Ñāṇavimala
Kenangan
dan
Keteladanan
Seorang Bhikkhu Pengembara
Y. M. Ñāṇavimala
Kenangan
dan
Keteladanan
Seorang Bhikkhu Pengembara
Alih Bahasa:
S. Dhammasiri
Y.M. Ñāṇavimala: Kenangan dan Keteladanan
Seorang Bhikkhu Pengembara
1
jarang tersenyum.
4
5
datang kemari lagi untuk memperpanjang visa bhante.
Paspornya sudah diurus, bhante telah menjadi warga
negara Sri Lanka, saya akan mengirimkan paspor tersebut
kepada bhante.” Karena itu, Y.M. Ñāṇavimala tidak lagi
pergi ke Kantor Imigrasi setelah itu. Saya mendengar
cerita ini dari beberapa bhikkhu senior.
9
tersebut, untuk selalu mendapatkan makanan yang baik,
dan tenang.
10
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan (beliau
biasa mengunakan istilah ini ketika berbicara soal jhāna:
pengalaman yang menyenangkan (pleasant abiding)),
saya telah menyia-nyiakan semua waktu saya. Saya tidak
sepenuhnya menyadari waktu terus berjalan. Dengan kata
lain, saya merasa bahwa saya tidak tidur tetapi walaupun
demikian saya telah menyia-nyiakan waktu saya. Hanya
merasa menyenangkan, tetapi tidak mengamati tubuh,
perasaan, pikiran dan kondisi pikiran. Karena itu, kita
harus menyadari bahaya konsentrasi yang terlalu dalam.”
12
bukan karena kemauan beliau sendiri. Ketika saya
membantu beliau untuk berdiri, saya bertanya, “Apa yang
terjadi, bhante?” Lalu beliau menceritakan kepada saya
bahwa beliau bangun dari ranjangnya, mencoba untuk
berjalan, kehilangan kesadaran, dan jatuh. Pinggulnya
terluka pada saat jatuh, dan beliau tidak dapat bangun
sendiri. Karena itu, beliau menghabiskan waktunya sekitar
tiga jam atau lebih menunggu seseorang yang datang dan
membantunya. Saya merasa sangat kasihan mendengar
hal itu. Setelah itu, jalannya menjadi jauh lebih sulit.
13
Kenangan Bhante Guttasīlo tentang Y.M.
Ñāṇavimala (transkrip)
14
untuk mengunjungi Nissarana Vanaya di Mitirigala. Di
sana kami bertemu Y.M. Katukurunde Ñāṇananda dan
kepala vihāra Y.M. Matara Śrī Ñāṇarama. Vihara tersebut
adalah sebuah vihara hutan yang sangat indah dan saya
dapat melihat bahwa bhikkhu-bhikkhu Sri Lanka di sana
sangat serius dalam praktik meditasi mereka. Selain itu,
mereka juga cukup terpelajar. Apa yang membuat saya
tertarik adalah kombinasi penelaahan sutta dan praktik
meditasi. Saya kembali ke Thailand dan kemudian pada
tahun 1980, berusaha untuk menjalankan masa vassa
kelima saya di Sri Lanka. Saya mendapatkan izin dari
upajjhāya saya, Somdet Ñāṇasaṃvara, kepala vihara Wat
Bowon untuk pergi ke Sri Lanka. Setelah menjalani vassa
pada tahun 1980 di Island Hermitage, saya mendapatkan
kesempatan untuk tinggal di Nissarana Vanaya yang
menjadi tempat utama selama saya tinggal di Sri Lanka
selama beberapa tahun.
15
melindungi Island Hermitage. Karena itu, para bhikkhu
yang ditahbis di Island Hermitage telah ditahbis melalui
Vajirarama. Vihara ini juga merupakan tempat Bhante
Ñāṇavimala biasanya berkunjung jika beliau ke Kolombo.
20
Apa yang membuat saya terpesona tentang Y.M.
Ñāṇavimala adalah ketenangannya, pandangannya
yang begitu serius terhadap kehidupan kebhikkhuan,
kepemilikannya yang sangat sedikit, bagaimana
beliau cenderung menjaga jarak dari orang lain,
ketidakinginannya untuk turut berkomunikasi atau
berbicara dengan orang lain kecuali ada alasan yang tepat.
