Anda di halaman 1dari 29

ULURAN-TANGAN

KEBAJIKAN

Disusun oleh:
Bhikkhu Jānaka

PULAU BATAM – REMPANG


KEPULAUAN RIAU
INDONESIA
DAFTAR

JENIS-JENIS DĀNA ............................................................................ 1


PEMBERIAN YANG TIDAK BENAR ............................................... 2
PENGHUNI SATULLAPA ................................................................. 4
TERBAKAR......................................................................................... 14
DAKKHIṆĀVIBHANGA SUTTA [MN 142] ................................... 16
Empat belas jenis persembahan.......................................................... 19
Tujuh jenis persembahan kepada Saṅgha ........................................ 22
Empat jenis pemurnian persembahan ............................................... 24

i
JENIS-JENIS DĀNA
Terdapat 3 jenis dāna didalam ajaran Sang Buddha yaitu:

1. Dana menurut Vinaya.


2. Dana menurut Suttanta.1
3. Dana menurut Abhidhamma. 2

Dana menurut Vinaya adalah sebagai berikut:

1. Civara dāna (jubah)


2. Piṇḍapāta dāna (makan)
3. Senāsana dāna (kuti/tempat tinggal)
4. Bhesajja dāna (obat-obatan)

Dana menurut Suttanta adalah sebagai berikut:

1. Memberikan nasi dan jenis makanan lainnya.


2. Memberikan air minum.
3. Memberikan jubah atau pakaian.
4. Memberikan alas kaki; barang lain yang dapat digunakan
dalam perjalanan.
5. Memberikan bunga.
6. Memberikan kayu wangi dan harum.
7. Memberikan obat luar; parfum.
8. Memberikan dipan, kasur, tempat tidur.
9. Memberikan Vihāra, tempat peristirahatan.
10. Memberikan lampu.

1 Cariyā Piṭaka Aṭṭhakathā [hal.298].


2 Cariyā Piṭaka Aṭṭhakathā [hal.299].
1
Dana menurut Abhidhamma adalah sebagai berikut:

1. Memberi bentuk yang layak.


2. Memberi suara yang menyenangkan.
3. Memberi aroma yang menyenangkan.
4. Memberi rasa yang menyenangkan.
5. Memberi sentuhan yang menyenangkan; jubah, Vihāra dll.
6. Memberi pengetahuan Dhamma dan penyebaran Dhamma.

PEMBERIAN YANG TIDAK BENAR3


1. Memberikan minuman keras/alkohol.
2. Memberikan pertunjukan drama/pentas.
3. Memberikan seorang wanita penghibur.
4. Memberikan seorang pria penghibur
5. Memberikan gambar/lukisan cabul.
6. Memberikan senjata.
7. Memberikan racun.
8. Memberikan belenggu besi.
9. Memberikan unggas dan babi.
10. Memberikan timbangan atau alat ukur yang salah.

47 (7) Penanam Hutan4

153. “Bagi siapakah jasa selalu meningkat, Pada siang dan


malam hari? Siapakah orang-orang yang menuju ke surga,
Mantap dalam Dhamma, memiliki moralitas?”

3 Milinda pañha [hal. 270].


4 Saṃyutta Nikāya –Sagāthā Vagga [hal. 30, 47 ff].
2
154. “Mereka yang membangun taman atau hutan, orang-orang
yang membangun jembatan, Tempat untuk minum dan
sumur, Mereka yang memberikan tempat tinggal: 5

155. “Bagi mereka, jasa selalu meningkat, Pada siang dan


malam hari; Mereka adalah orang-orang yang menuju ke
surga, Mantap dalam Dhamma, memiliki moralitas.” <71>

5 Spk menjelaskan semua ini sebagai persembahan kepada Saṅgha. Taman-


taman (ārāma) dibedakan dengan tanaman pohon bunga dan buah-buahan,
sedangkan hutan (vana) adalah sekumpulan pepohonan liar. Papa dikemas
sebagai suatu tempat berteduh untuk memberikan air minum.
3
PENGHUNI SATULLAPA6

31 (1) Dengan yang baik


Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang
Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman
Anāthapiṇḍika. Kemudian, pada larut malam, sejumlah devatā
penghuni Satullapa, dengan keindahan yang mempesona,
menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang Bhagavā.7 Setelah
mendekat, mereka memberi hormat kepada Sang Bhagavā dan
berdiri di satu sisi. [17] Kemudian salah satu devatā, sambil
berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Sang
Bhagavā:

6 Saṃyutta Nikāya –Sagāthā Vagga [hal. 16, 31 ff].


7 Spk menjelaskan bahwa lima deva ini disebut satullapakāyikā (“berasal dari
kelompok pemuji-kebaikan”) karena mereka terlahir kembali di alam surga
sebagai akibat dari memuji Dhamma yang baik dengan cara melaksanakannya
[Spk-pṭ: yaitu Dhamma yang baik yang terdiri dari tindakan memohon
perlindungan, menjalankan sīla, dan lain-lain.]
Kisah yang melatar belakangi adalah sebagai berikut: suatu ketika,
sebuah kapal milik seorang pedagang dengan tujuh ratus orang pekerja,
sewaktu berlayar di lautan, diserang oleh badai yang dahsyat. Sewaktu kapal
itu tenggelam, para pekerja itu dengan ketakutan berdoa kepada para dewa
mereka, melihat salah satu orang dari mereka duduk bersila dengan tenang
“bagaikan seorang yogi”, bebas dari ketakutan. Mereka bertanya kepadanya
bagaimana ia bisa begitu tenang, dan ia menjelaskan bahwa karena ia telah
menerima Tiga Perlindungan dan Lima Sīla maka ia tidak memiliki alasan
untuk takut. Mereka memohon hal yang sama darinya, dan setelah membagi
mereka ke dalam tujuh kelompok yang masing-masing terdiri dari seratus
orang, secara bergiliran ia memberikan perlindungan dan sīla kepada mereka,
prosedur itu selesai persis pada saat kapal itu ditelan oleh lautan. Sebagai buah
dari perbuatan baik terakhir mereka, semua orang itu seketika terlahir kembali
di alam surga Tāvatiṃsa menjadi satu kelompok dengan pemimpin mereka
sekali lagi menjadi pemimpin mereka. Mengetahui bahwa mereka telah
mencapai keberuntungan itu berkat kebaikan pemimpin mereka, mereka
datang ke hadapan Sang Bhagavā untuk memuji Beliau.
4
78. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik; <38>
Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik, Seseorang
menjadi lebih baik, tidak mungkin lebih buruk.”

Kemudian lima devatā lainnya berturut-turut


mengucapkan syair mereka di hadapan Sang Bhagavā:

79. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik;


Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik,
Kebijaksanaan diperoleh, tetapi bukan dari orang lain.” 8

80. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik;


Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik,
<39>Seseorang tidak akan bersedih di tengah- tengah orang yang
bersedih.”

81. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik;


Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik, Seseorang
bersinar di tengah-tengah pergaulannya.”

82. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik;


Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah

8 Spk: Bagaikan minyak yang tidak diperoleh dari pasir, demikian pula
kebijaksanaan tidak didapat dari yang lain, dari si dungu buta; tetapi bagaikan
minyak diperoleh dari biji wijen, demikianlah seseorang mendapatkan
kebijaksanaan dengan mempelajari Dhamma dari orang-orang baik dan
dengan meneladani orang bijaksana.
5
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik, Makhluk-
makhluk mengarah ke alam yang baik.”

83. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik;


Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik, Makhluk -
makhluk berdiam dengan sejahtera.”9 Kemudian devatā lainnya
berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang manakah, Bhagavā, yang
telah mengatakan dengan benar?” “Kalian semua telah
mengatakannya dengan benar.10 Tetapi, dengarkanlah Aku juga:
[18]

84. “Seseorang harus bergaul hanya dengan orang yang baik;


Dengan orang baik, seseorang harus menjalin keakraban. Setelah
mendengarkan Dhamma sejati dari orang yang baik, Seseorang
terbebas dari segala penderitaan.” Ini adalah apa yang dikatakan
oleh Sang Bhagavā. Dengan gembira, para devatā itu memberi
hormat kepada Sang Bhagavā, dan dengan tetap dalam posisi
Sang Buddha di sebelah kanan, mereka lenyap dari sana.

32 (2) Kikir
Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī di
Hutan Jeta, di Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian, pada larut
malam, sejumlah devatā penghuni Satullapa, dengan keindahan
yang mempesona, menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang

9 Saya menganggap Sātataṃ sebagai keterangan dari kata benda abstrak sāta.
Akan tetapi, Spk menganggapnya sebagai kata keterangan dari satata, “terus-
menerus”, yang sepertinya kurang memuaskan.
10 Pariyāyena. Spk mengemasnya kāraṇena, “untuk suatu alasan”, yang tidak

banyak membantu. Saya memahami intinya bahwa syair-syair mereka hanya


benar untuk sementara, dapat diterima dari sudut pandang keduniawian. Syair
Sang Buddha adalah pasti (sippariyāyena) karena menunjuk pada tujuan
tertinggi. Baca perbedaan pariyāyena dan nippariyāyena pada AN IV 449-54.
6
Bhagavā. Setelah mendekat, mereka memberi hormat kepada
Sang Bhagavā dan berdiri di satu sisi. Kemudian salah satu devatā,
sambil berdiri di satu sisi, mengucapkan syair ini di hadapan Sang
Bhagavā:

85. “Melalui kekikiran dan kelalaian


Sesuatu benda tidak akan diberikan.
Seseorang yang mengetahui,
menginginkan jasa, <40>
Tentu harus memberikan sesuatu.”

Kemudian devatā lainnya mengucapkan syair ini di hadapan


Sang Bhagavā:

86. “Apa yang ditakuti oleh si kikir ketika ia tidak memberi,


adalah bahaya yang mendatangi ia yang tidak memberi.
Lapar dan haus yang ditakuti oleh si kikir. Menimpa si
dungu di dunia ini dan berikutnya.

87. “Oleh karena itu, setelah melenyapkan kekikiran,


Penakluk noda harus memberi. 11
Perbuatan baik adalah penyokong makhluk hidup [Ketika
mereka terlahir] di dunia lain.”

Kemudian devatā lainnya mengucapkan syair ini di


hadapan Sang Bhagavā:

88. “Mereka tidak mati di antara orang mati

11Noda (mala) itu adalah kekikiran itu sendiri; baca penjelasan umum dari
umat awam yang dermawan sebagai salah satu yang “berdiam di rumah
dengan pikiran yang bebas dari noda kekikiran” (vigatamalamaccherena cetasā
agāraṃ ajjhāvasati).
7
Yang, bagaikan pengembara di jalan,
Memberi walaupun memiliki sedikit:
Ini adalah prinsip kuno.12 <41>

89. “Beberapa orang memberi sedikit dari yang mereka miliki,


Orang lain yang berkecukupan tidak suka memberi.
Persembahan yang diberikan oleh orang yang memiliki
sedikit Bernilai seribu kali lipat dari nilainya.” [19]

Kemudian devatā lainnya mengucapkan syair ini di


hadapan Sang Bhagavā:

90. “Orang jahat tidak meniru orang baik, Yang memberikan


apa yang sulit diberikan dan melakukan perbuatan yang
sulit dilakukan: Dhamma orang baik adalah sulit diikuti.

91. “Oleh karena itu, alam kelahiran kembali setelah kematian


mereka. Berbeda antara orang baik dan orang jahat: Yang
jahat pergi ke neraka, Yang baik menuju ke surga.”

Kemudian devatā lainnya berkata kepada Sang Bhagavā:


“Yang manakah, Bhagavā, yang telah mengatakan dengan benar?”

“Kalian semua telah mengatakannya dengan benar. Tetapi,


dengarkanlah Aku juga:” <42>

92. “Jika seseorang mempraktikkan Dhamma, Walaupun


mengumpulkannya sedikit demi sedikit, Jika sewaktu

12Spk: Mereka yang tidak mati di antara yang mati: Mereka yang tidak mati di
antara mereka yang “mati” oleh kematian yang terdapat dalam kekikiran.
Benda-benda milik seorang yang kikir adalah bagaikan milik orang mati,
karena keduanya tidak membagikan benda-benda miliknya.
8
menyokong istrinya Ia memberikan dari sedikit yang ia
miliki, Maka seratus ribu persembahan dari mereka yang
mengorbankan seribu Tidak sebanding dengan sebagian
kecil [Dari persembahan] yang diberikan olehnya.”13

Kemudian devatā lainnya berkata kepada Sang Bhagavā


dalam syair:

93 “Mengapakah pengorbanan mereka, yang banyak dan


mewah, Tidak sebanding dengan pemberian seorang yang
baik? Mengapakah seratus ribu persembahan dari mereka
yang mengorbankan seribu Tidak sebanding dengan
sebagian kecil [Dari persembahan] yang diberikan
olehnya?”

Kemudian Sang Bhagavā menjawab devatā tersebut dalam


syair:

13 Spk: Jika seseorang mempraktikkan Dhamma: Jika seseorang


mempraktikkan Dhamma melalui sepuluh kamma bermanfaat. Walaupun
dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit (samuñjakaṃ care): seseorang
memperolehnya “sedikit demi sedikit” dengan membersihkan lantai
penggilingan gabah, dan lain-lain, memukul jerami, dan lain-lain. Dari mereka
yang mengorbankan seribu: dari mereka yang mengorbankan
(mempersembahkan) kepada seribu bhikkhu atau yang mempersembahkan
makanan yang dibeli dengan nilai seribu keping uang. Ini dilakukan seratus
ribu kali adalah setara dengan persembahan yang diberikan kepada sepuluh
koṭi bhikkhu atau bernilai sepuluh koṭi uang (satu koṭi = 10.000.000). Tidak
sebanding bahkan dengan sebagian: kata “sebagian” (kala) dapat bermakna
seperenam belas bagian, atau seperseratus bagian, atau seperseribu bagian; di
sini yang dimaksudkan adalah seperseratus. Jika seseorang membagi menjadi
seratus bagian (nilai dari suatu) pemberian yang ia berikan, pemberian 10,000
koṭi yang diberikan orang lain tidak sebanding dengan satu bagian dari itu.
Walaupun Spk membicarakan tentang persembahan kepada para bhikkhu, v.
94 di bawah menyiratkan bahwa pengorbanan hewan dari para brahmana
adalah apa yang ditolak.
9
94. “Karena mereka memberikan selagi berdiam dalam
ketidakbajikan, Setelah menganiaya dan membunuh,
menyebabkan penderitaan, Persembahan mereka—
menyedihkan, penuh dengan kekerasan— Tidak
sebanding dengan pemberian dari seorang yang baik. <43>

Itulah mengapa seratus ribu persembahan Dari mereka


yang mengorbankan seribu Tidak sebanding dengan
sebagian kecil [Dari persembahan] yang diberikan olehnya.”
[20]

33 (3) Baik
Kemudian di Sāvatthī, pada larut malam, sejumlah devatā
penghuni Satullapa, dengan keindahan yang mempesona,
menerangi seluruh Hutan Jeta, mendekati Sang Bhagavā. Setelah
mendekat, mereka memberi hormat kepada Sang Bhagavā dan
berdiri di satu sisi. Kemudian salah satu devatā, sambil berdiri di
satu sisi, mengucapkan ucapan inspiratif ini di hadapan Sang
Bhagavā: “Memberi adalah baik, Yang Mulia!”

95. “Melalui kekikiran dan kelalaian. Sesuatu benda tidak


akan diberikan. Seseorang yang mengetahui,
menginginkan jasa, tentu harus memberikan sesuatu.”

Kemudian devatā lainnya mengucapkan ucapan inspiratif


ini di hadapan Sang Bhagavā:

“Memberi adalah baik, Yang Mulia!” Dan lebih jauh lagi:


“Bahkan ketika memiliki sedikit, memberi adalah baik. <44>

96. “Beberapa orang memberi sedikit dari yang mereka miliki,


Orang lain yang berkecukupan tidak suka memberi.

10
Persembahan yang diberikan oleh orang yang memiliki
sedikit Bernilai seribu kali lipat dari nilainya.

Kemudian devatā lainnya mengucapkan ucapan inspiratif


ini di hadapan Sang Bhagavā:

“Memberi adalah baik, Yang Mulia!” Dan lebih jauh lagi:


“Ketika dilakukan dengan keyakinan, memberi adalah
baik.”

97. “Memberi dan berperang adalah serupa, kata mereka:


Sedikit orang baik menaklukkan banyak orang. Jika
seseorang dengan keyakinan memberi bahkan hanya
sedikit, Ia karenanya akan berbahagia di dunia lain.” 14

Kemudian devatā lainnya mengucapkan ucapan inspiratif


ini di hadapan Sang Bhagavā:

“Memberi adalah baik, Yang Mulia! Bahkan ketika


memiliki sedikit, memberi adalah baik. [21] Juga, ketika
dilakukan dengan keyakinan, memberi adalah baik.” Dan
lebih jauh lagi: “Pemberian dari perolehan benar adalah
juga baik. <45>

14 Spk: “Keyakinan” di sini berarti keyakinan dalam kamma dan buahnya.


Bagaikan dalam suatu peperangan, sedikit prajurit pemberani mengalahkan
banyak pengecut, demikian pula seseorang yang memiliki keyakinan, dan lain-
lain dalam memberikan bahkan pemberian kecil, menggilas banyak kekikiran
dan memperoleh buah berlimpah.
11
98. “Ketika ia memberikan sesuatu dari perolehan benar yang
diperoleh dengan daya dan upaya, Setelah menyeberangi
Sungai Vetaraṇi Yama, Ia tiba di alam surga.”15

Kemudian devatā lainnya mengucapkan ucapan inspiratif


ini di hadapan Sang Bhagavā:

“Memberi adalah baik, Yang Mulia! Bahkan ketika


memiliki sedikit, memberi adalah baik. Juga, ketika
dilakukan dengan keyakinan, memberi adalah baik.
Pemberian dari perolehan benar adalah juga baik.” Dan
lebih jauh lagi: “Memberi dengan membedakan adalah
juga baik.16

99. “Memberi dengan membedakan dipuji oleh Para Mulia—


Kepada mereka yang layak menerima persembahan Di sini,
di dunia makhluk-makhluk hidup Apa yang diberikan

15 Spk menjelaskan dhammaladdhassa sebagai kekayaan yang diperoleh dengan


benar, atau seseorang yang memperoleh kekayaan dengan benar, yaitu seorang
siswa mulia. Alternatif pertama lebih masuk akal; baca AN II 68, 13-20. Yama
adalah dewa dunia bawah; Vetaraṇī adalah sama dengan sungai Styx versi
Buddhis (baca Sn 674 dan Pj II 482, 4-6). Spk mengatakan bahwa Vetaraṇī hanya
disebutkan sebagai “judul ajaran”, yaitu sebagai contoh; ia sebenarnya telah
melewati seluruh tiga puluh satu neraka besar.
16 Viceyyadānaṃ. Ungkapan ini adalah gabungan sintaksis mutlak; baca

Norman, “Syntactical Compounds in Middle Indo-Aryan”, dalam Collected


Papers, 4:218-19. Spk: Suatu pemberian yang diberikan setelah melakukan
pembedaan. Ada dua jenis pembedaan: (i) sehubungan dengan persembahan,
yaitu seseorang menyingkirkan barang-barang berkualitas rendah dan
memberikan hanya barang-barang berkualitas tinggi; dan (ii) sehubungan
dengan si penerima, yaitu seseorang mengabaikan mereka yang cacat dalam
hal moralitas atau para pengikut dari sembilan puluh lima kepercayaan keliru
(pāsaṇḍa, sekte non-Buddhis; baca n.355) dan memberikan kepada mereka
yang memiliki kualitas-kualitas seperti moralitas, dan lain-lain yang telah
meninggalkan keduniawian dalam Ajaran Buddha.
12
kepada mereka menghasilkan buah besar Bagaikan benih
yang ditanam di lahan subur.”

Kemudian devatā lainnya mengucapkan ucapan inspiratif


ini di hadapan Sang Bhagavā:

“Memberi adalah baik, Yang Mulia! Bahkan ketika


memiliki sedikit, memberi adalah baik. Juga, ketika
dilakukan dengan keyakinan, memberi adalah baik.
Pemberian dari perolehan benar adalah juga baik. Juga,
memberi dengan bijaksana adalah baik.” <46> Dan lebih
jauh lagi: “Pengendalian terhadap makhluk-makhluk
hidup juga adalah baik.

100. “Seseorang yang mengembara dengan tidak menyakiti


makhluk-makhluk hidup Tidak mengalami rasa takut akan
celaan orang lain. Dalam hal itu, mereka memuji ketakutan
itu, bukan keberaniannya. Karena dengan bebas dari rasa
takut, orang baik tidak melakukan kejahatan.”

Kemudian devatā lainnya berkata kepada Sang Bhagavā:


[22] “Yang manakah, Bhagavā, yang telah mengatakan dengan
benar?”

“Kalian semua telah mengatakannya dengan benar. Tetapi,


dengarkanlah Aku juga:

101. “Tentu saja memberi dipuji dalam berbagai cara, Namun


Jalan Dhamma melampaui perbuatan memberi. Karena di
masa lalu dan bahkan jauh di masa lalu, Orang-orang baik
dan bijaksana mencapai Nibbāna.”69

13
TERBAKAR
41 (1) Terbakar
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika, Sang
Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, di Taman
Anāthapiṇḍika. Kemudian pada larut malam, satu devatā dengan
keindahan mempesona, menerangi seluruh Hutan Jeta,
mendekati Sang Bhagavā. <65> Setelah mendekat, ia memberi
hormat kepada Sang Bhagavā, berdiri di satu sisi, dan
mengucapkan syair-syair ini di hadapan Sang Bhagavā:

136. “Ketika rumah seseorang terbakar, peti yang dibawa


keluar adalah yang berguna, bukan yang terbakar di dalam.

137. “Maka ketika dunia terbakar Oleh [api] usia tua dan
kematian, seseorang harus mengeluarkan [kekayaannya]
dengan memberi: Apa yang diberikan akan terselamatkan
dengan baik. [32] <66>

139. 17 “Apa yang diberikan menghasilkan buah yang


menyenangkan, tetapi tidak demikian dengan apa yang tidak
diberikan. Pencuri mengambilnya, atau raja, terbakar oleh api
atau hilang.

140. “Kemudian pada akhirnya seseorang meninggalkan


jasmani ini, bersama dengan harta miliknya. Setelah

17Ee2, masih berdasarkan bukti dari Lanna ms, membuka syair ini dengan syair
lain (v. 138) mengenai kematian yang tidak dapat diramalkan, juga ditemukan
pada Ja II 58. Tetapi jika syair itu sebenarnya adalah bagian dari teks, Spk pasti
telah memasukkannya di sini komentar yang ditemukan, dengan syairnya
sendiri, pada Vism 236-7 (Ppn 8:29-34). Karena ada alasan kuat untuk tidak
memasukkan syair tersebut, maka saya melewatinya dalam terjemahan ini.
14
memahami hal ini, orang bijaksana Harus bersenang-
senang tetapi juga memberi. Setelah memberi dan
menikmati sesuai keinginannya, tanpa cela ia pergi menuju
alam surga.”

42 (2) Memberikan Apa?

[Devatā:]
141. “Memberikan apakah seseorang memperoleh kekuatan?
Memberikan apakah seseorang memperoleh kecantikan?
Memberikan apakah seseorang memperoleh kemudahan?
Memberikan apakah seseorang memperoleh penglihatan?
Siapakah pemberi segalanya?

Karena saya bertanya, jelaskanlah kepadaku.” <67>


[Sang Bhagavā:]

142. “Memberikan makanan, seseorang memperoleh kekuatan;


Memberikan pakaian, seseorang memperoleh kecantikan;
Memberikan kendaraan, seseorang memperoleh
kemudahan; Memberikan pelita,
seseorang memperoleh penglihatan.

143. “Seorang yang memberikan tempat tinggal


Adalah pemberi segalanya.
Tetapi seorang yang mengajarkan Dhamma
Adalah pemberi Keabadian.”

15
DAKKHIṆĀVIBHANGA SUTTA [MN 142]
PENJELASAN TENTANG PERSEMBAHAN

1. Demikianlah Yang Kudengar.


Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri
Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.

2. Kemudian Mahāpajāpatī Gotamī membawa sepasang jubah


baru dan mendatangi Sang Bhagavā, 18 Setelah bersujud kepada
Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā:

“Yang Mulia, sepasang jubah baru ini telah dipintal oleh


saya, ditenun oleh saya, khusus untuk Sang Bhagavā. Yang Mulia,
sudilah Sang Bhagavā menerima persembahanku ini demi belas

18 Mahāpajāpatī Gotamī adalah adik perempuan Ratu Mahāmāyā, ibu Sang


Buddha, dan juga istri Raja Suddhodana. Setelah kematian Mahāmāyā, ia
menjadi Ibu tiri Sang Buddha. Sutta ini terjadi pada masa awal pengajaran Sang
Buddha, pada salah satu perjalananNya mengunjungi kota asalNya. Setelah
kematian Raja Suddhodana, Mahāpājapati memohon kepada Sang Buddha
agar memperbolehkan perempuan bergabung dalam Sangha, dan
penerimaannya menandai awal dari Sangha bhikkhunī, kisah ini terdapat pada
Vin Cv Kh 10/ii.253-56 (baca Ñāṇamoli, The Life of the Buddha, pp.104-7).
Suatu penempatan kejadian pada waktu yang salah ini dicetuskan oleh YM.
Ajahn Sucitto dari Vihāra Cittaviveka kepada saya. Sutta ini menggambarkan
Mahāpajāpatī Gotamī sebagai seorang umat Buddhis yang berbakti dan
merujuk pada Sangha Bhikkhunī seolah-olah Sangha Bhikkhunī sudah ada
pada masa itu, namun kisah kanonis tentang berdirinya Sangha Bhikkhunī
menunjukkan bahwa Mahāpajāpatī adalah bhikkhunī pertama dalam sejarah.
Dengan demikian Sangha Bhikkhunī pasti belum ada pada saat sutta ini
dibabarkan jika Mahāpajāpati masih menjadi seorang umat awam perempuan.
Kita dapat memecahkan persoalan perbedaan ini (yang terabaikan oleh
komentator) dengan menganggap bahwa khotbah asli telah Penjelasan tentang
Persembahan. belakangan dimodifikasi setelah berdirinya Sangha Bhikkhunī
agar sesuai dengan skema persembahan kepada Sangha.
16
kasih.” Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berkata kepadanya:
“Persembahkanlah kepada Saṅgha, Gotamī. Jika engkau
mempersembahkannya kepada Saṅgha, maka baik Aku maupun
Saṅgha telah dihormati.”19 Untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya
ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, … menerima ini
demi belas kasih.” Untuk ke dua kali dan ke tiga kalinya Sang
Bhagavā berkata kepadanya: “Persembahkanlah kepada Saṅgha,
Gotamī. Jika engkau mempersembahkannya kepada Saṅgha,
maka baik Aku maupun Saṅgha telah dihormati.”

3. Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā:


“Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menerima sepasang jubah
baru ini dari Mahāpajāpatī Gotamī. Mahāpajāpatī Gotamī telah
sangat berjasa kepada Sang Bhagavā, Yang Mulia. Sebagai adik
ibuNya, ia adalah perawatNya, ibu tiriNya, seorang yang
memberiNya susu. Ia menyusui Sang Bhagavā ketika ibuNya
meninggal dunia. Sang Bhagavā juga telah sangat berjasa bagi
Mahāpajāpatī Gotamī, Yang Mulia. Adalah berkat Sang Bhagavā
maka Mahāpajāpatī Gotamī telah berlindung pada Sang Buddha,
Dhamma, dan Saṅgha. Adalah berkat Sang Bhagavā maka
Mahāpajāpatī Gotamī menghindari membunuh makhluk-
makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak
diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indriya,
menghindari kebohongan, dan menghindari arak, minuman keras,

19MA: Sang Buddha menyuruhnya agar memberikan pemberian itu kepada


Sangha karena Beliau menghendaki agar kehendak kedermawanan itu
diarahkan baik kepada Sangha maupun kepada Beliau sendiri, karena
kehendak gabungan itu akan menghasilkan jasa yang mendukung
kesejahteraan dan kebahagiaannya untuk waktu yang lama di masa depan.
Beliau juga mengatakan hal ini agar generasi mendatang akan terinspirasi
untuk memberikan penghormatan kepada Sangha, dan dengan menyokong
Sangha dengan empat benda kebutuhan fisik akan berperan pada lamanya
umur Ajaran.
17
dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi
kelengahan. Adalah berkat Sang Bhagavā maka Mahāpajāpatī
Gotamī memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada Buddha,
Dhamma, dan Saṅgha, dan ia memiliki [254] moralitas yang
disenangi oleh para mulia. 20 Adalah berkat Sang Bhagavā maka
Mahāpajāpatī Gotamī terbebas dari keragu-raguan terhadap
penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan, terhadap
lenyapnya penderitaan, dan terhadap jalan menuju lenyapnya
penderitaan. Sang Bhagavā telah sangat berjasa bagi
Mahāpajāpatī Gotamī.”

4. “Demikianlah, Ānanda, demikianlah! Ketika seseorang, berkat


orang lain, berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha,
Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu
membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan,
bangkit untuknya, memberikan salam penghormatan dan
pelayanan sopan, dan dengan memberikan jubah, makanan,
tempat tinggal, dan obat-obatan.

“Ketika seseorang, berkat orang lain, telah menghindari


membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil
apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam
kenikmatan indriya, menghindari kebohongan, dan menghindari
arak, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi
landasan bagi kelengahan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi
orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara
memberikan penghormatan … dan obat-obatan.

“Ketika seseorang, berkat orang lain, memiliki keyakinan


yang tak tergoyahkan pada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha, dan

20Ini adalah empat faktor memasuki-arus. Dengan demikian jelas bahwa pada
saat sutta ini dibabarkan, Mahāpājapatī adalah seorang Pemasuk-arus.
18
memiliki moralitas yang disenangi oleh para mulia, Aku katakan
adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke
dua dengan cara memberikan penghormatan … dan obat-obatan.

“Ketika seseorang, berkat orang lain, terbebas dari keragu


raguan terhadap penderitaan, terhadap asal-mula penderitaan,
terhadap lenyapnya penderitaan, dan terhadap jalan menuju
lenyapnya penderitaan, Aku katakan adalah tidak mudah bagi
orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara
memberikan penghormatan … dan obat-obatan.

Empat belas jenis persembahan

5. “Terdapat empat belas [14] jenis persembahan pribadi,


Ānanda.21

1. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


Sang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna; ini
adalah persembahan pribadi jenis pertama.

2. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang Paccekabuddha; ini adalah persembahan pribadi jenis ke
dua.

3. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang Arahant siswa Sang Tathāgata; ini adalah persembahan
pribadi jenis ke tiga.

21MA: Sang Buddha membabarkan ajaran ini karena sutta ini dimulai dengan
pemberian pribadi yang dipersembahkan untukNya, dan Beliau ingin
menjelaskan perbandingan nilai dari persembahan kepada pribadi dan
persembahan kepada Sangha.
19
4. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada
seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah
Kearahantaan; ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat.
5. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada seorang
yang-tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke lima.
[255]

6. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang
tidak-kembali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke enam.

7. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang yang-kembali-sekali; ini adalah persembahan pribadi
jenis ke tujuh.

8. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang
kembali-sekali; ini adalah persembahan pribadi jenis ke delapan.

9. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang Pemasuk-arus; ini adalah persembahan pribadi jenis ke
sembilan.

10. Seseorang yang memberikan suatu pemberian kepada


seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah
memasuki arus;22ini adalah persembahan pribadi jenis ke sepuluh.

22MA dan MṬ menjelaskan bahwa kata ini dapat mencakup pada umat awam
yang telah berlindung kepada Tiga Permata, serta umat awam dan para
bhikkhu yang berusaha memenuhi latihan moral dan praktik konsentrasi dan
pandangan terang. Dalam makna teknis yang tepat hal ini merujuk hanya pada
mereka yang memiliki jalan lokuttara memasuki-arus.
20
11. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada
seseorang di luar [Pengajaran] yang bebas dari nafsu akan
kenikmatan indriya; 23 ini adalah persembahan pribadi jenis ke
sebelas.

12. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada


seorang biasa yang bermoral; ini adalah persembahan pribadi
jenis ke dua belas.

13. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada


seorang biasa yang tidak bermoral; ini adalah persembahan
pribadi jenis ke tiga belas.

14. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada


binatang: ini adalah persembahan pribadi jenis ke empat belas.

6. “Di sini, Ānanda, dengan memberikan suatu pemberian kepada


seekor binatang, maka persembahan itu diharapkan akan
menghasilkan balasan seratus kali lipat. 24 Dengan memberikan
suatu pemberian kepada seorang biasa yang tidak bermoral, maka
persembahan itu diharapkan akan menghasilkan balasan seribu
kali lipat. Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang
biasa yang bermoral, maka persembahan itu diharapkan akan
menghasilkan balasan seratus ribu kali lipat. Dengan memberikan
suatu pemberian kepada seseorang di luar [Pengajaran] yang
bebas dari nafsu akan kenikmatan indriya, maka persembahan itu
diharapkan akan menghasilkan balasan seratus ribu kali seratus

23Ini adalah para praktisi Non-buddhis yang mencapai jhāna-jhāna dan jenis
pengetahuan langsung lokiya.
24 MA: Dalam seratus kehidupan hal ini menghasilkan umur panjang,

kecantikan, kebahagiaan, kekuatan, dan kecerdasan, dan menjadikan


seseorang bebas dari gejolak. Pencapaian-pencapaian selanjutnya dapat
dipahami dengan cara yang sama.
21
ribu kali lipat. “Dengan memberikan suatu pemberian kepada
seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah
memasuki-arus, maka persembahan itu diharapkan akan
menghasilkan balasan yang tidak terhitung, tidak terukur. Apa
lagi yang harus dikatakan tentang pemberian kepada seorang
pemasuk-arus? Apa lagi yang harus dikatakan tentang pemberian
kepada seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah
yang-kembali-sekali … kepada yang-kembali-sekali … kepada
seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah yang
tidak- kembali … kepada seorang yang-tidak-kembali … kepada
seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah
Kearahantaan … kepada seorang Arahant … kepada seorang
Paccekabuddha? Apa lagi yang harus dikatakan tentang
pemberian kepada seorang Tathāgata, yang sempurna dan
tercerahkan sempurna?25

Tujuh jenis persembahan kepada Saṅgha

7. “Terdapat tujuh jenis persembahan yang diberikan kepada


Saṅgha, Ānanda. Seseorang memberikan suatu pemberian kepada
kedua kelompok Saṅgha [baik bhikkhu maupun bhikkhunī] yang
dipimpin oleh Sang Buddha; ini adalah persembahan kepada
Saṅgha jenis pertama.26

25 MA mengatakan bahwa walaupun akibat dari memberi dalam tiap-tiap


kasus ini adalah tidak terhitung, namun ada tingkatan meningkat dalam
ketidak-terhitungannya, serupa dengan ketidak-terhitungan air yang terdapat
di dalam sungai meningkat hingga ke air di samudera. Mungkin nilai “tidak
terhitung, tidak terukur” dari pemberian-pemberian ini terletak dalam
fungsinya sebagai kondisi pendukung bagi pencapaian jalan, buah, dan
Nibbāna.
26 MA: Tidak ada pemberian yang dapat menyamai nilai pemberian ini. Ini

adalah jenis pemberian yang dilakukan oleh Mahāpajāpatī dengan


mempersembahkan sepasang jubah baru kepada Sangha.
22
Seseorang memberikan suatu pemberian kepada kedua
kelompok Saṅgha [baik bhikkhu maupun bhikkhunī] setelah Sang
Tathāgata mencapai Nibbāna akhir; ini adalah persembahan
kepada Saṅgha jenis ke dua.

Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Saṅgha


para bhikkhu; ini adalah persembahan kepada Saṅgha jenis ke
tiga.

Seseorang memberikan suatu pemberian kepada Saṅgha


para bhikkhunī; ini adalah persembahan kepada Saṅgha jenis ke
empat.

Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan


mengatakan: ‘Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu
dan bhikkhunī dari Saṅgha’; [256] ini adalah persembahan kepada
Saṅgha jenis ke lima.

Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan


mengatakan: ‘Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para bhikkhu
dari Saṅgha’; ini adalah persembahan kepada Saṅgha jenis ke
enam.

Seseorang memberikan suatu pemberian, dengan


mengatakan: ‘Tunjuklah untukku sejumlah tertentu para
bhikkhunī dari Saṅgha’; ini adalah persembahan kepada Saṅgha
jenis ke tujuh.

8. “Di masa depan, Ānanda, akan ada anggota-anggota kelompok


yang, ‘berleher-kuning,’ tidak bermoral, dan berkarakter jahat. 27

27MA: “Anggota-anggota kelompok” (gotrabhuno) adalah mereka yang


menjadi bhikkhu hanya secara nama. Mereka bepergian dengan sehelai kain
23
Orang-orang akan memberikan pemberian kepada orang-orang
tidak bermoral itu demi Saṅgha. Bahkan meskipun begitu, Aku
katakan, suatu persembahan yang diberikan kepada Saṅgha
adalah tidak terhitung, tidak terukur.28 Dan Aku katakan bahwa
tidak mungkin suatu persembahan yang diberikan kepada
seorang individu akan lebih berbuah daripada persembahan yang
diberikan kepada Saṅgha.29

Empat jenis pemurnian persembahan

9. “Terdapat, Ānanda, empat jenis pemurnian persembahan.


Apakah empat ini?

1. Ada persembahan yang dimurnikan oleh si pemberi,


bukan oleh si penerima.30

2. Ada persembahan yang dimurnikan oleh si penerima,


bukan oleh si pemberi.

kuning yang diikatkan di leher atau di lengan mereka, dan masih menyokong
anak dan istri mereka dengan melibatkan diri dalam perdagangan dan
pertanian, dan sebagainya.
28 Pemberian ini tidak terhitung dan tidak terukur dalam hal nilai karena

dipersembahkan, melalui kehendak si pemberi, bukan kepada si “leher kuning”


sebagai individu melainkan kepada Sangha sebagai keseluruhan kelompok.
Dengan demikian si penerima termasuk semua bhikkhu bermoral di masa
lampau, bahkan termasuk mereka yang telah lama meninggal dunia.
29 MA menyebutkan bahwa suatu pemberian yang dipersembahkan kepada

seorang bhikkhu yang tidak bermoral yang mewakili keseluruhan Sangha


adalah lebih berbuah dibandingkan suatu pemberian yang dipersembahkan
kepada seorang Arahant secara pribadi. Tetapi agar pemberian itu dapat
dipersembahkan dengan benar kepada Sangha, si pemberi tidak boleh
mempertimbangkan kualitas-kualitas pribadi si penerima melainkan harus
melihatnya hanya sebagai wakil dari keseluruhan Sangha.
30 MA: Di sini kata “dimurnikan” memiliki makna “berbuah.”

24
3. Ada persembahan yang dimurnikan bukan oleh si
pemberi juga bukan oleh si penerima.

4. Ada persembahan yang dimurnikan baik oleh si pemberi


maupun oleh si penerima.

10. “Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si


pemberi, bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah
bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah tidak
bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan yang
dimurnikan oleh si pemberi, bukan oleh si penerima.

11. “Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan oleh si


penerima, bukan oleh si pemberi? Di sini si pemberi adalah tidak
bermoral, berkarakter jahat, dan si penerima adalah bermoral,
berkarakter baik. Demikianlah persembahan yang dimurnikan
oleh si penerima, bukan oleh si pemberi.

12. “Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan bukan


oleh si pemberi juga bukan oleh si penerima? Di sini si pemberi
adalah tidak bermoral, berkarakter jahat, dan si penerima adalah
tidak bermoral, berkarakter jahat. Demikianlah persembahan
yang dimurnikan bukan oleh si pemberi juga bukan oleh si
penerima.

13. “Dan bagaimanakah persembahan yang dimurnikan baik oleh


si pemberi maupun oleh si penerima? Di sini si pemberi adalah
bermoral, berkarakter baik, dan si penerima adalah bermoral,
berkarakter baik. [257] Demikianlah persembahan yang
dimurnikan baik oleh si pemberi maupun oleh si penerima. Ini
adalah empat jenis pemurnian persembahan.”

25
14. Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Ketika Yang
Sempurna telah mengatakan hal itu, Sang Guru berkata lebih
lanjut:

1. “Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang


tidak bermoral. Suatu pemberian yang diperoleh dengan
benar dengan penuh keyakinan, meyakini bahwa buah
perbuatan itu adalah besar, moralitas si pemberi
memurnikan persembahan itu.

2. Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang


yang bermoral. Dengan tidak percaya memberikan suatu
pemberian yang diperoleh dengan tidak benar, juga tidak
meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
moralitas si penerima memurnikan persembahan itu.

3. Ketika seorang tidak bermoral memberi kepada seorang


yang tidak bermoral. Dengan tidak percaya memberikan
suatu pemberian yang diperoleh dengan tidak benar, juga
tidak meyakini bahwa buah perbuatan itu adalah besar,
moralitas keduanya tidak memurnikan persembahan itu.

4. Ketika seorang bermoral memberi kepada seorang yang


bermoral. Dengan percaya memberikan suatu pemberian
yang diperoleh dengan benar, meyakini bahwa buah
perbuatan itu adalah besar, pemberian itu, Aku katakan,
akan berbuah sepenuhnya.

26
5. Ketika seorang yang tanpa nafsu memberi kepada
seorang yang tanpa nafsu Dengan percaya memberikan
suatu pemberian yang diperoleh dengan benar, Meyakini
bahwa buah perbuatan itu adalah besar, pemberian itu,
Aku katakan, adalah yang terbaik di antara pemberian-
pemberian duniawi.”31

Semoga semua makhluk berbahagia.


Sādhu …Sādhu …Sādhu!

31MA: Bait terakhir ini merujuk pada pemberian dari seorang Arahant kepada
seorang Arahant lainnya. Walaupun Arahant meyakini buah kamma, namun
karena ia tidak memiliki keinginan dan nafsu terhadap kehidupan, maka
perbuatan memberi itu tidak akan menghasilkan buah. Hal itu hanya sekedar
perbuatan fungsional (kiriya) yang tidak meninggalkan jejak di belakang.
27

Anda mungkin juga menyukai