Anda di halaman 1dari 99

ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA UDARA AMBIEN

DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SPBU X


KECAMATAN TANJUNG MORAWA
TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh

BAYU PRATAMA TARIGAN


NIM: 151000479

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA UDARA AMBIEN
DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SPBU X
KECAMATAN TANJUNG MORAWA
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

BAYU PRATAMA TARIGAN


NIM: 151000479

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPST

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang beriudul 'Analisa

Kadar Timtral (Pb) Pada Udara Ambien dan Karakteristik Lingkungan di

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2Al9'beserta seluruh isinya

adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan pe,njiplakan atau

pengutipan dengan cara-eara yang tidak sesuai dengan etika keiirnuan yang

trerlaku dalam masvarakat keilmuan kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung

risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukaa

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari

pihak lain terhadap keaslian karya sa-va ini,

lv1edan, Mei 2019

w
Ba,vu Pratama Tarigan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Skripsi Analisa Kadar Timbal (Pb) pada Udara Arnbien
dan Karakteristik Lingkungan di SPBU X
Kecamatan Tanjung Morawa'fahun 20 1 9
Nama Mahasilva Bayu Pratama Tarigan
Nomor Induk Mahasistya 151000479
f)epartemen Kesehatan Lingkungan

Menyetujui
Komisi Pernbimbing:

Ketua

]'itP. 1968 1 101 1993032005

.1,.\.
/r' ^,. '\
rj ri
::-r (.t /'
:."i' '

'. a,'. a

Tanggal Lulus : 3i Mei 2019

1i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 31 Mei 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Indra Chahaya S, M.Si

Anggota : 1. Ir. Evi Naria, M.Kes.

2. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Perkembangan alat transportasi saat ini dianggap dapat mempermudah pekerjaan


manusia. Alat transportasi yang berkembang secara langsung juga ikut
meningkatkan jumlah volume kendaraan di jalan raya sehingga kemacetan kerap
kali menjadi suatu masalah yang tidak bisa dihindari. Pada tahun 2017, jumlah
kendaraan yang berada di Provinsi Sumatera Utara telah mencapai angka
7.094.015 unit. Kenaikan jumlah transportasi pada suatu kota, didukung juga
dengan peningkatan kasus pencemaran udara. Stasiun Pengisian Bahan bakar
Umum (SPBU) menjadi sebuah lokasi di mana berbagai jenis kendaraan
berkumpul untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM menyumbang kira-
kira 75% polutan di udara dengan salah satu zat kimia yang sering menyebabkan
pencemaran udara adalah timbal (Pb). Timbal dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar yang kurang sempurna pada mesin kendaraan sehingga gas buang hasil
pembakaran menyebabkan pencemaran udara. Tujuan penelitian untuk
mengetahui kadar timbal pada udara ambien serta karakteristik lingkungan di
SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa. Jenis penelitian menggunakan metode
survei dengan pendekatan deskriptif. Data univariat yang didapat dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian diperoleh kadar timbal pada udara ambien di lima titik
lokasi yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa belum melebihi baku
mutu persyaratan menurut PP 41 Tahun 1999, yaitu > 2 µg/Nm3 dengan nilai
kadar timbal tertinggi pada titik lokasi tempat pengisian bahan bakar dengan nilai
0,315 µg/Nm3 dan hasil pengukuran kadar timbal terendah pada titik lokasi jalan
raya dengan nilai 0,033 µg/Nm3. Karakteristik lingkungan SPBU yang terbagi atas
persyaratan tata letak lokasi dan standar operasi di SPBU telah memenuhi seluruh
persyaratan yang ada. Kepada pihak SPBU agar melakukan pemantauan lebih
lanjut terhadap kualitas udara yang ada di lingkungan SPBU serta
mempertahankan standar operasi SPBU dalam hal budaya mematikan mesin
kendaraan saat mengisi bahan bakar mengingat sifat timbal yang selalu akumulatif
di dalam tubuh manusia sebagai upaya pencegahan terjadinya keracunan timbal
pada pekerja.

Kata kunci: Timbal, udara, ambien, karakteristik, lingkungan

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

The development of transport nowadays is considered to be able to facilitate the


work of man. The directly developed means of transportation also increase the
volume amount of vehicles on the highway, thus traffic jams often become an
unavoidable problem. In 2017, the number of vehicles in the Province of North
Sumatra has reached 7.094.015 units. The increase in the number of
transportation in the city was also supported by the increase in air pollution
cases. Gas station becomes a location where various types of vehicles gather to
fill fuel oil. Fuel oil contributes to approximately 75% of pollutants in the air with
one of the chemicals that often cause air pollution is lead (Pb). Lead was
produced from the imperfect combustion of fuel on vehicle engines so that the
exhaust gas from the combustion results cause air pollution. The aim of the
research is to determine the levels of lead in ambient air as well as the
environmental characteristics at X Gas Station, Tanjung Morawa District. The
type of research uses a survey method with a descriptive approach. Univariate
data obtained are descriptively analyzed. The research results show levels of lead
in ambient air at five existing location points at X Gas Station, Tanjung Morawa
District have not exceeded the quality standard requirements under Government
Regulation Number 41 of 1999, that is > 2 µg/Nm3 with highest value of lead level
in the location point of the gas station with a value of 0.315 µg/Nm3 and the
lowest measurement result of lead level in the location point of the highway with a
value of 0,033 µg/Nm3. The environmental characteristics of the gas station that
are divided over location layout requirements and operating standards in the gas
station have met all the requirements. The gas station to carry out further
monitoring of the air quality in the gas station and maintain the operation
standards of gas stations given that the characteristic of lead is always
accumulative in the human body as efforts to prevent lead poisoning in workers.

Key words: Lead, air, ambient, characteristics, environmental

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. atas berkat

dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisa

Kadar Timbal (Ph) Pada Udara Ambien dan Karakteristik Lingkungan di

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2019 sebagai salah satu sy-arat

dalarn menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Mas,yarakat Universitas

Sumatera Utara.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalarn men-l,elesaikan

skripsi ini, tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

moril maupun materiil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sehesar-besamya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor {Jniversitas Sumatera

Utara.

2. Prof Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Liniversiias Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Tauf-rk Ashar. M.K.M., selaku Ketua Depaftemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masvarakat [Jniversitas Sumatera I itara.

4. Ir. Indra Chahaya S, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat

men,velesa-ikan skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ir. Evi Naria, M.Kes., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktunl,a untuk memberikan masukan terhadap skripsi i:ri.

dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan terha"dap skripsi ini.

7. Dra. Syarifah, M"S., selaku Dosen Pembimbing Akadenrik;,-ang telah

membimbing penulis selama masa perkuliahan.

8. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyaral<at Universitas

Sumatera Utara, khususn;,-a Departernen Kesehatan Ling:;kurigan yang telah

memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral kepada penulis selanra

mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera [.ltata-

9. T.Sianturi. selaku Pimpinan SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa yang telah

memberikan izin kepada penulis dalam penelitian serta manajer dan staf yang

juga turut membantu dalam proses pengumpulan data.

i0. Abner Tarigan, S.T." M.Si.. selaku Kepala UPT Laboratorium Lingkungan

Hidup Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang telah

memberikan izin kepada penulis dalam penelitian serla triepala seksi pengu.iian

dan analis laboratorium yang juga turut membantu da-larn proses

pengumpuian data.

v11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 1. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, yaitu Indano Tarigan dan Henny

Simanungkalit serta saudara penulis, ;,aitu Innyeke Youl;rnda Tarigan, S.E.

dan Michael Imrnanuel Tarigan atas doa dan kasih sayangnya seiama ini.

12.'fernan-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan 2015 dan Stambuk 2015

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak mendukung dan memberi semangat serta doa dan semua pihak yang

tidak bisa disebutkan satu per satu telah banyak membantu dan memberikan

ihikungan derri penyelesaian skripsi ini.

Penulis masih menyadari bahwa tugas skripsi ini mas,ih belum sempurna"

Cleh karena itu. kdtik dan saran 1,ang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan menuju ke arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberi

manfaat bagi siapapun yang membacan,va seda dapat menjacii sumber referensi

yang bermanfbat bagi ilmu pengetahuan.

ei 2019

Bayu PratamaTarigan

vl11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i


HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR ISTILAH xiv
RIWAYAT HIDUP xv

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Tujuan Umum 7
Tujuan Khusus 7
Manfaat Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 9
Timbal 9
Karakteristik Timbal 9
Kegunaan Timbal 9
Sumber Polusi Timbal 11
Toksisitas Timbal 12
Toksisitas Timbal Pada Anak 13
Toksisitas Timbal Pada Orang Dewasa 15
Mekanisme Toksisitas Timbal 15
Epidemiologi Toksisitas Timbal 16
Diagnosis Keracunan Timbal 17
Pencegahan dan Pengobatan Keracunan Timbal 17
Udara 18
Udara Ambien 18
Udara Emisi 19
Mekanisme Toksisitas Timbal Pada Udara 19
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU) 22
Definisi SPBU 22
Jenis-jenis SPBU 22
Tipe Lokasi SPBU 22
Penetapan Lokasi SPBU 23

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jenis Bahan Bakar di SPBU 24
Landasan Teori 25
Kerangka Konsep 28

METODE PENELITIAN 29
Jenis Penelitian 29
Lokasi dan Waktu Penelitian 29
Objek Penelitian 29
Definisi Operasional 30
Metode Pengumpulan Data 32
Metode Pengukuran 32
Metode Analisis Data 37

HASIL PENELITIAN 38
Gambaran Umum SPBU X Kecamatan Tj. Morawa 38
Hasil Pengukuran Timbal (Pb) Pada Udara Ambien 39
Karakteristik Lingkungan SPBU X Kecamatan Tj. Morawa 41
Pengaturan Waktu Beroperasi SPBU 41
Tipe Lokasi SPBU 42
Tata Letak Lokasi SPBU 42
Jumlah Kendaraan yang Mengisi Bahan Bakar 44
Jumlah Bahan Bakar yang Terjual Setiap Hari 46
Suhu Udara Saat Pengukuran Timbal Pada Udara Ambien 47
Kelembaban Udara Saat Pengukuran Timbal Pada Udara Ambien 49

PEMBAHASAN 51
Kadar Timbal Pada Udara Ambien di SPBU X Kecamatan Tj Morawa 51
Karakteristik Lingkungan SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 54
Tipe Lokasi SPBU 54
Tata letak lokasi SPBU 55
Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar 57
Jumlah bahan bakar yang terjual setiap hari 58
Suhu Udara Saat Pengukuran Timbal Pada Udara Ambien 58
Kelembaban Udara Saat Pengukuran Timbal Pada Udara Ambien 59

KESIMPULAN DAN SARAN 61


Kesimpulan 61
Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Komponen Timbal di dalam Asap Mobil 12

2 Limit Konsentrasi untuk Kandungan Timbal dalam


Udara, Makanan dan Minuman 13

3 Perbandingan Nilai Oktan, Nilai Cetane, Kadar Timbal dan


Sulfur Pada Setiap Jenis Bahan Bakar Kendaraan 24

4 Pembagian Jenis Bahan Bakar Minyak Berdasarkan Pulo Pompa 39


di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

5 Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) Pada Udara Ambien


di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 41

6 Hasil Obervasi Tata Letak Lokasi di SPBU X Kecamatan


Tanjung Morawa 43

7 Jumlah Kendaraan yang Mengisi Bahan Bakar dalam Kurun


Waktu 24 Jam di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 45

8 Jumlah Bahan Bakar Minyak yang Terjual Setiap Hari Selama


Bulan April 2019 di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 47

9 Hasil Pengukuran Suhu Udara di Lokasi Pengambilan Sampel


Timbal Pada Udara Ambien 48

10 Hasil Pengukuran Kelembaban Udara di Lokasi Pengambilan


Sampel Timbal Pada Udara Ambien 50

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Teori Simpul Kejadian Penyakit 26

2 Kerangka Konsep 28

3 Diagram Batang Hasil Pengukuran Kadar Timbal Pada


Udara Ambien di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 41

4 Grafik Jumlah Kendaraan yang Mengisi Bahan Bakar dalam


Kurun Waktu 24 Jam di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 46

5 Diagram Batang Hasil Pengukuran Suhu Udara di Lokasi


Pengambilan Sampel Timbal Pada Udara Ambien di SPBU
X Kecamatan Tanjung Morawa 49

6 Diagram Batang Hasil Pengukuran Kelembaban Udara di


Lokasi Pengambilan Sampel Timbal Pada Udara Ambien
di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa 50

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Denah Lokasi Pengambilan Sampel 68

2 Lembar Observasi Karakteristik Lingkungan 69

3 Dokumentasi Penelitian 70

4 Surat Permohonan Izin Penelitian 79

5 Surat Selesai Melakukan Penelitian 80

6 Surat Keterangan Hasil Pengujian Kadar Timbal


Pada Udara Ambien 81

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH

BBM Bahan Bakar Minyak


BSN Badan Standarisasi Nasional
EPA Environmental Protection Agency
HVAS High Volume Air Sampler
PPRI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
SNI Standar Nasional Indonesia
SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
SSA Spektrofotometer Serapan Atom
TEL Tetra Ethyl Lead
TML Tetra Methyl Lead
WHO World Health Organization

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bayu Pratama Tarigan berumur 22 tahun^ dilahirkan di

Pangkalan Brandan pada tanggal 16 September 1996. Penulis beragama Kristen.

snak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Indano Iarigan dan Ibu

Henny Simanungkali;.

Pendidikan fonnal dimulai di TK Dharma Patra Pangkalan Brandan tahui;

1001. Pendidikan sekolah dasar di SD Dharma Patra Pangkalen Brandan tahun

2002-2A07 kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Patra Mandiri

3 Palembang tahun 2A07-2008, Sekolah menengah pertama di SMP Patra lVlanciiri

I Palembang tahun 2008-201 1, Sekolah menengah atas di SNIA Xaverius 3

Palemhang lahun 20II-?A14, selanjutnya penulis melanjutker.n pendidikan di

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyaraka:

Universitas Sumatera Utara.

l'/oi2019

Bayu Pratama Tarigan

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Udara terdapat pada lapisan yang selalu mengelilingi bumi dalam bentuk

suatu campuran gas. Campuran ini bersifat variatif dan tidak konstan sifatnya. Air

(H2O) dan karbondioksida (CO2) adalah campuran gas yang konsentrasinya paling

bervariasi (Fardiaz, 1992).

Udara merupakan salah satu unsur lingkungan yang dapat memengaruhi

keadaan makhluk hidup saat beraktivitas di muka bumi. Udara menjadi salah satu

indikator yang mampu menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan di suatu

tempat. Selain udara, ada keterkaitan lain komponen lingkungan sebagai suatu hal

yang dapat memengaruhi kenyamanan makhluk hidup tinggal di suatu tempat.

Komponen yang dimaksud adalah suhu udara sekitar, kandungan gas dan partikel.

Kenyamanan makhluk hidup akan terganggu apabila suhu udara di suatu daerah

bersifat sangat dingin atau panas dan udara pada suatu lingkungan berbau busuk

serta mengandung debu yang banyak.

Atmosfir merupakan udara yang melingkupi bumi dan memiliki peran

yang sangat vital bagi kehidupan karena menyediakan oksigen untuk kebutuhan

makhluk hidup, yaitu bernafas. Manusia setiap tahunnya menghirup oksigen

sebanyak 8,5 juta kali dengan volume udara atmosfir sebanyak 4 juta liter.

Atmosfir memiliki fungsi lain, yaitu sebagai pencegah peningkatan suhu bumi

secara ekstrim serta membantu pendistribusian panas di bumi agar merata.

Atmosfir sering kali dicemari oleh manusia dan tidak dihargai keberadaannya

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

sehingga menjadi rusak dan mengancam kehidupan di muka bumi karena

kehilangan fungsinya yang sangat vital (Wiryono, 2013).

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan, pencemaran terbagi atas dua macam, yaitu

pencemaran alami dan pencemaran antropogenik. Pencemaran alami adalah

pencemaran yang berasal dari aktivitas dekomposisi bahan organik dan aktivitas

geologis seperti kejadian letusan gunung berapi. Pencemaran antropogenik adalah

pencemaran yang muncul akibat aktivitas manusia seperti penggunaan alat

transportasi dan bahan bakar, pertanian, pabrik industri dan rumah tangga.

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (Environmental

Protection Agency [EPA], n.d.) mengkategorikan lima sumber polutan

antropogenik, yaitu limbah padat, pembakaran bahan bakar, proses industri dan

lain-lain dengan sumber polutan utama, yaitu transportasi. Sepeda motor adalah

alat transportasi yang dominan digunakan oleh masyarakat Asia karena harganya

relatif murah. Sebanyak 890 unit sepeda motor baru terjual setiap hari di Kota

Jakarta sehingga sampai bulan Mei 2010, terhitung ada 8.087.118 unit sepeda

motor. Setiap harinya, 220 unit mobil baru bertambah sehingga menyebabkan

terjadinya kemacetan parah didukung dengan sistem transportasi massal yang juga

belum dikembangkan. Kemacetan akibat penumpukan jumlah kendaraan

menyebabkan bahan bakar yang digunakan mengalami inefisiensi dan

menimbulkan pencemaran udara.

Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera

Utara, jumlah kendaraan bermotor yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

tahun 2017 telah mencapai angka 7.094.015 unit dengan rincian kendaraan yang

di data, antara lain mobil penumpang, mobil bus, mobil gerobak dan sepeda motor

sebagai kendaraan dengan jumlah penyumbang angka tertinggi, yaitu sebanyak

6.162.974 unit (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara [BPS], 2018). Hal

ini menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor khususnya di daerah

perkotaan cenderung tinggi dan akan terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Kenaikan jumlah transportasi pada suatu kota, didukung juga dengan

peningkatan kasus pencemaran udara.

Pencemaran udara atau polusi udara umumnya terjadi pada daerah padat

penduduk dan banyak kegiatan industri seperti di kota besar sehingga

menimbulkan kekhawatiran baru pada masyarakat, yaitu dampak polusi udara

terhadap kesehatan masyarakat. Pada tahun 2004 sebanyak 32.300 jiwa di

Indonesia meninggal setiap tahun akibat masalah lingkungan, yaitu pencemaran

udara (World Health Organization [WHO], 2004). Hal ini menunjukkan bahwa

negara berkembang cenderung lebih sering menghadapi masalah pencemaran

udara daripada negara maju. WHO juga menyebutkan bahwa nilai ambang batas

pencemaran udara kota-kota di Asia sering melebihi baku matu yang telah

ditetapkan. Enam polutan yang serius mencemari udara menurut EPA, antara lain

ozon (O3), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOX),

partikulat (PM10 dan PM2,5) dan timbal.

Timbal (Pb) adalah salah satu polutan udara berbahaya yang bersumber

dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Timbal berbentuk logam

lembut, memiliki densitas tinggi serta mempunyai waktu paruh stabil sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

terdapat di bumi secara alami dan bebas dalam waktu yang sangat lama. Timbal

memiliki sifat racun yang dapat mengganggu sistem persarafan manusia dan

hewan apabila tertelan (Sembel, 2015).

Timbal mencemari udara dalam dua bentuk, yakni dalam bentuk partikel-

partikel dan gas. Tetraetil Pb dan tetrametil Pb adalah bahan aditif pada bensin

kendaraan bermotor yang dibakar sehingga menghasilkan gas timbal. Partikel-

partikel timbal di udara berasal dari pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb-okside serta

pembakaran arang (Fardiaz, 1992).

Pada awalnya komponen timbal yang berada di dalam bensin berbentuk

organik dan tidak menimbulkan bahaya polusi udara. Namun, karena proses

pembakaran bensin yang dilakukan oleh kendaraan bermotor, komponen timbal

pun diubah menjadi bentuk anorganik. Timbal anorganik diabsorpsi dalam tubuh

manusia sekaligus sebagai sumber utama timbal sering ditemukan pada saluran

pernafasan dan juga saluran pencernaan. Saluran pencernaan mengabsorpsi timbal

yang tertelan oleh manusia kira-kira sebanyak 5-10%. Kemudian, timbal yang

terhirup melalui hidung dan tertinggal dalam tubuh sebanyak 5% dari 30% yang

diabsorpsi melalui hidung. Sebanyak 90-95% timbal ditemukan di dalam tulang

dan setelah proses absorpsi awal.

Tulang merupakan tempat utama berkumpulnya timbal yang tertinggal

dalam tubuh dan objek yang sangat sulit untuk dianalisis kadar timbalnya

sehingga proses analisis konsentrasi timbal menggunakan urin atau darah

manusia. Darah merupakan indikator paling baik untuk dianalisis konsentrasi

timbalnya daripada urin. Konsentrasi timbal di dalam darah berkisar angka 60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

sampai dengan 100 µg per 100 ml darah dapat memicu munculnya gejala

keracunan timbal pada orang dewasa (Fardiaz, 1992).

Penelitian Aritonang tahun 2004 mengenai kadar timbal pada udara

ambien dengan lokasi SPBU di Kota Medan. Hasil yang didapat dari penelitian ini

adalah kadar timbal tertinggi pada terdapat di SPBU Jalan Menteng sebesar

0,1438 µg/Nm3, sedangkan pengukuran kadar timbal terendah terdapat di SPBU

Jalan Jamin Ginting sebesar 0,1218 µg/Nm3. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar

timbal pada udara ambien masih memenuhi syarat menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 1999, yaitu > 2 µg/Nm3. Namun, perlu menjadi perhatian lebih

lanjut bahwa kadar timbal di udara bersifat akumulatif dan akan terus bertambah

seiring meningkatnya jumlah volume kendaraan bermotor.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Syakbanah pada tahun 2015 yang

meneliti kadar timbal pada udara di Jalan Raya Sukomulyo dan Jalan Dr. Wahidin

Sudirohusodo, Kabupaten Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengukuran kadar timbal pada udara ambien di dua jalan raya sebesar 1,60 x 10-4

mg/m3 dan 1,69 x 10-4 mg/m3.

Reffiane dkk. (2011) melakukan penelitian kadar timbal pada udara

ambien di lima ruas jalan di Kota Semarang, yaitu Perempatan Bangkong,

Jatingaleh, Kalibanteng dan Kaligawe sebagai ruas jalan dengan tingkat kepadatan

lalu lintas kendaraan tinggi, sedangkan Kompleks Akpol Semarang sebagai

kontrol. Hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien didapat bahwa kadar

timbal yang melebihi nilai ambang batas terdapat di daerah Perempatan Bangkong

sebesar 2,41 µg/Nm³. Keadaan sesuai dengan kondisi riil dilapangan bahwa arus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

transportasi daerah Bangkong padat kendaraan yang didominasi oleh kendaraan

pribadi dan angkutan umum serta posisi perempatan di dekat pusat kota.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) merupakan

prasarana umum yang disediakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat luas

akan Bahan Bakar Minyak (BBM) (Risdiyanta, 2014). Berbagai macam

kendaraan biasanya berkumpul di tempat ini untuk mengisi bahan bakar minyak.

BBM menyumbang kira-kira 75% polutan di udara. Debu timbal terkandung di

dalam gas buang (emisi) setiap kendaraan bermotor di mana timbal merupakan

logam yang memiliki sifat tidak musnah saat terjadi pembakaran bensin dan

bersifat sangat beracun (Akhadi, 2014). Pada saat proses pengantrian di SPBU,

banyak kendaraan yang mengantri dalam keadaan tidak dimatikan mesinnya

sehingga emisi kendaraan tersebut pun keluar bersamaan dengan logam berbahaya

seperti timbal.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa terdapat 8 tempat pengisian BBM dengan waktu operasi SPBU

selama 24 jam sehingga berbagai macam kendaraan bermotor banyak mengantri

untuk mengisi BBM di SPBU ini. Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang kadar timbal pada udara

ambien dan karakteristik lingkungan di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dari penelitian ini adalah perlu diketahuinya kadar timbal (Pb)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

pada udara ambien serta karakteristik lingkungan di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui kadar timbal pada udara ambien serta

karakteristik lingkungan di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kadar timbal pada udara ambien yang berada di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa.

2. Mengetahui pengaturan waktu beroperasi di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa.

3. Mengetahui tipe lokasi SPBU yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa.

4. Mengetahui tata letak lokasi di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

5. Mengetahui pola pengaturan kendaraan saat pengisian bahan bakar di SPBU

X Kecamatan Tanjung Morawa.

6. Mengetahui jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam kurun waktu

24 jam di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

7. Mengetahui jumlah bahan bakar yang terjual setiap hari di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa.

8. Mengetahui suhu udara pada lokasi pengukuran kadar timbal di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa.

9. Mengetahui kelembaban udara pada lokasi pengukuran kadar timbal di SPBU

X Kecamatan Tanjung Morawa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa dalam upaya

pencegahan kejadian keracunan timbal yang berasal dari udara ambien.

2. Sebagai sarana dalam menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi

peneliti tentang timbal dan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh peneliti

selama di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang sehubungan dengan penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Timbal

Karakteristik timbal. Timbal merupakan logam yang secara alami

terdapat bebas di bumi dan memiliki waktu paruh sangat lama (stabil) sehingga

timbal sangat susah untuk dihilangkan. Timbal memiliki simbol senyawa Pb

dengan nomor atomnya, yaitu 82. Tingkat densitas yang tinggi, berbentuk logam

lembut, tahan korosi dan memiliki tingkat konduktivitas yang lemah juga

merupakan karakteristik dari logam timbal (Sembel, 2015). Polusi timbal dapat

terjadi melalui tanah, air maupun udara. Adapun sifat-sifat timbal, yaitu:

1. Titik cair yang rendah membuat timbal jika digunakan dalam bentuk cair

hanya menggunakan teknik yang cukup sederhana serta biaya yang tidak

mahal.

2. Timbal mudah diubah menjadi berbagai bentuk karena sifatnya sebagai logam

yang lunak.

3. Timbal memiliki sifat kimia di mana jika timbal kontak dengan udara lembab,

timbal berfungsi sebagai lapisan pelindung dari bahan-bahan korosif.

4. Plumbum murni memiliki perbedaan sifat dengan timbal sehingga

menyebabkan timbal mampu membentuk alloy dengan logam lain. (Fardiaz,

1992).

Kegunaan timbal. Timbal biasanya digunakan pada baterai penyimpanan

untuk mobil. Komponen yang dipakai untuk membuat timbal tersebut adalah

timbal metalik. Baterai penyimpanan yang digunakan pada mobil menggunakan

struktur inaktif terbuat dari alloy timbal dengan kadar timbal sebesar 93% dengan

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

sebutan grid. Struktur inaktif ini memiliki fungsi sebagai penyangga mekanik dari

komponen baterai yang aktif serta jalur dari suatu aliran listrik pada baterai.

Baterai memiliki dua bagian aktif yang mengandung timbal, yaitu timbal dioksida

(PbO2) dan grid tempat di mana logam timbal merekat. Beberapa produk logam

yang awalnya terbuat dari timbal murni diubah menjadi alloy timbal ke dalam

berbagai bentuk (Fardiaz, 1992).

Alloy mempunyai banyak kegunaan, beberapa diantaranya adalah sebagai

alarm api, pemadam kebakaran otomatis serta sekering listrik. Alloy memiliki titik

cair rendah, tetapi titik cair alloy tidak selamanya rendah karena ditentukan juga

dari komposisinya. Adapun salah satu contoh produk logam yang awalnya terbuat

dari timbal murni, lalu diubah menjadi alloy timbal adalah solder. Solder

mengandung 50-95% timbal, sedangkan sisanya adalah timah. Penggunaan

produk-produk anti karat seperti pipa harus menggunakan timbal karena timbal

berfungsi sebagai pelapis tempat-tempat cucian yang sering kontak dengan bahan-

bahan korosif. Kabel listrik yang dipakai di bawah permukaan air serta di dalam

tanah juga harus menggunakan pelapis timbal murni agar tidak terkena bahan-

bahan korosif. Pada proses pembuatan pelapis keramik, yaitu glaze, timbal juga

digunakan sebagai campuran yang berfungsi sebagai lapisan tipis gelas untuk

membuat keramik (Fardiaz, 1992).

Pada tahun 2000, di Amerika Serikat menggunakan timbal sebanyak 1,15

juta ton untuk keperluan pabrik kendaraan bermotor, elektroda baterai timbal dan

baterai mobil. Namun, dewasa ini penggunaan timbal di Amerika Serikat sudah

banyak berkurang terutama pada penggunaan cat, solder, bensin, pembuatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

baterai dan sistem air karena timbal sangat berbahaya terutama untuk golongan

rentan seperti anak-anak (Sembel, 2015).

Sumber polusi timbal. Polusi udara, khususnya timbal yang terjadi di

daerah perkotaan umumnya jauh lebih sering daripada daerah pedesaan. Jumlah

kendaraan yang terus meningkat di daerah perkotaan menyebabkan terjadinya

peningkatan jumlah timbal yang ada pada udara dari asap buangan kendaraan.

Timbal mencemari udara dengan dua bentuk, yakni bentuk partikel-partikel dan

gas. Tetraetil Pb dan tetrametil Pb adalah bahan aditif yang terdapat pada bensin

kendaraan bermotor di mana jika dibakar dapat menghasilkan gas timbal.

Kemudian, partikel-partikel timbal di udara berasal dari pabrik-pabrik alkil Pb dan

Pb-okside serta pembakaran arang (Fardiaz, 1992).

Pembakaran bensin merupakan polusi timbal yang terbesar dengan

berbagai komponen timbal dihasilkan, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO.

Selama pembakaran bensin, komponen-komponen timbal yang mengandung

halogen terbentuk karena cairan anti letupan yang mengandung scavenger kimia

sering ditambahkan ke dalam bensin. Bahan anti letupan aktif terdiri dari

tetrametil Pb atau Pb(CH3)4, tetraetil Pb atau Pb(C2H5)4 atau kombinasi dari

keduanya. Timbal yang tertinggal di dalam mesin ditambahkan scavenger agar

dapat bereaksi sebagai akibat dari pembakaran anti letupan serta akan membentuk

gas saat mesin dijalankan sehingga mesin terhindar dari kerusakan dan gas

tersebut akan keluar bersama bahan-bahan lain (Fardiaz, 1992). Adapun jenis dan

jumlah komponen timbal yang terdapat dalam asap mobil dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Tabel 1
Komponen Timbal di dalam Asap Mobil
Persen dari total partikel Pb di dalam asap
Komponen Pb Segera setelah di starter 18 jam setelah starter
PbBrCl 32,0 12,0
PbBrCl.2PbO 31,4 1,6
PbCl2 10,7 8,3
Pb(OH)Cl 7,7 7,2
PbBr2 5,5 0,5
PbCl2.2PbO 5,2 5,6
Pb(OH)Br 2,2 0,1
PbOx 2,2 21,2
PbCO3 1,2 13,8
PbBr2.2PbO 1,1 0,1
PbCO2.2PbO 1,0 29,6
Sumber: (Fardiaz, 1992).

Sumber pencemaran timbal pernah dilaporkan terjadi dalam minuman

beralkohol (wiski) yang diproduksi dan disimpan dalam wadah keramik yang

dilapisi glaze. Formulasi glaze keramik yang tidak tepat dan mengandung timbal

dapat larut dan membebaskan timbal dengan minuman berkadar asam tinggi

seperti sari buah apel dan jeruk. Timbal dalam konsentrasi kecil terkandung dalam

semua bahan pangan alami dan kandungan timbal akan bertambah selama proses

persiapan makanan. Makanan-makanan asam dapat melarutkan wadah

penyimpanan yang terbuat dari alloy timbal, keramik yang dilapisi glaze, alat-alat

makan dan peralatan masak (Fardiaz, 1992).

Toksisitas timbal. Keracunan timbal yang disebut dengan plumbism,

colica pictorum, saturnism, devon colic atau penyakit mulas pelukis (painter’s

colic) adalah keracunan logam yang memengaruhi perut, ginjal, tulang, jantung,

sistem reproduksi dan sistem persarafan sentral serta bersifat berbahaya bagi

manusia dan vetebrata. Adapun mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh,

yaitu melewati pernapasan, makanan dan kontak dengan kulit. Timbal tetraetil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

diabsorpsi dan disirkulasikan ke seluruh tubuh melalui sel-sel darah merah hingga

akhirnya timbal terkonsentrasikan di dalam hati dan ginjal, lalu disebarluaskan ke

tulang, gigi dan otak (Sembel, 2015).

Menurut Ragan dan Turner (2009) yang diadopsi oleh Pusat Pengendalian

dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat pada tahun 1991 serta WHO pada

tahun 1995, mengemukakan bahwa tingkat toksisitas timbal di dalam darah yang

mencapai 10 µg/dL atau lebih dapat membahayakan kesehatan dan

mengakibatkan amnesia. Dilaporkan juga bahwa kadar timbal yang ada dalam

darah tidak harus mencapai 10 µg/dL, pada kadar 3,6 µg/dL atau lebih sudah

menimbulkan gangguan kardiovaskular dan dapat memicu kematian (Sembel,

2015). Adapun limit konsentrasi yang direkomendasikan WHO untuk konsentrasi

timbal pada udara, makanan dan minuman terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2
Limit Konsentrasi untuk Kandungan Timbal dalam Udara, Makanan dan
Minuman
Bahan Limit Konsentrasi
Udara (µg/m3) 30-60
Makanan (mg/kg) 0,1-2,0
Minuman (mg/l) 0,05
Sumber: (Darmono, 2001).

Toksisitas timbal pada anak. Anak-anak yang hidup dan menetap di

kawasan kumuh dengan kondisi lingkungan buruk serta berumur sekitar 3 tahun

(belum sekolah) merupakan kelompok yang rawan terkena dampak toksisitas

timbal. Anak yang tinggal pada kondisi seperti ini biasanya tidak memiliki asupan

gizi yang cukup bagi tubuhnya ditambah lagi anak dengan kondisi seperti ini

biasanya mempunyai kebiasaan makan dan minum sembarangan yang telah

terkontaminasi timbal. Bayi dan anak-anak umumnya lebih sensitif terhadap daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

racun timbal dibandingkan orang dewasa karena anak-anak mengonsumsi

makanan dengan jumlah yang lebih banyak untuk setiap unit berat badannya

sehingga proses penyerapan timbalnya lebih intensif pada saluran pencernaan

serta organ-organ tubuh seperti otak, ginjal dan hati masih relatif muda dan akan

terus berkembang menurut Bolger dkk pada tahun 1996.

WHO pada tahun 2013 memperkirakan setiap tahunnya, kasus-kasus

ketidakmampuan intelektual pada anak-anak terjadi sebanyak 600.000 kasus dan

disertai dengan 143.000 kasus kematian yang disebabkan oleh keracunan timbal.

Hal ini menunjukkan bahwa toksisitas timbal menjadi suatu epidemi bagi anak-

anak yang tinggal di wilayah perkotaan. Anak-anak menjadi kelompok paling

rentan terhadap toksisitas timbal dikarenakan pada usia anak-anak, tingkat

penyerapan timbal cukup tinggi serta didukung dengan organ tubuh yang masih

sangat sensitif terutama bagian otak. Keracunan timbal pada anak-anak

menyebabkan anak-anak kehilangan ingatan jangka pendek, kesulitan membaca

dan mengeja, gangguan terhadap fungsi motorik penglihatan, daya tangkap dan

daya reaksi (Akhadi, 2014).

Pada waktu 1-6 minggu, gejala keracunan akut timbal pada anak belum

bisa dilihat. Gejala ini bisa dilihat setelah 6 minggu dengan tanda seperti hilang

nafsu makan, lalu diikuti rasa sakit perut dan muntah, berjalan sempoyongan, sulit

berbicara, ensepalopati dan akhirnya koma. Dietrich dkk. (1987) menyebutkan

bahwa berat bayi yang dilahirkan lebih rendah dibandingkan bayi normal pada

umumnya jika lahir dari ibu yang kadar timbalnya tinggi di dalam darah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Toksisitas timbal pada orang dewasa. Tempat kerja merupakan tempat di

mana kasus keracunan timbal sering terjadi pada orang dewasa. Setiap jenis

pekerjaan memiliki prevalensi kejadian yang bervariasi dan risiko biasanya

bersifat kronis. Gejala keracunan timbal muncul pada orang dewasa dengan tanda-

tanda, yaitu penderita terlihat pucat, sakit perut, konstipasi, muntah, anemia,

terlihat adanya garis biru di daerah gusi diatas gigi dan didapatnya gejala sulit

mengingat (sistem memori sangat kurang) serta gejala saraf lainnya.

Keracunan timbal pada orang dewasa sering terjadi pada daerah pedesaan

di negara yang sedang berkembang selain terjadi pada orang yang hidup di

perkotaan dan kawasan industri. Darah merupakan tempat di mana timbal

diabsorpsi sangat cepat oleh tubuh dan memengaruhi hampir setiap sistem yang

ada di dalam organ tubuh manusia. Sistem persyarafan manusia merupakan target

utama dari mekanisme toksisitas timbal di dalam tubuh manusia. (Darmono,

2001).

Mekanisme toksisitas timbal. Timbal merupakan logam toksik yang

memiliki sifat akumulatif di dalam tubuh manusia. Needleman pada tahun 1980

menyebutkan bahwa sistem persarafan merupakan target utama dari keracunan

timbal. Hal ini dapat dilihat dari organ-organ yang dipengaruhi akibat toksisitas

timbal. Adapun organ-organ yang dipengaruhi sistemnya, antara lain:

1. Sistem hemopoietik: Timbal dapat menyebabkan anemia karena timbal

menghambat sistem pembentukan hemoglobin.

2. Sistem saraf pusat dan tepi: Timbal dapat menyebabkan gangguan

ensefalopati dan gejala gangguan saraf perifer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

3. Sistem ginjal: Timbal dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia,

glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular.

4. Sistem gastrointestinal: Timbal dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.

5. Sistem kardiovaskular: Timbal dapat menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler pembuluh darah.

6. Sistem reproduksi: Timbal dapat menyebabkan kematian janin pada waktu

melahirkan pada wanita serta hipospermi dan teratospermia pada pria.

7. Sistem endokrin: Timbal dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan

fungsi adrenal.

Timbal bersirkulasi dalam darah setelah diabsorpsi dari usus, terutama

hubungannya dengan sel darah merah (eritrosit). Pertama timbal didistribusikan

ke dalam jaringan lunak seperti tubulus ginjal dan sel hati, tetapi berinkorporasi

dalam tulang, rambut dan gigi untuk di deposit (storage) di mana 90% deposit

terjadi dalam tulang dan hanya sebagian kecil yang tersimpan di dalam otak.

Timbal tidak akan menimbulkan gejala sakit saat masih terikat dalam tulang,

tetapi yang membuat timbal menjadi berbahaya ketika mengendap di dalam tulang

adalah terhambatnya proses absorpsi kalsium di mana terjadi proses pelepasan ion

atau molekul kalsium dari tulang yang menyebabkan terjadinya penarikan deposit

timbal dari tulang tersebut. Untuk mengurangi pengaruh negatif timbal pada

tulang, dapat dilakukan penambahan vitamin D dalam makanan (Darmono, 2001).

Epidemiologi toksisitas timbal. Toksisitas timbal secara kronis telah

banyak dilaporkan dalam penelitian epidemiologi toksisitas timbal. Penelitian ini

banyak dilakukan terhadap anak-anak dan juga orang dewasa serta penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

mengenai kadar timbal pada darah, kuku dan rambut. Pada tahun 1996, Carington

dkk melakukan penelitian mengenai analisis risiko diet yang mengandung timbal

pada ibu hamil. Dari studi epidemiologi toksisitas timbal yang pernah dilakukan,

dapat disimpulkan bahwa pengaruh toksisitas timbal berbeda menurut umur dan

kondisi penderita (Darmono, 2001).

Diagnosis keracunan timbal. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan

untuk menegakkan diagnosis keracunan timbal pada manusia selain melihat gejala

pada umumnya. Tes darah terhadap kadar timbal dan protoporfirin serta tes urin

terhadap kadar timbal dan koproporfirin merupakan beberapa tes laboratorium

yang dapat menunjukkan indikasi adanya keracunan timbal. Jika hasil yang

ditunjukkan positif terhadap toksisitas timbal, maka penentuan cara pengobatan

dapat segera dilakukan (Darmono, 2001).

Pencegahan dan pengobatan keracunan timbal. Pencegahan dan upaya

menghindari bahaya racun timbal dapat dilakukan dengan cara meningkatkan

frekuensi untuk mencuci tangan, mengonsumsi zat besi dan kalsium, melarang

anak-anak meletak tangannya ke dalam mulut, membersihkan rumah setiap hari

dan menghilangkan bahan-bahan yang mengandung timbal di dalam rumah

seperti pergantian pipa timbal. Anak-anak yang tinggal di daerah perindustrian

perlu dianalisis kadar timbal di dalam darahnya agar anak-anak yang memiliki

kadar timbal diatas baku mutu yang telah ditetapkan bisa dilakukan upaya

pengobatan secepat mungkin guna menegakkan strategi pencegahan dalam dunia

kedokteran. US Environmental Protection Agency pada tahun 2008 telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

mengeluarkan peraturan tentang pembatasan kadar timbal dalam cat, peralatan

rumah tangga dan mainan anak-anak sampai pada angka 0,15 µg/m3 udara.

Menurut Henretig pada tahun 2006 dan Kosnett pada tahun 2007,

chelation therapy merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah keracunan timbal. Pengobatan keracunan timbal juga

dikemukakan oleh Mycyk pada tahun 2005 dengan cara pengurangan zat besi,

kalsium dan seng yang berasosiasi dengan peningkatan absorpsi timbal.

Udara

Udara adalah suatu campuran gas pada lapisan yang selalu mengelilingi

bumi serta dapat memengaruhi keadaan makhluk hidup saat beraktivitas. Produk

sampingan dari proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah

tanaman dan kebakaran hutan selalu membebaskan karbon monoksida (CO),

hidrogen sulfida (H2S) dan sulfur dioksida (SO2) yang merupakan polutan alami

dari alam. Polusi udara tidak hanya disebabkan oleh aktivitas alam saja, tetapi

aktivitas manusia juga turut andil dalam munculnya polusi udara pada suatu

lingkungan (Fardiaz, 1992).

Udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI)

Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, definisi udara

ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang berada di dalam wilayah

yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan serta memberikan pengaruh bagi

kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Udara

ambien terdiri dari gas nitrogen sebanyak 78%, gas oksigen sebanyak 20%, gas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

argon sebanyak 0,93% dan gas karbon dioksida sebanyak 0,03% pada keadaan

normal.

Udara emisi. Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) tahun 2016,

yang dimaksud dengan udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh

knalpot kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik sebagai sumber

emisi pada udara. Definisi emisi menurut PP RI Nomor 41 Tahun 1999 adalah

zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang

masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai

dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber pencemar udara yang

didapat dari proses pembakaran bahan bakar. Emisi dari kendaraan bermotor

pada umumnya mengandung banyak bahan pencemar berbahaya. Timbal

merupakan logam berat berbahaya yang berasal dari kendaraan bermotor dan

sering mencemari udara (BSN, 2016).

Mekanisme toksisitas timbal pada udara. Toksisitas timbal di udara

muncul akibat mobilitas masyarakat modern didukung dengan banyaknya

kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan raya. Jumlah kendaraan bermotor

terus meningkat diikuti juga dengan kenaikan jumlah konsumsi atau

pembakaran BBM dalam bentuk bensin ataupun solar. Kenaikan konsumsi

BBM ini diikuti pula dengan semakin meningkatnya jumlah polutan sisa

pembakaran BBM yang dilepas ke lingkungan, terutama udara sehingga

penurunan kualitas udarapun terjadi di daerah perkotaan yang padat lalu lintas

dan industri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Bahan bakar bensin adalah senyawa hidrokarbon dengan kandungan

oktana dan iso-oktana yang tinggi. Senyawa hidrokarbon yang disebut dengan

bilangan oktana berfungsi sebagai parameter untuk menentukan kualitas

bensin. Iso-oktana pertama kali ditemukan pada tahun 1927. Senyawa ini

menghasilkan bunyi ketukan (knocking) pada mesin mobil hanya dengan

kompresi tinggi saja. Hal ini menyebabkan senyawa iso-oktana disebut sebagai

bahan bakar terbaik pada saat itu. Angka oktan yang menunjukkan angka 100

mempunyai arti bahwa bensin yang diukur setara dengan iso-oktana murni.

Angka oktan yang menunjukkan angka 80 mempunyai arti bahwa bensin

terdiri dari dua campuran, yaitu 20 persen heptana dan 80 persen iso-oktana.

Oleh karena relatif sulit dibakar, senyawa heptana dianggap sebagai bahan

bakar paling buruk.

Bahan bakar bensin diberi senyawa anti ketukan (anti knocking

compound) yang merupakan senyawa aditif untuk menaikkan angka oktana

dari suatu bensin. Produsen bensin biasanya mencampur atau menambahkan

senyawa tertentu ke dalam bensin agar lebih mudah terbakar sehingga

memungkinkan mobil berlari lebih kencang. Tetra Ethyl Lead (TEL), yaitu

senyawa anti ketukan pertama dengan rumus kimia (CH 3CH2)4Pb ditemukan

pada tahun 1922 oleh T.Midgley dan Bold. Senyawa aditif lainnya yang

ditemukan adalah jenis Tetra Methyl Lead (TML). Penambahan senyawa

tersebut dapat menaikkan kekuatan bensin hingga 10 oktana.

Unsur timbal terdapat di dalam bahan aditif seperti TEL dan TML.

Unsur timbal digunakan untuk meningkatkan nilai oktana BBM. Mobil enam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

silinder dengan angka kompresi tinggi dapat berlari kencang jika nilai oktana

bensin yang digunakan mencapai 98 serta kaya akan timbal.

Pencemaran udara terjadi akibat 75 persen polutan yang berasal dari

pemakaian BBM dan 25 persen lainnya berasal dari sumber pencemar lain.

Setiap kendaraan bermotor mengeluarkan gas buang (emisi) yang mengandung

debu timbal. Unsur timbal merupakan logam yang sangat beracun dan tidak

musnah saat terjadi pembakaran bensin.Timbal dapat terakumulasi dalam tanah

selama berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun dan tidak akan terurai secara

biologis menjadi zat-zat lain yang tidak berbahaya di lingkungan.Timbal sisa

pembakaran bensin akan tetap tinggal di dalam mesin sekitar 25 persen,

sedangkan 75 persen lainnya akan keluar bersama asap knalpot sehingga

mencemari udara ambien.

Pembakaran BBM merupakan salah satu sumber utama pencemaran

timbal di udara karena mesin kendaraan transportasi tidak membakar semua

bahan bakarnya sehingga timbal yang telah diberi bahan aditif menjadi mudah

menguap dan keluar melalui silinder mesin knalpot buangan. Unsur timbal

telah mencemari berbagai tempat di muka bumi ini dan sulit untuk

dihilangkan, maka gangguan kesehatan yang mungkin muncul akibat toksisitas

timbal juga tidak dapat dikurangi. Penggunaan BBM di masa lalu

menyebabkan debu dari tanah sekitar jalan raya sudah tercemar oleh timbal

meskipun penggunaan bensin bertimbal telah dilarang, tetapi dampak dari

timbal tidak akan menghilang (Akhadi, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU)

Definisi SPBU. Menurut Risdiyanta (2014) Stasiun Pengisian Bahan

Bakar Umum (SPBU) merupakan sebuah tempat prasarana umum yang

menyediakan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan bahan bakar alat transportasi. Salah satu distributor BBM yang

berada di Indonesia adalah Pertamina. SPBU Pertamina menyediakan lima jenis

BBM yang berlaku pada setiap SPBU yang ada di Indonesia, antara lain BBM

premium bersubsidi (RON 88), Pertamax (RON 92), Pertamax Plus (RON 95),

solar, serta solar Pertamina DEX.

Jenis-jenis SPBU. Berdasarkan pengelompokkan jenis SPBU oleh PT

Pertamina, terdapat tiga jenis SPBU yang beroperasional di Indonesia, antara lain:

A. SPBU COCO (Corporate Owned Corporated Operated) merupakan SPBU

yang sepenuhnya milik Pertamina dalam hal ini Pertamina Ritel.

B. SPBU CODO (Corporate Owned Dealer Operated) merupakan SPBU yang

terbentuk hasil kerjasama antara pihak swasta dengan PT Pertamina dalam

suatu hal seperti kepemilikan lahan.

C. SPBU DODO (Dealer Owned Dealer Operated) merupakan SPBU yang

membeli lisensi merk PT Pertamina, tetapi sepenuhnya dimiliki oleh swasta.

Tipe lokasi SPBU. PT Pertamina membuat persyaratan dalam

pembangunan sebuah SPBU di mana luas SPBU yang dibangun nantinya

tergantung dengan letak lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU.

Adapun tipe lokasi SPBU ini dikelompokkan menjadi tiga tipe, antara lain:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

A. SPBU Tipe A: SPBU ini dibangun dengan syarat luas minimum lahan adalah

1800 m2, lebar muka lahan SPBU minimum 20 meter, lebar samping lahan

SPBU minimum 90 meter dan perkiraan volume penjualan bahan bakar yang

dihasilkan > 35 kiloliter.

B. SPBU Tipe B: SPBU ini dibangun dengan syarat luas minimum lahan adalah

1500 m2, lebar muka lahan SPBU minimum 20 meter, lebar samping lahan

SPBU minimum 75 meter serta perkiraan volume penjualan bahan bakar yang

dihasilkan > 25 kiloliter dan ≤ 35 kiloliter.

C. SPBU Tipe C: SPBU ini dibangun dengan syarat luas minimum lahan adalah

1500 m2, lebar muka lahan SPBU minimum 20 meter, lebar samping lahan

SPBU minimum 65 meter serta perkiraan volume penjualan bahan bakar yang

dihasilkan > 20 kiloliter dan ≤ 25 kiloliter.

Penetapan lokasi SPBU. Penetapan lokasi sebuah SPBU dibuat

berdasarkan standar bangunan SPBU yang ditetapkan oleh PT Pertamina, antara

lain :

A. Jalan masuk dan keluar mudah untuk berbelok ke tempat pompa, mudah ke

tempat antrian dekat pompa dan mudah untuk berbelok pada saat keluar dari

tempat pompa.

B. Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh saling bersilangan.

C. Jumlah lajur masuk minimal dua lajur.

D. Lajur keluar minimal tiga jalur atau sama dengan lajur pengisian BBM.

E. Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 meter.

F. Mesin kendaraan dimatikan pada saat pengisian bahan bakar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Jenis Bahan Bakar di SPBU. PT Pertamina merupakan perusahaan yang

mengelola dan menjual berbagai jenis bahan bakar kendaraan yang ada di

Indonesia. Pertamina memasarkan BBM retail untuk sektor transportasi, rumah

tangga dan nelayan melalui SPBU yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Pertamina menyediakan beberapa jenis bahan bakar untuk pasar BBM retail

dengan jenis bahan bakar yang biasa dijual di SPBU, antara lain Biosolar,

Premium, Pertalite, Pertamina Dex, Pertamax dan Dexlite. Setiap bahan bakar

yang dijual memiliki nilai oktan dan nilai cetane Nilai oktan pada suatu bahan

bakar bermesin bensin berfungsi untuk menunjukkan persentasi dari iso-butana

yang terkandung pada campuran iso-oktana dan heptana pada kondisi operasi

mesin yang standar, sedangkan nilai cetane pada bahan bakar bermesin diesel

berfungsi untuk untuk mengukur seberapa cepat bahan bakar mulai untuk terbakar

dalam mesin bertekanan. Selain nilai oktan dan nilai cetane, dalam suatu bahan

bakar terdapat juga beberapa unsur kimia seperti timbal dan sulfur yang harus

selalu dipantau kadarnya di dalam suatu lingkungan. Berikut uraian mengenai

nilai oktan dan nilai cetane pada setiap bahan bakar pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3
Perbandingan Nilai Oktan, Nilai Cetane, Kadar Timbal dan Sulfur Pada Setiap
Jenis Bahan Bakar Kendaraan
Jenis Bahan Bermesin Nilai Nilai Kadar Kadar
Bakar Bensin/Diesel Oktan Cetane Timbal Sulfur
(RON) (gram/liter) (ppm)
Biosolar Diesel - 48 - 2500
Premium Bensin 88 - 0,013 500
Pertalite Bensin 90 - - 188
Pertamina Diesel - 53 - 500
Dex
Pertamax Bensin 92 - 0,013 500
Dexlite Diesel - 51 - 1200
Sumber: (Pertamina Industrial Fuel Marketing, n.d.).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Landasan Teori

Menurut Achmadi (1987), paradigma kesehatan lingkungan merupakan

hubungan interaksi antara manusia komponen lingkungan yang memiliki potensi

bahaya penyakit dengan manusia. Paradigma tersebut dapat menggambarkan

bagaimana patogenesis penyakit berbasis lingkungan yang dijabarkan ke dalam

lima simpul utama, yaitu:

1. Simpul 1 (Sumber Penyakit). Titik yang menyimpan dan/atau menggandakan

agen penyakit serta mengeluarkan agen penyakit secara konstan maupun

sewaktu-waktu mengeluarkan satu atau lebih berbagai agen penyakit.

2. Simpul 2 (Media Transmisi Penyakit). Media transmisi merupakan cara agen

penyakit menimbulkan potensi kejadian penyakit melalui suatu perantara

yang ada pada lingkungan. Agen penyakit dapat dipindahkan oleh komponen

lingkungan melalui lima media transmisi penyakit.

3. Simpul 3 (Perilaku Pemajanan/Behavioural Exposure). Perilaku pemajanan

digunakan untuk mengukur hubungan komponen lingkungan dengan

penduduk beserta perilakunya. Hubungan ini dilihat berdasarkan berapa

banyak jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang

mengandung bahaya penyakit. Agen penyakit yang telah masuk ke dalam

tubuh manusia tidak dapat diukur besaran agen penyakit tersebut secara

langsung. Agen penyakit dapat diukur secara tidak langsung di dalam tubuh

manusia dengan melihat tanda biologi atau biomarker.

4. Simpul 4 (Kejadian Penyakit). Kejadian penyakit merupakan dampak yang

ditimbulkan dari suatu agen penyakit terhadap kesehatan manusia. Dampak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

kesehatan yang muncul akibat paparan agen penyakit pada suatu lingkungan,

yaitu dampak akut, subklinik, samar dan sehat (seimbang).

5. Simpul 5 (Variabel Suprasistem). Variabel suprasistem merupakan variabel

tambahan seperti iklim, topografi dan temporal yang dapat memengaruhi

kejadian suatu penyakit pada suatu tempat.

Teori simpul dapat dijelaskan melalui gambar yang terdapat di bawah ini.

Gambar 1. Teori simpul kejadian penyakit

Landasan teori menurut Achmadi (1987) berbagai simpul kejadian

penyakit yang dapat memengaruhi kesehatan, penerapan mengenai teori simpul

terhadap perumusan masalah yang ada pada penelitian ini, yakni:

1. Simpul 1 (Sumber Penyakit) : Sumber penyakit yang dimaksud dalam

peneltiian ini adalah timbal yang berada di lingkungan kerja SPBU.

2. Simpul 2 (Media Transmisi Penyakit): Media transmisi penyakit yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah udara ambien yang terdapat di sekitaran

lingkungan kerja SPBU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3. Simpul 3 (Perilaku Pemajanan Manusia) : Perilaku pemajanan manusia yang

dilihat pada penelitian ini, yaitu perilaku petugas operator yang berada di

lingkungan SPBU dalam hal menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) guna

mengurangi paparan terhadap timbal yang ada pada udara ambien.

Pengukuran agen penyakit bisa menggunakan biomarker tubuh manusia

seperti darah, urin dan rambut.

4. Simpul 4 (Kejadian Penyakit) : Kejadian penyakit merupakan dampak dari

paparan timbal bagi kesehatan tubuh petugas SPBU. Dampak paparan yang

ditimbulkan oleh tubuh jika timbal telah melebihi ambang batas, yaitu

anemia, sakit perut, naiknya tekanan darah (gejala hipertensi) serta kerusakan

otak dan ginjal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Kerangka Konsep

Memenuhi
Syarat
Pemeriksaan Kadar
SPBU Timbal Pada Udara
Ambien SPBU
Tidak
Memenuhi
Syarat

Karakteristik Lingkungan
SPBU:
1. Pengaturan waktu
beroperasi SPBU
2. Tipe lokasi SPBU
3. Tata letak lokasi
SPBU
4. Pengaturan
kendaraan saat
pengisian bahan
bakar di SPBU
5. Jumlah kendaraan
yang mengisi bahan
bakar dalam 24 jam.
6. Jumlah bahan bakar
yang terjual setiap
hari.
7. Suhu udara
8. Kelembaban udara
Gambar 2. Kerangka konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan

deskriptif untuk menganalisis kadar timbal pada udara ambien serta karakteristik

lingkungan yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian dilaksanakan pada sebuah Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Umum (SPBU) bernomor seri X di Kecamatan Tanjung Morawa.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini, antara lain:

1. Belum pernah dilakukan penelitian pengukuran kadar timbal (Pb) baik pada

udara ambien maupun karakteristik lingkungan SPBU tersebut.

2. SPBU ini memiliki waktu operasi selama 24 jam sehingga banyak dilalui

kendaraan-kendaraan seperti truk, bus lintas provinsi, angkutan umum, mobil

pribadi serta sepeda motor yang di dukung dengan lokasinya yang terdapat di

jalan besar (jalan lintas luar kota).

3. SPBU ini memiliki antrian kendaraan yang sangat padat saat pengisian bahan

bakar bensin di waktu tertentu.

Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan mulai Bulan Januari 2019

sampai dengan Mei 2019.

Objek Penelitian

Adapun objek penelitian adalah kadar timbal pada udara ambien sebuah

SPBU di Kecamatan Tanjung Morawa yang diambil pada lima titik atau tempat

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30

berbeda, antara lain :

− Pintu masuk antrian kendaraan.

− Tempat pekerja SPBU mengisi bahan bakar kendaraan.

− Ruang istirahat pekerja SPBU.

− Pintu keluar antrian kendaraan.

− Jalan raya di sekitar lokasi SPBU.

Pengambilan timbal di udara ambien mengunakan alat High Volume Air

Sampler (HVAS) pada ketinggian 1,5 meter.

Definisi Operasional

SPBU. Lokasi pengisian bahan bakar minyak untuk transportasi di mana

tempat penelitian ini dilakukan.

Pengaturan waktu operasi SPBU. Waktu yang digunakan oleh SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa dalam beroperasi selama satu hari kerja.

Tipe lokasi SPBU. Syarat pembangunan sebuah SPBU yang ditetapkan

oleh Pertamina berdasarkan luas lahan yang dimiliki dan dibagi ke dalam tiga

tipe.

Tata letak lokasi SPBU. Penataan lokasi dari SPBU tempat penelitian

yang dilihat dari karakter lingkungan sekitar (letak pintu masuk, pintu keluar dan

sirkulasi atau jalur masuk dan keluar) berdasarkan standar yang telah ditetapkan

Pertamina.

Pengaturan kendaraan saat pengisian bahan bakar di SPBU. Pola

pengaturan kendaraan yang mengisi bensin, tetapi tidak mematikan mesin

kendaraannya di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam 24 jam. Jumlah

kendaraan yang berhenti untuk mengisi bahan bakar di SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa dalam waktu 24 jam.

Jumlah bahan bakar yang terjual setiap hari. Jumlah keseluruhan

penjualan bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa dalam kurun

waktu satu bulan terakhir.

Suhu udara. Suhu udara di sekitar lingkungan SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa yang diukur dengan alat termometer dan dalam satuan derajat

Celcius pada waktu pengukuran.

Kelembaban udara. Kelembaban udara yang ada di sekitar lingkungan

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa yang diukur dengan alat hygrometer dan

dalam satuan persen pada waktu pengukuran.

Pemeriksaan kadar timbal pada udara ambien di SPBU. Udara ambien

yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa pada saat penelitian diperiksa

ke laboratorium untuk dianalisis kadar timbalnya.

Memenuhi syarat. Pengukuran kadar timbal pada udara ambien di SPBU

X Kecamatan Tanjung Morawa belum melewati baku mutu yang tertera pada

PPRI Nomor 41 Tahun 1999, yaitu < 2 µg/Nm3.

Tidak memenuhi syarat. Pengukuran kadar timbal pada udara ambien

melewati baku mutu yang tertera pada PPRI Nomor 41 Tahun 1999, yaitu > 2

µg/Nm3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran kadar timbal

pada udara ambien menggunakan alat HVAS dan Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) oleh UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup

Provinsi Sumatera Utara. Kemudian, analisis karakteristik lingkungan SPBU

dilihat dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, data jumlah

penjualan bahan bakar dari buku penjualan milik SPBU, buku-buku dan jurnal

penelitian terdahulu.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran kadar timbal pada udara ambien berdasarkan

SNI 7119-4:2017. Standar ini dirumuskan dalam rangka menyeragamkan teknik

pengujian kualitas udara ambien. Standar Nasional Indonesia (SNI) ini dapat

diterapkan untuk teknik pengujian parameter timbal (Pb) sebagaimana tercantum

dalam peraturan kualitas udara ambien.

A. Prinsip

Partikel di udara ambien ditangkap dengan menggunakan alat High

Volume Air Sampler (HVAS) dan media penyaring atau filter. Timbal yang

terkandung di dalam partikel tersuspensi tersebut didestruksi dengan pelarut asam,

kemudian diukur dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) nyala.

B. Bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

− Larutan asam nitrat (HNO3) dengan perbandingan 2:98. Pertama, masukkan

200 ml air bebas mineral ke dalam gelas piala berukuran 1.000 ml, lalu

tambahkan HNO3 pekat sebanyak 20 ml ke dalam gelas tersebut. Kemudian

tambahkan lagi dengan air bebas mineral hingga tanda pada larutan telah

menunjukkan volume 1.000 ml, lalu larutan dihomogenkan.

− Larutan asam klorida (HCl) dengan perbandingan 1:2. Pertama, masukkan

300 ml air bebas mineral ke dalam gelas piala berukuran 1.000 ml, lalu

tambahkan 300 ml HCl pekat ke dalam gelas tersebut. Kemudian tambahkan

lagi dengan air bebas mineral hingga tanda pada larutan telah menunjukkan

volume 900 ml, lalu larutan dihomogenkan.

− Gas asetilen.

− Air bebas mineral.

− Hidrogen peroksida (H2O2) pekat.

− Larutan induk timbal (Pb) 1.000 µg/ml.

C. Peralatan

− Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) nyala.

− Pemanas listrik yang dilengkapi dengan pengatur suhu.

− Labu ukur 50 ml; 100 ml dan 1.000 ml.

− Gelas piala 200 ml atau 250 ml dan 1.000 ml.

− Gelas ukur 100 ml dan 1000 ml.

− Pipet volumetrik.

− Kaca arloji.

− Filter (kertas saring) berpori 80 µm dengan diameter 125 mm atau 110 mm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

− Gunting yang terbuat dari keramik atau plastik.

− Corong gelas.

Catatan: Semua peralatan gelas yang digunakan harus bebas logam berat dengan

cara direndam dengan asam nitrat 5% selama 12 jam, kemudian dibilas dengan

air bebas mineral.

D. Persiapan Pengujian

1. Pembuatan larutan standar timbal (Pb) 100 µg/ml

a) Pipet 10 ml larutan induk timbal 1.000 µg/ml dan masukkan ke dalam

labu ukur 100 ml.

b) Tambahkan air bebas mineral sampai tepat pada tanda tera, lalu

homogenkan.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

a) Buat deret larutan kerja dalam labu ukur 50 mL dengan 1 (satu)

blanko dan minimal 3(tiga) kadar yang berbeda secara proporsional

dan berada pada rentang pengukuran,dimana standar larutan kerja

terendah merupakan limit deteksi metode;

b) Atur alat spektrofotometer serapan atom (SSA) nyala dan optimalkan

sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar Pb;

c) Aspirasikan larutan deret standar satu persatu ke dalam alat SSA nyala

melalui pipa aspirator, kemudian baca dan catat masing-masing

serapannya;

d) Buat kurva kalibrasi antara serapan dan konsentrasi Pb.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

3. Pengujian Contoh Uji

a) Siapkan kertas filter terpapar debu yang berasal dari pengujian total

partikulat tersuspensi (TSP) sesuai dengan SNI 7119-3.

b) Ukur dan catat panjang dan lebar filter yang terpapar debu (mm)

hitung luasnya (mm2) .

c) Potong kertas filter menjadi empat bagian yang sama kemudian hitung

dan catat luasnya (mm2).

d) Ambil satu bagian kertas filter tersebut sebagai contoh uji dan

masukkan ke dalam gelas piala 200 ml (diberi kode “A”).

e) Tambahkan 60 ml larutan HCl dengan perbandingan 1:2.

f) Tambahkan 5 ml H2O2 pekat dan tutup mulut gelas piala “A” dengan

kaca arloji.

g) Letakkan gelas piala “A” di atas pemanas listrik, panaskan contoh uji

selama kurang lebih satu jam pada temperatur 105oC.

h) Turunkan contoh uji dari pemanas dan biarkan hingga mencapai suhu

kamar.

i) Tambahkan kembali 5 ml H2O2 pekat dan lanjutkan pemanasan gelas

piala bertutup kaca arloji di atas pemanas listrik selama 30 menit.

j) Dinginkan contoh uji dan kemudian bilas kaca arloji dengan air bebas

mineral.

k) Saring contoh uji dengan kertas saring, residu kertas saring tetap

terdapat dalam gelas piala “A” dan tampung filtrat gelas piala 200 ml

atau 250 ml (diberi kode “B”).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

l) Tambahkan kembali 50 ml larutan HCl dengan perbandingan 1:2 pada

gelas piala “A” hasil pengerjaan langkah 3 butir k, tutup dengan kaca

arloji dan lakukan pemanasan selama 30 menit.

m) Dinginkan contoh uji dan kemudian lakukan penyaringan kembali.

n) Satukan filtrat dalam gelas piala “B”.

o) Panaskan filtrat dalam gelas piala “B” sampai mendekati kering (sisa

cairan tinggal sedikit) atau terbentuk kristal atau garam pada dinding

gelas piala “B”.

p) Tambahkan 10 ml HNO3 dengan perbandingan 2:98 ke dalam gelas

piala “B” lanjutkan pemanasan selama beberapa menit (sampai

seluruh residu terlarut).

q) Dinginkan dan saring contoh uji, tampung filtrat dalam labu ukur 50

ml.

r) Bilas gelas piala “B” dengan HNO3 dengan perbandingan 2:98

kemudian hasil bilasan masukkan kembali ke dalam labu ukur 50 ml.

s) Tepatkan isi labu ukur sampai tanda tera dengan HNO3 (perbandingan

2:98) dan homogenkan.

t) Contoh uji siap dianalisis dengan SSA nyala.

u) Lakukan langkah 3 butir a) sampai t) untuk pengujian blanko.

v) Aspirasikan larutan contoh uji ke dalam SSA nyala. Apabila serapan

dari contoh uji lebih rendah dari nilai serapan larutan standar dengan

konsentrasi terendah, maka ulangi langkah 3 butir d) sampai t) dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

menggunakan keseluruhan bagian potongan filter terpapar yang

tersisa.

Catatan: Lakukan langkah 3 butir e) sampai s) di dalam ruang asam.

4. Perhitungan Kadar Timbal di dalam Udara Ambien

Kadar timbal dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

dengan pengertian:

CPb adalah kadar timbal di udara (µg/Nm3).

Ct adalah kadar timbal dalam larutan contoh uji yang di spike (µg/ml).

Cb adalah kadar timbal dalam larutan blanko (µg/ml).

Vt adalah volume larutan contoh uji (ml).

S adalah luas contoh uji yang terpapar debu pada permukaan filter (mm2).

St adalah luas contoh uji yang digunakan (mm2).

V adalah volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25oC, 760

mmHg (Nm3)

Catatan: Volume udara yang dihisap dihitung berdasarkan perhitungan pada saat

sampling total partikulat tersuspensi di udara ambien.

Metode Analisis Data

Analisis univariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran

distribusi frekuensi dari hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien di

SPBU yang telah diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Gambaran Umum SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) X ini didirikan pada

tahun 2012 dengan lokasi yang bertempat di Kecamatan Tanjung Morawa,

Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. SPBU ini dibangun di atas

sebuah lahan dengan luas sebesar 3500 m2. Adapun jenis SPBU yang menjadi

tempat penelitian ini, yaitu SPBU berjenis DODO (Dealer Owned Dealer

Operated) di mana SPBU ini milik sebuah perusahaan swasta yang telah membeli

lisensi merk PT Pertamina. Jumlah pekerja yang bekerja di SPBU ini berjumlah

36 orang dengan pembagian struktur kerja, antara lain:

1. Pimpinan SPBU

2. Manajer

3. Staf akunting dan Bendahara sebanyak 2 orang

4. Pengawas operator

5. Pengawas kualitas dan kuantitas

6. Kepala operator sebanyak 3 orang

7. Operator sebanyak 21 orang

8. Petugas kebersihan sebanyak 3 orang

9. Petugas keamanan sebanyak 3 orang.

Kepala operator, operator, petugas kebersihan dan petugas keamanan yang

bekerja di SPBU ini untuk pembagian jadwal kerjanya masing-masing dibagi ke

dalam tiga shift kerja. Pembagian shift kerja ini memerhitungkan 8 jam kerja pada

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

setiap shiftnya. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di SPBU X ini terdiri dari kantor

SPBU, tempat pengisian bahan bakar yang terbagi atas delapan pulo pompa,

mushalla, ATM, kantin, minimarket, toilet, tempat parkir khusus truk lintas kota

dan tempat pengisian angin nitrogen untuk ban kendaraan.

Pembagian delapan pulo pompa yang ada di SPBU X dibagi berdasarkan

jenis bahan bakar yang tersedia di SPBU ini serta jenis kendaraan yang akan

mengisi di setiap pulo pompa. Adapun pembagian delapan pulo pompa dan jenis

bahan bakar di setiap pulo pompa dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4
Pembagian Jenis Bahan Bakar Minyak Berdasarkan Pulo Pompa di SPBU X
Kecamatan Tanjung Morawa
Nomor Jenis Bahan Bakar Minyak Jenis Kendaraan yang
Pulo Pompa yang Dijual Dapat Mengisi
1 Pertamax Kendaraan beroda empat
atau lebih
2 Pertamax dan Pertamina Kendaraan beroda empat
Dex atau lebih
3 Premium dan Dexlite Kendaraan beroda empat
atau lebih
4 Pertalite dan Biosolar Kendaraan beroda empat
atau lebih
5 Premium dan Biosolar Kendaraan beroda empat
atau lebih
6 Pertalite dan Biosolar Kendaraan beroda empat
atau lebih
7 Pertalite Kendaraan beroda dua
8 Pertamax dan Pertalite Kendaraan beroda dua

Hasil Pengukuran Timbal (Pb) pada Udara Ambien di SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa

Berdasarkan hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien yang

diambil pada tanggal 02 Mei 2019 mulai pukul 07.50 sampai dengan pukul 13.00

WIB dengan menggunakan alat High Volume Air Sampler di SPBU X Kecamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Tanjung Morawa, didapati hasil pengukuran pada lima titik lokasi pengambilan

sampel timbal pada udara ambien tertinggi terdapat pada titik lokasi tempat

pengisian bahan bakar kendaraan dengan nilai sebesar 0,315 µg/Nm3. Pada saat

pengukuran pada titik lokasi ini, pengukuran dimulai pada pukul 11.00 sampai

dengan 12.00 WIB.

Pengukuran kadar timbal pada udara ambien yang kedua berada pada titik

lokasi pintu keluar kendaraan dengan nilai sebesar 0,091 µg/Nm3 diukur pada

pukul 12.00 sampai 13.00 WIB diikuti titik lokasi pintu masuk kendaraan di

SPBU, yaitu 0,068 µg/Nm3 pada pukul 10.00 sampai 11.00 WIB, lalu tempat

istirahat pekerja memiliki hasil pengukuran kadar timbal sebesar 0,058 µg/Nm3

diukur pada pukul 07.50 sampai dengan 08.50 WIB dan jalan raya menjadi titik

lokasi pengambilan sampel timbal pada udara ambien dengan hasil terendah, yaitu

0,033 µg/Nm3. Pada titik lokasi ini, pengukuran kadar timbal pada udara ambien

dimulai pada pukul 08.58 sampai dengan 09.58 WIB.

Titik pengambilan sampel tempat pengisian bahan bakar pada lampiran

tidak dituliskan dan dirubah menjadi daerah sekitar kantin yang lokasinya sangat

dekat dengan dengan pulo pompa tempat pengisian bahan bakar. Alasan

perubahan titik lokasi pengambilan sampel timbal tersebut dikarenakan adanya

alasan teknis keselamatan yang ada di tempat kerja agar tidak mengganggu

kegiatan pelayanan atau penjualan bahan bakar yang ada di SPBU sehingga lokasi

pengambilan sampel timbal pada udara ambien dipindahkan ke titik lokasi daerah

sekitar kantin yang jaraknya cukup dekat dengan posisi pulo pompa. Adapun hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

pengukuran kadar timbal pada udara ambien pada lima titik lokasi pengambilan

dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar 3 di bawah ini.

Tabel 5
Hasil Pengukuran Kadar Timbal (Pb) pada Udara Ambien di SPBU X Kecamatan
Tanjung Morawa
Titik Waktu Hasil Baku Mutu Keterangan
Pengukuran Pengukuran pengukuran
Sampel (WIB) (µg/Nm3)
Pintu Masuk 10.00-11.00 0,068 > 2 µg/Nm3 Memenuhi
Kendaraan Syarat
Tempat 11.00-12.00 0,315 > 2 µg/Nm3 Memenuhi
Pengisian Syarat
Bahan Bakar
Tempat 07.50-08.50 0,058 > 2 µg/Nm3 Memenuhi
Istirahat Syarat
Pekerja
Pintu Keluar 12.00-13.00 0,091 > 2 µg/Nm3 Memenuhi
Kendaraan Syarat
3
Jalan Raya 08.58-09.58 0,033 > 2 µg/Nm Memenuhi
Syarat

Gambar 3. Diagram batang hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien di
SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Karakteristik Lingkungan SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Pengaturan waktu beroperasi SPBU. SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa memiliki waktu beroperasi selama 24 jam dalam satu harinya. Waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

operasi SPBU ini juga menentukan pembagian shift kerja yang dimiliki oleh

setiap pekerja dan dibagi ke dalam tiga waktu shift kerja, yaitu shift kerja pertama

dimulai dari pukul 07.00-15.00 WIB, shift kerja kedua dimulai pukul 15.00-23.00

WIB dan shift kerja ketiga dimulai dari pukul 23.00-07.00 WIB.

Tipe lokasi SPBU. SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa merupakan

sebuah SPBU yang dibangun menurut persyaratan dari PT Pertamina dalam

pembangunan sebuah SPBU, yaitu SPBU dengan tipe A di mana SPBU ini

dibangun dengan luas lahan seluas 3500 m2, lebar muka lahan SPBU sebesar 51

m, lebar samping lahan SPBU sebesar 60 m dan perkiraan volume penjualan

bahan bakar yang dihasilkan > 35 kiloliter setiap harinya.

Tata letak lokasi SPBU. Hasil observasi lapangan mengenai persyaratan

tata letak lokasi di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa memiliki enam

indikator berdasarkan persyaratan dari PT Pertamina. Adapun hasil yang

diperoleh dengan rincian penjelasan sebagai berikut:

Persyaratan tata letak lokasi mengenai jumlah lajur masuk di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa berjumlah delapan lajur masuk yang dipergunakan

untuk setiap kendaraan yang hendak mengisi bahan bakar di SPBU ini.

Persyaratan tata letak lokasi mengenai letak pintu masuk dan pintu keluar

kendaraan yang ada di SPBU dibuat searah dan tidak bersifat saling bersilangan.

Posisi pintu masuk dan pintu keluar yang ada di SPBU berada searah

dengan letak jalan raya. Lebar pintu masuk yang ada di SPBU sebesar 17,5 m dan

lebar pintu keluar kendaraan sebesar 18,5 m. Lajur keluar kendaraan yang ada di

SPBU ini sebanyak lajur pengisian bahan bakar kendaraan, yaitu 8 lajur keluar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Persyaratan tata letak lokasi dan juga persyaratan tata letak jalan masuk

dan keluar mudah untuk berbelok ke tempat pompa serta operator SPBU atau

satpam mengatur kendaraan yang mengisi bahan bakar telah memenuhi

persyaratan yang ada. Adapun hasil observasi tata letak lokasi dapat dilihat pada

tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6
Hasil Obervasi Tata Letak Lokasi di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa
Observasi Memenuhi Keterangan
Ya Tidak
Jumlah lajur masuk ✓ Terdapat 8 lajur
minimum dua lajur masuk
kendaraan.
Pintu masuk dan keluar dari ✓ Pintu masuk
SPBU tidak boleh saling dan keluar
bersilangan SPBU searah.
Lebar pintu masuk dan ✓ Lebar pintu
keluar minimal 6 meter masuk sebesar
17,5 meter dan
pintu keluar
18,5 meter.
Lajur keluar minimum tiga ✓ Terdapat 8 lajur
jalur atau sama dengan keluar yang
lajur pengisian BBM sama dengan
lajur pengisian
BBM.
Jalan masuk dan keluar ✓ Memenuhi
mudah untuk berbelok ke persyaratan.
tempat pompa, mudah ke
tempat antrian dekat pompa
dan mudah untuk berbelok
pada saat keluar dari tempat
pompa
Operator SPBU atau Satuan ✓ Memenuhi
Pengamanan (Satpam) persyaratan.
mengatur kendaraan yang
mengisi bahan bakar, tetapi
tidak mematikan mesin
kendaraan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam waktu 24 jam.

Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa pada tanggal 02 Mei 2019 dihitung selama 24 jam dimulai dari pukul

00.00 WIB sampai dengan pukul 23.59 WIB sesuai dengan jam beroperasi dari

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa dengan jumlah kendaraan yang mengisi di

SPBU ini mencapai 4.838 kendaraan baik kendaraan berjenis sepeda motor

maupun mobil. Jumlah keseluruhan kendaraan berjenis sepeda motor yang

mengisi bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa selama 24 jam

sebanyak 2.675 sepeda motor, sedangkan kendaraan berjenis mobil memilki

jumlah keseluruhan sebanyak 2.163 mobil.

Rata-rata jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa dengan kriteria jenis kendaraan sepeda motor, yaitu

111 sepeda motor, sedangkan rata-rata jumlah kendaraan yang mengisi bahan

bakar kendaraan dengan jenis kendaraan mobil sebanyak 90 mobil. Jumlah

keseluruhan rata-rata baik kendaraan berjenis sepeda motor maupun mobil

sebanyak 201 kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa.

Jumlah kendaraan paling padat saat pengisian bahan bakar di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa terdapat pada pukul 09.00-10.00,10.00-11.00 dan

11.00-11.59 WIB sebanyak 332, 454 dan 498 kendaraan dengan titik tertinggi

pada pukul 11.00-11.59 WIB, yaitu 498 kendaraan dengan rincian 261 kendaraan

berjenis sepeda motor dan 237 kendaraan berjenis mobil yang mengisi bahan

bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa. Adapun perincian mengenai hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

penghitungan jumlah kendaraan serta rata-rata jumlah kendaraan yang mengisi

bahan bakar kendaraan di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa selama 24 jam

berdasarkan pembagian jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 4 di

bawah ini.

Tabel 7
Jumlah Kendaraan yang Mengisi Bahan Bakar dalam Kurun Waktu 24 Jam di
SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa
Jenis Kendaraan
Jumlah
Waktu Penghitungan (WIB) Sepeda Mobil
Kendaraan
Motor
00.00-00.59 76 22 98
01.00-01.59 27 18 45
02.00-02.59 13 7 20
03.00-03.59 15 9 24
04.00-04.59 16 25 41
05.00-05.59 39 34 73
06.00-06.59 119 55 174
07.00-07.59 119 113 232
08.00-08.59 139 108 247
09.00-09.59 176 156 332
10.00-10.59 244 210 454
11.00-11.59 261 237 498
12.00-12.59 169 142 311
13.00-13.59 182 103 285
14.00-14.59 84 125 209
15.00-15.59 81 122 203
16.00-16.59 131 61 192
17.00-17.59 154 127 281
18.00-18.59 146 131 277
19.00-19.59 127 103 230
20.00-20.59 114 95 209
21.00-21.59 92 85 177
22.00-22.59 79 41 120
23.00-23.59 72 34 106
Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar 2.675 2163 4838
dalam waktu 24 jam
Rata-rata jumlah kendaraan yang mengisi 111 90 201
bahan bakar dalam waktu 24 jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Gambar 4. Grafik jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam kurun
waktu 24 jam di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Jumlah bahan bakar yang terjual setiap hari selama bulan April

2019. SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa melayani penjualan bahan bakar

minyak untuk kendaraan berjenis roda dua atau lebih dengan jenis produk bahan

bakar minyak yang dijual terdiri dari enam macam, yakni Biosolar, Premium,

Pertalite, Pertamina Dex, Pertamax dan Dexlite setiap harinya.

Rata-rata hasil penjualan bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa selama bulan April 2019 sebanyak 44.696,6 liter atau 44,6 kilolliter

dengan jumlah penjualan bahan bakar tertinggi terdapat pada tanggal 30 April

2019, yaitu sebanyak 53.028,3 liter, lalu diikuti 52.919,2 liter dan 50.676,6 liter

pada tanggal 29 April 2019 dan 25 April 2019. Jumlah keseluruhan penjualan

bahan bakar kendaraan di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa selama bulan

April 2019 sebanyak 1.340.898,3 liter. Adapun jumlah serta rata-rata hasil

penjualan bahan bakar minyak yang terjual selama bulan April 2019 di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Tabel 8
Jumlah Bahan Bakar Minyak yang Terjual Setiap Hari Selama Bulan April 2019
di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa
Jumlah Bahan Bakar yang Terjual
Hari dan Tanggal
Setiap Hari (Liter)
Senin, 01 April 2019 49.080,1
Selasa, 02 April 2019 47.124,2
Rabu, 03 April 2019 34.197,3
Kamis, 04 April 2019 42.348,2
Jumat, 05 April 2019 49.886,4
Sabtu, 06 April 2019 49.480
Minggu, 07 April 2019 36.761,3
Senin, 08 April 2019 48.092,7
Selasa, 09 April 2019 45.248,6
Rabu, 10 April 2019 44.437,6
Kamis, 11 April 2019 40.643,7
Jumat, 12 April 2019 45.711,8
Sabtu, 13 April 2019 45.896,2
Minggu, 14 April 2019 39.465,2
Senin, 15 April 2019 48.302,6
Selasa, 16 April 2019 44.400,2
Rabu, 17 April 2019 26.898,8
Kamis, 18 April 2019 41.504,9
Jumat, 19 April 2019 37.423,2
Sabtu, 20 April 2019 42.478,9
Minggu 21 April 2019 38.055,7
Senin, 22 April 2019 49.753,8
Selasa, 23 April 2019 46.704,7
Rabu, 24 April 2019 48.230,2
Kamis, 25 April 2019 50.676,6
Jumat, 26 April 2019 47.768,3
Sabtu, 27 April 2019 50.391,7
Minggu, 28 April 2019 43.987,9
Senin, 29 April 2019 52.919,2
Selasa, 30 April 2019 53.028,3
Jumlah Bahan Bakar yang Terjual 1.340.898,3
Bulan April 2019
Rata-rata Bahan Bakar yang Terjual 44.696,6
Bulan April 2019
Sumber : (SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa, 2019).

Suhu udara saat pengukuran timbal pada udara ambien. Suhu udara

diukur pada saat pengukuran sampel timbal pada udara ambien yang terbagi atas

lima titik lokasi pengambilan, yaitu pintu masuk kendaraan yang akan mengisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

bahan bakar, tempat operator SPBU mengisi bahan bakar kendaraan, tempat

istirahat pekerja di SPBU, pintu keluar kendaraan setelah mengisi bahan bakar

dan di sekitar jalan raya yang ada di depan SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa.

Hasil pengukuran suhu udara pada lima lokasi yang berbeda di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa bahwa pengukuran suhu dengan nilai tertinggi

terdapat di titik lokasi pintu keluar kendaraan dengan nilai suhu udara mencapai

40oC yang diukur pada pukul 12.00-13.00 WIB, lalu pintu masuk kendaraan

menjadi titik lokasi pengukuran suhu udara tertinggi kedua dengan hasil

pengukuran mencapai angka 38oC yang diukur pada pukul 10.00-11.00 WIB.

Tempat pengisian bahan bakar kendaraan memiliki hasil pengukuran suhu udara

sebesar 34oC yang diukur pada pukul 11.00-12.00 WIB diikuti dengan titik lokasi

jalan raya dengan hasil pengukuran suhu udara sebesar 32oC yang diukur pada

pukul 08.58-09.58 WIB dan titik lokasi tempat istirahat pekerja sebesar 29oC yang

diukur pada pukul 07.50-08.50 WIB. Adapun hasil pengukuran suhu udara di lima

titik lokasi pengambilan sampel yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar 5 di bawah ini.

Tabel 9
Hasil Pengukuran Suhu Udara di Lokasi Pengambilan Sampel Timbal pada
Udara Ambien
Titik Lokasi Pengukuran Waktu Pengambilan Hasil Pengukuran Suhu
(WIB) Udara (oC)
Pintu Masuk Kendaraan 10.00-11.00 38
Tempat Pengisian Bahan 11.00-12.00 34
Bakar
Tempat Istirahat Pekerja 07.50-08.50 29
Pintu Keluar Kendaraan 12.00-13.00 40
Jalan Raya 08.58-09.58 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Gambar 5. Diagram batang hasil pengukuran suhu udara di lokasi pengambilan


sampel timbal pada udara ambien di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Kelembaban udara saat pengukuran timbal pada udara ambien.

Kelembaban udara diukur pada saat pengukuran sampel timbal pada udara ambien

yang terbagi atas lima titik lokasi pengambilan, yaitu pintu masuk kendaraan,

tempat operator SPBU mengisi bahan bakar kendaraan, tempat istirahat pekerja di

SPBU, pintu keluar kendaraan dan di sekitar jalan raya yang ada di depan SPBU.

Hasil pengukuran kelembaban udara pada lima lokasi yang berbeda di

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa didapati hasil bahwa pengukuran

kelembaban udara dengan nilai tertinggi terdapat di titik lokasi tempat istirahat

pekerja dan jalan raya dengan nilai kelembaban udara mencapai 60% yang diukur

pada pukul 07.50-08.50 WIB dan pukul 08.58-09.58 WIB. Kemudian, tempat

pengisian bahan bakar menjadi titik lokasi pengukuran kelembaban udara

tertinggi ketiga dengan hasil pengukuran mencapai angka 55% yang diukur pada

pukul 11.00-12.00 WIB dikuti titik lokasi pintu masuk kendaraan memiliki hasil

pengukuran kelembaban udara sebesar 50% yang diukur pada pukul 10.00-11.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

WIB dan titik lokasi pintu keluar kendaraan sebesar 45% yang diukur pada pukul

12.00-13.00 WIB. Adapun hasil pengukuran kelembaban udara dapat dilihat pada

tabel 10 dan gambar 6 di bawah ini.

Tabel 10
Hasil Pengukuran Kelembaban Udara di Lokasi Pengambilan Sampel Timbal
pada Udara Ambien
Titik Lokasi Waktu Pengambilan Hasil Pengukuran Kelembaban
Pengukuran (WIB) Udara (%)
Pintu Masuk Kendaraan 10.00-11.00 50
Tempat Pengisian 11.00-12.00 55
Bahan Bakar
Tempat Istirahat 07.50-08.50 60
Pekerja
Pintu Keluar Kendaraan 12.00-13.00 45
Jalan Raya 08.58-09.58 60

Gambar 6. Diagram batang hasil pengukuran kelembaban udara di lokasi


pengambilan sampel timbal pada udara ambien di SPBU X Kecamatan Tanjung
Morawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Kadar Timbal pada Udara Ambien di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien pada lima titik lokasi di

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa belum melebihi baku mutu persyaratan

udara ambien nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

dengan nilai baku mutu sebesar > 2 µg/Nm3. Adapun hasil tertinggi pengukuran

kadar timbal pada udara ambien yang di dapat sebesar 0,315 µg/Nm3 dengan titik

lokasi pengambilan berada di lokasi tempat pengisian bahan bakar. Pada saat

pengukuran di titik lokasi sekitar kantin, pengukuran dilakukan pada pukul 11.00-

12.00 WIB dengan jumlah volume kendaraan yang mengisi di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa mencapai titik tertinggi sebanyak 498 kendaraan

sehingga saat pengukuran berlangsung, kondisi kendaraan yang mengantri

mengisi bahan bakar sangat padat, ditambah lagi kendaraan seperti truk besar

pengangkut barang yang posisinya berada di parkiran belakang SPBU juga ikut

keluar dan mengisi bahan bakar.

Hasil pengukuran kadar timbal ini sejalan dengan penelitian Aritonang di

Kota Medan tahun 2004 yang meneliti kadar timbal pada udara ambien di empat

SPBU, antara lain SPBU Jalan Jamin Ginting Simpang Kuala, SPBU Jalan

Pattimura, SPBU Jalan A.R Hakim dan SPBU Jalan Medan Tenggara. Hasil

pengukuran kadar timbal yang di dapat pada empat SPBU tersebut belum

melebihi baku mutu persyaratan udara ambien nasional berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 sebesar 2 µg/Nm3. Adapun hasil yang di dapat

adalah 0,1218 µg/Nm3, 0,1560 µg/Nm3, 0,1683 µg/Nm3 dan 0,1688 µg/Nm3.

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

Hasil ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil pengukuran kadar timbal

yang didapat pada titik lokasi lokasi sekitar kantin di SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa.

Titik pengukuran kadar timbal pada udara ambien yang tertinggi

selanjutnya ada di lokasi pintu keluar kendaraan setelah mengisi bahan bakar

dengan nilai sebesar 0,091 µg/Nm3. Pada saat pengukuran berlangsung, waktu

menunjukkan pukul 12.00-13.00 WIB dengan jumlah kendaraan yang mengisi

bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 311 kendaraan.

Selanjutnya, titik lokasi pengukuran tertinggi ketiga adalah pintu masuk

kendaraan dengan nilai yang di dapat sebesar 0,068 µg/Nm3. Pada saat

pengukuran berlangsung, sampel ini diambil pada pukul 10.00-11.00 WIB dengan

jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa ini mencapai 454 kendaraan. Kedua titik lokasi ini juga berdekatan

langsung dengan jalan raya sehingga kecepatan dan arah angin yang ada di sekitar

lokasi pengambilan juga memengaruhi hasil pengukuran kadar timbal yang

didapat (Mukono, 2002).

Titik lokasi tempat istirahat pekerja SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

memiliki hasil pengukuran kadar timbal sebesar 0,058 µg/Nm3. Pada saat

pengukuran berlangsung, sampel ini diambil pada pukul 07.50-08.50 WIB. Lokasi

istirahat pekerja SPBU ini tidak memiliki ventilasi dan selalu dibiarkan dengan

keadaan pintu terbuka serta posisinya berada di belakang kantor yang jauh dari

paparan asap kendaraan baik sepeda motor maupun mobil. Lokasi istirahat

pekerja ini sering digunakan oleh operator SPBU untuk merokok serta beristirahat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

sejenak sehingga kadar timbal yang ada di ruangan ini bisa juga dipengaruhi oleh

asap rokok yang dihasilkan. Peningkatan kadar bahan polutan di dalam ruangan

selain berasal dari penetrasi polutan luar ruangan dapat juga dari sumber polutan

dalam ruangan seperti asap rokok. Perbedaan bahan polutan di dalam dan

luar ruangan tergantung faktor gaya hidup individu, sosial ekonomi, struktur

gedung, kondisi bahan polutan di dalam dan luar ruangan, ventilasi dan sistem

pendingin ruangan, geografi dan meteorologi serta lokasi sumber polutan di luar

ruangan (Environmental Protection Agency [EPA], 2004).

Titik lokasi pengukuran kadar timbal pada udara ambien dengan nilai

paling rendah adalah jalan raya di sekitar lokasi SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa dengan nilai yang didapat sebesar 0,033 µg/Nm3. Pada saat pengukuran

berlangsung, sampel ini diambil pada pukul 08.58-09.58 WIB dengan jumlah

kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa ini

sebanyak 332 kendaraan. Kecepatan dan arah angin yang ada di sekitar lokasi

jalan raya juga memengaruhi hasil pengukuran kadar timbal yang didapat. Hasil

penelitian pada titik lokasi jalan raya sejalan dengan penelitian Ruslinda, dkk pada

tahun 2016 yang mengukur kadar timbal pada udara ambien pada tiga ruas jalan

raya yang ada di Kota Padang dengan titik lokasi pengambilan diwakili oleh Jl.

Sudirman, Jl. Imam Bonjol dan Jl. M. Yunus. Hasil pengukuran konsentrasi rata-

rata timbal di ketiga lokasi penelitian berkisar antara 1,060-1,594 µg/Nm3 dengan

artian kadar timbal pada tiga ruas jalan itu masih memenuhi persyaratan baku

mutu udara ambien nasional dan angka yang dihasilkan jauh lebih tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

dibandingkan titik lokasi jalan raya yang ada di sekitar SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa.

Hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien di SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa pada lima titik lokasi pengambilan sampel semuanya masih

memenuhi baku mutu persyaratan. Hal ini didukung juga dengan hasil

pengamatan atau observasi terhadap karakteristik lingkungan yang ada di SPBU

di mana semua komponen penilaian observasi yang dilihat telah memenuhi syarat

sehingga mendukung hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien yang

masih memenuhi baku mutu persyaratan. SPBU ini juga menerapkan sistem

menertibkan kendaraan yang mengisi bahan bakar untuk dimatikan mesinnya saat

kegiatan pengisian bahan bakar dengan memasang pembatas yang berisikan pesan

untuk mematikan mesin kendaraan sebelum pengisian bahan bakar dimulai.

Pembatas ini diletakkan tepat di depan kendaraan yang akan diisi bahan bakarnya.

Menurut operator SPBU, apabila kendaraan yang ingin mengisi bahan bakar tidak

mematikan mesin kendaraannya, maka pembeli tersebut tidak dilayani proses

pembeliannya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja

di lingkungan kerja SPBU.

Karakteristik Lingkungan SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

Tipe lokasi SPBU. SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa merupakan

sebuah SPBU berjenis tipe A di mana SPBU ini dibangun dengan luas lahan

seluas 3500 m2 dengan persyaratan tipe lokasi A minimal 1800 m2, lebar muka

lahan SPBU selebar 51 meter dengan persyaratan tipe lokasi A minimal 20 meter,

lebar samping lahan SPBU selebar 60 meter dan perkiraan volume penjualan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

bahan bakar yang dihasilkan >35 kiloliter. Pada bulan April 2019, volume

penjualan bahan bakar kendaraan mencapai 44.696,6 liter atau 44,6 kiloliter.

Namun, untuk persyaratan tipe lokasi SPBU pada bagian lebar samping lahan

SPBU belum memenuhi persyaratan yang ada, yaitu selebar 90 meter untuk SPBU

berjenis tipe A. Alasan lebar lahan belum memenuhi persyaratan dikarenakan saat

tahap pembangunan pada waktu itu, lebar samping lahan yang mencukupi untuk

dibangun SPBU ini hanya selebar 60 meter. Untuk kategori lain persyaratan tipe

lokasi yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa sudah memenuhi

persyaratan yang ada.

Tata letak lokasi SPBU. Berdasarkan hasil lembar observasi yang telah

dibuat, SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa telah memenuhi seluruh

persyaratan tata letak lokasi SPBU dan standar operasi menurut PT Pertamina

dengan rincian pembahasan mengenai persyaratan setiap tata letak lokasi sebagai

berikut :

Jumlah lajur masuk minimum dua lajur. Berdasarkan persyaratan tata letak

lokasi dari PT Pertamina untuk sebuah SPBU, SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa telah memiliki lajur masuk yang memenuhi persyaratan di mana lajur

masuk yang dimiliki oleh SPBU sebanyak delapan lajur masuk. Setiap dua lajur

masuk yang ada di SPBU terdiri dari dua pulo pompa pengisian bahan bakar.

Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh saling bersilangan.

Berdasarkan persyaratan tata letak lokasi dari PT Pertamina untuk sebuah SPBU,

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa telah memiliki lajur masuk yang memenuhi

persyaratan di mana pintu masuk dan pintu keluar yang dimiliki oleh pihak SPBU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

bersifat searah dan tidak saling bersilangan. Pintu masuk dan keluar kendaraan

searah dengan jalan raya.

Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 meter. Lebar pintu masuk yang

dimiliki oleh SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa selebar 17,5 meter dan lebar

pintu keluar selebar 18,5 meter sehingga menurut persyaratan tata letak lokasi,

SPBU ini telah memenuhi persyaratan yang ada.

Lajur keluar minimum tiga jalur atau sama dengan lajur pengisian BBM.

Lajur keluar yang ada di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak delapan

lajur keluar di mana lajur keluar ini sama jumlahnya dengan lajur masuk

kendaraan yang mengisi bahan bakar sehingga menurut persyaratan tata letak

lokasi, SPBU ini telah memenuhi syarat.

Jalan masuk dan keluar mudah untuk berbelok ke tempat pompa, mudah

ke tempat antrian dekat pompa dan mudah untuk berbelok pada saat keluar dari

tempat pompa. Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan, jalur

masuk dan keluar kendaraan di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa

dikategorikan memenuhi syarat, yaitu mudah untuk berbelok masuk dan keluar

dari tempat pengisian bahan bakar serta jalur masuk mudah menuju ke tempat

antrian dekat pengisian bahan bakar.

Operator SPBU atau Satuan Pengamanan (Satpam) mengatur kendaraan

yang mengisi bahan bakar, tetapi tidak mematikan mesin kendaraan. Berdasarkan

hasil observasi lapangann yang telah dilakukan, operator SPBU X Kecamatan

Tanjung Morawa melakukan pengaturan kendaraan dalam hal mematikan mesin

kendaraan saat pengisian bahan bakar. Adapun pengaturan yang dilakukan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

operator SPBU, yaitu memasang pembatas yang berisikan pesan untuk mematikan

mesin kendaraan sebelum pengisian bahan bakar dimulai. Pembatas ini diletakkan

tepat di depan kendaraan yang akan diisi bahan bakarnya. Menurut operator

SPBU, apabila kendaraan yang ingin mengisi bahan bakar tidak mematikan mesin

kendaraannya, maka pembeli tersebut tidak dilayani proses pembeliannya. Hal ini

dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan kerja

SPBU. Berdasarkan standar operasi SPBU, kegiatan pengaturan kendaraan yang

ada di SPBU ini telah memenuhi syarat.

Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam waktu 24 jam.

Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam satu harinya mencapai 4.838

kendaraan di mana titik jumlah kendaraan tertinggi pada waktu pengisian bahan

bakar terdapat pada pukul 09.00-11.59 WIB dengan puncaknya pada pukul 11.00-

11.59 WIB sebanyak 498 kendaraan. Adapun hal yang menyebabkan tingginya

jumlah kendaraan pada waktu tersebut dikarenakan kendaraan yang mengantri di

SPBU ini didominasi lebih banyak kendaraan jenis angkutan umum dan juga truk

pengangkut barang di mana kendaraan ini banyak memilih antri mengisi bahan

bakar berjenis premium sehingga antrian kendaraan umumnya sangat padat

sampai menyebabkan kemacetan.

Dampak negatif kemacetan lalu lintas bisa menyebabkan tingginya tingkat

polusi udara. Hasil emisi gas pembuangan kendaraan bermotor akan

meningkatkan kadar timbal di udara. Total konsentrasi timbal di udara sekitar

90% berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor (Wijaya, 2008). Asap

kendaraan yang dikeluarkan dari kendaraan bisa mengeluarkan partikel timbal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

yang kemudian bisa mencemari udara, tanaman sekitar jalan raya dan mencemari

makanan yang dijajakan di pinggir jalan (Widowati dkk, 2008).

Jumlah bahan bakar yang terjual setiap hari selama bulan April

2019. Hasil rata-rata penjualan bahan bakar di SPBU X Kecamatan Tanjung

Morawa selama bulan April 2019 sebanyak 44.696,6 liter atau 44,6 kilolliter

dengan jumlah penjualan bahan bakar tertinggi terdapat pada tanggal 30 April

2019, yaitu sebanyak 53.028,3 liter, lalu diikuti 52.919,2 liter dan 50.676,6 liter

pada tanggal 29 April 2019 dan 25 April 2019. Hal ini membuktikkan bahwa

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa sesuai dengan persyaratan tipe lokasi

SPBU dengan total penjualan bahan bakar per harinya lebih dari 35.000 liter atau

35 kiloliter. Dengan melihat data jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar

setiap harinya dengan data penjualan bahan bakar setiap harinya selama bulan

April 2019, dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah kendaraan yang mengisi

bahan bakar, semakin banyak pula bahan bakar minyak yang terjual setiap

harinya. Bahan bakar minyak jenis premium dengan nilai oktana 87 dan bensin

super dengan nilai oktana 98 mengandung 0,70-0,84 tetraetil-Pb dan tetrametil-Pb

sehingga menjadi sebesar 0,56-0,63 gram timbal yang dibuang ke udara setiap

liter bensin (Siregar,2005).

Suhu udara saat pengukuran timbal pada udara ambien. Hasil

pengukuran suhu udara menggunakan thermometer di lokasi pengambilan sampel

timbal pada udara ambien di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa menunjukkan

bahwa pengukuran suhu dengan hasil tertinggi terdapat pada titik lokasi pintu

keluar kendaraan SPBU sebesar 40oC yang diukur pada pukul 12.00-13.00 WIB.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Kemudian, hasil tertinggi selanjutnya diikuti titik lokasi pintu masuk kendaraan

dengan nilai suhu sebesar 38oC dengan waktu pengukuran pada pukul 10.00-11.00

WIB, lalu diikuti tempat pengisian bahan bakar dengan nilai suhu pada lokasi

pengukuran sebesar 34oC. Titik ini diukur pada pukul 11.00-12.00 WIB. Titik

lokasi pengukuran suhu udara yang keempat adalah jalan raya dengan nilai suhu

pada lokasi pengukuran sebesar 32oC. Titik lokasi tempat istirahat pekerja

menjadi lokasi pengambilan sampel dengan nilai suhu terendah, yakni 29oC.

Suhu udara, tekanan udara yang tinggi, dan rendahnya kelembaban udara

akan menyebabkan semakin meningkatnya bahan pencemar timbal ke udara

karena dalam kondisi yang kering, partikel timbal akan semakin banyak

melayang-layang tersebar di udara (Mardani dkk, 2005). Namun, kadar timbal

pada lokasi pengukuran pintu keluar kendaraan hasilnya tidak melebihi kadar

timbal yang berada pada lokasi sekitar kantin (tempat pengisian bahan bakar

kendaraan) meskipun hasil pengukuran suhu menunjukkan titik lokasi pintu

keluar SPBU lebih tinggi daripadi titik lokasi sekitar kantin (tempat pengisian

bahan kendaraan). Ada faktor lain yang dapat memengaruhi hasil kadar timbal

yang didapat seperti kecepatan angin dan arah angin selain suhu udara, tekanan

udara dan kelembaban di sekitar lokasi pengambilan sampel timbal pada udara

ambien.

Kelembaban udara saat pengukuran timbal pada udara ambien. Hasil

pengukuran kelembaban udara menggunakan alat hygrometer di SPBU X

Kecamatan Tanjung Morawa menunjukkan bahwa kelembaban udara tertinggi

pada saat pengukuran berlangsung terdapat pada titik lokasi tempat istirahat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

pekerja dan jalan raya sebesar 60%. Hal yang melatarbelakangi kadar timbal pada

ruangan istirahat ini memiliki kelembaban udara paling tinggi dikarenakan

pengukuran kelembaban udara pada titik ini dilakukan saat pukul 07.50-08.50

WIB di mana pada saat itu cuaca dan keadaan matahari di lokasi sekitar

pengukuran belum terlalu terik sehingga kelembaban ruanganpun juga cukup

tinggi sejalan dengan suhu yang ada di ruangan tersebut. Pada titik lokasi jalan

raya, pengukuran juga dilakukan pada saat cuaca dan keadaan matahari belum

terlalu terik, yaitu pukul 08.58-09.58 WIB sehingga kelembaban yang didapat

hasilnya cukup tinggi. Kemudian,titik pengukuran kelembaban udara tertinggi

ketiga adalah tempat pengisian bahan bakar (daerah sekitar kantin) yang diukur

pada pukul 11.00-12.00 WIB dengan nilai kelembaban udara sebesar 55% diikuti

titik lokasi pintu masuk kendaraan yang diukur pada pukul 10.00-11.00 WIB

dengan nilai kelembaban udara sebesar 50% dan titik lokasi pintu keluar

kendaraan menjadi lokasi dengan nilai kelembaban udara terendah, yakni 45%

dengan waktu pengukuran dimulai dari pukul 12.00-13.00 WIB saat cuaca dan

keadaan matahari sedang sangat teriknya.

Suhu udara, tekanan udara yang tinggi, dan rendahnya kelembaban udara

akan menyebabkan semakin meningkatnya bahan pencemar timbal ke udara

karena dalam kondisi yang kering, partikel timbal akan semakin banyak

melayang-layang tersebar di udara (Mardani dkk, 2005). Ada faktor lain yang

dapat memengaruhi hasil kadar timbal yang didapat seperti kecepatan angin dan

arah angin selain suhu udara, tekanan udara dan kelembaban udara di sekitar

lokasi pengambilan sampel timbal pada udara ambien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Hasil pengukuran kadar timbal pada udara ambien pada lima titik lokasi yang

ada di SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa belum melebihi baku mutu

persyaratan udara ambien nasional menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1999, yaitu > 2 µg/Nm3.

2. SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa memiliki waktu beroperasi selama 24

jam dalam satu harinya. SPBU memiliki pembagian shift kerja yang dimiliki

oleh setiap pekerja dan dibagi ke dalam tiga waktu shift kerja, yaitu shift

kerja pertama dimulai dari pukul 07.00-15.00 WIB, shift kerja kedua dimulai

pukul 15.00-23.00 WIB dan shift kerja ketiga dimulai dari pukul 23.00-07.00

WIB.

3. SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa merupakan SPBU dengan tipe lokasi

A yang dibangun dengan luas lahan seluas 3500 m2, lebar muka lahan SPBU

sebesar 51 m, lebar samping lahan SPBU sebesar 60 m dan perkiraan volume

penjualan bahan bakar yang dihasilkan > 35 kiloliter setiap harinya.

4. Berdasarkan kriteria karakteristik lingkungan, yaitu persyaratan tata letak

lokasi dan standar operasi SPBU, SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa telah

memenuhi seluruh persyaratan yang ada.

5. Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar dalam kurun waktu 24 jam di

SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 4.838 kendaraan dengan

rincian sepeda motor sebanyak 2.675 kendaraan dan mobil sebanyak 2.163

kendaraan.

61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62

6. Jumlah bahan bakar yang terjual setiap harinya selama bulan April 2019 lebih

dari 35 kiloliter dengan rata-rata penjualan bahan bakar minyak mencapai

44.696,6 liter atau 44,6 kilolliter.

7. Suhu udara yang diukur pada lima titik lokasi pengambilan sampel udara

didapat suhu dengan nilai tertinggi pada lokasi tempat pengisian bahan bakar

dengan nilai suhu mencapai 40oC, sedangkan titik lokasi pengukuran dengan

suhu paling rendah terdapat pada lokasi tempat istirahat pekerja dengan nilai

29oC.

8. Kelembaban udara yang diukur pada lima titik lokasi pengambilan sampel

udara didapat kelembaban udara dengan nilai tertinggi pada lokasi tempat

istirahat pekerja dan jalan raya dengan nilai kelembaban sebesar 60%,

sedangkan titik lokasi pengukuran dengan kelembaban udara paling rendah

terdapat pada lokasi pintu keluar kendaraan dengan nilai 45%.

Saran

1. Kepada pihak SPBU X Kecamatan Tanjung Morawa serta pemerintah

setempat agar melakukan pemantauan secara berkala terhadap kualitas udara

yang ada di lingkungan SPBU secara berkala guna mempertahankan standar

operasi SPBU dalam hal budaya mematikan mesin kendaraan saat mengisi

bahan bakar mengingat sifat timbal yang selalu akumulatif di dalam tubuh

manusia sebagai upaya pencegahan terjadinya keracunan timbal pada pekerja.

2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel unsur

pencemar udara lainnya seperti total partikulat tersuspensi dan benzene pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

udara ambien serta meneliti perbedaan kadar timbal pada masing-masing titik

lokasi dan dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Daftar Pustaka

Achmadi, U.F. (2014). Manajemen penyakit berbasis wilayah. Paradigma


kesehatan lingkungan (Halaman 25-33). Jakarta: Rajawali Pers.

Akhadi, M. (2014). Isu lingkungan hidup. Logam-logam beracun di lingkungan


(Halaman 255-261). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aritonang, R.I. (2004). Gambaran kadar timbal (pb) di udara ambien pada
stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Medan tahun 2004
(Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Badan Standarisasi Nasional. (2016). RSNI3 udara ambien: berikan pendapat


untuk udara sehat. Jakarta Pusat, Indonesia: Anonim.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. (2018, 7 November). Jumlah


kendaraan bermotor yang terdaftar (unit), 2006-2017. Medan, Indonesia:
Anonim.

Bolger, P., Yess, N., Gunderson, E., Troxell, T., & Carrington, C. (1996).
Identification and reduction of sources of dietary lead in the United States.
Food additives and contaminants, 13 (1), 53-60.
https://doi.org/10.1080/02652039609374380

Carrington, C., Bolger, P., & Scheuplein, R. (1996). Risk analysis of dietary lead
exposure. Food additives and contaminants, 13 (1), 61-76.
https://doi.org/10.1080/02652039609374381

Darmono. (2001). Lingkungan hidup dan pencemaran hubungannya dengan


toksikologi senyawa logam. Toksisitas logam pada manusia dan usaha
pencegahannya (Halaman 140-147). Jakarta: Universitas Indonesia.

Dietrich, K., Krafft, K., Bornschein, R., Hammond, P., Berger, O., Succop, P., &
Bier, M. (1987). Low level fatal lead exposure effect on neurobehavioural
development in early infancy. Pediactrics, 80 (5), 721-730.
https://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/80/5/721.full.pdf

Environmental Protection Agency. (n.d.). Hazardous air pollutants: sources and


exposure. Washington D.C, United States: Anonim.

Environmental Protection Agency. (1991). Indoor air facts no. 4 sick building
syndrome (revised). Washington D.C, United States: Anonim.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Fardiaz, S. (1992). Polusi air dan udara. Logam berat dan batasan polusi udara
(Halaman 59-65 dan 91). Yogyakarta: PT Kanisius.

Henretig, F.M. (2006). Lead in Goldfrank, LR. Goldfrank’s toxicologic


emergencies (Edisi Ke-8). New York: McGraw-Hill Professional.

Kosnett, M.J. (2007). Heavy metal intoxication and chelators in Katzung, B.G.
basic and clinical pharmacology (Edisi Ke-10). New York: McGraw-Hill
Professional.

Mardani, T.R., Setiyono, P., & Listyawati, S. (2005). Kadar timbal (pb) dalam
darah dan hubungannya dengan kadar hb darah akibat emisi kendaraan
bermotor pada Petugas DLLAJ di Kota Surakarta. Bio smart FMIPA UNS,
7 (1), 60-65.

Mukono, H.J. (2002). Epidemiologi lingkungan. Studi epidemiologi terhadap


paparan polutan lingkungan (Halaman 133-153). Surabaya: Airlangga
University Press.

Mycyk, M., Hryhorcu, D., Amitai, Y. (2005). Lead. New York: McGraw-Hill
Professional.

Needleman, H. (1980). Low level lead exposure. the clinical implications of


current research. New York: Raven Press.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Pengendalian pencemaran


udara. Jakarta, Indonesia: Anonim.

Pertamina. (n.d). Pertamina industrial fuel marketing: Fuel product. Diakses dari
https://www.pertamina.com/industrialfuel/products- services/fuel-product/

Pertamina. (2004). Standar operasi dan prosedur pengelolaan SPBU Pertamina.


Jakarta, Indonesia: Anonim.

Pertamina. (2015). Bangunan SPBU berdasarkan standar PT. Pertamina. Diakses


dari http://spbu.pertamina.com/dashboard/info.html

Pertamina. (2019). Pertamina fuel retail: BBM retail. Diakses dari


https://www.pertamina.com/id/fuel-retail

Ragan, P & T. Turner. (2009). Working to prevent lead poisoning in children:


getting the lead out. Journal of the American Academy of Physician
Asisstants, 22 (7), 40-5. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19697571

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Rahmi, A. (2017). Hubungan paparan timbal dengan gingival lead line pada
petugas stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Medan
(Skripsi). Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Reffiane, F., Arifin, M., & Santoso, B. (2011). Dampak kandungan timbal (pb)
dalam udara terhadap kecerdasan anak sekolah dasar. Majalah ilmiah
pendidikan dasar, 1 (2), 102-103.
http://dx.doi.org/10.26877/malihpeddas.v1i2.305

Risdiyanta. (2014). Membedah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di


Indonesia. Forum teknologi, 4 (3), 42.
http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2_Membedah_SPBU_--
Risdiyanta.pdf

Ruslinda, Y., Gunawan, H., Goembira, F., & Wulandari, S. (2016). Pengaruh
jumlah kendaraan berbahan bakar bensin terhadap konsentrasi timbal
(pb) di udara ambien jalan raya Kota Padang. Padang: Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Lingkungan II Universitas Andalas.

Sembel, D.T. (2015). Toksikologi lingkungan. Toksikologi logam-logam utama


berbahaya (Halaman 105-111). Yogyakarta: Andi.

Siregar, P.R. (2005). Pelayanan air minum Jakarta dan pencemaran air. Diakses
dari http://www.walhi.or.id

Standar Nasional Indonesia. (2017, 30 Maret). Udara ambien – bagian 4: cara uji
kadar timbal (pb) dengan metoda destruksi basah menggunakan
spektrofotometer serapan atom. Jakarta, Indonesia: Anonim.

Syakbanah, N.L. (2015). Hubungan kadar pb di udara dan karakteristik


responden terhadap kadar pb darah tukang becak di Gresik (Skripsi).
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup. Jakarta, Indonesia: Anonim.

World Health Organization. (2004). Country profiles of environmental burden of


disease. Geneva, United States: Anonim.

Widowati, W., Sastiono, A., & Jusuf, R. (2008). Efek toksik logam. Timbal (pb)
(Halaman 111). Yogyakarta: Andi.

Wijaya, T.A. (2008). Pertambahan konsentrasi jerapan timbal (pb) pada daun
mahoni (Swietenia mahoni jacq.) dari emisi kendaraan bermotor
(Skripsi). Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Wiryono. (2013). Pengantar ilmu lingkungan. Pencemaran udara (Halaman 79-


84). Bengkulu: Pertelon Media.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Lampiran 1. Denah Lokasi Pengambilan Sampel

DENAH LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL


ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA UDARA AMBIEN
DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SPBU X
KECAMATAN TANJUNG MORAWA
TAHUN 2019

Tempat Parkir Truk Muatan


Tempat Parkir Kendaraan Pekerja SPBU
Kantin

*Tempat Istirahat Pekerja


Mushola

Gerai Mini Kantor

Tangki Minyak
ATM Market SPBU
WC

POM 1 POM 2
Genset
Panel/

POM 3 POM 4
Kantin

POM 5 POM 6
Gerai
ATM

ATM

Pengisian Angin
Nitrogen

POM 7 POM 8

*Tempat Pengisian Bahan Bakar


Kendaraan
*Keluar
*Masuk

*JALAN RAYA

Keterangan * = Titik Pengambilan Sampel Timbal Pada Udara Ambien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Lampiran 2. Lembar Observasi Karakteristik Lingkungan

LEMBAR OBSERVASI KARAKTERISTIK LINGKUNGAN


ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA UDARA AMBIEN
DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SPBU X
KECAMATAN TANJUNG MORAWA
TAHUN 2019

Memenuhi
Nomor Observasi Keterangan
Ya Tidak
1. Jumlah lajur masuk
minimum dua lajur
2. Pintu masuk dan keluar
dari SPBU tidak boleh
saling bersilangan
3. Lebar pintu masuk dan
keluar minimal 6 meter
4. Lajur keluar minimum
tiga jalur atau sama
dengan lajur pengisian
BBM
5. Jalan masuk dan keluar
mudah untuk berbelok
ke tempat pompa,
mudah ke tempat antrian
dekat pompa dan mudah
untuk berbelok pada
saat keluar dari tempat
pompa
6. Operator SPBU atau
Satuan Pengamanan
(Satpam) mengatur
kendaraan yang mengisi
bahan bakar, tetapi tidak
mematikan mesin
kendaraan.
Sumber: Pertamina, (2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Pengukuran Kadar Timbal Pada Udara Ambien Menggunakan Alat HVAS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Analisa Kadar Timbal di UPT Laboratorium Lingkungan Hidup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Lampiran 5. Surat Selesai Melakukan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Lampiran 6. Surat Keterangan Hasil Pengujian Kadar Timbal Pada Udara Ambien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai