Anda di halaman 1dari 26

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR

DI RSUD SLEMAN

Disusun Oleh :

MERRY

203203046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XV

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI


YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR FEMUR

DI RSUD SLEMAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Merry)

Pembimbing Akademik

(Deby Zulkarnain, S.Kep, Ns, MMR)

DEMAM TYPHOID
A. DEFINISI

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan


infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kuman Salmonella ( Brunner and Sudart, 2007 ).
Typhus abdominalis atau demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada
anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Price A. Sylvia &
Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan
terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada saluran cerna dan
gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2009: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Disebabkan
salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan
dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2010: 1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di selaput
lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu jaringan di seluruh
tubuh.(Tambayong, 2011: 143).
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi.( Ovedoff, 2011: 514)
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasa mengenai saluran
pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi lebih dari 1
minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran Demam tifoid
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa tunas 6 – 14 hari. Sedangkan
typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih
ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan enteritis akut. (FKUI,
2014)

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Salmonella typhi. Infeksi umumnya
diperoleh dari makanan atau air yang terkontaminasi bakteri dari tinja yang
terinfeksi (Valman, 2006).
Etiologi penyakit demam typhoid menurut Rampengan (2008) disebabkan
oleh infeksi kuman Salmonella typhos atau Eberthella typhosa yang merupakan
kuman gram negative, motil dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup
baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta
mati pada suhu 70˚c ataupun oleh antiseptik. Sampai saat ini, diketahui bahwa
kuman ini hanya menyerang manusia.
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar).
b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flgela dan bersifat termolabil.
c. Antigen V1 = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut agglutinin. Salmonella
typhosa juga memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi
terhadap multiple antibiotic.

Ada 3 spesies utama, yaitu :


a. Salmonella typhosa (satu serotipe).
b. Salmonella choleraesius (satu serotipe).
c. Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe).
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai


anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu:
pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzimenzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
a) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).
b) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).
c) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kardia.
b) Fundus.
c) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting:
a) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b) Asam klorida(HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
4. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang membantu melarutkan
pecahanpecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Otot yang meliputi usus halus
mempunyai 2 lapisan. Lapisan luar: terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang
lebih tipis dan lapisan dalam: merupakan serabut sirkuler untuk membantu
gerakan peristatik. Lapisan sub mukosa terdiri atas jaringan penyambung,
sedangkan mukosa bagian dalam tebal, banyak mengandung pembulu darah dan
kelenjar.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ peritoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya
sel goblet dan plak peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum, jejunum dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
Dinding usus terdiri atas 4 lapisan dasar: lapisan paliang luar (lapisan serosa),
dibentuk oleh peri tonium. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan pariental
dan lapisan yang terletak antara lapisan ini dinamakan rongga peritoneum.
Nama khusus yang telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum, antara
lain:
a. Mesentrium merupakan lipatan peritoneum yang lebar mengantung
jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen dan memungkinkan
usus bergerak leluasa. Masentrium menyokong pembulu darah dari limfe
yang mensuplai usus.
b. Omentum mayus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung
dari kurvatura mayor lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen
omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu rongga peritoneum (melindungi) dari infeksi.
c. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari
kurvatura minor lambungdan bagian atas duodenum menuju kehati. Salah
satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah pergerakan antara organ-
organ yang berdekatan dengan mensekresi cairan serosa sebagai pelumas.

ANATOMI SISTEM PENCERNAAN


D. TANDA DAN GEJALA

Menurut ngastiyah (2005), demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada
orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya
ditemukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala lain yang juga dapat ditemukan pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,
kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi
karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik
oleh obat maupun oleh zat anti.
Soedarto (2007) mengemukakan bahwa manifestasi klinis klasik yang umum
ditemui pada penderita demam typhoid biasanya disebut febris remitter atau demam
yang bertahap naiknya dan berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan dengan
perincian :
1. Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang lemah bersifat dikrotik,
dengan denyut nadi 80-100 per menit.
2. Minggu kedua, suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak
kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa dapat
diraba.
3. Minggu ketiga, jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan
berkurang. Jika keadaan memburuk : penderita mengalami delirium, stupor, otot-
otot bergerak terus, terjadi inkontinensia alvi dan urine. Selain itu terjadi
meteorisme dan timpani, dan tekanan perut meningkat, disertai nyeri perut.
Penderita kemudian kolaps, dan akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya
degenerasi mikardial toksik.
4. Minggu keempat, bila keadaan membaik, penderita akan mengalami
penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia
lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

E. PATOFISIOLOGI
Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu ;
1) Food
2) Fingers
3) Fomitus
4) Fly
5) Feses
Fases dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan bakteri
Salmonella typhi kepada orang lain. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan, makanan yang tercemar bakteri
Salmonella typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
bakteri masuk ke dalam lambung, sebagian bakteri akan dimusnahkan oleh
asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan
mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini bakteri berkembang
biak, lallu masuk ke aliran darah (bacteremia primer) dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk kedalam
darah (bakterimia sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas
Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan perforasi usus.
Pada masa bakterimi ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang mempunyai
peran membantu proses peradangan local dimana bakteri ini berkembang.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada pathogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokak pada pathogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi
local pada usus halus. Demam disebabkan oleh Salmonella typhi dan
endotoksinnya merangsan sintesi dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan
mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala
demam.
PATHWAYS
Kuman Salmonela

5f (food, fingers, fomitus, fly, feses)

Mulut

Kuman Mati Lambung (Hcl) Hidup

Usus halus bagian distal

Kuman menularkan

Bakteriema primer

Difagosit Tidak difagosit

Mati Bakterimema sekunder

Pembuluh darah kapiler Usus halus Hipotalamus Hepar


Peradanga Menekan Hepotasplenomegali
Trombofeliti miokarditis Mal absorbsi Termoregule Endotoksin
Nutrien Hipertermi Merusak hepar
Hiperperistaltik usus Mual, muntah Cepat lelah Hapatitis
Anoreksia
Diare
Intake tidak Intoleransi Bedrest
adikuat aktifitas
Kebutuhan Konstipasi
nutrisi
kurang dari
kebutuhan Reinteraksi Komplikasi usus
tubuh

Intestinal Ekstraintestinal
Haluan Cairan - Perdarahan usus - Pneumonia
- Peritonitis - Meningitis

Gangguan keseimbangan cairan


kurang dari kebutuhan tubuh
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi:
1. Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan
leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat
terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula
ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis
leukosit demam typhoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan
khusus.
2. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi
hasil negative tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Telah mendapat terapi antibiotik.
b. Volume darah yang timbul kurang.
c. Riwayat vaksinasi.
3. Uji Widal.
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella
typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman
salmonella typhi dengan antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita tersangka typhoid yaitu :
a. Aglutinin O (dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (flagella kuman).
c. Aglutinin Vi (sampai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan.
Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :
a. Pengobatan dini dengan antibiotik.
b. Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid.
c. Waktu pengambilan darah.
d. Darah endemik atau non endemik.
e. Riwayat vaksinasi.
f. Reaksi anamnestik.
g. Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin silang dan
strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.

G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksanaan demam typhoid secara medis menurut Ngastiyah (2005) antara
lain:
a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta.
b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah, anoreksia.
c. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh
berdiri kemudian berjalan di ruangan.
d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahkan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari, bila kesadaran pasien
menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran
dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
e. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok diberikan
obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis
tinggi, yaitu 100 mg/kg berat badan/hari (makanan 2 gram per hari),
diberikan empat kali sehari per oral atau intravena. Pemberian
kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu
perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin
pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan.
f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila
terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena.
Medikasi yang digunakan untuk demam typhoid menurut Rampengan
(2008) selain kloramfenikol, obat-obat antimikroba yang sering digunakan
antara lain:
a. Tiamfenikol: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.
b. Kotrimoksasol: 6-8 mg/ kg berat badan/ hari.
c. Ampisilin: 100-200 mg/kg berat badan/ hari.
d. Amoksilin: 100 mg/ kg berat badan/ hari.
e. Sefriakson: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari.
f. Sefotaksim: 150-200 mg/ kg berat badan/ hari.
g. Siprofloksasin: 2 x 200-400 mg oral (usia kurang dari 10 tahun).
2. Keperawatan
Penatalaksanaan demam typhoid ditinjau dari segi keperawatan menurut
Ngastiyah (2005), adalah Pasien typhoid harus dirawat di kamar isolasi yang
dilengkapi dengan peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit
menular seperti desinfektan mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot
atau urinal bekas pakai pasien. Yang merawat atau sedang menolong pasien
agar memakai celemek.
Masalah pasien typhoid yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.
Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik
sampai spoorokoma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam
lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau cairan
sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan
berkurang pula, dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu,
pasien typhoid menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus
halus sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan ialah
makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan
tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien.

1) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan lunak dengan


lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang
dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang
atau matang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas atau lebih, jika
makanan tidak habis diberikan ekstra susu.
2) Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per
sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap
3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau
yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih secara
bertahap ke lunak.
3) Jika pasien menderita delirium, dipasang infus dengan cairan glukosa
dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde di
samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya
merupakan setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus.
Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, beralih ke makanan
biasa.
b. Gangguan suhu tubuh.
Pasien tifus abdominalis menderita demam lama, pada kasus yang
khas demam dapat sampai 3 minggu. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
kondisi tubuh lemah, dan mengakibatkan kekurangan cairan, karena
perspirasi yang meningkat. Pasien dapat menjadi gelisah, selaput lendir
mulut dan bibir menjadi kering dan pecah-pecah.
Penyebab demam, karena adanya infeksi basil Salmonella typhosa,
maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya
secara adekuat, istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu
lagi, kemudian mobilisasi bertahap. Jika pasien diberikan makanan melalui
sonde, obat dapat diberikan bersama makanan tetapi berikan pada
permulaan memasukkan makanan, jangan dicampur pada semua
makanannya atau diberikan belakangan karena jika pasien muntah obat
akan keluar sehingga kebutuhan obat tidak adekuat.
Ruangan diatur agar cukup ventilisi. Untuk membantu, menurunkan
suhu tubuh yang biasanya pada sore hari dan malam hari lebih tinggi jika
suhu tinggi sekali cara menurunkan lihat pada pembahasan tentang
hiperpireksia. Di samping kompres berikan pasien banyak minum boleh
sirup, teh manis, atau air kaldu sesuai kesukaan anak.
Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan
suhu lebih lancar. Jika menggunakan kipas angin untuk membantu
menurunkan suhu usahakan agar kipas angin tidak langsung kearah tubuh
pasien.
c. Gangguan rasa aman dan nyaman.
Gangguan rasa aman dan nyaman pasien typhoid sama dengan
pasien lain, yaitu karena penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat
tidur, jika ia sudah dalam penyembuhan. Khusus pada pasien typhoid,
karena lidah kotor, bibir kering, dan pecah-pecah menambah rasa tak
nyaman disamping juga menyebabkan tak nafsu makan. Untuk itu pasien
perlu dilakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin
(krim) dengan sering dan sering berikan minum. Karena pasien apatis
harus lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi. Jika pasien dipasang
sonde perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan
minum agar selaput lendir mulut dan tenggorok tidak kering. Selain itu
sebagai akibat lama berbaring setelah mulai berjalan harus mulai dengan
menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil duduk di pinggir tempat
tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambil berpegangan.
Katakan bahwa gangguan itu akan hilang setelah 2-3 hari mobilisasi.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.

2. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,

dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa

inkubasi).

3. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu,

bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama

suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi

hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,

pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur

turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

4. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak beberapa

dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah

(kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Di

samping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung

dan anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan

karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu

pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis

pada anak besar.

5. Pemeriksaan fisik

1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (Cated tongue),

sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai

tremor.
2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus). Bisa

terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

6. Pemeriksaan laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis

relative, dan aneosiniofilia pada permulaan sakit.

2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

3) Bukan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah

pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan

dalam urin dan feces.

4) Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah liter zat anti

terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan

kenaikan yang progresif (Nursalam, 2005).


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh atau hipertermi berhubungan dengan infeksi

Salmonella Typhi.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fisik / bedrest.

4. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah).

5. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya

cairan dan serat dalam tubuh.

C. RENCANA TINDAKAN

N Diagnosa Noc Nic

O Keperawatan
1. Peningkatan NOC : suhu tubuh 1. Berikan penjelasan kepada klien

suhu tubuh atau normal/terkontrol. dan keluarga tentang peningkatan

hipertermi Kriteria hasil: Pasien suhu tubuh R/ Agar klien dan

berhubungan melaporkan peningkatan keluarga mengetahui sebab dari

dengan infeksi suhu tubuh Mencari peningkatan suhu dan membantu

Salmonella pertolongan untuk mengurangi kecemasan yang timbul.

Typhi. pencegahan peningkatan 2. Anjurkan klien menggunakan

suhu tubuh. Turgor kulit pakaian tipis dan menyerap keringat

membaik. R/ Untuk menjaga agar klien merasa

nyaman, pakaian tipis akan

membantu mengurangi penguapan

tubuh.

3. Batasi pengunjung R/ Agar klien


merasa tenang dan udara di dalam

ruangan tidak terasa panas.

4. Observasi TTV tiap 4 jam sekali

R/ Tanda-tanda vital merupakan

acuan untuk mengetahui keadaan

umum pasien.

5. Anjurkan pasien untuk banyak

minum,  2,5 liter / 24 jam. R/

Peningkatan suhu tubuh

mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan yang banyak.

6. Memberikan kompres air biasa. R/

Untuk membantu menurunkan suhu

tubuh.

7. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian tx antibiotik dan

antipiretik 31 R/ Antibiotik untuk

mengurangi infeksi dan antipiretik

untuk menurangi panas.


2. Gangguan NOC :Pasien mampu 1. Jelaskan pada klien dan

pemenuhan mempertahankan kebutuhan keluarga tentang manfaat

nutrisi kurang nutrisi adekuat makanan/nutrisi. R/ Untuk

dari kebutuhan Kriteria hasil: meningkatkan pengetahuan

tubuh 1. Nafsu makan klien tentang nutrisi sehingga

berhubungan meningkat motivasi untuk makan


dengan 2. Pasien mampu meningkat.

anoreksia. menghabiskan 2. Timbang berat badan klien

makanan sesuai setiap 2 hari. R/ Untuk

dengan porsi yang mengetahui peningkatan dan

diberikan penurunan berat badan.

3. Beri nutrisi dengan diet

lembek, tidak mengandung

banyak serat, tidak

merangsang, maupun

menimbulkan banyak gas dan

dihidangkan saat masih

hangat. R/ Untuk

meningkatkan asupan

makanan karena mudah

ditelan.

4. Beri makanan dalam porsi

kecil dan frekuensi sering. R/

Untuk menghindari mual dan

muntah.

5. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian antasida dan

nutrisi parenteral. R/ Antasida

mengurangi rasa mual dan

muntah.

6. Nutrisi parenteral dibutuhkan

terutama jika kebutuhan


nutrisi per oral sangat kurang.
3. Intoleransi Kriteria hasil: 1. Kaji respon klien terhadap aktifitas

aktivitas - Kebutuhan personal R/ Untuk mengetahui perubahan

berhubungan terpenuhi yang terjadi pada klien dalam

dengan - Dapat melakukan keluhan kelemahan, keletihan yang

kelemahan/fisi gerakkan yang bermanfaat berkenaan dengan aktifitas.

k / bedrest. bagi tubuh. 2. Anjurkan klien untuk istirahat R/

- Memenuhi AKS dengan Dengan istirahat dapat mempercepat

teknik penghematan energi. pemulihan tenaga untuk beraktifitas,

klien dapat rileks.

3. Bantu dalam pemenuhan aktifitas

sehari-hari sesuai kebutuha R/ Dapat

memberikan rasa tenang dan aman

pada klien karena kebutuhan aktifitas

sehari-hari dapat terpenuhi dengan

bantuan keluarga dan perawat.

4. Tingkatkan aktifitas secara

bertahap R/ Aktifitas sedikit demi

sedikit dapat dilakukan oleh para

klien sesuai yang diinginkan,

meningkatkan proses penyembuhan

dan kemampuan koping emosional.


4. Gangguan NOC : Tidak terjadi a. Berikan penjelasan tentang

keseimbangan gangguan keseimbangan pentingnya kebutuhan cairan pada

cairan kurang cairan pasien dan keluarga. R/ Untuk

dari kebutuhan Kriteria hasil: mempermudah pemberian cairan

tubuh - Turgor kulit meningka. (minum) pada pasien.


berhubungan - Wajah tidak nampak pucat b. Observasi pemasukan dan

dengan pengeluaran cairan. R/ Untuk

pengeluaran mengetahui keseimbangan cairan.

cairan yang c. Anjurkan pasien untuk banyak

berlebihan minum,  2,5 liter / 24 jam. R/ Untuk

(diare/muntah). pemenuhan kebutuhan cairan.

d. Observasi kelancaran tetesan

infuse. R/ Untuk pemenuhan

kebutuhan cairan dan mencegah

adanya edema.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk

terapi cairan (oral / parenteral). R/

Untuk pemenuhan kebutuhan cairan

yang tidak terpenuhi (secara

parenteral).
5. Gangguan pola NOC : Tidak terjadi a. Monitor Tanda-Tanda Vital. R/

eliminasi gangguan pada pola Untuk mengetahui perkembangan

(konstipasi) eliminasi BAB kondisi klien.

berhubungan Kriteria hasil: b. Anjurkan klien untuk sering

dengan - Klien dapat BAB secara minum air putih yang banyak. R/

kurangnya rutin yaitu 1x sehari seperti Supaya masukan cairan adekuat

cairan dan serat biasa. membantu mempertahankan

dalam tubuh. - Tidak teraba massa pada konsistensi feses yang sesuai pada

abdomen. usus dan membantu eliminasi.

c. Anjurkan klien untuk makan

makanan berserat. R/ Karena diet


seimbang tinggi kandungan serat

merangsang peristaltik dan eliminasi

regular. d. Berikan huknah gliserin

untuk membantu mempermudah

BAB

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. EGC. Jakarta.

Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik pada Anak: Edisi. 2. EGC. Jakarta.

Rohim Abdul.2002 . Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan: Edisi 1. Jakarta.
Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak: Edisi 2. Jakarta.

M,Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak: Edisi 1. Jakarta

S.Poorwo Soedarmo, Sumarmo. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Anak. Jakarta.

Valman Bernad. 2006. Gangguan & Penyakit Yang Sering Menyerang Anak Serta Cara
Mengatasinya: Edisi pertama. Yogyakarta.

W. Sudoyo. Aru. 2006 Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai