Anda di halaman 1dari 68

PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Adapun perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada masa nifas
antara lain perubahan yang terjadi pada organ reproduksi, system pencernaan,
system perkemihan, system musculoskeletal, system endokrin dan lain
sebagainya yang akan dijelaskan berikut ini.

1. Perubahan Pada Sistem Reproduksi


Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yaitu pada vagina,
serviks uteri, dan endometrium
a. Perubahan pada Uterus
Perubahan fisiologi pada uterus yaitu terjadi proses involusio uteri
yaitu kembalinya uterus pada keadaan sebelum hamil baik ukuran,
tonus dan posisinya. Proses involusio juga dijelaskan sebagai proses
pengecilan ukuran uterus untuk kembali ke rongga pelvis, sebagai
tahapan berikutnya dari proses recovery pada masa nifas. Namun
demikian ukuran tersebut tidak akan pernah kembali seperti keadaan
nullipara. Hal ini disebabkan karena proses pagositosis biasanya tidak
sempurna, sehingga masih tertinggal sedikit jaringan elastis.
Akibatnya ketika seorang perempuan pernah hamil, uterusnya tidak
akan kembali menjadi uterus pada keadaan nullipara.
Pada jam-jam pertama pasca persalinan, uterus kadang-kadang
bergeser ke atas atau ke kanan karena kandung kemih. Kandung
kemih harus dikosongkan sebelum mengkaji tinggi fundus uteri
(TFU) sebagai indikator penilaian involusi uteri, agar dapat
memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat.

Uterus akan men-gecil menjadi separuh dalam satu minggu, dan


kembali
ke
-ukuran
normal
pada
minggu
ke-8
post-
partum dengan berat sekitar 30 gram. Jika segera setelah persalinan
TFU akan ditemukan berada setinggi umbilicus ibu, maka hal ini
perlu dikaji labih jauh, karena merupakan tanda dari atonia uteri
disertai perdarahan atau retensi bekual darah dan darah, serta distensi
kandung kemih, tidak bisa berkemih. Ukuran uterus dapat dievaluasi
melalui pengukuran TFU yang dapat dilihat pada table dan gambar
berikut ini.
Sementara itu, tinggi fundus uteri dilaporkan menurun kira-kira 1
cm per hari, yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Proses involusi terjadi karena:

 I s k e m i a : t e
darah ke uterus
 Phagositosis: proses penghancuran serat dan elastisitas jaringan
 Autolisis: digestasi jaringan otot oleh ensim proteolitik
 S e m u a b u a n
ginjal
 Lapisan desidua uterus
dikeluarkan melalui darah vagina
(Lochia) dan endometrium yang baru dibentuk selama 10 hari setelah
persalinan dan selesai pada minggu ke 6 postpartum

Involusi uterus lebih lambat terjadi pada persalinan dengan tindakan


seksio sesarea, demikian juga akan terlambat pada kondisi retensio
plasenta atau gumpalan darah (stoll cell) yang tertinggal biasanya
berhubungan dengan infeksi, sereta keadaan lain misalnya adanya mioma
uteri.

Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan desidua uterus.
Lokia berisi serum dan darah serta lanugo, verniks kaseosa juga berbagai
debris dari hasil produksi konsepsi. Secara Mikroskopik lokia terdiri dari
eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel dan bakteri. Mikroorganime
ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar
kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran /dischargediambil pada pada
rongga uterus. Jumlah total pengeluaran seluruh periode lokia rata-rata
240-270ml. Lokia bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan
hingga minggu ke 4-8 pasca persalinan yaitu:

 Lokia Rubra (merah): hari pertama sampai hari ketiga /keempat


mengandung cukup banyak darah.
 Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7 postpartum,
berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
 Lokia Serosa (pink): hari 8-14, mengandung serum, lekosit dan
robekan/laserasi plasenta.
 Lokia Alba (putih): hari 14 – minggu ke 6/8 postpartum, berwarna
putih karena banyak mengandung sel darah putih dan berkurangnya
kandungan cairan.

Sumber lain mengatakan bahwa terdapat bermacam-macam variasi


dari jumlah, warna dan durasi pengeluaran lokia. Oleh karena itu, teori
tersebut diatas belum tentu dialami oleh semua ibu nifas secara tepat.
b. Perubahan pada Vagina dan Perineum
Kondisi vagina setelah persalinan akan tetap terbuka lebar, ada
kecenderungan vagina mengalami bengkak dan memar serta nampak
ada celah antara introitus vagina. Tonus otot vagina akan kembali
pada keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan celah
vagina tidak lebar pada minggu 1-2 hari pertama postpartum. Pada
minggu ketiga posrpartum rugae vagina mulai pulih menyebabkan
ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina menjadi lebih
lunak serta lebih besar dari biasanya sehingga ruang vagina akan
sedikit lebih besar dari keadaan sebelum melahirkan. Vagina yang
bengkak atau memar dapat juga diakibatkan oleh trauma karena
proses keluarnya kepala bayi atau trauma persalinan lainnya jika
menggunakan instrument seperti vakum atau forceps.
Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala janin,
sehingga perineum menjadi kendur dan teregang. Tonus otot perineum
akan pulih pada hari kelima postpartum mesipun masih kendur
dibandingkan keadaan sebelum hamil.
Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi robekan saat
melahirkan bayi, ibu tetap merasa memar pada perineum dan vagina
pada beberapa hari pertama persalinan. Ibu mungkin merasa malu
untuk membuka perineumnya untuk diperiksa oleh bidan, kecuali jika
ada indikasi klinis. Bidan harus memberikan asuhan dengan
memperhatikan teknik asepsis dan antisepsis, dan lakukan investigasi
jika terdapat nyeri perineum yang dialami. Perineum yang mengalami
robekan atau di lakukan episiotomy dan dijahit perlu di periksa
keadaannya minimal satu minggu setelah persalinan.

c. Perubahan pada Serviks Uteri


Perubahan yang terjadi pada serviks uteri setelah persalinan
adalah menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka seperti corong.
Korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah terbentuk seperti cincin pada perbatasan antara
korpus uteri dan serviks uteri.
Tepi luar serviks yang berhubungan dengan ostium uteri
ekstermun (OUE) biasanya mengalami laserasi pada bagian lateral.
Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah
persalinan ostium uteri hanya dapat dilalui oleh 2 jari. Pada akhir
minggu pertama, ostium uteri telah menyempit, serviks menebal dan
kanalis servikalis kembali terbentuk. Meskipun proses involusi uterus
telah selesai, OUE tidak dapat kembali pada bentuknya semula saat
nullipara. Ostium ini akan melebar, dan depresi bilateral pada lokasi
laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi ciri
khas servis pada wanita yang pernah melahirkan/para.
d. Perubahan sistem pencernaan
Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami rasa
lapar dan haus akibat banyak tenaga yang terkuras dan juga stress
yang tinggi karena melahirkan bayinya. Tetapi tidak jarang juga
ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena kelelahan
melahirkan bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu, perlu menjadi
perhatian bidan agar dapat memotivasi ibu untuk makan dan minum
pada beberapa jam pertama postpartum, juga kajian lebih lanjut
terhadap keadaan psikologis ibu.
Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam setelah
persalinan, waspada terhadap masalah perdarahan, dan komplikasi
lain termasuk gangguan psikologi pada masa nifas. Demikian juga
beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau budaya setempat yang
masih diyakini oleh ibu untuk dijalani termasuk kebiasaan makan dan
minum setelah melahirkan bayinya.
Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang mengalami
penurunan pada masa nifas juga dapat menyebabkan ibu konstipasi.
Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari postpartum. Tonus otot
polos secara bertahap meningkat pada seluruh tubuh, dan gejala
heartburn / panas di perut / mulas yang dialami wanita bisa hilang.
Sembelit dapat tetap menjadi masalah umum pada ibu nifas selama
periode postnatal.
Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang
menyebabkan ibu takut untuk BAB. Oleh karena itu bidan perlu
memberikan edukasi agar keadaan ini tidak menyebabkan gangguan
BAB pada ibu nifas dengan banyak minum air dan diet tinggi serat
serta informasi bahwa jahitan episiotomy tidak akan terlepas jika ibu
BAB.

e. Perubahan sistem perkemihan


Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya diuresis
setelah persalinan terjadi pada hari 2-3 postpartum, tetapi seharusnya
tidak terjadi dysuria. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya
penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode posrpoartum.
Diuresis juga dapat tejadi karena estrogen yang meingkat pada masa
kehamilan yang menyebabkan sifat retensi pada masa postpartum
kemudian keluar kembali bersama urine. Dilatasi pada saluran
perkemihan terjadi karena peningkatan volume vascular menghilang,
dan organ ginjal secara bertahap kembali ke keadaan pregravida.
Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami
overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan residu urine yang
berlebihan akibat adanya pembengkakan kongesti dan hipotonik pada
kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam pertama
postpartum. Jika Keadaan ini masih menetap maka dapat dicurigai
adanya gangguan saluran kemih.
Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses
persalinan, yang menyebabkan kurangnya sensasi untuk
mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini dapat
menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat meningkatkan
nyeri perut bagian bawah dan ketidaknyamanan, infeksi saluran kemih
dan sub involusi uterus, yang menjadi kasus primer dan sekunder dari
perdarahan postpartum.

