji nafas urea tidak

diperlukan pada pasien yang diterapi untuk ulkus duodenum tanpa

komplikasi, kecuali bila gejala-gejala menetap.

5. Pemeriksaan H. pylori sebelum terapi eradikasi di rekomendasikan untuk

pasien dengan NSAID dan gejala ulkus peptikum

6. Pemilihan uji H. pylori didasarkan atas karakteristik. kemudahan, kesesuaian,

dan relevansi pada pasien.

7. Pemeriksaan mikrobioiogis untuk menguji sensituvitas H. pylori tidak

diperlukan pada praktek klinis rutin.

8. Bila dibutuhkan dokumentasi eradikasi H. pylori endoskopi dan biopsi, atau

uji urea nafas cukup memadai, namun sebaiknya dilakukan minimum 4

minggu setelah eradikasi lengkap dan minimum 7 hari menghentikan PPP dan

antagonis reseptor H2.

2.3 Terapi

9
Penanganan infeksi H. pylori ditujukan untuk eradikasi bakteri. Eradikasi

dihubungkan dengan perbaikan klinis, mempercepat penyembuhan, mengurangi

kekambuhan, mencegah perdarahan. Oleh karena itu pemilihan obat eradikasi

yang memadai merupakan satu tuiuan yang penting dari pala gastroenterologist

pada saat ini. Pengobatan dengan menggunakan kombinasi penghambal pompa

proton (PPP) dan dua macam antibiotika selama 7 hari, saat ini merupakan pilihan

pertama.

Beberapa penelitian yang berkembang sampai saat ini, dengan

mempertimbangkan keamanan, kesederhanaan dan etikasi, serta untuk

mendapatkan angka eradikasi seperti yang telah ditetapkan semula maka

diusulkan untuk terapi H.pylori di kawasan Asia adalah sebagai berikut

Jalur utama atau regimen eradikasitriple :

 PPP (OMz:20); Clarithromycin (500 mg) dan amoxicilin 1000 mg) dua kali

selama satu minggu atau

 PPP (oMz; 20 mg); clarithromycin (500 mg)dan metronidazole (500 mg)

dua kali sehari selama satu minggu lalu

 Ranitidin bismuth citrate (RBC) (400 mg) + clarithromycin (500 g) +

amoksisilin (1000 mg) dua kali selama satu minggu atau

 RBC (400 g) + Clarithromycin (500 g) + metronidazol (400 g), dua kali

sehari selama satu minggu.

Alur kedua atau regimen eradikasi Quadrple - Bismuth (120 mg),

10
metronidazole (250 mg), tetracyclin (500 g) dan PPP (OMZ 20 mg) dua kali

sehari selama satu minggu atau

 Bismuth (120 mg), Metronidazole (250 g), tetracyclin (500 g) dan antagonis

rcseptor Hr; sama seperti diatas namun selama 2 minggu.

BAB III

KESIMPULAN

Helicobacter pylori adalah suatu organisme mikro aerofilik yang akan

tumbuh pada tekanan oksigen rendah dan mempunyai flagela pada kedua

ujungnya, berukuran 0,2 - 0.8 mm x 0,5-5 mm. Hidup dibawah lapisan mukus

yang menutupi mukosa lambung dalam suasana asam dan memproduksi urease.

Ada beberapa cara untuk mendiagnosis H. pylori yaitu invasif dan non invasif.

Prosedur invasif terdiri atas endoskopi dan biospsi mukosa, histologi, kultur

mikrobiologi dan uji urease cepat. Prosedur non invasif meliputi tes serologi dan

tes napas urea/ Urea Breath Test (UBT) adalah tes untuk mendiagnosis adanya

infeksi bakteri, Helicobacter pylori di perut, yang dapat menyebabkan

peradangan, bisul, dan atrofi lambung. Tes ini juga dapat digunakan untuk control

yang dapat menunjukkan bahwa H. pylori telah dihilangkan dengan pengobatan

dengan antibiotik.

11
DAFTAR PUSTAKA

N,,larshal, B.J. and Warren, J R. 1984 Un indentified curved bacilli in the

stoomach of patients with gastr:tis and peptic ulceration Lan(ei l6:

1311-1314

Blaser. N4J., 1 998 Helrc obacter pyloriand gastric disease : Science medicine,

and future BMJ. 316

Parsonnel l. Hansen. S and Rodriguez 1994 Helicobacier pyloi and gastric

lymphoma lV Engl J Med.330: 1267-71

Howden, C.W. and Hunt, RH- 1998 Guidelines for the management of

Helicobacter pyloi infeclion. Arn J. Gastoenlercl 93(12) ,2330- 2338

Hunl, R ,and Thomson, tr\BR., 1998 Canadian Helicobaclet pybt i .t)t'.'e[sr it

Conference Can J Gastroettercl 12 {1 ) 3 lf,t1

12
Graham, DY. Adam, E., Reddy, GT 1991 SeroepidemiologyolHelrr orr4clor

pylory\'tec lion in lndie. Cornparison ot developing and developed

countries. D,a, Dis Sci 36: 1084-1088

Graham, D Y., Malaty. H.M , Evans. D G ' Klein" P-D., Adam, E. 1gS1

EfJidemiology of ,.l.pylori in as asyrnlornaiic population in lhe Uniled

Slates. €ffecl of age race and s(rcioconomic slaius Gaslroenlerolagy

lOO:1495-1501

13

Anda mungkin juga menyukai