A. Kompetensi Inti:
1. Menghargai, dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
3.2. Memahami riwayat para siswa utama dan para pendukung Buddha
4.2. Menceritakan riwayat para siswa utama Buddha
C. Indikator
1. Menyebutkan Siswa pendukung Buddha
2. Menjelaskan alasan Visakha menjadi penyokong utama Buddha
3. Menjelaskan peran Visakha dalam menyokong Buddha
4. Menjelaskan alasan Anathapindika menjadi penyokong utama Buddha
4. Mendeskripsikan peran Anathapindika dalam menyokong Buddha
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca buku materi, siswa dapat menyebutkan Siswa pendukung Buddha dengan
percaya diri dan benar.
2. Setelah bertanya jawab, siswa dapat menjelaskan alasan Visakha menjadi penyokong utama
Buddha dengan benar.
3. Setelah membaca buku materi, siswa dapat menjelaskan peran Visakha dalam menyokong
Buddha dengan benar.
4. Setelah bertanya jawab, siswa dapat menjelaskan alasan Anathapindikan menjadi penyokong
utama Buddha dengan benar.
5. Setelah bertanya jawab, siswa dapat mendeskripsikan peran Anathapindika dalam menyokong
Buddha.
E. Materi
Meneladani Para Siswa Pendukung Buddha
A. Visakha
Visakha adalah wanita penyokong utama Buddha. Ia dilahirkan dari keluarga yang kaya
raya. Ketika berusia 7 tahun, Buddha mengunjungi desa tempat kelahirannya. Ia segera
menyambut kedatangan Buddha.
Sejak muda, Visakha selalu berbakti dan taat terhadap nilai-nilai agama. Ketika
mendengar khotbah Dharma langsung dari Buddha, Visakha langsung mencapai tingkat
kesucian Sotapanna.
Visakha memiliki 10 orang putra dan 10 orang putri; tiap putra dan putri mempunyai 20
orang anak dan tiap cucunya kembali mempunyai 20 anak. Visakha mempunyai 8.420 anak,
cucu, dan cicit yang semuanya hidup. Meskipun berusia lanjut, tetapi roman mukanya seperti
gadis berumur 16 tahun. Visakha meninggal dunia pada usia 120 tahun. Setelah meninggal
dunia, Visakha lahir kembali di surga Nimmanarati (surga tingkat ke-5). Di sana ia menjadi
pelayan raja dewa bernama Sunimmita.
Menurut Buddhagosa, Visakha dan Anathapindika akan menikmati hidup bahagia di
alam surga selama 131 kappa, sebelum akhirnya mereka mencapai Nibbana. Visakha
membangun Vihara Pubbarama (Taman Timur) untuk para bhikkhu dengan biaya sangat mahal.
Visakha merasa sangat bahagia sehingga Buddha bersama para bhikkhu menghabiskan enam
musim hujan di Vihara Pubbarama.
Dalam salah satu khotbah yang disampaikan Buddha kepada Visakha, Buddha berbicara
mengenai delapan kualitas dalam diri
seorang wanita yang akan membawanya pada kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia ini dan
di kehidupan selanjutnya:
“Inilah, Visakha, seorang wanita yang mengerjakan pekerjaannya dengan baik, mengatur para
pelayannya, menaruh rasa hormat pada suami dan menjaga kekayaannya. Inilah, Visakha,
seorang wanita yang memiliki keyakinan (saddha) kepada Buddha, Dharma, dan Sangha; sila;
kedermawanan (caga); dan kebijaksanaan (panna).”
B. Anathapindika
1. Anathapindika menjadi Siswa Buddha
Anathapindika adalah penyokong utama Buddha. Anathapindika berasal dari kata
‘’pinda” yang berarti penderma, dan “anatha” yang berarti kepada yang tidak mampu.
Anathapindika merupakan panggilan kehormatan Sudatta, seorang perumah tangga dari
Savatthi. Pertemuan pertama Anathapindika dan Buddha terjadi setelah vassa ketiga sejak
Buddha mencapai Pencerahan Sempurna.
Pada awalnya, Buddha belum menetapkan peraturan apa pun mengenai tempat
berdiam bagi para bhikkhu. Para bhikkhu tinggal di mana pun, antara lain di bawah pohon, di
bawah bebatuan yang menonjol, di jurang, di gua, di kuburan, dan di ruang terbuka. Ketika
Anathapindika melihat cara hidup para bhikkhu, dengan izin dari Buddha, Anathapindika
mendirikan 60 buah tempat tinggal bagi para bhikkhu. Tempat itu digunakan untuk penyebaran
Dharma dan sebagi pusat pelatihan bagi Sangha.
Buddha membimbing Anathapindika dengan menjelaskan Empat Kebenaran Mulia.
Dengan itu, mata kebenaran yang tanpa noda, bersih dari debu (dhammacakkhu) terbuka bagi
Anathapindika: “Apa pun yang memiliki sifat alami timbul, semua juga memiliki sifat alami
tenggelam.“ Akhirnya, Anathapindika memahami kebenaran Dharma, mengatasi semua
keraguan dan tanpa goyah; mantap dalam pikiran, ia sekarang mandiri dalam Ajaran Sang
Guru. Ia telah merealisasi jalan dan buah pemasuk-arus (sotapatti).
Anathapindika meminta izin kepada Buddha untuk membangun sebuah vihara. Akhirnya
ditemukan lokasi perbukitan yang mengelilingi kota. Tempat itu adalah Hutan Jeta, milik
Pangeran Jeta, putra Raja Pasenadi. Anathapindika membeli taman itu seharga 18.000.000
(delapan belas juta) koin emas dengan cara menutupi tanah yang dibeli. Vihara Jetavana yang
dipersembahkan oleh Anathapindika adalah sebuah tempat tinggal yang dipuji oleh Buddha
sebagai hadiah utama untuk Sangha. Anathapindika menghabiskan biaya sebesar 54.000.000
(lima puluh empat juta) koin emas untuk membangun Vihara Jetavana yang dipersembahkan
untuk Sangha. Oleh karena itu, Buddha menyatakan bahwa Anathapindika sebagai penyokong
utama Sangha.
Setelah membangun Vihara Jetavana, Anathapindika terus tekun menyokong Sangha. Ia
menyediakan segala keperluan Sangha. Setiap pagi ia mengirim nasi susu, dan setiap malam ia
menyediakan semua keperluan jubah, mangkuk pindapata, dan obat-obatan. Semua perbaikan
dan perawatan di Jetavana dilakukan oleh pelayannya.
Beberapa ratus bhikkhu dating setiap hari ke rumahnya yang merupakan bangunan
bertingkat tujuh, untuk menerima santap siang. Setiap hari saat santap siang, rumahnya penuh
dengan jubah kuning dan suasana suci.
Para perumah-tangga yang penuh pengabdian di kota, seperti Anathapindika dan
Visakha, menyambut para bhikkhu dan menganggap mereka sebagai teman spiritual yang hidup
demi kesejahteraan dan manfaat semua makhluk. Buddha mengucapkan sebuah syair kepada
raja untuk diingat:
“Sebuah masakan mungkin tawar atau lezat,
Makanan mungkin sedikit atau banyak,
Namun, bila diberikan oleh tangan yang bersahabat,
Maka menjadi santapan yang nikmat”.(Jataka. 346)
3. Anathapindika Wafat
Wafatnya Anathapindika dijelaskan dalam Anathapindikovada Sutta, Nasihat kepada
Anathapindika (MN 143). Anathapindika jatuh sakit untuk ketiga kalinya dengan rasa sakit yang
amat memburuk. Sekali lagi ia memohon bantuan Y.A. Ananda dan Y.A. Sariputta. Ketika Y.A.
Sariputta melihatnya, tahu bahwa Anathapindika sudah mendekati ajalnya dan memberi uraian
Dharma.
Ketika mendengarkan khotbah dari Y.A. Sariputta, air mata bercucuran dari mata
Anathapindika. Y.A. Ananda mendekatinya dengan kasih-sayang dan bertanya apakah ia sedang
sedih. Namun Anathapindika menjawab: “Aku tidak bersedih, wahai Ananda yang mulia. Aku
telah lama melayani Buddha dan para bhikkhu yang sempurna dalam pencapaian spiritual,
namun belum pernah kudengar khotbah yang begitu mendalam.” menasihati Anathapindika
dengan cara demikian, Y.A. Sariputta dan Ananda pergi.
Tak lama kemudian, Anathapindika meninggal dan terlahir di surga Tusita. Putri
termudanya telah meninggal terlebih dahulu. Namun, karena begitu besar pengabdiannya
kepada Buddha dan Sangha, ia muncul di Vihara Jetavana sebagai dewa muda, yang memenuhi
seluruh daerah itu dengan cahaya surgawi. Saat itu juga, Y.A. Ananda berkata: “Bhante, dewa
muda itu pastilah Anathapindika. Karena Anathapindika si perumah tangga memiliki
kepercayaan penuh terhadap Y.A. Sariputta.” Buddha membenarkan Y.A. Ananda bahwa dewa
muda itu dulunya memang Anathapindika”
(SN 2:20;MN 143).
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Problem Basse Learnig, Projek Basse Learning, Descovery Learning
3. Metode : Pengamatan, diskusi, brain stroming/tanya jawab, Kursi Kosong (M Tea Cheer),
penugasan.
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media : Gambar
2. Alat : Instrumen pernyataan, kertas, kursi kosong.
3. Sumber:
a. Buku Guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti: SMP Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; tahun 2013
b. Buku Siswa Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti: SMP Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; tahun 2013
c. Buku Pendidikan Agama Buddha “Ehipassiko” SMP kelas VIII
d. Buku Pendidikan Agama Buddha “Dharmacakra” SMP kelas VIII
e. Internet
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Penutup 1. Siswa dan guru melakukan refleksi (bertanya jawab tentang proses 10 menit
pembelajaran yang telah dilaksanakan);
2. Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran
3. Siswa mengerjakan soal evaluasi
4. Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai tindak lanjut
5. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
6. Siswa dan guru membaca doa penutup
I. Penilaian
1. Metode/Teknik dan Bentuk Instrumen
Metode/Teknik Bentuk Instrumen
3. Andres Agustin
5. Calvin Dyllan
6. Chandra Gozali
9 Edbert Andoyo
10 Elieta Vranciska
12 Febita Valencia
13 Hieronimus H. A
14 Iva Wijani
15 Ivander Gautama
19 Manggalani P.P
20 Martinus Suryadi
21 Merry Aprilia A
22 Michella Lesmana
23 Natalia Dorothy
24 Pawina Aprilia
25 Ronald Luwijaya
26 Rusdianto
27 Silvie
28 Stevent Wirya
29 Vincent Hugo
30 Virya Saputra
2) Rubrik Penilaian Sikap/Perilaku
No. Aspek yang dinilai Rubrik
3. Andres Agustin
5. Calvin Dyllan
6. Chandra Gozali
9 Edbert Andoyo
10 Elieta Vranciska
11 Elrich Manggala H
12 Febita Valencia
13 Hieronimus H A
14 Iva Wijani
15 Ivander Gautama
16 Jeanne Nurtami D
19 Manggalani P.P
20 Martinus Suryadi
21 Merry Aprilia A.
22 Michella Lesmana
23 Natalia Dorothy
24 Pawina Aprilia
25 Ronald Luwijaya
26 Rusdianto
27 Silvie
28 Stevent Wirya
29 Vincent Hugo
30 Virya Saputra
2. Ketepatan istilah/bahasa 3
3. Kerapian tulisan 2
Skor Maksimal 10
Soal Uraian
Berikan jawaban secara singkat dan jelas!
1. Tuliskan 5 kecantikan yang dimiliki Visakha!
2. Jelaskan hubungan Vihara Pubharama dan Visakha!
3. Mengapa Anathapindika termasuk salah satu penyokong Buddha?
4. Tuliskan isi syair yang diucapkan Buddha untuk diingat para Raja!
5. Siapakah yang membabarkan Dhamma sebelum Anathapindika wafat?
Kunci Jawaban
1. a 4. d
2. c 5. d
3. b
5. Y.A. Sariputta.
Pedoman Penilaian Soal Uraian: tiap butir soal jika benar, mendapatkan nilai 20.
Catatan:
Pedoman Penghitungan Nilai Akhir (NA):
1. Bobot: Kompetensi Sikap/KS 40%; Kompetensi Keterampilan/KK 30%; Kompetensi Pengetahuan/KP
30%
2. Penghitungan NA: (Nilai KS x 40%) + (Nilai KK x 30%) + (Nilai KP x 30%) = NA
3. Contoh: (80 x 40) + (80 x 30) + (100 x 30) = 32 + 24 + 30 = 86
100 100 100