f. Perubahan sistem muskuloskeletal/ diastasis recti abdominis


Sistem muskuloskelatal kembali secara bertahap pada keadaan
sebelum hamil dalam periode waktu selama 3 bulan setelah
persalinan. Kembalinya tonus otot dasar panggung dan abdomen pulih
secara bersamaan. Pemulihan ini dapat dipercepat dengan latihan atau
senam nifas. Otot rectus abdominismungkin tetap terpisah (>2,5 cm)
di garis tengah/umbilikus, kondisi yang dikenal sebagai Diastasis
Recti Abdominis (DRA), sebagai akibat linea alba dan peregangan
mekanis pada dinding abdomen yang berlebihan, juga karena
pengaruh hormone ibu

g. Perubahan sistem endokrin


Perubahan sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas adalah
perubahan kadar hormon dalam tubuh. Adapaun kadar hormon yang
mengalami perubahan pada ibu nifas adalah hormone estrogen dan
progesterone, hormone oksitosin dan prolactin. Hormon estrogen dan
progesterone menurun secara drastis, sehingga terjadi peningkatan
kadar hormone prolactin dan oksitosin.
Hormon oksitosin berperan dalam proses involusi uteri dan juga
memancarkan ASI, sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk
memproduksi ASI. Keadaan ini membuat proses laktasi dapat berjalan
dengan baik. Jadi semua ibu nifas seharusnya dapat menjalani proses
laktasi dengan baik dan sanggup memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
Hormone lain yang mengalami perubahan adalah hormone
plasenta. Hormone plasenta menurun segera setelah plasenta lahir.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% pada 3 jam pertama hingga hari ke tujuh
postpartum.

h. Perubahan tanda-tanda vital


Terjadi perubahan tanda-tanda vital ibu nifas yakni:
 Suhu: normal range 36-37°C, dapat juga meningkat hingga
37,5°C karena kelelahan dan pengeluaran cairan yang cukup
banyak. Peningkatan suhu tubuh hingga 38°C harus merupakan
tanda adanya komplikasi pada masa nifas seperti infeksi/sepsis
puerperalis.
 Nadi: normal 65-80 dpm, peningkatan nadi menandakan adanya
infeksi
 Pernapasan: Normal 12-16 kali/menit. Jika suhu tubuh dan nadi
meningkat, maka akan meningkat pula frekuensi pernapasan ibu.
Jika respirasi meningkat hingga 30kali/menit merupakan tanda-
tanda shock.
 Tekanan darah: sudah harus kembali normal dalam 24 jam
pertama postpartum (<140/90 mmHg). Jika terus meningkat,
merupakan tanda adanya preeklampsia. Monitor tekanan darah
secara teratur perlu dilakukan jika tekanan darah masih terus
tinggi.
i. Perubahan sistem kardiovaskuler
Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama proses
persalinan normal, sedangkan pada persalinan seksio sesarea bisa
mencapai 700-1000 cc, dan histerektomi 1000-1500 cc (a/i atonia
uteri). Kehilangan darah ini menyebabkan perubahan pada kerja
jantung. Peningkatan kerja jantung hingga 80% juga disebabkan oleh
autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi pembuluh darah perifer
meningkat karena hilangnya proses uteroplacenter dan kembali
normal setelah 3 minggu.
Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum, akan
terjadi diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya estrogen
(estrogen bersifat resistensi cairan) yang menyebabkan volume plasma
mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali normal pada
minggu kedua postpartum.
Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan pergelangan
kaki/ankle, meskipun tidak mengalami udem pada masa hamil.
Pembengkakan ini harus terjadi secara bilateral dan tidak
menimbulkan rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya pada salah
satu kaki disertai nyeri, dapat dicurigai adanya thrombosis. Ibu nifas
harus menghindari berdiri terlalu lama atau menggantungkan kaki
pada posisi duduk yang lama saat menyusui untuk menghindari udem
pada kaki.
Ibu nifas juga tidak jarang ditemukan berkeringat dingin, yang
merupakan mekanisme tubuh untuk mereduksi banyaknya cairan yang
bertahan selama kehamilan selain diuresis. Pengeluaran cairan yang
berlebihan dari tubuh dan sisa-sisa produk melalui kulit menimbulkan
banyak keringat. Keadaan ini disebut diaphoresisyang dialami pada
masa early postpartum pada malam hari, yang bukan merupakan
masalah pada masa nifas.
Ibu bersalin juga sering ditemukan menggigil setelah melahirkan,
hal ini dapat disebabkan karena respon persarafan atau perubahan
vasomotor. Jika tidak diikuti dengan demam, menggigil, maka hal
tersebut bukan masalah klinis, namun perlu diupayakan kenyamanan
ibu. Kondisi ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan cara
menyelimuti ibu dan memberikan teh manis hangat. Jika keadaan
tersebut terus berlanjut, dapat dicurigai adanya infeksi puerperalis.

j. Perubahan sistem hemotologi


Terjadinya hemodilusi pada masa hamil, peningkatan volume
cairan pada saat persalinan mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb),
hematocrit (HT), dan kadar erisrosit pada awal postpartum. Penurunan
volume darah dan peningkatan sel darah pada masa hamil
berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT pada hari ketiga – tujuh
postpartum.  Pada minggu keempat – lima postpartum akan kembali
normal. Lekosit meningkat hingga 15.000 selama beberapa hari
postpartum (25.000-30.000) tanpa menjadi abnormal meski persalinan
lama. Namun demikian perlu diobservai dan dilihat juga tanda dan
gejala lainnya yang mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia
pada masa nifas.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI


1. Adaptasi psikologis ibu masa nifas
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang
proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut,
kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik
dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang
rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran
seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
 Fungsi menjadi orang tua
 Respon dan dukungan dari keluarga
 Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
 Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
a. Fase Taking In
Fase taking in merupakan periode ketergantungan, yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan.
Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa
mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang
perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi
yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini
adalah:
 Kekecewaan pada bayinya
 Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
 Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
 Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b. Fase Taking Hold
Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang
baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain:
mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara
perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
c. Fase Letting Go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggungjawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu
merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat
masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:

1. Fisik: Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih


2. Psikologi: Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial: Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
4. Psikososial.

2. Postpartum Blues
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayinya disebut
baby blues. Penyebabnya antara lain: perubahan perasaan saat hamil,
perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alami akan kembali
secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran barunya. Gejala baby
blues antara lain:
a. Menangis
b. Perubahan perasaan
c. Cemas
d. Kesepian
e. Khawatir dengan bayinya
f. Penurunan libido
g. Kurang percaya diri

Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:


a. Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat
b. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu.
c. Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
d. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri

Ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi


sosial, kurang kemandirian. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca
persalinan (depresi post partum). Depresi masa nifas merupakan
gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam
minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-
15 persen. Postpartum blues disebut juga maternity blues atau sindrom
ibu baru. Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu
memerlukan dukungan dan banyak istirahat. Adapun gejala dari depresi
post partum adalah:

a. Sering menangis
b. Sulit tidur
c. Nafsu makan hilang
d. Gelisah
e. Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol
f. Cemas atau kurang perhatian pada bayi
g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
h. Pikiran menakutkan mengenai bayi
i. Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri
j. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless)
k. Penurunan atau peningkatan berat badan
l. Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar

Beberapa faktor predisposisi terjadinya depresi post partum adalah


sebagai berikut:
a. Perubahan hormonal yang cepat (yaitu hormon prolaktin, steroid,
progesteron dan estrogen)
b. Masalah medis dalam kehamilan (PIH, diabetus melitus, disfungsi
tiroid)
c. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
d. Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan
dengan orang lain
e. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik
f. Unwanted pregnancy
g. Terisolasi
h. Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan
keluarga, kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit

Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari depresi


post partum antara lain:

a. Pelajari diri sendiri


b. Tidur dan makan yang cukup
c. Olahraga
d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
e. Beritahukan perasaan Anda
f. Dukungan keluarga dan orang lain
g. Persiapan diri yang baik
h. Lakukan pekerjaan rumah tangga
i. Dukungan emosional
j. Dukungan kelompok depresi post partum
k. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya
l. Kesedihan dan duka cita
m. Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada
masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan
pengertian dari keluarga-
keluarga terdekat.
Peran bidan sangat penting
dalam hal memberi pegarahan
pada keluarga tentang kondisi
ibu serta pendekatan
psikologis yang dilakukan
bidan pada ibu nifas agar
tidak terjadi perubahan
psikologis yang patologis.

Setelah proses kelahiran


tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu. Tak jarang beberapa timbul duka pada Ibu
nifas.
3. Kesedihan dan duka cita
a. Kemurungan Masa Nifas
Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh
selama kehamilan, persalinan dan nifas. Kemurungan dalam masa
nifas merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan demikian akan
hilang dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda-tanda dan
gejala kemurungan masa nifas antara lain: emosional, cemas, sedih,
khawatir, mudah tersinggung, cemas, hilang semangat, mudah
marah, sedih tanpa sebab, sering menangis. Kemurungan dapat
menjadi semakin parah akibat ketidaknyamanan jasmani, rasa letih,
stress, maupun kecemasan. Penatalaksanaannya yaitu bicarakan apa
yang dialami ibu, temani ibu, beri kesempatan ibu untuk bertanya,
berikan dorongan ibu untuk merawat bayinya, biarkan ibu bersama
dengan bayinya, gunakan obat bila perlu.
b. Terciptanya Ikatan Ibu Dan Bayi
Menciptakan ikatan ibu dan bayi dilakukan segera setelah
kelahiran dengan cara memotivasi pasangan orang tua untuk
memegang dan menyentuh bayinya, memberi komentar positif,
meletakkan bayi di samping ibunya.

