Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Stroke merupakan penyakit multi-faktorial dengan berbagai jenis penyebab


yang disertai manifestasi klinis mayor dan penyebab utama terjadinya kecacatan
dan kematian di negara-negara berkembang (Kabi dkk, 2015). Di Amerika
Serikat, stroke merupakan penyakit keempat yang menyebabkan kematian, setelah
penyakit jantung, kanker dan pernapasan bawah kronis, serta merupakan
penyebab umum dari kelumpuhan seumur hidup pada sebagian orang dewasa di
seluruh dunia (Baghshomali dan Bushnell, 2014)
Statistik terbaru 2014 dari American Heart Association (AHA) penyakit
jantung dan stroke menunjukkan bahwa tingkat kematian relatif karena stroke
yaitu 35,8%, yang sebenarnya pada tahun 2000 - 2010 jumlahnya lebih rendah
yaitu 22,8%. Setiap tahunnya terdapat 795.000 kasus stroke baru atau berulang di
Amerika Serikat yang terdiri dari 610.000 serangan pertama dan 185.000 serangan
berulang. Satu dari 19 kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh stroke. Di
Amerika Serikat tercatat hampir setiap 40 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4
menit terjadi kematian akibat stroke. (Baghshomali dan Bushnell, 2014).
Stroke atau Cerebrovasculer accident (CVA) menyebabkan berbagai defisit
neurologik, bergantung pada lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral. Gejala defisit neurologik dapat berupa
kesulitan berbicara, perubahan status mental, gangguan penglihatan, sakit kepala,
pusing, kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi (Abdillah
dkk, 2015). Selain itu, pasien dengan stroke akan mengalami gangguan-gangguan
yang bersifat fungsional. Gangguan sensoris dan motorik post stroke
mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan
fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik dan sensorik. Fungsi
yang hilang akibat gangguan kontrol motorik pada pasien stroke mengakibatkan
hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh dan postur
(kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu) (Harahap, 2015).
Penyebab stroke ada 2 macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah
(trombus) dan adanya pembuluh darah yang pecah. Umumnya stroke diderita oleh
orang tua, karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan
menyempit dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah (Noviyanti,
2014). Menurut Davenport dan Dennis, secara garis besar stroke dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara barat
dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik
sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Stroke iskemik adalah
tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya
aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak
(Kabi dkk, 2015).
Penderita dengan stroke iskemik adalah penderita dengan tanda gangguan
neurologik fokal yang disebabkan karena obstruksi atau penyempitan pembuluh
darah arteri otak yang disebut aterosklerosis. Salah satu penyebab dari
penyempitan pembuluh darah adalah dislipidemia, yaitu kelainan fraksi lipid yang
ditandai kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserid, serta
penurunan kadar kolesterol HDL (Teguh, 2011).
Dislipidemia adalah utama faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular.
Beberapa penelitian mendapatkan hubungan antara tingkat lipid serum dan
outcome dari pasien dengan stroke iskemik (Tian dkk, 2014). Pada penelitian
pencegahan Alpha-Tocopherol Beta-Carotene Cancer (ATBC), terhitung >28.000
perokok pria, dengan risiko infark serebral meningkat pada orang-orang dengan
kadar kolesterol total ≥ 7 mmol/L (≥271 mg/dL). Pada Asia Pacific Cohort
Studies Collaboration (APCSC), terdapat 352.033 orang, yang diantaranya 25%
(95% CI, 13-40) mengalami peningkatan stroke iskemik untuk setiap kenaikan 1-
mmol/L (38,7 mg/dL) kolesterol total (Meschia dkk, 2014).
Menurut hasil penelitian Teguh dkk., 2011, pada analisis bivariat kadar lipid
mempunyai hubungan bermakna dengan aterosklerosis pada pasien pasca stroke
iskemik adalah kadar kolesterol total (p=0,003) dan kadar LDL (p=0,006). Sesuai
dengan penelitian The Asia Pacific Cohort Studies Collaboration yang diikuti
352.033 orang, dijumpai peningkatan stroke iskemik sebesar 25% setiap kenaikan
kolesterol total sebesar 1 mmol/L (38,7 mg/dl). The Eurostroke project yang
diikuti 22.183 orang menemukan kenaikan stroke iskemik sebesar 6% setiap
kenaikan kolesterol total sebesar 1 mmol/L. Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh The stroke prevention by aggresive reduction in colesterol levels
(SPARCL) tahun 2006, pada orang paska stroke iskemik atau TIA dengan level
kolesterol LDL 100 sampai 190 mg/dl kalau tidak mendapat pengobatan akan
mengalami kejadian stroke ulang sebesar 13,1% dan yang mendapat pengobatan
mengalami kejadian stroke ulang sebesar 11,2%.
Menurut Katzung dan Trevor, 2015, obat yang digunakan pada
hiperlipidemia: competitive inhibitors of HMG-COA reduktase (reduktase
inhibitors: “statins”) merupakan golongan obat yang paling efektif dalam
mengurangi LDL. Efek lainnya yaitu mengurangi oksidatif stres dan inflamasi
pembuluh darah dengan peningkatan stabilitas lesi aterosklerotik. Fibric acid
derivatives (fibrates) merupakan golongan penurun VLDL dan juga LDL pada
beberapa pasien. Niacin (nicotinic acid) merupakan penurun tingkat trigliserida
dan LDL, dan Lp (a) pada sebagian besar pasien. Sering meningkatkan kadar
HDL secara signifikan. Bile acid-binding resins berfungsi hanya untuk
meningkatkan isolated pada LDL. Inhibitors of intestinal sterol absorption
berfungsi menghambat absorpsi pitosterol dan kolesterol. Efek utama klinisnya
pengurangan kadar LDL.
Pada Stroke Prevention by Aggressive Reduction in Cholesterol Levels
(SPARCL) trial, memberikan bukti langsung tentang peran statin dalam
pencegahan stroke sekunder. Pada SPARCL yang dilakukan secara acak pada
4.731 pasien dengan stroke atau serangan iskemik transien dan baseline LDL 100
- 190 mg/dL untuk atorvastatin 80 mg dibandingkan plasebo mulai 1 sampai 6
bulan. Lebih dari median follow-up selama 5 tahun, atorvastatin dikaitkan dengan
pengurangan mutlak ≈2 % total risiko stroke berulang (13,1% vs 11,2%), dengan
penurunan relative risk (RR) dari 16% (Yaghi dan Elkind, 2015). Pada Veterans
Affairs-HDL Intervention Trial (VA-HIT) diantara laki-laki dengan penyakit arteri
koroner dan laki-laki dengan HDL-C rendah, benzofibrate memberikan
pengurangan 31% pada risiko stroke (P = 0,036). Baru-baru ini diterbitkan
Improved Reduction of Outcomes: Vytorin Efficacy International Trial
(IMPROVE-IT) yang menunjukkan bahwa penambahan ezetimibe 10 mg sehari
untuk simvastatin 40 mg sehari mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam
risiko stroke (rasio hazard, 0,86; 95% CI, 0,73-1,00) (Yaghi dan Elkind, 2015).
Uraian diatas menjelaskan bahwa penggunaan obat antihiperlipidemia pada
pasien stroke iskemik sangat berkaitan erat dengan keterulangan kejadian stroke
dan pencapaian kesembuhan yang diterima pasien. Penelitian ini dilakukan secara
deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif di RSU. Dr. Saiful Anwar
Malang untuk mengetahui serta mempelajari pola penggunaan antihiperlipidemia
pada penderita stroke iskemik. Selain itu penelitian ini juga dilakukan untuk
mengetahui terapi lain yang digunakan pasien selain neuroprotektan,
antihipertensi dan antiplatelet, serta mengetahui adanya interaksi obat pada
penderita stroke iskemik.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan antihiperlipidemia pada penderita stroke


iskemik di RSU. Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penelitian


- Memahami pola penggunaan antihiperlipidemia yang diterima pasien stroke
iskemik di RSU. Dr. Saiful Anwar Malang
- Mengkaji terapi antihiperlipidemia terkait jenis, dosis, rute, interval
pemberian, frekuensi dan lama penggunaan terapi yang dikaitkan data klinik
dan laboratorium pasien.

1.4 Manfaat Penelitian


(1) Sebagai bahan informasi bagi pengembangan pelayanan farmasi klinik
(2) Sebagai informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya tentang penggunaan
obat antihiperlipidemia pada pasien stroke iskemik
(3) Sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam pelayanan
pemberian terapi yang optimal berdasarkan pharmaceutical care
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stroke

Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak


mengalami gangguan karena adanya robekan atau sumbatan pada pembuluh darah
arteri yang menuju otak, sehingga nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak
terpenuhi dengan baik, pada akhirnya menyebabkan hilangnya sensasi, gerakan
volunteer atau bagian tubuh (Noviyanti, 2014). Stroke merupakan tanda klasik
sebagai defisit neurologis yang dikaitkan dengan cedera fokal akut sistem saraf
pusat (SSP) karena vaskular, termasuk infark cerebral, perdarahan intraserebral,
dan perdarahan subarachnoid, dan merupakan penyebab utama kecacatan dan
kematian di seluruh dunia (Sacco dkk, 2013).

2.2 Epidemiologi

Menurut data tahun 2012 dari BRFSS (CDC), 2,9% laki-laki dan 2,9 %
perempuan usia ≥18 tahun memiliki riwayat penyakit stroke; 3,0% dari bukan ras
kulit putih, 3,8 % dari bukan ras kulit hitam, 1,9 % dari Asia/Kepulauan Pasifik,
1,8 % dari ras apapun, 5,8 % dari American Indian/Pribumi Alaska, dan 4,1 %
dari ras lain atau orang multiras memiliki riwayat penyakit stroke (Go dkk, 2014).

Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan


kanker. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita
kelumpuhan sebagian maupun total. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroksi)
menyebutkan bahwa 63,52 per 100.000 penduduk Indonesia berumur di atas 65
tahun diperkirakan terkena stroke. Survey ASEAN Neurological Association
(ASNA) penelitian di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia menyebutkan bahwa
penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun
cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65
tahun 33,5% (Harahap, 2015).
Di negara barat dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan
jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik (Kabi
dkk, 2015). Setiap tahun di Amerika Serikat, > 690.000 orang dewasa mempunyai
riwayat stroke iskemik. Morbiditas paling besar stroke iskemik adalah hasil dari
interaksi antara hasil konsekuensi penurunan neurologis, emosional dan sosial
yang menunjukkan kemunduran secara fungsional dan beresiko tinggi untuk
kambuh. Sejumlah besar orang dewasa AS, diperkirakan 240.000 orang akan
mengalami transient ischemic attack (TIA) (Kernan dkk, 2014).

2.3 Etiologi dan Klasifikasi

Penyebab tersering terjadinya stroke adalah penyakit degeneratif arterial, baik


aterosklerosis pada pembuluh darah besar (dengan tromboemboli) maupun
penyakit pembuluh darah kecil (lipohialinosis) (Astutik dkk, 2013).

Stroke bisa berupa iskemik atau hemoragik (87% dan 13%, masing-masing, dari
semua stroke dalam laporan American Heart Association 2009). 1,4 Klasifikasi
stroke dengan mekanisme diberikan pada Gambar 27-1. Stroke hemoragik
termasuk perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral, dan hematoma
subdural. Perdarahan subarachnoid terjadi ketika darah memasuki ruang
subarachnoid (di mana cairan serebrospinal ditempatkan) karena baik trauma,
pecahnya aneurisma intrakranial, atau pecahnya malformasi arteri (AVM).
Sebaliknya, perdarahan intraserebral terjadi bila pembuluh darah pecah di dalam
parenkim otak itu sendiri, yang mengakibatkan pembentukan hematoma. Jenis
perdarahan sangat sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol dan terapi kadang-kadang antitrombotik atau trombolitik. Hematoma
subdural lihat koleksi darah di bawah dura (meliputi otak), dan mereka
disebabkan paling sering oleh trauma. Stroke hemoragik, meskipun kurang umum,
secara signifikan lebih mematikan daripada stroke iskemik, dengan 30-hari tingkat
fatalitas kasus yang dua sampai enam kali lebih tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, I.L., Siwi, S.M., dan Dewi, A. K., 2015. Motion and spirit: kombinansi
penggunaan musik tradisional Jawa dengan penyembuhan spiritual sebagai
salah satu bentuk terapi komplementer bagi pasien stroke di kabupaten
Sleman provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BIMIKI, Vol.3 No.1, p. 1-
11.
Sacco, R.L., Kasner, S.E., Broderick, J.P., Caplan, L.R., Connors, J.J., Culebras,
A., Elkind, M.S.V., George, M.G., Hamdan, A.D., Higashida, R.T., Hoh,
B.L., Janis, L.S., Kase, C.S., Kleindorfer, D.O., Lee, J-M., Moseley, M.E.,
Peterson, E.D., Turan, T.N., Valderrama, A.L., Vinters, H.V., 2013. An
updated definition of stroke for the 21st century: a statement for healthcare
professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. Vol. 44, p. 2064-2089.
Baghshomali, S. and Bushnell, C., 2014. Reducing stroke in women with risk
factor management: blood pressure and cholesterol. Womens Health, Vol.
10 No. 5, p. 535-544.
Go, A.S., Mozaffarian, D., Roger, V.L., Benjamin, E.J., Berry, J.D., Blaha, M.J.,
Dai, S., Ford, E.S., Fox, C.S., Franco, S., Fullerton, H.J., Gillespie, C.,
Hailpern, S.M., Heit, J.A., Howard, V.J., Huffman, M.D., Judd, S.E.,
Kissela, B.M., Kittner, S.J., Lackland, D.T., Lichtman, J.H., Lisabeth, L.D.,
Mackey, R.H., Magid, D.J., Marcus, G.M., Marelli, A., Matchar, D.B.,
McGuire, D.K., Mohler, E.R. 3rd, Moy, C.S., Mussolino, M.E., Neumar,
R.W., Nichol, G., Pandey, D.K., Paynter, N.P., Reeves, M.J., Sorlie, P.D.,
Stein, J., Towfighi, A., Turan, T.N., Virani, S.S., Wong, N.D., Woo, D.,
Turner, M.B., 2014. Heart disease and Stroke Statistics – 2014 Update A
Report From the American Heart Association. Circulation, Vol. 129 No. 3,
p. e28–e292.
Harahap, Z., 2015. Pengaruh latihan (ROM) pasif terhadap kekuatan otot
ekstremitas pada pasien stroke di ruang RA4 RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2014. PANNMED, Vol. 9 No. 3, p. 206-209.
Kabi, G.Y.C.R., Tumewah, R., dan Kembuan, M.A.H.N., 2015. Gambaran faktor
risiko pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap neurologi RSUP
Prof. DR. R. D. Kandou Manado periode juli 2012 – juni 2013. e-Clinic,
Vol. 3 No. 1, p. 457-462.
Katzung, B.G., 2015. Basic & Clinical Pharmacology, Ed. 13th, San Francisco :
McGraw-Hill Education, pp. 603-613.
Kernan, W.N., Ovbiagele, B., Black, H.R., Bravata, D.M., Chimowitz, M,I.,
Ezekowitz, M.D., Fang, M.C., Fisher, M., Furie, K.L., Heck, D.V.,
Johnston, S.C., Kasner, S.E., Kittner, S.J., Mitchell, P.H., Rich, M.W.,
Richardson, D., Schwamm, L.H., and Wilson, J.A., 2014. Guidelines for the
prevention of stroke in patients with stroke and transient ischemic attack: a
guideline for healthcare professionals from the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke.Vol. 45, p. 2160–2236.
Meschia, J.F., Bushnell C., Boden-Albala B., Braun, L.T., Bravata, D.M.,
Chaturvedi, S., Creager, M.A., Eckel, R.H., Elkind, M..S.V., Fornage, M.,
Goldstein, L.B., Greenberg, S.M., Horvath, S.E., Iadecola, C., Jauch, E.C.,
Moore, W.S., and Wilson, J.A., 2014. Guidelines for the primary prevention
of stroke a statement for healthcare professionals from the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke, Vol. 45, p. 1-90
Noviyanti, R.D., 2014. Faktor risiko penyebab meningkatnya kejadian pada stroke
pada usia remaja dan produktif. PROFESI, Vol. 2, p. 52-56.
Teguh, H., 2011. Hubungan kadar apolipoprotein b dengan aterosklerosis arteri
karotis interna pada pasien pasca stroke iskemik. Semarang: Tesis Program
Pascasarjana
Teguh, H., Retnaningsih, dan Widiastuti, MI., 2011. Kadar apolipoprotein B dan
Aterosklerosis arteri karotis interna pada pasien pasca stroke iskemik.
Media Medika Indonesiana, Vol. 45 No. 2, p. 125- 132.
Tian, X., Tao, Z.J., Mei, Y., Huan, Z., Qing, L.W., Yan, K., Tan, X., and Hong,
Z.Y., 2014. Dyslipidemia and outcome in patients with acute ischemic
stroke. Biomed Environ Sci, Vol. 27 No. 2, p. 106-110
Yaghi, S., and Elkind, M.S.V., 2015. Topical review: lipids and cerebrovascular
disease (research and practice). Stroke, Vol. 46, p. 3322-3328.

Anda mungkin juga menyukai