Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL

KEPERAWATAN MATERNITAS

Di Susun Oleh :
YOEPIANA
Nim. 071201053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
1. Judul Penelitian
“Perbedaan Posisi Miring Dengan Posisi Setengah Duduk Terhadap
Kemajuan Persalinan Kala Ii Pada Multipara Di Puskesmas Balaraja Tahun
2016”
2. Tahun Penelitian
Penelitian ini dilakukan tahun 2016
3. Nama Peneliti
Titin Martini , Wulan Damayanti, Yudhia Fratidhina
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di puskesmas balaraja
5. Pendahuluan
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, 2015. Kejadian kematian
ibu bersalin sebesar 49.5%, hamil 26%, dan nifas 24%. Adapun sebagian
kematian maternal dan perinatal banyak terjadi pada saat persalinan, salah
satu penyebabnya kala II yang lama (37%). Proses fisiologis kala II persalinan
diartikan sebagai serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang periode
tersebut dan di akhiri dengan lahirnya bayi secara normal. Gejala dan tanda
kala II merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan
bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Pemberian asuhan sayang ibu
diberikan pada kala II dengan memberikan keleluasaan pemilihan posisi untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanannya pada proses persalinan. (JNPK-KR,
2012). Kala II yang tidak berlangsung normal atau disebut kala II memanjang
adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukan
kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi dalam
selama 2 jam terakhir. Adapun faktor penyebab kala II memanjang yaitu
kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his dan mengejan, pimpinan
partus yang salah, janin besar, ketuban pecah dini, dan posisi saat melahirkan.
Dalam penatalaksanaan kala II memanjang yaitu tetap melakukan asuhan
sayang ibu yaitu anjurkan agar ibu tetap didampingi oleh keluarganya, bantu
ibu dalam posisi meneran, dan pemberian dukungan oleh penolong persalinan.
(Widyastuti, 2010)
6. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui perbedaan posisi miring dengan posisi setengah duduk
terhadap kemajuan persalinan kala II pada multipara di Puskesmas Balaraja.
Penelitian ini dilaksanakan pada periode Maret ± Mei 2016.
7. Metode Penelitian
Menggunakan metode eksperimen static group comparison, tekhnik
pengambilan sampel purposive sampling, dengan menggunakan data primer
melalui cheklist sebagai dasar observasi. Sampel penelitian ini adalah semua
ibu multipara dengan asuhan persalinan normal sebanyak 30 responden
dengan pembagian 15 responden kelompok posisi miring, dan 15 responden
kelompok posisi setengah duduk. Analisa data menggunakan uji independen
sample T-test
8. Hasil Penelitian
ing dan posisi setengah duduk di Puskesmas Balaraja tahun 2016 diperoleh
nilai rata-rata lamanya kala II pada kelompok posisi miring adalah 29.5 menit,
sedangkan nilai rata-rata lamanya kala II pada kelompok setengah duduk
adalah 35.4 menit dengan perbedaan nilai rata-rata 5.9 menit. artinya tidak ada
perbedaan yang signifikan rata-rata lamanya kala II antara posisi persalinan
setengah duduk dan posisi miring dengan nilai p = 0.178 maka nilai p > alpha
0.05.
9. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal dalam bidang keperawatan
a. Kelebihan
- Teknik mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat taupun biaya
- Teknik dapat dilakukan secara mandiri oleh klien setelah diajarkan oleh
perawat dengan bantuan media leaflet atau lembar balik
- Terdapat perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok
intervensi dalam penelitian sehingga terlihat hasil atau perbedaanya.
b. Kekurangan
- Pada jurnal ini tidak dijelaskan apakah penelitian ini pernah dilakkan
sebelumnya atau tidak sehingga pembaca perlu reverensi lain untuk
mengetahuinya
ANALISA JURNAL 2

1. Judul Penelitian
“PENGARUH KEGIATAN MENGUNYAH TERHADAP ASUPAN
NUTRISI DAN LAMA PERBAIKAN FUNGSI MENELAN PADA PASIEN
STROKE DENGAN DISFAGIA”
2. Tahun Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 1 Januari-Juni 2020
3. Nama Peneliti
Loritta Yemina
4. Lokasi Penelitian
di RSPAD Gatot Subroto Jakarta
5. Pendahuluan
Penyakit serebrovaskular atau stroke mengacu pada abnormal fungsi Sistem
Saraf Pusat yang terjadi ketika suplai darah normal ke otak terhenti (Brunner
& Suddarth, 2008). Salah satu manifestasi klinis yang hampir selalu menyertai
pasien stroke adalah disfagia atau gangguan menelan. Disfagia merujuk
kepada gangguan proses menelan. Komplikasi: malnutrisi, dehidrasi,
menurunnya Berat Badan, menurunnya pemulihan fisik dan psikologis, luka
tekan, infeksi dan meningkatnya mortalitas (Rowad 2011, Smithard et al
1996). Penelitian Makoto, dkk. 2010: 91% dari 91 pasien yang tidak
mendapat intake oral dalam 48 jam pertama mengalami perburukan
komplikasi kesehatan tubuhnya. Penelitian Terkait yaitu Enny,dkk 2009
Setelah dilakukan latihan menelan, perbedaan status fungsi menelan setelah
latihan menelan pada kelompok perlakuan lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan kelompok kontrol (p value= 0,02). Salah satu intervensi yang
dilakukan adalah kegiatan mengunyah dan menelan dengan tujuan Melakukan
restorasi atau mengembalikan kembali fungsi motorik menelan volunter.
Prosedur intervensi penelitian adalah responden kelompok intervensi
diberikan kegiatan mengunyah dan menelan selama 4 hari berturut-turut
sambil diobservasi fungsi menelannya dengan menggunakan Massey Bedside
Swallowing Screen (MBSS). Sedangkan kelompok kontrol diberikan kegiatan
mengunyah dan menelan satu kali saja pada hari pertama sambil tetap
mengobservasi fungsi menelannya dengan menggunakan MBSS. Apabila
hasil observasi fungsi menelan responden menunjukan sudah mampu menelan
keesokan harinya diukur jumlah makanan yang dihabiskan selama 3 hari
berturut-turut. Hari pertama dinyatakan dalam pre tes dan hari ke tiga
dinyatakan dalam post tes.
6. Tujuan Penelitian
Tujuan umum mengetahui pengaruh kegiatan mengunyah terhadap asupan
nutrisi dan lama perbaikan fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia
7. Metode Penelitian
enelitian menggunakan desain Randomized Control Trial dengan rancangan
pretest-posttest with control group. Total sampel adalah 30 responden dibagi
atas 2 kelompok.
8. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Loritta Yemina Hasil
penghitungan Asupan nutrisi pretest diperoleh data rata-rata asupan nutrisi
sebelum intervensi adalah 1174,37 gram dengan nilai standar deviasi 184,36
gram. Asupan nutrisi terendah sebelum intervensi pada penelitian ini adalah
780 gram sedangkan asupan nutrisi tertinggi sebelum intervensi responden
pada penelitian adalah 1380 gram. Hasil pengukuran asupan nutrisi diukur
dengan menghitung jumlah makanan yang dihabiskan per hari dalam satuan
gram. Hasil penelitian sebelum yang dilakukan oleh Elmstahl dkk (2004)
terhadap intervensi peningkatan nutrisi pada pasien stroke terjadi peningkatan
60% jumlah kadar nutrisinya dalam bentuk peningkatan serum albumin dan
kandungan zat besi dalam darah dibanding sebelum diintervensi. Adapun
intervensi yang dilakukan adalah kegiatan motorik oral, kegiatan tehnik
menelan, pengaturan posisi dan modifikasi diet.
Setelah dilakukan kegiatan mengunyah didapati rata-rata lama perbaikan
fungsi menelan responden kelompok intervensi adalah 5, 47 hari. Sedangkan
lama perbaikan fungsi menelan kelompok kontrol adalah 8,07 hari. Dapat
terlihat selisih lama perbaikan fungsi menelan antara kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol adalah 2,6 hari. Hal ini membuktikan bahwa dengan
intervensi kegiatan mengunyah memiliki waktu perbaikan fungsi menelan
lebih cepat dibanding yang tidak diberikan secara terstruktur. Menurut
Finestone, (2006) dalam penelitian tentang Malnutisi berhubungan dengan
asupan nutrisi menyatakan bahwa rata-rata pasien pasca stroke awal
mengkonsumsi 80 – 90% kebutuhan energi dan protein yang masuk ke dalam
tubuhnya selama dirawat di RS. Jumlah tersebut dianggap dalam batas yang
adekuat sering kali kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan tidak
terpenuhi secara adekuat karena asupan yang kurang. Hasil penelitian
menunjukan peningkatan asupan nutrisi pada pasien intervensi lebih banyak
60,74 gram dibanding kelompok kontrol, sehingga menunjukan adanya
peningkatan asupan yang lebih baik pada kelompok intervensi dibanding
kelompok kontrol setelah diberikan intervensi.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan nutrisi sebelum dan
sesudah diberikan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
(p value < 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan lama perbaikan fungsi
menelan setelah diberikan intervensi antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol (p value < 0,05.
9. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal dalam bidang keperawatan
a. Kelebihan
- Teknik mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat taupun
biaya
- Terdapat perbandingan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dalam penelitian sehingga terlihat hasil
atau perbedaanya.
b. Kekurangan
- Pada jurnal ini tidak dijelaskan secara rinci bagaimana
melakukan tekniknya, sehingga pembaca perlu reverensi lain
untuk mengetahuinya
- di dalam penelitian juga belum dijelaskan waktu dan
frekuensi dilakukannya dalam sehari berapa kali
ANALISA JURNAL 3

1. Judul Penelitian
“Effectiveness of Conventional Swallowing Therapy in Acute Stroke Patients
with Dysphagia”
2. Tahun Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dari Januari 2017 hingga Juni 2017
3. Nama Peneliti
Hathaya Jongprasitkul dan Wasuwat Kitisomprayoonkul 
4. Lokasi Penelitian
 unit stroke akut
5. Pendahuluan
Disfagia merupakan masalah umum pada pasien stroke. Terapi menelan
memiliki peran penting dalam pemulihan disfagia, pencegahan aspirasi, dan
peningkatan kualitas hidup. Terapi menelan konvensional terdiri dari latihan
dan manuver menelan, teknik postural dan kompensasi, modifikasi makanan
dan lingkungan, dan pemberian makan alternatif. Contoh latihan dan manuver
menelan adalah latihan pita suara, latihan menelan, latihan Shaker, dll. Teknik
postur dan kompensasi seperti chin tuck dan rotasi kepala. Makanan termudah
dan teraman memiliki konsistensi tunggal dengan kekompakan tinggi,
daya rekat rendah, dan kekerasan rendah. Bolus kecil menelan lebih mudah
daripada bolus besar. Oleh karena itu, konsistensi makanan dan volume bolus
diubah dan ditingkatkan sesuai dengan tingkat keparahan disfagia. Namun,
beberapa pasien memerlukan makanan alternatif seperti selang nasogastrik
untuk mencegah aspirasi dan mengurangi dehidrasi serta malnutrisi. Tim
menelan termasuk spesialis dari berbagai disiplin ilmu, seperti ahli fisioterapi,
ahli saraf, terapis okupa, perawat bangsal, dan ahli gizi. Tes menelan air yang
dimodifikasi digunakan untuk mendeteksi aspirasi. Pasien diinstruksikan
untuk menelan 3 ml air dari semprit. Jika pasien tidak dapat menelan,
perubahan napas, batuk, atau suara serak basah, mereka berisiko mengalami
aspirasi. Tempat tidur disesuaikan dengan 60° atau lebih tinggi posisi
berbaring sebelum memulai terapi Terapi konvensional terdiri dari berbagai
teknik sebagai berikut: stimulasi sensorik oromotor. manuver Mendelsohn
menelan supra glotis, latihan rentang gerak dan penguatan oromotor , dagu ke
bawah / dagu tekuk , kepala menoleh ke sisi yang lemah dan miringkan ke sisi
yang sehat , menelan dengan susah payah , dan latihan batuk [25]. Oleh
karena itu, ahli fisioterapi dan ahli terapi okupasi memilih latihan, manuver,
atau modifikasi makanan yang berbeda berdasarkan gangguan masing-masing
pasien.  Modifikasi makanan dengan pengental permen karet Xanthan (Thick
enUp® Clear, Nestle Health Science) digunakan untuk memodifikasi
viskositas makanan dan cairan. Kami meningkatkan modifikasi makanan dari
bolus volume kecil menjadi besar dan dari makanan homoge kental menjadi
makanan encer dan campuran. Pasien menggunakan lidah untuk membuang
sisa makanan dan membersihkan tenggorokan segera setelah makan. Tabung
NG telah dilepas jika pasien makan satu diet oral yang konsisten.
6. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas terapi menelan konvensional pada pasien stroke
akut dengan disfagia
7. Metode Penelitian
Kami secara retrospektif meninjau data dari catatan medis pasien stroke akut
dengan disfagia yang berpartisipasi dalam terapi menelan dari Januari 2017
hingga Juni 2017. Lima puluh tujuh pasien stroke akut dengan disfagia (26
laki-laki dan 31 perempuan) berpartisipasi dalam terapi menelan konvensional
(50 menit sehari selama 3 hari per minggu). Skala asupan oral fungsional
(FOIS) dan sistem penilaian fungsi menelan (SFSS) digunakan untuk
menentukan efektivitas terapi menelan. Skor FOIS dan SFSS sebelum sesi
terapi pertama dan setelah sesi terapi terakhir dibandingkan menggunakan
berpasangan.
8. Hasil Penelitian
Hasil. Usia rata-rata pasien adalah 69:5 ± 15:35 tahun. Periode dari onset
stroke hingga sesi terapi menelan yang pertama adalah 7:5 ± 6:69 hari.
Jumlah terapinya 5:6 ± 2:83 sesi. Peserta menunjukkan peningkatan
signifikan dari FOIS (skor rata-rata meningkat dari 1,74 menjadi 3,30 poin, P
= 0:001) dan SFSS (skor rata-rata meningkat dari 2,51 menjadi 3,68 poin, P =
0:001). Empat puluh dua persen pasien dengan perubahan ketergantungan
tabung terhadap total asupan oral. Kesimpulan. Terapi menelan konvensional
adalah pengobatan yang efektif pada stroke akut dengan disfagia.
9. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal dalam bidang keperawatan
a) Kelebihan
- Teknik mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat taupun
biaya
- Terdapat perbandingan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dalam penelitian sehingga terlihat hasil
atau perbedaanya.

