Dosen pembimbing:
DR. ANDI DARUSSALAM, M.Ag.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Selain al-Quran al-Karim, hadis Nabi Saw. juga termasuk sumber ajaran yang
wajib bagi umat Islam. Oleh karena itu, jika pemahaman terhadap al-Quran itu wajib
atau penting, maka hal serupa juga harus berlaku terhadap hadis Nabi Saw. karena
Untuk memahami isi kandungan hadis berbeda dengan cara memahami al-
Quran. Jika dalam memahami al-Quran membutuhkan syarat dan teknik tertentu,
maka demikian pula halnya dengan usaha untuk memahami isi serta maksud dari
hadis Rasulullah Saw. Hal ini dikupas dan dikaji dalam suatu bidang ilmu hadis yang
kandungan, atau pesan hadis dan disiplin ilmu lain. 1 Jadi metode pemahaman hadîts,
Tentu saja dalam memahami isi, kandungan, dan maksud dari suatu hadis
para ulama di kalangan umat muslim berbeda pandangan. Dalam buku “Filsafat Ilmu
pembahasan secara ekplisit mengenai kedua hal tersebut dapat kita temukan dalam
1Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan), (Yogyakarta: Center for
Educational Studies and Development (CESaD) YPI Al-Rahmah. 2001)
2 Abustani Ilyas, Laode Ismail Ahmad, Filsafat Ilmu Hadis, (Cet. I, Zadahaniva, 2011) h.
159
2
2
Dalam kajian tafsir al-Quran ada empat metode tafsir yang digunakan dalam
mengkaji al-Quran yang juga digunakan oleh para pensyarah hadis dalam memahami
kandungan matan hadis yaitu metode Tahlili (analitis) metode Ijmali (global), metode
yang panjang untuk memahaminya, oleh karena itu dalam makalah ini hanya akan
dibahas sedikit tentang salah satu dari keempat metode terebut yaitu metode tahlili
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Metode tahlili adalah metode analisa yang biasa digunakan dalam ilmu tafsir
untuk menginterpretasi ayat-ayat al-Qur’an. Metode ini kemudian diadopsi oleh para
pakar hadis dalam menginterpretasi hadis Nabi Saw. Dari segi bahasa, tahlili berarti
kosa kata dan lafadz, menjelaskan apa yang diistinbatkan dan mengaitkan antara satu
sama lain dengan merujuk aspek historis dan nash-nash yang lain.5
Dalam metode Tahlili atau syarh tahlili dapat berbentuk ma’tsur (riwayat)
atau ra’yi (pemikiran rasional). Syarah yang berbentuk ma’tsur ditandai dengan
banyaknya riwayat-riwayat yang datang dari sahabat, tabi’ al-tabi’in atau ulama
3 http://www.tongkronganislami.net /2015/11/makalah-metode-tahlili-dalam-kitab.html,
diakses pada 3 Mei 2017
4Majma al-Lugah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasit ( Cet IV; Kairo: Maktabah al-Syuruq al-
Dauliyah, 2004), h. 194
5 H.S. Agil Husain al Munawar dan Masykur Hakim, I’jaz al-Qur’an dan Metodologi Tafsir,
(Cet I;Semarang: Dina Utama,1994), h. 36.
3
4
hadis dalam penjelasan terhadap hadis yang disyarahi. Adapun syarah yang berbentuk
tidak utuh dan tidak konsisten karena syarah yang diberikan pada hadîts lain
redaksinya dengannya.
mensyarah hadîts secara subyektif. dan tidak mustahil pula ada di antara mereka yang
Contoh penggunaan metode tahlili dalam pemahaman hadis dapat kita lihat dari
hadis Rasulullah Saw yang membicarakan tentang Kedudukan Mujahid Dalam Islam
sebagai berikut:
ال$$ق حدثين زهري بن حرب حدثنا جرير عن عامرة وهو ابن القعقاع عن أيب زرعة عن أيب هريرة
بييل$$قال رسول هللا صىل اللهم عليه وسمل تضمن هللا ملن خرج يف سبيهل ال خيرجه إال هجاد يف س
ه$$رج من$$كنه اذلي خ$$ه إىل مس$$وإ مياان يب وتصديقا برسيل فهو عيل ضامن أن أدخهل اجلنة أو أرجع
وم$$اء ي$$بيل هللا إال ج$ا من لكم يلكم يف س$$ده م$$ر أو غنمية واذلي نفس محمد بي$$ا انل من أج$$انئال م
ق عىل$$وال أن يش$$ده ل$$ك واذلي نفس محمد بي$$ون دم ورحيه مس$$ه ل$$ه حني لكم لون$$ة كهيئت$$القيام
أمحلهم وال جيدون$عة ف$$د س$$دا ولكن ال أج$$املسلمني ما قعدت خالف رسية تغزو يف سبيل هللا أب
سعة ويشق علهيم أن يتخلفوا عين واذلي نفس محمد بيده لوددت أين أغزو يف سبيل هللا فأقتل مث
يل عن$دثنا ابن فض$اال ح$$ريب ق$$و ك$أغزو فأقتل مث أغزو فأقتل و حدثناه أبو بكر بن أيب شيبة وأب
8
)(رواه مسمل. عامرة هبذا اإلسنا
Artinya:
“…Dari Abi Hurairah ra. Dari Nabi Saw. bersabda “Allah akan menanggung
orang yang keluar di jalan Allah hanya untuk berjihad di jalanku (Allah),
beriman kepadaku dan membenarkan rasulku, maka dia akan dijamin untuk
dimasukkan ke dalam surga atau kembali ke rumahnya dalam keadaan
memperoleh pahala atau ghanimah (harta rampasan). Demi jiwa Muhammad
dalam genggaman-Nya, tak satupun luka yang diperoleh di jalan Allah, kecuali
datang pada hari kiamat sebagaimana keadaannya ketika dilukai. Warnanya
adalah warna darah, wanginya seharum misik (minyak wangi). Demi jiwa
Muhammad dalam genggaman-Nya seandainya tidak memberatkan terhadap
orang Islam saya tidak akan duduk dibelakang pasukan (tidak ikut) berperang di
jalan Allah selamanya akan tetapi saya tidak mampu (fisik dan materi) untuk
membawa mereka (perang) dan mereka juga tidak akan mampu bahkan mereka
akan merasa berat untuk diam (tidak ikut saya dalam perang). Demi jiwa
Muhammad dalam genggaman-Nya saya rindu untuk berperang di ja
lan Allah lalu saya terbunuh (kata tersebut diulangi tiga kali).
a) Kualitas Hadis
Semua perawi hadits tersebut di atas tsiqah, mulai dari Abu Hurairah, Abu
Zur’ah, “Umarah bin al-Qa’qa’, Jarir bin Abd Humaid dan Zuhair bin Harb, sehingga
b) Perawi Hadis
Pada makalah ini diuraikan riwayat hidup 2 di antara perawi hadis di atas, yaitu:
1. Abu Hurairah
Abu Hurairah adalah salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadis-hadis Rasulullah saw. Mengenai nama aslinya dan nama ayahnya, para
sejarawan beragam komentar. Di antara mereka ada yang mengatakan Abd Rahman
bin Shahar dan ada pula yang mengatakan Abd Rahman bin Ghanam, bahkan ada
yang menyebut namanya dengan nama Abdullah, Sakin, Amir, Barir dan masih
banyak lagi nama-nama yang lain.9 Namun yang paling masyhur adalah Abd Rahman
bin Sakhar al-Dawsy (salah satu kabilah di Yaman), sedangkan nama Islam yang
diberikan Rasulullah sebagai pengganti nama jahiliyahnya adalah Abd Syams bin
Sakhar. Kemudian Rasulullah memberinya gelar dengan Abu Hurairah pada saat
Rasulullah melihat Abu Hurairah membawa kucing dan pada akhirnya Abu
Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ke-7 hijriyah yaitu pada tahun perang
paling kuat. Dia juga dikenal sebagai pemimpin ahl al-Shuffah (para sahabat yang
menghuni masjid Nabawi). Dan dialah sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadis. Menurut Baqi bin Mukhallad sebanyak 5374 buah hadis yang dia riwayatkan.
Dia mengambil hadis dari sekitar 800 sahabat, bahkan al-Bukhari meriwayatkan
sekitar 93 hadis darinya sementara Imam Muslim meriwayatkan sekitar 189 hadis
darinya.10 Dan dia juga termasuk sahabat yang mendapatkan doa khusus dari
Rasulullah yaitu doa agar dapat menghapal semua apa yang didengarnya
kitab mereka.11
lain-lain. Sementara murud-muridnya antara lain dari kalangan sahabat seperti Anas
bin Malik, Jabir bin Abdullah, Usamah bin Zaid dan sahabat-sahabat junior,
sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain adalah Hasan al-Bashry, Said bin
Musayyib, Atha’ bin Abi Rabah, Ibnu Syihab al-Zuhry dan lain-lain.
2. Abu Zur’ah
Nama sebenarnya adalah Abdulah bin Abdul Karim, seorang hafidh besar
yang terkenal, teman temannya mengakui kelebihannya dalam ilmu hadits, Abu
10 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Sinar Grafika Offset, cet ke-1, 2008),h. 247
11 Lebih lengkapnya lihat Shahih al-Bukhari Kitab al-‘Ilm bab Hifzh al-‘Ilm Jilid 1 hal. 56.
Shahih Muslim kitab Fadhail al-Shahabah bab Min Fadhail Abi Hurairah Jilid 4 hal. 1939 dan Sunan
al-Turmudzi kitab al-Manaqib ‘anRasulillah bab Manaqib Abi Hurairah Jilid 5, hal. 684.
8
riwayatkan kepada kamu sesudah majlisku dihadiri Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn
Ma’in, Ali ibn Mahdy, Abu Bakar ibn Abi Syainah dan Abu Khuzaimah?”. Mereka
berkata kepadanya : disini ada seorang pemuda yang dapat menyebutkan segala apa
yang telah anda riwayatkan dari majlis ke majlis, maka Abu Zur’ah pun menyebut
hadits satu per satu. Al-Hakim menggolongkan beliau ini ke dalam golongan fuqaha
kandungan/himpunan sesuatu lain. Namun dalam hadis ini artinya adalah menjamin
dengan cara mewajibkan pada diri atas dasar memberi karunia dan memulyakan yang
dalam menghadapi apa saja13 sehingga dalam hadis ini, jihad adalah mengerahkan
dalam hadis di atas adalah keyakinan dengan hati, pembenaran dengan lisan dan
pengaplikasian dengan fisik. Makna asli iman adalah keyakinan dan pembenaran
وتصديق برسيل: Maksud dari lafal ini adalah meyakini akan kebenaran para
utusan Allah yang mulya. Dan lafal ini juga mengandung dalil atau argumentasi
bahwa iman adalah sesuatu yang universal yang tidak dapat dipecah-pecah atau
dipereteli. Maka iman tidak akan sah hanya dengan beriman kepada sebagian
berjihad di jalan Allah dalam jaminan dan tanggungan Rasulullah agar dimasukkan
ke dalam surga di akhirat kelak. Meskipun lafal ضامن dalam bentuk isim fa’il namun
maknanya dapat berarti isim maf’ul yakni orang yang dijamin.