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi


meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami
psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka
dengan cara yang sehat.
Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses
berduka terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Tugas
berduka, istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukkan tugas
bergerak melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru
yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka
penting agar berduka tetap normal. Kegagalan untuk melakukan tugas
berduka, biasanya disebabkan keinginan untuk menghindari nyeri yang
sangat berat dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali
menyebabkan reaksi berduka abnormal atau patologis.
Tahap-tahap berduka:
a. Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan.
Manifestasi perilaku dan perasaan meliputi: penyangkalan,
ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah,
kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi
(memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian,
kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis,
mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang
konsentrasi.
b. Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta
kehilangan dan upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi
selama periode ini. Contohnya orang yang berduka menyesuaikan
diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau
menerima fakta adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan
dalam kehidupan dan membuat perencanaan karena adanya
deformitas.
Nyeri karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam
realitas yang memanjang dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat
dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh
penting untuk resolusi yang sehat.
Menangis adalah salah satu bentuk pelepasan yang umum.
Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat
individu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilangna
secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan.
c. Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermakna. Selama
periode ini seseorang yang berduka menerima kehilangan,
penyesuaian telah komplet dan individu kembali pada fungsinya
secara penuh. Kemajuan ini berasal dari penanaman kembali emosi
seseorang pada hubungan lain yang bermakna.
Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilangan adalah
membagi informasi tersebut dengan orang tua. Bidan juga harus
mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman untuk
pengungkapan emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal
kehamilan. Bidan dapat dipanggil untuk berpartisipasi dalam perawatan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN


MENYUSUI

1. Faktor eksternal

Respon orang tua terhadap bayi baru lahir


a. Bounding Attachment

Pengertian dari Bounding attachment/keterikatan awal/ikatan


batin adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi
terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan.

Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara
nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan
jam pertama segera bayi setelah lahir.

Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik


fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment:
ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan
perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.

Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah


untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada
bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.

 Tahap-Tahap Bounding Attachment

a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,


menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.

b. Bounding (keterikatan)

c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu


dengan individu lain. Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian
penting dari ikatan ialah perkenalan

 Elemen-Elemen Bounding Attachment

a. Sentuhan-sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara


ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu
sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.

b. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara


fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi
akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan
kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya
(Klaus, Kennell, 1982).

c. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang


tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan
pertama bayinya dengan tegang.

d. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma


yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi
belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya
(Stainto, 1985).

e. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan


struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang
tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki,
seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan
menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.

f. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat


dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu,
salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme
personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini
dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku
yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial
dan kesempatan bayi untuk belajar.

g. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang


menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal
yang penting untuk hubungan orang tua–anak.

Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa


keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini

 Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.

 Reflek menghisap dilakukan dini.

 Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.

 Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body


warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang;
stimulasi hormonal).
 Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).

b. Sentuhan orang tua pertama kali.

c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan


orang tua ke anak.

d. Kesehatan emosional orang tua.

e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.

f. Persiapan PNC sebelumnya.

g. Adaptasi.

h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk


merawat anak.

i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam


memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu,
serta memberi rasa nyaman.

j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.

k. Penekanan pada hal-hal positif.

l. Perawat maternitas khusus (bidan).

m. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari


keluarga, teman dan pasangan.

n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

 Keuntungan Bounding Attachment

a. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,


menumbuhkan sikap sosial.

b. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

 Hambatan Bounding Attachment

a. Kurangnya support sistem


b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).

c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan


cacat fisik).

d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan

e. Respon ayah dan keluarga

2. Respon ayah dan Keluarga


Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-
beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi
maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya
masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang
mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga
yang negatif.
 Respon Positif, respon positif dapat ditunjukkan dengan:
a. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
b. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi
dengan baik.
c. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
d. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
 Respon Negatif, respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
a. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin
yang tidak sesuai keinginan.
b. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
c. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah
merasa kurang mendapat perhatian.
d. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau
kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam
biaya hidupnya.
e. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
f. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga
menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
 Respon Orang Tua
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor,
yaitu:
a. Faktor Internal, Yang termasuk faktor internal antara lain
genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan
menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai,
kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait,
pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan
b. ( mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua,
keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek
pelatihan selama kehamilan).
c. Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang
diterima selama kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap
dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari oral
selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.
3. Sibling Rivally
a. Pengertian Sibling Rivally

Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan


ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-
laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivally keadaan kompetisi atau
antagonisme. Sibling rivally adalah kompetisi antara saudara kandun krmih
untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang
tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivally adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara
saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua
yang mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivally atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang
biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah
sangat mudah terjadi sibling rivally itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak
seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
2.      Penyebab Sibling Rivally
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivally, antara lain:
a.       Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka.

b.      Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang
tua mereka.

c.       Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan
anggota keluarga baru/ bayi.

d.      Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses
kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.

e.       Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.

f.       Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai
permainan dengan saudara mereka.

g.      Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

h.      Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam
keluarga adalah normal.

i.        Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.

j.        Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.

k.      Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.

l.        Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.

3.      Segi Positif Sibling Rivally

Meskipun sibling rivally mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi
positifnya, antara lain:

a.       Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa


keterampilan penting.

b.      Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.

c.       Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi
fasilitator.
4.      Mengatasi Sibling Rivally

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivally,
sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:

a.       Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.

b.      Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.

c.       Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.

d.      Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.

e.       Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.

f.       Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu
sama lain.

g.      Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil
bagi anak satu dengan yang lain berbeda.

h.      Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.

i.        Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.

j.        Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan
fisik.

k.      Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk
anak-anak.

l.        Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.

m.    Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.

n.      Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari
adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

6. Peran Bidan

Peran bidan dalam mengatasi sibling rivally, antara lain:

a.       Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca
kelahiran.
b.      Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang
bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.

 Dukungan bidan dalam pemberian ASI

1.    Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan selama beberapa
jam pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan disamping bagi
pemberIbun ASI. Bayi yang normal berada dalam keadaan bangun dan sadar
dalam beberapa jam pertama sesudah lahir. KemudIbun mereka akan memasuki
suatu masa tidur pulas. Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu
masih terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi pada jam
pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk pertama kalinya. Buatlah bayi
merasa hangat dengan membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan
menyelimuti mereka. Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30 menit, karena
saat itulah kebanyakan bayi sIbup menyusu.

2.    Ajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
Ibu harus menjaga agar tangan dan putting susunya selalu bersih untuk
mencegah kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Ini juga mencegah
luka pada putting susu dan infeksi pada payudara. Seorang ibu harus mencuci
tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum
menyusui bayinya. Ibu juga harus mencuci tangannya sesudah buang air kecil atau
air besar atau menyentuh sesuatu yang kotor. Ibu juga harus membersihkan
payudaranya dengan air bersih satu kali sehari. Ibu tidak boleh mengoleskan krim,
minyak, alkohol, atau sabun pada putting susunya.

3.    Bantulah ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.


Posisi menyusui yang benar disini adalah penting.
                      i.    Berbaring miring, ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI
yang pertama kali atau bila Ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
                     ii.    Duduk, penting untuk memberikan topangan/sandaran pada
punggung Ibu dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini
mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau di lantai,
atau duduk di kursi.
Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik pada payudara yaitu:
1)    Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada Ibu
2)    Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara
3)    Areola tidak akan bias terlihat dengan jelas
4)    Bayi terlihat tenang dan senang
5)    Ibu tidak akan merasakan nyeri pada putting susu

4.    Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat
gabung/rooming in).
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar. Ibu
harus belajar mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila
Ibu terpisah tempatnya dari bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali
tanda-tanda tersebut.

5.    Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.


Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali
dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, katakana pada Ibu untuk
memberikan ASInya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari
pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk
memberikan ASI pada bayi setiap/sesudah 4 jam, yang paling baik adalah
membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir, sebagian
besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.

6.    Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.


Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan menurunkan
persediaan ASI Ibunya karena ibu memproduksi ASI tergantung pada seberapa
banyak ASInya dihisap oleh bayi. Bila minuman lain atau air diberikan, bayi tidak
akan merasa lapar, sehingga ia tidak akan menghisap.

7.    Hindari susu botol dan “dot empeng”.


Susu botol atau kempengan membuat bayi bingung dan dapat membuatnya
menolak pentil ibunya atau tidak menghisap dengan baik. Mekanisme menghisap
botol atau kempengan berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada
payudara ibu. Ini akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau
kempengan, ia akan lebih susah belajar menghisap ASI ibunya.
2. Faktor internal

Anatomi dan Fisiologi Payudara


1.         Anatomi payudara

anatomi payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kalenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk menutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kalenjar payudara, yang beratnya lebih 200 gram, saat hamil 600
gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :


1.      Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

2.      Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah

3.      Papilla atau puting, yaaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

1.      Korpus

Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah
sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.

ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)

2.      Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat ototpolos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

3.      Papilla atau puting

Bagian yang menojol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu.
Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (kosta )ke-4.papila mammae
merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira kira 6mm,tersusun atas jaringan
erektil pigmen dan merupakan bagunan yang sangat peka ,permukaan papilla
mammae berlubang-lubang berupa ostium papilare kecil kecil yang merupakan
muara duktus lactifer.duktus latifer ini di lapisi oleh epitel. Puting sendiri
memiliki empat bentuk, yaitu :
( Bentuk puting susu normal )     

(Bentuk puting susu pendek) (Bentuk puting susu terbenam/

terbalik) (Bentuk puting susu panjang) 

2.     Fisiologis laktasi

skema reflek pada laktasi


Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya
belum keluar karea masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau
ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun drastic, sehingga
prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh
hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancer.
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek
aliran timbul karena akibat perangsangan putting susu karena hisapan oleh bayi.
1)         Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesteron yang masih tinggi. Pasca oersalinan, yaitu lepasnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujung-ujung
syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu
nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
Sedangkan pada ibi menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti : stress
atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu.
2)         Reflek let down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi.Kontraksi.dari.sel.akan.memeras.air.susu.yang.telah.terbuat, keluar.dari.

Manfaat pemberian ASI eksklusif di jelaskan oleh Utami Roesli (2013), sebagai
berikut:

a. ASI sebagai Nutrisi


ASI yang keluar dari setiap ibu secara spesifik disesuaikan untuk bayinya sendiri.
ASI dari seseorang ibu yang mengalami premature, komposisinya akan berbeda
dengan ASI yang di hasilkan dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain
itu, komposisi ASI juga berbeda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat
kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar
dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi).
Komposisi ini akan berbeda lagi pada hari ke-14 setelah kelahiran dan seterusnya
(ASI matang), bahkan terdapat pula perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
(Roesli, 2013).

ASI memiliki komposisi gizi yang paling ideal dan seimbang guna memenuhi
kebutuhan pertumbuhan neonatus. Dengan demikian, melalui manajemen dan
penatalaksanaan yang benar, ASI akan cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangan bayi normal sampai usia 6 bulan (Roesli, 2013).

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh


Pada masa neonatus ASI akan berperan sebagai zat kebal yang melindungi bayi
ketika kekebalan aktif bawaan menurun saat lahir. Bayi baru lahir secara alamiah
mendapatkan immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui plasenta
dan tali pusar. Namun akan cepat menurun segera setelah bayi lahir. Tubuh bayi
akan memproduksi zat imunitas dalam jumlah banyak pada usia 9-12 bulan itulah
beberapa manfaat pemberian asi. Perlindungan yang diberikan ASI ketika terjadi
penurunan kadar kekebalan neonatus terjadi karena ASI adalah cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi neonatus dan bayi dari berbagai
penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit, dan jamur (Roesli, 2013).

c. ASI meningkatkan kecerdasaan


Manfaat Pemberian ASI eksklusif akan meningkatkan kecerdasan melalui
pertumbuhan otak yang optimal. Hal ini terjadi karena ASI mengandung nutrien
khusus yang diperlukan otak bayi untuk tumbuh secara cepat dan optimal. Nutrien
khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat dalam susu sapi, seperti:
taurin, laktosa, dan asam lemak ikatan panjang (AA, DHA, Omega 3, dan Omega
6). Memperhatikan hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi
yang diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang
optimal (Roesli, 2013).
Hasil penelitian Gurnida (2008), menjelaskan bahwa suplementasi gangliosida
dalam susu formula sebesar 530μg/100mL susu formula berpengaruh terhadap
kadar gangliosida serum (bayi yang mendapat suplementasi versus tanpa
suplementasi) dan berpengaruh pada fungsi perkembangan kognitif Intelligence
Quotient (IQ) total melalui peningkatan IQ koordinasi tangan dan mata serta IQ
performa.

d. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang


Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan
kasih sayang ibunya. Dia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena
masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan di sayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik (Roesli, 2013).
Pendapat lain tentang manfaat ASI di sampaikan Dwi Sunar Prasetyono dalam
buku “Buku Pintar ASI eksklusif” (2012), beberapa manfaat ASI bagi bayi adalah
sebagai berikut:

1. ASI merupakan makanan yang ideal bagi bayi.


2. Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi.
3. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang
tidak memperoleh ASI.
4. Bayi yang diberi ASI mampu menghadapi efek penyakit kuning. Jumlah
bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring diberikannya
kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut di
berikan susu sesering mungkin dan tidak diberi pengganti ASI.
5. Apabila sakit, ASI adalah makanan yang terbaik diberikan kepada bayi,
karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan mengkonsumsi ASI bayi
semakin cepat sembuh.
6. Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI. Komposisi
ASI akan teradaptasi sesuai kebutuhan bayi. ASI bermanfaat untuk
menaikan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi.
7. Beberapa penyakit yang jarang menyerang bayi yang diberikan ASI antara
lain: kolik, kematian bayi secara mendadak atau SIDS(Sudden Infant
Death Syndrome), Chron’s Syndrome, dan Ulcerative Colitis.

Komposisi Gizi dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat untuk bayi
manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

1. Kolustrum,
2. Air susu transisi/ peralihan,
3. Air susu matur.

Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh
kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.
Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental , lengket dan berwarna
kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
kolustrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada
kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat
antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume
kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang
berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
makanan bagi bayi makanan yang akan datang.

ASI Transisi/ Peralihan


ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI
matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air
susu bertambah banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar
imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak
berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut
foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak
dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan
nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi
akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi
dan ASI matur.

Gambar. Perbedaan kolustrum, ASI


transisi dan ASI matur
Tabel. Kandungan kolustrum, ASI transisi dan ASI matur

Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur


Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
Ig A (mg/100 ml) 335,9 – 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 – 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 – 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 – 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 – 250-270

Asi ekslusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2009; h. 3).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6
bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti susu
formula, air jeruk, air teh, madu dan air putih (Suradi, 2004; h. 3).

ASI eksklusif adalah ASI saja tanpa tambahan apapun selama 6 bulan pertama
(Sastroasmoro, 2007; h. 73).

Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman
lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas (Suradi,
2004; h. 8).
a.      Cara menyusui yang benar
Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan
posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti,   2004)
Memberi ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat
kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi
perlu diberi ASI setiap 2,5 -3 jam sekali. Menjelang akhir minggu ke enam,
sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini
baik sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian
besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi
makan di malam hari (Saryono, 2008; h. 30)

b.     Posisi menyusui

1)       Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu
memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam
dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi
perlu berada di bagian sisinya (Saryono ,2008; h. 34).
2)       Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki
payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil
ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan.
Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk
menyokong belakang badan ibu (Saryono, 2008; h; 35).
3)      Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari
pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba
pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan
sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008; h. 35).

c.      Fungsi menyusui yang benar


1.      Puting susu tidak lecet
2.      Perlekatan menyusu pada bayi kuat
3.      Bayi menjadi tenang
4.      Tidak terjadi gumoh

d.     Akibat tidak menyusui dengan benar


1.   Puting susu menjadi lecet
2.   ASI  tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
3.   Bayi enggan menyusu
4.   Bayi menjadi kembung

e.       Tanda bayi menyusu dengan benar

1.   Bayi tampak tenang


2.   Badan bayi menempel pada perut ibu
3.   Mulut bayi terbuka lebar
4.   Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5.   Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih
banyak
6.   Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7.   Puting susu tidak terasa nyeri
8.   Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9.   Kepala bayi agak menengadah

f.       Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup


1.      Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2.      Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
3.      pertama (100-200 gr setiap minggu)
4.      Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
5.      Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali
sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
6.      Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi
dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap
harinya.

g.     Langkah-langkah menyusui yang benar


1.      Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes
2.      Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu
3.      Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).
4.      Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas
5.      Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu).
6.      Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi
berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan
bawah ibu
7.      Mengajari  ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di
depan, kepala bayi menghadap payudara
8.      Mengajari  ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan
pada garis lurus
9.      Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan
areolanya

10.  Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi
dengan  puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
Cara yang benar

Cara yang salah


11.   Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu
serta sebagian besar areola ke mulut bayi)
12.  Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
atau menyangga payudara lagi
13.  Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
14.  Mengajari  ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

15.  Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit


ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
cara menyusui yang benar

16.  Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi :


§  Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak
bersendawa tunggu 10 – 15 menit) ATAU Bayi ditengkurapkan
dipangkuan

Cara menyendawakan bayi

h.     Upaya memperbanyak ASI


1)      Untuk Bayi

a.    Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui
antra 10-15 menit disetiap payudara

b.   Bangunkan bayi, lepas baju bayi yang menyebabkan rasa gerah

c.    Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan


mendengarkan suara menelan yang aktif.

d.   Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali
menyusui.

2)      Untuk Ibu

a.Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum


b.Makan makanan yang bergizi

c.Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya


dan  mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.

d.Susukan bayinya sesering mungkin (Anggraini, 2010; h. 22).

Tanda Bayi Cukup ASI

Bayi yang memperoleh cukup asupan ASI umumnya akan menunjukkan tanda-
tanda berikut ini:

Berat badannya bertambah

Peningkatan berat badan bayi merupakan salah satu tolok ukur untuk menilai
apakah ia sudah mendapatkan cukup ASI atau belum. Namun Bunda juga perlu
tahu, bayi akan mengalami penurunan berat badan dalam waktu 1 minggu setelah
mereka lahir, dan ini adalah hal yang normal.

Penurunan berat badan normal adalah 5% dari berat lahir pada bayi yang diberi
susu formula, dan 7-10% pada bayi yang diberi ASI.

Sebagai contoh, pada bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg dan diberi ASI
eksklusif, penurunan berat badan hingga 2,7 kg di minggu pertama masih
dianggap normal.

Berat badan bayi yang sehat dan mendapat cukup ASI akan bertambah satu atau
dua minggu setelahnya. Maka dari itu, Bunda perlu memeriksakan berat badan Si
Kecil secara rutin di klinik atau Posyandu.

Buang air kecil secara teratur

Berapa kali Bunda mengganti popok Si Kecil tiap hari? Normalnya, bayi yang
berusia di bawah 5 hari perlu diganti popoknya hingga 6 kali sehari. Saat usia bayi
sudah lebih dari 5 hari, popoknya perlu diganti hingga 6-8 kali sehari, jika ia
mendapatkan cukup ASI.

Pada bayi yang cukup diberikan ASI, popoknya akan terlihat basah setiap kali
diganti, dengan warna urine jernih atau kuning. Perhatikan juga perubahan warna
tinja Si Kecil. Pada beberapa hari pertama setelah lahir, tinjanya akan berwarna
gelap dan lengket. Namun selanjutnya, tinja bayi yang mendapatkan cukup ASI
akan berwarna kuning cerah.
Terlihat tenang dan nyaman

Aktivitas dan mood bayi yang meningkat setelah menyusu juga dapat menandakan
kecukupan ASI. Setelah disusui dengan cukup, bayi biasanya akan nampak
kenyang serta tidak rewel, dan kadang juga langsung tertidur pulas.

Masalah dalam pemberian ASI


a.      Puting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan
berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan
nyeri akan hilang.
Cara menangani :
a)      Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.
b)      Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi sakit
pada puting susu yang sakit.
c)      Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di puting susu dan biarkan
payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering (Kristiyansari, 2009).

Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting susu ketika menyusui :

a)      Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui. Hal ini akan membantu
meningkatkan aliran air susu ibu. Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara atau
mengambil shower hangat untuk mengguyur payudara setelah menyusui (Proverawati,
2010).
b)      Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai menetek, memastikan bayi
tidak lagi menetek sebelum melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari
anak susuan, melalui sudut mulut bayi memasukkan jari ke dalam mulutnya. Ini akan
melepaskan isapan bayi dari payudara dan dapat dengan mudah mengangkat atau menarik
bayi dari puting susu (Proverawati, 2010).
c)      Mencari posisi yang nyaman saat menyusui

Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan mengurangi atau
menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui yang nyaman dan benar.
Menggunakan salah satu jari dari posisi tersebut setiap kali menyusui bayi. Jika bayi tidak
dalam posisi yang tepat ia mungkin memiliki masalah dalam penghisapan. Bayi mungkin
tidak mendapatkan cukup susu dan menyedit dengan keras. Hal ini dapat menyebabkan
sakit atau mengubah bentuk puting untuk beberapa menit (Proverawati,2010).

d)     Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi menyusu terlalu keras maka
puting menjadi sakit, anda perlu membuat santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu
perlu memijat rahang bawah telinga bayi. Stroke adalah gerakan untuk beristirahat dan
melebarkan mulut bayi. Ibu dapat menarik perlahan-lahan bayi ke bawah menggunakan
jari. Hal ini memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan puting susu. Tarik kepala bayi
sehingga rahangnya ada di belakang puting susu, dengan cara ini susu dapat terjepit dan
tidak akan cukup susu mengalir keluar (Proverawati,2010).
e)      Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca petunjuk yang ada
pada saat menggunakan perangkat dan menjaga selalu tetap bersih. Jika ada alat yang
menyebabkan cedera pada payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu
mungkin memerlukan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara penggunaan alat.
Cedera ini meningkatkan risiko untuk kerusakan dan infeksi puting (Proverawati,2010).

b.      Puting susu lecet


Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet.
Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu
lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
trush (candidates) atau dermatitis.
Cara menangani :
a)            Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah, candidates atau dermatitis)
b)            Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui
c)            Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi
d)           Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit
e)            Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain,
sperti krim, salep, dan lain-lain
f)             Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24
jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam
g)            Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan
tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
h)            Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun
i)              Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara
untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh
j)              Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI)
untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI
k)            Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot
l)              Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu yang lebih
singkat
m)          Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas (Suradi,2004).

c.             Payudara bengkak


Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri
disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai
diproduksi dalam jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
a)            Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
b)            Produksi ASI berlebihan
c)            Terlambat menyusui
d)           Pengeluaran ASI yang jarang
e)            Waktu menyusui yang terbatas

Perbedaan payudara penuh dengan payudara bengkak adalah:

a.             Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar
dan tidak demam
b.            Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau
tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan biasa demam setelah 24
jam

Untuk mencegah maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on
demand”. Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat
menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, agar ketegangan menurun.

Untuk merangsang refleks oksitosin maka dilakukan:

a.             Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit


b.            Ibu harus rileks
c.             Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d.            Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kearah tengah)
e.             Stimulasi payudara dan puting
f.             Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
g.            Memakai BH yang sesuai
h.            Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik

Cara mengatasinya :

a)            Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu
b)            Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang
efektif
c)            Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat
untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan punggung
d)           Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Suradi,2004).

d.      Mastitis atau abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak
kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa
padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3
minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak
efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan
baju/BH.
Tindakan yang dapat dilakukan :
a)      Kompres hangat/panas dan pemijatan
b)      Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi puting
susu, pijat leher, punggung, dll
c)      Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari
d)     Bila perlu bisda diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri
e)      Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah.

Kebutuhan Dasar Masa Nifas :


A.    Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Bagi ibu yang menyusui harus mendapatkan gizi / nutrisi yang baik untuk tumbuh
kembang bayinya. Untuk itu, Ibu yang menyusui harus:
 Mengkonsumsi tambahan 500 - 800 kalori tiap hari (ibu harus mengkonsumsi 3
sampai 4 porsi setiap hari)
 Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan karbohidrat, protein, mineral,
dan vitamin yang cukup
 Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui)
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin
 Minum kapsul vitamin A (200.000 iu) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI nya. Pemberian vit dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas asi, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak.pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi bergantung
pada vitA yang terkandung dalam asi.
Tabel penambahan makanan pada wanita hamil dan menyusui :

Zat makanan Wanita hamil 20 minggu Wanita menyusui


terakhir
Kalori 3000 kalori 500 - 800 kalori
Protein 20 gram 40 gram
Calsium 0,6 gram 0,6 gram
Ferrum 5 mg 5 mg
Vit A 1000 iu 2000 iu
Thamin 0,2 mg 0,5 mg
Riboflavin 0,2 mg 0,5 mg
Niacin 2 mg 5 mg
Vit C 30 mg 30 mg

B.     Kebutuhan Ambulasi


Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan usai. Aktifitas tersebut
amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi
dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai
dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas
dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.

 Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi
 Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap
 Dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk
dan berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.

Mobilisasi Dini (Early mobilization) bermanfaat untuk :


         Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium

         Ibu merasa lebih sehat dan kuat

         Mempercepat involusi alat kandungan

         Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik

         Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme
         Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu

         Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai.

C.     Kebutuhan Eliminasi BAK/BAB

      Miksi
 Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami
hambatan apapun. Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan
dalam 8 jam setelah melahirkan.
 Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus spinchter ani selama persalinan, juga karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
 Bila dalam 3 hari ibu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan rangsangan untuk
berkemih dengan mengkompres vesica urinaria dengan air hangat, jika ibu belum
bisa melakukan maka ajarkan ibu untuk berkemih sambil membuka kran air, jika
tetap belum bisa melakukan juga maka dapat dilakukan kateterisasi.
      Defekasi
 Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali bila ibu takut dengan luka
episiotomi
 Bila sampai 3-4 hari belum buang air besar, sebaiknya dilakukan diberikan obat
ransangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa dilakukan klisma untuk
merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami sembelit dan
menyebabkan jahitan terbuka.
D.    Kebersihan Diri atau Personal Hygiene.
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta
lingkungan dimana ibu tinggal.Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat
perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat
bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.
Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka
jahitan maupun kulit.

         Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi
keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan
ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga
payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak
terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.

         Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan
perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan
normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita
yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci
rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut.

         Kebersihan kulit


Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah,
kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.
Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.

         Kebersihan vulva dan sekitarnya.

      Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

      Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah
matahari atau disetrika.

      Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,

      Sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau
cuci menggunakan sabun. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum
dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali
habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus.
Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya
diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis
pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari
dan disetrika
E.     Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu
nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
a)      Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b)      Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan.
c)      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
o   Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

o   Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

o   Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya.

F.      Kebutuhan Seksual


 Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai, melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap
 Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telahsembuh
dan lokea telah berhenti.Hendaknya pula hubungan seksual dapat ditunda sedapat
mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ-
organtubuh telah pulih kembali.Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami
kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan.Untuk itu bila senggama
tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha
untuk mencegah kehamilan.Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan
konseling tentang pelayanan KB.
   Latihan Senam Nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik
seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar
panggul. Untuk mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan
agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan.
Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun
dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu rahim untuk
kembali kebentuk semula.
1.      Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :
a.       Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat
mengurangi sakit punggung
b.      Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap, misal
latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
c.       Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.

2.      Tujuan senam nifas


Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
a.       Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
b.      Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
c.       Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan
pirenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan
d.      Memperlancar pengeluaran lochea
e.       Membantu mengurangi rasa sakiit pada otot-otot setelah melahirkan
f.       Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
g.      Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli,
trombosia dan lain-lain.

3.      Manfaat senam nifas


Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap
tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan
peregangan otot abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan
membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan.
KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (Peurperium) berasal

dari bahasa latin. Peurperium berasal dari dua suku kata yakni Peur dan parous.

Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulakan bahwa

Peurperium merupakan masa setelah kehamilan.


1.      Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan (Pusdikmakes, 2003; 003).

2.      Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6

minggu (Abdul Bari, 2000: 122)

3.      Masa nifas merupakanmasa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang

meliputi minggu-minggu yang berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali

ke keadaan tidak hamil yang normal ( F. Gary Cunningham, Mac Donald,

1995:281).

4.      Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan

untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-

12 minggu (Ibrahim C, 1998).

Jadi yang dimaksud nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam sesudah

lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya. Sedangkan yang dimaksud

dengan masa nifas (Peurperium) adalah masa pulih kembali yang dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari.

2.2  Tujuan Asuhan Masa Nifas

Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun

dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan

diadakan evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas diperlukan karena pada
periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Tujuan dari

perawatan nifas ini adalah:

1.      Memulihkan kesehatan klien

a.       Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan

b.      Mengatasi anemia

c.       Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterillisasi.

d.      Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot (senam nifas) untuk

memperlancar eredaran darah.

2.      Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

3.      Mendapatkan kesehatan emosi.

4.      Mencegah infeksi dan konflikasi.

5.      Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

6.      Memperlancar pembentukan dan pemberian Air Susu Ibu (ASI).

7.      Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas

selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

8.      Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta

kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat

menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan

keluarganya melalui KIE.

9.      Memberikan pelayanan Keluarga Berencan.

Peran dan Tanggung jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post

partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:

1.      Memberikan dukungan serta berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan

kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa

nifas.

2.      Sebagai promoter hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3.      Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

4.      Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan

anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi.

5.      Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6.      Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

pendarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktikan kebersihan yang aman.

7.      Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan

diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses

pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode nifas.

8.      Memberikan asuhan secara profesional.

2.5   Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga periode (Kemenkes RI, 2015), yaitu:

1.      Periode pasca salin segera (immediate post partum) 0-24 jam
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat masalah, misalnya pendarahan karena utonia uteri. Oleh sebab itu,

tenaga kesehatan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran luchea, tekanan daran dan suhu.

2.      Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam- 1 minggu

Periode ini tenaga kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan

normal, tidak ada pendarahan abnormal, lochea tidak berbau busuk, tidak ada

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, ibu dapat menyusui bayinya

dengan baik dan melakukan perawatan ibu dan bayinya sehari-hari.

3.      Periode pasca salin lanjut (late post partum) 1 minggu – 6 minggu

Periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).

2.6  Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional tentang masa nifas adalah:

1)      Rooming in merupakan suatu system perawatan dimana ibu dan bayi dirawat

dalam 1 unit/ kamar. Bayi selalu ada disamping ibu sejak lahir (hal  ini dilakukan

hanya pada bayi yang sehat)

2)      Gerakan nasional ASI eksklusif yang dirancang oleh pemerintah.

3)      Pemberian vitamin A ibu nifas

4)      Program Inisiasi Menyusui Dini


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali

melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk:

1.      Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2.      Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungknan adanya gangguan

kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3.      Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

4.      Menangani komplikasi atau masalah yang timbul atau menggangu kesehatan ibu

nifas maupun bayinya.

Pelayanan kesehatan pada masa nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari

pasca salin oleh tenaga kesehatan terdiri dari:

1.      Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan

Tujuan :   Memeriksa tanda bahayayang harus di deteksi secara dini yaitu:

a.       Utonia uteri ( uterus tidak berkontraksi dengan baik)

b.      Robekan jalan lahir yang dapat terjadi pada daerah perineum, dinding vagina.

c.       Adanya sisa plasenta  seperti selaput, kotiledon

d.      Ibu mengalami bendungan/ hambatan pada payudara


e.       Retensi urine( air seni tidak dapat keluar dengan lancer atau tidak keluar sama
sekali.
Agar tidak terjadi hal-hal seperti ini perlu dilakukan berapa upaya antara lain:

a.       Mencegah pendarahan masa nifs karena utonia uteri.

b.      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rukuk jika perdarahan

berlanjut.
c.       Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah pendarahan masa nifas karena utonia uteri; berikan ASI awal; lakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir (lakukan Bounding Attacment);

d.      Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan sehat (Saifudin, 2006).

2.      Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan

Tujuan:

a.       Mengenali tanda bahaya seperti : Masitis( radang pada payudara), abces

payudara( payudara mengeluarkan nanah), metritis, peritonitis.

b.      Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau yang abnormal dari

lochea.

c.       Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

d.      Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.

e.       Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-tanda penyakit.

f.       Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3.      Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan

Tujuannya: Sama dengan kunjungan nifas ke 2 (6 hari setelah persalinan).


4.      Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan

Tujuannya:

a.       Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

b.      Memberikan konseling untuk KB secara dini ( Mochtar, 1998).

Perdarahan pervagina

Perdarahan pervagina/perdarahan postpartum/postpartum hemororgi/hemorargi


postpartum/PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus
genetalia setelah melahirkan.

Hemorargi postpartum primer : adalah mencakup semua kejadian perdarahan


selama 24 jam setelah melahirkan.

Penyebab :

1.         Uterus atonik ( terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan ).
2.         Trauma genital ( meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau
gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termsauk section caesaria,
episiotomi ).
3.         Koagulasi intravascular diseminata.
4.         Inverse uterus.

Hemorargi postpartum sekunder : adalah mencakup semua kejadian PPH yang


terjadi antara 24 jam setelah melahirkan bayi dan 6 minggu masa postpartum.

Penyebab :

1.         Fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan.


2.         Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet dapat terjadi di serviks, vagina,
kandung kemih, rectum).
3.         Terbukanya luka pada uterus ( setelah sectio caesaria, rupture uterus).

Penatalaksanaan :
Hemorargi postpartum primer

Hemorargi postpartum atonik

1.            Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah .


2.            Kaji kondisi pasien ( denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi
uterus ) dan perkirakan banyaknya darah yang sudah keluar. Jika pasien dalam kondisi
terbuka, palingkan wajah hilang.
3.            Berikan oksitosik ( oksitosin 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila
tidak bisa melalui IV).
4.            Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk cross cek , berikan NaCL 11/15 menit
apabila pasien mengalami syok ( pemberian infuse sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi
syok), pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander.
5.            Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6.            Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu oksitosin dalam 1
liter cairan infuse dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahakan tetap menyusui bayinya.
7.            Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan kompresi bimanual.
8.            Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik, maka lakukan
pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan lecerasi yang menyebabkan
perdarahan tersebut.
9.            Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil,
lokhea berbau busuk segera berikan antibiotic berspektrum luas.
10.        Lakukan pencatatan yang akurat.

Penatalaksanaan lanjutan

Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24 – 48 jam. Hal tersebut meliputi :

1.      Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi dengan baik.


2.      Darah yang hilang.
3.      Suhu .
4.      Denyut nadi.
5.      Tekanan darah.
6.      Kondisi umum ( misal kepuctan, tingkat kesadaran ).
7.      Asupan cairan ( setelah pasien stabil cairan IV harus diberikan rata – rata 1 liter dalam 6-
8 jam ).
8.      Transfuse darah harus dipantau dan volume yang ditransfusikan harus dicatat sebagai
asupan cairan.
9.      Pengeluaran urin.
10.  Membuat catatan yang akurat .

Hal yang harus dihindari :

1.         Jangan pernah meninggalkan pasien sendirian pasien sampai perdarahan telah terkendali
dan kondisi umum lainnya bagus.
2.         Pada kasus hemoragi postpartum atonik jangan pernah memasukan pack vagina.
3.         Jika penolong berada dirumah, puskesmas tanpa fasilitas dan keterampilan yang
diperlukan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas dan keterampilan yang memadai.

2.1.2        Infeksi masa nifas

Infeksi masa nifas atau sepsis puerpuralis adalah infeksi pada traktus genetalia
yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membrane) atau
persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari
hal-hal berikut ini :

1.            Nyeri pelvic.


2.            Demam 38,5°c atau lebih.
3.            Rabas vagina yang abnormal .
4.            Rabas vagina yang berbau busuk.
5.            Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.

Bakteri penyebab sepsis puerpuralis

1.         Streptococus.
2.         Stafilacocus.
3.         E. coli.
4.         Clostridium tetani.
5.         Clostridium welchi.
6.         Clamedia dan gonococcus

Bakteri Endogen

Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya.
Bahkan jika teknik steril sudah digunakan persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat
bakteri endogen. Bakteri endogen dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika :

1.      Bakteri ini masuk dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui instrument
pemeriksaan pelvic.
2.      Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/lacerasi atau jaringan yang mati
(misal setelah persalinan macat atau persalinan troumatik).
3.      Bakteri masuk sampai kedalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang lama.

Bakteri Eksogen

Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (strepcocus,klostridum tetani,


DLL).bakteri eksogen masuk kedalam vagina :

1.      Melalui tangan yang tidak bersih dan instrument yang tidak steril.
2.      Melalui substansi/ benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal ramuan/jamu,
minyak,kain).
3.      Melalui aktifitas seksual.

Tanda dan gejala sepsis purpuralis yaitu

1.         Demam.
2.         Nyeri pelvic.
3.         Nyeri tekan di uterus.
4.         Lokia berbau menyengat (busuk).
5.         Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
6.         Pada lacerasi/luka episiotomi rasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah.

Faktor resiko pada sepsis purpuralis

1.      Anemia/kurang gizi.


2.      Hygiene yang buruk.
3.      Tekhnik aseptic yang buruk.
4.      Manipulasi yang saat banyak pada jalan lahir.
5.      Adanya jaringan mati pada jalan lahir (akibat kematian janin intra uterin, fragmen atau
membrane plasenta yang tertahan, pelepasan jaringan mati dari dinding vagina setelah
persalinan macet).
6.      Insersi tangan, instrument, atau pembalut/tampon yang tidak steril (praktek tradisional
juga harus diperiksa ).
7.      Ketuban pecah lama.
8.      Pemeriksaan vagina yang sering.
9.      Kelahiran melalui SC , dan tindakan obrasi lainnya .
10.  Lacerasi vagina atau lacerasi servik yang tidak diperbaiki.
11.  PMS yang di derita .
12.  Hemorargi post partum .
13.  Tidak di imunisasi terhadap tetanus .
14.  Diabetes militus.

Faktor-faktor resiko dimasyarakat :

1.      Tidak adanya transportasi dan sarana lain


2.      Jarak rumah ibu yang jauh ke fasilitas kesehatan
3.      Factor-faktor yang memperlambat pencarian perawatan kesehatan, status kesehatan
wanita yang rendah
4.      Kurangnya pengetahuan tentang tanda-tanda gejala sepsis puerperalis.

Faktor resiko dipelayanan kesehatan :


1.      Pemantauan suhu badan yang tidak adekuat setelah persalinan lama dan kelahiran.
2.      Tidak adanya asepsis selama persalinan.
3.      Pemeriksaan bakteriologis yang tidak adekuat pada ibu yang mengalami sepsis
puerperalis.
4.      Kehabisan persediaan darah untuk tranfusi.
5.      Pelatalaksanaan yang tidak adekuat dengan antibiotic yang tepat atau intervensi operatif
selanjutnya.
6.      Ketidak tersediaan antibiotic yang tepat.

Penyebab demam dimasa puerperium

Penyebab demam yang berkaitan dengan persalinan

Penyebab infeksius

1.      Sepsis puerpuralis bergantung pada seberapa luas sepsis ini telah menyebar, mungkin
tampak sebagai :
a.       Infeksi terlokalisasi pada daerah lacerasi atau episiotomi.
b.      Infeksi pada lacerasi atau episiotomi yang telah menyebar ke jaringan lunak dibawahnya.
c.       Endometritis.
d.      Salpingitis.
e.       Parametritis.
f.       Peritonitis menyeluruh.
g.      Tromboplebitis septic.
h.      Abses tubo ovarium.
i.        Abses ligament besar.
j.        Abses pada kantong douglas.
k.      Abses disisi lain abdomen atau dada.
l.        Septicemia (infeksi yang telah memasuki aliran darah dan merupakan suatu kondisi yang
serius).

2.      Infeksi payudara seperti mastitis atau pada stadium lanjut abses payudara.

3.      Infeksi saluran kemih/urinaria tract infection (UTI).

4.      Infeksi luka (jaringan parut pada SC).


5.      Gangguan tromboembolik, termasuk tromboflebitis superfisial dan trombosis dan vena
dalam, kadang-kadang menimbulkan demam dan takhikardia.

Penyebab non infeksius

Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal yang sangat umum
selama periode post partum terutama dalam 24 jam pertama. Penyebab demam seperti ini
antara lain dehidrasi, luka/trauma pada jaringan, reaksi terhadap protein janin,
engorgement payudara. Meskipun demam yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran biasanya dianggap tidak berkaitan dengan infeksi, suhu tubuh sekitar 38,5°c
atau lebih selama 24 jam pertama harus menyiagakan akan kemungkinan terjadinya
sepsis puerperalis.

Penyebab demam yang tidak berkaitan dengan persalinan

Infeksi apapun dapat terjadi selama masa puerperium. Dibawah ini adalah
contoh-contohnya:

1.            Infeksi dada (seperti : pneumonia, bronchitis, tuberculosis paru).


2.            Malaria.
3.            Tyfoid.
4.            Desentri.
5.            Hepatitis.
6.            Meningitis.
7.            AIDS juga dapat menimbulkan berbagai macam gejala dan membuat ibu menjadi lebih
rentan terhadap infeksi lain.

2.1.3        Sakit kepala, nyeri epigestri, penglihatan kabur

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post
partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi.
Sakit kepala semasa kehamilan adalah normal dan sering merupakan
ketidaknyamanan yang umum dalam kehamilan. Sakit kepala yang mungkin
mengindikasikan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang
berlangsung terus menerus dan tidak bisa hilang dengan jalan istirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang sangat berat, seorang ibu bisa merasakan bahwa
penglihatan/pemandangan matanya bisa kabur atau ibu tersebut melihat adanya bintik
hitam dihadapan matanya. Sakit kepala berat dalam masa kehamilan merupakan gejala
dari preeklampsia.
Rasa sakit abdominal yang tidak ada hubungannya dengan persalinan normal
biasanya adalah tidak normal. Rasa sakit abdominal yang mungkin bisa mengindikasikan
masalah yang mengancam jiwa ialah rasa sakit yang parah, terus berlanjut dan tidak bisa
diperingan dengan jalan istirahat. Hal ini bisa berarti adanya apendicitis (radang usus
buntu), penyakit radang panggul, kehamilan ektopik, abortus, gastritis, penyakit kantung
empedu, abrupsi plasenta (plasenta lepas sebelum waktunya), infeksi saluran kemih atau
infeksi-infeksi lainnya.
Mintalah ibu untuk menjelaskan sifat nyeri badomen tersebut, kapan terjadinya,
seberapa sakitnya dan lain-lain. Tanyakan apakah ada tanda-tanda/gejala lain yang
menyertai seperti muntah-muntah, diare, demam dan sebagainya. Lakukan pemeriksaan
tekanan darah, suhu, denyut jantung janin, denyut nadi.
Lakukan pemeriksaan luar, dalam, raba dan rasakan kelembutan abdominalnya
atau kelembutan rebound (pantulannya), periksa untuk mengetahui Costo-Vertebral
Angle Tenderness (CVAT) atau nyeri pada daerah tulang dada dan tulang punggung.
Periksa urine untuk mengetahui kadar proteinnya.Penanganan terhadap gangguan ini
meliputi:
1.      Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan
2.      Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan
intubasi jika perlu. Dan jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas serta
beri oksigen 4-6 liter per menit.
3.      Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan napas, baringkan miring, ukur suhu, periksa
apakah ada kaku tengkuk.

2.1.4        Pembengkakan wajah atau ekremitas


Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari adany
preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya terjadi pada
akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu potpartum. Oedem dapat
terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan
dari pembesaran uterus pada vena cava inferior ketika berbaring.

Oedem (oedema)atau sembab ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan


interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan
dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat bersifat
setempat (local) dan umum (general). Oedem yang bersifat local seperti terjadi hanya di
dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah
kulit (oedema subkubitis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium)
atau di dalam paru-paru (oedema pulmonum). Sedangkan oedem yang ditandai dengan
terjadinya pengumpulan cairan oedema di banyak tempat dinamakan edema umum
(general oedema)

Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar protein
rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer
atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinoen plasma. Jika
mengalami edema ini niasanya akan mudah merasa lelah setelah melakukan aktvitas sisik
harian atau ketika berjalan dalam jarak yang dekat. Jika edema ini belum parah makan
masih dapat diobati dengan diet dan perubahan gaya hidupascites).

Tanda-tanda pembengkakan di wajah dan ektermitas pada ibu nifas

Meningkatnya ukuran perut (ascites) napas pendek-pendek atau sulit bernapas


(pulmonary edema) volume air kencing yang dikeluarkan sangat sedikit meskipun minum
air dalam takaran normal harian. Baju, celana, rok atau aksesoris yang digunakan terasa
sempit, pada tahapan parah, tanda-tanda edema dapat berupa kesulitan bernafas, napas
pendek-pendekketika berbaring, batuk, dan tangan seta kaki jika disentuh atau di pegang
terasa dingin.

Penyebab terjadinya pembengkakan pada wajah dan ektermitas pada ibu


nifas
Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti obstruksi
limfatik,permeabilitaskapiler yang bertambah,hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid
dan retensi natrium dan air. Diantaranya:

1.         Adanya kongesti

pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan


hidrostatik intra vaskular ( tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula
oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembasan cairan plasma ke dalam ruang
interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan
rongga badan.

2.         Obstruksi limfatik

apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan),


maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk
kedalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat
mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor
ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal
yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan
tungkai ( penyakit filarisasi atau kaki gajah /elephantiasis).

3.         Hipoproteinemia ,

menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya


daya ikat air protein plasma merembas keluar vaskula sebagai cairan edema.

4.         Tekanan osmotic koloid

Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga
tidak dapat melawan tekan osmotic yang tedapat dalam darah. Tetapi pada keadaan
tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas
kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan
edema.

2.1.5        Demam,muntah,rasa sakit waktu berkemih

Demam
Demam merupakan salah satu manifestasi dari gejala infeksi, dan rasa sakit
waktu berkemih merupakan salah satu gejala dari Infeksi saluran kemih. Ibu pasca
partum, merupakan individu yang beresiko tinggi mengalami hal ini, karena sensitivitas
kandung kemih berkurang akibat peregangan, trauma, dan retensi dari urin residu.

Infeksi saluran kemih

 Kebanyakan infeksi saluran kemih pascapartum disebabkan oleh organisme


gram negatif seperti Escheria Coli, yang menginvasi uretra dan kandung kemih serta
menyebabkan sistitis. Bakteri kandung kemih kemudian mungkin naik ke ginjal, karena
aliran urin balik vesikouretral sewaktu berkemih,  sehingga menyebabkan pielonefritis
setelah beberapa hari.

A.          SISTITIS
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai peradangan bagian atas
saluran kemih.

Etiologi :

Yang tersering adalah Escheria Coli

Faktor predisposisi :

1.    Uretra wanita yang pendek

2.    Sistokel

3.    Sisa air kemih yang tertinggal

4.    Penggunaan kateter

Tanda dan gejala :

1)            Rasa sakit waktu berkemih


2)            Meningkatnya frekuensi berkemih.
3)            Pada penekanan suprasimpisis, akan terasa nyeri lokal yang juga menyebar ke daerah
lipat paha, prosedur pemeriksaan ini juga menyebabkan pasien ingin berkemih
4)            Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan lekosit dan eritrosit dan kadang – kadang
ditemukan bakteri
5)            Kadang – kadang terdapat hematuria

B.           PIELONEFRITIS AKUT


Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
naik dari saluran kemih bawah. Pyelonefritis terjadi akibat perubahan fisiologis dan
anatomi yang diasosiasikan dengan kehamilan. Perubahan tersebut diantaranya :
1)         Penekanan ureter pada pinggir pelvik oleh uterus,
2)         Penurunan kondisi kandung kemih saat nifas
3)         Dilatasi dan penurunan kondisi ureter akibat efek hormonal

Faktor predisposisi :

a.          Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan


b.         Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan
atau luka pada jalan lahir

Gejala dan tanda ;

1.  Disuria

2.  Demam tinggi

3.  Sering kencing

4.  Nyeri perut

5.  Nyeri suprapubik

6.  Nyeri pinggang

7.  Nyeri dada belakang

8.  Anoreksia

Mual/muntah    

  Peran bidan :

1.      Melakukan deteksi dini pada kasus infeksi saluran kemih


2.      Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih
3.      Melakukan perawatan dengan segera dan melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
penanganan kasus infeksi saluran kemih

  Asuhan bidan :

            Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah
pengeluaran urin untuk menilai fungsi kandung kencing. Inspeksi warna urin
( hematuria ), bau, kekeruhan ( kental atau encer )
            Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan kandung kemih
secara tuntas, sediakan kompres es untuk perineum selama 1 jam setelah kelahiran, untuk
mengurangi pembentukan edema dan memfasilitasi berkemih.
            Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panas pada saat berkemih
            Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas cairan khususnya air setiap hari
            Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen bagian bawah,
nyeri punggung bagian bawah atau nyeri berat pada panggul.
            Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi dengan air hangat dan berikan obat
antipiretik
            Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan yang diresepkan bisa merubah warna urin
            Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik
            Menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene

2.1.6        Payudara berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit

Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit


Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara
menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.B.H. yang terlalu ketat,
mengakibatkan segmental engorgement . Kalau tidak disusu dengan adekuat,bisa terjadi
mastitis.Ibu yang diet jelek, kurang istiraat, anemia akan mudah terkena infeksi.
A.          Gejala :
a.       Bengkak,nyeri seluruh payudara/nyeri lokal.
b.      Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
c.       Payudara keras dan berbenjol-benjol(merongkol).
d.      Panas badan dan rasa sakit umum.

B.       Pencegahan :
1.         Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar.
2.         Menyusui bayi tanpa jadwal (nirjadwal dan on demand).
3.         Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4.         Jangan memberikan minuman lain pada bayi.
5.         Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase, dan sebagainya).

C.    Penatalaksanaan :
         Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan
sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal.
         Berilah kompres panas, bias menggunakan Shower hangat atau lap basah panas pada
payudara
yang terkena.
         Ubahlah posisi meyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau
posisi memegang bola(football position).
         Pakailahbaju B.H.longgar.
         Istirahat yang cukup,makanan yang bergizi.
         Banyak minum sekitar 2liter per-hari.
         Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan menghilang
setelah   48 jam, jarang sekali yang men/jadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara seperti
tersebut di atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika selama 5-
10 hari dan analgesik.
2.1.7        Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu


makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah
bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat
pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.

Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan
tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula.
Apabila ibu menghandaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun
dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses
persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut.
Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. Oleh
karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu
menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu
makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.

Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu


makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah
bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk
mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat
pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.

Kehilangan Nafsu Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama.

1. Ibu Post Partum Blues.

2. Kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami).

3. Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh.


2.1.8        Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki

Kesejahteraan emosional ibu selama period pascanatal dipengaruhi oleh banyk


factor, seperti kelelahan dan pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya
sebagai ibu, cemas dengan kesehatnnya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang
tersedia untuk ibu.

Perubahan yang mendadak dan dramatis pasa status hormonal menyebabkan ibu
yang berada dalam amsa nifas menjadi sensitive terhadap faktor-faktor yang dalam
keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya
sering sudah terkuras oleh tuntunan kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur,
lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya
yang lain.

Sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali mempunyai anak
mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali hanya karena masalh yang sering
sepele. Sebagai ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini
umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.

Depresi post partummerupakan perasaan tidak nyaman yang dialami wanita pasca
melahirkan yang bisa disebabkan oleh hormone dan gangguan psikoloi. Dapat dilihat
dengan gejala seperti : sering merasa marah, sedih yang berlarut-larut, kurang nafsu
makan, terlalu mencemaskan keadaan bayinya.

a.       Tidak mampu


Perasaan tida mampu pada ibu dapat disebabkan karena ibu kurang pengalaman dalam
mengurus bayi, sehingga ibu merasa tidak mampu merawat bayi dan membuat bayi
kurang mendapat makanan dan kurang terawatt kebersihannya.
b.      Perasaan sedih
Rasa sedih ibu bersangkutan dengan rasa ketidakmampuan ibu dalam merawat bayinya,
perasaan tersebut dapat diekspresikan dengan menangis dan murung.
c.       Perasaan bersalah
Keadaan emosi ibu post partum masih labih hal yang mempengaruhi perasaan ini antara
lain ibu merasa tidak cukup mampu merwat bayi dengan baik, gagal dalam menyusui ,
bahkan karena melahirkan bayi tidak sesuai dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan,
sehingga ibu mudah menyalahkan diri ketika tidak berbuat tepat seperti kegiatan yang
diharapkan.
2.1.9        Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri

Kesejahteraan emosional ibu selama period pascanatal dipengaruhi oleh banyk


faktor, seperti kelelahan dan pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya
sebagai ibu, cemas dengan kesehatnnya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang
tersedia untuk ibu.

Perubahan yang mendadak dan dramatis pasa status hormonal menyebabkan ibu
yang berada dalam amsa nifas menjadi sensitive terhadap faktor-faktor yang dalam
keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya
sering sudah terkuras oleh tuntunan kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur,
lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya
yang lain.

Sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama kali mempunyai anak
mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali hanya karena masalh yang sering
sepele. Sebagai ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini
umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.

Depresi post partummerupakan perasaan tidak nyaman yang dialami wanita pasca
melahirkan yang bisa disebabkan oleh hormone dan gangguan psikoloi. Dapat dilihat
dengan gejala seperti : sering merasa marah, sedih yang berlarut-larut, kurang nafsu
makan, terlalu mencemaskan keadaan bayinya.

Tidak mampu

Perasaan tida mampu pada ibu dapat disebabkan karena ibu kurang pengalaman
dalam mengurus bayi, sehingga ibu merasa tidak mampu merawat bayi dan membuat
bayi kurang mendapat makanan dan kurang terawatt kebersihannya.

Perasaan sedih
Rasa sedih ibu bersangkutan dengan rasa ketidakmampuan ibu dalam merawat bayinya,
perasaan tersebut dapat diekspresikan dengan menangis dan murung.

Perasaan bersalah

Keadaan emosi ibu post partum masih labih hal yang mempengaruhi perasaan ini antara
lain ibu merasa tidak cukup mampu merwat bayi dengan baik, gagal dalam menyusui ,
bahkan karena melahirkan bayi tidak sesuai dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan,
sehingga ibu mudah menyalahkan diri ketika tidak berbuat tepat seperti kegiatan yang
diharapkan

Anda mungkin juga menyukai