Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa yang sangat sensitif dalam

kehidupan wanita, yaitu rentan terhadap timbulnya gangguan secara

fisik dan mental. Perawatan kesehatan ibu selama kehamilan telah

dilakukan selama kurang lebih 100 tahun yang lalu. Perawatan ibu

selama kehamilan merupakan bagian penting dari sistem kesehatan

yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan dan

persalinan sehingga kesehatan ibu dan bayi terjaga (Prawirohardjo,

2008).

Antenatal Care merupakan pemeriksaan kehamilan yang

diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa kehamilan

untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan

memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara

wajar.Juga mengetahui kesehatan umum ibu, menegakan secara dini

penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini

komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba,

2009).

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2015, angka

kematian ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas adalah

sebesar 303.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10.000.000

1
2

jiwa (WHO, 2015). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2013 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup (BKKBN, 2013). AKI adalah banyaknya kematian

perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi

kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang

disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan

karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.Kematian ibu

hamil disebabkan oleh hal-hal yangberkaitan dengan kehamilan yang

mengalami resiko tinggi atau komplikasi antara lain perdarahan,

eklamsia, partus lama dan infeksi. Faktor lain adalah terbatasnya

pelayanan kesehatan, terbatasnya kualitas tenaga kesehatan dan

kurang optimalnya pemberdayaan masyarakat.

Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah

penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh yang dilaksanakan

secara terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar

sehingga mampu memberikan perlindungan kesehatan dan memutus

mata rantai penularan. Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses

untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap

infeksi tetanus. Imunisasi merupakan tindakan preventif yang

diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat.

Berdasarkan pengalaman yang penulis dapatkan selama

menjalani praktik klinik diberbagai puskesmas salah satunya


3

puskesmas Masohi. Pemberian vaksin TT pada ibu hamil sering

diberikan guna untuk mencegah penyakit tetanus.

Dari hasil wawancara bersama petugas kesehatan di Puskesmas

Masohi di ketahui bahwa ada ibu hamil yang pada masa

kehamilannya sudah 6-7 bulan ke atas baru pernah datang ke

Puskesmas untuk pemeriksaan ANC. Untuk itu, peneliti merasa perlu

untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) pada Ibu Hamil Primigravida di Wilayah Kerja

Puskesmas Masohi.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan diatas, maka

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Pemberian

pendidikan kesehatan tentang Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada

ibu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Masohi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperoleh rumusan

masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah pemberian pendidikan

kesehatan tentang pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada

ibu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Masohi ?”.

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menggambarkan

pendidikan kesehatan tentang pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) pada ibu hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Masohi.


4

D. Manfaat Studi Kasus

1. Ibu hamil

Dapat memberikan pengetahuan bagi ibu hamil primigravida

tentang pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk

kesehatan ibu dan bayi.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Sebagai informasi bagi petugas kesehatan di puskesmas

Masohi khususnya di poli KIA untuk mengatasi masalah ibu hamil

melalui pendidikan kesehatan.

3. Peneliti

Meningkatkan pemahaman dan mengembangkan peneliti

dalam mengembangkan studi kasus tentang pendidikan

kesehatan pada ibu hamil terkait Imunisasi TT.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (10

bulan atau 9 bulan) menurut kalender internasional. Kehamilan

terbagi menjadi tiga trimester, dimana trimester satu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester dua berlangsung dalam 15 minggu

(minggu ke 13 sampai ke-27), dan trimester ketiga berlangsung 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Saifuddin, 2008).

Kehamilan adalah serangkaian proses yang dialami oleh

wanita yang diawali dengan pertemuan antara sel telur dan sel

sperma di dalam indung telur (ovarium) wanita, lalu berlanjut ke

pembentukan zigot, perlekatan atau menempel di dinding rahim,

pembentukan plasenta, dan pertumbuhan serta perkembangan

hasil konsepsi sampai cukup waktu (aterm).

Kehamilan merupakan sebuah proses alamiah pada manusia,

dan bukan merupakan proses patologis, kecuali keadaan-keadaan

tertentu. Masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi sampai

lahirnya janin. Rentang waktu kehamilan pada umumnya adalah

5
6

280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 10 hari (Ida Bagus Gede

Manauba, 2010).

Masa kehamilan dimana dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normalnya 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) di hitung dari HPHT (Prawirohardjo Sarwono, 2008).

Primigravida adalah keadaan dimana seorang wanita

mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya (Manuaba,

2007).Dengan kemungkinan risiko tinggi, sehingga dibutuhkan

perawatan antenatal, natal dan postnatal (Nargis, 2010).

2. Proses kehamilan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa

dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)

pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil

sampai aterm (Manuaba, 2010).

a. Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi

oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur

yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum

yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi.

Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan

menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan ovarium

disertai pembentukan cairan folikel.