Inilah apa yang sesungguhnya saya perhatikan. Y.M.
Ñāṇavimala terkenal mampu hidup hanya dengan sangat
sedikit kebutuhan. Saya pikir beliau adalah satu-satunya
bhikkhu yang telah berjalan keliling Sri Lanka selama
beberapa kali, sehingga di beberapa daerah yang beliau
kelilingi, seperti di daerah-daerah yang berpenduduk
Muslim dan Tamil, tampaknya beliau tidak mendapatkan
banyak makanan saat berpiṇḍapāta. Tetapi, hal itu akan
menjadi tidak begitu penting bagi Y.M. Ñāṇavimala,
hal itu akan hanya menjadi makanan ekstra bagi praktik
beliau.
21
makanan dalam berpiṇḍapāta. Saya tahu bahwa ketika
Y.M. Ñāṇavimala telah sampai di vihara dan mendapatkan
izin untuk tinggal dan sebuah ruangan telah disiapkan
untuk beliau, kemudian, umumnya beliau akan masuk
ke dalam ruangan dan menutup pintu. Saya tidak tahu
apakah beliau akan menerima teh hitam manis dari vihara
karena beliau sangat memperhatikan vinaya.
24
Ada suatu cerita yang telah saya dengar saat Y.M.
Ñāṇavimala sedang mengembara di pantai bagian timur
dan tinggal di vihara hutan yang cukup kecil di Waturawila.
Beliau tinggal di sīma dan ketika beliau meninggalkan
sīma, kepala vihara telah memeriksa harta benda milik
Y.M. Ñāṇavimala. Kepala vihara tersebut menemukan
bahwa apa yang dimiliki oleh Y.M. Ñāṇavimala telah
usang dan barang bekas atau telah rusak—pencuri
sekalipun tidak akan mau mencurinya.
26
beberapa hari. Saya belum pernah tinggal lama bersama
orangtua saya sejak 1970. Saya tinggal di Selandia Baru
hingga akhir 1984. Saya tidak bisa lagi tinggal di Selandia
Baru, sehingga saya memutuskan untuk kembali ke Asia.
Saya sedang berada di Thailand dalam perjalanan kembali
ke Sri Lanka ketika saya mendapatkan kabar bahwa
ibu saya telah divonis terkena kanker, sehingga saya
memutuskan untuk kembali ke Selandia Baru juga untuk
menjalani masa vassa pada tahun 1985, karena saya tidak
yakin berapa lama ibu saya bisa bertahan hidup—beliau
meninggal pada akhir tahun 1986. Karena itu, setelah ibu
saya meninggal, saya memutuskan bahwa itulah saatnya
untuk kembali ke Sri Lanka.
27
seseorang sedang berjalan di belakang saya dan hal ini
telah mengubah pikiran saya. Siapa tahu, dia sebenarnya
adalah orang yang telah memberikan makanan itu kepada
saya? Saya pikir lebih baik saya tidak memberikan
makanan tersebut kepada wanita tua itu walaupun saya
ingin memberinya.
29
saya bagaimana Y.M. Mahākassapa berbicara kepada
Y.M. Ānanda—hampir sebuah replika yang mirip dalam
hal ini.
30
dalam perjalanan menuju Kolombo—beliau dalam kondisi
tidak sehat dan mendapatkan kesulitan dalam berjalan.
Y.M. Piyadassi menawarkan kepada Y.M. Ñāṇavimala
untuk naik mobil, tetapi Y.M. Ñāṇavimala menolak dan
tetap berjalan. Kami menanti beliau tiba di Vajirarama—
berjalan dari Ratnapura membutuhkan beberapa hari.
Tetapi, kemudian kami mendapatkan berita bahwa beliau
telah berjalan menuju ke vihāra di Rumah Sakit Kolombo
dan ada seorang bhikkhu dari Vajirarama di sana. Ketika
beliau tiba di Rumah Sakit, beliau berada dalam kondisi
sakit parah dan sangat lemah dan kelelahan dan mungkin
beliau telah dirawat di UGD. Selain itu, beliau juga
mendapatkan kesulitan yang sangat serius pada pinggul
beliau. Pada dasarnya, pinggang beliau menjadi sakit
karena perjalanan. Beberapa tahun kemudian, Y.M.
Ñāṇavimala menghabiskan waktunya selama beberapa
bulan di Vajirarama sebelum pindah secara permanen ke
Island Hermitage.
31
ranjang, beliau perlu dibantu—beliau sungguh sangat
lemah. Y.M. Mettavihārī sungguh sangat luar biasa atas
perawatan yang beliau berikan saat itu. Ketika berada di
tempat, saya pun membantu sedikit.
32
Seorang Mahākassapa di Zaman Kita
33
paten yang membentuk karakter dan perilaku manusia, atau
apakah sebaliknya, para bhikkhu cenderung menjadikan
para pendahulu mereka sebagai suri teladan. Saya tidak
bisa menjawab pertanyaan saya dengan kepastian, tetapi
saya percaya kesamaan yang telah saya lihat adalah nyata
dan tidak sekedar isapan jempol, khayalan saya.
34
Hubungan saya dengan Y.M. Ñāṇavimala berawal
hampir empat puluh tahun yang silam, saat saya
menjalani tahun pertama saya sebagai bhikkhu di Sri
Lanka. Pada bulan Juni 1973, hanya beberapa minggu
setelah saya diupasampada, guru saya, Y.M. Balangoda
Ānandamaitreya, mengajak saya ke Kanduboda
Meditation Centre untuk melakukan latihan meditasi
vipassanā. Pada saat itu, seorang sāmaṇera dari Amerika
yang bernama Samita, tinggal di Kanduboda. Ketika saya
tiba, dia berada di Kolombo untuk menjalani pengobatan
tetapi dia kembali ke pusat meditasi beberapa hari setelah
saya memulai latihan meditasi saya. Suatu hari setelah
makan siang, dia menjenguk saya dan kami pun bercakap-
cakap. Dia mengatakan kepada saya bahwa baru-baru ini
dia telah bertemu dengan Y.M. Ñāṇavimala di Rumah
Sakit Umum Kolombo dan telah terpesona dengan
begitu dalam, bahkan terngiang-ngiang, oleh pertemuan
tersebut. Sebelumnya, saya telah mendengar tentang
Y.M. Ñāṇavimala dari seorang bhikkhu Jerman lainnya
tetapi saya harus percaya bahwa, karena gaya hidupnya
yang selalu mengembara, hampir tidak mungkin bertemu
dengan beliau secara langsung. Sekarang, pintu tersebut
hampir terbuka.
35
kering” yang berasal dari guru meditasi Burma Mahasi
Sayaday, di bawah bimbingan beliau guru meditasi
Kanduboda, Y.M. Sumatipāla, telah berlatih pada tahun
1950-an. Sāmaṇera Samita mengatakan kepada aya
bahwa Y.M. Ñāṇavimala telah mengatakan bahwa jhāna
adalah penting sebagai dasar untuk vipassanā dan tidak
akan ada pandangan terang yang murni yang tidak
berakar pada jhāna. Sebab saya baru saja memulai untuk
membaca Nikāya dalam bahasa Pāli, dan telah terbentur
oleh peranan yang mainkan oleh jhāna dalam rangkaian
“latihan bertahap” dalam Majjhima Nikāya, saya merasa
laporan ini menunjukkan poin penting.
36
mana kami bertemu kembali dengan Y.M. Ñāṇavimala,
mungkin saja pada malam yang sama atau pada hari
selanjutnya. Kali ini, saya berbicara dengan beliau secara
pribadi dan cukup lama.
40
sistem meditasi pandangan terang ala Burma, saya tidak
ingin nama saya disebutkan sebagai editor.
