kisah keluarga ‘Imra>n dan terperinci; yaitu ‘Isa>, Yahya, Maryam dan ibu beliau.
Sedang ‘Imra>n adalah ayah dari ibu Nabi ‘Isa> yaitu Maryam as.
Surah ini terdiri dari 200 ayat, sekitar 80 ayat pertama berkaitan dengan
Yaman dan Arab Saudi), pada tahun IX Hijriah untuk berdiskusi dengan Nabi saw. di
mesjid Madinah menyangkut ‘Isa> as. Dalam kaitannya dengan keesaan Tuhan.
Walau telah berlangsung beberapa hari, diskusi tidak mencapai kata sepakat sehingga
terbaca nanti.
Madinah, mereka melaksanakan shalat sesuai dengan ajaran agama Kristen yang
mereka anut, di dalam mesjid Nabawi di Madinah. Nabi saw. yang melihat hal
dan dikutip oleh Syaikh Muhammad Sayyid Tanta>wi, pemimpin tertinggi al-Azhar,
1
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. II
(Cet. II; Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 249.
31
32
secara umum terhadap surah ini sebelum kita kemukakan ada tiga langkah penting
Langkah yang pertama ialah menjelaskan makna di>n dan makna Islam.
gambaran yang utuh mengenai i’tikad (keyakinan) kepada Allah Yang Mahasuci lagi
Mahaluhur, sebuah gambaran tauhid yang mutlak, jelas dan pasti. Yaitu, tauhid
“kesatuan pengurusan” atas manusia serta seluruh alam semesta maka, tidak ada
sesuatu pun yang terlaksana kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada yang
Adapun langkah kedua yang menjadi fokus surah ini adalah menggambarkan
keadaan kaum muslimin dalam hubungan mereka dengan Tuhannya dan kepasrahan
mereka kepadanya, serta penerimaan mereka terhadap segala sesuatu yang datang
secermat-cermatnya.
2
Sayyid Qutb,Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, terj. As’ad Yasin, Abdul Aziz Sa>lim
Basyarahil, Muchotob Hamzah (Cet; IV: Jakarta, Gema Insani Press, 2008), h. 22.
33
orang mukmin sebagai pemimpin dan agar jangan menganggap sepele terhadap
menetapkan bahwa tidak ada iman dan hubungan dengan Allah yang disertai dengan
mengangkat pemimpin yang kafir yang tidak berhukum kepada kitab Allah dan tidak
Demikian tiga langkah besar yang tersusun rapidan saling melengkapi dalam
terhadap Allah serta pengaruhnya terhadap sikap mereka kepada musuh-musuh Allah
Tujuan utama surah Ali> ‘Imra>n adalah pembuktian tentang tauhid, keesaan
dan kekuasaan Allah swt. serta penegasan bahwa dunia, kekuasaan, harta, dan anak-
anak yang terlepas dari nilai-nilai Ilahiyah, tidak akan bermanfaat di akhirat kelak.
ditetapkan dan diatur oleh Allah yang Maha Hidup dan Qayyu>m (Maha Menguasai
dialami oleh A>li ‘Imra>n (keluarga ‘Imra>n). Sebentar lagi surah ini akan
alam raya, serta terlihat pula bagaimana keluarga itu ayah, ibu, dan anak, atau suami
dan istri tunduk patuh dan percaya kepada Allah yang maha esa.
34
pertama merangkum seluruh ajaran Islam secara singkat, dan al-Baqarah menjelaskan
secara lebih terperinci tuntunan-tuntunan agama. Nah, surah A>li ‘Imra>n datang dan
menekankan sesuatu yang menjadi dasar dan sendi utama tuntunan tersebut, yakni
tauhid. Tanpa kehadiran tauhid, pengalaman tuntunan lainnya tidak bernilai di sisi-
Nya.3
meyakini akan adanya takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Maka dalam QS ‘A<li
اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُ""وا اَل تَ ُكونُ""وا اَك ذَّل ِ َين َك ُفَروا َوقَالُوا ْخ" َ"واهِن ِ ْم َذا رَض َ بُوا يِف اَأْل ْر ِض َأ ْو اَك ن ُوا
ِإ ِإِل
غُ" ًّ"زى ْلَو اَك ن ُوا ِع ْن""دَ اَن مَا مَاتُوا َومَا قُ ِتلُ""وا ِل َي ْجعَ َل اهَّلل ُ َذكِل َ َحرْس َ ًة يِف قُلُ"وهِب ِ ْم َواهَّلل ُ حُي ْ يِي
ٌُّم لَ َم ْغ ِف َرة ِ ِ ِ ِ
ْ ) َولَئ ْن قُت ْلتُ ْم يِف َس ب ِيل اللَّه أ َْو ُمت156( ٌ"ون ب َ ِص"ري َ "ُيت َواهَّلل ُ ِبمَا تَ ْع َمل"ُ َويُ ِم
)157( ِم َن اللَّ ِه َو َرمْح َةٌ َخْيٌر مِم َّا جَيْ َمعُو َن
Terjemahnya:
156. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir
(orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada Saudara-saudara mereka
apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang:
"Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak
dibunuh." akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu,
Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol. III
3
menghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.
157. Dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau mati, sungguh
pastilah ampunan Allah dan Rahmatnya lebih baik (bagimu) dari pada apa
(harta rampasan) yang mereka kumpulkan.4
a. ()اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا اَل تَ ُكون ُوا اَك ذَّل ِ َين َك َف ُرو
َ )pada permulaan penggalan ayat di atas menunjukkan sebagai huruf
Huruf(اي
fail. dan jumlah dari fiil dan fail yaitu muta’alliq atau kembali kepada اذَّل ِ َين.6
168. Lihat juga: Mah{yu> al-Di>n bin Ah{mad Mus{t{afa> Darwi>sy, I‘ra>b Al-Qur’a>n wa
Baya>nuh, juz 2 (Beirut: Da>r al-Yama>mah, 1415 H), h. 83. Lihat juga: Mah{mu>d bin ‘Abd al-
Rah{i>m S{a>fi>, al-Jadwal fi> I‘ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, juz 4, h.350.
6
Mah{yu> al-Di>n bin Ah{mad Mus{t{afa> Darwi>sy, I‘ra>b Al-Qur’a>n wa
Baya>nuh, juz 2, h. 83.
36
adalah‘at{af kepada َك َف ُروا. Adapun kata ( ِ)لadalah huruf jar Sedangkan kata ( ِ خ َْواهِن
8
ْ)مmajru>r yaitu kata yang di jar dengan huruf ِ>ل. Adapun tanda jar nya adalahِإ
dengan harakat kasrah yang jelas. Huruf ( ) َذاadalah huruf syarat. Sedangkan kata (
adalah huruf jar. Sedangkan kata ( )اَأْل ْرضmajru>r yaitu kata yang di jar dengan
huruf fi>. Adapun tanda jar nya adalah dengan harakat kasrah yang jelas9
penggalan kalimat tersebut dengan kalimat sebelumnya. Sedangkan kata ()اَك ن ُوا
adalah‘at{af kepada َك َف ُروا. Sedangkan kata ( )غُ ًّزىmafulum bih atau yang dikena
perbuatan adapun tanda nasabnya dengan harakat fathah yang jelas. Huruf ()لَو ْ
adalah huruf syarat. Sedangkan kata ( )اَك ن ُواadalah bentuk fi’ilma>d}i>. Adapun
7
Mah{mu>d bin ‘Abd al-Rah{i>m S{a>fi>, al-Jadwal fi> I‘ra>b al-Qur’a>n al-
Kari>m, juz 4, h.350.
8
Mah{yu> al-Di>n bin Ah{mad Mus{t{afa> Darwi>sy, I‘ra>b Al-Qur’a>n wa
Baya>nuh, juz 2, h. 83.
9
Mah{mu>d bin ‘Abd al-Rah{i>m S{a>fi>, al-Jadwal fi> I‘ra>b al-Qur’a>n al-
Kari>m, juz 4, h.350.
37
d. () َما َماتُوا َو َما قُ ِتلُوا ِل َي ْج َع َل اهَّلل ُ َذكِل َ َحرْس َ ًة يِف قُلُوهِب ِ ْم
Adapun huruf () َماmerupakan bentuk la> na>fi (yang menunjukkan penafian,
Huruf ()لpada kata ( ) ِل َي ْجعَ َلberfungsi sebagai qasam yaitu (sumpah). Sedangkan 10
kata (لَ )جَي ْ َعmerupakan fiil mud}ari mabni ‘ala> al-Fathi. Kata ( ُ )اهَّللadalah lafadz
jalalah yang berbentukfail. Sedangkan kata (ًحرْس َ ة َ ) mafulum bih atau yang dikena
perbuatan adapun tanda nasabnya dengan harakat fathah yang jelas. kata ( )يِف
merupakan huruf jar sedangkan kata ( )قُلُ"وهِب ِ مmajru>r yaitu kata yang di ja>r
dengan huruf fi>. Adapun tanda jar nya adalah dengan harakat kasrah yang jelas. fa
kedudukannya adalah dirafa karena mubtada’. Huruf ( )حُي ْ يِيmerupakan fiil mud}ari.
Huruf ()و
َ berfungsi sebagaihuruf ‘at{af atau yang menunjukkan relasi antara
10
Ah{mad ‘Ubaid al-Du‘a>s, I‘ra>b al-Qur’a>n, juz 1, h. 168.
11
Mah{yu> al-Di>n bin Ah{mad Mus{t{afa> Darwi>sy, I‘ra>b Al-Qur’a>n wa
Baya>nuh, juz 2, h. 83.
38
penggalan kalimat tersebut dengan kalimat sebelumnya. Huruf "ُ )يُ ِمmerupakan fiil
(يت
mud}ari. Adapun kata (ونَ ُ )تَ ْع َملmerupakan bentuk fi’il mud}a>ri dan dirafa dengan
menggunakan huruf waw al-jama’ah karena merupakan fa>’il. Sedangkan huruf (
ٌ )ب َ ِصريadalah khabar.
f. ( ِ ِيل اهَّلل
ِ َ)ولَنِئ ْ قُ ِتلْمُت ْ يِف َسب
Huruf ()و َ pada permulaan penggalan ayat di atas menunjukkan sebagai
huruf isti’nafyaitu makna yang menunjukkan sebagai permulaan kalimat baru.
Adapun huruf ( ْ )لَنِئadalah huruf syarat. Sedangkan kata ( ْ )قُ ِتلْمُتadalah bentuk
fi’ilma>d}i>. ( )يِفmerupakan huruf jar sedangkan kata (ِيل
ِ َ)سبmajru>r yaitu kata
yang di ja>r dengan huruf fi>. Adapun tanda jar nya adalah dengan harakat kasrah
fi’ilma>d}i>.12
merupakan isim maus}ul yang ditetapkan atas sukun adapun tanda jar nya adalah
12
Ah{mad ‘Ubaid al-Du‘a>s, I‘ra>b al-Qur’a>n, juz 1, h. 168.
39
dengan harakat kasrah yang jelas. َ )جَي ْ َم ُعmerupakan bentuk fiil mud}a>ri dan di
(ون
rafa dengan menggunakan huruf waw al-Jama’ah karena merupakan fa>’il.13
D. Tafsi>r al-Mufrada>t
1. امنوا
Kata kerja ini berakar dari huruf-huruf h{amzah ( )محزة, mi>m ()ممي, dan nu>n
( )ن""ون, yang bermakna pokok ‘aman’, ‘tenteram’, ‘tenang’, dan ‘hilangnya rasa
takut’.14Kata a>mana ( ) َا َم َنadalah bentuk fi’il ma>d}i>. Asal makna kata a>mana
yang artinya “jujur, dapat dipercaya”. Kata ini terulang sebanyak 32 kali dalam al-
tidak ada Tuhan selain Allah. Maka mukmin jika disifatkan kepada makhluk yaitu dia
yang yakin dengan apa yang memikatnya. Dan ketika disifatkan kepada Allah swt.
azabnya.16 Mukmin yang hakiki, iman mereka tidak bisa pergi karena itu adalah
2. كفروا
13
Mah{yu> al-Di>n bin Ah{mad Mus{t{afa> Darwi>sy, I‘ra>b Al-Qur’a>n wa
Baya>nuh, juz 2, h. 83.
14
Mah}mu>d Yu>nus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 49.
15
Muhammad Fua>d ‘Abdul Ba>qi>, Mu’jam al-Mufahras li alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m,
h. 103.
Ibra>hi>m bin al-Sirri>, Tafsi>r Asma Allah al-Husna>, Juz I (Da>r al-Tsaqa>fah
16
al-‘Arabiyyah), h. 31-32.
40
Kata kafir merupakan ism fa>’il (kata pelaku) dari kata كفرر-يكفر- كفر.Di
dalam al-Qur’an, kata kafir dan seasal dengannya disebut 525 kali. 17 Secara bahasa,
kata kafir mengandung beberapa arti, antara lain ‘menutupi’ QS Ibra>him/ 14: 7,
‘melepaskan diri’ QS Ibra>him/ 14: 22, ‘para petani’ atau kuffa>r كف""ارQS al-
Hadi>d/ 57: 20, ‘menghapus’ QS al-Baqarah/ 2:271, QS al-Anfa>l/ 8:29,’denda’ كفّارة
yang menutupi buah’, tetapi di dalam al-Qur’an juga berarti lain, yakni,’mata air yang
Dari beberapa arti secara bahasa di atas, menurut al-As}faha>ni> dan Ibn
Manzu>r, yang dekat kepada arti secara istilah adalah ‘menutupi’, dan
‘menyembunyikan’. Kafir adalah orang yang mengingkari agama Allah swt. atau
Nya, hari kiamat, Qadha dan Qadar yang baik maupun buruk.18 Malam hari disebut
اكفر karena ia menutupi siang atau tersembunyinya sesuatu oleh kegelapan. Awan
disebut kafir karena ia dapat menutupi atau menyembunyikan cahaya matahari. Kafir
Allah dengan cara tidak mensyukurinya. Demikian juga petani karena menutupi atau
17
Muhammad Fua>d ‘Abdul Ba>qi>, Mu’jam al-Mufahras li alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m,
h. 772.
Sahabuddin, et.al. (editor), Ensiklopedia al-Qur’an Kajian Kosakata, Vol. III (Cet. I;
18
a) Tidak adanya pembenaran atau mengingkari utusan Allah terhadap risalah yang
dibawa oleh Rasul yang diketahui arah dan tujuannya, baik orang yang awam
maupun cendekia.
b) Menutupi nikmat yang diberikan oleh Allah swt. dengan perbuatan yang
a) Kafir al-Ingka>r yaitu sama sekali tidak mengenal Allah swt. dan tidak
mengingkari dengan hati, dengan lisan dan tidak mempercayai kebenaran dan
b) Kafir al-Juhu>d yaitu mengakui Allah swt. dengan hatinya dan tidak mengakui
c) Kafir al-Nifa>q yaitu mengakui dengan lisannya dan tidak mengakui dengan
hatinya, seperti kafirnya orang yang ada di madinah (yastrib) yaitu Abdullah bin
salam.
d) Kafir al-‘Ina>d yaitu mengetahui Allah swt. dengan hatinya dan mengakui
mengatakan bahwa kafir al-‘Ina>d yaitu mengetahui dengan hati dan tidak
membenarkan dengan hati dan lisannya dan memilih untuk tidak beragama.
3. األرض
Kata ard} yang di dalam al-Qur’an bisa diartikan sebagai bumi. Akan tetapi
tidak semua kata itu diartikan sebagai bumi, karena ada juga yang digunakan untuk
terbentuk sampai sekarang.19Menurut Ibn Zakaria, term al-ard} yang terdiri atas tiga
Menurut al-Ragib al-As}fah}ani, ard adalah benda yang menjadi lawan dari
al-sama> (langit), dan bentuk jamaknya adalah ardu>n, meskipun di dalam al-Qur’an
kata ini tidak pernah disebutkan dalam bentuk jamak. Lafal ard} juga digunakan
4. ( )غزى
Gaza> berasal dari kata kerja يغزو-غز mempunyai makna al-khuruj ila>
Mawa>yis, Ibn Fa>ris memberikan pengertian bahwa term al-gazwah berasal dari
huruf ز-(غgain-zal), dan huruf mu’tal yang memiliki dua arti asal: (1) menuntut
sesuatu, dan(2) vaksin.23Dari pengertian ini dapat dimaknai bahwa al-Gazwu adalah
jihad dalam pengertian perang secara fisik melawan musuh. Dalam al-Qur’an kata al-
Gazwu hanya disebut satu kali saja yaitu dalam bentuk masdar yaitu غزىpada QS
A<li-Imra>n/3: 156.24
19
Hasan Zaini, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Vol. I, h. 94.
Abu> al-H}sain Ah}hmad bin Fa>ris bin Zakariya>, Muqa>yi>s al-Lugah, Juz II (t.tp:
20
Ghari>bil Qur’a>n, terj. Ahmad Zaini Dahlan, Kamus Al-Qur’a>n, Penjelasan Lengkap Makna Kosa
Kata Asing dalam al-Qur’an, Jilid. 2 (Cet. I; Jawa Barat: Pustaka Khazanah Fawa’id, 2017), h. 73.
Selanjutnya al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Kamus Al-Qur’an.
22
al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Kamus Al-Qur’an. Juz I, h. 606.
23
Ibnu Fa>ris bin Zakariya>, Mu’jam Maqa>yis al-Lugah, Juz IV, h. 423.
24
Fu’ad ‘Abdu al-Ba>qi>, al-Mu’jam al-Mufahras li> Alfa>z al-Qur’an al-Kari>m, h. 632.
43
اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا اَل تَ ُكونُ""وا اَك ذَّل ِ َين َك ُفَروا َوقَالُوا ْخ" َ"واهِن ِ ْم َذا رَض َ بُوا يِف اَأْل ْر ِض َأ ْو اَك ن ُوا
ِإ ِإِل
غُ" ًّ"زى ْلَو اَك ن ُوا ِع ْن""دَ اَن مَا مَاتُوا َومَا قُ ِتلُ""وا ِل َي ْجعَ َل اهَّلل ُ َذكِل َ َحرْس َ ًة يِف قُلُ"وهِب ِ ْم َواهَّلل ُ حُي ْ يِي
)156( ٌون ب َ ِصري َ ُيت َواهَّلل ُ ِب َما تَ ْع َمل
"ُ َويُ ِم
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir
yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan
perjalanan di bumi atau berperang, “sekiranya mereka tetap bersama kita,
tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” (dengan perkataan) yang
demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati
mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan.25
Menurut Ibnu ‘Abba>s, kata ( ) غزىdalam ayat ini berarti “ikut serta bersama
Rasulullah Saw. Dalam suatu peperangan. Atas dasar penafsiran ini, maka pemakain
Melalui term ini al-Gazwu ini, al-Qur’an menegaskan bagaimana sikap yang
harus diambil oleh orang-orang yang beriman dalam suatu peperangan. Mereka tidak
dibolehkan bersikap seperti orang-orang kafir atau orang munafik yang tidak pernah
konsisten. Dalam tradisi sejarah Islam, kata al-Gazwu bentuk jamak dari gazwah
diartikan perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw. Sedangkan perang
yang tidak dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw. Disebut saryah atau sariyyah.27
5. ليجعل
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama RI, Al-Mahir Al-Qur’an al-
25
28
Kata ini diartikan dengan ‘menjadikan atau menciptakan’. جعلmerupakan kata
yang berlaku umum pada seluruh ( ِف ِع ْلkata kerja). Maka ia lebih umum dari pada
( فَ َع َلmelakukan).Arti itu bersifat umum dan dapat digunakan untuk segala bentuk
perbuatan. Kata ja’ala dengan kata turunannya didalam al-Qur’an disebut 346 kali,
beberapa arti.30
b. Ja’ala berarti menjadikan atau mengadakan sesuatu dari materi atau bahan yang
dan QS al-Syu>ra>/ 42: 11, وهللا جع ""ل لمك من أنفس ""مك أزوجاdan Allah
menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri. Azwa>j “pasangan”
dijadikan Allah dari jenis manusia yang sudah ada sebelumnya. Di dalam QSal-
28
Mah}mu>d Yu>nus, Kamus Arab-Indonesia, h. 69.
29
Muhammad Fua>d ‘Abdul Ba>qi>, Mu’jam al-Mufahras li alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m,
h. 217.
30
Sahabuddin, et.al. (editor), Ensiklopedia al-Qur’an Kajian Kosakata, Vol. III, h. 368.
45
bahwa proses penciptaan pasangan bagi manusia berasal dari materi yang sudah
baiknya.
c. Ja’ala berarti ‘menuduh dengan dusta’. Arti ini terkandung di dalam QS al-
H{ijr/ 15: 91, “yaitu orang-orang yang telah menjadikan al-Qur’an itu terbagi-
bagi.” Ayat ini menunjukkan kedustaan perkataan kaum kafir terhadap kitab
suci al-Qur’an. Mereka menuduh bahwa al-Qur’an itu adalah sihir, dongeng dan
(keadaan) kepada bentuk yang lain’. Pengertian ini dapat dilihat di dalam QS
sebagai hamparan. Ayat ini mempunyai dua objek,pertama adalah bumi; dan
yang lain, baik benar maupun salah’. Keputusan yang bersifat baik terdapat
6. حرسة
Kata h}asrah حرسةberasal dari h}asara حرسyangterdiri dari huruf ha’, sin,
dan ra’. Kata itu bermakna tersingkapnya pakaian dari badan seseorang sehingga
karena menurut adat aurat itu harus ditutup.31 Dari kata h}asira timbul kata h}asrah
حرسة yang berarti sirnanya sesuatu yang tidak bisa diraih lagi, dan timbul
kemudian dan itu akibat dari kesalahan yang bersangkutan atau karena jangkauan
beriman dan orang-orang yang munafik. Juga penyesalan bagi orang yang
penyesalan orang kafir yang tidak percaya pada hari kiamat, seperti dalam QS
al-An’a>m/ 6: 31. Di samping itu, teguran Allah kepada orang yang berbuat
dosa agar bertaubat sebelum ajal tiba sehingga kelak tidak ada penyesalan lagi
di hari kemudian, seperti di dalam QS al-Zumar/ 39: 56, selain itu kata itu
bermakna penyesalan yan bersifat keduniaan, baik itu karena berlaku boros
terhadap harta yang ada maupun berlaku kikir, seperti di dalam QS al-Isra>’/
17: 29. Juga merupakan teguran kepada Nabi Muhammad saw. agar jangan
terlalu gelisah melihat orang yang menganggap perbuatan jahat sebagai suatu
31
Sahabuddin, et.al. (editor), Ensiklopedia al-Qur’an Kajian Kosakata, Vol. III, h. 300.
32
Abu> al-H}usain Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariyya>, Maqa>yis al-Lug}ah, Juz II, h. 61.
Lihat jugaMuh}ammad bin Mukarram bin Manz}u>r al-Ans}ary al-Ifri>qy al-Mis}riy, Lisān
al-‘Arab, op. cit., Juz IV, h. 189.
47
b. H{asrah حرسةbermakna hari kiamat karena pada hari kiamat semua manusia,
tanpa terkecuali, merasa menyesal kurang banyak berbuat kebaikan dan
c. H{asrah حرسةjuga bermakna rasa letih dan payah. Makna tersebut berkaitan
dengan keadaan manusia yang menggunakan semua potensinya untuk
mengamati dan mempelajari jagat raya ini. Mereka merasa letih dan payah
usaha itu mereka merasa kesal, kenapa tidak bisa menemukan ketidak-
h}asrah ada yang bermakna hari kiamat. Dapat dipahami bahwa hari kiamat itu
adalah hari penyesalan setiap orang atas usaha yang pernah dilakukannya, dan
44, juga di dalam QS al-Muna>fiqu>n/ 63: 10. Dengan demikian, kalau diperhatikan,
pemakaian kata h}asrah tersebut lebih mengacu pada suatu kekeliruan yang diketahui
dan kemudian baru timbul suatu penyesalan, tetapi penyesalan itu sudah tidak berarti
7. قلوهبم
33
Quraish Shihab dkk., Ensiklopedia al-Qur’an Kajian Kosakata, jilid II, h. 536.
48
Dari segi kebahasaan, kata tersebut berasal dari kata qalaba قلب yang
mempunyai dua arti, yaitu menunjukkan inti sesuatu atau yang terbaik dari sesuatu,
dan mengembalikan sesuatu dari satu arah kearah yang lain. 34 Hati manusia
dinamakan qalb karena ia merupakan inti serta yang terbaik dari manusia. Disamping
Kata القلبjuga berarti segumpal daging dari fua>d atau sesuatu yang
dikaitkan dengan benda yang tergantung. Ibn Si>dah mengatakan القلبadalah فئاد
dan jamaknya adalah اقلبdan قلوبdan firman Allah:
وح ْاَأل ِم ُني عَىل قَلْب َِك
ُ نَ َز َل ِب ِه ُّالر
Al-Zajja>j memaknainya bahwa Jibril turun kepadanya maka dia
ma> laka Qalbun ماكل قلبatau ma> Qalbuka ma’aka ماقلبك معكartinya kamu
tidak bersama dengan akalmu dan ai>na zahaba Qalbuka? اين ذهب قلبكyaitu
akan kata القلبlebih khusus dari الفئادdalam pemakaiannya. Dan dikatakan القلوب
34
al-Ra>gib al-As}faha>ni>, Kamus Al-Qur’an. h. 219.
49
Dalam kamus al-Muh}i>t juga disebutkan bahwa القلوب adalah لفئاد atau
E. Munasabah Ayat
perang Uhud. Selain itu juga membicarakan tentang faktor penyebab kesalahan
mereka yang menjadi sebab batin dari petaka yang meraka alami, sedangkan sabab
lahirnya adalah pelanggaran terhadap perintah rasul saw. dengan bertemunya kedua
pasukan yakni pasukan mukmin dan pasukan kafir pada perang uhud tersebut
merupakan sebuah tipu daya setan yang berusaha mempengaruhi dan mendesak kaum
muslimin sehingga tergelincir dari ketinggian iman dan jauh dari rahmat Allah saw.36
Akan tetapi meskipun pasukan mukmin telah berbuat suatu kelalaian akan
tetapi Allah Maha pemaaf dengan menghapus dosa tersebut sehingga habis dan hilang
sama sekali. Selain itu Allah juga memberi magfirah yang dapat menutup dosa
tuntunan kepada kaum muslimin dengan menjadikan beberapa hal dari peristiwa itu
sebagai titik tolak tuntunan yang di mulai dari sisi akidah, yakni meluruskan
Muj al-Di>n Abu> Ta>hir Muhammad Ibn Ya’qu>b al-Fairu>za>ba>di>, Al-Qa>mu>s al-
35
Muh}i>t, Juz. I, (Cet. VIII; Bairu>t: Muassasah al-Risa>lah li> al-Tiba>’ah wa al-Nasyr wa al-
Tauzi>’, 1426 H/2005 M), h. 127.
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. II, h. 249.
50
prasangka buruk terhadap Allah saw. serta larangan untuk mengikuti orang-orang
kafir atau munafik serta menjelaskan kekeliruan ucapan mereka mengenai kematian
Maka dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa ayat sebelumnya berkaitan
erat dengan ayat yang peneliti kaji dapat dilihat dari bujukan syaitan yang kemudian
melahirkan kesombongan didalam diri kaum muslimin dan kaum kafir sehingga
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa pada ayat yang penulis teliti
orang kafir atau munafik yang menyebabkan mereka terbunuh akibat kelalaian
mereka sendiri, sehingga meninggal karena gugur lebih mulia dari pada meningal
Sedangkan pada ayat setelahnya menjelaskan tentang anugerah dan rahmat Allah
swt. yang mendahulukan kata mati atau gugur dalam medan perang lebih wajar dari
pada meninggal dunia bukan karena gugur terbunuh dalam medang perang
karena mati terbunuh yang dinilai oleh banyak orang meninggal secara tidak
normal.37
37
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Vol. II, h.159.
51
Maka ayat yang peneliti kaji erat kaitannya pula dengan ayat setelahnya sebab
lebih mulia dari pada meninggal dunia bukan karena gugur dalam peperangan.
F. Tafsiran Ayat
اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُ""وا اَل تَ ُكونُ""وا اَك ذَّل ِ َين َك ُفَروا َوقَالُوا ْخ" َ"واهِن ِ ْم َذا رَض َ بُوا يِف اَأْل ْر ِض َأ ْو اَك ن ُوا
ْغُ" ًّ"زى ْلَو اَك ن ُوا ِع ْن""دَ اَن مَا مَاتُوا َومَا قُ ِتلُ""وا ِل َي ْجعَ َلِإِلاهَّلل ُ َذكِل َ ِإ َحرْس َ ًة يِف قُلُ"وهِب ِ ْم َواهَّلل ُ حُي يِي
)156( ٌون ب َ ِصري َ ُيت َواهَّلل ُ ِب َما تَ ْع َمل
"ُ َويُ ِم
Terjemahnya:
Hai kaum muslimin, janganlah kalian seperti ihwal (perbuatan) orang-orang
munafik yang berkata tentang saudara-saudara mereka yang sedang
berpergian untuk tujuan berniaga dan kasab, kemudian mati di tempat
perantauannya. Atau mereka sebagai pasukan perang yang sedang berperang
di negrinya, atau di negri lain, akhirnya mereka terbunuh. Kemudian mereka
mengatakan, “andaikata mereka (saudara-saudaranya yang mati itu),
bermukim bersama kami, niscaya mereka tidak akan mati terbunuh.”38
Allah swt. melarang dan memperingatkan kaum mukmin agar jangan sampai
bersikap menyerupai orang-orang kafir di dalam akidah mereka yang sesat yang biasa
diketahui dengan jelas dari perkataan mereka atau komentar mereka tentang saudara-
saudara mereka yang mati di perjalanan atau mati di tengah medan pertempuran, “
Seandainya mereka tidak melakukan itu, maka tentunya mereka tidak mengalami apa
yang berkata dan berkomentar tentang perkara para saudara mereka ketika para
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an al-Kari@m: Terjemah Tajwid Warna (Jakarta: Madina
38
Manhaj, terj. ‘Abdul Hayyie al-Kattani, dkk., Tafsir al-Muni@r: Aqidah, Syari’ah, dan Manhaj, jilid 2
(Cet. I; Jakarta: Gama Insani, 2014), h. 471-472.