7

Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium

menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. Selama

pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan

hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba

yang makin mendekati ovarium, gerkan sel rambut lumen tuba

makin tinggi, peristaltik tuba makin aktif. Ketiga faktor ini

menyebabkan aliran cairan dalam tuba makin deras menuju

uterus.

Dengan pengaruh LH yang semakin besar dan fluktuasi

yang mendadak, terjadi pelepasan ovum yang disebut ovulasi.

Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbraie)

maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap oleh

fimbriae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up

mechanism. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti

tuba menuju uterus dalam bentuk pematangan pertama

artinya telah siap untuk dibuahi (Manuaba, 2010).

b. Spermatozoa

Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses

yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif

tubulus menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit

kedua, menjadi sperma tidak hirnya spermatozoa.

Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal

yang kompleks dari panca indra, hipotalamus, hipofisis dan sel


8

interstisiall eydig sehingga spermatogonium dapat mengalami

proses mitosis. (Manauba, 2010).

Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc

sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa

setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri

atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti),

leher (penghubung antara kepala danekor), ekor (panjang

sekitar 10 kali kepala, mengandung energy sehingga dapat

bergerak). Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian

dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba

falopi.Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita

dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu untuk

mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010).

c. Konsepsi

Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut

konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses

konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah ini

(Manuaba, 2010) :

1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh

koronaradiata yang mengandung persediaan nutrisi.

2) Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah

sitoplasma yang disebut vitelus.


9

3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang

pada zonapelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus

melalui saluran pada zona pelusida.

4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang

paling luas dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum

mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.

5) Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama

48 jam. Spermatozoa menyebar masuk melalui kanalis

servikalis dengan kekuatan sendiri. Pada kavum uteri,

terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan lipoprotein dari

sperma sehingga mampu mengadakan fertilisasi.

Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba falopid.

d. Proses Nidasi atau Implantasi

Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma,

“vitelus” membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum

yang dalam keadaan “metafase”. Proses pemecahan dan

pematangan mengikuti bentuk anafase dan telofase sehingga

pronukleusnya menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa

dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum

yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa

tanda dari pihak pria maupun wanita (Manauba, 2010)

Pada manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44

dalambentuk “autosom” sedangkan 2 kromosom sisanya


10

sebagai pembawatanda seks. Wanita selalu resesif dengan

kromosom X. Laki-laki memiliki dua bentuk kromosom seks

yaitu kromosom X dan Y. Bila spermatozoa kromosom X

bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin wanita sedangkan bila

kromosom seks Y bertemu sel ovum, terjadi jenis kelamin laki-

laki (Manauba, 2010).

Oleh karena itu, pihak wanita tidak dapat disalahkan

dengan jenis kelamin bayinya yang lahir karena yang

menentukan jenis kelamin adalah pihak suami. Setelah

pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk zigot

yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya

menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan

pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus.

Pembelahan berjalan terus dan didalam morula terbentuk

ruangan yang mengandung cairan yang disbut blastula.

Perkembangan dan pertumbuhan berlangsung, blastula

dengan vili korealisnya yang dilapisi sel trofoblas telah siap

untuk mengadakan nidasi.

e. Pembentukan plasenta Nidasi atau implantasi terjadi pada

bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada

blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata

sehingga bagian blastula dengan inner cell massakan

tertanam ke dalam endometrium. Terjadinya nidasi


11

(implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.

Sel yang dekat dengan ruangan eksoselon membentuk

“entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel

lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio

terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantung

yolk sac . Plat embrio terdiri dari unsur ektoderm, endoterm

dan mesoderm. Ruangan amnion dengan cepat mendekati

korion sehingga jaringan yang terdapat di antara amnion dan

embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat. Awalnya

yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama dengan

hati, limpa dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai

ketiga terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya

yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai

dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan

menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler.

3. Perubahan Fisiologi pada Kehamilan

Perubahan fisiologi yang terjadi pada kehamilan yaitu :

a. Perubahan pada sistem reproduksi

1) Uterus

a) Ukuran rahim membesar.

b) Berat dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir

kehamilan.
12

c) Bentuk dan konsistensi menjadi lebih panjang dan

lunak (tanda hegar, dan pisscacek).

d) Terjadi vaskularisasi.

2) Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh

darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak merah

dan kebiruan

3) Ovarium

Ovarium berhenti masih terdapat korpus luteum

gravidarum sampai terbentuknya plasenta yang

mengambil pengeluaran estrogen dan progesteron.

4) Payudara

Sebagai persiapan menyusui perkembangan

payudara dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron dan

sosamomamotropi.

b. Perubahan pada organ dan sistem lainya

1) Sirkulasi darah ibu

a) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin.

b) Hubungan langsung antara arteri dan vena pada

retnoplasenter.

c) Pengaruh peningkatan hormon estrogen dan

progesteron.
13

d) Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum

lebih dari pertumbuhan sel terjadi hemodilusi.

e) Mengalami anemia fisiologi akibat dari hemodilusi.