41
dengan dasar pandangan teran tanpa landasan jhāna. Saya
juga melihat seluruh subjek meditasi sebagai sesuatu yang
melibatkan kompleksitas yang tidak dapat diselesaikan
hanya dengan membaca sutta dan syair. Sekarang,
saya mengerti bahwa jhāna memainkan peranan yang
begitu penting, dari perspektif sutta, dalam membuat
transisi dari tingkat perealisasian kedua ke ketiga, yaitu
perpindahan dari yang kembali sekali lagi ke yang tidak
kembali lagi. Saya juga tidak menampik kemungkinan,
yang dibuktikan di dalam Kitab Komentar beberapa sekte
Buddhis, bahwa tingkat kesucian arahat dapat dicapai
melalui pendekatan “kebijaksanaan kering” tanpa perlu
tergantung pada jhāna. Akan tetapi, pada saat-saat awal,
adalah pandangan Y.M. Kheminda dan Y.M. Ñāṇavimala
yang paling kuat membentuk pemahaman saya tentang
meditasi.
42
memancing saya untuk membeberkan kemajuan saya,
yang akan membuka jalan untuk ceramah dalam praktik.
Bagi Y.M. Ñāṇavimala, latihan Buddhis adalah sesuatu
yang selalu perlu dilakukan, masalah “kemajuan”.
45
dan membimbing yang lain. Jiwa altruistik ini tampaknya
telah menjadi kontribusi tersendiri oleh Sang Buddha
terhadap dunia spiritualitas India. Berdasarkan tradisi,
hal itu berakar dari kasih sayang beliau yang luar biasa
dan tekad beliau selama dalam berbagai kehidupan
yang lampau untuk membebaskan makhluk hidup dari
penderitaan. Di dalam Sangha, Y.M. Sāriputta dan Y.M.
Ānanda mungkin dapat dilihat sebagai orang, selain Sang
Buddha sendiri, yang menjadi contoh ideal dalam hal ini.
Keduanya mampu mengombinasikan kehidupan meditasi
dengan pelayanan dedikatif terhadap Dhamma dan tugas
mengajar baik kepada sesama teman kehidupan monastik
maupun umat awam.
46
dengan Dhamma karena beberapa orang memiliki
pandangan yang cukup jelas untuk menerima ajaran
Sang Buddha. Sementara itu, jumlah literatur yang ada
tentang agama Buddha saat ini mungkin telah terlalu
banyak, saya percaya bahwa usaha organizasi-organizasi
seperti Buddhist Publication Society, Pali Text Society,
dan sekarang (melalui internet) berbagai website Buddhis
telah memberikan kontribusi yang luar biasa untuk
membabarkan Dhamma dalam berbagai cara yang cukup
sulit dipahami oleh Y.M. Ñāṇavimala.
48
ini telah menjadi tambahan praktik selama berabad-abad,
mungkin kombinasi dengan kontak langsung yang cukup
sering, hal tersebut telah menimbulkan perubahan di
dalam. Akan tetapi, walaupun penjelasan-penjelasan ini
hanya bersifat spekulatif, saya yakin bahwa persepsi saya
tentang keramahan beliau adalah akurat.
49
Dengan demikian, akan salah, saya kira, untuk
menginterpretasikan masalah yang ditekankan oleh
Y.M. Ñāṇavimala sebagai bentuk kehidupan yang
eksklusif bagi para praktisi kehidupan monastik yang
ideal. Dalam pandangan saya, gaya kehidupan yang
lain cukup memungkinkan, dan mereka yang berusaha
menjalankannya seharusnya tidak memandang rendah
dengan cara membandingkannya dengan bentuk kedihupan
menyendiri dan pertapaan yang telah dicontohkan oleh
para sesepuh dari Jerman. Akan tetapi, ketika contoh-
contoh kehidupan monastik yang lebih serius telah
menjadi begitu jarang di dalam Sangha, seseorang seperti
Y.M. Ñāṇavimala tentunya berdiri seperti sebuah bintang
yang bersinar terang di dalam cakrawala ajaran Sang
Buddha. Walaupun beliau tidak pernah mencari ketenaran
atau publikasi dalam bentuk apa pun, contoh yang layak
yang telah beliau berikan telah mendapatkan kehormatan
dan kekaguman dari khalayak ramai, baik mereka yang
mengenal beliau secara langsung atau mereka yang telah
mengenal beliau melalui cerita dari orang lain.
50
51
Kehidupan Y.M. Ñāṇavimala Thera
53
direktur di departemen perdagangan Jerman di Kolombo.
Di Kolombo, dia menikmati kehidupan yang mewah dan
menyenangkan, yang walaupun secara mendadak berakhir
karena perang dimulai pada tahun 1939. Bersama dengan
semua lelaki berkebangsaan Jerman yang hidup di daerah
jajahan Inggris, Möller ditangkap oleh pemerintah Inggris
karena dianggap sebagai musuh. Dia awalnya ditahan di
Diyatalava di Sri Lanka bagian atas dan pada awal tahun
1942, dikirim ke “Pusat Penahanan” yang lebih besar dan
lebih menyenangkan di dekat kota Dehra Dun di India
barat laut. Dia ditempatkan di sayap yang sama dengan
Y.M. Ñāṇatiloka dan muridnya dari Jerman Y.M. Vappo,
di situlah dia membangun persahabatan dengan mereka.
56
bahasa Inggris ke bahasa Jerman ceramah yang diberikan
oleh Asoka Weeraratna, pendiri German Buddhist
Missionary Society (Lanka Dharmaduta Society) di
Kolombo. Weeraratna dan Möller setuju bahwa dia
akan mengunjungi Sri Lanka dengan dukungan dari
Dharmaduta Society, yang akan memberikan pelatihan
kepadanya dalam berbagai tugas misionari selama tiga
tahun sebelum kembali lagi ke Jerman dengan German
Buddhist Mission yang pertama.
57
harus mengembangkan dirinya sendiri dan menganggap
dirinya belum mampu menjadi guru bagi yang lain. Beliau
memutuskan untuk tetap tinggal di Sri Lanka. Belakangan
beliau menceritakan bahwa perubahan pikiran ini
muncul karena percakapannya dengan Y.M. Ñāṇamoli.
Dharmaduta Society menghormati keinginannya.
58
sebuah tas kecil yang berisi kebutuhan pokok. Bahkan,
beliau tidak menggunakan sandal. Begitu perampok
mencegat beliau dan menggeledah tasnya, tetapi tidak
menemukan apa pun yang berharga, meninggalkannya
dengan tangan kosong.
60
ini adalah tradisi, marilah kita bersuara bersama-sama
dan mengatakan: “Semoga beliau merealisasi Nibbāna!”
61
Ajahn Brahm Bertemu Y.M. Ñāṇavimala
63
saya kepadanya atas terjemahan begitu banyak sutta ke
dalam bahasa Inggris yang mudah dicerna.
64
perjalanan dari Australi ke Kolombo. Y.M. Ñāṇavimala
mengutip beberapa sutta bersama penjelasannya dari
pengalamannya sendiri ke dalam simfoni Dhamma yang
menyebabkan mata berbinar-binar, tampak seperti ada
Dhammacakka di mata saya. Mereka akan menyebutnya
“luar biasa.”
65
Ayah Spiritual Saya (Y.M. Ñāṇavimala)
66
Namo Tassa Bhagavato Arahato
Sammāsambuddhassa
70
Juga, beliau membimbing saya selama bertahun-
tahun untuk terbiasa menyendiri dan ketika beliau tahu
bahwa saya telah “siap” dan telah mengagumi sutta-sutta
Pali, beliau mengatakan kepada saya untuk menjalani
kehidupan selibat. Saya jawab: “Saya belum siap, bhante”
dan beliau menjawab: “Kita semua tidak pernah siap”
dan karena rasa hormat yang begitu dalam dan keyakinan
atas apa yang beliau ucapkan, saya menjalani kehidupan
selibat. Dan saya sangat bahagia karena saya telah
melakukannya. Kesempatan tersebut adalah kesempatan
yang paling luar biasa dan sangat menguntungkan dalam
praktik Dhamma dalam hidup saya. Sayangnya, saya
melepaskan praktik tersebut setelah setahun kedamaian
dan kebahagiaan yang luar biasa, tetapi saya kembali
menjalani kehidupan selibat beberapa tahun belakangan
dan akan melanjutkan praktik tersebut hingga akhir hayat
saya.
73
tersebut. Orang lain berteriak “Keluar, keluar, bangunan
akan ambruk”, tetapi kemelekatan mereka begitu besar
sehingga mereka tetap terus minum dan semua orang mati
dilalap api—begitu mengerikan kekuatan dan renggutan
nafsu keinginan.
75
dirinya. Betapa menderitanya kehidupan di dunia fana
ini! Sungguh sangat memilukan untuk mengumpulkan
sesuatu dari seorang murid sejati Sang Tathāgata. Satu-
satunya hiburan adalah “Betapa indahnya meraka telah
mengakhiri semua penderitaan”.
76
7. Sammādiṭṭhi harus dikembangkan dalam berbagai
cara. Karena itu, pelajari sutta dan hiduplah sesuai
sutta.
77
Foto ini diambil di Kolombo pada tahun 1991
mempelajari Saṃyutta no. 35 (Saḷāyatana Saṃyutta).
80
Nasihat Y. M. Ñāṇavimala
Pengantar
Y. M. Ñāṇavimala Mahāthera (1911-2005) adalah
seorang bhikkhu berkebangsaan Jerman yang menjalani
kehidupan monastik di Sri Lanka sejak 1955. Setelah dua
belas tahun belajar dan bermeditasi di Island Hermitage
dekat Dodanduwa di bagian Selatan Sri Lanka, dia
mengembara tanpa alas kaki dari satu tempat ke tempat
yang lain tanpa henti. Harta kekayaannya hanyalah tiga
jubah, patta untuk berpindapata dan beberapa kebutuhan
dasar.
81
Y. M. Ñāṇavimala cukup terkenal dan sangat dihormati
di seluruh Sri Lanka. Sikapnya yang tenang, keinginan
yang sedikit dan kegigihannya dalam praktik memberikan
keyakinan kepada mereka yang pernah bertemu dengan
beliau. Warisan yang ditinggalkan oleh Y. M. Ñāṇavimala
adalah keteladanan hidup yang telah beliau jalani—
sesuatu yang dapat diteladani oleh yang lainnya.
88
dalam latihan vinaya kita dan tugas-tugas kita kepada
guru. Tempat tinggal kita yang sekarang adalah hasil dari
kamma kita, sehingga kita harus melakukan berbagai cara
untuk mengatasi masalah-masalah kita.
90
Seandainya ada, kita harus bertekad bahwa rintangan ini
tidak akan muncul besok. Kita harus secara terus menerus
memeriksa pikiran untuk melihat bahwa kemelekatan
tidak muncul.
91
adalah yang paling penting. Belajar dapat menjadi hanya
piyarūpaṃ sātarūpaṃ yang baru, suatu kondisi untuk
kemelekatan. Memikirkan atau khawatir akan kata-
kata dapat menjerumuskan pada arah yang salah, kita
mungkin menjadi cendikiawan. Berharap mendapatkan
‘ide yang benar’ kita melenceng dari ‘tanda’. Berharap
mendapatkan ‘tanda’, kita melenceng dari ‘ide yang
benar’. Menghafalkan sangat berguna untuk memerangi
thīnamiddha (suatu bahaya yang luar biasa ketika
kita hidup sendirian). Merenungkan Dhamma akan
menyadarkan pikiran.
92
menerus dengan objek indra. Sebelum keluar, kita harus
kokoh dalam asubhasaññā dan aniccasaññā. Dalam
cārika, kita harus merenungkan dengan baik apakah pikiran
berkembang dengan baik atau apakah pikiran terpengaruh
oleh berbagi objek. Jika demikian, kita harus kembali ke
tempat yang sunyi. Praktik satipaṭṭhāna kita harus kuat
sepanjang hari. Di tempat yang tenang, mungkin, kita
merasa bahwa beberapa ringtangan telah dilenyapkan,
tetapi dalam cārika rintangan yang baru dapat muncul.
Setelah melihat masalah kita sendiri, kemudian kita
hendaknya mencoba untuk mengatasinya. Ketika dalam
cārika, kita hendaknya memberitahukan dari mana kita
dan siapa guru kita dan sebagainya, ketika kita sampai di
vihara lain. Bernamaskaralah walaupun kepada bhikkhu
yang jelek karena kita saat itu bernamaskara kepada
Saṅgha. Jika kita belum mendapatkan nissayavimutti,
kita harus tinggal dekat dengan guru.
93
rasa ketidakmelekatan dalam cara yang sama. Berkahilah
rumah-rumah itu meskipun saat kita tidak mendapatkan
apa pun. Kita seharusnya tidak menunggu terlalu lama
dan hanya sebentar saja di depan warung atau toko untuk
melihat jika ada dana dadakan.
94
Daftar Kosakata Pāli
Anattā—tanpa aku
Anicca—ketidakkekalan
Aniccasaññā—persepsi ketidakkekalan
Anusaya—tendensi laten
Araññā—vihara hutan
Asmimāna—kesombongan tentang ‘keakuan’
Asubha—sifat tubuh yang tidak menarik
Asubhasaññā—persepsi tentang sifat tubuh yang tidak
menarik
Ānapānasati—kesadaran pada napas
Bhante—Yang Mulia, ungkapan rasa hormat
Bhāvanā—meditasi, pengembangan mental
Bhikkhu—petapa Buddhis
Buddha—orang yang sepernuhnya tercerahkan
Buddhānussati—perenungan akan kebajikan-kebajikan
Sang Buddha
Cārika—mengembara
Dāna—makanan, persembahan
Dāyaka—penyokong
Dhamma—ajaran, segala sesuatu sebagaimana adanya
Dhammasaññā—persepsi tentang segala sesuatu
sebagaimana adanya
Dhammapada—Kumpulan syair-syair Sang Buddha
Dukkha—penderitaan
Gātha—syair
Indriyasaṃvara—pengendalian indra
Jhāna—konsentrasi absorpsi
Kalyāṇamitta—teman spiritual
Kamma—perbuatan, tingkah laku
Kammapatha—latihan prilaku bermoral: menghindari
pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong,
menfitnah, ucapan kasar, gossip, iri hati, niat jahat dan
pandangan salah
95
Kammaṭṭhāna—objek meditasi
Kāmaloka—alam nafsu keinginan
Kāmārammaṇa—objek nafsu keinginan
Kāmasukha—kenikmatan nasfu seksual
Kuṭi—gubuk atau tempat tinggal para bhikkhu
Loka—dunia, alam
Mahāthera—bhikkhu yang telah diupasampada selama
20 tahun atau lebih
Maraṇassati—perenungan terhadap kematian
Mettā—kasih sayang
Nekkhamma—pelepasan
Nibbidā—ketidakmelekatan, rasa tidak tertarik
Nimitta—tanda
Nissayavimutti—bebas dari ketergantungan
Ñāṇavimala—kebijaksanaan yang tak ternoda
Nīvaraṇa—rintangan dalam bermeditasi
Pātimokkha—aturan kehidupan monastik
Paṭisotaṃ—melawan arus
Mātugāmo—wanita
Pāli—bahasa Kitab Suci agama Buddha prasektarian
Piṇḍapāta—berkeliling mendapatkan dāna makanan
Piyarūpaṃ sātarūpaṃ—bentuk yang menyenangkan dan
disayangi
Puññākkhettaṃ—ladang kebajikan
Rāga—nasfsu indriawi
Rāgānusaya—tendensi laten akan nafsu indriawi
Caṅkamana/Sakmana (Sinhala)—meditasi jalan
Samādhi—konsentrasi
Saṅgha—komunitas para bhikkhu
Saññā—persepsi
Satipaṭṭhāna—pengembangan perhatian
Senāsana—tempat tinggal
Sīla—moralitas
Sukha—kebahagiaan
Suññatā—kekosongan
Sutta—khotbah
96
Thīnamiddha—kemalasan dan tidak mempunyai
semangat
Uddhacca—kegelisahan batin
Vandanā—hormat, memberikan hormat, namaskara
Vassa—retret selama musim hujan
Vinaya—peraturan kehidupan monastik
Visuddhimagga—Jalan Kesucian
Viveka—ketenangan, kesunyian.
97