Disusun oleh:
Cupriyanti / 2014901013
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus
Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). Sedangkan menurut Terry & Aurora,
2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel.
Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan
sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir.
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronik. CKD atau gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung bertahun-tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam
beberapa hari atau minggu (Price & Wilson, 2006). CKD atau gagal ginjal kronik
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
B. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (Secondary illness). Penyebab yang
sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab
lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu Robinson, 2013):
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada
glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan stuktur, dan
fungsi glomerulus. (Sudoyono, 2014).
2. Polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik adalah gangguan turun temurun dimana kristik
seperti anggur berisi cairan serosa, darah, atau rine menggantikan jaringan ginjal
normal. (Black 2014)
3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah kadar gula darah yang tidak terkontrol pada
pasien diabetes bisa memicu kerusakan glomerulus (pembuluh darah halus yang
merusakan tempat penyaringan darah di ginjal). Kondisi ini jika dibiarkan terus
bisa menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan menyaring darah sehingga
terjadi gagal ginjal. Selain menyebabkan fungsinya terganggu, kerusakan tersebut
juga membuat protein yang disebut albumin terbuang ke urine dan tidak diserap
kembali.
Selain kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dan tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang tidak terkontrol, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
nefropati diabetik adalah:
a. Merokok.
b. Menderita diabetes tipe 1 sebelum usia 20 tahun.
c. Menderita kolesterol tinggi.
d. Memiliki berat badan berlebih.
e. Memiliki riwayat diabetes dan penyakit ginjal dalam keluarga.
f. Menderita komplikasi diabetes lain, seperti neuropati diabetik.
4. Hipertensi
Hipertensi didefiniikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih,berdasarkan rata-rata 3 kali
pengukuran atau lebih yang diukur secara terpisah. (Priscilla LeMone, 2015).
5. Obstuksi oleh karena batu
Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal didalam ginjal, dan
mengandung komponen kristal serta matriks organik. (Sudoyono, 2014).
C. Manifestasi Klinik
1. Gejala dini : Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi.
2. mengganggu aktifitas. Penyebabnya adalah ketika tubuh tidak bisa mendapatkan
oksigen dalam jumlah cukup akibat kekurangan sel darah merah, bahkan otak juga
tidak bisa memiliki kadar oksigen dalam jumlah yang cukup. Sakit kepala akan
menjadi lebih berat jika penderita juga bermasalah dengan anemia.
3. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu makan turun,
nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang
disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
4. Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan
nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Gejala mual
muntah ini biasanya ditandai dengan bau mulut yang kuat yang menjadi tidak
nyaman, bahkan keinginan muntah bisa bertahan sepanjang waktu hingga sama
sekali tidak bisa makan. Pada nafsu makan turun disebabkan karena penurunan
nafsu makan berlebihan, ginjal yang buruk untuk menyaring semua racun
menyebabkan ada banyak racun dalam tubuh. Racun telah mempengaruhi proses
metabolisme dalam tubuh.
D. Patofisiologi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Baughman, 2010):
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur
pathologis.
2. Penyakit kardiovaskular
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan
hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroportin yang mengalami defisiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
1) Blood urea nitrogen (BUN) :
Mengukur produk akhir metabolisme protein di hati, difiltrasi oleh ginjal dan
diekresi dalam urine.
2) Kreatinin (Cr) :
Produk akhir metabolisme protein dan otor yang difiltrasi oleh ginjal dan
diekresi dalam urine.
3) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) :
Dihitung dari kadar Cr serum dan dilakukan untuk tujuan area permukaan
tubuh normal. GFR memiliki nilai sekitar 90 mL/menit pada orang dewasa
sehat.
4) Hitung darah lenglap (CBC) :
Rangkaian pemeriksaan skrining, yang biasanya berupa pemeriksaan
hemoglobin (Hb); Hematokrit (Ht); hitung morfologi, indeks, dan indeks
luasnya distribusi sel darah merah (SDM); hitung dan ukuran trombosit;
hitung sel darah putih dan hitunng jenisnya.
5) Gas darah Arteri (ABG) :
Menentukan pH dan persentase oksigen, karbon dioksida, dan bikarbonat pada
darah arteri.
6) Elektrolit (renalit)
Mineral bermuatan listrik yang ditemukan dalam jaringan tubuh dan darah
dalam bentuk garam berlarut yang membantu memindahkan nutrien ke dalam
dan keluar sel tubuh, mempertahankan keseimbangan air, dan menstabilkan
kadar pH tubuh.
a) Natrium :
Membantu mengevaluasi status hidrasi dan perkembangan gagal ginjal.
b) Kalium :
Fluktuasii kadar kalium dapat menciptakan situasi yang mengancam jiwa,
mempengaruhi pilihan terapeutik.
c) Fosfor :
Memiliki dampak langsung pada fungsi paratiroid dan kesehatan
sekarang.
d) Kalsium :
Penting dalam mekanisme umpan balik untuk menghambat sintesis PTH
dan pergantian tulang skeletal.
e) Protein (khsusnya albumin) :
Mengevaluasi status nutrisi dan memprediksi mortalitas pada klien yang
menerima dialisis
b. Pemeriksaan urine
1) Volume :
Menggambarkan penurunan fungsi ginjal, kemungkinan terjadinya AKI
bersamaan dengan GGK.
2) Warna :
Perubahan warna atau kejernihan mengindikasikan terjadinya komplikasi.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai pada
anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, dialoresis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus.
Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukkan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena
f. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang baik.
Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahhan psikososial terjadi pada waktu
klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,
sehingga klien mengalami kecemasan.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronik biasanya lemah. (fatigue),
tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas.
2) Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat
(tachypneu), dyspnea.
3) Pemeriksaan body systems
- Pola aktifitas dan latihan klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktifitas sehari – hari
secara maksimal.
Gejala :
Kelelehan ekstermitas, malaise
Tanda :
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
- Pola hubungan dan peran
Kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran).
- Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati/mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien
mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami
disorientasi/tidak.
- Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita akan mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dn pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
estem).
- Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual
(impotensi), gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasii serta orgasme.
Gejala :
Penurunan linido, amenorea, infertilitas, gynecomastia.
- Pola mekanisme/penanggulanggan dan stress koping Lamanya waktu
perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan
tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa
3. Perencanaan Keperawatan