2) Sistem pencernaan

Pengaruh estrogen yang meningkat, pengeluaran

asam lambung menyebabkan hipersalivasi, morning

sickness, emesis gravidarum, terasa panas dilambung

akibat pengaruh progesteron menimbulkan gerakan usus

semakin lambat sehingga terjadi konstipasi.

3) Sistem respirasi

Terjadi desakan diagfragmakarena dorongan atau

pembesaran rahim adan akibat dari kebutuhan oksigen

yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam.

4) Perubahan pada kulit

Terjadi kloasma gravidarum, striae livida, strie alba,

strie nigra, pigmentasi pada mamae atau papila mamae.

5) Perubahan metabolisme

a) Metabolisme basal naik 15-20 %.

b) Keseimbangan asam basa meiurun akibat hemodilusi

darah dan kebutuhan mineral untuk janin.

c) Kebutuhan nutrisi meningkat.

d) Pertambahan berat badan ibu hamil normal antara

6,516,5 kg selama hamil atau 0,5 kg per minggu.


14

4. Perubahan Psikologis pada Kehamilan

Kehamilan pertama yang dialami oleh setiap wanita pasti akan

menimbulkan banyak efektifitas baik fisik maupun psikologis. Bagi

setiap wanita kehamilan yang dialaminya merupakan suatu

kebahagiaan tersendiri yang mana dengan kehamilan tersebut

secara psikologis memberikan kepercayaan diri yang kuat bahwa

ia adalah memang benar-benar telah terjadi wanita sejati. Secara

social pun ia akan merasa lebih percaya diri dalam kehidupan

bermasyarakat. Tetapi disisi lain kehamilan, apalagi kehamilan

pertama membawa efektifitas yang tidak bias begitu saja

disepelekan. Secara fisik ibu hamil akan merasa letih, lesuh, dan

sebagainya. Sedang secara psikologis ibu hamil akan dibayangin

dan dihantui rasa cemas dan takut akan hal-hal yang mungkin

akan terjadi baik pada dirinya sendiri maupun pada bayinya.

B. Konsep Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

1. Definisi Imunisasi TT

Imunisasi adalah memberikan vaksin untuk kekebalan tubuh

terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit

tertentu (Syafrudin, et al, 2011).

Tetanus toksoid merupakan antigen yang aman untuk wanita

hamil.Vaksin tetanus toksoid terdiri dari toksoid atau bibit penyakit

yang telah dilemahkan diberikan melalui suntikan vaksin tetanus

toksoid kepada ibu hamil. Dengan demikian, setiap ibu hamil telah
15

mendapat perlindungan untuk bayi yang akan dilahirkannya

terhadap bahaya tetanus neonatorum (IDAI, 2011).

Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit tetanus.

Untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) ibu hamil harus

mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, sehingga ibu sudah

memiliki antitoksin tetanus dalam tubuh ibu yang akan ditransfer

melalui plasenta yang akan melindungi bayi yang akan dilahirkan

(Syafrudin, et al, 2011).

2. Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid

Tujuan diberikannya imunisasi tetanus toksoid antara lain :

Untuk melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum,

melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka,

pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap

kuman tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit tetanus pada

bayi baru lahir.

3. Sasaran

Untuk pelayanan program imunisasi tetanus toksoid (TT)

dilakukan pada ibu hamil, diberikana 2 kali dengan jarak waktu

paling sedikit 1 bulan antara dosis pertama dan dosis kedua.

Sebaiknya dosis kedua diberikan paling lambat satu bulan

sebelum melahirkan agar menimbulkan kekebalan yang baik.


16

4. Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

Imunisasi TT di berikan pada ibu hamil segera setelah

dinyatakan hamil. Setiap ibu hamil harus mendapat imunisasi TT

minimal 2 kali selama kehamilan ( pertama pada saat kunjungan

antenatal pertama dan kedua pada 4 minggu kemudian). Dan

dosis kedua sebaiknya diberikan paling tidak dua minggu sebelum

Imunisasi TT diberikan secara suntikan intra muscular (dalam otot)

dengan dosis 0,5 cc (Cahyono, 2010).

5. Jumlah dan dosis dalam pemberian imunisasi tetanut toksoid

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis

0,5cc disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan. Sebaiknya

imunisasi TT diberikan sebelum kehamilan 8 bulan. Suntikan TT 1

dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya

diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana

kesehatan (DepkesRI, 2000). Jarak pemberian (interval) imunisasi

TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.

6. Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid

a. Bagi Bayi : untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus

neonatorum.

b. Bagi Ibu Hamil : melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan

terjadinya tetanus apabila terluka pada saat persalinan.

c. Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan penting dalam mencapai salah satu


17

tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu, eliminasi

tetanus maternal tetanus neonatorum (DepkesRI, 2004).

d. Imunisasi aktif didapat dengan menyuntikan tetanus toksoid

dengan tujuan merangsang tubuh membentuk antibodi. Ibu

hamil yang telah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid

mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan

kekebalan tersebut disalurkan melalui plasenta dan tali pusat

kepada janin yang dikandungnya, selain itu setelah

melahirkan ibu tetap menyalurkan kekebalan tersebut melalui

air susu ibu (IDAI, 2011).

7. Efek Samping Imunisasi Tetanus Toksoid

Efek samping biasanya hanya gejala ringan saja seperti

kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat

suntikan.Tetanus toksoid adalah antigen yang sangat aman dan

juga aman untuk wanita hamil.Tidak ada bahaya bagi janin apabila

ibu hamil mendapatkan imunisasi tetanus toksoid. Efek samping

tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak

diperlukan tindakan/pengobatan (Cahyono, 2010).

8. Kontraindikasi Imunisasi Tetanus Toksoid

a. Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mepunyai

kontraindikasi.

b. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada :


18

1) Ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT

pada masalalunya.

2) Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat. Namun demikian

ibu tersebut dapat di imunisasi segera setelah sembuh

(Kemeskas RI, 2011).

C. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Definisi

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yng

dinamis, di mana perubahan tersebut bukan sekedar proses

transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain dan bukan

pula seperangkat prosedur, akan tetap perubahan tersebut terjadi

akibat adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, dan

masyarakat sendiri (Mubarak, 2009).

2. Tujuan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar individu

mampu untuk :

a) Menetapkan masalah dan kebutuhan dan kebutuhan mereka

sendiri.

b) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah

kesehatan yang dihadapi dengan sumber daya yang ada pada

mereka ditambah dengan dukungan dari luar


19

c) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan

masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO

adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara

dan meningkakan derajat kesehatan, baik fisik, mental, maupun

sosial.

3. Sasaran penyuluhan kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek

perubahan perilaku sehingga diharapkan dpat memahami,

menghayati, dan mengaplikasikan cara-cara hidup sehat dan

kehidupan sehari-harinya. Banyak fakor yang perlu diperhatikan

terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan

diantaranya adalah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,

adat istiadat, kepercayaan masyarakat serta ketersediaan waktu

dari masyarakat

D. Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil (ANC)

1. Pengkajian Maternal

Pengkajian pada ibu hamil trimester ke-1 (Internet) menurut

Bobak, Lowdermilk, dan Jensen (2005) adalah sebagai berikut :


20

a. Pengkajian umum

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk

mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat

diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1) Biodata : Mengkaji identitas klien dan penanggung yang

meliputi: nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya

perkawinan dan alamat.

2) Keluhan utama : Mengkaji adanya mual muntah, riwayat

makan-minum, dan riwayat istirahat dan tidur.

3) Riwayat kesehatan :

a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai

saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat

pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar

siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia

kehamilan.

b) Riwayat kesehatan masa lalu.

c) Riwayat pembedahan : Mengkaji adanya pembedahan

yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,

kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut

berlangsung.
21

d) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Mengkaji

adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien

misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-

penyakit lainnya.

e) Riwayat kesehatan keluarga : Dapat dikaji melalui

genogram dan dari genogram tersebut dapat

diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit

menular yang terdapat dalam keluarga.

f) Riwayat kesehatan reproduksi : Mengkaji tentang

mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,

sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe

serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta

keluahan yang menyertainya.

g) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Mengkaji

bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam

kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan

kesehatan anaknya.

h) Riwayat seksual : Mengkaji mengenai aktivitas

seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta

keluhan yang menyertainya.


22

i) Riwayat pemakaian obat : Mengkaji riwayat

pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis

dan jenis obat lainnya.

4) Pola aktivitas sehari-hari : Mengkaji mengenai nutrisi,

cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat

tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat

sakit.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang pling

besar, satu-satunya kelenjar yang bias langsung diperiksa

pada pemeriksaan fisik. Tingkat metabolik dan ritme,

termasuk keteraturan menstrtuasi pada usia subur, diatur

oleh kelenjar tiroid. Efek aktifitas tiroid sangat luas. Oleh

karena itu, observasi tingkah laku, penampilan, kulit, mata,

rambut, dan status kardiovaskular merupakan hal yang

penting.

2) Payudara

Pemeriksaan ginekologi dilakukan dengan mula-mula

meriksa payudara untuk menetapkan data dasar tentang

keadaan normal. akan tetapi, pemeriksa harus waspada

terhadap kemungkinan keganasan.


23

3) Abdomen

Periksaan abdomen dengan hati-hati dan systematis.

Kaji bentuk pembesaran abdomen, tinggi fundus uteri,

loepold dan DJJ.

c. Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen,

USG, biopsi, pap smear.

2) Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien

tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien

menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis

apa.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul

adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi dibuktikan dengan :

a. Tanda Mayor

1) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi.

2) Objektif :

a) Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran.

b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah.

b. Tanda minor

1) Objektif :

a) Menjalani pemeriksaan yang tepat.


24

b) Menujukkan perilaku berlebihan.

3. Perencanaan Keperawatan

a. Tujuan : Setelah diberi penjelasan klien dapat memahami

tentang pemberian imunisasi TT.

b. Kriteria Hasil / NOC (Nursing Outcomes Classification)

menurut Moorhead, et al (2013) adalah klien dapat

memahami tentang pentingnya imunisasi TT bagi ibu hamil.

c. Intervensi / NIC ( Nursing Interventions Clasification) menurut

Bulechek, et al (2013) adalah sebagai berikut :

Perawatan prenatal :

1) Targetkan sasaran pada kelompok berisiko tinggi dan

rentan usia yang akan mendapat manfaat besar dari

pendidikan kesehatan

2) Nilai tingkat pengetahuan dan pemahaman klien saat ini.

3) Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi

tentang (keyakinan terhadap kesehatan, ketidakpatuhan

masa lalu, pengalamam buruk dengan perawatan

kesehatan atau belajar, dan tujuan yang saling

bertentangan).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

di lakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang di hadapi ke status kesehatan yang lebih baik


25

yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan dalam

ukuran intervensi keperawatan yang di berikan kepada klien

terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk

memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien, keluarga, atau

tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di

kemudian hari (Smeltzer and Bare, 2001).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yaitu peniliaan hasil dan proses. Penilaian hasil

menuntukan seberapa jauh keberhasilan yang di capai sebagai

keluaran dari tindakan. Penilian proses menetukan apakah ada

kekeliruan dari satiap tahapan proses mulai dari pengkajian,

diagnose, perencanaaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.

Evaluasi merupakan tahap akhir bertujuan untuk menilai

apakah tindakan keperawatan yang telah di lakukan tercapai atau

tidak untuk mengatasi suatu masalah. Pada tahap evluasi ,

perawat, dapat megetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai (Smeltzer and

Bare, 2001).
26

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah desain

studi kasus deskriptif untuk mengetahui gambaran tentang pemberian

Imunisasi TT pada ibu hamil primigravida di wilaya kerja Puskesmas

Masohi.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian studi kasus ini adalah dua orang ibu hamil yang

memiliki kriteria yaitu :

1. Pada ibu hamil primigravida trimester 1 (usia kehamilan 1-12

minggu).

2. Belum pernah mendapat imunisasi TT.

3. Bersedia menjadi responden.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus penulisan ini adalah pemberian pendidikan

kesehatan tentang pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil

primigravida.

D. Defenisi Operasional

1. Pendidikan kesehatan adalah suatu tindakan memberikan

informasi pada ibu hamil primigravida tentang pemberian

Imunisasi TT menggunakan media leaflet.

26
27

2. Pemberian imunisasi TT adalah memberikan vaksin untuk

kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus dan mencegah

terjadinya penyakit tetanus pada ibu dan bayi yang dilakukan

selema 2x.

3. Ibu hamil primigravida adalah keadaan dimana seorang wanita

mengalami masa kehamilan untuk pertama kalinya.

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Masohi.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 April – 29 April pada

subjek I dan pada tanggal 25 Juni – 26 Juni 2019 pada subjek II.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan pedoman

wawancara, Pedoman wawancara memuat tentang data umum, dan

kondisi kehamilan dan mengukur pengetahuan subjek penelitian.

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pemberian

imunisasi TT pada ibu hamil primigravida kehamilan trimester 1

dengan menggunakan media SAP dan leaflet.


28

G. Penyajian Data

Penyajian data dengan desain studi kasus diskriptif di sajikan

secara narasi/tekstural dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan

verbal dari subjek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.

H. Etika Studi Kasus

Studi kasus ini juga tidak memberikan dampak negatif berupa

masalah etika karena sebelum memulai pengumpulan data untuk

studi kasus, peneliti telah melakukan langkah-langkah antisipatif

dengan memenuhi beberapa prinsip etika peneliti salah satunya

adalah ijin/ persetujuan peneliti.Pertimbangan etik dalam peneliti ini di

laksanakan dengan memenuhi prinsip-prinsip The Five Right of

Human Subjects in Research (Macnee, 2004).

Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination; hak

terhadap privacy dan dignity; hak terhadap anonymity dan

confidentiality; hak untuk mendapatkan penanganan yang adil dan hak

terhadap perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian.

1. Hak untuk self determination, klien memiliki anatomi dan hak

untuk membuat keputusan secara sadar dan di pahami dengan

baik, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak dalam

penelitian ini atau untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

2. Hak untuk privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak

untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang di
29

lakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan

bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.

