Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah

yang berisi firman Allah swt. yang isinya menjelaskan berbagai persoalan hidup

manusia seperti persoalan akidah, syariah dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-

dasar prinsip mengenai persoalan tersebut.1 Demikian pula dengan mengandai-andai.

Mengandai-andai tidak lepas dari bahasan al-Qur’an yang dalam pandangan manusia

adalah suatu bahasan yang tidak begitu penting atau fundamental dalam bahasan

agama, tetapi jika ditinjau dari aspek psikologis maka bahasan ini menjadi penting

karena mempengaruhi sisi kejiwaan manusia dan manusia itu dianggap

keberadaannya ada karena aspek jiwanya, jika ada manusia yang tidak memiliki jiwa

dengan kata lain yaitu perasaan maka kemanusiaannya akan dipertanyakan.2

Mengandai-andai merupakan sikap berunding, bercakap-cakap,

mempertimbankan sesuatu dalam artian membicarakan atau memperkatakan sesuatu

untuk memperoleh persetujuan, bisikan jiwa terhadap apa yang ada dan tidak ada. 3

Banyak orang yang mengandalkan pengandaian. Ini boleh saja, bahkan yang

demikian itu baik asalkan pengandaian itu beralasan disertai upaya sekuat

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’a>n; Fungsi dan Peranan Wahyu dalam


1

Kehidupan Masyarakat (Cet. I; Bandung: Mizam, 2013), h. 45.


2
Must}afa al-Mara>gi>, Tafsir al-Mara>gi, ter. Bahrun Abu Bakar, dkk, Terjemahan Tafsir
al-Mara>gi, Juz IV (Cet. II; Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1974), h. 83. Lihat juga dalam, Hendri
Tanjung & Nur Rohim Yunus, Menajemen Waktu; 7 Langkah Membuat Hidup Penuh Arti (Cet. I,
Jakarta: Amzah, 2015), h. 25; dan M. Quraish Shihab, Secerah Cahaya Ilahi (Cet. II; Bandung: Mizan,
2013), h. 245.
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV (Cet. I; Jakarta:
3

PT Gremedia Pustaka Utama, 2008), h. 482.

1
2

kemampuan. Namun jika mengandalkan kehadiran rahmat atau datangnya bantuan

tanpa usaha, maka ini adalah pengandai-andaian yang kosong. Puncak kelengahan

dialami oleh orang kafir yang menduga bahwa Allah memberi keselamatan bagi

mereka, sehingga mereka hidup dengan rasa penyesalan dalam hati mereka.4

Pengandaian lain yang dikecam al-Qur’an karena dapat melengahkan dan

melalaikan adalah pengandaian yang tak berdasar. Ini adalah salah satu cara iblis

menjerumuskan umat manusia.5 Sebagaimana dalam firman Allah QS A<li

‘Imra>n/3: 154.

‫ون‬َ ُّ‫مُث َّ َأ ْن َز َل عَلَ ْيمُك ْ ِم ْن ب َ ْع ِد الْ َغ ّ ِم َأ َمنَ ًة ن ُ َع ًاسا يَغْىَش َطائِ َف ًة ِمنْمُك ْ َو َطائِ َف ٌة قَ دْ َأمَه َّهْت ُ ْم َأنْ ُف ُس ه ُْم ي َ ُظن‬
ِ ‫ون َه ْل لَنَ ا ِم َن اَأْل ْم ِر ِم ْن يَش ْ ٍء قُ ْل َّن اَأْل ْم َر لُك َّ ُه هَّلِل‬ َ ُ‫اِب هَّلل ِ غَرْي َ الْ َح ّ ِق َظ َّن الْ َجا ِه ِل َّي ِة ي َ ُقول‬
‫ِإ‬
‫ون ل َ ْو اَك َن لَنَا ِم َن اَأْل ْم ِر يَش ْ ٌء َما قُ ِتلْنَا هَا ُهنَا قُ ْل ل َ ْو‬ َ ُ‫ون كَل َ ي َ ُقول‬ َ ُ‫ون يِف َأنْ ُف ِسه ِْم َما اَل يُ ْبد‬ َ ‫خُي ْ ُف‬
ْ ‫ُك ْنمُت ْ يِف بُ ُي و ِتمُك ْ لَرَب َ َز اذَّل ِ َين ُك ِت َب عَلَهْي ِ ُم الْ َق ْت ُل ىَل َم َض ِاج ِعه ِْم َو ِل َيبْتَيِل َ اهَّلل ُ َم ا يِف ُص دُ ِورمُك‬
‫ِإ‬
)154( ‫الصدُ ِور‬ ُّ ‫َو ِل ُي َم ِّح َص َما يِف قُلُو ِبمُك ْ َواهَّلل ُ عَ ِل ٌمي ِب َذ ِات‬
Terjemahnya:
Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman
kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan
segolongan yang lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka
berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini?”
Katakanlah (Muhammad), “Sesunguhnya segala urusan itu ada di tangan
Allah,”Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tiak mereka
terangkan kepadamu. Mereka berkata, ”Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita
perbuat dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan terbunuh (dikalahkan) di sini.
“Katakanlah (Muhammad), “Meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang
yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka
terbunuh” Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol II (Cet.
4

V; Jakarta: Lentera Hati, 1427 H/ 2006 M), h. 248.


5
M. Quraish Sihab, Secerah Cahaya Ilahi (Cet. II; Bandung: Mizan, 2013), h. 245.
3

dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha
Mengetahui isi hati.6

Selain itu, mengandai-andai adalah bercakap-cakap atau peristiwa yang

dianggap mudah terjadi.7 Mengandai-andai tidak dilarang karena hal itu dapat

mendorong terciptanya kreasi-kreasi baru. Mengandai-andai adalah hal yang

gampang di lakukan akan tetapi hal itu juga yang membuat orang terjerumus dalam

kesengsaraan.8

Sebagaimana peristiwa pada masa Nabi Muhammad saw. yaitu pada

peristiwa perang Uhud. Ketika itu Nabi Muhammad saw. mengalami kekalahan

yang besar dan kaum muslimin diselimuti dengan pengandai-andaian dan sangkaan,

yang imannya tidak mantap telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri sehingga

mereka tidak dapat merasakan keamanan itu, bahkan mereka berprasangka yang tidak

benar terhadap Allah swt. mereka menduga bahwa kekalahan total telah menimpa

mereka dan jika seandainya mereka mereka bertahan di Madinah tidak akan ada

yang gugur. Mereka berkata sambil menggerutu “apakah ada bagi kita barang sesuatu

hak campur tangan dalam urusan ini?, yakni kami tidak bersalah dan tidak

bertanggung jawab sedikit pun menyangkut petaka ini, bahkan Nabi saw. tidak

mendengar saran dari kami agar jangan keluar dari Madinah. Katakanlah.

“sesungguhnya urusan itu seluruhnya berada di tangan Allah, Dialah yang

menetapkan melalui hukum-hukum kemasyarakatan sanksi dan dampak setiap

kegiatan. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka

terangkan kepada kepada kamu; karena meraka orang-orang munafik, mereka berkata

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Sukoharjo: Penerbit Madina
6

Al-Qur’an, 2016), h. 70.


7
Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, h. 63.
8
Ahmad Mus{t{afa> al-Mara>gi, Tafsi>r al-Mara>gi, Juz V, h. 83.
4

secara sembunyi-sembunyi kepada rekan-rekan mereka “ sekiranya ada bagi kita

barang sesuatu hak campur tangan dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan

terbunuh.”9

Padahal Allah swt. telah melarang kaum muslimin untuk berandai-andai,

berperasangka yang tidak baik terhadap kehidupan karena segala hal telah di

takdirkan oleh Sang Maha Pencipta. Manusia hanya bisa merencanakan sesuatu dan

semua ketentuan dari semua itu ada di tangan yang Maha Kuasa, oleh sebab itu tidak

sewajarya umat Islam berandai-andai terhadap apa yang telah terjadi. 10 Hal ini sesuai

dengan firman Allah swt. dalam QS A>li ‘Imra>n/ 3:156-157

‫اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُ وا اَل تَ ُكون ُ وا اَك ذَّل ِ َين َك َف ُروا َوقَ الُوا ْخ َواهِن ِ ْم َذا رَض َ بُوا يِف اَأْل ْر ِض َأ ْو اَك ن ُوا‬
‫ِإ‬ ‫ِإِل‬
‫غُ ًّزى ل َ ْو اَك ن ُوا ِع ْن دَ اَن َم ا َم اتُوا َو َم ا قُ ِتلُ وا ِل َي ْج َع َل اهَّلل ُ َذكِل َ َحرْس َ ًة يِف قُلُ وهِب ِ ْم َواهَّلل ُ حُي ْ يِي‬
ِ ‫ِيل اهَّلل ِ َأ ْو ُممُّت ْ ل َ َم ْغ ِف َر ٌة ِم َن اهَّلل‬
ِ ‫) َولَنِئ ْ قُ ِتلْمُت ْ يِف َس ب‬156( ٌ‫ون ب َ ِص ري‬ َ ُ‫يت َواهَّلل ُ ِب َم ا تَ ْع َمل‬ ُ ‫َويُ ِم‬
)157( ‫ون‬ َ ‫َو َرمْح َ ٌة َخرْي ٌ ِم َّما جَي ْ َم ُع‬
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir
yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan
perjalanan di bumi atau berperang, “Sekiranya mereka tetap bersama kita,
tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” (Dengan perkataan) yang
demikian itu, karena Allah hendak menimbulkkan rasa penyesalan di hati
mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan, dan sesungguhnya sekiranya kamu gugur di jalan Allah
atau mati, sunguh, pastilah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu)
dari pada (harta rampasan) yang mereka kumpulkan.11

Dengan demikian bahasan berandai-andai perlu dikaji secara serius agar

manusia dalam kehidupannya tidak memandang sepele apapun yang terjadi, atau

9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah, vol II, h. 250.
10
Ahmad Mus{t{afa> al-Mara>gi, Tafsi>r al-Mara>gi, Juz V, h. 83.
11
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, h. 70.
5

apapun yang diinformasikan terhadap al-Qur’an. Secara sepintas menganda- andai

adalah sesuatu yang tidak penting tetapi ketika dikaji lebih jauh ternyata merupakan

aspek primer dalam kehidupan manusia karena berkaitan dengan jiwa dan rasa.

Manusia tanpa jiwa dan rasa bagaikan mayat yang berjalan.

Olehnya penulis memandang bahasan ini sangat penting untuk dibahas karena

menyangkut sisi dalam manusia, baik dalam berinteraksi sesama manusia maupun

dengan Maha Pencipta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut, maka masalah pokok

yang menjadi pembahasan untuk diteliti dalam kajian skripsi ini dengan merumuskan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hakikat mengandai-andai dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157?

2. Bagaimana wujud mengandai-andai dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157?

3. Bagaimana dampak mengandai-andai dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157?

C. Fokus penelitian dan deskripsi fokus

Judul skripsi ini adalah Mengandai-andai dalam al-Qur’an (Suatu Kajian

Tah}li>li> Terhadap QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157).

Sebagai langkah awal untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam

pembahasan skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu membatasi fokus kajian ayat

pada QS A@li ‘Imra>n/03: 156-157 dengan mengangkat pembahasan yaitu kata ‫لو‬
berarti jika, jikalau dan sekiranya, yang memiliki makna mengandai-andai

mengumpamakan sesuatu tidak akan terjadi seandainya tidak dilakukan sesuatu, dan
6

ini yang membedakan dengan term yang lainnya sehingga peneliti tertarik untuk

memfokuskan pembahasan pada ayat di atas.

Maka penulis dalam hal ini akan melakukan penelitian tentang mengandai-

andai dalam Al-Qur’an yang akan melahirkan bentuk penyesalan dalam hati yaitu

pada bentuk kalimat, ‫ل َ ْو اَك ن ُوا ِع ْندَ اَن َما َماتُوا َو َما قُ ِتلُوا ِل َي ْج َع َل اهَّلل ُ َذكِل َ َحرْس َ ًة يِف قُلُوهِب ِ م‬
Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.”

(Dengan perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkkan rasa

penyesalan di hati mereka.

D. Kajian Pustaka

Setiap penelitian membutuhkan kajian pustaka dan dianggap sebagai hal yang

esensial dalam penelitian. Hal itu tidak terlepas dari fungsinya sebagai tolak ukur

dalam membedakan hasil-hasil penelitian sebelumya dengan penelitian yang

dilakukan, sehingga tidak terjadi pengulangan penelitian. 12 Untuk kepentingan ini,

penulis telah melakukan kajian pustaka, baik kajian pustaka dalam bentuk hasil

penelitian, pustaka digital, maupun kajian pustaka dalam bentuk buku-buku atau

kitab-kitab, berdasarkan hasil penelusuran dan pembacaan terhadap pustaka,

ditemukan literatur yang terkait dengan judul skripsi ini sebagai berikut.

Pertaman, Skripsi yang ditulis oleh Ummul Hidayatullah yang berjudul at-

Tamanni@ dalam Sperepektif Al-Qur’an (Suatu kajian tahli@li@ terhadap QS Al-

Nisa>/ 4: 32 ) dalam skripsi ini menjelaskan bahwa semua hal yang kita inginkan

dapat kita peroleh dan dapat kita capai dengan berkhayal akan tetapi semuanya akan

12
Abdul Gaffar, ‘Ila>l al-Hadis (Rekonstruksi Metogologis atas Kaidah Kesahihan Hadis),
Disertasi (Samata: Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, 2015), h. 23.
7

tercapai kalau disertai dengan bebagai usaha untuk mendapatkan apa yang ingin

dicapai.

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Laelatul Munawwarah yang berjudul Al-

Raja> dan Al-Ya’s dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Tematik), skripsi ini menjelaskan

bahwa Al-Raja> dan Al-Ya’s disamkan dengan orang yang bertakwa sedangkan Al-

Ya’s disamakan orang kafir karena sesat. Karena orang –orang yang pesimis disebut

dalam al-Qur’an sebagai orang kufur nikmat dan bersikap inkonsisten dalam

beribadah.

Ketiga , buku yang ditulis oleh Adil Fathi Abdullah yang berjudul

Membangun Positive Thinking Secara Islam, buku ini menjelaskan bahwa kecemasan

jiwa manusia selalu menempati posisi puncak di antara beberapa penyakit masa kini,

yang mana keimanan seseorang diguncang karena tidak kokohnya keimanannya.

Dalam buku ini dalam salah satu bahasannya menjelaskan bahwa kata pengandaian

akan menimbulkan perbuatan setan, dan menduga bahwa manusia mampu mencegah

apa yang telah terjadi dengan kehidupan, karena setiap perbuatan yang dilakukan di

dunia ini tidak lepas dari takdir-Nya.

Keempat, buku yang ditulis Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh

yang berjudul Fathul Majid, buku ini menjelaskan tentang ketauhidan di mana

manusia harus memantapkan ketauhidan dalam diri mereka. Dalam kitab ini salah

satu sub pembahasan berisi tentang ucapan”andaikata” kata ini berarti sebuah

ancaman dan larangan mengucapkan tentang ucapan andaikata pada segala hal yang
8

tidak dinginkan sebab ia mengandung ketidak sabaran dan penyesalan atas apa yang

telah berlalu yang tak mungkin kembai lagi.13

Dari beberapa tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa belum ada

penelitian ataupun buku yang membahas tentang mengandai-andai di dalam al-

Qur’an dengan metode tahli@li@. Akan tetapi penelitian dan buku yang disebutkan

tadi akan membantu peneliti di dalam melakukan penelitian karena ada beberapa hal

yang membahasnya sama dengan peneliti dan tugas peneliti mengembangkan apa

yang telah dipaparkan serta melengkapi pembahasan yang belum tersentuh.

E. Metodologi Penelitian

Untuk menganalisis sebuah objek penelitian yang bersentuhan langsung

dengan tafsir, maka diperlukan sebuah metodologi penelitian tafsir. Sebagai kajian

yang bersifat literal, maka sumber data dalam penelitian ini sepenuhnya didasarkan

pada riset kepustakaan (library research). Studi pustaka diperlukan sebagai salah satu

tahap pendahuluan (plinmary research) untuk memahami lebih dalam gejala baru

yang tengah berkembang di lapangan atau dalam masyarakat.

Upaya mengumpulkan dan menganalisis yang diperlukan dalam pembahasan

skripsi ini menggunakan beberapa metode meliputi jenis penelitian, pendekatan,

teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan dan analisis data.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada tulisan ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk

library research (kepustakaan). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan

13
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali Asy-Syaikh, Fathul Majid Syarah Kita>b at-Tauhi@d,
terj Izzudin Karimi &Abdurrahman Nuryaman (Cet. IX; Jakarta: Darul Haq, 2017), h. 927
9

secara alami, apa adanya, dalam situasi normal dan tidak dapat dimanipulasi keadaan

dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami. 14 Dengan kata lain

informasi atau sajian datanya harus menghindari adanya evaluasi dan interpretasi dari

peneliti. Jika terdapat evaluasi atau interpretasi itu pun harus berasal dari subjek

penelitian.

Pada penelitian ini, penulis mengacu pada QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157 yang

menjelaskan tentang mengandai-andai, kemudian ayat tersebut dianalisis

menggunakan metode tafsir tah{li>li>.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan berarti sebuah proses, perbuatan, cara mendekati sebuah objek.

Dan istilah pendekatan ini juga diartikan sebagai proses dan cara mendekati suatu

objek. Dalam bahasa Arab istilah ini disebut al-ittijah al-Fikri (arah pemikiran),

sedangkan dalam bahasa Inggris digunakan kata approach. Sehingga makna

pendekatan sebagai cara kerja yaitu wawasan ilmiah yang digunakan seseorang untuk

mempelajari suatu objek dan aspek-aspek objek yang dibahas. 15 Terkait dengan

penelitian ini, pendekatan yang digunakan sebagai berikut:

a. Pendekatan tafsir, yaitu suatu pendekatan yang menjelaskan kandungan makna

dari ayat al-Qur’an melalui tafsiran ulama atau sumber lainnya, kemudian

memberikan analisis kritis dan komparatif.16 Pendekatan ini digunakan untuk

melacak hakikat mengandai-andai dalam al-Qur’an.

14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi (Cet. XIII;
Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 12.
15
Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’i (Makassar: Pustaka al-
Zikra, 2011), h. 98.
16
Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’i, h. 100.
10

b. Pendekatan teologis, yaitu suatu pendekatan yang mengkaji sesuatu dari segi

ketuhanan.

c. Pendekatan psikologis, yaitu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik

normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku.

3. Metode Pengumpulan Data

Secara leksikal pengumpulan berarti proses, cara, perbuatan mengumpulkan,

penghimpunan, pengerahan. Data adalah keterangan yang benar dan nyata,

keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan bahan kajian (analisis atau

kesimpulan). Dengan demikian, pengumpulan data dapat diartikan sebagai prosedur

yang sistematis dan memiliki standar untuk menghimpun data yang diperlukan dalam

rangka menjawab masalah penelitian sekaligus menyiapkan bahan-bahan yang

mendukung kebenaran korespondesasi teori yang akan dihasilkan.17

Mengingat penelitian ini terkait dengan penelitian tafsir maka data primer 18

dalam penelitian ini adalah QS A<li ‘Imra>/3: 156-157. Sedangkan yang menjadi

data sekunder19 adalah kitab-kitab tafsir beserta buku-buku keislaman dan buku-buku

yang berhubungan dengan tema penelitian.

Maka ketika pengumpulan data, penulis melakukan teknik penelusuran yakni

menelusuri kata mengandai-andai yang terdapat dalam buku-buku perpustakaan atau

toko buku lainnya. Berbagai macam cara untuk menemukan buku-buku yang
17
Abd. Muin Salim, dkk., Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’i, h. 109-111.
18
Data primer adalah data empirik yang diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan,
kelompok dan organisasi. Lihat Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi
(Jakarta: Rajawali Press, 2010), h.29.
19
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara (dihasilkan dari pihak lain) atau digunakan oleh lembaga-lembaga yang bukan merupakan
pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian tertentu. Lihat Rosady Ruslan, Metode
Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h. 138.
11

menyangkut tema penelitian, misalnya melalui katalog yang ada di perpustakaan atau

melalui indeks yang terdapat di belakang buku.

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pola kerja yang dimiliki skripsi ini menggunakan metode pengolahan dan

analisis data yang bersifat kualitatif. Hal ini bertujuan untuk menganalisis makna-

makna yang terkandung dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan mengandai-andai.

Adapun langkah yang ditempuh sebagai berikut:

a. Metode Pengolahan Data

Metode yang digunakan Peneliti dalam hal ini, adalah metode tafsir

tah}li@li@. Adapun cara kerja metode tafsir tah{li>li adalah sebagai berikut.

1) Menyebutkan ayat QS A@li ‘Imra>n/03: 156-157 yang akan dibahas

dengan memperhatikan urutan ayat dalam mushaf.

2) Menganalisis kosakata atau tafsir al-mufrada>t yang terdapat dalam QS

A@li ‘Imra>n/3: 156-157 yaitu: ,‫ ّغزى ليجعل‬,‫ األرض‬, ‫ كفروا‬,‫آمنوا‬


‫ قلوهبم‬,‫حرسة‬.
3) Menerangkan hubungan muna>sabah, baik antar ayat maupun antar

surah. Adapun antar ayat adalah ayat ini dan dan ayat-ayat berikutnya

adalah konsekuensi dari kesimpulan ayat-ayat yang lalu, yang diakhiri

dengan pernyataan bahwa “bahwa Allah telah menjanjikan sebuah

kemenangan ketika kaum muslimin taat kepada perintah rasulnya ”.20

4) Memberikan garis besar maksud ayat QS A@li ‘Imra>n/03: 156-157,

sehingga diperoleh gambaran umum maksud dari ayat tersebut.

20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misba>h, vol II, h. 553.
12

5) Memperhatikan keterangan-keterangan yang bersumber dari ayat lain,

Nabi, sahabat, ta>bi’i<n, dan para mufasir. Adapun yang menjadi

rujukan dalam membahas skripsi ini, Adapun kitab tafsir al-Qur’a>n;

Tafsir al-Misbah, karya M. Quraish Shihab, Tafsi>r al-Mara>gi, karya

Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>gi, Tafsi>r al-Muni>r, karya Wahbah al-

Zuh}ai>li>, Tafsi>r al-Qurt}ubi >karya al-Qurt}ubi>, Sayyid Qut}u>b

dan lain-lain.

6) Memberikan penjelasan tentang maksud ayat QS A@li ‘Imra>n/03: 156-

157 dari berbagai aspeknya pada penjelasan yang telah diperoleh.

b. Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu;

1) Deduktif, yaitu analisis data yang dilakukan dengan berangkat dari data

yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. 21

Penelitian ini mengambarkan pertama kali dengan membahas tentang

mengandai-andai lalu menjabarkannya secara spesifik lalu mengaitkannya

dengan yang termaktub dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157 kemudian

ditafsirkan menggunakan ayat, hadis Nabi, penafsiran tabi’i>n maupun

ulama tafsir.

2) Induktif, yaitu analisis data yang dilakukan dengan berangkat dari data

yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. 22

Penelitian ini berusaha mengkaji secara khusus tentang mengandai-andai

21
St. Sutarni dan Sukardi, Bahasa Indonesia 2 (Cet. I; Jakarta: Quadra, 2008), h. 8.
22
St. Sutarni dan Sukardi, Bahasa Indonesia 2 , h. 8.
13

dengan melihat penafsiran ayat, hadis Nabi, penafsiran tabi’i>n maupun

ulama tafsir yang berhubungan dengan QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157.

Dari data yang telah dianalisis di atas, maka penulis akan menjelaskan

kandungan dan maksud dari ayat tersebut dengan menggunakan beberapa kitab-kitab

tafsir. Pendekatan tafsir yang penulis gunakan dalam penelitian ini diterapkan dengan

beberapa interpretasi, yaitu:

a. Interpretasi tekstual adalah melakukan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan ayat

atau hadis.

b. Interpretasi linguistik adalah menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan kaidah

bahasa Arab.

c. Interpretasi sistematis adalah menggambarkan adanya munasabah antara ayat

dengan ayat.

d. Interpretasi kultural yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan

ilmu pengetahuan yang mapan guna memahami kandungan al-Qur’an.23

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan:

1. Menjelaskan hakikat mengandai-andai dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157-28.

2. Menjelaskan wujud mengandai-andai dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157.

3. Menjelaskan dampak mengandai-andai dalam QS A<li ‘Imra>n/3: 156-157-

28.

Selanjutnya, melalui penjelasan dan deskripsi di atas, diharapkan penelitian

ini berguna untuk:

23
Untuk lebih jelasnya, Lihat penjelasannya dalam Abd. Muin Salim, dkk.,Metodologi
Penelitian Tafsi>r Maud}u>’i>, h. 131.
14

1. Kegunaan ilmiah: mengkaji dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan

skripsi ini, sedikit banyaknya akan menambah khazanah ilmu pengetahuan

baik dalam kajian tafsir.

2. Kegunaan praktis: menjadi informasi, bahan pustaka diberbagai lembaga

keilmuan dan digunakan untuk memperoleh gelar sarjana agama (S.Ag) di

bidang tafsir.

Anda mungkin juga menyukai