Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIS

PADA SISTEM PERKEMIHAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Disusun oleh:
Cupriyanti / 2014901013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus
Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). Sedangkan menurut Terry & Aurora,
2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel.
Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan
sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir.
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronik. CKD atau gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung bertahun-tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam
beberapa hari atau minggu (Price & Wilson, 2006). CKD atau gagal ginjal kronik
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

B. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (Secondary illness). Penyebab yang
sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab
lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu Robinson, 2013):
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah penyakit inflamasi atau non inflamasi pada
glomerulus yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan stuktur, dan
fungsi glomerulus. (Sudoyono, 2014).
2. Polikistik ginjal
Penyakit ginjal polikistik adalah gangguan turun temurun dimana kristik
seperti anggur berisi cairan serosa, darah, atau rine menggantikan jaringan ginjal
normal. (Black 2014)
3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah kadar gula darah yang tidak terkontrol pada
pasien diabetes bisa memicu kerusakan glomerulus (pembuluh darah halus yang
merusakan tempat penyaringan darah di ginjal). Kondisi ini jika dibiarkan terus
bisa menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan menyaring darah sehingga
terjadi gagal ginjal. Selain menyebabkan fungsinya terganggu, kerusakan tersebut
juga membuat protein yang disebut albumin terbuang ke urine dan tidak diserap
kembali.
Selain kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dan tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang tidak terkontrol, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
nefropati diabetik adalah:
a. Merokok.
b. Menderita diabetes tipe 1 sebelum usia 20 tahun.
c. Menderita kolesterol tinggi.
d. Memiliki berat badan berlebih.
e. Memiliki riwayat diabetes dan penyakit ginjal dalam keluarga.
f. Menderita komplikasi diabetes lain, seperti neuropati diabetik.
4. Hipertensi
Hipertensi didefiniikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih,berdasarkan rata-rata 3 kali
pengukuran atau lebih yang diukur secara terpisah. (Priscilla LeMone, 2015).
5. Obstuksi oleh karena batu
Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal didalam ginjal, dan
mengandung komponen kristal serta matriks organik. (Sudoyono, 2014).

C. Manifestasi Klinik

1. Gejala dini : Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi.
2. mengganggu aktifitas. Penyebabnya adalah ketika tubuh tidak bisa mendapatkan
oksigen dalam jumlah cukup akibat kekurangan sel darah merah, bahkan otak juga
tidak bisa memiliki kadar oksigen dalam jumlah yang cukup. Sakit kepala akan
menjadi lebih berat jika penderita juga bermasalah dengan anemia.
3. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu makan turun,
nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang
disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
4. Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan
nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Gejala mual
muntah ini biasanya ditandai dengan bau mulut yang kuat yang menjadi tidak
nyaman, bahkan keinginan muntah bisa bertahan sepanjang waktu hingga sama
sekali tidak bisa makan. Pada nafsu makan turun disebabkan karena penurunan
nafsu makan berlebihan, ginjal yang buruk untuk menyaring semua racun
menyebabkan ada banyak racun dalam tubuh. Racun telah mempengaruhi proses
metabolisme dalam tubuh.

D. Patofisiologi

Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek termasuk


diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran produksi urine
dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik abnormal.
Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini terjadi karena hipertrofi
nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan sisa-sisa produksi dengan
jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi hipostenuria (kehilangan
kemampuan memekatkan urin) dan polyuria adalah peningkatan output ginjal.
Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKDdan dapat menyebabkan dehidrasi
ringan. Perkembangan penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan urin menjadi
semakin berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini
serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban
cairan seiring dengan output urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD
mungkin menjadi dehidrasi/ mengalami kelebihan beban cairan tergantung pada
tingkat gagal ginjal. Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan
gangguan eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus
ginjal dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin.
Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah disebut azotemia
dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal jantung
kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat eritropetin,
penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi besi dan
askatamt l dan perdarahan gastrointestinal.
Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat overlood cairan
dan sodium dan kesalahan fungsi system renin. Angiostin aldosteron CRF
menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena anemia, hipertensi, dan
kelebihan cairan (Brunner & Suddart, 2007).
Tahap gangguan ginjal antar lain:
1. Tahap 1 : Diminishid Renal Reserve
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan sisa- sisa
metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan kompensasi terhadap gangguan
yang sakit tersebut.
2. Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensi ginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal, sedang apabia
15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal normal hanya 2-20%. Pada
insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam darah karena
jaringan ginjal yang lebih sehat tidak dapat berkompensasi secara terus menerus
terhadap kehilangan fungsi ginjal karena adanya penyakit tersebut. Tingkat BUN,
Kreatinin, asam urat, dan fosfor mengalami peningkatan tergntung pada tingkat
penurunan fungsi ginjal.
3. Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap lanjut)Sejumlah
besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin) berakumulasi dalam darah dan ginjal tidak
mampu mempertahankan hemostatis. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
terjadi bila segera dianalisa akan menjadi fatal/ kematian.
E. Patway
F. Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Baughman, 2010):
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur
pathologis.
2. Penyakit kardiovaskular
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan
hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroportin yang mengalami defisiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang digunakan baik untuk mengidentifikasi CKD maupun