b) Kekurangan
- Pada jurnal ini tidak dijelaskan secara rinci bagaimana
melakukan tekniknya, sehingga pembaca perlu reverensi lain
untuk mengetahuinya
- di dalam penelitian juga belum dijelaskan waktu dan
frekuensi dilakukannya dalam sehari berapa kali
- kata-katanya terlalu berbelit-belit sehingga pembaca perlu
reverensi lain untuk mengetahuinya
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Bayu Fandhi dkk. 2017. Perbedaan Efektivitas Terapi Menelan Berdasarkan
Karakteristik Demografi Pasien Disfagia Stroke. Volume 1 (2) Juli 2017, Jurnal
Keperawatan Klinis dan Komunitas. Departemen Keperawatan Dasar dan Emergensi,
Fakultas Kedokteran, KesehatanMasyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah
Mada

Jongprasitkul Hathaya dkk. 2020. Effectiveness of Conventional Swallowing Therapy


in Acute StrokePatients with Dysphagia. Hindawi Rehabilitation Research and
Practice Volume 2020, Article ID 2907293, 5
pageshttps://doi.org/10.1155/2020/2907293. Department of Rehabilitation Medicine,
Faculty of Medicine, Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand

Yemina, Loritta . 2020. Pengaruh Kegiatan Mengunyah Terhadap Asupan Nutrisi


Dan Lama Perbaikan Fungsi Menelan Pada Pasien Stroke Dengan Disfagia.
JURNAL JSS Vol. 3. No. 1 Januari-Juni 2020, hal. 28~37 p-ISSN : 2621-136x.
Universitas Indonesia, Depok 16424

Anda mungkin juga menyukai