Anda di halaman 1dari 73

TUGAS AKHIR KTI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.M (60TAHUN) DENGAN


MASALAH KESEHATAN REUMATIK DI DUSUN PANGULAH SELATAN
RT/RW 04/01 KECAMATAN KOTABARU KABUPATEN KARAWANG

Disusun Oleh :
Nama : ANGGI NUGRAHA
Nim : 433131440118007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

TAHUN 2021

Jln. Pangkal perjuangan Km. 1 By pass Karawang 41316


BAB I
A. Latar Belakang

Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang dapat
mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang fleksibel (sinovial)
sendi. Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang
menyebabkan tulang sendi distruksi, deformitas dan mengakibatkan ketidakmampuan. Oleh
karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit ini merupakan penyakit
persendian sehingga akan mengganggu aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
(Indra 2013)

Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik
tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang
paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas
hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan
kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan 1, 2 masalah seperti rasa nyeri, keadaan
mudah lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cidera (Kisworo, 2011).

Penyakit rematik merupakan penyakit yang selain menyerang sendi juga dapat
menyerang organ atau bagian tubuh lainnya. Secara umum, definisi rematik adalah penyakit
yang menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang sekitar sendi. Penyakit rematik
yang sering ditemukan adalah osteoartritis akibat degenerasi atau proses penuaan, artritis
rematoid penyakit autoimun dan gout karena asam urat tinggi (Junaidi, 2012).

Menurut World Health Organisation (WHO) (2016) 335 juta penduduk di dunia yang
mengalami Rematik. Sedangkan prevalensi Rematik tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta
jiwa, dengan angka perbandingan pasien wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di Indonesia
jumlah penderita Rematik pada tahun 2011 diperkirakan prevalensinya mencapai 29,35%,
pada tahun 2012 prevalensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevalensinya sebanyak
45,59% dan pada tahun 2014 prevalensi Rematik di Sulawesi Utara sebanyak 24,7%.
Rematik adalah suatu penyakit yang menyerang sendi, dan dapat menyerang siapa saja yang
rentan terkena penyakit rematik. Oleh karena itu, perlu kiranya mendapatkan perhatian yang
serius karena penyakit ini merupakan penyakit persendian sehingga akan mengganggu
aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Rematik paling banyak ditemui dan
biasanya dari faktor, genetik, jenis kelamin, infeksi, berat badan/obesitas, usia, selain ini
faktor lain yang mempengaruhi terhadap penyakit Rematik adalah tingkat pengetahuan
penyakit Rematik sendiri memang masih sangat kurang, baik pada masyarakat awam maupun
kalangan medis (Mansjoer, 2011).

Rematik merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar luas
diseluruh dunia yang secara simetris mengalami peradangan sehingga akan terjadi
pembengkakan, nyeri dan ahirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi dan akan
mengganggu aktivitas/pekerjaan penderita (Junaidi, 2013).

Rematik lebih sering terjadi pada orang mempunyai aktivitas yang berlebih dalam
menggunakan lutut seperti pedagang keliling, dan pekerja yang banyak jongkok karena
terjadi penekanan yang berlebih pada lutut, umumnya semakin berat aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang dalam kegiatan sehari-hari maka pasien akan lebih sering mengalami Rematik
terutama pada bagian sendi dan lebih sering terjadi pada pagi hari. Penyakit peradangan sendi
biasanya dirasakan terutama pada sendi-sendi bagian jari dan pergelangan tangan, lutut dan
kaki, dan pada stadium lanjut penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan
kualitas hidupnya akan menurun (Sarwono, 2014).

Oleh karena itu pola makan yang salah menjadi salah satu pencetus terjadinya
kekambuhan. Di mana pola makan yang sehat sebaiknya dimulai dengan mengadakan
perubahan-perubahan kecil pada makanan yang kita pilih, juga mengurangi makanan dapat
mempengaruhi kekambuhan Rematik seperti, produk kacang-kacangan seperti susu kacang,
kacang buncis, organ dalam hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, dan jantung,
makanan kaleng seperti, sarden, kornet sapi, makanan yang dimasak menggunakan santan
kelapa, beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda dan produk olahan
melinjho, minuman seperti alkohol dan sayur seperti kangkung dan bayam (Putri, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan. Maka dapat dirumuskan


masalah penelitian sebagai berikut: “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan
Penyakit Rematik yang hidup di komunitas”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Memperoleh pengalaman langsung secara nyata dalam melaksanakan asuhan


keperawatan pada Tn.M khususnya dengan masalah rematik secara langsung dan
komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus :
a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah rematik
b. Mampu melakukan dan merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada
keluarga dengan masalah rematik
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah
rematik
d. Mampu melakukan tindakan sesuai dengan asuhan keperawatan pada kelurga
dengan masalah rematik
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan masalah rematik.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu kontribusi bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Karawang dan Puskesmas setempat yang bisa dipakai sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, terutama rheumatoid
artrhritis.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai masukan data untuk melakukan
upaya-upaya dalam peningkatan pemberian pengetahuan kepada mahasiswa-mahasiswi
dalam bidang kesehatan khususnya tentang penyakit rheumatoid arthristis.

3. Bagi Peneliti

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan teori-


teori yang didapat dalam bentuk penelitian.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penyakit rheumatoid arthritis.

E. Keaslian Penelitian

Menurut penelusuran peneliti, penelitian sejenis tentang Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kekambuhan Penyakit Rematik yang hidup di komunitas pernah
dilakukan :

- Uyun Nadliroh (2014) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kekambuhan Penyakit Rematik yang hidup di komunitas”. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyebab penyakit rematik pada lansia di Panti Wreda Dharma Bakti
Surakarta sebagian besar responden (50%) berusia 80 tahun keatas, sebagian besar responden
(70%) memiliki status gizi ideal, sebagian besar responden memiliki riwayat pekerjaan
beresiko rematik (45%) yaitu sebagai pedagang, memiliki riwayat cidera (65%) dan memiliki
riwayat keturunan (70%).Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat penelitian. Penelitian
di atas dilakukan di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta sedangkan penelitian ini dilakukan
di Puskesmas wilayah Kabupaten Sukoharjo. Perbedaan yang lain terletak pada variabel
penelitian. Pada penelitian di atas meneliti tentang gambaran penyakit rematik pada lansia
sedangkan penelitian ini difokuskan pada gambaran karakteristik personal penderita
rhematoid artritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep
1. Definisi
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yg hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yg merupakan bagian
dari keluarga (Friedman, 2010)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yg tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas (Spredley, 2011)

Menurut Salvicion G. Bailon & Aracelis Maglaya (2010) menjelaskan bahwa keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yg tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kelurga adalah beberapa individu yg
tinggal bersama yg mempunyai ikatan perkawinan, ada hubungan keluarga, sanak family,
maupun adopsi yg hidup bersama sesuai dengan tujuan keluarga tersebut

2. Tipe Keluarga
Tipe-tipe keluarga secara umum menurut friedman tahun 2010 yg dikemukakan untuk
mempermudah pemahaman literatur tentang keluarga adalah :
a. Keluarga inti (konjugal) adalah keluarga yg menikah, sebagai orang tua atau
pemberian nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak-anak merek
(anak kandung, anak adopsi atau keduanya)
b. Keluarga orientasi (keluarga asal) adalah unit keluarga yg didalamnya seseorang
dilahirkan
c. Keluarga besar adalah keluarga inti dan orang-orang yg berhubungan (oleh
darah), yg paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu
teman keluarga
inti.

- Sedangkan menurut wahid iqbal (2012) tipe keluarga ada 15 antara lain :

1) Tradisional nuclear
Keluarga inti yg terdiri dari ayah, ibu dan anak yg tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya
dapat bekerja diluar rumah.
2) Exrended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya
3) Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga ini melalui perkawinan suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar
rumah.
4) Nidle age/ aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-
anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan/meniti karir.
5) Dyadic nuclear
Suami istri yg sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu
bekerja diluar rumah.
6) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7) Dual carier
Suami istri/keduanya oarang karier dan tanpa anak.
8) Commuter married
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu
9) Single adult
Wanita/pria dewasa yg tinggal sendiri dengan tidak adanya keingan untuk kawin.
10) Three gneration
Tipe generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institusional
Anak-anak/orang dewasa yg tinggal dalam suatu panti
12) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yg monogami dengan anak-anaknya
dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13) Group marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yg lain dan semua adalah orang
tua dari anak-anak.
14) Unmaried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehandaki, anaknya diadopsi.
15) Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yg tinggal bersama tanpa kawin.
- Menurut Murwani (2011) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tipe keluarga tradisional

a. Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan

anak (kandung atau angkat).

b. Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang

mempunyai hubungan darah, missal kakek, nenek, paman dan bibi.

c. Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa

anak.

d. Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah / ibu) dengan anak (kandung / angkat). Kondisi ini dapat disebabkan

oleh perceraian / kematian.

e. Single adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa

(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja

atau kuliah).

2. Tipe keluarga non tradisional :

a. The unmarriedtrenege mather yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
d. The non marital heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang hidup bersama
dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami istri (marital partners).
f. Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g. Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual
dan membesarkan anak.
h. Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anak.
i. Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j. Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak mendapatkan
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan

3. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Mubarak (2012) antara lain :


a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi keluarga bagi

pengirim memberikan pesan, memberikan umpan balik dan valid. Komunikasi dalam

keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila: tertutup, adanya issu atau gosip negatif, tidak

berfokus pada satu hal dan selalu mengulang issu dan pendapat sendiri, komunikasi keluarga

bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental exspresi dan

komunikasi tidak sesuai. Penerima gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif),

terjadi miskomunikasi dan kurang atau tidak valid.

b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk, mengontrol,
mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima
pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.
4. Fungsi dan tugas keluarga

Fungsi keluarga menurut Murwani (2011) sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang


merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Fungsi afektif
merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak
dapat terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,


yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman,
2011).

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu


untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi
dengan lingkungan disekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya


manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
keebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga seperti memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memnuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat

tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara

suami dan istri hal ini menjadikan permasalahn yang berujung pada perceraian.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota

keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang

dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Murwani, 2013)

- Mengenal masalah kesehatan

- Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

- Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

- Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

- Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat


5. Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2011) adalah :

a. Tahap 1 : Keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga
yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan.
Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut
juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan
bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran
mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit karena
perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

c. Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima
orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan –
saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga
dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal
dirumah hingga brumur 19 atau 20 tahun.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan
rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang
ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah.
g. Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi oarngtua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-
55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.

h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan

memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan

berakhir dengan pasangan lain meninggal.

6. Tugas perkembangan keluarga

Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman (2012) yaitu :

a. Tahap I : Keluarga pemula

- Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

- Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.

- Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua.

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak

- Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan


bayi baru kedalam keluarga).

- Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan


anggota keluarga.

- Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

- Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-


peran orangtua dan kakek-nenek.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,


keamanan.

- Mensosialisasikan anak.

- Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak


yang lain.
- Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan
hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

- Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan

- Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia

- Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat

- Meningkatkan komunikasi terbuka

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

- Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa


dan semakin mandiri

- Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

- Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.

- Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

- Mempertahankan keintiman pasangan

- Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua

- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

- Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.

- Mempertahankan kesehatan

- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak

- Meningkatkan keakraban pasangan

h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.

- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

- Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll

- Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat

- Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

- Melakukan “ Life Review”


7. Masalah-masalah kesehatan

Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut Friedman (2012) yaitu
:

a. Tahap I : Keluarga pemula

- Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

- Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

- Penyuluhan dan konseling prenatal

- Komunikasi

b. Tahap II : Keluarga yang sedang mangasuh anak

- Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

- Perawatan bayi yang baik

- Pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini

- Imunisasi

- Konseling perkembangan anak

- Keluarga berencana

- Interaksi keluarga

- Bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah

- Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim
pada anak dan jatuh, luka bakar

- Keracunan

- Kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia sekolah

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

- Masalah kesehatan fisik yg utama adalah penyakit-penyakit menular yg lazim pada


anak dan jatuh, luka bakar

- Keracunan

- Kecelakaan-kecelakaan yg lain terjadi selama usia sekolah


e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

- Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol

- Keluarga berencana

- Kehamilan yang tidak dikehendaki

- Pendidikan dan konseling seks

f. Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda.

- Masa komunikasi dewasa muda-orang tua

- Transisi peran suami-istri

- Memberi perawatan (bagi orang tua lanjut usia)

- Kondisi kesehatan kronis misalnya kolesterol tinggi, obesitas, tekanan darah tinggi

- Masalah menopause

- Efek-efek : minum, merokok, diet

g. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.

- Promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi yang
baik, program olahraga yang teratur, pengurangan barat badan hingga berat nadan yang
optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi alkohol, pemeriksaan skrining
kesehatan preventif.

- Masalah berhubungan dengan perkawinan

- Komunikasi & hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu dan orangtua yang lanjut usia.

Masalah berhubungan dengan perawatan : membantu perawatan orangtua yang lanjut usia
dan tidak mampu merawat diri.

h. Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia.

- Menurunnya fungsi

- Menurunkan kekuatan fisik, sumber financial yang tidak memadai, isolasi sosial,
kesepian

- Kerentanan psiklogis

- Promosi kesehatan
8. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan sebagai unit pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu keluarga untuk menyesuaikan
masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan
tugas perawatan kesehatan (Murwani, 2013).
Peran perawat menurut Sudiharto (2011) adalah sebagai berikut :

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggungjawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga,


terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat angora keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat bertanggungjawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.


Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara
keluarga dan unit kesehatan (puskesmas dan rumah sakit).

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan


rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan
rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai
klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada
perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat unruk
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan


yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga biasanya
terjadi menurut siklus atau budaya yang dipraktikan keluarga. Misalnya, diare pada balita terjadi
karena budaya menjaga kebersihan makanan dan minuman kurang diperhatikan. Peran sebagai
peneliti difokuskan pada kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab,
menanggulangi, dan melakukan promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat perlu
mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaannya.
B. KONSEP REMATIK/RHEUMATOID ARTHRITIS

1. Pengertian

Penyakit reumatik adalah kondisi tubuh yang sangat menyakitkan karena disebabkan oleh
pembengkakan, peradangan, dan nyeri pada sendi atau otot. (pangestu, 2013).

Menurut isbagio (2013), cakupan pengertian gejala reumatik ataupun pegal linu cukup luas.
Nyeri, pembengkakan, kemerahan, gangguan fungsi sendi dan jaringan sekitarnya termasuk
gejala reumatik. Semua gangguan pada daerah tulang, sendi, dan otot disebut reumatik yang
sebagian besar masyarakat juga menyebutnya pegal linu.

Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit digeneratif yang menyebabkan keruskan
tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya, disertai proliferasi dari tulang dan jaringan
lunak didalam dan sekitar daerah yang terkena (Priyanto, 2012).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa reumatik merupakan suatu penyakit pegal linu
yang disertai pembengkakan, peradangan dan nyeri pada sendi dan otot karena adanya gangguan
fungsi sendi, jaringan maupun otot.

2. Etiologi

Faktor penyebab dari penyakit ini belum diketahui dengan pasti. namun, faktor genetik seperti
produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR) dan beberapa faktor lingkungan
diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini (Sudoyo, 2010). Faktor genetik seperti kompleks
histokompatibilitas utama kelas II (HLA-DR), dari beberapa data penelitian menunjukan bahwa
pasien yang mengemban HLA-DR memiliki resiko ralatif 4:] untuk menderita penyakit ini.
Reumatik atau pegal linu pada pasien kembar lebih sering dijumpai pada kembar monozygotic
dibandingkan kembar dizygotic (Sudoyo, 2010).

Dari berbagai observasi menunjukan dugaan bahwa hormon seks merupakan salah satu faktor
predisposisi penyakit ini. Hubungan hormon seks dengan reumatik/pegal linu sebagai penyebab
dapat dilihat dari prevalensi penderitanya yaitu 3 kali lebih banyak penderita kaum wanita
dibanding kaum pria (Sudoyo, 2010).

Faktor infeksi sebagai penyebab reumatik/pegal linu timbul karena umumnya onset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
Dengan demikian timbul dengan kuat bahwa penyakit ini sangat mungkin disebabkan oleh
tercetusnya suatu proses autoimun oleh suatu antigen tanggal atau beberapa antigen tertentu saja.
Agen infeksius yang diduga sebagai penyebabnya adalah bakteri, mycoplasma, atau virus
(Sudoyo,2010).
3. Faktor resiko

Menurut Priyatno (2012) beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan reumatik
atau arthritis rheumatoid, antara lain :

a. Usia diatas 40 tahun

Dari semua faktor resiko timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan
tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi
pada penuaan berbeda dengan perubahan pada osteoartritis.

b. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering ter
kena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, bahwa 45 tahun,
frekunsi osteoartritis kurang lebih sama antara laki-laki dan wanita, tetapi diatas 50 tahun
( Setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pada pria. Hal ini
menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

c. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama
kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko
relatif 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.

d. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoartritisnpada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dengan osteoartritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berperan
pada timbulnya kaitan tersebut.

e. Cidera sendi yang berulang


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cidera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
f. Kepadatan tulang berkurang (osteoporosis)
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal
ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan
beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.
g. Beban sendi yang terlalu berat (olahraga atau kerja tertentu)
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian 1 sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cidera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
h. Kelainan pertumbuhan (kelainan sel-sel yang membentuk tulang rawan, seperti kolagen dan
proteoglikan)
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya osteoartritis
paha pada usia muda.

4. Jenis Reumatik
Manurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi (Artikuler)
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (rheumatik artikuler).
Penyakit ini ada beberapa macam yg paling sering ditemukan yaitu :
b. Arthritis Rheumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahan yg tersebar diseluruh
tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis di
persendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yg terkena. Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yg mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan
tulang sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yg sifat nya simetris (terjadi pada
kedua sisi).
Penyebab arthritis rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yg mengatakan karena
mikoplasma, virus, sebagainya. Namun semua belum terbukti. Berbagai faktor termasuk
kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus arthritis
rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yg berat, seperti tiba-tiba
kehilangan suami atau istri, kehilangan satu-satunya anak yg disayangi, hancurnya perusahaaan
yg dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran
(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yg menyebabkan kematian
(nekrosis) sel dan respon peradangan pun berlanjut.
Sinovial yg menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yg disebut panus. Panus
dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan
jaringan perut. Proses ini secara perlahan akan merus ak sendi dan menimbulkan nyeri hebat
serta deformitas (kelainan bentuk)
c. osteoartritis
adalah sekelompok penyakit yg tumpang tindih dengan penyebab yg belum diketahui,
namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yg sama. Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan
ikat sekitar persendian (periartikular)
Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yg ditandai dengan adanya fibrilasi,
fisur, dan ulserasi yg dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan
pasti. Ada beberapa faktor risiko yg diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : usia
lebih dari 40 tahun, jenis kelamin wanita lebih sering, suku bangsa, genetik, kegemukan dan
penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olahraga, kelainan pertumbuhan, kepadatan
tulang, dan lain-lain.
d. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia). Reumatik gout
merupakan jenis penyakit yg pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga
dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat
persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yg memicu
timbulnya rheumatik gout akut primer, 99% penyebab nya belum diketahui (idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor homonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yg dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya asam urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan
antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi
makanan dengan kadar purin yg tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yg
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk kedalam kelompok asam amino, unsur
pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan) , penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yg
tinggi. Pada penderita diabetes yg tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda ketom (hasil buangan metabolisme lemak) yg meninggi. Benda-benda keton yg meninggi
akan meningkatkan asam urat juga ikut meninggi.
e. Rematik jaringan lunak (Non-artikuler)
Merupakan golongan penyakit rematik yg mengenai jaringan lunak diluar sendi (soft tissue
rheumatism). Sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler reumatism). Jenis-jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering di temukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal ditempat
pelekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis dapat
mengalami peradangan yang di sebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.

4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
5) Back pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degeneratif diskus
intervertebralis, bertambahnya dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh
yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat proses
peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri
terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) yang dapat menjalar
ke tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Di tandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa
menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan di
angkat ke atas atau digerakan ke samping akibat pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

5. Patofisiologi

Akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawn
sendi (proteoglikan dan kolagen) maka terjadi kerusakan setempat secara progresif dan memicu
terbentuknya tulang baru pada dasar lesi sehingga terbentuk benjolan yang disebut osteolit.
Proteoglikan adalah suatu zat yang membentuk daya lentur tulang rawan, sedangkan kolagen
adalah serabut protein jaringan ikat. Osteolit yang terbentuk akan mempengaruhi fungsi sendi
atau tulang dan menyebabkan nyeri jika sendi atau tulang tersebut digerakan (Priyatno, 2011).

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat
febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago pada sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondrial. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler.kartilago menjadi
nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulakan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthirtis rheumathoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan
dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain terutama yang mempunyai faktor rheumathoid
(seropositif gangguan rheumathoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
6. Manifestasi klinis

Gejala klinis utama adalah poliartritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan
sendi dan tulang sekitarnya. Kerusakan ini tertama mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki
yang umumnya bersifat simetris (Sudoyo, 2010).

Menurut priyatno (2013) secara umum, manifestasi klinis yang dapat kita lihat, antara lain:

a. Nyeri sendi, terutama saat bergerak

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri
yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

b. Pada umumnya terjadi pada sendi penopang beban tubuh, seperti panggul, tulang belakang,
dan lutut.

c. Terjadi kemerahan, inflamasi, nyeri, dan dapat terjadi deformitas (perubahan bentuk).

d. Perubahan cara berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

e. Rasa sakit bertambah hebat terutama pada sendi pinggul, lutut, dan jari-jari.

f. Saat perpindahan posisi pada persendian bisa terdengar suara (crackin).

7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan


radiologi, dan hasil laboratorium, antara lain:

a. Nyeri pada sendi yang tempatnya tidak jelas, nyerinya bertambah saat digerakkan dan
berkurang saat diistirahatkan.

b. Terjadi kekuatan sendi pada pagi hari (morning, stiffness) atau setelah tidak ada aktivitas.

c. Sendi mengalami pembengkakan karena hipertropi tulang, kulit, di persendian yang bengkak
dan kemerahan, nyeri, dan dapat terjadi deformitas.

d. Pada pemeriksaan laboratorium umumnya tidak terjadi kelainan, hanya laju endap darah
(LED) yang dinilainnya sedikit meningkat dan terjadi leukositosis (Sel darah putih <2000/ml).
e. Pada pemeriksaan radiologis dengan poto rotgen, pada sendi memperlihatkan adanya
penyempitan tidak beraturan pada ruang sendi, sklerosis tulang subkondral dengan atau tanpa
pembentukan osteolit. (Priyatno, 2011).

Diagnosis juga dapat ditegakan dengan menggunakan kriteria american rheumtism association
(ARA) yaitu pasien yg dikatakan menderita penyakit ini, jika memenuhi minimal 1 sampai 4 yg
diderita sekurang-kurangnya 6 minggu.

Tabel 2.1

Kriteria American Association (ARA)

No Kriteria Definisi
1. Kaku pada pagi hari Kekakuan pada pagi hari persendian dan
sekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal.
2. Arthtritis pada 3 daerah persendian Pembengkakan pada jaringan lunak atau
atau lebih persendian atau lebih efusi (bukan pertumbuhan
tulang) pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara
bersamaan yg diobservasi oleh seorang dokter.
3. Arthtritis pada persendian lengan Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan seperti yg tertera diatas
4. Arthtritis simetris Keterlibatan sendi yg sama (seperti tertera pada
kriteria kedua diatas) pada kedua belah sisi
5. Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler
yg diobservasi oleh seorang dokter
6. Faktor rheumatoid serum positif Terdapatnya titer abnormal faktor rheumatoid
serum yg diperiksa dengan cara memberikan
hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol yg
diperiksa
7. Perubahan gambaran radiologis Adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yg
berlokasi pada sendi atau daerah yg berdekatan
dengan sendi
8. Pemeriksaan penunjang

a. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi,
dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi
kista tulang, memeperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi
secara bersamaan.

b. Scan radionuklida: mengidentifikasi peradangan sinovium.

c. Artroskopi langsung: visualisasi dari area yang menunjukan irregularitas/degenerasi tulang


pada sendi.

d. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukan volume yang lebih besar dari normal: buram,
berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif)
elevasi SDP dan lekosit penurunan viskositas dan komplemen (C3C4).

e. Biopsi membran sinovial: mewnunjukan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (fine needle aspiration) atau atroskopi cairan
sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan
sendi yang normal.

g. Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli artritis yang simetris mengenai
send-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau
lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi periartikuler pada foto rontgen.

9. Penatalaksanaan

a. Mendikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat sintomatik. Obat anti
inflamasi non steroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi peradangan,
tidak mampu menghentikan proses potologis.

b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi sakit.

c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri.

d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera.

e. Dukungan psikososial.

f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.

g. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri.
10. Komplikasi

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi dibawah
kulit yang disebut subcutan nodule.

b. Pada otot terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembulu darah terjadi tromboemboli: adalah adanya sumbatan pada pembulu darah
yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

d. Terjadi splenomegali

Splenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa membesar kemampuannya untuk


menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap
dan menyimpan sel sel darah akan meningkatkan.

C. PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus-
menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya (Murwani, 2011). Hal-hal yang dikaji dalam
keluarga adalah:

a. Data umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

1. Nama kepala keluarga (KK)


2. Alamat dan telepon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga
6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atas masalah-masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut
7. Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditemukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditemukan
pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang
yang dimiliki oleh keluarga.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
a. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton tv dan mendengarkan
radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga yang perlu dikaji pada tahap
perkembangan adalah :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
2) Tugas perkembangan keluarga belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yg belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi riwayat penyakit
turunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting yg
berhubungan denga kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah
tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yg
digunakan serta denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakrteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yg
meliput kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yg mempengaruhi kesehatan.
3) Metabolisme geografis keluarga
Metabolisme geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yg digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yg ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan
masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah keluarga yg sehat,
fasilitas-fasilitas yg dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan, fasilitas mencakup,
fasilitas fisik, fasilitas psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas
sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai dan norma keluarga yg dianut oleh keluarga, yg berhubungan
dengan kesehatan.
e. Fungsi-fungsi keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yg perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling mengahargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai
sehat sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat
dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yg dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yg terdapat dilingkungan setempat.
4) Fungsi reproduksi
Hal yg perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga :
a. Berapa jumlah anak
b. bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yg di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yg perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi kelaurga adalah :
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yg ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.

f. Stres dan kesehatan keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yg dialami keluarga yg memerlukan

penyelesaian dalam waktu + 6 bulan

b) Stresor panjang yaitu stresor yg dialami keluarga yg memerlukan penyelesaian

dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor hal yg perlu dikaji adalah

sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stresor.

3) Strategi koping yg digunakan

Strategi koping apa yg digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

4) Stratergi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yg digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yg digunakan


pada

pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, peraawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas

kesehatan yg ada.
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Skala untuk menentukan prioritas asuhan keperawatan keluarga (Bailon Maglaya, 2011)

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
Skala :
Tidak / kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah yg dapat diubah
Skala :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat harus segera ditangani 2 1
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :

a. Tentukan skore untuk setiap kriteria

b. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor yang diperoleh


bobot
Angka tertinggi kriteria

c. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria

Dengan melihat kriteria yang pertama, yaitu sifatnya masalah, bobot yang lebih berat diberikan
pada tidak/ kurang sehat karena pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan
dirasakan oleh keluarga. untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah
perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah.

b) Sumber daya keluarga : Dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.


c) Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan , keterampilan dan waktu

d) Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat, dan sokongan
masyarakat

Kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yg perlu diperhatikan ialah :

a) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada.

b) Tindakan yg sedang dijalankan “High Risk” atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.

Untuk kriteria keempat, yaitu mmenonjolnya masalah perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. nilai skore yg tinggi yg terlebih dahulu
dilakukan intervensi keperawatan keluarga (Murwani, 2011). Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinis mengenai, keluarga, atau masyarakat yg diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Mubarak, 2012).

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang mencakup tujuan umum
dan tujuan khusus serta dilengkapi kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan
pernyataan spesifik tentang hasil yg diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus yg ditetapkan (Murwani, 2010).

4. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini (Murwani, 2010)

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-masalah kesehatan


dengan cara :

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yg sehat terhadap masalah

b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yg tepat, dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekoensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yg dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekoensi tiap tindakan


c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yg sakit dengan cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yg ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,

dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yg dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkunga keluarga seoptimal mungkin

e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara ;

1) Mengenakan fasilitas kesehatan yg ada dilingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yg ada


5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria yg

telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji

kemampuan status kesehatan keluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil

dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan keperawatan.
bila hasil evaluasi / tidak berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Perlu diperhatikan juga evaluasi yang dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga
sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga (Murwani,
2011). Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional menurut (Murwani,
2011) :
S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objectif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yg terkaitan
dengan diagnosis.
P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan
Evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi akhir.
BAB 3

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. STRUKTUR KELUARGA
A. Kepala keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Umur : 60
d. Agama : Islam
e. Suku : Sunda
f. Pendidikan : Sd
g. Pekerjaan : Petani
h. Alamat : Pangulah selatan, kp : karajan Rt/Rw : 04/01
B. Susunan anggota keluarga
No Nama Umur Sex Hub. Agama Pendidikan Pekerjaan Suku Status Keluhan BB/ TB IMT
Imunisasi
1. Tn.M 60 L Suami Islam Sd Petani Sunda - Pegal-pegal, 60/155 49
Sering lupa
ketika
ditanya
umur ,
Gatal-Gatal
2. Ny. S 75 P Istri Islam Sd Irt Sunda - - 55/145
3. Ny. N 35 P Anak Islam Smp Irt Sunda -
4. An. I 15 L Anak Islam Smp pelajar sunda -
C. Genogram Keterangan : : laki-laki
: perempuan
X : meninggal
: pasien
. .... : tinggal serumah

.
D. Tipe Keluarga
The Nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak yg
tinggal dalam 1 rumah
E. Suku/ Budaya
Sunda
F. Agama
Agama yg dianut keluarga Tn. M adalah Islam, dalam menjalankan perintah agama
keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di
Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu),
acara Diba’ (remaja putri dan ibu-ibu).

G. Status Ekonomi Keluarga


Tn.M mengatakan penghasilannya hanya harian kurang lebih > Rp.60.000/hari dan di
hitung-hitung Tn.M mengatakan mungkin penghasilannya perbulan Rp. 1.800.000,00
H. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai–santai atau
digunakan untuk membicarakan masalah keluarga. Anggota keluarga dalam
menggunakan waktu senggangnya sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Untuk
mendapatkan hiburan keluarga melihat televisi dan radio.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


I. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga saat ini Dewasa karena anak pertamanya 30th sudah menikah
J. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Yang belum terpenuhi keluarga ialah perawatan rematik
K. Riwayat Keluarga Saat Ini
Dalam keluarga, Tn.M yg menderita rematik

L. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Keluarga Tn.M tidak ada yg mengalami rematik sebelumnya
3. Lingkungan
M. Karakteristik Rumah
Rumah Tn.M terdiri dari 1 lantai ukuran 4x6 terdiri dari 1 ruangan tamu yg menjadi 1
dengan ruang keluarga, 2 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur bangunan permanen dan
lantainya terbuat dari tanah dengan keadaan bersih dan penataan alat-alat rumah tangga
cukup rapih dan pencahayaan rumah cukup baik, sumber air dari sumur bersih
N. Karakteristik Ligkungan dan Komunitas RW
Sebagian tetangga Tn.M bekerja sebagai petani dan Tn.M mengatakan hubungan dengan
tetangga cukup baik namun tidak aktif aktivitas lingkungan sekitar
O. Mobilitas Geografis Keluarga
Kurang lebih 60th dengan suku sunda tinggal menetap di pangulah selatan kp : karajan,
transportasi yg digunakan Tn.M adalah sepeda
P. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn.M tidak pernah mengikuti perkumpulan desa seperti pos kamling dan gotong royong

Q. Sistem Pendukung Keluarga


1. Dukungan Keluarga
Untuk pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn.M karena sebagai
kepala keluarga
2. Dukungan Teman tetangga
Tetangga disekitar rumah Tn.M sangat mendukung dan perhatian kpd
keluarga Tn.M
3. Struktur Keluarga
Jumlah keluarga 4 orang, Tn.M sebagai kepala rumah tangga

-Struktur Peran
 Peran formal : Tidak mempunyai peran formal di masyarakat
 Peran informal : Sebagai kepala keluarga
R. Pola Komunikasi Keluarga
1. Bagaimana bentuk komunikasi pada keluarga? terbuka atau tidak?
Bentuk komunikasi Tn.M terbuka karena mau mendengarkan pembicaraan Tn.M
2. Apakah ada hambatan yang ditemukan selama anggota keluarga
berkomunikasi?
Tidak ada hambatan komunikasi keluarga Tn.M

S. Struktur Kekuatan Keluarga


1. Siapa yang mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga?
Yg mengambil keputusan adalah kepala keluarga yaitu Tn.M
2. Bagaimana mekansime pengambilan keputusan dalam keluarga?
Selalu menjaga kesehatan keluarga Tn.M
3. Bagaimana sifat keputusan yang sudah ditentukan oleh pengambil keputusan?
Tn.M cukup puas karena apa yg Tn.M mengambil keputusan tersebut
4. Apa saja hambatan yang ditemukan selama pengambilan keputusan?
Tidak ada hambatan dalam mengambil keputusan
5. Untuk siapa saja keputusan yang diambil itu berlaku?
Keluarga Tn.M
T. Struktur Peran
1. Bagaimana peran masing-masing anggota keluarga secara formal?
Tn.M tidak mempunyai peran di masyarakat
2. Bagaimana peran masing-masing anggota keluarga secara informal?
Sebagai kepala keluarga
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi peran masing-masing
Tidak ada faktor yg mempengaruhi peran masing-masing
U. Nilai dan Norma Budaya
1. Bagaimana keadaan umum kesehatan keluarga?
Kesehatan keluarga baik, namun Tn.M mengalami rematik
2. Apakah ada masalah kesehatan yang sedang diderita oleh keluarga?
Tn.M yg menderita nyeri sendi, pegal-pegal (rematik)
3. Apakah ada riwayat penyakit dahulu? Sebutkan!
Tidak mempunyai riwayat
4. Apakah ada riwayat penyakit keturunan? Sebutkan!
Tidak ada riwayat penyakit keturunan
5. Apakah terdapat penemuan hasil pemeriksaan fisik yang mengarah kepada
masalah kesehatan?
Ekstermitas bawah terdapat benjolan di ujung jari didapatkan skala nyeri 5
6. Apakah ada hasil pemeriksaan laboratorium yang mengarah ke masalah
kesehatan?
Tidak ada
4. Fungsi Keluarga
A. Fungsi Afektif
Dalam keluarga selalu mengutamakan bentuk nilai dan norma yg memberikan batasan
perilaku yg boleh dan tidak boleh dilakukan
B. Fungsi Sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga menurut Tn.M terjalin baik dan harmonis,
sering mengobrol atau berbincang – bincang dengan tetangga.

C. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn.M termasuk keluarga yang kurang mampu hal ini dapat dilihat dari
penghasilan tiap bulanya hanya sekitar Rp.1.800.000,00/perbulan. Dalam pemenuhan
kebutuhan, pangan keluarga Tn.M sangat sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari.
D. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki oleh Tn.M adalah 2 orang, Ny.P menggunakan KB Suntik
E. Fungsi Perawatan Keluarga
Dalam keluarga perawatan keluarga bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kondisi
seluruh anggota keluarga
1. Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan
Tidak mengetahui karna tidak pernah kontrol ke rumah sakit jadi tidak tahu
penyakitnya
2. Tindakan yg tepat
Tn.M mengatakan jika nyeri nya mulai terasa, Tn.M langsung melakukan
kompres air hangat
3. Keluarga Merawat
Tidak ada kemauan keluarga untuk mengetahui penyakitnya
4. Modifikasi Lingkungan
Menciptakan lingkungan yg nyaman bagi keluarga

5. Layanan Kesehatan
Tidak memiliki fasilitas kesehatan (bpjs, kis)

5. Stress dan Koping Keluarga


A. Stressor Jangka Pendek
Keluarga Tn.M memerlukan waktu 2bulan untuk menyelesaikan masalah

B. Stressor Jangka Panjang


Keluarga Tn.M tidak pernah menyelesaikan masalah tidak lebih dari 2bulan
C. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah
oMenurut Tn.M tidak ada masalah dengan tipe keluarganya

D. Strategi Koping yang Digunakan


Tidak ada koping khusus digunakan
E. Strategi Adaptasi Disfungsional
a. Konsep Diri
1) Bagaimana penampilan tubuh anda saat ini dibandingkan anda sebelum
menikah?
Setelah menikah mengalami perubahan fisik pada Tn.M contohnya gemuk

6. Harapan Keluarga
Tn.M berharap keluarganya selalu sehat wal afiat, terutama istri, anak semoga semuanya
sehat. Anaknya menjadi anak yang sholeh dan menjadi kebanggaan keluarga.
7. VIII. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Tn.M Ny.S Ny.N An.I
1 TTV TD : 140/80 TD : 130/80 TD : 120/80 TD : 110/70
Nadi : 80/menit Nadi : 75/menit Nadi : 70/menit Nadi : 65/menit
RR : 20/menit RR : 20/menit RR : 20/menit RR : 20/menit
2 Kondisi Umum Kesadaran Kesadaran Kesadaram Bising usus
composmetis composmetis composmetis normal, tidak
Gcs 15 Gcs 15 Gcs 15 ada benjolan,
tidak ada lesi
3 Kepala Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, tidak benjolan, tidak
ada lesi, rambut ada lesi, rambut ada lesi, rambut ada lesi, rambut
tidak berminyak tidak berminyak tidak berminyak tidak berminyak
4 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan tyroid, benjolan tyroid, benjolan tyroid, benjolan tyroid,
menelan baik menelan baik menelan baik menelan baik
5 Dada Simetris tidak Simetris tidak Simetris tidak Simetris tidak
ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan
6 Abdomen Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak
ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan, ada benjolan,
tidak ada lesi tidak ada lesi tidak ada lesi tidak ada lesi
7 Genitalia - - - -
8 Rektal - - - -
9 Ekstermitas Ekstermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bawah ada benjolan benjolan benjolan
benjolan

b. Istirahat dan Tidur


1) Bagaimana kualitas tidur setiap siang atau malam ?
Ketika tidur malam jika mulai terasa nyeri sendi
2) Bagaimana pola kebiasaan tidur?
Baik 2x sehari siang dan malam
3) Apakah mengalami kesulitan/gangguan tidur ?
Tidak mengalami kesulitan tidur/gangguan tidur
4) Berapa lama tidur siang dan malam?
Siang 2jam, malam 5jam

5) Jika tidak tidur, apa kendala atau hambatan yang dirasakan?


Nyeri, pegal-pegal, gatal-gatal

6) Apa manfaat istirahat tidur menurut keluarga?


Untuk meringankan pegal-pegal
c. Pola kebiasaan Makan
1) Apakah mengalami penurunan/ peningkatan berat badan ?
Tidak ada penurunan/peningkatan
2) Bagaimana selera makan sekarang ini ?
Baik tidak ada masalah
3) Bagaimana pola makan setiap hari ?
3x/hari
4) Berapa kali makan setiap hari ?
3x/hari
5) Jenis makanan apa saja yang sering makan setiap hari ?
Sayur-sayuran, tempe, tahu
6) Apakah ada pantranan terhadap nutrisi dalam keluarga ?
Tidak ada pantranan
7) Kebiasaan apa yang dilakukan klien terkait manajemen nutrisinya?
Tidak
d. Latihan Fisik
1) Apa jenis latihan fisik yang sering dilakukan?
Tidak ada
2) Berapa lama waktu yang dialokasikan untuk latihan fisik?
Tidak menentu
3) Apakah ada hambatan atau kendala selama melakukan latihan fisik?
Tidak ada
4) Apa manfat latihan fisik menurut keluarga?
Agar mengurangi rasa sakit yg dialami Tn.M
1. Keluarga Mengenal Masalah Kesehatan
Tidak mengetahui karna tidak pernah kontrol ke rumah sakit jadi tidak tahu
penyakitnya
2. Mengambil Keputusan merawat
Tidak ada
3. Keluarga Merawat
Tidak ada kemauan keluarga untuk mengetahui penyakitnya
4. Modifikasi Lingkungan
Menciptakan lingkungan yg nyaman bagi keluarga
5. Layanan Kesehatan
Tidak memiliki fasilitas kesehatan (bpjs, kis)
ANALISA DATA

N DATA DIAGNOSA
O
1 DS :
   Klien mengatakan nyeri Nyeri Kronis
lebih dari 3 bulan, pegal- (00133)
pegal, nyeri pada sendi

DO
- Klien tampak masih bisa
beraktivitas seperti
mengambil rumput hanya
saja jalannya agak
berbeda tidak seperti
biasanya.
- Pasien mengatakan
Nyeri di pergelangan
kaki di sebelah kanan
setelah beraktivitas
- Pasien mengatakan
nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- Nyeri Persendian kaki
disebelah kanan
- Dengan nyeri skala 5
- Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
.
.2. DS : Keluarga mengatakan Ketidakefektifan
tidak mengetahui cara pemeliharaan
penanganan rematik kesehatan (00099)

DO : Keluarga terlihat
kebingungan ketika ditanya cara
penanganan rematik
   DIAGNOSA
          

 Nyeri Kronis
 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
a. Skoring : Nyeri Kronis

Kriteria Skal Bobo Skoring Pembenaran


a t
Sifat masalah 3 1 3/3x1=1 Tn.M masih bisa melakukan aktivitas
1. Defisit seperti bekerja ringan
kesehatan: 3
2. Ancaman
kesehatan: 2
3. Krisis yang
dialami : 1
Kemungkinan masalah 2 1 2/2x1=1 Tn.M mengistirahatkan sejenak akan
dapat diubah tetapi jika nyerinya mulai terasa Tn.M
1. Mudah: 2 akan mengusahakan ke puskesmas
2. Sebagian: 1 terdekat
3. Tidak dapat: 0
Potensial masalah 2 1 2/3x1=2/ Tn.M mengatakan memulai untuk
untuk dicegah 3 mengurangi makanan pantangan
1. Tinggi: 3
2. Cukup: 2
3. Rendah: 1
Menonjolnya masalah 2 1 2/2x1=1 Tn.M tampak masih bersemangat untuk
1. Segera: 2 melakukan aktivitas, namun hanya saja
2. Tidak segera: 1 cara berjalan Tn.M berbeda dari
3. Tidak dirasakan: biasanya
0
Total 3 2/3
b. Skoring ; Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Kriteria Skal Bobo Skoring Pembenaran


a t
Sifat masalah 3 1 3/3x1=1 Tn.M kurang pengetahuan cara
4. Defisit penanganan rematik
kesehatan: 3
5. Ancaman
kesehatan: 2
6. Krisis yang
dialami : 1
Kemungkinan masalah 1 1 1/2x1=1/ Keluarga pasien belum mengetahui
dapat diubah 2 tentang rematik mulai dari pengertian,
4. Mudah: 2 penyebab, tanda dan gejala
5. Sebagian: 1
6. Tidak dapat: 0
Potensial masalah 2 1 2/3x1=2/ Penyakit rematik Tn.M tidak terlalu
untuk dicegah 3 parah dan Tn.M jika nyeri mulai terasa
4. Tinggi: 3 hanya menkonsumsi obat
5. Cukup: 2
6. Rendah: 1
Menonjolnya masalah 2 1 2/2x1=1 Keluarga menyadari jika nyeri mulai
4. Segera: 2 terasa bahwa maka harus segera
5. Tidak segera: 1 ditangani
6. Tidak dirasakan:
0
Total 2 2/3

- Diagnosa Keperawatan
Nyeri Kronis
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
II. Rencana Intervensi
INTERVENSI

NO Masalah Tujuan Evaluasi Intervensi


Keperawatan
TUM TUK Kriteria Standar
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan TUK 1 : Keluarga Tingkat nyeri Setelah dilakukan Manajemen nyeri
kunjungan mampu mengenal
(2102) edukasi proses (1400)
1x30menit gangguan masalah
keluarga mampu kesehatan setiap penyakit selama 3 x - Lakukan pengkajian
merawat yg di anggota keluarganya
20 menit maka tingkat nyeri komprehensif
derita Tn.M
TUK 2 : Keluarga pengetahuan klien yang meliputi lokasi,
mampu mengambil
meningkat dengan karakteristik,
keputusan untuk
tindakan kesehatan kriteria hasil : onset/durasi,
yg tepat
Nyeri yang dilaporkan frekuensi, kualitas,
TUK 3 : Keluarga (5) intensitas atau
mampu memberikan
Panjang nya episode beratnya nyeri dan
perawatan kepada
anggota keluarga yg nyeri (3) faktor pencetus.
sakit
Ekspresi nyeri wajah - Observasi adanya
TUK 4 : Keluarga
mampu (5) petunjuk non verbal
mempertahankan
mengenai
suasana rumah atau
memodifikasi ketidaknyamanan
lingkungan
terutama pada mereka
yg tidak dapat
TUK 5 : Keluarga
berkomunikasi secara
mampu
memanfaatkan efektif
fasilitas kesehatan
- Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yg ketat
- Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
- Gali pengetahuan
dan kepercayaan
pasien mengenai nyeri
- Pertimbangkan
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup pasien (misalnya
: tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan,
hubungan, performa
kerja dan tanggung
jawab peran)
- Gali bersama pasien
faktor-faktor yg dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
- Evaluasi pengalaman
nyeri dimasa lalu yg
meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yg
menyebabkan nyeri
disability/ketidakmam
puan/kecatatan dengan
tepat
- Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainnya,
mengenai efektivitas
tindakan pengontrolan
nyeri yg pernah
digunakan sebelumnya
- Bantu keluarga
dalam mencari dan
menyediakan
dukungan
- Gunakan metode
penilaian yg sesuai
dengan tahapan
perkembangan yg
memungkinkan untuk
memonitor perubahan
nyeri dan akan dapat
membantu
mengidentifikasi
faktor pencetus aktual
dan potensial
(misalnya : catatan
perkembangan, catatan
harian)
- Tentukan kebutuhan
frekuensi untuk
melakukan pengkajian
ketidaknyamanan
pasien dan
mengimplementasikan
rencana monitor
- Berikan informasi
mengenai nyeri,
seperti penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
- Kendalikan faktor
lingkungan yg dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya : suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising)
- Kurangi atau
eliminasi faktor-faktor
yg dapat mencetuskan
atau meningkatkan
nyeri (misalnya :
ketakutan, kelelahan,
keadaan menonton dan
kurang pengetahuan)
- Pertimbangkan
keinginan pasien untuk
berpastisipasi,
kemampuan
berpastisipasi,
kecenderungan
dukungan dari orang
terdekat terhadap
metode dan
kontraindikasi ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
- Pilih dan
implementasikan
tindakan yg beragam
(misalnya :
farmakologi, non
farmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri,
sesuai dengan
kebutuhan
- Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
- Pertimbangkan tipe
dan sumber nyeri
ketika memilih strategi
penurunan nyeri
- Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri nya
dengan tepat
- Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologi (seperti :
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi
bermain, terapi
aktivitas, akupressur,
aplikasi panas/dingin
dan pijatan, sebelum,
sesudah dan jika
memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yg
menimbulkan nyeri
sebelum nyeri terjadi
atau meningkat dan
bersamaan dengan
tindakan penurunan
rasa nyeri lainnya
- Gali penggunaan
metode farmakologi
yg dipakai pasien saat
ini untuk menurunkan
nyeri
- Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
- Dorong pasien untuk
menggunakan obat-
obatan penurun nyeri
yg adekuat
- Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
non farmakologi ,
sesuai kebutuhan
- Berikan individu
penurun nyeri yg
optimal dengan
peresepan analgesik
- Implementasikan
penggunaan pasien –
terkontrol analgesik
(PCA), jika sesuai
- Gunakan tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah berat
- Berikan obat
sebelum melakukan
aktivitas untuk
meningkatkan
partisipasi, namun
lakukan evaluasi
mengenai bahaya dari
sedasi
- Pastikan pemberian
analgesik dan atau
strategi non
farmakologi sebelum
dilakukan prosedur yg
menimbulkan nyeri
- Periksa tingkat
ketidaknyamanan
bersama pasien, catat
perubahan dalam
catatan medis pasien,
informasikan petugas
kesehatan lain yg
merawat pasien
- Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrolan nyeri yg
dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan
- Mulai dan modifikasi
tindakan pengontrol
nyeri berdasarkan
respon pasien
- Dukung
istirahat/tidur yg
adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
- Dorong pasien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyerinya,
sesuai kebutuhan
- Beri tahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
- Informasikan tim
kesehatan lain/anggota
keluarga mengenai
strategi
nonfarmakologi yg
sedang digunakan
untuk mendorong
pendekatan preventif
terkait dengan
manajemen nyeri
- Gunakan pendekatan
multi disiplin untuk
manajemen nyeri, jika
sesuai
- Pertimbangkan untuk
merujuk pasien,
keluarga dan orang
terdekat pada
kelompok pendukung
dan sumber-sumber
lainnya, sesuai
kebutuhan
- Berikan informasi yg
akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respon keluarga
terhadap pengalaman
nyeri
- Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurun nyeri, jika
memungkinkan
- Monitor kepuasaan
pasien terhadap
manajemen nyeri
dalam interval yg
spesifik
2. Ketidakefektif Setelah dilakukan TUK 1 : Keluarga Keefektifan Setelah dilakukan Dukungan keluarga
mampu mengenal skrining
an kunjungan 2x30 tindakan keperawatan (7140)
masalah kesehatan kesehatan
pemeliharaan menit keluarga keluarga (2807) 2x 30 menit, maka - Yakinkan keluarga
1. Keluarga
kesehatan mampu pemeliharaan bahwa pasien sedang
mengetahui
meningkatkan penyebab kesehatan klien diberikan perawatan
sering
pengetahuan membaik dengan terbaik
terbangun
tentang keluhannya saat tidur kriteria hasil : - Nilailah reaksi emosi
malam
- Identifikasi kondisi keluarga terhadap
berisiko tinggi yg kondisi pasien
umum di -Dengarkan
TUK 2 : Keluarga
mampu memutuskan komunitas (3) kekhawatiran,
masalah kesehatan
- Identifikasi kondisi perasaan dan
keluarga
1. Partisipasi yg bisa pertanyaan dari
dalam
mendapatkan keluhan keluarga
Keputusan
Perawatan manfaaat dari - Fasilitasi akan
Kesehatan
deteksi dini dan kekhawatiran/perasaan
pengobatan (3) antara pasien dan
- Mekanisme tindak keluarga atau antar
lanjut (3) anggota keluarga
TUK 3 : Keluarga
mampu merawat - Terima nilai yg
anggota keluarga
dianut keluarga
yang sakit
2. Perilaku Patuh dengan sikap yg tidak
menghakimi
- Jawab semua
pertanyaan dari
TUK 4 : Keluarga keluarga atau bantu
mampu
untuk mendapatkan
memodifikasi
lingkungan jawaban
3. Perilaku patuh
- Orientasikan
keluarga terkait
tatanan pelayanan
kesehatan, seperti
rumah sakit atau klinik
- Sediakan bantuan
TUK 5 : Keluarga
untuk memenuhi
mampu
memanfaatkan kebutuhan dasar
fasilitas pelayanan
keluarga seperti,
kesehatan
Perilaku Patuh tempat tinggal,
makanan, dan pakaian
- Identifikasi sifat
dukungan spiritual
bagi keluarga
- Identifikasi
kesepakatan terkait
harapan antara pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan
- Kurangi perbedaan
harapan antara pasien,
keluarga dan tenaga
kesehatan melalui
keterampilan
komunikasi
- Bantu anggota
keluarga dalam
mengidentifikasi dan
memecahkan konflik
nilai-nilai keluarga
- Hargai dan dukungan
mekanisme koping
adaptif yg digunakan
keluarga
- Berikan umpan balik
bagi keluarga terkait
koping mereka
- Beritahu anggota
keluarga mengenai
adanya keterampilan
koping tambahan yg
efektif untuk
digunakan
- Berikan pengetahuan
yang dibutuhkan bagi
keluarga untuk
membantu mereka
membuat keputusan
terkait pasien
- Libatkan anggota
keluarga dan pasien
dalam membuat
keputusan terkait
perawatan jika
memungkinkan
- Dukung pengambilan
keputusan dalam
merancanakan
perawatan jangka
panjang bagi pasien
yang bisa
mempengaruhi
struktur keuangan
keluarga
- Akui pemahaman
pasien terhadap
keputusan terkait
perawatan setelah
pulang dari rumah
sakit
- Bantu keluarga untuk
mendapatkan
pengetahuan
keterampilan dan alat
yang diperlukan untuk
mendukung keputusan
mereka tehadap
perawatan pasien
- Indikasi pasien jika
diperlukan
- Dukungan sertifitas
keluarga dalam
mencari informasi
sesuai kebutahan
- Sediakan
kesepakatan untuk
kunjungan bagi
keluarga besar jika
diperlukan
- Kenalkan keluarga
dengan keluarga lain
yang mengalami
masalah serupa jika
diperlukan
- Berikan perawatan
seperti yang diberikan
oleh keluarga untuk
membuat mereka
merasa lebih ketika
keluarga tidak bisa
memberikan
perawatan
- Rencana perawatan
lanjutan jika ada
indikasi dan
diinginkan
- Sediakan
kesepakatan untuk
dukungan kelompok
sebaya (peer grup
suport )
- Rujukpada ahli terapi
keluarga, jika
diperlukan
- Beritahu anggota
keluarga bagaimana
cara menghubungi
perawat
- Bantu anggota
keluarga melalui
proses berduka dan
kematian jika
diperlukan.

A. Rencana Intervensi

B. Implementasi

No Diagnosis Waktu Analisis intervensi Evaluasi Proses Paraf


keperawatan pelaksanaan
1 Nyeri kronis 08:00 Subyektif :
1. Memaparkan penkes tentang Klien mengatakan
pengertian rematik, penyebab mempunyai riwayat
rematik, tanda dan gejala rematik, rematik
cara mengurangi nyeri dan
memberikan terapi tradisional Obyektif :
2. Memberikan demonstrasi dengan
cara kompres hangat dengan - Klien tampak
menggunakan jahe agar termotivasi
mengurangi rasa nyeri dan dengan
bengkak melakukan
terapi kompres
hangat dengan
menggunakan
jahe

Asesmen :
- Intervensi
teratasi
sebagian
Planing :
- Intervensi
dilanjutkan

2. Ketidakefektifan 08:00 1. Memaparkan penkes tentang Subyektif :


pemeliharaan pengertian rematik, penyebab - Keluarga klien
kesehatan rematik, tanda dan gejala rematik, mengatakan
cara mengurangi nyeri dan paham tentang
memberikan terapi tradisional pengertian
2. Memberikan demonstrasi dengan rematik,
cara kompres hangat dengan penyebab, dan
menggunakan jahe agar tanda rematik
mengurangi rasa nyeri dan Obyektif :
bengkak - Keluarga klien
dapat
menyebutkan
materi yang saya
sampaikan
Asesmen :
- Intervensi
teratasi keluarga
klien paham
Planing :
- Intervensi
dihentikan

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan Pada Tn.M dengan Rheumatoid Artritis di Kp : Karajan, Ds :
Pangulah Selatan, Kec : Kotabaru, Kabupaten Karawang pada tahun 2021, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Hasil pengkajian klien Tn.M berumur 60 tahun didapatkan pasien mengalami rematik lebih dari 3 bulan, klien mengatakan
Pasien Nyeri sendi, pegal-pegal, dan sesekali pasien menanyatakan masalah yang di hadapinya. Pada klien Ny. E ditemukan 2
masalah keperawatan yaitu nyeri kronis, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang di temukan yaitu sesuai dengan teori yang
telah ada, berdasarkan dengan NANDA, NIC, NOC

B. Saran

Berdasarkan analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini peneliti akan menyampaikan beberapa saran diantaranya
:

1. Bagi Pasien

Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana menangani masalah Rematik dengan tindakan
yang benar sehingga masalah Rematik teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien terpenuhi.
2. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar tercipta perawat yng professional,
terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan

3. Manfaat bagi penulis

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Rematik

Anda mungkin juga menyukai