Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENGAJUAN JUDUL SEKRIPSI

Di tujukan untuk memenuhi syarat Kelulusan Institut Agama Islam Faqih Asy’ari
Dosen Pengampu : DONI SAPUTRA SE.SY. M.Pd.I

DiSusun Oleh:
M. Abdur Rohim
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY'ARI
(IAIFA)
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan pada saat ini, guru bukanlah sumber satu-satunya
pembelajaran yang ada. Guru tidak lagi dituntut untuk menjadi penyampai apa yang
diketahui oleh guru atau apa yang ada didalam buku kepada siswanya. Hal ini
memungkinkan siswa sebagai sesuatu yang harus mengikuti guru tanpa mengerti apa
yang difikirkan oleh siswa. Kenyataan ini membuat siswa tidak aktif didalam suatu
pembelajaran, karena siswa hanya diam menerima apa yang guru sampaiakan. Hal
semacam itu bertentangan dengan teori dari Piaget yang menyatakan bahwa “anak
adalah seorang yang aktif”1, maka dari itu peran guru dalam pembelajaran seharusnya
bergeser dari penyampai menjadi guide atau pemandu dalam hal ini pemandu atau
pembimbing dalam proses belajar mengajar.
Piaget berpendapat bahwa siswa SD berada pada masa operasional konkret
“Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola pikir operasional secara konkrit
dalam arti masih memerlukan dukungan objek - objek konkrit”2. Siswa telah mampu
untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka mengeksplorasi
lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran
yang logis. Maka dari itu, perlu penekanan kembali bahwa guru merupakan
pembimbing dalam pembelajaran bukan sebagai penyampai materi saja kepada
siswanya. Dalam pembelajaran IPA, siswa SD banyak dihadapkan pada
permasalahanpermasalahan yang abstrak. Pada pembelajarannya IPA merupakan
suatu ilmu yang harus dibuktikan kebenarannya dengan melakukan sesuatu. Untuk
dapat mencapai tujuan dari pada pembelajaran IPA maka guru perlu menggunakan
suatu cara atau model pembelajaran agar siswa yang masih berada pada masa
operasional konkret ini benar-benar mengerti apa sesungguhnya hakikat dari
pembelajaran IPA.
Agar siswa dapat belajar sesuai karakteristiknya, maka perlu perubahan atau
mengganti model pembelajaran. Model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dirasa dapat untuk mewakili siswa dalam belajar agar sesuai dengan
karakteristiknya. CTL ini menekankan pada guru untuk mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dalam hal ini siswa perlu mengerti
apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya. Dengan ini siswa akan menghindari bahwa apa yang mereka pelajari
berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya
nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya. Peran guru dalam pembelajaran
CTL adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Disini guru bukan sebagai
media atau penyalur informasi melainkan sebagai pengelola kelas dan membagi
siswanya untuk dapat belajar, menemukan dan mengalami sendiri apa yang ada