52
dunia atau ketika mereka berperang lalu terbunuh, “Seandainya mereka tidak pergi
dan tetap berada bersama kami, maka tentunya mereka tidak mati dan terbunuh.”
Allah menyebutkan kaum munafik disini dengan sebutan kaum kafir, untuk
menjelaskan bahwa perkataan seperti itu tidak seharusnya keluar dari mulut-mulut
orang beriman. Melainkan hanya pantas keluar dari mulut orang-orang kafir. Sebab
orang yang telah mati atau terbunuh, berarti perkara itu telah selesai (tidak ada
“andai-andai”) dan perkataan mereka, law ka>na kaza> (yang disimpulkan dari lafal
ayat lau ka>nu>) merupakan perbuatan sia-sia. Sebab yang sudah terjadi tidak
mungkin kembali, tidak ada gunanya menyesali yang sudah terjadi. Dan orang
mukmin sejati seharusnya sehat akal dan pandangan pemikirannya tidak akan
Perkataan seperti itu tidak lain menunjukkan bahwa yang mengatakan itu
sebenarnya orang yang tidak mengerti agama, dan masih ingkar terhadapnya. Sebab
ُّ اب
الد ْنيَا و ث
َ د ِ
ر ي نم و ج
َّاًل ؤ م ا اب تِس أَ ْن مَتُوت إِاَّل بِِإ ْذ ِن اللَّ ِه ك ٍ ف
ْ نِوما َكا َن ل
ْ
َ َ ُ ْ ََ َ ُ ً َ َ َ ََ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِِ
َ اب اآْل خَرة نُ ْؤته مْن َها َو َسنَ ْج ِزي الشَّاك ِر
ين َ نُ ْؤته مْن َها َو َم ْن يُِر ْد َث َو
Terjemahnya:
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia
itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula)
Must}afa al-Mara>gi>, Tafsir al-Mara>gi, ter. Bahrun Abu Bakar, dkk, Terjemahan Tafsir
40
al-Mara>gi, Juz IV (Cet. II; Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1974), h.150.
53
kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.41
mereka yang tentu saja masih hidup.Ada juga yang memahaminya dalam arti
disebabkan saudara-saudara mereka yang telah mati, yakni ucapan mereka lahir dan
kata-kata itu berbicara kepada orang lain yang tidak disebut dalam ayat ini siapa
mereka. Tidak disebutkan mitra bicara di sini untuk mengisyaratkan bahwa ucapan
tersebut merupakan isu yang mereka sebarluaskan untuk mengeruhkan jiwa orang-
orang beriman.42
mereka, bahwa mereka tidak akan terbunuh andaikata mereka bersama kami. Allah
menimpakan hal itu kepada mereka agar akibat dari perkataan mereka yang disertai
keyakinan itu justru penyesalan dan kekecewaan di dalam hati mereka lantaran
kehilangan teman-teman, di samping agar mereka bertambah lemah. Selain itu agar
la>m ini oleh pakar bahasa dinamai الم العاقبةdengan makna seperti tersebut. Huruf
41
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an al-Kari@m: Terjemah Tajwid Warna, h. 68.
42
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. II, h. 253.
Must}afa al-Mara>gi>, Tafsir al-Maragi, Juz IV (Cet. I; Mesir: Maktabah wa Maktaba’ah
43
semacam ini cukup banyak dalam al-Qur’an, walau sering disalah pahami, sehingga
diterjemahkan dengan agar supaya, padahal tidak selalu harus diterjemahkan atau
dipahami demikian. Salah satu contoh yang lain adalah firmannya: فالتقطه آل فرعون
ليكون هلم عد ٌواوحزان.Huruf ( ) لـــpada kata ( ) ليكونbukan dalam arti supaya,
tetapi dalam arti akibatnya.44 Karena itu, ayat di atas harus diterjemahkan dengan
“Maka dipungutlah dia keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan
penyesalan besar di dalam hati mereka walaupun rasa penyesalan pasti berada dalam
hati bertujuan untuk menggambarkan bahwa penyesalan itu demikian dalam sehingga
akan sangat lama mereka derita.45 Dalam tafsir Ibn Katsi>r menjelaskan ليجع"ل هللا
ذاكل حرسة يف قل""وهبمAllah menimbulkan keyakinan ini dalam hati mereka agar
penyesalan mereka makin bertambah terhadap orang-orang mereka yang mati dan
terbunuh.46
penentangan, dan alasan yang dicari-cari, pertanyaan mereka, “Apakah ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?” menyimpan perasaan bahwa
mereka terpaksa mengikuti sesuatu yang tidak atas pilihan mereka hingga mereka
telah menjadi korban dari kepemimpinan yang buruk. Juga menyimpan perasaan
44
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Vol. II, h. 253.
Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d bin ‘Amr bin Ah}mad al-Zamakhsyari>, Tafsi>r al-
45
Kasysya>f, Juz I (Cet III; Beirut: Da>r al-Kitab al-‘Arabi>, 1407 H), h. 430.
Al-Imam Ibn Katsi>r, Tafsi>r Ibn Katsi>r, Jilid IV (Cet. I; Bandung: Sinar Baru
46
Maka dalam kegelapan pandangan seperti ini, tidak mungkin mereka dapat
melihat tangan Allah dibalik peristiwa-peristiwa itu. Juga tidak mungkin mereka
dapat melihat hikmahnya dalam ujian ini. Semuanya, menurut mereka, adalah
kekuasaan-Nya, dan hanya kepada Allah-lah urusan itu dikembalikan. Tidak ada
seorang pun yang hidup dan tidak ada seorang pun yang mati kecuali berdasarkan
kehendak dan takdirnya. Tidak ditambahkan pada umur seseorang, tidak pula
dikurangi sesuatu dari usianya kecuali dengan keputusan dan takdir Allah.48
Di dalam tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa bukan manusia, bukan karena pergi
merantau atau berperang dan bukan karena tinggal di rumah. Datang kehendak Allah
supaya manusia hidup, hiduplah dia didunia ini, mau tidak mau. Datang kehendak
Allah mesti mati, matilah dia, entah dia di medan perang, entah dalam pelayaran,
entah dirumah sendiri di kasur yang empuk.49 Artinya, ditangan-Nya penciptaan itu
berada dan kepada-Nya segala sesuatu kembali. Tidak seorang pun hidup dan mati
kecuali atas kehendak dan takdir-Nya. Dan tidak akan bertambah atau berkurang
umur seseorang, karena semuanya telah ditetapkan melalui qada dan qadar-Nya.
Sayyid Qut}b, Penerjamah As’ad Yasin, Abdul Aziz Sa>lim Basyarahil, Muchotob
47
Hamzah, Tafsi>r fi> Z{i>lal al-Qur’a>n, (Cet. IV; Jakarta: Gema Insani Press, 2008), h.191.
48
Al-Imam Ibn Katsi>r, Tafsi>r Ibn Katsi>r, Jilid IV, h.170.
Abdul Malik Abdulkarim Amrullah, Tafsi>r al-Azha>r (Cet.I; Singapura: Pustaka Nasional
49
semua makhluk-Nya, tidak ada sesuatu pun yang samar dari perkara mereka bagi
Allah.50Dalam tafsir al-Mara>gi> dikatakan bahwa bagi Allah tidak ada sesuatu yang
samar dari penglihatan-Nya mengenai hal-hal yang kalian pendam di dalam jiwa
kalian yaitu akidah-akidah yang berpengaruh pada perkataan dan sikap kalian. Oleh
karena itu, jadikanlah jiwa kalian tidak timbul hal-hal seperti yang biasa di lakukan
atau gugur di jalan Allah, bahwa mereka telah memperoleh tempat kembali yang
ُّم لَ َم ْغ ِفَرةٌ ِم َن اللَّ ِه َو َرمْح َةٌ َخْيٌر مِم َّا جَيْ َمعُو َن
ت
ُْ ْم َو
أ ِ َّولَئِن قُتِْلتُم يِف سبِ ِيل الل
ه َ ْ ْ َ
Ayat ini mengandung makna yang menunjukkan bahwa mati terbunuh di jalan
Allah merupakan sarana untuk memperoleh rahmat Allah, ampunan, dan ridha-Nya.
Hal ini jelas lebih baik dari pada tetap hidup di dunia dan mengumpulkan semua
perbendaharaannya yang fana itu.52Dalam tafsiran Ibnu Katsi>r juga mengatakan ayat
ini mengandung makna bahwa berperang dan mati di jalan Allah merupakan salah
satu sarana mendapatkan rahmat, ampunan, dan keridhaan-Nya. Dan yang demikian
itu lebih baik dari pada tetap hidup di dunia ini dan memperoleh segala isinya yang
fana ini.53
50
Al-Imam Ibn Katsi>r, Tafsi>r Ibn Katsi>r, Jilid IV , h.170.
51
Must}afa al-Mara>gi>, Tafsir al-Mara>gi>, Juz IV, h. 153.
Abu> al-Qa>sim Mah}mu>d Ibn ‘Amru>Ibn Ah}mad al-Zamakhsyari<, al-Kasysyaf ‘an
52
Kemudian Allah swt. memberitakan bahwa semua orang mati atau terbunuh,
tempat kembali dan kepulangannya hanyalah kepada Allah swt. Lalu Allah akan
perbuatannya baik, maka balasannya baik pula, dan jika amal perbuatannya buruk,
maka balasannya buruk pula.Untuk itu Allah swt. berfirman dalam QS Ali>-Imra>n/
3: 158.
)158( ُّم أ َْو قُتِْلتُ ْم إَلِ ىَل اللَّ ِه حُتْ َشُرو َن ِ
ْ َولَئ ْن ُمت
Terjemahnya:
Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja
kamu dikumpulkan.54
beriman, dia tidak menyadarkan mereka, dalam posisi ini, kepada kemuliaan individu
mereka apa yang ada disisi Allah, dan menghubungkan mereka dengan rahmat Allah.
Sedangkan, rahmat dan apa yang ada disisi Allah itu lebih baik dari pada segala
sesuatu yang dikumpulkan manusia secara mutlak, dan lebih baik dari pada kekayaan
54
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an al-Kari@m: Terjemah Tajwid Warna , h. 70.
Sayyid Qut}b, terj. As’ad Yasin, Abdul Aziz Sa>lim Basyarahil, Muchotob Hamzah,
55