غنمية: Kata ini pada dasarnya menunjukkan arti memanfaatkan sesuatu yang
tidak pernah dimiliki sebelumnya. Namun dalam hadis ini, yang dimaksud
dengan غنمية adalah harta yang diperoleh oleh para mujahid dari musuh-musuhnya
dengan cara paksa atau karena menang.
dengan أجر dalam hadis ini adalah paha dari Allah swt yang akan diberikan dan
نفس محمد بيده : Kalimat ini merupakan salah satu bentuk sumpah atas nama
Allah, Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Pencipta, karena semua jiwa makhluk ada
dalam genggaman-Nya. Dialah yang memiliki hak penuh akan kehidupan dan
لكم : Kata yang terdiri dari م-ل-ك ini memiliki dua makna yaitu ucapan yang
memahamkan dan juga bermakna luka.16 Dan dalam hadis ini, makna yang
dikehendaki adalah makna luka, maksudnya bahwa tak satupun luka yang didapat
dalam medan perang di jalan Allah kecuali luka itu akan muncul di hari kiamat
seperti semula, warnanya bagaikan warna darah dan wanginya sewangi minyak
kasturi.
menyusahkan kamu”. Dan dalam hadits juga dikatakan ( لوال أن أشق عيل أميت ألمرهتم
خالف رسية : Lafal ini terdiri dari dua kata yaitu خالف yang berarti belakang
dan رسية yang berarti sekelompok pasukan atau satu kompi pasukan. Dari sini dapat
dipahami bahwa maksud lafal tersebut adalah Rasulullah tidak mau ketinggalan
dalam medan perang, bahkan dia ingin keluar dan ikut serta dalam setiap perang
tetapi yang dimaksud dalam hadis ini adalah kekuatan, kekuasaan dan harta yang
4. Kandungan Hadits
yang berperang atau berjihad di jalan Allah yaitu mereka yang mengorbankan jiwa
dan hartanya demi mengangkat harkat dan martabat agama. Balasan dan pahala apa
yang lebih besar (dari pahala jihad ini) dan kedudukan apa yang lebih tinggi melebihi
anugerah yang diberikan oleh Allah sebagai penghormatan kepada para mujahid. Di
samping itu, dalam kehidupan dunia, Allah telah menyiapkan untuk mereka
panggilan yang indah (nama yang harum) di mana nama-nama mereka akan dikenang
disebut dan dielukan oleh setiap bibir dan dicintai oleh setiap hati. Dan inilah rahasia
pelarangan Allah berkata bahwa para syuhada (pahlawan yang gugur di medan
mereka. Anugerah dan kemulyaan itu sudah cukup menjadi sebuah penghormatan dan
surga bagi siapa saja yang berjihad di jalan Allah, mengikhlaskan amal baiknya untuk
Pahala dan balasan yang besar ini hanya diperuntukkan bagi mujahid yang menuntut
penegakan kalimat Allah dan memulyakan agama dibalik jihadnya. Rasulullah pernah
ditanya tentang seseorang yang berperang karena nafsu belaka supaya dikenal bahwa
dia pemberani, atau berperang karena memperoleh materi (harta rampasan) atau
kalimat yang mengagumkan seperti yang diriwayatkan darinya “Barang siapa yang
berperang untuk menegakkan dan mengangkat kalimat Allah maka dialah yang
kerumitan dan kesusahan dan seandainya bukan kerena kepayahan yang akan
sedikitpun mengambil bagian dalam setiap perang. Akan tetapi karena belas kasih
sayangnyalah terhadap umatnya sehingga dia tidak turut serta dalam setiap perang.
kemudian hidup kembali kemudian berjihad dan terbunuh dan begitulah seterusnya…
karena dia tahu betapa besar pahala dan balasan bagi syuhada di jalan Allah, maka
hormatilah dan mulyakanlah setiap panglima dan pemimpin. Betapa indah seorang
sastrawan muslim berkebangsaan Turki seraya berkata “Jika Anda tidak terbakar dan
aku tidak terbakar maka dari mana cahaya itu akan muncul?”.
