Anda di halaman 1dari 29

MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI DURIAN

Disusun Sebagai Mini Project Program Dokter Internsip Indonesia

Disusun oleh
dr. Juniati Marina

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


PUSKESMAS SUNGAI DURIAN KABUPATEN SINTANG
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR PADA


WARGA PENGUNJUNG PUSKESMAS SUNGAI DURIAN

Yang diajukan oleh :


dr. Juniati Marina

Telah disetujui dan diterima oleh dokter pendamping internsip Puskesmas Sungai Durian
Kabupaten Sintang pada hari Selasa, 21 Juli 2020

Pembimbing,

dr. Tunik Erawati


NIP : 19820601 2009 03 2009

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai penyakit infeksi pada anak antara lain poliomelitis, campak, diptheri, pertusis
tetanus dan Tubercolusis atau TBC dapat dicegah dengan pemberian imunisasi pada bayi.
Pemberian imunisasi pada anak sangat penting untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas
terdapat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes RI, 2017).
Agar imunisasi dapat menjangkau semua lapisan masyarakat maka sasaran yang
ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu atau calon ibu untuk diberikan penyuluhan
tentang pentingnya imunisasi bagi anak, menganjurkan agar ibu membawa anaknya ke
Posyandu. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi hal tersebut yakni faktor pendidikan
(pengetahuan), usia, dan penyuluhan oleh bidan dan perawat setempat.
Semua orang tua, tentu berkeinginan supaya anak-anaknya tetap sehat. Jangankan sakit
berat, sakit ringanpun kalau mungkin jangan sampai diderita anaknya. Salah satu upaya agar
anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberi imunisasi.
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat ini terbukti dengan
menurunya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10% dari
angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya menjadi
1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia.(Depkes RI/2009 ).
Keberhasilan imunisasi ini tidak lepas dari peran serta petugas kesehatan baik di
posyandu maupun puskesmas. Peran orangtua tentunya memegang peranan utama dalam
terlaksananya program imunisasi dasar. Maka dari itu, penulis merasa perlu mengkaji lebih lanjut
mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan keterlibatan anak dalam imunisasi
dasar.

1.2. Rumusan Masalah


Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Durian Sintang.

iii
1.3. Tujuan
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Durian Sintang.

1.4. Manfaat Penelitian


a.) Manfaat teoritis
Dapat memperkaya konsep/ teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya yang terkait dengan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap pada
bayi.
b). Manfaat praktis
Dapat memberikan masukkan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan pengetahuan
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi khususnya melalui perspektif motivasi.
c). Manfaat bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah (KTI)
.
d). Manfaat bagi puskesmas
Untuk memberi tambahan informasi sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
penyuluhan maupun pendidikan kepada masyarakat mengenai imunisasi dasar selanjutnya.

iv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pengetahuan


2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini adalah setelah orang melakukan pengindraan
obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata
dan telinga (Notoadmojo, 2019).
Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoadmojo : 2017).
Benyamin Bloom (1980) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia
ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective)
dan c) psikomotor (psychomotor) (Notoadmojo, 2019).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan


Setelah ada beberapa definisi pengetahuan yang telah diuraikan di atas, pengetahuan yang
dicakup kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang sah dipelajari sebelumnya, termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recal) terhadap suatu spesifik dari
seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh suatu sebab itu tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

v
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara besar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, menyebarkan
contoh, menyimpulkan dan meramalkan obyek yang dipelajari tersebut.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum,
rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau sisi lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membantu penilaian
terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang


Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu :
a) Kecerdasan
Intelegensi (kecerdasan) merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir menggunakan
inteleknya atau pikirannya, cepat atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah
tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan
dalam suatu komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara Common sense dapat
dikatakan bahwa orang-orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

vi
b) Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan,
menimbulkan sifat positif serta memberkan atau meningkatkan ketrampilan masyarakat atau
individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan
yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu. Jadi
tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikannya.
c) Pengalaman
Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO (World Health
Organitation), menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah
satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk
dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang
terhadap obyek tersebut, dimana seseorang dapat mendapatkan pengetahuan baik dari
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
d) Informasi
Teori depensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa media massa
dianggap sebagai informasi yang memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan,
perubahan dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial
dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi cognitive, afektif dan behavior.
Pada fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan
ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan ambiguitas, pembentukan sikap,
perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu.
Media ini menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubik yang
terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi
televisi, radio, video, slide dan film serta papan (bilboard) (Notoadmojo, 2013).
e) Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai arah yang berlagu bagi obyek
sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang
mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu (Saifudin A, 2012 ).