memonitor fungsi ginjal. Sejumlah pemeriksaaan dapat dilakukan untuk menentukan
penyebab gangguan ginjal;

a. Pemeriksaan darah
1) Blood urea nitrogen (BUN) :
Mengukur produk akhir metabolisme protein di hati, difiltrasi oleh ginjal dan
diekresi dalam urine.
2) Kreatinin (Cr) :
Produk akhir metabolisme protein dan otor yang difiltrasi oleh ginjal dan
diekresi dalam urine.
3) Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) :
Dihitung dari kadar Cr serum dan dilakukan untuk tujuan area permukaan
tubuh normal. GFR memiliki nilai sekitar 90 mL/menit pada orang dewasa
sehat.
4) Hitung darah lenglap (CBC) :
Rangkaian pemeriksaan skrining, yang biasanya berupa pemeriksaan
hemoglobin (Hb); Hematokrit (Ht); hitung morfologi, indeks, dan indeks
luasnya distribusi sel darah merah (SDM); hitung dan ukuran trombosit;
hitung sel darah putih dan hitunng jenisnya.
5) Gas darah Arteri (ABG) :
Menentukan pH dan persentase oksigen, karbon dioksida, dan bikarbonat pada
darah arteri.
6) Elektrolit (renalit)
Mineral bermuatan listrik yang ditemukan dalam jaringan tubuh dan darah
dalam bentuk garam berlarut yang membantu memindahkan nutrien ke dalam
dan keluar sel tubuh, mempertahankan keseimbangan air, dan menstabilkan
kadar pH tubuh.
a) Natrium :
Membantu mengevaluasi status hidrasi dan perkembangan gagal ginjal.
b) Kalium :
Fluktuasii kadar kalium dapat menciptakan situasi yang mengancam jiwa,
mempengaruhi pilihan terapeutik.
c) Fosfor :
Memiliki dampak langsung pada fungsi paratiroid dan kesehatan
sekarang.
d) Kalsium :
Penting dalam mekanisme umpan balik untuk menghambat sintesis PTH
dan pergantian tulang skeletal.
e) Protein (khsusnya albumin) :
Mengevaluasi status nutrisi dan memprediksi mortalitas pada klien yang
menerima dialisis
b. Pemeriksaan urine
1) Volume :
Menggambarkan penurunan fungsi ginjal, kemungkinan terjadinya AKI
bersamaan dengan GGK.
2) Warna :
Perubahan warna atau kejernihan mengindikasikan terjadinya komplikasi.

3) Berat jenis urine :


Mengukur densitas urine dibandingkan dengan air, dengan rentang normal
sebesar 1,005 hingga 1,030.
c. Pemeriksaan diagnostik lain
1) Ultrasonografi ginjal :
Tehnik pencitraan yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi dan
komputer untuk menciptakan gambaran pembuluh darah, jaringan, dan organ.
2) Comuted tomographic (Ct) scan :
Prosedur sinar X yang menggunakan komputer untuk menghasilkan gambaran
potongan melintang tubuh secara terperinci.
3) Sinar X ginjal, ureter, kandung kemih :
Sinar X abdomen yang menunjukkan ginjal, ureter, dan kandung kemih.
4) Angiografi aortorenal :
Pemeriksaan fluroskopik, yang menggunakan kontras untuk memeriksa
pembuluh darah ginjal guna mengetahui adanya tanda penyumbatan atau
abnormalitas.
Sumber : Doenges dalam waluyo 2018.

Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik


A. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50 – 70 tahun), usia muda,
dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada laki - laki. Laki-laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari
insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai pada
anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, dialoresis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus.
Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukkan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu,
karena berdampak pada proses (sekunder karena intoksikasi), maka akan terjadi
anoreksi, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya gangguan nutrisi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai
penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung,
penggunaan obat berlebihan (overdosis) khsuusnya obat yang bersifat nefrotoksik,
BPH, dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada
beberapa penyakit yang berlangsung mempengaruhi / menyebabkan gagal ginjal
yaitu diabetes melitus, hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga sisilah keluarga
tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM
dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis,
karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang
diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit.

f. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang baik.
Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahhan psikososial terjadi pada waktu
klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa.
Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu,
kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan,
sehingga klien mengalami kecemasan.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronik biasanya lemah. (fatigue),
tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas.
2) Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat
(tachypneu), dyspnea.
3) Pemeriksaan body systems

a) Sistem Pernapasan (B 1 : Breathing)


Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi
asidosis/alakdosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pada napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan vemtilasi
(kussmaul).
b) Sistem kardiovaskular (B 2 : Bleeding)
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal
kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di
atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnasi
ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan
beban jantung.
c) Sistem Neuromuskuler (B 3 : Brain)
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan
sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan
terjadinya disorienntasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.
d) Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorbsindan eekskresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine < 400 ml/hari bahkan sampai pada
anuria (tidak adanya urine output).
e) Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik. Palpatasi
jantung, chest pain, dsypneu, gangguan irama jantung dan gangguan
sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa
metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam
ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada
gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
f) Sistem endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis
akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon
reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan
dengan penyakit diabetes melitus, makan akan ada gangguan dalam
sekresi insulin yang berdampak pada proses metabolisme.
g) Sistem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit
(stress effect). Sering dittemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
h) Sistem Muskuluskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi.
i) Pola aktifitas sehari-hari
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat pada pasien gagal ginjal
kronik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana hidup sehat karena
kurangnya pengetahuan tentang dampak Gagal Ginjal Kronik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungaan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yyang lama, oleh karena itu, perlu adanya penjelasan yang
benar dan mudah dimengerti.

- Pola tidur dan istirahat gelisah, cemas, gangguan tidur.

- Pola aktifitas dan latihan klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktifitas sehari – hari
secara maksimal.
Gejala :
Kelelehan ekstermitas, malaise
Tanda :
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
- Pola hubungan dan peran
Kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran).
- Pola sensori dan kognitif
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati/mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien
mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami
disorientasi/tidak.
- Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita akan mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dn pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
estem).
- Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual
(impotensi), gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasii serta orgasme.
Gejala :
Penurunan linido, amenorea, infertilitas, gynecomastia.
- Pola mekanisme/penanggulanggan dan stress koping Lamanya waktu
perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan
tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa

marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat


menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif/adaptif.
Gejala :
Faktor strees, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda :
Ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
Gagal Ginjal Kronik dapay menghambatt klien dalam melaksanakan
ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


pembatasan diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
c. Keterbatasan aktivitas fisik berhubungan dengan Gangguan Metabolisme

3. Perencanaan Keperawatan

No Tujuan dan Rencana Tindakan Rasional


DX Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda- 1. Untuk mengetahui
. keperawatan pada Tn. X tanda vital. keadaan umum
selama 3 x 24 jam 2. Monitor klien.
diharapkan kelebihan volume intake- output. 2. Untuk mengetahui
cairan dapat teratasi dengan 3. Batasi dan pemasukan dan
krteria hasil : jelaskan masukan pengeluaran cairan
- Menunjukkan turgor cairan (dengan dalam 24 jam.
kulit normal tanpa minum 2 gelas / 3. Untuk pembatasan
edema hari 600 cc) cairan
- Mempertahankan 4. Anjurkan klien 4. Untuk mengetahui
pembatasan cairan mencatat keseimbangan
- Melaporkan penurunan penggunaan intake dan output
rasa haus cairan terutama 5. Untuk mengurangi
- Menunjukan pemasukan dan penumpukan cairan
perubahan- perubahan pengeluaran
berkurang nya lila 5. Kolaborasi
- Seimbang anatara dengan dokter
intake dan output untuk pemberian
obat diuretik

2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status 1. Menyediakan data


. keperawatan pada Tn. X nutrisi dasar untuk
selama 3 x 24 jam Pengukuran : memantau
diharapkan Perubahan - Antropometri perubahan dan
nutrisi kurang dari (Lila perut) mengevaluasi
kebutuhan tubuh - Biokimia intervensi
(Laboratorium) 2. Mengetahui
berhubungan dapat teratasi
- Clinical (kondisi perkembangan hasil
dengan kriteria hasil :
umum) laboratorium klien
- Tidak ada mual
- Dietary (Recall 3. Untuk pemeliharaan,
- Lila perut dalam batas
intake) dan perbaikan bagian
normal
2. Monitor yang rusak pada
- Hasil lab batas normal :
a. Hb : 13,2 – laboratorium, ginjal.
17,3 g/dL hemoglobin, 4. Untuk mencegah
b. Ht : 40 – 52 % dan hematokrit kelebihan diit
3. Berikan 5. Untuk
makan rendah 6. menghilangkan
protein mual dan muntah
4. Anjurkan klien 7. Agar kadar
dan keluarga protein seimbang
untuk
pembatasan diit
5. Kolaborasikan
dengan dokter
dalam pemberian
obat
6. Kolaborasikan
dengan ahli gizi
7. pemberian diit
rendah protein

3 Setelah dilakukan tindakan 1. Dekatkan benda 1. Klien dapat dengan


keperawatan pada Tn. X – yang di mudah mengambil
selama 3 x 24 jam diharapkan butuhkan klien benda yang
keterbatasan aktivitas fisik 2. Bantu dibutuhkan
dapat teratasi dengan kriteria aktivitas 2. Dengan meringankan
hasil : klien aktivitas yang tidak
- Klien tidak 3. Libatkan bisa di lakukan klien
kesulitan keluarga dalam 3. Keluarga dapat
melakukan aktivitas memenuhi membantu
- Luka ganggren tidak kebutuhan kebutuhan yang
meluas sehari- sehari tidak bisa dilakukan
4. Kolaborasi klien
dengan dokter 4. Untuk menambah
untuk pemberian energi
transfusi darah

Anda mungkin juga menyukai