Proses pengumpulan data juga berisiko mengungkap pengalaman

klien yang bersifat sangat rahasia bagi pribadinya, peneliti

menginformasikan bahwa klien juga berhak untuk tidak menjawab

pertanyaan wawancara yang mungkin menimbulkan rasa malu

atau tidak ingin di ketahui oleh orang lain.

3. Hak anonymity dan confidentiality, maka semua informasi yang

didapatkan dari klien harus dijaga dengan sedemikain rupa

sehingga informasi individual tertentu tidak bisah langsung

dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus dijaga kerahasiaan

(confidentiality), maka penelitian menyimpan seluruh dokumen

hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan mengikuti

penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkip wawancara dalam

tempat khusus yang hanya bisah di akses oleh peneliti. Dalam

penyusunan laporan penelitian, peniliti menguraikan data tanpa

mengungkapkan identitas klien (anonymous)

4. Hak terdapat penanganan yang adil memberikan individu hak yan

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa

diskriminaasi dan di berikan penanganan yang sama dengan

menghormati seluruh persetujuan yang di sepakati dan unttuk

memberikan penanganan terhaadap masalah yang muncul

selama partisipasi dalam penelitian. Semua klien mempunyai


30

kesempatan menjawab pertanyaan yang sama untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini dan mendapatkan perlakuan

yang sama dari peneliti.

5. Hak untuk mendapatkaan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien melindungi dari ekspolitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

minimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian (Macnee, 2004). Klien di

berikan penjelasan singkat tentang penelitian yang meliputi tujuan

penelitian, prosedur penelitian, durasi keterlibatan klien, hak-hak

klien dan di harapkan dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.

Klien yang menyatakan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

kemudian menandatangani lembar persetujuan.


31

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB IV ini akan diuraikan hasil studi kasus dan pembahasan

tentang “Asuhan Keperawatan Melalui Pendidikan Kesehatan Tentang

Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil Primigravida

di Wilayah Kerja Puskesmas Masohi”.

A. Hasil Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Wilayah Kerja

Puskesmas Masohi pada 2 orang ibu hamil yaitu Ny. N.K dan Ny. K

dan pada Ny. N.K belum pernah mendapat pendidikan kesehatan

tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil

Primigravida, sedangkan pada Ny. K sudah pernah mendapat

pendidikan kesehatan tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Pada Ibu Hamil Primigravida. Studi kasus ini dilaksanakan pada

Ny. N.K selama 3 hari mulai dari tanggal 27 April – 29 April 2019 dan

pada Ny. K selama 2 hari mulai dari tanggal 25 Juni – 26 Juni 2019.

Hasil penelitian studi kasus ini diperoleh dari pedoman wawancara

yang di jawab oleh peneliti. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu

tentang lokasi penelitian.

Puskesmas Masohi merupakan puskesmas rawat jalan dengan

luas wilayah kurang lebih 29,50 km2 yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu

kelurahan Namaelo, kelurahan Namasina, kelurahan Ampera, dan

kelurahan Lesane.

31
32

Penelitian pada dua orang subjek studi kasus yang mendapat

pendidikan kesehatan tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Pada Ibu Hamil Primigravida dapat dilaporkan hasilnya sebagai

berikut :

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian pada subjek I dilakukan pada tanggal 27 April – 29

April 2019 pukul 11.00 WIT dan didapatkan data awal yaitu nama

Ny. N.K, umur 20 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan

ibu rumah tangga, suku Buton, status perkawinan menikah dan

alamat apui, kecamatan Kota Masohi. Penanggung jawab Tn. L.D,

umur 22 tahun, agama Islam, jenis kelamin laki-laki, hubungan

dengan klien suami, pendidikan SMA, pekerjaan sebagai tukang

ojek dan alamat apui, kecamatan Kota Masohi.

Penelitian pada subjek II dilakukan pada tanggal 25 juni – 26

Juni 2019 pukul 10.30 WIT dan didapatkan data awal yaitu nama

Ny. K, umur 26 tahun, agama Islam, pendidikan D3, pekerjaan ibu

rumah tangga, suku Bugis, status perkawinan menikah dan alamat

jalan rambutan, kecamatan Kota Masohi. Penanggung jawab Tn.

H, umur 33 tahun, agama Islam, jenis kelamin laki-laki,

hubungandengan klien suami, pendidikan SMA, pekerjaan

wiraswasta, dan alamat jalan rambutan, kecamatan Kota Masohi.


33

2. Kehamilan Sekarang

Ny. N.K merupakan ibu hamil Primigravida trimester pertama

memiliki HPHT tanggal 18 Februari 2019, tapsiran partus tanggal

27 November 2019, usia kehamilan 10 minggu, dan belum pernah

melakukan ANC.

