Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG PENAMPUNGAN GABAH

UNIT PENGELOLA JASA ALSINTAN (UPJA)


“SARANA TANI”

DESA TANJUNG BERINGIN


KECAMATAN AIR NIPIS
KABUPATEN BENGKULU SELATAN
TAHUN 2020
UNIT PENGELOLA JASA ALSINTAN (UPJA)
“SARANA TANI”
DESA TANJUNG BERINGIN
KECAMATAN AIR NIPIS
KABUPATEN BENGKULU SELATAN
: Jalan Raya seginm-air nipis Kecamatan Air nipis Kode Pos 38571

Tanjung beringin, 7 September 2020

Nomor             : 001 / UPJA / V / 2020


Lampiran         : 1 (satu) Berkas
Perihal             : Permohonan Pembangunan Gudang dan lantai jemur                       

            Kepada:
Yth.     Bapak Gubernur Bengkulu
c/q.      Bapak Kepala Dinas Pertanian Bengkulu
            di –
Provinsi Bengkulu

Assalammualikum wrwb.
Dalam upaya peningkatan produksi hasil pertanian dan mendukung stabilisasi
pangan Nusantara, maka diperlukan penyediaan dan pengadaan sarana prasarana serta
insfrastruktur yang memadai bagi kebutuhan Petani. Maka dengan ini, kami atas
nama UNIT PENGELOLA JASA ALSINTAN (UPJA) “SARANA TANI” Desa Tanjung Beringin
Kec. Air Nipis Kab. Bengkulu Selatan bermaksud mengajukan Permohonan
Pembangunan Gudang penampungan gabah petani.
Sebagai kelengkapan administrrasi pengajuan pembangunan gudang gabah
tersebut kami sampaikan proposal berikut berkas –berkas yang diperlukan.
Demikianlah proposal ini kami ajukan, besar harapan kami semoga bapak dapat
mengabulkan permohonan ini, atas perhatian dan bantuanya kamiucapkan terima
kasih..

UPJA
“Sarana Tani”
Ketua

Mawardi
Tembusan di Sampaikan Kepada Yth:
1.        Bapak Ketua DPR di Provinsi Bengkulu
2.        Bapak Kepala BAPPEDA Provinsi Bengkulu
3.        Bapak Kepala Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Selatan
4.        Camat Air nipis
5.        Kepala BPP Air Nipis
6.        Kades Tanjung Beringin
PROPOSAL PEMBANGUNAN
GUDANG PENAMPUNGAN GABAH PETANI

UNIT PENGELOLA JASA ALSINTAN (UPJA) “SARANA TANI”


DESA TANJUNG BERINGIN
KECAMATAN AIR NIPIS
KABUPATEN BENGKULU SELATAN
2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas perkenan-Nyalah
Proposal ini dapat disusun dan diajukan walaupun masih banyak terdapat kekurangan.
Proposal ini disusun berdasarkan kepada kebutuhan yang sangat mendesak mengenai
ketersedian sarana dan prasarana yang baik dan memadai bagi peningkatan kualitas hidup
masyarakat, juga sebagai upaya Bengkulu menuju swasembada pangan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyakkekurangan dan
kelemahan, hal ini semata-mata dikarenakan keterbatasan wawasan dan kemampuan yang
kami miliki, oleh karena itu kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan sangat kami
harapkan.

Atas segala bantuan, dukungan serta bimbingan dan kepedulian dari berbagai pihak
yang membantu merealisasikan proposal ini, kami menghaturkan terimaksih, semoga segala
upaya dan usaha yang kita lakukan demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat yang menuju
ke masa depan yang lebih baik. Senantiasa mendapat ridho dan hidayah Allah SWT. Amiin.

Tanjung Beringin , 7 september 2020


Ketua

MAWARDI

BAB   I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional.
Ada tiga alasan penting yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen
bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (i) akses atas pangan yang cukup dan
bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (ii)
konsumsi  pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber
daya manusia yang berkualitas; (iii) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan
ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat.
Ketahanan pangan  nasional dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang
cukup secara makro namun demikian masih ada beberapa daerah dimana
masyarakatnya tidak mampu mengakses pangan yang cukup. Hal ini disebabkan karena
kondisi wilayahnya miskin ataupun pendapatan mereka yang tidak mencukupi untuk
memperoleh akses  terhadap pangan.
Berdasarkan data BPS, program yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini
telah mampu  menurunkan jumlah  kemiskinan di Indonesia dimana secara absolut
pada tahun 2008 menjadi sekitar 35 juta jiwa, lebih rendah jika dibandingkan tahun
2007 sebesar 37 juta jiwa yang pada umumnya sebagian besar dari penduduk miskin
tersebut tinggal di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian dari sektor pertanian
yang memiliki skala usaha kecil yaitu kurang dari 0,5 hektar atau bahkan sebagai buruh
tani.
Disisi lain wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung
memiliki topografi yang beragam, ketersediaan sarana prasarana yang mendukung
sektor tersebut (produksi, pengolahan, penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah
dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim
yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya, sehingga petani,
kelompoktani (Poktan) maupun Gabungan Kelompoktani (UPJA) selalu dihadapkan
pada berbagai masalah: (a) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan
pengolahan, penyimpanan, pendistibusian/pemasaran; (b) posisi tawar petani yang
rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani
terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang
(pedagang perantara); (c)  keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang
disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, Poktan dan UPJA dalam mengolah,
menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat
menyebabkan: (a) ketidak stabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada
saat terjadi panen raya, dan (b) kekurangan pangan pada saat musim paceklik.
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, Poktan, UPJA di daerah
sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian Pertanian cq Badan
Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk
memperkuat modal dan kemampuan UPJA sehingga mempunyai posisi tawar yang
tinggi, mempunyai nilai tambah produk pertanian, dan mempunyai akses terhadap
pangan.

B.     Tujuan
Tujuan dari penyaluran dana untuk pelaksanaan kegiatan Penguatan-UPJA
adalah:
1.     Memperkuat modal usaha UPJA dan unit-unit usaha yang dikelolanya
(distribusi/pemasaran dan cadangan pangan) untuk dapat mengembangkan sarana
penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi petani anggotanya, dan tersedianya
cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta tercapainya stabilisasi harga
pangan di tingkat petani saat panen raya;
2.     Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah dengan: (i) melakukan musyawarah
rencana kegiatan bersama anggota kelompoknya, (ii) melakukan pembelian-
penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan anggota, dan
kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah bagi khususnya unit usaha UPJA yang
mengelolanya;
3.     Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra
usaha di dalam maupun di luar wilayahnya.    
  
C.    Ruang Lingkup
            Ruang lingkup substansi kegiatan Penguatan-UPJA tahun  meliputi: perencanaan
kegiatan usaha UPJA, penetapan indikator keberhasilan, pengorganisasian kegiatan,
pelaksanaan kegiatan termasuk anggaran, pemantauan, evaluasi, pengendalian dan
pengawasan, serta pelaporan.
D.    Dasar Hukum
Untuk mengatasi gejolak harga pangan pada saat panen raya secara eksplisit
telah dituangkan dalam  Undang-Undang (UU) No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (pasal
48) yang mengatakan bahwa “Pemerintah dapat segera mengambil tindakan yang
diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan untuk mencegah
dan/atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan
ketahanan pangan”.
Undang-Undang tersebut juga telah dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah
(PP) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (pasal 12 ayat 1 dan 2) yang
menegaskan bahwa: (i) “Pengendalian harga pangan tertentu yang bersifat pokok di
tingkat masyarakat diselenggarakan untuk menghindari terjadinya gejolak harga
pangan yang mengakibatkan keresahan masyarakat, dan/atau paceklik yang
berkepanjangan”; dan (ii) “Pengendalian harga dapat dilakukan melalui pengaturan
dan pengelolaan pasokan pangan dan pengaturan kelancaran distribusi pangan”.
Mengingat sering terjadinya gejolak harga pangan disaat panen raya maka UPJA
yang merupakan wadah dari Poktan dan petani wajib untuk membantu
mendistribusikan/memasarkan produksi anggotanya secara berkelompok untuk dapat
memenuhi skala ekonomi sehingga memudahkan dalam hal  pengangkutan, pengolahan,
penyimpanan, dan pemasaran dimana pada akhirnya dapat memberikan harga serta
keuntungan yang layak. Agar perputaran usaha pembelian-penjualan gabah/beras
dan/atau jagung meningkat maka UPJA perlu mendorong unit usahanya untuk
mengelola kegiatannya secara komersial dengan mengembangkan jejaring pemasaran
dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya.
Sedangkan untuk mengatasi kelangkaan akses pangan pada saat menghadapi
gagal panen ataupun paceklik, masyarakat wajib membangun cadangan pangan, hal ini
sejalan dengan UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (Pasal 47 ayat 1) yang menjelaskan
bahwa “Cadangan pangan nasional terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan
cadangan pangan masyarakat” dan (ayat 3) menjelaskan bahwa “Dalam upaya
mewujudkan cadangan pangan nasional pemerintah mengembangkan, membina,
dan/atau membantu penyelenggaraan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah di
tingkat pedesaan, perkotaan, provinsi dan nasional”. Untuk mengembangkan cadangan
pangan masyarakat, UU tersebut telah dijabarkan dalam PP No. 68 tahun 2002 (pasal
8) bahwa: “Masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnyadalam
upaya mewujudkan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara
mandiri serta sesuai dengan kemampuan masing-masing”. Selanjutnya pasal
14 menegaskan bahwa “Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dalam
mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (a)
melaksanakan produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (b)
menyelenggarakan cadangan pangan masyarakat; dan (c) melakukan pencegahan dan
penanggulangan masalah pangan”.
Sejalan dengan UU dan PP, Departemen Dalam Negeri, juga telah mendorong
pemerintah desa untuk mewujudkan cadangan pangan pemerintah desa melalui
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor  30  tahun 2008 tentang Cadangan Pangan
Pemerintah Desa.
Seperti halnya keberadaan cadangan pangan yang ada di pemerintahan,
keberadaan cadangan pangan masyarakat di tingkat desa khususnya di UPJA sangat
diperlukan. Mengingat UPJA merupakan kelembagaan petani dan wadah dari Poktan
dan petani, sehingga wajib menguasai cadangan pangan secara kolektif agar dapat: (i)
mengantisipasi kekurangan bahan pangan pada musim paceklik, dan (ii) mengantisipasi
ancaman gagal panen akibat bencana alam seperti serangan hama dan penyakit,
anomali iklim dan banjir, dan lain-lain.

E.      Penutup

         Demikianlah Proposal ini disampaikan besar harapan kami bahwa pembangunan


Gudang UNIT PENGELOLA JASA ALSINTAN (UPJA) beralokasi di Desa Tanjung Beringin
Kec. Air Nipis dapat terealisasikan agar terwujud peningkatan tarap hidup demi
tercapainya kemakmuran masyarakat serta terwujudnya Bengkulu Swasembada
pangan.
Atas perhatiannya dan kerjasamanya yang baik dihaturkan ucapan rasa terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai