Anda di halaman 1dari 7

STASE TRAVEL MEDICINE

PROGRAM MITIGASI FISIOTERAPI MENGURANGI RESIKO SAKIT YANG


BERHUBUNGAN DENGAN TRAVEL MEDICINE PADA WISATAWAN DI PURA
LEMPUYANG

OLEH :
PUTU ADITYA IRAWAN (2002631048)

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1. Observasi Wilayah Pura Lempuyang
Pura Lempuyang yang merupakan salah satu objek wisata dan merupakan
tempat suci bagi umat Hindu yang berlokasi di wilayah bagian timur dari pulau dewata
tepatnya di Kabupaten Karangasem. Bagi umat Hindu itu sendiri melakukan
persembahyangan di Pura Lempuyang akan menjadi suatu tantangan tersendiri hal ini
dikarenakan letak Pura Lempuyang yang terletak di lereng bukit lempuyang sehingga
para pengunjung harus menaiki anak tangga yang terhitung 1750-1800 anak tangga
untuk mencapai puncak pura tesebut yang berada pada ketinggian 1175 mdpl. Beberapa
tahapan harus diselesaikan oleh pengunjung jika ingin melakukan persembahyangan di
puncak Pura Lempuyang atau yang biasa orang sebut dengan Puncak Luhur atau Pura
Pasar Agung seperti pendakian awal yang melewati jalan beraspal sebelum menuju pura
pertama yaitu Pura Ayu dimana lokasi ini merupakan pura dengan luas terbesar yang
menjadi tujuan pertama bagi pengunjung untuk melakukan persembahyangan.
Selanjutnya pengunjung melakukan perjalanan kembali menuju Pura Telaga Mas dan
melanjutkan perjalanan melalui ribuan anak tangga untuk mencapai Pura Pasar Agung
(Native Indonesia,2019).

2. Pengenalan Hazard di Pura Lempuyang


Menurut penelitian sebelumnya hazard adalah faktor yang melekat pada suatu
keadaan yang mempunyai potensi menyebabkan masalah kesehatan maupun keselamatan
kerja serta lingkungan yang memberikan dampak buruk (Dzikri. MA,2019). Pura
lempuyang sendiri yang berada di ketinggian 1175 mdpl dan mengharuskan pengunjung
untuk menaiki 1750-1800 anak tangga tentunya memiliki resiko yang akan mengancam
keselamatan selama melakukan perjalanan seperti resiko terjatuh,terpeleset akibat cuaca
ataupun akibat dari individu itu sendiri seperti kelelahan dan beberapa faktor lain yang
menjadi hazard di Pura Lempuyang ini seperti banyaknya binatang seperti monyet hutan
yang berada di sekitar Pura Lempuyang dan juga cuaca yang tidak menentu seperti
turunnya hujan yang menyebabkan jalan menjadi licin. Berita yang diterbitkan oleh

1
media cetak Nusa Bali menyebutkan ada beberapa kasus yang terjadi di Pura Lempuyang
ini seperti kasus terjatuhnya dua warga negara asing pada 2019 lalu yang diakibatkan
oleh medan licin saat ingin mendaki ke puncak Pura Lempuyang (Nusa Bali,2019).
3. Program Fisioterapi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan sebelum pemilihan program latihan yang
dapat diberikan untuk mencegah terjadinya cidera pada wisatawan di Pura Lempuyang :
1. Pemeriksaan Keseimbangan
Four Square Step Test
 Tujuan : Untuk menilai kemampuan keseimbangan dinamis dan keseimbangan
statis sebelum terapis memberikan jenis latihan apa yang sesuai dengan
kondisi pasien.Tes ini dapat diberikan kepada pasien dengan kondisi
stroke,parkinson dan pasien lanjut usia.
 Prosedur :
a. Terapis mempersiapkan 4 cone yang diletakkan pada garis silang yang
sudah disediakan.
b. Berikan perintah untuk pasien melangkah melewati cone searah jarum jam
dan berlawanan arah jarum jam tanpa menjatuhkan cone yang ada.
c. Waktu dimulai apabila salah satu kaki pasien sudah mulai melangkah
d. Test dilakukan selama 2 kali percobaan dan dicatat waktu terbaik dan test
diulang apabila pasien menjatuhkan cone dan kehilangan keseimbangan.
 Interpretasi Nilai :
Pasien Lanjut Usia : >15 detik ( memiliki resiko jatuh )
Stroke : >15 detik ( memiliki resiko jatuh )
Parkinson : > 9,68 detik ( memiliki resiko jatuh

2
2. Pemeriksaan kardiorespirasi
6 Minute Walking Test
 Tujuan : Untuk menilai keterbatasan kardiorespirasi yang berkaitan dengan
aktivitas apa yang akan dilakukan serta menentukan jenis aktivitas apa yang
dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.
 Prosedur :
a. Terapis akan melakukan pemeriksaan vital sign sebelum tes dimulai
b. Pasien diberi intruksi untuk berjalan santai dengan lintasan yang sudah
disiapkan sejauh 50 m selama 6 menit
c. Apabila pasien merasa lelah, pasien diperkenankan untuk berhenti namun
dengan waktu yang tetap berjalan
d. Terapis melakukan pemeriksaan vital sign dan sesak setelah tes dilakukan
 Interpretasi Nilai :
Penilaian hasil akhir pada 6 minute walking test pada lansia dapat dilihat dari
hasil BORG scale yang menilai sesak dan kelelahan

3
3. Pemeriksaan fisik
Sit and Reach Test
 Tujuan : untuk menilai fleksibilitas dari hamstring dan punggung bawah.
 Prosedur :
a. Pasien dalam posisi duduk dengan kedua kaki diluruskan dengan ujung
kaki menyentuh tembok.
b. Terapis memberi intruksi untuk meraih sejauh-jauhnya kearah jari kaki
dengan tetap menjaga posisi dari pasien.
c. Terapis mencatat selisih antara ujung jari tangan dengan jari kaki
d. Test dapat diulang sebanyak 3 kali dan dicatat selisih terkecil.
 Intrepretasi Nilai :

Beberapa program fisioterapi yang dapat diberikan kepada lansia yang ingin
melakukan perjalanan persembahyangan ke Pura Lempuyang seperti :
Fokus Latihan/Modalitas Dosis
Intervensi
ROM  Stretching pada hip  Durasi tahan 30 detik, 5
adductor,abductor,fleksor, repetisi)
ekstensor,gastrocnemius
dan soleus
Strengthening  Straight Leg Rise (with  SLR ( 10-12 repetisi,1-3 set)
resistance band)  Wall Squat

4
 Wall squat (10-12 repetisi,1-3 set)
 Lunges ( beban minimal)  Lunges
 Bridging (8-10 repetisi,1-3 set)
 Sit to Stand exercise  Bridging (hold 8-10 second,
1-3 set)
 Sit to Stand ( 15-20 detik)
Stabilisasi  Single leg balance  Single leg balance
 Heel to toe walk (10 repetisi, 3 set)
 Heel to toe (20 langkah,1-3
set)
Aerobic  Jogging  Jogging dilakukan selama
 Climb stairs exercise 30-60 menit kecepatan rendah
 Climb stairs dilakukan selama
5 menit

Edukasi :
 Edukasi untuk istirahat yang cukup sebelum melakukan perjalanan
 Melakukan stretching terlebih dahulu dan menggunakan sepatu yang nyaman
 Membawa persediaan makanan dan minuman yang cukup
 Membawa tracking pole untuk membantu saat perjalanan
 Edukasi mengenai managemen istirahat saat perjalanan

5
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, J., Harrelson, G. & Wilk, K., 2012. Physical Rehabilitation of the Injured Athlete. 4
penyunt. s.l.:Elsevier Saunders.
Dzikri, MA,Sukana, M, 2019. Penerapat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Wisata Paralayang
di Gunung Banyak,Kota Batu Provinsi Jawa Timur.Jurnal Destinasi Wisata.Vol 7(2): 275-
280.
Fujita, K. Nagatomi. R,et.al.2003. Effect of Exercise Training on Physical Activity in Older People: A
Randomized Controlled Trial.Joural of Epidemiology.Vol 13(2).120-126.
Knutgenn., 2017. Strength and Aerobic Exercises: Comparison and Contrast. Joirnal of
Strength and Conditioning Research. Vol 21(3): 973-978.
Mayorga, VD. Merino, MR. 2014. Criterion Related Validity of Sit and Reach Test for
Estimating Hamstring and Lumbar Extensibility : A Meta Analysis. Journal of
Sports Science and Medicine. Vol.13(1).
Nusa Bali.2019.Dua Bule Kecelakan di Areal Pura Lempuyang.Dilihat 15 Juli 2021.
<https://www.nusabali.com/berita/46472/dua-bule-kecelakaan-di-areal-pura-
lempuyang>.
Rudi. 2019. Pura Lempuyang, Gerbang Surga di Pulau Dewata. Dilihat 15 Juli 2021.
< https://www.nativeindonesia.com/pura-lempuyang/> .
Sun. F, Norman, IJ. 2013. Physical Activity in Older People : A Systematic Review. BMC Public
Health.Vol.13(1).
Syafrianto, D. et al., 2017. Penambahan Glute Exercise pada Terapi Latihan Dasar Lebih
Meningkatkan Stabilitas Ankle pada Penderita Sprain Ankle Kronis. Sport and
Fitness Journal, 5(2), pp. 51-57.
Wyss, J. F. & Patel, A. D., 2013. Therapeutic Programs for Musculoskeletal Disorders. New
York: Demosmedical.

Anda mungkin juga menyukai