Ny. K merupakan ibu hamil Primigravida trimester pertama

memiliki HPHT tanggal 10 April 2019, tapsiran partus tanggal 17

Januari 2019, usia kehamilan 12 minggu, dan biasa melakukan

ANC di Bidan Praktek dengan pemeriksa oleh bidan dan telah

melakukan pemeriksaan sebanyak 1 kali.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada Ny. N.K didapatkan tanda-tanda vital :

TD : 90/70 mmHg, nadi 84x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu

36,7oC, dan konjungtiva tidak pucat.

Pemeriksaan fisik pada Ny. K didapatkan tanda-tanda vital :

TD : 110/90 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu

36,5oC, dan konjungtiva tidak pucat.

4. Implementasi pendidikan kesehatan tentanga Pemberian

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil Primigravida.

Pendidikan kesehatan tentang Pemberian Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil Primigravida diukur melalui

pengetahuan subjek penelitian pada saat sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan.


34

a. Subjek I

1) Pertemuan pertama pada tanggal 27 April 2019, pukul

11.00 WIT. Peneliti datang kerumah untuk kontrak waktu

dengan subjek mengenai pendidikan kesehatan yang

akan disampaikan.

2) Pertemuan kedua pada tanggal 28 April 2019, pukul 15.30

WIT. Peneliti melakukan pengkajian biodata dan

pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Setelah itu peneliti

melakukan wawancara dengan subjek studi kasus.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari hasil

wawancara yang dilakukan sebelum memberikan

pendidikan kesehatan, subjek mengatakan ia mengetahui

bahwa ia hamil dengan cara melakukan tespek, dan dari

hasil tespek tersebut subjek mendapat hasil positif atau

bergaris II. Dan sampai saat ini subjek belum pernah

melakukan ANC. Kemudian subjek mengatakan ia belum

tahu tentang apa itu Imunisasi TT, kapan jadwal

pemberian imunisasi TT, apa tujuan imunisasi TT, apa

manfaat imunisasi TT, mengapa imunisasi TT penting

pada ibu hami, dimana tempat pemberian imunisasi TT,

dan bagaimana jika imuniasi TT tidak di berikan pada ibu

hamil. Maka peneliti memberikan pendidikan kesehatan

tentang pemberian imunisasi TT pada ibu hamil


35

Primigavida. Setelah diberikan pendidikan kesehatan

kepada Ny.N.K, peneliti menanyakan kembali apa yang

telah dijelaskan. Kemudian subjek mengatakan bahwa ia

baru memahami tentang apa itu imunisasi TT atau

Pengertian Imunisasi TT, kemudian jadwal pemberian

imunisasi TT, tujuan imunisasi TT, mengapa imunisasi TT

penting untuk ibu hamil, dan subjek mengatakan bahwa ia

belum memahami tentang manfaat Imunsasi TT dan

bagaimana jika imunisasi TT tidak diberikan pada ibu

hamil. Maka peneliti mengulang kembali tentang apa yang

sudah peneliti jelaskan. Kemudian subjek sudah tahu dan

mau mengikuti apa yang telah dijelaskan.

3) Pertemuan ketiga pada tanggal 29 April 2019, pukul 15.00

WIT. Peneliti menjelaskan kembali tentang pentingnya

pemberian imunisasi TT pada ibu hamil. Kemudian subjek

mengatakan ia suda tahu dan akan pergi melakukan

pemeriksaan di Puskesmas.

b. Subjek II

1) Pertemuan pertama pada tanggal 25 Juni 2019, pukul

10.30 WIT. Peneliti datang kerumah untuk kontrak waktu

dengan subjek mengenai pendidikan kesehatan yang

akan disampaikan.
36

2) Pertemuan kedua pada tanggal 26 Juni 2019, pukul 14.00

WIT. Peneliti melakukan pengkajian biodata dan

pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Setelah itu peneliti

melakukan wawancara dengan subjek studi kasus.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari hasil

wawancara yang dilakukan sebelum memberikan

pendidikan kesehatan, subjek mengatakan ia mengetahui

bahwa ia hamil dengan cara melakukan tespek, dan dari

hasil tespek tersebut subjek mendapat hasil positif atau

bergaris II. Dan subjek mengatakan ia sudah pernah

melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan Praktek.

Kemudian subjek mengatakan ia sudah mengetahui

sedikit tentang pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil

Primigravida. Maka peneliti memberikan pendidikan

kesehatan tentang pemberian imunisasi TT pada ibu hamil

Primigavida. Setelah diberikan pendidikan kesehatan

kepada Ny. K, peneliti menanyakan kembali apa yang

telah dijelaskan. Kemudian subjek mengatakan bahwa ia

suda memahami tentang apa itu imunisasi TT atau

Pengertian Imunisasi TT, kemudian jadwal pemberian

imunisasi TT, tujuan imunisasi TT, manfaat imunisasi TT,

mengapa imunisasi TT penting untuk ibu hamil, dan

bagaimana jika imunisasi TT tidak diberikan pada ibu


37

hamil. Subjek sudah tahu dan mau mengikuti apa yang

telah dijelaskan yaitu dengan pergi melakukan Posyandu

di lokasi yang telah di sampaikan (Komplek Baterek).

