Anda di halaman 1dari 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama Dharma Putra


Mata Pelajaran : Pend. Agama Buddha.
Kelas / Semester : VIII (Delapan) / Ganjil
Materi Pokok : Kisah Teladan Para Siswa Pendukung Buddha
Alokasi Waktu : 2 x Pertemuan ( 6 x 40 Menit )

A. Kompetensi Inti:
1. Menghargai, dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar
3.2. Memahami riwayat para siswa utama dan para pendukung Buddha
4.2. Menceritakan riwayat para siswa utama Buddha

C. Indikator
1. Menyebutkan Siswa pendukung Buddha
2. Menjelaskan alasan Visakha menjadi penyokong utama Buddha
3. Menjelaskan peran Visakha dalam menyokong Buddha
4. Menjelaskan alasan Anathapindika menjadi penyokong utama Buddha
4. Mendeskripsikan peran Anathapindika dalam menyokong Buddha

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca buku materi, siswa dapat menyebutkan Siswa pendukung Buddha dengan
percaya diri dan benar.
2. Setelah bertanya jawab, siswa dapat menjelaskan alasan Visakha menjadi penyokong utama
Buddha dengan benar.
3. Setelah membaca buku materi, siswa dapat menjelaskan peran Visakha dalam menyokong
Buddha dengan benar.
4. Setelah bertanya jawab, siswa dapat menjelaskan alasan Anathapindikan menjadi penyokong
utama Buddha dengan benar.
5. Setelah bertanya jawab, siswa dapat mendeskripsikan peran Anathapindika dalam menyokong
Buddha.

E. Materi
Meneladani Para Siswa Pendukung Buddha
A. Visakha
Visakha adalah wanita penyokong utama Buddha. Ia dilahirkan dari keluarga yang kaya
raya. Ketika berusia 7 tahun, Buddha mengunjungi desa tempat kelahirannya. Ia segera
menyambut kedatangan Buddha.

Sejak muda, Visakha selalu berbakti dan taat terhadap nilai-nilai agama. Ketika
mendengar khotbah Dharma langsung dari Buddha, Visakha langsung mencapai tingkat
kesucian Sotapanna.

Visakha memiliki lima macam kecantikan wanita, yakni


(1) kecantikan rambut;
(2) kecantikan penampilan;
(3) kecantikan struktur tulang;
(4) kecantikan kulit yang lembut dan berwarna kuning emas; dan
(5) kemudaan.
Visakha sangat terkenal sebagai orang yang membawa keuntungan.
Oleh karena itu, penduduk Savathi selalu mengundang Visakha kalau mereka mengadakan pesta
atau perayaan lain.
Dengan sikapnya yang luhur, Visakha mendapat tempat yang istimewa. Visakha
mendapat gelar “Pemimpin dari para Dayika”. Dayika adalah wanita sebagai penyokong
Buddha. Visakha memiliki peran penting di dalam berbagai kegiatan Buddha dan para pengikut-
Nya. Saat itu, ia diberi wewenang oleh Buddha untuk menyelesaikan perselisihan di antara para
bhikkhuni. Selama 20 tahun terakhir ketika berada di Savatthi, Buddha membagi waktu-Nya
antara Jetavana dan Pubbarama. Visakha memohon dan diberikan delapan “anugerah” oleh
Buddha.
Delapan Anugerah untuk Visakha
Selama hidupnya, Visakha diperkenankan untuk memberikan:
1. jubah kepada para bhikkhu yang selesai melaksanakan vassa;
2. makanan kepada bhikkhu yang datang ke Savatthi;
3. makanan kepada para bhikkhu yang pergi dari Savatthi;
4. makanan kepada bhikkhu yang sakit;
5. makanan kepada mereka yang menjaga bhikkhu yang sakit;
6. obat kepada bhikkhu yang sakit;
7. beras untuk keperluan mendadak; dan
8. pakaian mandi kepada para bhikkhuni.

Visakha memiliki 10 orang putra dan 10 orang putri; tiap putra dan putri mempunyai 20
orang anak dan tiap cucunya kembali mempunyai 20 anak. Visakha mempunyai 8.420 anak,
cucu, dan cicit yang semuanya hidup. Meskipun berusia lanjut, tetapi roman mukanya seperti
gadis berumur 16 tahun. Visakha meninggal dunia pada usia 120 tahun. Setelah meninggal
dunia, Visakha lahir kembali di surga Nimmanarati (surga tingkat ke-5). Di sana ia menjadi
pelayan raja dewa bernama Sunimmita.
Menurut Buddhagosa, Visakha dan Anathapindika akan menikmati hidup bahagia di
alam surga selama 131 kappa, sebelum akhirnya mereka mencapai Nibbana. Visakha
membangun Vihara Pubbarama (Taman Timur) untuk para bhikkhu dengan biaya sangat mahal.
Visakha merasa sangat bahagia sehingga Buddha bersama para bhikkhu menghabiskan enam
musim hujan di Vihara Pubbarama.
Dalam salah satu khotbah yang disampaikan Buddha kepada Visakha, Buddha berbicara
mengenai delapan kualitas dalam diri
seorang wanita yang akan membawanya pada kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia ini dan
di kehidupan selanjutnya:
“Inilah, Visakha, seorang wanita yang mengerjakan pekerjaannya dengan baik, mengatur para
pelayannya, menaruh rasa hormat pada suami dan menjaga kekayaannya. Inilah, Visakha,
seorang wanita yang memiliki keyakinan (saddha) kepada Buddha, Dharma, dan Sangha; sila;
kedermawanan (caga); dan kebijaksanaan (panna).”

B. Anathapindika
1. Anathapindika menjadi Siswa Buddha
Anathapindika adalah penyokong utama Buddha. Anathapindika berasal dari kata
‘’pinda” yang berarti penderma, dan “anatha” yang berarti kepada yang tidak mampu.
Anathapindika merupakan panggilan kehormatan Sudatta, seorang perumah tangga dari
Savatthi. Pertemuan pertama Anathapindika dan Buddha terjadi setelah vassa ketiga sejak
Buddha mencapai Pencerahan Sempurna.
Pada awalnya, Buddha belum menetapkan peraturan apa pun mengenai tempat
berdiam bagi para bhikkhu. Para bhikkhu tinggal di mana pun, antara lain di bawah pohon, di
bawah bebatuan yang menonjol, di jurang, di gua, di kuburan, dan di ruang terbuka. Ketika
Anathapindika melihat cara hidup para bhikkhu, dengan izin dari Buddha, Anathapindika
mendirikan 60 buah tempat tinggal bagi para bhikkhu. Tempat itu digunakan untuk penyebaran
Dharma dan sebagi pusat pelatihan bagi Sangha.
Buddha membimbing Anathapindika dengan menjelaskan Empat Kebenaran Mulia.
Dengan itu, mata kebenaran yang tanpa noda, bersih dari debu (dhammacakkhu) terbuka bagi
Anathapindika: “Apa pun yang memiliki sifat alami timbul, semua juga memiliki sifat alami
tenggelam.“ Akhirnya, Anathapindika memahami kebenaran Dharma, mengatasi semua
keraguan dan tanpa goyah; mantap dalam pikiran, ia sekarang mandiri dalam Ajaran Sang
Guru. Ia telah merealisasi jalan dan buah pemasuk-arus (sotapatti).
Anathapindika meminta izin kepada Buddha untuk membangun sebuah vihara. Akhirnya
ditemukan lokasi perbukitan yang mengelilingi kota. Tempat itu adalah Hutan Jeta, milik
Pangeran Jeta, putra Raja Pasenadi. Anathapindika membeli taman itu seharga 18.000.000
(delapan belas juta) koin emas dengan cara menutupi tanah yang dibeli. Vihara Jetavana yang
dipersembahkan oleh Anathapindika adalah sebuah tempat tinggal yang dipuji oleh Buddha
sebagai hadiah utama untuk Sangha. Anathapindika menghabiskan biaya sebesar 54.000.000
(lima puluh empat juta) koin emas untuk membangun Vihara Jetavana yang dipersembahkan
untuk Sangha. Oleh karena itu, Buddha menyatakan bahwa Anathapindika sebagai penyokong
utama Sangha.
Setelah membangun Vihara Jetavana, Anathapindika terus tekun menyokong Sangha. Ia
menyediakan segala keperluan Sangha. Setiap pagi ia mengirim nasi susu, dan setiap malam ia
menyediakan semua keperluan jubah, mangkuk pindapata, dan obat-obatan. Semua perbaikan
dan perawatan di Jetavana dilakukan oleh pelayannya.
Beberapa ratus bhikkhu dating setiap hari ke rumahnya yang merupakan bangunan
bertingkat tujuh, untuk menerima santap siang. Setiap hari saat santap siang, rumahnya penuh
dengan jubah kuning dan suasana suci.
Para perumah-tangga yang penuh pengabdian di kota, seperti Anathapindika dan
Visakha, menyambut para bhikkhu dan menganggap mereka sebagai teman spiritual yang hidup
demi kesejahteraan dan manfaat semua makhluk. Buddha mengucapkan sebuah syair kepada
raja untuk diingat:
“Sebuah masakan mungkin tawar atau lezat,
Makanan mungkin sedikit atau banyak,
Namun, bila diberikan oleh tangan yang bersahabat,
Maka menjadi santapan yang nikmat”.(Jataka. 346)

2. Silsilah Keluarga Anathapindika


Anathapindika menikah dengan Punnalakkhana. Punnalakkhana berarti “seorang dengan tanda
kebajikan”. Anathapindika memiliki empat orang anak, tiga putri dan seorang putra. Dua
putrinya, Subhadda Besar dan Subhadda Kecil. Mereka mendalami ajaran Buddha seperti
ayahnya dan mencapai kesucian Sotapanna. Namun, putrinya yang termuda, Sumana, bahkan
melampaui semua orang di rumah dengan kebijaksanaannya yang mendalam. Ketika
mendengar khotbah dari Buddha, ia langsung mencapai tingkat kesucian kedua, yakni
Sakadagami. Ia tidak menikah. Ketika melihat kebahagiaan kedua kakaknya, ia menjadi sedih
dan kesepian sehingga
membuat ia menjadi makin kurus, tidak mau makan apa pun. Akhirnya, Sumana meninggal
karena kelaparan dan terlahir kembali di surga Tusita.

3. Anathapindika Wafat
Wafatnya Anathapindika dijelaskan dalam Anathapindikovada Sutta, Nasihat kepada
Anathapindika (MN 143). Anathapindika jatuh sakit untuk ketiga kalinya dengan rasa sakit yang
amat memburuk. Sekali lagi ia memohon bantuan Y.A. Ananda dan Y.A. Sariputta. Ketika Y.A.
Sariputta melihatnya, tahu bahwa Anathapindika sudah mendekati ajalnya dan memberi uraian
Dharma.
Ketika mendengarkan khotbah dari Y.A. Sariputta, air mata bercucuran dari mata
Anathapindika. Y.A. Ananda mendekatinya dengan kasih-sayang dan bertanya apakah ia sedang
sedih. Namun Anathapindika menjawab: “Aku tidak bersedih, wahai Ananda yang mulia. Aku
telah lama melayani Buddha dan para bhikkhu yang sempurna dalam pencapaian spiritual,
namun belum pernah kudengar khotbah yang begitu mendalam.” menasihati Anathapindika
dengan cara demikian, Y.A. Sariputta dan Ananda pergi.
Tak lama kemudian, Anathapindika meninggal dan terlahir di surga Tusita. Putri
termudanya telah meninggal terlebih dahulu. Namun, karena begitu besar pengabdiannya
kepada Buddha dan Sangha, ia muncul di Vihara Jetavana sebagai dewa muda, yang memenuhi
seluruh daerah itu dengan cahaya surgawi. Saat itu juga, Y.A. Ananda berkata: “Bhante, dewa
muda itu pastilah Anathapindika. Karena Anathapindika si perumah tangga memiliki
kepercayaan penuh terhadap Y.A. Sariputta.” Buddha membenarkan Y.A. Ananda bahwa dewa
muda itu dulunya memang Anathapindika”
(SN 2:20;MN 143).

F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Problem Basse Learnig, Projek Basse Learning, Descovery Learning
3. Metode : Pengamatan, diskusi, brain stroming/tanya jawab, Kursi Kosong (M Tea Cheer),
penugasan.
G. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media : Gambar
2. Alat : Instrumen pernyataan, kertas, kursi kosong.
3. Sumber:
a. Buku Guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti: SMP Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; tahun 2013
b. Buku Siswa Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti: SMP Kelas VIII. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; tahun 2013
c. Buku Pendidikan Agama Buddha “Ehipassiko” SMP kelas VIII
d. Buku Pendidikan Agama Buddha “Dharmacakra” SMP kelas VIII
e. Internet

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan 1
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahuluan 1. Guru dan siswa membaca doa pembukaan 10 menit


2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru bercerita tentang Visakha dan Anathapindika sebagai apersepsi
4. Guru memotivasi siswa untuk belajar .

Kegiatan Inti 1. Mengamati 20 menit


- Siswa membaca materi tentang Siswa Pendukung Buddha.
2. Menanya
Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang Siswa Pendukung
Buddha.
3. Mengumpulkan informasi/mencoba
- Siswa membaca sumber lain tentang Siswa Pendukung Buddha.
- Siswa mencari informasi dari sumber dan media yang digunakan dalam
pembelajaran dengan, permainan Kursi Kosong.
4. Mengasosiasikan/mengolah informasi
- Siswa berdiskusi tentang Siswa Pendukung Buddha.
5. Mengomunikasikan
Siswa membacakan hasil kerjanya tentang Siswa Pendukung Buddha serta
perbedaan kedalaman materi dari sumber yang dipelajari

Penutup 1. Siswa dan guru melakukan refleksi (bertanya jawab tentang proses 10 menit
pembelajaran yang telah dilaksanakan);
2. Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran
3. Siswa mengerjakan soal evaluasi
4. Guru memberikan tugas kepada siswa sebagai tindak lanjut
5. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
6. Siswa dan guru membaca doa penutup

I. Penilaian
1. Metode/Teknik dan Bentuk Instrumen
Metode/Teknik Bentuk Instrumen

 Observasi  Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik

 Produk  Lembar Penilaian Keterampilan dan Rubrik

 Tes Tulis  Soal Pilihan Ganda , Uraian dan Kunci Jawaban


2. Instrumen Penilaian
a. Lembar Pengamatan Sikap/Perilaku
1) Pengamatan Sikap dalam pembelajaran
Aspek yang Dinilai
No.
Nama Rasa Nilai
Kualitas
ingin Keaktifan Antusiasme Jumlah Skor
Pendapat
tahu

1. Adiya Tusita Sippa

2. Alan Chandra Kusuma

3. Andres Agustin

4. Apriline Sari Yuvati

5. Calvin Dyllan

6. Chandra Gozali

7. Cindy Veronica Dewi

8 Clarisa Visca Samuel

9 Edbert Andoyo

10 Elieta Vranciska

11 Elrich Manggala Haryanto

12 Febita Valencia

13 Hieronimus H. A

14 Iva Wijani

15 Ivander Gautama

16 Jeanne Nurtami Depi

17 Jian Carlo Seremony

18 Kevin Jaya Susilo

19 Manggalani P.P

20 Martinus Suryadi

21 Merry Aprilia A

22 Michella Lesmana

23 Natalia Dorothy

24 Pawina Aprilia

25 Ronald Luwijaya

26 Rusdianto

27 Silvie

28 Stevent Wirya

29 Vincent Hugo

30 Virya Saputra
2) Rubrik Penilaian Sikap/Perilaku
No. Aspek yang dinilai Rubrik

1. Rasa ingin tahu 5: menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi


3: menunjukkan rasa ingin tahu, tetapi tidak terlalu tinggi
atau biasa-biasa saja
1: tidak menunjukkan rasa ingin tahu sama sekali (bersikap
tak acuh)

2. Keaktifan mengikuti 5: mengikuti pelajaran dengan sangat aktif


pelajaran 3: mengikuti pelajaran, tetapi kurang aktif
1: tidak aktif mengikuti pelajaran

3. Antusiasme memberikan 5: berantusiasme tinggi dalam berpendapat/menjawab


pendapat/menjawab pertanyaan
pertanyaan 3: berantusiasme dalam berpendapat/menjawab
pertanyaan, tetapi biasa-biasa saja
1: tidak berantusiasme

4. Bobot/kualitas pendapat, 5: pendapat, saran atau jawaban yang disampaikan


saran, atau jawaban sangat berkaitan dengan materi pelajaran diseratai
yang disampaikan contoh, alasan dan fakta secara lengkap
3: pendapat, saran atau jawaban yang disampaikan
sangat berkaitan dengan materi pelajaran, tetapi tidak
diseratai contoh, alasan dan fakta secara lengkap
1: pendapat, saran atau jawaban yang disampaikan tidak
berkaitan dengan materi pelajaran dan tidak disertai
contoh,alasan dan fakta secara lengkap

Pedoman Penilaian Kompetensi Sikap:


1. Skor maksimal: 20
2. Bobot: 100%
3. Penilaian: Skor Perolehan X 100 = Nilai
Skor Maksimal

Keterangan penilaian Sikap:


80 – 100 = membudaya dan konsisten (MK)
60 – 79 = membudaya (M)
40 – 59 = mulai tampak (MT)
0 – 39 = belum tampak (BT)
b. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Buatlah rangkuman dari materi Siswa Pedukung Buddha (Visakha dan Anathapindika)!

1. Lembar Penilaian Kompetensi Keterampilan:


Aspek yang Dinilai
No.
Nama
Kesesuaian Ketepatan Kerapian/ Nilai
Jumlah Skor
Isi Istilah Keindahan

1. Adiya Tusita Sippa

2. Alan Chandra Kusm

3. Andres Agustin

4. Apriline Sari Yuvati

5. Calvin Dyllan

6. Chandra Gozali

7. Cindy Veronica Dewi

8 Clarisa Visca Samuel

9 Edbert Andoyo

10 Elieta Vranciska

11 Elrich Manggala H

12 Febita Valencia

13 Hieronimus H A

14 Iva Wijani

15 Ivander Gautama

16 Jeanne Nurtami D

17 Jian Carlo Seremony

18 Kevin Jaya Susilo

19 Manggalani P.P

20 Martinus Suryadi

21 Merry Aprilia A.

22 Michella Lesmana

23 Natalia Dorothy

24 Pawina Aprilia

25 Ronald Luwijaya

26 Rusdianto

27 Silvie

28 Stevent Wirya

29 Vincent Hugo
30 Virya Saputra

2. Rubik Penilaian Kompetensi Keterampilan:


No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal

1. Kesesuaian bagan dengan isi 5

2. Ketepatan istilah/bahasa 3

3. Kerapian tulisan 2

Skor Maksimal 10

Pedoman Penilaian Kompetensi Keterampilan:


1. Skor Maksimal: 10
2. Bobot: 100%
3. Penilaian: Skor Perolehan X 100 = Nilai Skor Maksimal

a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

1. Soal Pilihan Ganda


1. Siswi utama pendukung Buddha adalah ….
a. Visakha
b. Samaneri
c. Sumanna
d. Subaddha
2. wanita sebagai penyokong Buddha ….
a. Upasaka
b. Dayaka
c. Dayika
d. Upasika
3. Nama Vihara yang didanakan Visakha kepasa Sangha ….
a. Jetavana c. Chadana
b. Pubharama d. Pundarika
4. Siswa utama pedukung Buddha ….
a. Nanda c. Kala
b. Upatisa d. Anathapindika
5. Dialam manakah Anathapindika sterlahir setelah wafat ….
a. Nimmanarati c. Yama
b. Tavatimsa d. Tusita

Soal Uraian
Berikan jawaban secara singkat dan jelas!
1. Tuliskan 5 kecantikan yang dimiliki Visakha!
2. Jelaskan hubungan Vihara Pubharama dan Visakha!
3. Mengapa Anathapindika termasuk salah satu penyokong Buddha?
4. Tuliskan isi syair yang diucapkan Buddha untuk diingat para Raja!
5. Siapakah yang membabarkan Dhamma sebelum Anathapindika wafat?

Kunci Jawaban
1. a 4. d
2. c 5. d
3. b

1. (1) kecantikan rambut;


(2) kecantikan penampilan;
(3) kecantikan struktur tulang;
(4) kecantikan kulit yang lembut dan berwarna kuning emas; dan
(5) kemudaan.
2. Vihara Pubharama adalah vihara yang didanakan oleh Visakha kepada Sangha.
3. Karena Anathapindika mendanakan sebuah Vihara Jetavana, Vihara Jetavana yang dipersembahkan
oleh Anathapindika adalah sebuah tempat tinggal yang dipuji oleh Buddha sebagai hadiah utama
untuk Sangha. Anathapindika menghabiskan biaya sebesar 54.000.000 (lima puluh empat juta) koin
emas untuk membangun Vihara Jetavana yang dipersembahkan untuk Sangha.

4. “Sebuah masakan mungkin tawar atau lezat,


Makanan mungkin sedikit atau banyak,
Namun, bila diberikan oleh tangan yang bersahabat,
Maka menjadi santapan yang nikmat”.(Jataka. 346)

5. Y.A. Sariputta.

Pedoman Penilaian Soal Uraian: tiap butir soal jika benar, mendapatkan nilai 20.
Catatan:
Pedoman Penghitungan Nilai Akhir (NA):
1. Bobot: Kompetensi Sikap/KS 40%; Kompetensi Keterampilan/KK 30%; Kompetensi Pengetahuan/KP
30%
2. Penghitungan NA: (Nilai KS x 40%) + (Nilai KK x 30%) + (Nilai KP x 30%) = NA
3. Contoh: (80 x 40) + (80 x 30) + (100 x 30) = 32 + 24 + 30 = 86
100 100 100

Tangerang, 14 November 2014

Kepala Sekolah Guru Bidang Studi

Suhartono, S.Pd. Warsito, S.Pd.B

Anda mungkin juga menyukai