Anda di halaman 1dari 8

Merumusakan Masalah Penelitian

No Teori/Harapan/Rencana Fakta/Realita/Implementasi

1. Wakaf dapat meminimalisir ketimpangan Wakaf di Indonesia belum

perekonomian masyarakat, mengentaskan diproduktifkan dan pemanfaatan

kemiskinan dan meminimalisir harta wakaf masih pada hal yang

pengangguran (Uyun, 2015) jika bersifat diam (Kasdi, 2016).

diproduktifkan.

2. Banyak negara muslim seperti Mesir, Arab, Di Indonesia wakaf produktif

Turki, Malaysia dan Banglades sukses belum optimal. Diduga karena

mengoptimalkan wakaf produktif (Hasan & beberapa faktor, antara lain:

Rahmawati, 2011; Nilna Fauzah, 2015) a. kesadaran dan minat

masyarakat yang rendah

(Kasdi, 2016; Muntaqo, 2015),

b. kurangnya profesional dalam

pengelolaannya (Huda, Rini,

Mardoni, Hudori, & Anggraini,

2017; Muntaqo, 2015),

c. pemerintah kurang berperan

(Huda et al., 2017; Muntaqo,

2015; Syamsir, 2015).

3. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Prof. Data BWI menyebutkan bahwa

Dr. Nasaruddin Umar menyatakan bahwa penghimpunan wakaf tunai baru

potensi wakaf tunai bisa mencapai 20 triliun mencapai 145,8 miliar rupiah.

1
setiap tahunnya (“Potensi Wakaf Tunai

Mencapai Rp 20 Triliun,” 2011).

Bahkan ada yang menyatakan bahwa potensi

wakaf uang dapat mencapai 3 sampai dengan

60 triliun rupiah setiap tahunya.

4. Dengan potensi yang dimiliki oleh Partisipasi masyarakat dalam

Indonesia, seharusnya tingkat partisipasi program wakaf tunai rendah, hal

masyarakat untuk berwakaf tunai tinggi. ini disebabkan oleh:

a. kurangnya informasi tentang

wakaf tunai (Adeyemi,

Ismail, & Hassan, 2016;

Fanani, 2011; Ilyas, 2014),

b. kurangnya pengetahuan dan

pemahaman tentang wakaf

tunai (Adeyemi et al., 2016;

Dahlan, 2015),

c. kondisi sosial budaya yang

tidak mendukung (Adeyemi

et al., 2016),

d. rendahnya kompetensi nazhir

sebagai pengelola wakaf

(Fanani, 2011),

e. kurangnya peran pemerintah

dalam menggalakan program

2
wakaf tunai (Siswantoro &

Rosdiana, 2016).

5. Idealnya lembaga penghimpunan wakaf Beberapa lembaga yang ditunjuk

tunai dapat bekerja secara optimal dalam menghimpun wakaf tunai

belum optimal dalam

menghimpun dana masyarakat

(Furqon, 2011).

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wakaf sebagai salah satu bentuk konfigurasi filantropi dalam Islam memiliki peran

penting dalam meminimalisir ketimpangan perekonomian masyarakat, mengentaskan

kemiskinan dan meminimalisir pengangguran (Uyun, 2015). Hal ini terjadi manakala

harta wakaf digunakan sebagai salah satu instrumen pemberdayaan ekonomi umat, bukan

hanya sebagai aset yang memiliki nilai ibadah tetapi tidak memiliki nilai secara sosial dan

ekonomi. Apabila wakaf diproduktifkan, bukan hanya bernilai dari sisi ketuhanan saja

tetapi juga memiliki nilai secara sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Pemberdayaan harta wakaf untuk aktifitas sosial dan ekonomi atau yang biasa

disebut dengan wakaf produktif bukan merupakan hal baru. Pemberdayaan wakaf

produktif sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan masa kejayaan Islam, hanya saja

mayoritas umat Islam saat ini memandang wakaf hanya sebatas pada bentuk tanah atau

harta yang digunakan untuk aktivitas keagamaan semata. Sebagian masyarakat di

3
Indonesia masih menempatkan harta wakaf pada hal yang bersifat diam daripada yang

menghasilkan atau produktif (Kasdi, 2016).

Tidak termanfaatkannya harta wakaf pada hal yang produktif disebabkan oleh

banyak faktor. Mulai dari kesadaran dan minat masyarakat yang rendah terhadap wakaf

itu sendiri (Kasdi, 2016; Muntaqo, 2015), kurangnya profesionalitas dalam pengelolaan

wakaf (Huda, Rini, Mardoni, Hudori, & Anggraini, 2017; Muntaqo, 2015), hingga

kurannya peran pemerintah dalam mengoptimalkan potensi wakaf (Huda et al., 2017;

Muntaqo, 2015; Syamsir, 2015). Padahal jika berkaca pada pengalaman negara-negara

muslim lainnya, seperti Mesir, Arab, Turki, Malaysia dan Banglades yang telah sukses

mengoptimalkan wakaf produktif (Hasan & Rahmawati, 2011; Nilna Fauzah, 2015)

seharusnya Indonesia dapat pula melakukannya.

Wakaf produktif sendiri telah dituangkan dalam Undang-undang No. 41 Tahun

2004 yang merupakan salah satu instrumen dalam membangun kehidupan sosial ekonomi

umat Islam. Kehadiran Undang-undang wakaf ini menjadi momentum pemberdayaan

wakaf secara produktif, sebab di dalamnya terkandung pemahaman yang komprehensif

dan pola manajemen pemberdayaan potensi wakaf secara modern. Dalam UU tersebut

juga dijelaskan tentang Wakaf Tunai/Uang sebagai salah satu opsi bagi masyarakat yang

ingin berwakaf sehingga bukan hanya mereka yang memiliki harta yang berlebih saja

yang dapat berwakaf, tetapi bagi mereka yang hartanya pas-pasan juga dapat berwakaf.

Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa tentang

wakaf tunai pada tanggal 11 Mei 2002 tetang bolehnya wakaf uang dan surat berharga

lainnya.

Tercatat realisasi wakaf tunai di Indonesia yang dikumpulkan oleh Badan Wakaf

Indonesia (BWI) sampai dengan Desember 2013 baru mencapai 145,8 miliar rupiah. Jika

4
dibandingkan dengan potensi yang ada, nilai ini masih sangat jauh dari yang diharap.

Menurut beberapa sumber, potensi wakaf uang dapat mencapai 3 sampai dengan 60 triliun

rupiah setiap tahunya. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Prof. Dr. Nasaruddin Umar

sendiri pernah menyatakan bahwa potensi wakaf tunai bisa mencapai 20 triliun setiap

tahunnya (“Potensi Wakaf Tunai Mencapai Rp 20 Triliun,” 2011). Hal ini

mengindikasikan masih besarnya kesenjangan yang tinggi antara potensi yang ada dengan

realisasi penghimpunan dana wakaf tunai dari masyarakat.

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam program wakaf tunai disebabkan oleh

banyak hal, mulai dari kurangnya informasi tentang wakaf tunai (Adeyemi, Ismail, &

Hassan, 2016; Fanani, 2011; Ilyas, 2014), pengetahuan dan pemahaman tentang wakaf

tunai (Adeyemi et al., 2016; Dahlan, 2015), kondisi sosial budaya (Adeyemi et al., 2016),

rendahnya kompetensi nazhir sebagai pengelola wakaf (Fanani, 2011), hingga kurangnya

peran pemerintah dalam menggalakan program wakaf tunai (Siswantoro & Rosdiana,

2016). Selain itu, beberapa lembaga yang ditunjuk dalam menghimpun wakaf tunai juga

belum optimal dalam menghimpun dana masyarakat (Furqon, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, A. A., Ismail, N. A., & Hassan, S. S. B. (2016). An Empirical Investigation of

the Determinants of Cash Waqf Awareness in Malaysia. Intellectual Discourse,

24(Spesial Issue), 501-520.

Aziz, M. R. A., & Yusof, M. A. (2014). Examining the Relationship between Level of

Income and Appointment of Agent in Collecting Waqf Fund. International

Journal of Trade, Economics and Finance, 5(2), 167–169.

5
Badan Wakaf Indonesia. (2017). Cara Mudah Wakaf Uang. diunduh 5 Juni 2017, from

http://bwi.or.id/index.php/in/wakaf-uang-cara-wakaf-84.html

Creswell, J. W. (2013). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods

Approaches, 4th Edition (4th edition). Thousand Oaks: SAGE Publications, Inc.

Dahlan, R. (2015). Faktor-faktor Yang Memengaruhi Persepsi Nazhir Terhadap Wakaf

Uang. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 6(2), 305–315.

Efrizon, A. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wakif Tentang Wakaf Uang

(Tesis). Universitas Indonesia, Jakarta.

Fahmi, A., & Sugiarto, E. (2016). Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan dan

Monitoring Persebaran Aset Wakaf. Techno.Com, 15(4), 327–334.

Fanani, M. (2011). Pengelolaan Wakaf Tunai. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial

Keagamaan, 19(1), 179–196.

Fiqih Wakaf. (2007). Jakarta: Departemen Agama RI.

Furqon, A. (2011). Analisis Praktek Perwakafan Uang pada Lembaga Keuangan Syariah.

Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 19(1), 157–178.

Haryanto, R. (2013). Pengentasan Kemiskinan Melalui Pendekatan Wakaf Tunai. Al-

Ihkam: Jurnal Hukum & Pranata Sosial, 7(1), 178–200.

Hasan, S. (2010). Wakaf Uang dan Implementasinya di Indonesia. Journal de Jure, 2(2),

162–177.

Hasan, S., & Rahmawati, N. (2011). Wakaf Uang: Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan

Manajemen. Malang: UIN-Maliki Press.

Huda, N., Rini, N., Mardoni, Y., Hudori, K., & Anggraini, D. (2017). Problems, Solutions

and Strategies Priority for Waqf in Indonesia. Journal of Economic Cooperation

and Development, 38(1), 29–54.

6
Ilyas, S. (2014). Perkembangan Perwakafan di Kota Batam. Jurnal Bimas Islam, 7(4),

783–795.

Kasdi, A. (2016). Pergeseran Makna dan Pemberdayaan Wakaf. ZISWAF : Jurnal Zakat

Dan Wakaf, 3(1), 1–17.

Kotler, P. T., & Keller, K. L. (2015). Marketing Management (15 edition). Boston:

Pearson.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2009). Research in Education: Evidence-Based

Inquiry (7 edition). Boston: Pearson.

Mohsin, M. I. A. (2013). Financing through cash-waqf: a revitalization to finance

different needs. International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and

Management; Bingley, 6(4), 304–321.

Mulyono, D. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Keputusan Memberikan Donasi

Pada Rumah Zakat (Tesis). Institute Pertanian Bogor, Bogor.

Muntaqo, F. (2015). Problematika dan Prospek Wakaf Produktif di Indonesia. Al-Ahkam,

1(25), 83–108.

Nilna Fauzah. (2015). Rekonstruksi Pengelolaan Wakaf: Belajar Pengelolaan Wakaf dari

Bangladesh dan Malaysia. Universum : Jurnal KeIslaman Dan Kebudayaan, 9(2),

161–171.

Potensi Wakaf Tunai Mencapai Rp 20 Triliun. (2011, April 28). diunduh 2 Juni 2017,

from https://www2.kemenag.go.id/berita/85129/potensi-wakaf-tunai-mencapai-

rp-20-triliun?lang=ar

Qahaf, M. (2011). Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Satrio, E., & Siswantoro, D. (2016). Analisis Faktor Pendapatan, Kepercayaan Dan

Religiusitas Dalam Mempengaruhi Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat

7
Penghasilan Melalui Lembaga Amil Zakat. Presented at the Simposium Nasional

Akuntansi XIX, Lampung.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business: A Skill-Building

Approach (6 edition). Chichester, West Sussex: Wiley.

Siswantoro, D., & Rosdiana, H. (2016). Sustainability of Cash Waqf Development in

Indonesia: A Quintuple Helix Perspective. Sains Humanika, 8(1–2).

Supranto, J., & Limakrisna, N. (2012). Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah untuk

Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Mitra Wacana Mkedia.

Syamsir, R. (2015). The Economic Empowerment of the Ummah on the Basis of

Productive Waqf in West Sumatra, Indonesia. International Journal of Nusantara

Islam, 3(1), 31–46.

Uyun, Q. (2015). Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf Sebagai Konfigurasi Filantropi

Islam. ISLAMUNA: Jurnal Studi Islam, 2(2), 218–234.

https://doi.org/10.19105/islamuna.v2i2.663

Wijanto, S. H. (2015). Metode Penelitian menggunakan Struktural Equation Modeling

dengan Lisrel 9 (1st ed.). Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Yunimar, M. (2015). Tingkat Pemahaman Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Terhadap Wakaf Uang (Sripsi). UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai