NAMA MAHASISWA:
RISMAYANTI MAMBELA
NIM. 1490121023
2021
A. PENDAHULUAN
Penyakit-penyakit infeksi dermatitis merupakan penyakit kulit yang umumnya
dapat terjadi secara berulang-ulang terhadap seseorang dalam bentuk peradangan kulit
(epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau
faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal (Djuanda, 2013).
Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk dermatitis
atopic 0,69%, eczema nummular 0,17% dan dermatitis seboroik 2,32% yang
menyerang 2% hingga 5% dari penduduk. Diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat
kerja sebanyak 80% dan DKA sebanyak 20%, tetapi Negara Inggris dan Amerika
Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata
cukup tinggi yaitu berkisar antara 50-60% (KemKes RI, 2014).
B. PENGERTIAN
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermamtis cenderung resdidif dan menjadi kronis
(Nanda, 2015).
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi kulit menurut Nugrahaeni (2020), sebagai berikut: Kulit
memiliki fungsi penting yaitu melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme, bahan
kimia dan faktor lainnya: mencegah dehidrasi; sebagai organ sensorik; keseimbangan
elektrolit dan mensintesis vitamin D. Kulit melindungi bagian tubuh lainnya dari
angin, air, dan sinar matahari UV. Ini bertindak sebagai penghalang pelindung
terhadap kehilangan air, karena adanya lapisan keratin dan glikolipid di stratum
corneum. Selain itu merupakan garis pertahanan pertama terhadap aktivitas abrasive
karena kontak dengan pasir, mikroba, atau bahan kimia berbahaya. Keringat yang
dikeluarkan dari kelenjar keringat mencegah mikroba menjajah permukaan kulit
dengan menghasilkan dermicidin yang memiliki sifat antibiotic.
Kulit berfungsi sebagai organ indra karena epidermis, dermis, dan hypodermis
mengandung struktur saraf sensorik khusus yang mendeteksi sentuhan, suhu
permukaan, dan rasa sakit. Reseptor-reseptor ini lebih terkonsentrasi pada ujung jari,
yang paling sensitive terhadap sentuhan, terutama sel darah Meissner (sel darah
selubung) yang merespon sentuhan ringan, dan sel darah pacinian (sel darah selam),
yang merespons getaran. Sel Merkel, terlihat tersebar di stratum basale, juga
merupakan reseptor sentuh. Selain resptor khusus ini, ada saraf sensorik yang
terhubung ke masing-masing folikel rambut, reseptor rasa sakit dan suhu yang
tersebar diseluruh kulit, dan saraf motor menginevarsi otot dan kelenjar pili arrector.
Persarafan yang kaya ini membantu merasakan lingkungan kita dan bereaksi sesuai
dengannya.
Sistem intengumentary membantu mengatur suhu tubuh dengan sistem saraf simpatik.
Sistem saraf simpatik secara terus-menerus memonitor suhu tubuh dan memulai
respons motorik yang sesuai. Ketika kelenjar keringat mengeluarkan keringat, struktur
aksesori untuk kulit, mengeluarkan air, garam, dan zat lain untuk mendinginkan tubuh
saat tubuh hangat. Bahkan ketika tubuh tidak tampak berkeringat, sekitar 500 mL
keringat dikeluarkan sehari. Jika tubuh menjadi sangat hangat karena suhu tinggi atau
aktivitas atau kombinasi dari keduannya, kelenjar keringat akan dirangsang oleh
sistem saraf simpatik untuk menghasilkan sejumlah besar keringat, sebanyak 0,7
hingga 1,5 L perjam untuk orang yang aktif. Ketika keringat menguap dari permukaan
kulit, tubuh didinginkan saat panas tubuh hilang.
D. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis menurut Nanda (2015) dapat berasal dari luar (eksogen),
misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar,
suhu), mikro-organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis:
1. Dermatitis kontak
Peradangan dikulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh.
Terbagi menjadi 2: alergi dan iritan.
2. Dermatitis atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai fatal yang umumnya sering terjadi selama
masa bayi dan anak.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
5. Dermatitis statis
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala menurut Nanda (2015), sebagai berikut:
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak.
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan
sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis. Saat
akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih
bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit
meradang yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan
dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopik
Ada 3 fase klinis DA yaitu:
a. DA infantile (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan kedua.
Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi-pipi) berupa eritema, papul-vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk
krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai. Bila
anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan didaerah ekstensor ekstermitas.
Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun sebagian lagi berlanjut ke fase
anak.
b. DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantile ataupun timbul sendiri (denovo).
Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata
dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hyperkeratosis
dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50% permukaan tubuh
dapat menganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah dilipatan siku/lutu, samping leher, dahi, sekitar
mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan
dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir
(kering, pecah, berrsisik), vulva, putting susu atau skalp. Kadang-kadang lesi
meluas dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering,
agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak likenifikasi dan
sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya
menjadi hiperpigmentasi. Umumnya DA remaja dan dewasa berlangsung lama
kemudian cenderung membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia
pertengahan dan sebagian kecil sampai tua.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal didaerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha, atau
mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang tidur,
akan berkurang saat beraktivitas. Rasa gatal yang digaruk akan menambah berat
rasa gatal tersebut.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan atau
penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping, membentuk satu lesi
karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan
berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mongering menjadi krusta
kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya
satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi dari miliar sampai nummular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat ditungkai bawah, badan, lengan, termasuk
punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik.
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tungkai kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal disekitar daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena
F. PATOFISIOLOGI
-Mikroorganisme -Genetik
(bakteri, jamur)
-Lingkungan
-Farmakologik
Pemeriksaan laboratorium:
1. Pemeriksaan darah: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin.
2. Pemeriksaan urin: pemeriksaan histopatologi
H. PENATALAKSANAAN
1. Non-farmakologi
2. Tindakan keperawatan
3. Farmakologi
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual.
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan
subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul, menurut McFarland dan
McFarlane, mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan
(Bararah & Juhar, 2013).
Pengkajian:
A. Biodata
1) Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, No Medrec,
Diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab, hubungan dengan klien, alamat
B. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan Utama
Keluhan saat dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan klien sejak timbulnya gejala (sebelum masuk RS) dan penanganan
yang dilakukan dirumah dan di RS sampai dengan menjadi kasus kelolaan.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Penyakit apa saja yang pernah diderita, terutama yang berhubungan dengan penyakit
sekarang
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Catat riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit yang diderita saat ini.
Apakah ada predisposisi genetik terhadap penyakit yang diderita saat ini atau perilaku
yang didapat (memiliki kepribadian tipe A, gaya hidup yang penuh stress)
5) Genogram;
Dibuat dalam 3 generasi
Pola Aktifitas Sehari-hari
(Dapat menggunakan pola fungsi kesehatan dari sumber lain/Gordon)
Jenis aktifitas klien ditulis sebelum dan sesudah klien sakit
1. Pola Makan dan Minum
1. Makan: Jenis makanan, Frekuensi, Jumlah Makanan, Bentuk Makanan, Makanan
Pantangan, Gangguan/Keluhan
2. Minum: Jenis minuman, Frekuensi, Jumlah Minuman, Gangguan/keluhan
2. Pola Eliminasi
1. BAB: Frekuensi, Jumlah, Konsistensi dan Warna, Bau, Gangguan/Keluhan.
2. BAK: Frekuensi, Jumlah, Warna, Bau, Gangguan/Keluhan.
3. Pola istirahat/tidur
1. Siang : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
2. Malam : (waktu, lama, kualitas/gangguan istirahat & tidur)
4. Personal Hygiene
1. Mandi: Cuci rambut, Gosok gigi, Ganti Pakaian, Gunting Kuku, Gangguan /
Masalah
5. Pola Aktifitas/latihan fisik
1. Mobilisasi /Jenis aktifitas
2. Waktu/lama/frekuensi
3. Gangguan/masalah
6. Kebiasaan Lain
1. Merokok
2. Alkohol
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Tingkat Kesadaran:
- Kualitatif : Compos Mentis/ apatis/ Somnolent/ Sopor/
Soporocomatus/ Coma
- Kuantitatif : GCS (EMV)
b) Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
2) Data fisik Head To Toe
a) Sistem pernafasan
Inspeksi: melihat apakah ada gangguan pernapasan, apakah ada
pernapasan cuping hidung, ada penumpukan sekret atau tidak
Palpasi: lakukan pemeriksaan taktil premitus
Auskultasi: kaji apakah ada suara napas tambahan atau tidak
Perkusi: dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi yang diperkusi
berisi jaringan paru dengan suara sonor, berisi cairan dengan
suara redup, berisi padat atau darah dengan suara pekak, atau
berisi udara dengan suara hipersonor
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: kaji apakah terdapat sianosis atau tidak
Palpasi: biasannya denyut nadi meningkat akral hangat CRT < 2detik
Perkusi: pada pemeriksaan normal pemeriksaan perkusi yang didapatkan
pada thorax adalah redup.
c) Sistem persarafan
Inspeksi: apakah 12 saraf nervus cranial berfungsi dengan baik atau
adanya perubahan
d) Sistem perkemihan
Inspeksi: apakah klien mengeluh nyeri saat berkemih, apakah adanya
perubahan pada warna dan bau BAK, apakah ada tanda-tanda infeksi
(kalor, rubor, dolor, tumor, function laesa), terdapat massa padat dibawah
abdomen bawah (distensi kandung kemih)
Palpasi: Apakah ada nyeri tekan atau tidak, apakah kandung kemih teraba
penuh atau tidak, apakah teraba benjolan pada kelamin klien atau tidak,
apakah teraba massa ginjal yang membesar atau tidak
Perkusi: dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin terdapat
suara redup dikandung kemih karena terdapat residual (urin).
e) Sistem pencernaan
Inspeksi: mukosa mulut bagian dalam lembab/kering, lidah bersih atau
tidak, gigi klien utuh atau tidak, terdapat karies gigi atau tidak, apakah
terjadi pembesaran tonsil atau tidak, bentuk abdomen kembung/datar
Auskultasi: mendengarkan peristaltik usus normal atau tidak
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat pembesaran
permukaan halus.
Perkusi: kesembilan regio abdomen jika perkusi terdengar tympani berarti
perkusi dilakukan diatas organ yang berisi udara, jika terdengar pekak
berarti perkusi mengenai organ padat
f) Sistem integument
Inspeksi: turgor kulit kering atau lembab, apakah ada luka atau tidak,
apakah ada tahi lalat atau tidak, apakah adanya bulu pada kulit, warna
kulit, apakah ada kelainan di kulit
Palpasi: apakah ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
g) Sistem musculoskeletal
Inspeksi: ekstremitas kanan dan kiri simetris atau tidak, ada tidaknya
kelainan pada bentuk tulang dan sendi, apakah ada fraktur atau tidak,
kekuatan tonus otot ekstremitas atas dan bawah normal atau tidak, mampu
menggerakan persendian atau tidak
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan, ada edema atau tidak
h) Sistem Reproduksi
Inspeksi: pemeriksaan penis, uretra, dan skrotum ditemukan adanya
kelainan atau tidak, kebersihannya, apakah ada
lesi/infeksi/edema, terdapat pembesaran testis atau tidak
i) Sistem imun
Apakah ada riwayat alergi (udara dingin, ac, debu, zat kimia) atau tidak
j) Sistem endokrin
Inspeksi: apakah ada pembesaran pada kelenjar tiroid, apakah ada
kelainan atau tidak
k) Sistem Pengindraan
Inspeksi: apakah pada fungsi perasa makanan baik atau tidak, apakah ada
gangguan penglihatan atau tidak, apakah dapa mencium bau atau tidak
Data psiklogis
Apakah pasien merasa minder atau tidak, apakah nyaman dengan
kondisinya atau tidak, apakah klien percaya diri atau tidak, apakah klien tau
mengenai penyakit yang dideritanya dan apakah klien punya cara tersendiri
dalam mengatasi penyakitnya, bagaimana cara klien dalam mengelola
stressnya.
Data social
Apakah klien menolak atau menerima interaksi dengan orang lain atau
tidak, apakah klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau tidak, apakah
klien berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diadakan di lingkungan
masyarakat sekitar klien.
Data spiritual
Keyakinan dari klien apa, apakah klien taat beribadah atau tidak, ritual
apa yang dilakukan oleh klien (berdoa bersama dirumah atau pergi ke tempat
ibadah).
Data penunjung
Therapi
Bararah Taqiyyah & Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan: Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional. Jld.1, Pustakaraya; Jakarta, Indonesia.
Djuanda A. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Nurarif Amin Huda & Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC 2015. Edisi Revisi Jld. 1, hlm 182-187. Mediaction Jogja.
Nugrahaeni Ardhina. 2020. Penghantar Anatomi Fisiologi Manusia. Mustika Putri:
HEALTHY Yogyakarta.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2016. Definisi dan Indikator Diagnostik. Ed. 1.
PPNI
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2018. Definisi dan Tindakan Keperawatan. Ed.1.
PPNI
Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019. Definis dan Karakteristik Hasil Keperawatan.
Ed. 1. PPNI