vii
2.1.4. Kriteria Penilaian Pengetahuan
Untuk mengukur pengetahuan menggunakan rumus :
SP
P= x 100 %
SM
Keterangan :
P = Nilai pencapaian (%)
SP = Skor yang didapat
SM = Skor maximal semua pertanyaan yang di bawah ini dijawab benar
Dalam pemberian skor untuk pertanyaan karakteristik tidak berarti skor, sedangkan
jawaban pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan jawaban yang
salah diberi skor 0.
Berdasarkan hasil pertimbangan kemudian hasilnya di interprestasikan pada kriteria :
a) Pengetahuan baik = 76 – 100%
b) Pengetahuan cukup = 56 – 75 %
c) Pengetahuan kurang = 40 – 55 %
d) Pengetahuan tidak baik = < 40%

2.2. Konsep Dasar Imunisasi


2.2.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu (Buku Pegangan Imunisasi Depkes, 2019).

2.2.2. Kekebalan pada Tubuh


2.2.2.1.Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap
penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama. Kekebalan aktif dibagi
dalam 2 kategori :
a) Kekebalan aktif alamiah
Merupakan kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak dengan sendiri setelah mengalami
atau sembuh dari suatu penyakit.
b) Kekebalan aktif buatan

viii
Merupakan kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi).

2.2.2.2.Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh anak tetapi tidak membuat zat
anti bodi sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat pendek,
sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama. Kekebalan pasif dibagi dalam dua jenis :
a) Kekebalan pasif alamiah
Merupakan kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
b) Kekebalan pasif buatan
Merupakan kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak.

2.2.3. Tujuan Pemberian Imunisasi


a) Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu
b) Mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian (Buku Pegangan
Imunisasi Depkes, 2019).

2.2.4. Jenis-jenis Imunisasi


2.2.4.1.Vaksin BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG (Bacilus Calmette Guerin)
yang masih hidup.
Pemberian imunisasi BCG sebenarnya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur
12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi yang diberikan pada usia di atas 2
bulan harus dilakukan tes dengan mauntok terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah anak sudah
terjangkit penyakit TBC atau tidak. Apabila hasilnya positif (+) tidak perlu diberikan imunisasi.
Biasanya setelah suntikan BCG bayi tidak akan menderita demam, bila ia demam
setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan keadaan lain. Kekebalan yang diperoleh tindakan
mutlak 100%. Efek samping pada dasarnya tidak ada, tetapi reaksi secara normal akan timbul
selama 1 minggu, seperti pembengkakan kecil, merah pada tempat penyuntikan yang kemudian
akan menjadi pus kecil dengan garis tengah 10 mm. Luka ini akan sembuh sendiri dan

ix
meninggalkan jaringan perut (scar) bergaris 3- 7 mm. Tidak ada larangan untuk melakukan
imunisasi BCG, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif.
Cara pemberian imunisasi adalah dengan tempat penyuntikan 1/3 bagian lengan kanan
atas (inertio musculus deltoideus) dilakukan dengna suntikan di dalam kulit (intra cutan) dengan
dosis 0,05 cc.
2.2.4.2. Vaksin DPT (Difteria, Pertitis, Tetanus)
Manfaat pemberian informasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu
yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus (A.H. Markum,
2019).
Difteria adalah suatu penyakit yang bersifat toxin mediated disease dan disebabkan oleh
kuman corynebacterivm dipteriae. Termasuk suatu hasil gram positif. Pada dasarnya semua
komplikasi difteria, beratnya penyakit dan komplikasi biasanya tergantung dari luasnya kelainan
lokal angka kematian difteria masih sangat tinggi dan kelompok usia di bawah lima tahun
merupakan kelompok terbesar yang mengalami kematian.
Pertusis atau batuk rejan atau batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri bordetella pertuses. Pertusis juga merupakan penyakit yang bersifat
toxin-medicated dan toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar saluran nafas atas)
akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran secret saluran
pernafasan, dan berpotensi menyebabkan pneumonia.
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang besifat fatal yang disebabkan oleh oksitosin
produksi kuman Clostridium tetanus, kuman tersebut berbentuk batang dan bersifat anaerobik,
gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan berbentuk drumstick, tetanus selain dapat
ditemukan pada anak-anak juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang cukup fatal. Komplikasi
tetanus yang sering terjadi antara lain : laringospasme, infeksi nosokomial dan preumonia
ortotastik. Pada anak besar sering terjadi hiperpireksi yang juga merupakan tanda tetanus berat.
Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, sejak bayi berumur 2 – 11 bulan dengan selang
waktu antara dua penyuntikan minimal 4 minggu. Imunisasi ulang lainnya diberkan setelah umur
11/2 – 2 tahun. Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun dan diulang lagi pada
umur 10 tahun.

x
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan rasa nyeri
ditempat suntikan selama 1 – 2 hari. Kekebalan yang diperoleh dari vaksin DPT yaitu : vaksin
dipteri 80 – 95%, pertusis 50 – 60%, dan tetanus 90 – 95%.
Kadang-kadang terdapat akibat efek samping yang lebih berat, seperti demam tinggi atau
kejang, yang biasanya disebabkan oleh vaksin pertusisnya.
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak-anak yang
menderita penyakit kejang, demam kompleks, juga tidak boleh diberikan kepada anak batuk
yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit
gangguan kekebalan (defisiensi imunisasi). Juga tidak boleh diberikan bila sakit batuk, pilek,
demam atau diare yang sifatnya ringan bukan merupakan indikasi kontra yang mutlak.
Pemberian tiga kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu secara IM.
2.2.4.3.Vaksin Poliomyelitis
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis.
Vaksin polio mempunyai 2 kemasan yaitu vaksin yang mengandung virus polio yang sudah
dilemahkan (vaksin salk) dan vaksin yang mengandung virus polio masih hidup yang telah
dilemahkan (virus sabin). Imunisasi diberikan sejak anak baru lahir atau beberapa hari dengan
interval 4 minggu, pemberian ulangan pada umur 1½ - 2 tahun.
Biasanya tidak ada reaksi, namun dapat terjadi berak-berak ringan kekebalan yang akan
diperoleh sebesar 95 – 100%. Pada imunisasi polio hampir tidak terdapat efek samping bila ada
mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak pada penyakit polio sebenarnya. Pemberian vaksin
polio tidak boleh diberikan pada anak dengan diare berat, anak sakit parah dan anak penderita
kekebalan. Diberikan dengan cara diteteskan banyak 2 tetes 3 kali pemberian dengan selama 4
minggu.
2.2.4.4.Vaksin Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak secara
aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan.
Diberikan pada bayi umur 9 – 11 bulan dengan satu kali pemberian. Biasanya tidak
terdapat reaksi akibat imunisasi mungkin terjadi demam ringan dan tampak sedikit bercak merah
pada pipi di bawah telinga. Pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan mungkin pula terdapat
pembengkakan pada tempat suntikan, pada tempat suntikan kekebalan yang memperoleh yaitu
96 – 99%.

xi
Sangat jarang mungkin dapat terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari
ke 10 – 12 setelah penyuntikan. Selain itu dapat terjadi radang otak berupa ensefalitis atau
ensepalopati dalam waktu 30 hari setelah imunisasi. Anak yang sakit parah, penderita TBC tanpa
pengobatan, difisiensi gizi dalam derajat berat, difisiensi kekebalan, demam yang lebih 38
derajat celcius dan riwayat kejang. Di suntikkan 1/3 bagian lengan atas lengan kiri dengan dosis
0,5 cc.
2.2.4.5. Vaksin hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitisB.
Vaksinasi awal, diberkan 3 kali, jarak antara suntikan 1 ke II 1 – 2 bulan, sedangkan suntikan ke
III diberikan 6 bulan dari suntikan I, imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar.
Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang
mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan, reaksi ini akan menghilang
dalam waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan. Kekebalan yang
diperoleh cukup tinggi, berkisar antara 94 – 96%.
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak dilaporkan adanya efek samping yang berarti,
berbagai suara di masyarakat tentang kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat
pemberian vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma.
Imunisasi tidak dapat diberkan kepada anak yang menderita sakit berat. Vaksinasi
hepatitis B dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membayangkan janin.
Bahkan akan memberkan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun
kepada bayi selama beberapa bulan terakhir lahir.
Penyuntikan diberikan intra muscular, dilakukan di daerah deltoid atau paha antrolateral
dengan dosis Hevac B dewasa 5mg, anak 2,5 mg, hepaccine deweasa 3 mg, anak 1,5 mg, anak
1,5 mg, B hepavac II dewasa 10 mg dan engerix-B dewasa 20 mg, anak 10 mg dan engerix-B
dewasa 20 mg, anak 10 mg

xii
2.2.5. Jadwal Pemberian Imunisasi

2.3. Tujuan Program Imunisasi


Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertusius), campak (measles), polio dan tuberkulose.

xiii
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pemaksimalan kontrol faktor-faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil.
Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk
penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara
obyektif. (Notoatmodjo 2017)

3.2. Variabel Penelitian


Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan peneliti, sering kali
di katakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang akan di teliti (Arikunto, 2016). Dalam penelitian ini variabelnya adalah pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.

3.3. Definisi Operasional


Variabel Definisi operasional Kriteria Alat ukur Skala
Pengetahuan Segala sesuatu yang dipahami, Baik: 76-100% Kuesioner Ordinal
mengenai dimengerti oleh ibu tentang Cukup : 56-75%
imunisasi imunisasi dasar. Kurang : 40-55%
dasar. Tidak baik : ≤40%
(Arikunto,2006)

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian


3.4.1. Populasi
Adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan di teliti (Arikunto, 2006)
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa populasi adalah semua objek yang di
amati dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang
mempunyai bayi umur 0-12 bulan. Dalam penelitian ini populasinya adalah 17 orang.
3.4.2. Sampel

xiv
Adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh populasi
(Arikunto,2006). Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 17 orang.

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten
Sintang. Waktu penelitian di lakukan pada 7 Juli 2020, pukul 08.00-12.00 WIB.

3.6. Kerangka Kerja


Adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan
penelitian.

Populasi

Seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Durian sebanyak 17 orang.

Sampel

Sebagian ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Durian sebanyak 17 orang.

Teknik Sampling

Consecutive Sampling

Pengumpulan data

Melakukan penyebaran kuesioner terhadap responden yang menjadi sampel


penelitian

Kesimpulan

Bagan 1.Kerangka kerja tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

xv
 Ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 12 bulan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Durian
 Ibu yang bersedia dilakukan penelitian
 Ibu yang bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :


 Ibu yang tidak mau mengisi kuesioner
 Ibu yang tidak kooperatif dalam proses pengambilan data

3.7. Pengumpulan Data


3.7.1. Proses Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian
kuesioner oleh peneliti kepada responden yang dijadikan sampel penelitian sesuai kriteria inklusi
dan eksklusif. Sebelum melakukan pengumpulan data, penelitian meminta surat persetujuan
penelitian baik dari institusi pendidikan, institusi puskesmas dan institusi desa, kemudian peneliti
meminta inform consent (surat persetujuan) kepada responden untuk dijadikan sampel penelitian,
apabila responden setuju maka peneliti memberikan kuisioner dan mengobservasi buku register
imunisasi.
3.7.2. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mengukur pengetahuan ibu instrument penelitian yang digunakan adalah kuisioner
tertutup dengan jumlah 10 pertanyaan pengetahuan dan responden tinggal memilih pilihan yang
telah disediakan.

xvi
BAB IV
PROFIL LOKASI MINI PROJECT

4.1 Keadaan Geografis


UPTD Puskesmas Sungai Durian Sintang berada di pusat Ibu kota kabupaten, berjarak ±
7 kilometer dari titik nol dengan luas wilayah 97,124 KM², Titik Koordinat Puskesmas Sungai
Durian 00.07815 Litang Utara dan 111.48384 Bujur Timur. Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sungai Durian Sintang mencakup wilayah kerja dari Kecamatan Sintang. Batas wilayah kerja
Puskesmas Sungai Durian Sintang berbatasan dengan sebelah utara dengan Wilayah Kerja
Puskesmas Dara Juanti dan Puskesmas Tanjung Puri, sebelah Selatan berbatasan Wilayah Kerja
Puskesmas Pandan Kecamatan Tebelian, sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja
Puskesmas Dedai Kecamatan Dedai dan di sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja
Puskesmas Tempunak, Kecamatan Tempunak.
Wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian sebagian besar merupakan wilayah perkotaan
(60%) dan 40% wilayah pedesaan. Untuk semua wilayah pedesaan dapat dijangkau melalui
jalan darat , sedangkan untuk daerah desa tertung jika musim banjir dapat dijangkau melalui
sungai.
4.1.1 Jumlah Desa dan Pedukuhan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian tahun 2018 berjumlah
30.042 jiwa dengan 8.241 KK dan 6.615 rumah yang tersebar di 6 Kelurahan dan 4 Desa , terdiri
dari suku Melayu, Dayak, Cina dan Jawa dan sebagian kecil adalah suku lainnya. Sekitar 65 %
penduduknya bermukim di daerah pusat pemerintahan dan perekonomian serta sisanya tersebar
merata di wilayah pedesaan. Tempat tinggal penduduk di wilayah kerja Puskesmas berdekatan
dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas, Poskesdes dan Polindes). Berikut adalah data
penduduk wilayah kerja puskesmas dara juanti secara keseluruhan menurut kelompok sasaran
dan data jumlah penduduk miskin sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

xvii
JUMLAH
PENDUDUK
NO NAMA DESA/KEL JIWA KK RUMAH
L P

1. Anggah 290 289 579 166 128

Sengkuang 1509 1395 2904 1097 614


2.
Rawa mambok 1318 1187 2505 610 559
3.
Kapuas kanan hilir 2188 2010 4218 1518 1308
4.

5. Lalang baru 244 251 495 163 117

Mertiguna 1174 1179 2353 665 463


6.
Kedabang 542 484 1026 249 223
7.
Mengkurai 1071 1055 2126 713 490
8.
Tertung 976 259 259
9.
440 536
Kapuas kanan hulu 12860 2801 2454
10.
6.235 6.625
15.011 15.031 30.042 8.241 6.615
TOTAL WILAYAH KERJA

Sumber : Data Desa dan Kelurahan , Tahun 2018


4.2 Sumber Daya Kesehatan Yang Ada
Pembangunan Perdesaan Sehat merupakan suatu kebijakan bagi pelaksanaan Program
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dalam kerangka Pencapaian Sasaran Prioritas
Nasional 3 Kesehatan pada tahun 2014 dan MDGs pada tahun 2015 di Daerah Tertinggal,
Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik (Prioritas Nasional 10). Kebijakan Pembangunan Perdesaan
Sehat diharapkan akan menjadi acuan seluruh pemangku kepentingan dalam upaya Percepatan
Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan. Hal tersebut sesuai dengan kewenangan
serta tugas pokok dan fungsi Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) beserta 13
(tiga belas) Kementerian dan Lembaga pemegang amanah Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010
tentang RPJMN 2010-2014 dalam pembangunan Prioritas Nasional 10 berdasarkan Undang-
Undang No 39 Tahun 2008, Tentang Kementerian Negara.
Kebijakan Pembangunan Perdesaan Sehat diarahkan pada penajaman pilihan prioritas
intervensi pembangunan bagi penjaminan ketersediaan dan berfungsinya lima faktor dasar

xviii
kualitas kesehatan yaitu: Dokter Puskesmas bagi setiap puskesmas; Bidan Desa bagi setiap desa;
Air Bersih dan Sanitasi bagi setiap rumah tangga, serta Gizi seimbang bagi ibu hamil, menyusui
dan Balita di seluruh perdesaan di daerah tertinggal. Lima fokus intervensi Pembangunan
Perdesaan Sehat tersebut selanjutnya disebut dengan “Lima Pilar Perdesaan Sehat“. Upaya
mewujudkan Lima Pilar Perdesaan Sehat dilaksanakan melalui kegiatan percepatan
pembangunan sumber daya kesehatan terutama infrastruktur dan kapasitas lembaga kesehatan
daerah tertinggal berbasis perdesaan. Sumber daya pembangunan yang dibutuhkan diharapkan
dari komitmen dan rencana aksi “keberpihakan” seluruh pemangku kepentingan pembangunan
Prioritas Nasional 10 dalam pencapaian misi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk
peningkatan efektifitas pelaksanaan komitmen dan rencana aksi “keberpihakan” seluruh
pemangku kepentingan pembangunan Perdesaan Sehat tersebut dibentuk “Instrumen Fasilitasi
Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Perdesaan Sehat” yang selanjutnya disebut dengan
“Perdesaan Sehat”.

4.3 Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada


Di Sungai Durian Sintang juga tersedia pustu atau puskesmas pembantu tiap desa dengan
harapan bisa menolong pasien yang memiliki jarak tempuh yang jauh dan lama ke puskesmas.
Tujuan lain diharapkan bisa memberikan pertolongan segera pada pasien yang membutuhkan.

xix
BAB V
HASIL PELAKSANAAN MINI PROJECT

5.1 Data Umum


5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel : Distribusi responden berdasarkan umur ibu di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian,
Kabupaten Sintang

No Umur Frekuensi Prosentase


1 < 20 tahun 0 0%
2 20-35 tahun 12 70,5 %
3 >35 tahun 5 29,5 %
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20 – 35
tahun ( 70,5 % ) , sebagian kecil responden berumur > 35 tahun ( 29,5 % ) dan tidak terdapat
responden yang berumur <20 tahun.

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel : Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Durian, Kabupaten Sintang
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1 Dasar (SD,SMP) 5 29,5%
Menengah (SMA,
2 8 47 %
Sederajat)
Tinggi (Diploma,
3 4 23,5 %
Sarjana)
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan
menengah (47%), dan sebagian lainnya berpendidikan dasar (29,5%) dan tinggi (23,5%)

xx
5.1.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Tabel : Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian,
Kabupaten Sintang
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Bekerja/IRT 0 0%
2 Petani/Buruh 2 11,7 %
3 Wiraswasta /Swasta 10 58,8 %
4 PNS 5 29,5 %
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden bekerja sebagai petani/buruh
(11,7%), sebagian lainnya bekerja sebagai PNS (29,5%) dan wiraswasta/swasta (58,8%).

5.1.4. Karakteristik Responden berdasarkan jumlah anak


Tabel : Distribusi karakteristik responden berdasarkan jumlah anak di wilayah kerja Puskesmas
Sungai Durian, Kabupaten Sintang
No Jumlah anak Jumlah Ibu Prosentase
1 1 5 29,5 %
2 2 7 41,1 %
3 3 1 5,9%
4 4 1 5,9%
5 5 3 17,6 %
Jumlah 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah
anak 2 (41,1%), sebagian responden lainnya memiliki jumlah anak 1 (29,5%), jumlah anak 5
(17,6%), jumlah anak 3 (5,9%), dan jumlah anak 4 (5,9%).

5.1.5. Karakteristik Responden yang Memperoleh Penyuluhan


Tabel : Distribusi responden yang memperoleh penyuluhan mengenai imunisasi sebelumnya di
wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang

No Memperoleh Informasi Frekuensi Prosentase


1 Ya 17 100 %
2 Tidak - 0%

xxi
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden telah memperoleh
penyuluhan mengenai imunisasi sebelumnya( 100 % ).

5.1.6. Karakteristik Dukungan Keluarga


Tabel : Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga responden di wilayah kerja Puskesmas Sungai
Durian, Kabupaten Sintang
No Dukungan Keluarga Frekuensi Prosentase
1 Ya 0 0%
2 Tidak 17 100 %
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden tidak mendapat
dukungan keluarga untuk dilakukan imunisasi (100%).

5.2 Data Khusus


Tabel : Distribusi Tingkat Pengetahuan responden mengenai imunisasi dasar di wilayah kerja
Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang
No Tingkat Pengetahuan Ibu Frekuensi Prosentase
tentang Imunisasi
1 Kurang 0 0%
2 Cukup 17 100 %
3 Baik 0 0%
Jumlah 17 100 %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup mengenai imunisasi dasar (100%)

xxii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi
dasar, didapatkan hasil bahwa seluruh responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup mengenai imunisasi dasar.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Peneliti
Diharapkan untuk memperluas wawasan tentang imunisasi agar penelitian selanjutnya
dapat lebih baik dan lebih bermanfaat.
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan hasil penelitian ini, dapat memperkaya data mengenai program
imunisasi dasar untuk kemajuan program kesehatan selanjutnya.
6.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan kinerja dan promosi
kesehatan mengenai imunisasi dasar.
6.2.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam program-program
kesehatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya.

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, S. (2016). Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta


2. Departemen Kesehatan RI. 2019. Buku Panduan Imunisasi
3. Departemen Kesehatan RI. 2017. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga
4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Pertemuan Kepala Puskesmas Kota Surabaya. htm
5. Markum, A.H. 2017. buku Pelayanan Immunisasi EGC
6. Notoatmodjo. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
7. Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
8. Oktarina. 2017. SPSS 13.0 Untuk Orang Awam. Bandung : Alfabeta
9. Setiadi. 2017. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
10. Departemen Kesehatan RI. 2015. Survei Kesehatan Rumah Tangga
11. Suraatmadja. 2015. Imunisasi. Arcan : Jakarta

xxiv
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada,
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang.

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah, dokter Internship Sintang,

Nama : dr. Juniati Marina


Bersama ini kami mengajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi Dasar di
wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang.
Jawaban ibu kami jamin kerahasiaannya, oleh karena itu kami harap ibu memberikan
jawaban yang sejujur-jujurnya.
Atas perhatian dan kerjasama untuk menjadi responden, kami mengucapkan terima
kasih.

Sintang, 7 Juli 2020


Penulis

xxv
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini Responden:

Nama :
Umur :
Alamat :
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, bersama ini saya menyatakan tidak
keberatan untuk menjadi responden dalam penelitian dengan judul Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi Dasar di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian,
Kabupaten Sintang.
Demikian peryataan ini saya buat, tanpa ada paksaan dan tekanan dari penulis.
Sintang, 7 Juli 2020

xxvi
KUESIONER

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu mengenai Imunisasi Dasar


di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian, Kabupaten Sintang.

Nama :
Nomor :

Petunjuk pengisian
Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda huruf pada kotak di sebelah
jawaban yang anda pilih.
I. Karakteristik responden
1) Usia
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun

2) Pendidikan
a. Dasar (SD, SMP)
b. Menengah (SMA atau sederajat)
c. Tinggi (Diploma dan Sarjana)

3) Pekerjaan
a. Tidak Bekerja atau IRT
b. Petani atau Buruh
c. Wiraswasta / swasta
d. PNS

4) Berapakan jumlah anak ibu?

xxvii
5) Pernahkan ibu mendapat penyuluhan tentang imunisasi?
a. Ya
b. Tidak

6) Apakah keluarga ibu mendukung jika bayi ibu dilakukan imunisasi?


a. Ya
b. Tidak
II. Pertanyaan Variabel Pengetahuan
1) Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi agar terhindar dari penyakit
disebut….
a. Imunisasi
b. Imun
c. Posyandu

2) Tujuan dari imunisasi adalah……….


a. Mencegah penyakit tertentu pada seseorang
b. Menambah penyakit tertentu pada seseorang
c. Memberikan penyakit tertentu pada seseorang

3) Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi?


a. Diare
b. Demam Berdarah
c. Campak

4) Apa manfaat imunisasi?


a. Supaya anak tidak terjangkit penyakit infeksi
b. Agar anak tidak rewel
c. Agar nafsu makan anak bertambah

5) Berikut ini yang termasuk cara pemberian imunisasi adalah….


a. Diteteskan ke telinga

xxviii
b. Disuntikkan ke paha
c. Diteteskan ke mata

6) Kapan seharusnya anak anda pertama kali diberikan imunisasi?


a. Usia sekolah
b. Usia 1 tahun
c. Sejak Lahir
7) Kapan imunisasi pada anak anda harus ditunda?
a. Anak sedang demam tinggi
b. Anak banyak makan
c. Anak masih mengkonsumsi ASI

8) Bagaimana cara kerja imunisasi?


a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Meningkatkan nafsu makan
c. Menyembuhkan penyakit
9) Apakah yang diberikan saat imunisasi?
a. Kuman yang dilemahkan
b. Vitamin
c. Obat

10) Imunisasi apakah yang diberikan dengan cara diteteskan ke mulut?


a. BCG
b. Polio
c. DPT

xxix

Anda mungkin juga menyukai