KEBAJIKAN
Disusun oleh:
Bhikkhu Jānaka
i
JENIS-JENIS DĀNA
Terdapat 3 jenis dāna didalam ajaran Sang Buddha yaitu:
8 Spk: Bagaikan minyak yang tidak diperoleh dari pasir, demikian pula
kebijaksanaan tidak didapat dari yang lain, dari si dungu buta; tetapi bagaikan
minyak diperoleh dari biji wijen, demikianlah seseorang mendapatkan
kebijaksanaan dengan mempelajari Dhamma dari orang-orang baik dan
dengan meneladani orang bijaksana.
5
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik, Makhluk-
makhluk mengarah ke alam yang baik.”
32 (2) Kikir
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di
Hutan Jeta, di Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian, pada larut
malam, sejumlah devatā penghuni Satullapa, dengan keindahan
yang mempesona, menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang
9 Saya menganggap Sātataṃ sebagai keterangan dari kata benda abstrak sāta.
Akan tetapi, Spk menganggapnya sebagai kata keterangan dari satata, “terus-
menerus”, yang sepertinya kurang memuaskan.
10 Pariyāyena. Spk mengemasnya kāraṇena, “untuk suatu alasan”, yang tidak
11Noda (mala) itu adalah kekikiran itu sendiri; baca penjelasan umum dari
umat awam yang dermawan sebagai salah satu yang “berdiam di rumah
dengan pikiran yang bebas dari noda kekikiran” (vigatamalamaccherena cetasā
agāraṃ ajjhāvasati).
7
Yang, bagaikan pengembara di jalan,
Memberi walaupun memiliki sedikit:
Ini adalah prinsip kuno.12 <41>
12Spk: Mereka yang tidak mati di antara yang mati: Mereka yang tidak mati di
antara mereka yang “mati” oleh kematian yang terdapat dalam kekikiran.
Benda-benda milik seorang yang kikir adalah bagaikan milik orang mati,
karena keduanya tidak membagikan benda-benda miliknya.
8
menyokong istrinya Ia memberikan dari sedikit yang ia
miliki, Maka seratus ribu persembahan dari mereka yang
mengorbankan seribu Tidak sebanding dengan sebagian
kecil [Dari persembahan] yang diberikan olehnya.”13
33 (3) Baik
Kemudian di Sāvatthī, pada larut malam, sejumlah devatā
penghuni Satullapa, dengan keindahan yang mempesona,
menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang Bhagavā. Setelah
mendekat, mereka memberi hormat kepada Sang Bhagavā dan
berdiri di satu sisi. Kemudian salah satu devatā, sambil berdiri di
satu sisi, mengucapkan ucapan inspiratif ini di hadapan Sang
Bhagavā: “Memberi adalah baik, Yang Mulia!”
10
Persembahan yang diberikan oleh orang yang memiliki
sedikit Bernilai seribu kali lipat dari nilainya.
13
TERBAKAR
41 (1) Terbakar
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang
Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, di Taman
Anāthapiṇḍika. Kemudian pada larut malam, satu devatā dengan
keindahan mempesona, menerangi seluruh Hutan Jeta,
mendekati Sang Bhagavā. <65> Setelah mendekat, ia memberi
hormat kepada Sang Bhagavā, berdiri di satu sisi, dan
mengucapkan syair-syair ini di hadapan Sang Bhagavā:
137. “Maka ketika dunia terbakar Oleh [api] usia tua dan
kematian, seseorang harus mengeluarkan [kekayaannya]
dengan memberi: Apa yang diberikan akan terselamatkan
dengan baik. [32] <66>
17Ee2, masih berdasarkan bukti dari Lanna ms, membuka syair ini dengan syair
lain (v. 138) mengenai kematian yang tidak dapat diramalkan, juga ditemukan
pada Ja II 58. Tetapi jika syair itu sebenarnya adalah bagian dari teks, Spk pasti
telah memasukkannya di sini komentar yang ditemukan, dengan syairnya
sendiri, pada Vism 236-7 (Ppn 8:29-34). Karena ada alasan kuat untuk tidak
memasukkan syair tersebut, maka saya melewatinya dalam terjemahan ini.
14
memahami hal ini, orang bijaksana Harus bersenang-
senang tetapi juga memberi. Setelah memberi dan
menikmati sesuai keinginannya, tanpa cela ia pergi menuju
alam surga.”
[Devatā:]
141. “Memberikan apakah seseorang memperoleh kekuatan?
Memberikan apakah seseorang memperoleh kecantikan?
Memberikan apakah seseorang memperoleh kemudahan?
Memberikan apakah seseorang memperoleh penglihatan?
Siapakah pemberi segalanya?
15
DAKKHIṆĀVIBHANGA SUTTA [MN 142]
PENJELASAN TENTANG PERSEMBAHAN
20Ini adalah empat faktor memasuki-arus. Dengan demikian jelas bahwa pada
saat sutta ini dibabarkan, Mahāpājapatī adalah seorang Pemasuk-arus.
18
memiliki moralitas yang disenangi oleh para mulia, Aku katakan
adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke
dua dengan cara memberikan penghormatan … dan obat-obatan.
21MA: Sang Buddha membabarkan ajaran ini karena sutta ini dimulai dengan
pemberian pribadi yang dipersembahkan untukNya, dan Beliau ingin
menjelaskan perbandingan nilai dari persembahan kepada pribadi dan
persembahan kepada Sangha.
19
4. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada
seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah
Kearahantaan; ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat.
5. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang
yang-tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke lima.
[255]
22MA dan MṬ menjelaskan bahwa kata ini dapat mencakup pada umat awam
yang telah berlindung kepada Tiga Permata, serta umat awam dan para
bhikkhu yang berusaha memenuhi latihan moral dan praktik konsentrasi dan
pandangan terang. Dalam makna teknis yang tepat hal ini merujuk hanya pada
mereka yang memiliki jalan lokuttara memasuki-arus.
20
11. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada
seseorang di luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan
kenikmatan indriya; 23 ini adalah persembahan pribadi jenis ke
sebelas.
23Ini adalah para praktisi Non-buddhis yang mencapai jhāna-jhāna dan jenis
pengetahuan langsung lokiya.
24 MA: Dalam seratus kehidupan hal ini menghasilkan umur panjang,
kuning yang diikatkan di leher atau di lengan mereka, dan masih menyokong
anak dan istri mereka dengan melibatkan diri dalam perdagangan dan
pertanian, dan sebagainya.
28 Pemberian ini tidak terhitung dan tidak terukur dalam hal nilai karena
24
3. Ada persembahan yang dimurnikan bukan oleh si
pemberi juga bukan oleh si penerima.
25
14. Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Ketika Yang
Sempurna telah mengatakan hal itu, Sang Guru berkata lebih
lanjut:
26
5. Ketika seorang yang tanpa nafsu memberi kepada
seorang yang tanpa nafsu Dengan percaya memberikan
suatu pemberian yang diperoleh dengan benar, Meyakini
bahwa buah perbuatan itu adalah besar, pemberian itu,
Aku katakan, adalah yang terbaik di antara pemberian-
pemberian duniawi.”31
31MA: Bait terakhir ini merujuk pada pemberian dari seorang Arahant kepada
seorang Arahant lainnya. Walaupun Arahant meyakini buah kamma, namun
karena ia tidak memiliki keinginan dan nafsu terhadap kehidupan, maka
perbuatan memberi itu tidak akan menghasilkan buah. Hal itu hanya sekedar
perbuatan fungsional (kiriya) yang tidak meninggalkan jejak di belakang.
27