berjihad di jalan Allah sebab apapun yang terjadi, apakah menang atau kalah,
semuanya akan mendapatkan balasan. Jika menang maka ada dua balasan yang
diperoleh yaitu balasan dunia berupa materi (harta rampasan) dan pahala di akhirat
nanti, namun jika kalah atau terbunuh maka juga akan mendapat balasan yakni pahala
dan mati syahid. Bahkan arwah mereka berada dalam surga. Kalaupun tidak, mereka
muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah) tanpa hisab, tanpa adzab bahkan
tanpa siksa karena dosa-dosanya sebab mati syahid-lah yang menjadi penebus dan
posisinya, meskipun hanya berdasarkan perkiraan saja. Kan makna jihad menurut
pengertian syara’, urf dan istilah adalah berperang di jalan Allah dengan segala
ketentuannya.18
18 Syamsuddin Ramadlan al-Nawiy, Hukum Islam seputar Jihad dan Mati Syahid, (Cet.
I;Surabaya:Fadillah Print,2006),h. 33.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemebahasan yang begitu singkat tentang metode Tahlili ini, maka dapat
tersebut.
2. Kelebihan dari metode ini ialah ruang lingkup pembahasan yang sangat luas,
3. Dari contoh metode tahlili di atas dapat disimpulkan bahwa Aplikasi metode
sanad, matan dan mukharrij hadis yang terkait dengan judul, kemudian
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Hajjaj, Abu, Yusuf bin Zaky al-Mizzy, Tahdzib al-Kamal, Bairut Lebanon: Jilid
32, Muassasah al-Risalah, 1980
Al-Hasan, Abu Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis al-Lughah, Bairut
Jilid 3, Lebanon: Dar al-Fikr.
Al-Husain, Abu ,& bin al-Hajjaj, Muslim, Shahih Muslim, Riyadh: Jilid 3, Dar ‘Alam
al-Kutub, 1996.
Al-Nawawy, Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, Bairut
Lebanon: Jilid 13, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1421 H/2000 M.
Al-Nawiy, Syamsuddin Ramadlan Hukum Islam seputar Jihad dan Mati Syahid, Cet.
I;Surabaya:Fadillah Print, 2006.
Buchari M, Metode Pemahaman Hadis, Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Nuansa
Madani, 1999
H.S. Agil Husain al Munawar dan Masykur Hakim, I’jaz al-Qur’an dan Metodologi
Tafsir, Cet I;Semarang: Dina Utama,1994
Ibn, Ahmad, ‘Aliy ibn Hajar al- ‘Asqalâniy (selanjutnya disebut al-‘Asqalâniy), Fath
al-Bâriy bi Syarh Shahih al-Bukhâry, Beirut: Jilid 1, Dar al-Ma’rifah, t.th.
Ilyas, Abustani Laode Ismail Ahmad, Filsafat Ilmu Hadis, Cet. I, Zadahaniva, 2011.
Kementrian Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya, CV. Diponegoro,
2013
Majid, Abdul Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Sinar Grafika Offset, Cet ke-1, 2008),h.
247
Majma al-Lugah al-Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasit ( Cet IV; Kairo: Maktabah al-
Syuruq al-Dauliyah, 2004),
Manzhur al-Afriqy, Muhammad bin Mukrim, Lisan al-Arab, Bairut Lebanon: Jilid 3,
Dar Ihya’ al-Turats al-Araby, 1996.
Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan), (Yogyakarta: Center for
Educational Studies and Development (CESaD) YPI Al-Rahmah. 2001)
Shahih al-Bukhari, al-‘Ilm bab Hifzh al-‘Ilm, Jilid 1.
Shahih Muslim, Fadhail al-Shahabah, Jilid 4
Sunan al-Turmudzi, al-Manaqib ‘an Rasulillah, Jilid 5
http://www.tongkronganislami.net. diakses pada 3 Mei 2017
16