1
A.G. Widiantara, Lasmawan I Wayan, dan Suarni Ni Ketut, “Sosial Terhadap Sikap Sosial Dan Hasil Belajar Ips Siswa
Kelas Viii Smp Negeri 3 Singaraja,” e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha 3 (2013).
2
Victor G Simanjuntak dan Fitriana Puspa Hidasari, “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Tgt” 2013, no. 2 (2013):
1–8.
dalam pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, siswa tidak lagi disuguhi ceramah dan
hanya berangan-angan saja melainkan siswa benar-benar mengalami apa yang
dipelajarinya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran IPA yang mengharuskan siswa
untuk berbuat dan melakukan sesuatu bukan hanya sekedar diam dan mendengarkan
apa yang disampaikan oleh guru.
Maka dari itu peneliti mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Ditinjau dari Keaktifan Siswa Terhadap
Pembelajaran IPA di Kelas IV SDI ULUMIYAH AL-MAKRUF JOMBANGAN”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Diharapkan ada perbedaan dari hasil pembelajaran IPA yang di ajar
dengan model CTL dan model konvensional
2. Ada kemungkinan hasil pembelajaran IPA dapat berbeda apabila siswa
memiliki kadar keaktifan antara yang tinggi, sedang dan tinggi
3. Diharapkan ada perbedaan hasil pembelajaran IPA yang diajar dengan
metode CTL dan metode konvensional serta dengan siswa yang
memiliki keaktifan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam penafsiran judul, maka penulis membatasi masalah – masalah sebagai berikut:
1. Metode Contextual and Teaching Learning (CTL) pada penelitian ini
merupakan metode yang dapat untuk mengaktifkan siswa.
2. Metode Konvensional dalam penelitian ini adalah metode mengajar
dengan cara lama (kuno), pengajaran yang berpusat pada guru.
3. Keaktifan dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa pada
pembelajaran IPA tentang pokok bahasan perubahan kenampakkan
bumi.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan metode CTL
menghasilkan hasil pembelajaran IPA yang lebih baik jika
dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional?
2. Manakah yang memberikan hasil pembelajaran IPA yang lebih baik,
antara siswa yang mempunyai keaktifan yang tinggi dalam
pembelajaran, keaktifan yang sedang atau keaktifan yang tinggi dalam
pembelajaran IPA?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode CTL dan keaktifan dalam
belajar IPA siswa terhadap hasil belajar IPA ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui apakah pembelajaran IPA yang diajar dengan
menggunakan metode CTL menghasilkan hasil belajar IPA yang lebih
baik jika dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.
2. Mengetahui manakah yang memberikan hasil belajar IPA yang lebih
baik, antara siswa yang mempunyai keaktifan dalam pembelajaran IPA
yang tinggi, sedang atau rendah dalam pembelajaran IPA.
3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan
minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peserta didik
a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
b. membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar IPA yang baik
2. Bagi Guru
a. Memberikan gambaran bagi guru agar dapat menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik
b. Memberikan masukan kepada guru agar dapat mengaktifkan
siswanya dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Peneliti
a. Untuk mendapat pengalaman langsung dalam mengidentifikasi
masalah yang ada dalam dunia Pendidikan
b. Memberi dorongan kepada mahasiswa agar menjadi guru SD yang
baik
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran IPA
1. Definisi Belajar
Sebagai landasan dari pengertian belajar, ada beberapa definisi belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah3:
a. Hilgard dan Bower : “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang (contoh: kelelahan,
pengaruh obat, dan lainnya) ”.
b. Gagne : “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.
c. Morgan : “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
d. Witherington : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.
B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Definisi IPA
Menurut Webster New Collegiate Dictionart, definisi dari sains adalah
“pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian “atau”
pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum
alam yang terjadi4. Lebih lanjut Srini M. Iskandar menuliskan definisi IPA
menurut Purnell’s bahwa IPA itu merupakan pengetahuan yang luas yang
dimiliki oleh manusia yang didapat dengan berbagai cara, Purnell”s
selanjutnya mengungkapkan cara yang dapat ditempuh dalam memperoleh
pengetahuan antara lain: observasi dan eksperimen, dijelaskan dengan aturan –
aturan, hukum – hukum, prinsip – prinsip, teoti – teori dan hipotesis –
hipotesis. Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan definisi
IPA adalah segala sesuatu yang dapat diperoleh manusia dari
pengetahuannnya sendiri dan pengetahuan itu dapat diperoleh dari berbagai
3
Farah Indrawati, “Pengaruh Kemampuan Numerik dan Cara Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika,” Formatif:
Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 3, no. 3 (2015): 215–223.
4
Yuliana Susanti, “Menginterkoneksi Sains dan Agama dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,” Islamika 1, no. 2
(2019): 89–101.
cara, pengetahuan itu dapat digunakan untuk mempelajari tentang apa yang
ada di alam.

2. Ruang Lingkup IPA


Ruang lingkup IPA meliputi dua aspek, hal tersebut diuraikan dalam
Standar Kompetensi Sains yaitu5:
a. Kerja ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian,
berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan
pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.
b. Pemahaman konsep dan penerapannya yang mencakup:
a) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu
manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan;
b) Benda/materi, sifat – sifat dan kegunaanya meliputi:
cair, padat dan gas;
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana;
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata
surya, dan benda – benda langit lainnya;
e) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat
(Salingtemas) merupakan penerapan konsep sains dan
saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan
masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi
sederhana termasuk merancang dan membuat.
C. Metode Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran
dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi
melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. lebih lanjut diungkapkan
oleh Mulyani Sumantri dan Johar Permana mengemukakan bahwa “Metode
konvensional adalah penyajian pembelajaran oleh guru dengan cara memberikan
penjelasan – penjelasan secara lisan kepada peserta didik”6.
Dari kedua pengertian di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa metode
konvensional adalah model pembelajaran dengan menyampaikan materi dilanjutkan
dengan memberikan evaluasi tanpa adanya peran aktif siswa didalam pembelajaran
tersebut.
D. Model Pembelajaran Cintextual Teaching and Learning (CTL)
1. Model Pembelajaran

5
Putri Giriyanti, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Pada Materi
Ekosistem Kelas X SMA,” Skripsi Pendidikan Biologi 05, no. 1 (2017): 1–8.
6
“Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan metode” (2009): 1–47.
Model adalah suatu kerangka berfikir yang dipakai sebagai panduan
untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu7. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa model mengajar adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu 8. Maka dari itu, model
pembelajaran merupakan suatu kerangka berfikir untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dari pembelajaran. Metode ini dapat
digunakan oleh guru sebagai dasar untuk menciptakan sesuatu yang berbeda
dari biasanya.

7
Andhini Virgiana dan Wasitohadi Wasitohadi, “Efektivitas Model Problem Based Learning Berbantuan Media Audio
Visual Ditinjau Dari Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sdn 1 Gadu Sambong - Blora Semester 2 Tahun 2014/2015,”
Scholaria : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 6, no. 2 (2016): 100.
8
Daniel Lenox Fay, “model pembelajaran,” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (1967): 1–8.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDI ULUMIYAH AL-MAKRUF
JOMBANGAN pada bulan Oktober Tahun 2020.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey.Metode survey adalah kajian
sejumlah orang yang memungkinkan kita untuk memaparkan semua penduduk yang
diwakilinya9.
Sedangkan untuk variabel penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. Menurut
Mustafa Edwin Nasution Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai
berbeda10. Perbedaan nilai ini dapat terjadi pada suatu objek atau individu pada waktu
yang berbeda-beda. Di sisi lain, perbedaan juga dapat terjadi pada beberapa objek
atau individu pada suatu waktu.
Ada 2 jenis variabel yaitu :
1. Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variable yang mempunyai
pengaruh terhadap variable terikat, Pengaruh variabel tersebut dapat bersifat
positif ataupun negative11. Variabel bebas biasanya diberi lambang X. Maka
dari penelitian ini ada dua variabel bebas yaitu metode ( x 1) dan keaktifan
siswa ( x 2 ).
2. Variabel Terikat Variabel ini merupakan nilai-nilai dari objek penelitian yang
terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti variabel terikat ini
merupakan variabel utama dalam penelitian 12. Maka dari itu Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA.
C. Instrumen Penelitian
1. Instrument
Instrumen digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data.
Penelitian ini terdapat tiga instrument yang mengacu pada tiga variabel yang
ada dalam penelitian ini, tiga instrumen tersebut yaitu :
a. Instrument untuk mengukur pembelajaran dengan menggunakan
metode.
b. Instrument untuk mengetahui kadar keaktifan siswa
c. Instrument untuk mengetahui hasil belajar IPA

9
Mohamad Mustori, Pengantar Metode Penelitian, 2012.
10
Sangkot Nasution, “Variabel penelitian,” Raudhah 05, no. 02 (2017): 1–9.
11
Verra Nitta Turere, “Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Balai Pelatihan
Teknis Pertanian Kalasey,” Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1, no. 3 (2013): 10–19.
12
Ibid.
Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
yaitu:
a. Kuesioner
Kuesioner umumnya terdiri dari serangkaian pertanyaan atau pernyataan
tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kuesioner
merupakan daftar pernyataan tertulis yang sekaligus untuk mencatat jawaban
dari responden. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan antara pembelajaran dengan metode CTL dan Konvensional
b. Check list
Alat ini berisikan serangkaian daftar kejadian penting yang akan diamati.
Ketika pengamatan berlangsung , peneliti secara objektif memilih dengan
cepat dan memberi cek pada daftar kejadian. Check list ini digunakan untuk
mengukur kadar keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
c. Tes
Pengertian tes menurut Suharsini Arikunto adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat ini yang digunakan untuk mengukur kemampuan atau
bakat yang dimiliki individu atau kelompok13. Tes ini digunakan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran yang diajar dengan
model CTL dan Konvensional.
2. Validitas
Validitas merupakan suatu alat ukur jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti
memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria yang ditetapkan 14. Untuk
mencari validitas dapat digunakan rumus korelasi product momen dengan rumus
simpangan yang dinotasikan sebagai berikut:
r xy= ∑ xy
¿¿
Dengan:
r xy: koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y
x : x - ̅y
y : y - ̅y
∑ xy: jumlah perkalian x dengan y
x 2: Kuadrat x
y 2: Kuadrat y
3. Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas, digunakan belah dua dengan rumus:
r 11 = 2.r 1 ¿ 1¿
¿¿

Di mana :
r 1 ¿1 ¿ : korelasi antara skor-skor belahan

r 11 : koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan


D. Analisis Data
13
MZ Yumarlin, “Pengembangan Permainan Ular Tangga,” Jurnak Teknik 3, no. 1 (2013): 75–84.
14
Intan Kemala Sari, Nurul Fajri, dan Sri Mulyani, “Profil Validitas Dan Reliabilitas Butir Soal Matematika Ujian Akhir
Semester Kelas VIII SMP di Banda Aceh,” Jurnal Numeracy 6, no. 1 (2019): 132–142.
1. Uji Normalitas
a. Hipotesis
H 0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi norma
H 1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf signifikansi :  = 0,05
c. Statistik Uji
L = Maks F  Zi   Zi 
Dengan :
x −x
Zi = i ,( s = standar deviasi)
s
F(zi) = P (Zzi)
Z  N(0,1);
S(zi) = proporsi cacah Z  zi terhadap seluruh zi
d. Daerah kritik
DK = {L L>L;n}dengan n adalah ukuran sampel.
Untuk beberapa  dan n, nilai L;n dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji
Lilliefors.
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika harga statistik uji berada di daerah kritik.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah k sampel mempunyai
variansi yang sama. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett
dengan statistik uji Chi Kuadrat.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis variansi dua jalan
2 x 3 (anava factorial 2 jalur) Menggunakan anava dua jalur (Analisis variance two
way)
a. Menghitung jumlah kuadrat (sum of squares) total (J ), antar A (Jk a) antar B (Jk
b) interaksi A x B (Jk ab) dan dalam kelompok (Jk d)
b. Menghitung derajat kebebasan total (db t), antar A (dbA ) antar B (dbB ) interaksi
A x B (dbAB )
db t = N – 1
dbA = K – 1
dbB = K – 1
dbAB = dbA x dbB
dbd = db t - (dbA + dbB + dbAB)
Dimana N = Jumlah subjek, K = Jumlah Kelompok
c. Menghitung rata-rata kuadrat antar A (RkA) antar B (RkB), interaksi A x B
(RkAB) dan Dalam Kelompok (RkD)
RkA = Jk A : dbA
RkB = Jk B : dbB
RkAB = Jk AB : dbAB
RkD = Jk D : dbD
d. Menghitung Rasio FA, FB dan FAB
FA = Rk A : Rkd
FB = Rk B : RkB
FAB = Rk AB : Rkd
e. Melakukan interpretasi dan uji signifikansi pada semua rasio F yang di peroleh (F
hitung ) dengan F teoritik yang terdapat dalam tabel nilai-nilai F (F tabel). Jika F
hitung lebih besar dari pada F tabel maka dapat di interpretasikan bahwa terdapat
perbedaan significant pada Hasil pembelajaran IPA setelalah diajar dengan
menggunakan metode CTL dan Konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Fay, Daniel Lenox. “model pembelajaran.” Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952. (1967): 1–8.
Giriyanti, Putri. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
Literasi Sains Siswa Pada Materi Ekosistem Kelas X SMA.” Skripsi Pendidikan Biologi
05, no. 1 (2017): 1–8.
Indrawati, Farah. “Pengaruh Kemampuan Numerik dan Cara Belajar terhadap Prestasi
Belajar Matematika.” Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 3, no. 3 (2015): 215–
223.
Mustori, Mohamad. Pengantar Metode Penelitian, 2012.
Nasution, Sangkot. “Variabel penelitian.” Raudhah 05, no. 02 (2017): 1–9.
Sari, Intan Kemala, Nurul Fajri, dan Sri Mulyani. “Profil Validitas Dan Reliabilitas Butir
Soal Matematika Ujian Akhir Semester Kelas VIII SMP di Banda Aceh.” Jurnal
Numeracy 6, no. 1 (2019): 132–142.
Simanjuntak, Victor G, dan Fitriana Puspa Hidasari. “Pengaruh Model Cooperative Learning
Tipe Tgt” 2013, no. 2 (2013): 1–8.
Susanti, Yuliana. “Menginterkoneksi Sains dan Agama dalam Pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar.” Islamika 1, no. 2 (2019): 89–101.
Turere, Verra Nitta. “Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Peningkatan Kinerja
Karyawan Pada Balai Pelatihan Teknis Pertanian Kalasey.” Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1, no. 3 (2013): 10–19.
Virgiana, Andhini, dan Wasitohadi Wasitohadi. “Efektivitas Model Problem Based Learning
Berbantuan Media Audio Visual Ditinjau Dari Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 5 Sdn 1
Gadu Sambong - Blora Semester 2 Tahun 2014/2015.” Scholaria : Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan 6, no. 2 (2016): 100.
Widiantara, A.G., Lasmawan I Wayan, dan Suarni Ni Ketut. “Sosial Terhadap Sikap Sosial
Dan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Singaraja.” e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha 3 (2013).
Yumarlin, MZ. “Pengembangan Permainan Ular Tangga.” Jurnak Teknik 3, no. 1 (2013): 75–
84.
“Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan metode” (2009): 1–47.

Anda mungkin juga menyukai