5. Evaluasi hasil observasi yang dilakukan pada Ny. N.K selama 3

hari sejak tanggal 27 April – 29 April 2019 dan pada Ny. K selama

2 hari sejak tanggal 25 Juni – 26 Juni 2019.

a. Subjek I : Setelah mendapat pendidikan kesehatan tentang

Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Primigravida

ditemukan bahwa Ny. N.K sudah tahu, mau, dan mampu

mengikuti apa yang telah diajarkan yaitu pergi melakukan

pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Masohi dan mendapat

imunisasi TT sesuai yang telah diajarkan.

b. Subjek II : Setelah mendapat pendidikan kesehatan tentang

Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Primigravida

ditemukan bahwa Ny. K sudah tahu, mau, dan mampu

mengikuti apa yang telah diajarkan yaitu pergi melakukan

kunjungan Ibu hamil di Posyandu di kompleks Baterek yang

dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas

Masohi.

B. Pembahasan

Pada umumnya ibu hamil primigravida harus mendapat imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) sehingga ibu sudah memiliki antitoksin tetanus


38

dalam tubuh ibu yang akan ditransfer melalui plasenta yang akan

melindungi bayi yang akan dilahirkan (Syarifudin et al, 2011).

Hasil studi kasus pada kedua studi penelitian didapatkan bahwa

keduanya adalah ibu hamil Primigravida. Pada saat penelitian

dilaksanakan tanggal 28 April 2019 pada Ny. N.K dan tanggal 11 Mei

pada Ny.F.Y, terhadap subjek studi kasus Ny. N.K belum pernah

mendapat informasi tentang imunisasi TT sedangkan Ny. F.Y sudah

pernah mendapat informasi tentang imunisasi TT.

Hasil pengukuran pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan

kesehatan tentang pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada

ibu hamil primigravida ditemukan pada kedua subjek studi kasus

bahwa keduanya memiliki pengetahuan yang kurang. Setelah

dilakukan pendidikan kesehatan, pengetahuan kedua subjek studi

kasus meningkat dan lebih baik.

Hasil observasi setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang

pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil

primigravida pada kedua subjek studi kasus selama 3 hari ditemukan

bahwa mereka dapat memahami apa yang telah diajarkan oleh

peneliti. Hal ini disebabkan karena mereka telah memiliki

pengetahuan yang baik tentang imunisasi TT yang sangat penting

bagi ibu selama masa kehamilan.

Menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari

”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap


39

suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Sejalan

dengan itu, Isyraq (2007) mengatakan bahwa pengetahuan

(knowledge) adalah sesuatu yang hadir yang terwujud dalam jiwa dan

pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan

hubungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi,

tradisi, keterampilan, informasi dan akidah dan pikiran - pikiran.

Asumsi peneliti bahwa ibu hamil perlu mendapat informasi tentang

imunisasi TT melalui berbagai media baik media cetak maupun

elektronik. Tenaga kesehatan (dokter/bidan/perawat) turut adil dalam

memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi TT pada ibu

hamil primigravida agar mencegah terjadinya penyakit Tetanus pada

ibu dan bayi.

C. Keterbatasan

Penyelesaian studi kasus ini tidak terlepas dari adanya

keterbatasan yang menjadi hambatan dalam penelitian studi kasus ini,

yaitu penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian yang terbatas

yakni hanya dilakukan pada 2 subjek penelitian


40

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua

orang subjek penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan tentang Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) Pada Ibu Hamil Primigravida dapat meningkatkan pengetahuan

subjek studi kasus sehingga memberikan dampak yang baik terhadap

ibu hamil.

B. Saran

Studi kasus pemberian pendidikan kesehatan tentang Pemberian

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Pada Ibu Hamil Primigravida

merekomendasikan :

1. Bagi Ibu Hamil

Perlu meningkatkan mencari informasi dari media cetak

maupun elektronik dan tidak semata-mata dari petugas keseharan

saja untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan selama

kehamilan termasuk pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

pada ibu hamil Primigravida.

2. Bagi petugas kesehatan

Dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil Primigravida pada

saat ibu hamil mengikuti posyandu atau ANC, sehingga ibu hamil

40
41

dapat rutin melakukan pemeriksaan sehingga pemberian

imunisasi TT1 dan TT2 dapat diberikan secara lengkap.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dengan hasil penelitian studi kasus ini dapat

memberikan gambaran sehingga dapat dijadikan sebagai acuan

dan dapat menjadi pedoman bagi peneliti selanjutnya dengan

metode, desain dan tempat penelitian yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai