DESA MOKITOMPIA
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Berdasarkan pengertian halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah
gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
B. Tanda dan gejala
1. Halusinasi pendengaran
Data Subjektif :
- Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
- Mendengar suara atau bunyi
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
- Mendengar seseorang yang sudah meninggal
- Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan
Data Objektif :
- Mengarahkan telinga pada sumber suara
- Marah-marah tanpa sebab
- Menutup telinga mulut komat-kamit
- Ada gerakan tangan
2. Halusinasi penglihatan
Data Subjektif :
- Melihat orang yang sudah meninggal
- Melihat makhluk tertentu
- Melihat bayangan
- Melihat sesuatu yang menakutkan
- Melihat cahaya yang sangat terang
Data objektif :
Data objektif :
Data objektif :
Data objektif :
Data objektif :
C. Klasifikasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi pendengaran (audotorik) Gangguan stimulus dimana pasien mendengar
suara-suara terutama suara orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
2. Halusinasi pengelihatan (visual) Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti
bentuk pancaran cahaya,gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas
dan bayangan yang menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (Olfaktori) Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai
dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
4. Halusinasi peraba (taktil) Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit
atau tidak enak tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatorik) Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan
sesuatuyang busuk, amis, dan menjijikan
6. Halusinasi sinestetik Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentuan urine.
D. Rentang Respon
Rentang Respon Neurobiologis
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis sepanjang rentang
sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan
perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan
isolasi sosial.
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon psikosossial Meliputi :
1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3. Emosi berlebih atau berkurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.Perilaku
tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam (Damaiyanti,2012).
E. Pohon masalah
F. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan halusinasi menurut
(Yosep, 2014) yaitu:
a. Resiko Perilaku Kekerasan
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi Sosial
G. Penatalaksanaan
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan
boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo, 2014).
1. Penatalaksanaan Medis Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien
skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain (Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis.
Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
1. Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace, ludomer. Warna putih besar
Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3 x 5 mg (IM),
pemberian injeksi biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan
obat per oral 3 x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).
2. Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile, promactile. Warna
orange
Pada kondisi akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila kondisi sudah
stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada malam hari saja, atau sesuai
dengan advis dokter (Yosep, 2016).
b. Penerapan Strategi Pelaksanaan Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang
dilakukan:
1. Melatih klien mengontrol halusinasi :
a. Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
b. Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
c. Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
d. Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
2. Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan
untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga keluarga mampu
mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
a. Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat klien
halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan menghardik
b. Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan enam benar minum obat
c. Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi
dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
d. Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memnafaatkan fasilitas
kesehatan untuk follow up klien halusinasi
c. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien kembali
ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul
dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang
terdiri dari :
1. Terapi aktivitas Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi,
terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
H. Rencana tindakan keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi Tujuan tindakan untuk klien meliputi
(Dermawan & Rusdi, 2013) :
1. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal
Tindakan keperawatan :
Eko Prabowo (2014). Konsep dan aplikasi asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijayaningsih, K.s. (2015). Panduan lengkap praktik klinik keperawatan jiwa. Jakarta timur:
Tim
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Pendengaran. Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia