Anda di halaman 1dari 26

IJTIHAD Materi V

Mata Kuliah Umum Universitas Negeri Padang


A
KONSEP IJTIHAD
PENGERTIAN, KEDUDUKAN, UNSUR DAN
OBJEK
PENGERTIAN IJITIHAD
Secara Bahasa:
‫الإجتهاد‬
‫الجُهد = الطاقة‬
‫الجَهد = المشقة‬
‫الإجتهاد‬
‫إجتهد – يجتهد – إجتهادا = بذل الوسع‬
Pengerahan daya dan kemampuan.
Daya berarti tenaga dan kemampuan berarti ilmu atau keahlian.
PENGERTIAN IJTIHAD

ِ ‫طلب العِلْم ِ بأحْكا ِم ال َش ّر ِيعَة‬


ِ ‫ل المجُتَهِدِ وسْ ع َه ُ في‬
ُ ‫بذ‬
“Mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh seorang mujtahid
untuk sampai pada ilmu tentang hukum-hukum syara` (agama).”
KEUDUDUKAN IJTIHAD
Ijtihad memiliki peran yang penting dalam membumikan dan pengembangan
hukum Islam. Hal ini disebabkan oleh teks-teks agama yang bersifat
mutanahiyah sedangkan permasalahan hukum bersifat muthatawirah.
KEUDUDUKAN IJTIHAD
Legalitas Ijtihad dalam Islam.
Al-Qur’an

َ‫ل الذِّكْر ِ ِإ ْن كُن ْتُم ْ ل َا تَعْلَم ُون‬


َ ْ ‫فَاسْ َألُوا َأه‬
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu“
tidak mengetahui” (Qs. Al-Nahal: 43)
KEUDUDUKAN IJTIHAD
Legalitas Ijtihad dalam Islam.
Al-Qur’an

‫ل و َ ُأول ِي ال َْأ ْمر ِ م ِنْك ُ ْم ۖ ف َِإ ْن تَنَازَعْتُم ْ فِي شَيْء ٍ ف َر ُدّوه ُ ِإلَى‬ َ ‫الل ّه َ و ََأطِيع ُوا‬
َ ‫الر ّسُو‬ َ ‫ي َا َأ ُ ّيهَا ال َ ّذ ِي‬
َ ‫ن آم َن ُوا َأطِيع ُوا‬
‫ن ت َْأوِ يلًا‬
ُ َ‫ك خَيْر ٌ و ََأحْ س‬ ِ ‫ل ِإ ْن كُن ْتُم ْ تُؤْم ِن ُونَ ب َِالل ّه ِ و َالْيَو ْ ِم الْآ‬
َ ِ ‫خر ِ ۚ ذ َٰل‬ َ ‫الل ّه ِ و‬
ِ ‫َالر ّسُو‬ َ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa': 59)
‫‪KEUDUDUKAN IJTIHAD‬‬
‫‪Legalitas Ijtihad dalam Islam.‬‬
‫‪Sunnah:‬‬

‫ل الله ِ ل َم ّا َأر َاد َ َأ ْن يَبْع َثَ مُع َاذ ًا الِي َ‬


‫سو ْ ُ‬ ‫ل ِإ َ ّ‬
‫ن رَ ُ‬ ‫اب مُع َاذ ب ْ ِن جَب َ ِ‬
‫صح َ ِ‬ ‫ع َنْ ُأناَسٍ مّ ِنْ اَه ْ ِ‬
‫ل حَم َص م ِنْ َأ ْ‬
‫اب‬ ‫اب اللهِ‪ .‬قَالَ‪ :‬ف َِإ ْن ل َ ْم َ‬
‫تج ِ ْد فِي ك ِت َ ِ‬ ‫ك قَضَاءٌ؟ قَالَ‪َ :‬أقْض ِى بِكِت َ ِ‬
‫ض لَ َ‬
‫ض ِإذ َاع َرَ َ‬
‫كي َْف ت َ ْق ِ‬
‫ن قَالَ‪َ :‬‬
‫الْيم َ َ ِ‬
‫اب اللهِ؟ قَالَ‪ :‬اَجْ تَهِد ُ‬
‫ل الله ِ وَل َا فِي ك ِت َ ِ‬ ‫ل اللهِ‪ .‬قَالَ‪ :‬ف َِإ ْن ل َ ْم َ‬
‫تج ِ ْد فِي س َُن ّة ِ ر َ ُ‬
‫سو ْ ِ‬ ‫الله؟ قَالَ‪ :‬فَبِس َُن ّة ِ ر َ ُ‬
‫سو ْ ِ‬
‫ل‬ ‫ل الله ِ ل َم ّا يَرْض َي ر َ ُ‬
‫سو ْ ُ‬ ‫سو ْ ِ‬
‫ل رَ ُ‬
‫سو ْ َ‬ ‫ِي و ََف ّ َ‬
‫ق رَ ُ‬ ‫ل الله ِ َ‬
‫ص ْدر َه ُ و َقَالَ‪ :‬ا َ ْلحم َْد ُل َِل ّه ِ ال َ ّذ ْ‬ ‫سو ْ ُ‬
‫ر َاي ْ ِئ وَل َاآلُو ْ‪ .‬ف َضَر َبَ ر َ ُ‬
‫الله ِ‬
KEUDUDUKAN IJTIHAD
“Dari penduduk Humsh sahabat Mu`adz bin Jabal bahwasanya ketika Rasulullah Saw
hendak mengutus Mu`adz ke Yaman, beliau besabda: Bagaimana kamu memutuskan
perkara wahai Mua’adz?” Mu’adz menjawab: “Dengan sesuatu yang terdapat di dalam
kitab Allah.” Nabi bersabda: “Kalau kamu tidak mendapatkannya dari kitab Allah?”
Muadz menjawab: “Saya akan memutuskannya dengan sesuatu yang telah diputuskan
oleh Rasul Allah.” Nabi berkata: “Kalau kamu tidak mendapatkan sesuatu yang telah
diputuskan oleh Rasul Allah?” Mu’adz menjawab: “Saya akan berijtihad dengan pikiran
saya.” Nabi bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan
dari Rasulullah.”(HR. Abu Daud)
KEUDUDUKAN IJTIHAD
Legalitas Ijtihad dalam Islam.
Sunnah:
‫ وإذا حكم فاجتهد ثم أخطأ فله أجر‬،‫إذا حكم الحاكم فاجتهد فأصاب فله أجران‬
Apabila seorang hakim membuat keputusan apabila dia berijtihad dan benar maka dia“
mendapat dua pahala apabila salah maka ia mendapat satu pahala.” (Hr. Bukhary)
UNSUR IJTIHAD
1. Nafsu al-ijtihad: aktivitas ijtihad itu sendiri dalam rangka menggali hukum syara`
atas realitas tertentu.
2. Mujtahid: seseorang yang memiliki kompetensi ataupun kapebilitas untuk berijtihad.
3. al-Mujtahad fihi: hukum syara` yang ditetapkan oleh mujtahid atas sebuah perkara
yang tidak memiliki sandaran dalil secara lansung kepada al-Qur’an dan Sunnah.
OBJEK IJTIHAD
Tidak semua permasalahan yang menjadi objek ijitihad. Pada permasalahan yang telah
dijelaskan dengan nash yang qat`iyu al-tsubut dan qath`iyu al dilalah maka sudah final.
Adapun yang menjadi objek ijtihad adalah :
1. Nash yang keadaannya masih ke-tsubut-annya masih zhanni, seperti hadis ahad. Maka
yang menjadi lapangan ijtihad di sini adalah untuk meneliti bagaimana sanad hadis
tersebut, derajat para perawinya, dan lain-lain.
2. Nash yang dilalah-nya masih zhanni. Maka yang menjadi lapangan ijtihad, di sini
adalah bagaimana maksud dari nash tersebut, misalnya dengan memakai kaidah ‘am,
khas, mutlaq, muqayyad, dan lain-lain.
3. Permasalahan yang tidak ada nash-nya, maka yang menjadi lapangan ijtihad adalah
dengan cara menggunakan kaidah-kaidah yang bersumber dari akal, seperti qiyas,
istihsan, mashalah murshalah, dan lain-lain dalam penetapan hukum.
B
URGENSI IJTIHAD
SEBAGAI SUMBER HUKUM
URGENSI IJITHAD SEBAGAI
SUMBER HUKUM
1. Ijtihad merupakan cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang muncul dengan
mengembalikannya kepada al-Qur’an dan Sunnah.
2. Ijtihad merupakan cara untuk menyesuaikan perubahan-perubahan sosial dengan tatanan
hukum Islam.
3. Ijtihad berfungsi sebagai wadah pencurahan pemikiran dalam mencari jawaban dari masalah-
masalah seperti berikut ini.
a. Masalah asasi yang berkaitan dengan ajaran Islam seperti ibadah, muamalat dll.
b. Masalah esensial misalnya mengenai program pembangunan bangsa dan negara.
c. Masalah insidental seperti isu-isu yang berkembang dalam masyarakat.
C
BENTUK DAN TEKNIS IJTIHAD
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
1. Ijma`
Ijma, yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam
agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah
keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian
dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para
ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
Sebagai contoh adalah ijma tentang kewajiban shalat, kewajiban puasa ramadhan dan
lain sebagainya. Hasil ijtihad ulama dalam memahami teks al-Qur’an menyatakan bahwa
shalat wajib dan tidak ada seorangpun ulama membantahnya. Begitu juga dengan
penetapan hukum tentang kewajiban puasa Ramadahan dan beberapa hukum lainnya.
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
2. Qiyas
Qiyas, menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu
perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan
dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama.
Sebagai contoh qiyas adalah pengharaman narkotika. Tidak ada dalil yang menjelaskan
tentang hukum narkotika dan obat-obatan terlarang dalam ajaran Islam. Akan tetapi
dampak dari mengkonsumsi obat-obat tersebut sama dengan minuman keras dan bahkan
lebih. Oleh sebab itu, dengan kesamaan sifat pada dua hal tersebut maka diberlakukanlah
keharaman hukum khamar yang memiliki nash dengan hukum narkotika.
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
3. Istihsan
Istihsan adalah kecenderungan seseorang pada sesuatu karena menganggapnya lebih
baik, dan ini bisa bersifat lahiriah (hissiy) ataupun ma’nawiah; meskipun hal itu dianggap
tidak baik oleh orang lain. Atau dapat diartikan dengan penangguhan hukum oleh
seseorang mujtahid dari hukum yang jelas ( al-Qur'an, Sunnah, Ijma' dan Qiyas) ke
hukum yang samar-samar (Qiyas Khafy) karena kondisi/keadaan darurat.
Misal yang paling sering dikemukakan adalah peristiwa ditinggalkannya hukum potong
tangan bagi pencuri di zaman khalifah Umar bin Al-Khattab Ra. Hukum asal bagi
pencuri adalah potong tangan, akan tetapi hal ini tidak diberlakukan oleh Khalifah Umar
bin Kahttab. Sebab ketika itu umat Islam dilanda musim panceklik, maka untuk bisa
bertahan hidup seseorang harus mencuri. Oleh sebab itu, terjadilah peralihan hukum dari
hukum asli ke hukum pengikutnya dikarenakan sebuah kondisi.
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
4. Istishhab
Istishhab adalah menjadikan hukum yang sudah ada sebelumnya tetap menjadi hukum
yang berlaku sampai ada dalil yang menunjukkan adanya perubahan.
Contohnya seperti hak kepemilikan yang sudah tetap dengan adanya akad jual beli
sebelumnya, Maka hak kepemilikan itu tetap sampai sekarang, sampai ada dalil yang
menunjukkan adanya perubahan, hukum suci yang sudah ada sebelumnya, maka tetap
menjadi hukum hingga sekarang, sampai ada dalil yang menunjukkan atas hilangnya
hukum suci tersebut, dan seterusnya.
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
5. al-Mashlahah al-Mursalah
Mashlahah al-Mursalah adalah cara menetapkan hukum yang berdasarkan atas
pertimbangan kegunaan dan manfaatnya atau kemashlahatan yang ingin diwujudkan.
Seperti pencatatan pernikahan, cerai dipengadilan, dll.
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
6. al-Urf
Urf adalah adat-istiadat yang mempengaruhi hukum syara`. Seperti tradisi yang berlaku
dimasyarakat dalam perkawinan dan lain sebagainya.
Urf diakui secara syara` selama tidak bertentangan dengan syara. Jika bertentangan maka
urf tidak berlaku dan tidak boleh dijadikan sebagai sandaran hukum.
TEKNIS IJTIHAD
1. Ijithad Fardi
Ijtihad fardi adalah Setiap ijtihad yang dilakukan oleh perseorangan dalam suatu perkara.
Dalam hal ini, ijtihad fardi ada beberapa tingakatan, yaitu:
1. Mujtahid Muthlaq
2. Mujtahid Mazhab
TEKNIS IJTIHAD
2. Ijithad Jama`
Ijtihad jama`I adalah semua ijtihad yang dilakukan oleh beberapa orang dan bersepakat
atas sebuah hukum yang sama. Dalam ijtihad jama`I, personal yang terlibat tidak saja
faqih atau ulama akan tetapi juga melibatkan para ahli yang tekait dengan bidang yang
diijtihadkan. Seperti, dalam bidang medis melibatkan dokter, dalam bidang IT melibatkan
pakar IT dan sebagainya.
D
IMPELEMENTASI IJTIHAD
PADA PERMASALAHAN
KONTEMPORER
IJITHAD DALAM PERMASALAHAN
KONTEMPORER
Jual beli secara online
Kartu kredit
Tranplantasi organ tubuh
Donor darah
Operasi plastik
Inseminasi buatan
Penggunaan CCTV sebagai saksi di pengadilan
Penjara sebagai hukuman
Dll…
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai