Anda di halaman 1dari 418

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP

STRATEGIS (KLHS)
RPJMD KOTA PEMATANGSIANTAR
TAHUN 2021-2026

DINAS LINGKUNGAN HIDUP


KOTA PEMATANGSIANTAR
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Kata Pengantar
Dokumen “Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
RPJMD“, merupakan hasil pengkajian pembangunan berkelanjutan Kota
Pematangsiantar 2021-2026. Sebagaimana amanat dari Permendagri 7 Tahun 2018
tentang Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan RPJMD, perlu
memastikan dan menjadikan prinsip dan tujuan pembangunan berkelanjutan
menjadi dasar dan terintegrasi dalam RPJMD Kota Pematangsiantar melalui Kajian
Lingkungan Hidup Stratergis.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terhadap RPJMD Kota
Pematangsiantar merupakan hasil kerjasama seluruh pihak OPD Kota
Pematangsiantar dan para pihak lainnya yang dikoordinasi oleh Kelompok Kerja
KLHS RPJMD 2021-2026.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dokumen KLHS RPJMD Kota
Pematangsiantar ini. Kami mohon masukan, saran dan kritik yang membanung
demi kesempurnaan laporan ini.

Pematangsiantar, Desember 2020

Walikota

i
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... I–1
1.2 DASAR HUKUM ............................................................................. I–3
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................. I–4
1.4 RUANG LINGKUP .......................................................................... 1-4
1.5 TAHAPAN PEMBUATAN KLHS RPJMD ......................................... I–5
1.6 SISTEMATIKA DOKUMEN KLHS ..................................................... I-6

BAB II. DASAR TEORI


2.1 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS ................................... II – 1
2.2 TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) ...................... II – 6
2.2.1 Tinjuan Umum Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB) .............................................................................. II – 6
2.2.2 Indikator TPB ...................................................................... II – 8
2.2.3 Forum Politik Tingkat Tinggi Terkait SDGs/TPB ................... II – 9
2.2.4 Dokumentasi Penting Terkait TPB/SDGs .............................. II – 10
2.2.5 Pelaksanaan SDGs/TPB di Indonesia .................................... II – 11

2.3 DAYA DUKUNG DAYA TAMPUNG LINGUNGAN HIDUP.............. II – 14


2.3.1 Ekoregion Berbas is Bentang Lahan (landscape) ................... II – 15
2.3.2 Jasa Ekosistem (Ecosystem Services) ..................................... II – 18

BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN


3.1 KONDISI GEOGRAFIS .................................................................... III – 1
3.1.1 Posisi Strategis ..................................................................... III – 1
3.1.2 Morfologi ........................................................................... III – 3
3.1.3 Klimatologi .......................................................................... III – 3
3.1.4 Topografi dan Morfologi ..................................................... III – 4
3.1.5 Geologi .............................................................................. III – 5
3.1.6 Jenis Tanah ......................................................................... III – 6
3.1.7 Hidrologi ............................................................................ III - 6
3.1.8 Penggunaan Lahan .............................................................. III – 8
3.1.9 Potensi Sumber Daya Alam ................................................. III – 10
3.1.10 Rawan Bencana Alama......................................................... III – 11

ii
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

3.2 KONDISI DEMOGRAFIS .................................................................. III – 13


3.2.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk............................................. III – 13
3.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk .............................................. III – 13
3.2.3 Kompisisi Penduduk ............................................................ III – 14
3.2.4 Kesejahteraan Masyarakat .................................................... III – 16

3.3 KONDISI KEUANGAN ................................................................... III – 21


3.3.1 Kinerja Keuangan Daerah ..................................................... III – 21
3.3.1.1 Realisasi Pendapatan Daerah .................................. III – 21
3.3.1.2 Realisasi Belanja Daerah ......................................... III – 25
3.3.1.3 Realisasi Pembiayaan Daerah .................................. III – 27

3.4 KONDISI KONDISI LINGKUNGAN HIDUP .................................... III - 29


3.4.1 Kinerja Jasa Ekosistem .......................................................... III – 29
3.4.2 Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup ................. III – 31
3.4.3 Risiko dan Dampak Lingkungan Hidup ................................. III – 47
3.4.4 Efisiensi Sumber Daya Alam.................................................. III – 52
3.4.5 Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim ............................... III – 52
3.4.6 Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati .................. III - 54

3.5 PERAN PIHAK NON OPD

BAB IV. ANALISIS PENCAPAIAN TPB


4.1 ANALISIS PENCAPAIAN TPB ........................................................... IV – 2
4.1.1 Indikator yang Sudah Dilaksanakan dan Sudah .................... IV – 5
Mencapai Target Nasional
4.1.2 Indikator yang Sudah Dilaksanakan dan Belum ................... IV – 17
Mencapai Target Nasional
4.1.3 Indikator yang Belum Ada Data ........................................... IV – 27

4.2 ANALISIS PENCAPAIAN TPB BERDASARKAN ................................ IV – 41


PILAR PEMBANGUNAN

4.3 ANALISIS PENCAPAIAN TPB BERDASARKAN OPD ......................... IV – 43

4.4 ANALISIS PENCAPAIAN TPB BERDASARKAN STATUS DAYA


DUKUNG DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP ...................... IV – 45

4.5 PROYEKSI DAN PENCAPAIAN TARGET TPB .................................. IV - 60

BAB V. ALTERNATIF SKENARIO


5.1 ISU STRATEGIS................................................................................ IV – 2
5.2 ALTERNATIF SKENARIO ................................................................. IV - 23
5.2.1 Alternatif Skenario Daya Dukung Daya Tampung ................. IV - 24
Lingkungan Hidup
5.2.2 Alternatif Skenario Dengan Upaya Tambahan ...................... IV - 64
5.2.3 Altenatif Skenario Tanpa Upaya Tambahan.......................... IV – 85

iii
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

BAB VI. REKOMENDASI

iv
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

DAFTAR AKRONIM

ADHB Atas Dasar Harga Berlaku


ADHK Atas Dasar Harga Konstan
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APIK Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan
CSR Corporate Social Responsibility
DAS Daerah Aliran Sungai
DDDTLH Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup
GRK Gas Rumah Kaca
IPLT Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPM Indeks Pembangunan Manusia
JE Jasa Ekosistem
KAK Kerangka Acuan Kerja
KLHS Kajian Lingkungan Hidup Strategis
KRP Kebijakan, Rencana, dan Program
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
Ormas Organisasi Masyarakat
PAD Pendapatan Asli Daerah
PDRB Produk Domestik Regional Bruto
PERDA Peraturan Daerah
POKJA PL Kelompok Kerja Pengendalian Lingkungan
PT Perguruan Tinggi
RDTR Rencana Detail Tata ruang
RENSTRA Rencana Strategis
RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RTH Ruang Terbuka Hijau
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
RTRWP Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
SPAB Satuan Pendidikan Aman Bencana
OPD Organisasi Pemerintahan Daerah
SDGs Sustainable Development Goals
TPB Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
TPA Tempat Pengolahan Akhir
TPS Tempat Penimbunan Sampah
TPST Tempat Penimbunan Sampah Terpadu
SPAL Sistem Pengelolaan Air Limbah
SPAM Sistem Pengelolaan Air Minum

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pelaksanaan pembangunan daerah perlu menegaskan kembali arah kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu pembangunan daerah yang selaras dengan
pembangunan nasional dan antar wilayah. Pelaksanaan pembangunan daerah
secara berkelanjutan, salah satunya dengan melihat keberlangsungan ekosistem
dan lingkungan. Keberlangsungan ekosistem dan lingkungan berperan sebagai
pengendali pembangunan untuk memastikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan wilayah dan antar wilayah dalam suatu daerah mampu mencukupi untuk
mencapai tujuan pembangunan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), sebagai dokumen
Rencana Pembangunan Daerah yang mutlak harus ada dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah, merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari sistem
perencanaan pembangunan nasional serta memerlukan hasil analisis yang sistematik,
menyeluruh, dan selaras dengan visi serta misi suatu daerah. Dalam penyusunan tersebut
dibutuhkan masukan analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif dalam rangka
mendukung perumusan isu-isu strategis daerah dan arah kebijakan atau rencana program
pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu rekomendasi yang dapat menjadi dasar
bagi penyusunan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program (KRP) pembangunan dalam
suatu wilayah.
Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), pemerintah dan
pemerintah daerah wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program (Pasal 15). Dalam hal ini, KLHS menjadi instrumen wajib yang memberikan
rekomendasi dalam penyusunan dokumen RPJMD melalui pengkajian terhadap
kebijakan dan program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko terhadap
lingkungan hidup. Pemerintah juga telah menyusun PP Nomor 46 tahun 2016 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk pelaksanaannya.

I-1
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Dalam rangka melaksanakan amanat penyusunan KLHS terhadap RPJMD


Kementerian Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun
2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan RPJMD sebagai
pedoman bagi daerah dalam membuat dan melaksanakan KLHS RPJMD. Pemastian
prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi dasar dan terintegrasi dalam program dan
kegiatan pada RPJMD ditujukan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan yang
komitmen pemerintah terhadap kesepakatan global, yaitu Sustainiblity Development
Goals/SDGs atau disebut juga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Dalam Peraturan President Nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) menjadi komitment pemerintah
melaksanakan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development
Goals yang diselarasakan dengan Rencana Pembangunan Nasional dan Rencana
Pembangunan Daerah baik jangka panjang dan panjang menengah. TPB merupakan
kesepakatan pembangunan baru yang mendorong perubahanperubahan yang bergeser
ke arah pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan
untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. TPB
diberlakukan dengan prinsip-prinsip universal, integrasi dan inklusif untuk meyakinkan
bahwa tidak akan ada seorang pun yang terlewatkan atau “No-one Left Behind”.
Kota Pematangsiantar saat ini akan melaksanakan pemilihan kepala daerah, sesuai
dengan ketentuan perundangan, Kepala Daerah terpilih menyusun RPJMD yang diawali
dengan penyusunan KLHS RPJMD. KLHS RPJMD yang disusun sebelum dirumuskannya
RPJMD difokuskan pada pencapaian target TPB dan mengakomodasi isu strategis TPB
yang mencakup empat isu yaitu isu lingkungan hidup, ekonomi, sosial, hukum dan tata
kelola. Diharapkan hasil kajian ini dapat memberikan masukan terhadap proses
penyusunan RPJMD Kota Pematangsiantar untuk mewujudkan tujuan pembangunan
yang berkelanjutan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada Tahun Anggaran
2020 ini, Pemerintah Kota Pematangsiantar melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
melaksanakan kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMD
Kota Pematangsiantar.

1.2. DASAR HUKUM


Landasan hukum yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan KLHS RPJMD
Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:
1. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

2. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
3. Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhi
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941);
5. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 136);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan evaluasi pembangunan Daerah, tata cara evaluasi
rancangan Perda tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta tata cara perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1312).
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 07 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam Penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

3
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 Tentang Hasil
Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah.
11. Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor - Tahun - tentang Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kota Pematangsiantar Tahun -;
12. Peraturan Daerah Nomor - Tahun - Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah
Kota Pematangsiantar Tahun -;

1.3. TUJUAN DAN SASARAN


Pembuatan KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021-2026ini dimaksudkan untuk
memastikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan RPJMD Kota Pematangsiantar Tahun 2021-2026.
Sasaran pembuatan KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021-2026 adalah
a) Analisis kondisi pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), untuk
memberikan gambaran kondisi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
(permasalahan, isu strategis) sebagai dasar untuk merumuskan skenario
pembangunan berkelanjutan.
b) Perumusan skenario Pembangunan Berkelanjutan (PB), berupa alternatif proyeksi
kondisi pencapaian (target pencapaian) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tanpa
upaya tambahan dan/atau dengan upaya tambahan sesuai periode RPJMD,
dengan tetap memperhatikan masa pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan.

1.4. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup pembuatan KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar ini mencakup:
1. Kondisi Umum daerah Kondisi umum daerah memuat kondisi daya dukung dan daya
tampung, geografis, demografis dan keuangan daerah.
2. Capaian Indikator TPB Capaian indikator TPB berupa analisis kondisi pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan.
3. Pembagian Peran Pembagian peran berupa analisis kontribusi dari pemerintah,
pemerintah daerah, serta organisasi masyarakat, filantropi, pelaku usaha, akademisi
dan pihak terkait lainnya sesuai ketentuan perundang-undangan dalam
pembangunan daerah.

4
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

1.5. TAHAPAN PEMBUATAN KLHS RPJMD


a. Pembentukan tim pembuat KLHS RPJMD Pembentukan tim ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Daerah Kota
Pematangsiantar bersama dengan Bappeda dan Dinas Lingkungan Hidup serta dalam
melaksanakan tugasnya tim pembuat KLHS RPJMD melibatkan organisasi
masyarakat, filantropi, pelaku usaha, akademisi dan pihak terkait lainnya sesuai
ketentuan perundang – undangan.
b. Pengkajian pembangunan berkelanjutan Pengkajian pembangunan berkelanjutan
dilakukan oleh tim terhdap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang
ditetapkan Pemerintah Pusat melalui identifikasi, pengumpulan dan analisis data
mencakup kondisi umum daerah, capaian indikator tujuan pembangunan
berkelanjutan yang relevan dan pembagian peran sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
c. Perumusan skenario pembangunan berkelanjutan. Perumusan skenario mengacu
pada analisis perkembangan pencapaian indikator TPB di daerah, proyeksi capaian
indikator TPB daerah tahun 2024, analisis gap antara target TPB dengan proyeksi
capaian TPB di daerah, menentukan isu strategis pembangunan berkelanjutan
strategis dan prioritas/isu utama serta kondisi daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup berbasis jasa ekosistem. Dilakukan pula analisis permasalahan
dalam pencapaian indikator TPB, serta menentukan sasaranpencapaian, dan
rekomendasi rencana dan program dalam RPJMD.
d. Penjaminan kualitas dan pendokumentasian KLHS RPJMD.Penjaminan kualitas KLHS
RPJMD dilakukan oleh kepala daerah dan ditandatangai oleh kepala daerah tersebut.
Laporan KLHS RPJMD bersifat terbuka dan dapat diaksesoleh publik,

1.6. SISTEMATIKA DOKUMEN KLHS


Dokumen KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar terdiri dari enam bab yang mencakup:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan informasi yang menjelaskan latar belakang, dasar hukum, maksud
dan tujuan, proses dan metodologi, serta sistematika dokumen KLHS RPJMD Kota
Pematangsiantar.

BAB II DASAR TEORI


Bab ini memuat teori – teori yang menjadi dasar dan tata cara penyusunan KLHS
RPJMD Kota Pematangsiantar

5
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

BAB III KONDISI KOTA PEMATANGSIANTAR


Bab ini memaparkan kondisi umum Kota Pematangsiantar, meliputi geografis, fisik
lingkungan; daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; serta kondisi
sosial, ekonomi, dan fiskal.

BAB IV ANALISIS CAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Bab ini merupakan bab yang menjabarkan kondisi umum capaian target TPB di
Kota Pematangsiantar berdasarkan pilar sosial, ekonomi, lingkungan hidup, dan
hukum tata kelola pemerintahan.
BAB V ANALISA PENCAPAIAN TPB TIAP SOPD
Bab ini merupakan bab yang menjabarkan hasil analisis capaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) masing – masing OPD.

BAB VI SKENARIO KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN PENCAPAIAN TPB


Bab ini menjelaskan berbagai skenario yang dapat ditempuh untuk mencapai TPB
yang berkaitan dengan daya dukung lingkungan hidup dan masalah utama Kota
Pematangsiantar. Pada bab ini juga disampaikan pembagian peran dalam
pencapaian sasaran pembangunan berkelanjutan.

BAB VII REKOMENDASI KLHS UNTUK RPJMD KOTA PEMATANGSIANTAR


Bab ini memuat rekomendasi, arah kebijakan, dan proses integrasi KLHS dengan
RPJMD Kota Pematangsiantar.

6
BAB II
DASAR TEORI

2.1 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS


Sebagaimana ditetapkan dalam UUPPLH No. 32 Tahun 2009 (Pasal 15,
ayat 3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:
1. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah;
2. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program;
3. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Dalam praktiknya, ketiga mekanisme utama di atas perlu didukung
dengan beberapa kegiatan atau langkah. Langkah pertama yang perlu dilakukan
adalah merancang proses KLHS, agar proses dan hasil KLHS dapat benar-benar
efektif dan efisien sesuai dengan tujuan KLHS. Dala merancang proses KLHS ini,
beberapa hal yang perlu disiapkan adalah pentingnya memahami konteks
penyusunan dan evaluasi KRP, sehingga proses KLHS nya nanti dapat
diintegrasikan dalam proses KRP dengan baik. Dalam memahami konteks
penyusunan dan evaluasi KRP ini, salah satu yang penting adalah mengetahui
jenis KRP-nya sendiri, karena penyelenggaraan KLHS dituntut partisipatif, maka
proses KLHS harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat.
Dalam konteks ini, perlu diidentifikasi-kan pemangku kepentingan dan
masyarakat untuk setiap proses penyusunan dan evaluasi KRP, da berdasar
identifikasi ini, kemudian dapat ditentukan siapa saja pemangku kepentingan dan
masyarakat yang akan dilibatkan dalam proses KLHS.

1
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Setelah pemangku kepentingan dan masyarakat ini ditentukan, maka


mereka dapat kita libatkan dalam proses lebih lanjut yaitu identifikasi dan
penentuan isu-isu pembangunan berkelanjutan di wilayah dimana KRP tersebut
akan disusun. Proses ini perlu didukung dengan databased yang baik, agar proses
penentuan isu-isu pembangunan berkelanjutan ini dapat secara rasional
dilakukan.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis di Indonesia juga diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang mengamanatkan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib membuat KLHS untuk
memastikan bahwa prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program.
KLHS sangat penting karena menjadi dasar dalam pengambilan keputusan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program. Apabila prinsip – prinsip Pembangunan
Berkelanjutan telah dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam pengambilan
keputusan pembangunan maka diharapkan kemungkinan terjadinya dampak
negatif suatu Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap Lingkungan Hidup
dapat dihindari. Berdasarkan ketentuan pasal 13 PP 46 tahun 2016 dan pasal 23
ayat 4 Permen LHK No P 69 tahun 2017 analisis materi muatan KRP dikaji dengan
paling sedikit 6 muatan sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.1. di bawah ini :

Tabel 2.1. Analisis Materi Muatan Kajian KRP

No Muatan Penjelasan
1 Kapasitas daya Kajian ini mengukur kemampuan suatu
dukung dan daya ekosistem untuk mendukung satu/rangkaian
tampung aktivitas dan ambang batas kemampuannya
lingkungan hidup berdasarkan kondisi yang ada. Kepentingan
untuk kajian ini terutama adalah untuk menentukan
pembangunan apakah intensitas pembangunan masih dapat
dikembangkan atau ditambahkan. Bisa diukur
dalam bermacam variabel yang mencerminkan
jasa dan produk dari ekosistem, misalnya daya
dukung tanah/kemampuan lahan, air, habitat
spesies, dan lain sebagainya. Beberapa teknik
yang dapat digunakan antara lain adalah
mengukur kinerja jasa lingkungan, mengukur

II-2
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

No Muatan Penjelasan
populasi optimal yang dapat didukung,
maupun mengukur tingkat kerentanan,
kerawanan dan kerusakan. Teknik-teknik
perhitungan dan penentuan daya dukung
lingkungan hidup dapat mengikuti ketentuan
yang ada atau metodologi yang telah diakui
secara ilmiah.

Daya tampung lingkungan hidup dapat diukur


dari tingkat asimilasi media (air, tanah, udara)
ketika menerima gangguan dari luar. Indikator
yang digunakan dapat berupa kombinasi
antara beban pencemaran dengan kemampuan
media mempertahankan fungsinya sejalan
dengan masuknya pencemaran tersebut.
2 Perkiraan Kajian ini mengukur besar dan pentingnya
mengenai dampak dampak dan/atau risiko suatu kebijakan,
dan risiko rencana, dan/atau program terhadap
lingkungan hidup perubahan – perubahan lingkungan hidup dan
kelompok masyarakat yang terkena dampak
dan/atau risiko. Teknik analisis mengikuti
ketentuan yang telah tersedia (misalnya
Pedoman Dampak Penting) dan metodologi
yang diakui secara ilmiah (misalnya metodologi
Environmental Risk Assessment).
Kinerja Kajian ini terutama ditujukan untuk
layanan/jasa memperkirakan kinerja layanan atau fungsi
ekosistem ekosistem yang terutama didalamnya adalah
yaitu:
a. Layanan/fungsi penyedia (provisioning
services): Ekosistem memberikan
jasa/produk darinya, seperti misalnya
sumber daya alam, sumber daya genetika,
air dll.
b. Layanan/fungsi pengatur (regulating
services): Ekosistem memberikan manfaat
melalui pengaturan proses alam, seperti

II-3
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

No Muatan Penjelasan
misalnya pengendalian banjir, pengendalian
erosi, pengatur iklim dll.
c. Layanan/fungsi budaya (cultural services):
Ekosistem memberikan manfaat non
material yang memperkaya kehidupan
manusia, seperti misalnya pengkayaan
perasaan dan nilai spiritual, pengembangan
tradisi dan adat istiadat, pengalaman batin,
nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
d. Layanan/fungsi pendukung kehidupan
(supporting services): Ekosistem
menyediakan dan/atau mendukung
pembentukan faktor produksi primer yang
diperlukan makhluk hidup, seperti misalnya
produksi biomasa, produksi oksigen, nutrisi,
air, dll.
Kajian yang dilakukan terutama ditujukan
untuk mengidentifikasi jenis-jenis
layanan/fungsi suatu ekosistem serta gambaran
kemampuan dan keberfungsiannya.
4 Efisiensi Kajian ini mengukur tingkat optimal
pemanfaatan pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat
sumber daya alam dijamin keberlanjutannya. Dilakukan dengan
cara :
a. Mengukur kesesuaian antar tingkat
kebutuhan dan ketersediaannya;
b. Mengukur cadangan yang tersedia,
tingkat pemanfaatannya yang tidak
menggerus cadangan, serta perkiraan
proyeksi penyediaan untuk kebutuhan di
masa mendatang; dan
c. Mengukur dengan nilai dan distribusi
manfaat dari sumber daya alam tersebut
secara ekonomi

II-4
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

No Muatan Penjelasan
5 Tingkat kerentanan Analisis dilakukan dengan cara :
dan kapasitas a. Mengkaji kerentanan dan risiko
adaptasi terhadap perubahan iklim sesuai ketentuan yang
perubahan iklim berlaku
b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi
perubahan iklim
6 Tingkat ketahanan Analisis dilakukan dengan cara :
dan potensi a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan
keanekaragaman spesies/jenis tumbuhan dan satwa, yang
hayati meliputi
 Penetapan dan penggolongan yang
dilindungi atau tidak dilindungi
 Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta
habitatnya
 Pemeliharaan dan pengembangbiakan
 Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian
dari tumbuhan dan satwa liarnya
 Tingkat keragaman hayati dan
keseimbangannya
b. Mengkaji ekosistem, yang meliputi:
 Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
 Potensi jasa yang diberikan dalam
konteks daya dukung dan daya tampung
c. Mengkaji genetik, yang meliputi :
 Keberlanjutan sumber daya genetic
 Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan
dan satwa

Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun


2017 tentang Tata Cara perencanaan, Pengendalian dan evaluasi pembangunan
Daerah, tata cara evaluasi rancangan Perda tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
serta tata cara perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Perangkat
Daerah mengamanatkan bahwa Rencana pembangunan Daerah Pemerintah
daerah menyusun KLHS RPJMD dalam rangka mewujudkan RPJMD sesuai

II-5
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

dengan prinsip berkelanjutan. Hal ini tentu berkaitan dengan Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan yang mengamanatkan bahwa untuk mencapai
sasaran TPB mengarahkan Pemerintah Daerah untuk menyusun dokumen
perencanaan salah satunya Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB Kabupaten/Kota,
sehingga dihasilkan rencana aksi TPB yang terukur dan jelas dalam periode waktu
tertentu.

2.2 TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)


2.2.1 Tinjuan Umum Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 pada bulan
September 2015 di New York, Amerika Serikat, menjadi titik sejarah baru dalam
pembangunan global. Sebanyak 193 kepala negara dan pemerintahan dunia hadir
untuk menyepakati agenda pembangunan universal baru yang tertuang dalam
dokumen berjudul Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable
Development berisi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang berlaku mulai tahun 2016
hingga tahun 2030. Dokumen ini dikenal dengan istilah Sustainable Development
Goals atau SDGs.
SDGs merupakan kelanjutan Millennium Development Goals (MDGs)
yang disepakati oleh negara anggota PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada
akhir tahun 2015. Namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, baik
dari segi substansi maupun proses penyusunannya. MDGs yang disepakati lebih
dari 15 tahun lalu hanya berisi 8 Tujuan, 21 Sasaran, dan 60 Indikator. Sasarannya
hanya bertujuan mengurangi separuh dari tiap-tiap masalah pembangunan yang
tertuang dalam tujuan dan sasaran.
MDGs memberikan tanggung jawab yang besar pada target capaian
pembangunan bagi negara berkembang dan kurang berkembang, tanpa
memberikan peran yang seimbang terhadap negara maju. Secara proses MDGs
juga memiliki kelemahan karena penyusunan hingga implementasinya eksklusif
dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran stakeholder non-pemerintah,
seperti Civil Society Organization, Universitas/Akademisi, sektor bisnis dan
swasta, serta kelompok lainnya.
Berbeda dengan pendahulunya, SDGs mengakomodasi masalah – masalah
pembangunan secara lebih komprehensif baik kualitatif (dengan mengakomodir
isu pembangunan yang tidak ada dalam MDGs) maupun kuantitatif menargetkan
penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan sasaranya. SDGs juga bersifat

II-6
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

universal memberikan peran yang seimbang kepada seluruh negara baik negara
maju, negara berkembang, dan negara kurang berkembang untuk berkontribusi
penuh terhadap pembangunan, sehingga masing - masing negara memiliki peran
dan tanggung jawab yang sama antara satu dengan yang lain dalam mencapai
SDGs.
Proses perumusan SDGs juga mengedepankan proses yang partisipatif.
Terbukti sejak tahun 2013 Sekretaris Jenderal PBB memberikan ruang yang lebih
luas kepada stakeholder non-pemerintah untuk terlibat dalam proses penyusunan
Agenda Pembangunan Pasca-2015. Yakni melalui diadakannya forum konsultasi
antar-stakeholder dan my world survey, yang merupakan survey yang
dilaksanakan oleh PBB sebagai bahan masukan untuk penyusunan SDGs. My
world survey adalah global survey bertujuan untuk menangkap pandangan dan
aspirasi warga untuk menentukan agenda baru yang baik untuk dunia yang lebih
baik. Hasil survey ini yang kemudian dijadikan salah satu pertimbangan untuk
menentukan ke-17 tujuan yang ada di SDGs.
SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan
dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet
(bumi), 3) Prosperity (kemakmuran), 4) Peace (perdaiaman), dan 5) Partnership
(kerjasama). Kelima prinsip dasar ini dikenal dengan istilah 5 P dan menaungi
17 Tujuan dan 169 sasaran. Kepala negara dan pemerintahan yang menyepakati
SDGs telah meneguhkan komitmen bersama untuk menghapuskan kemiskinan,
menghilangkan kelaparan, memperbaiki kualitas kesehatan, meningkatkan
pendidikan, dan mengurangi ketimpangan. Agenda pembangunan ini juga
menjanjikan semangat bahwa tidak ada seorangpun yang akan ditinggalkan.
Dijelaskan bahwa setiap orang dari semua golongan akan ikut melaksanakan dan
merasakan manfaat SDGs, dengan memprioritaskan kelompok – kelompok yang
paling termarginalkan.
SDGs tidak dirumuskan untuk berdiri sendiri. Terdapat kesepakatan –
kesepakatan lain yang sejalan dan dapat menunjang agenda pembangunan
berkelanjutan ini. Diantaranya terdapat Sendai Framework – merupakan
kesepakatan dari pertemuan Konferensi PBB ketiga di Sendai, Jepang – yang
menyepakati soal penanganan kebencanaan hingga tahun 2030. Juga terdapat
Addis Ababa Action Agenda (AAAA) yakni kesepakatan antara Kepala Negara
dan Pemerintahan, serta Perwakilan dari berbagai Negara untuk mengatasi
tantangan pembiayaan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pembangunan berkelanjutan dalam semangat kemitraan dan solidaritas global.
Satu kesepakatan lagi selain Sustainable Development Goals adalah Paris
Agreement. Paris Agreement adalah konvensi atau kesepakatan berbagai pihak
(Negara) yang tergabung dalam Konvensi PBB dalam hal perubahan iklim. Fokus

II-7
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

kesepakatan ini adalah upaya bersama untuk mengatasi perubahan iklim yang
jika terjadi di satu wilayah Negara akan memberikan dampak langsung maupun
tidak langsung pada Negara lain.

2.2.2 Indikator TPB


Sidang umum PBB ke-70 menghasilkan outcome document SDGs.
Diantara isi dari outcome document yakni 17 tujuan dan 169 sasaran, dan
beberapa indicator yang kemudian memiliki mekanisme sendiri untuk
dilengkapi. Penyusunan indicator dilakukan menurut masing – masing tujuan.
Adalah UN System Task Team on the Post – 2015 Development Agenda yang
memberikan masukan substantif dan melakukan analisis sehingga menghasilkan
outcome document yang memuat tujuan dan sasaran SDGs.
Guna mengukur hasil pembangunan yang ada dalam SDGs, dilakukan
proses tindak lanjut dan pelaporan (follow up and review) dengan mendasarkan
pada rangkaian indikator. Rangkaian indikator dipersiapkan baik pada level
global, regional maupun nasional. Upaya mengidentifikasi kerangka indikator
global untuk tujuan dan sasaran SDGs, Komisi Statistik PBB membentuk Inter-
Agency Expert Group (IAEG) on SDGs Indicators pada bulan Maret 2015.
Kelompok kerja ini bertujuan mempersiapkan usulan indikator global dan
metadatanya sebagai pertimbangan untuk selanjutnya diajukan dalam Pertemuan
Tahunan Komisi Statistik PBB yang dilaksanakan pada Maret 2016. Dalam proses
penyusunannya, IAEG telah melakukan beberapa pertemuan dan konsultasi
dengan berbagai pihak hingga akhirnya menghasilkan tepatnya 232 indikator
global. Adapun jumlah target dan indikator global yang disetujui untuk tiap goal
dapat dilihat dalam Tabel 2.2

Tabel 2.2. Sasaran dan Indikator TPB/SDGs


Goal 12

Goal 13

Goal 14

Goal 15

Goal 16

Goal 17
Goal 10

Goal 11
Goal 2

Goal 3

Goal 4

Goal 5

Goal 6

Goal 7

Goal 8

Goal 9
Goal 1

Total

Sasaran 7 8 13 10 9 8 5 12 8 10 10 11 5 10 12 12 19 169
Indikator 2 14 27 11 14 11 6 17 12 11 15 13 7 10 14 23 25 232

Secara keseluruhan dokumen indikator dibagi menjadi tiga kategori tier:


1) Tier I merupakan kategori indikator yang secara konseptual sudah jelas, dengan
metodologi dan standar yang telah tersedia dan data yang secara rutin
dikeluarkan oleh negara; 2) Tier II merupakan kategori indikator yang secara

II-8
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

konseptual sudah jelas, dengan memiliki metodologi dan standar namun negara
tidak mengeluarkan data secara rutin; dan 3) Tier III, yang merupakan kategori
indikator yang masih belum memiliki metodologi dan/atau standar atau masih
dalam tahap penyusunan ataupun percobaan. Meskipun telah disetujui, indikator
global ini masih memungkinkan mengalami perubahan terutama dalam
pembahasan metodologis pada indikator global yang berada di Tier III. Hal
tersebut dilakukan untuk memberikan kesepakatan atas definisi dan standar di
tingkat internasional dalam pembahasan indikator global. Selain itu IAEG juga
masih memiliki tugas untuk memberikan usulan mekanisme pelaporan kerangka
indikator SDGs.

2.2.3 Forum Politik Tingkat Tinggi Terkait SDGs/TPB


Dokumen Agenda 2030 atau SDGs bukan lahir sebagai dokumen legally
binding, sehingga negara-negara tidak memiliki kewajiban untuk memberikan
pelaporan terhadap progres SDGs yang dilakukan di tingkat nasional, namun
bukan berarti pelaksanaan SDGs lolos tanpa mekanisme pelaporan yang
terstruktur dan transparan. High Level Political Forum (HLPF) dibentuk sebagai
suatu forum terpadu yang difasilitasi oleh PBB dengan menghadirkan berbagai
sector stakeholder guna saling memantau progress masing- masing negara dalam
pelaksanaan SDG sebagai salah satu mekanisme monitoring, tindak lanjut dan
pelaporan di tingkat global.
HLPF sendiri merupakan forum lanjutan dari Commission Sustainable
Development (CSD) yang dibentuk setelah Konferensi PBB tentang
Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) di tahun 1992. Sejak 24 September
2013, HLPF meneruskan tugas CSD dalam hal menindaklajuti agenda
internasional untuk pembangunan berkelanjutan, seperti yang temasuk dalam
Rio Declaration on Environment and Developmentand the Agenda 21 serta
Johannesburg Plan of Implementation (JPOI). HLPF menggunakan mekanisme
national voluntary review yang merupakan pelaporan negara secara sukarela.
Setiap tahunnya tidak semua negara yang akan melaporkan perkembangan
pelaksanaan SDGs. Seperti yang terjadi pada HLPF 2016 dimana ada sekitar
22 negara yang memberikan laporan global selama 8 hari. Banyak yang menilai
bahwa waktu yang disediakan tidak cukup untuk menilai progres secara
mendasar untuk keseluruhan 193 negara, 17 tujuan, 169 target dan 242 indikator.
Adapun pertemuan HLPF meliputi pertemuan tahunan yaitu ministrial
meeting yang dihadiri oleh stakeholder pemerintah dan non pemerintah yang
diselenggarakan di bawah naungan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB. Juga
pertemuan empat tahunan yang merupakan pertemuan antar kepala Negara

II-9
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

dinaungi Majelis Umum PBB. HLPF pertama setelah SDGs disepakati yang
diselenggarakan pada bulan Juli 2016 mendorong penguatan komitmen politik
negara dengan disepakatinya Deklarasi Menteri. HLPF menyimpulkan bahwa
dibutuhkan pendekatan yang terintegrasi dalam implementasi SDGs dengan
melibatkan semua stakeholder, baik pemerintah maupun non-pemerintah. HLPF
juga menilai perlunya pemahaman baru untuk mereorientasikan kebutuhan
ekonomi yang dapat mendorong pembangunan manusia, keberlanjutan bumi,
dan mensejahterakan masyarakat. HLPF diselenggarakan pada bulan Juli di
Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat, tahun ini mengangkat tema
‘Ensuring that No One Left Behind’. HLPF akan diselenggarakan setiap tahun
untuk memastikan monitoring dan pelaporan implementasi SDGs di tingkat
global. Misalnya untuk tahun 2017, HLPF dirancang dengan mengangkat tema
‘Eradicating Poverty and Promoting Prosperity in a Changing World’.

2.2.4 Dokumentasi Penting Terkait TPB/SDGs


Sejak penandatanganan Transforming Our World: The 2030 Agenda for
Sustainable Development (September 2016) telah banyak dokumen yang
diterbitkan baik oleh PBB, pemerintah, maupun aktor lainnya. Dokumen-
dokumen tersebut diantaranya:
1. Pada bulan January 2016 Sekretaris Jenderal PBB memberikan laporan
berjudul Critical Milestone Towards Coherent, Efficient and Inclusive Follow-
Up and Review at the Global Level sebagai dokumen persiapan HLPF 2016.
Laporan ini disusun melalui konsultasi dengan negara-negara anggota PBB
serta memberikan catatan penting terhadap tindak lanjut dan pelaporan
yang koheren, efisien dan inklusif pada level global.
2. Pada bulan Februari 2016 Inter-Agency Expert Group on SDGs Indicators
menyerahkan proposal Global Indicators Framework sebagai pertimbangan
rancangan indicator global yang akan dibahas dalam 47th Session of the
United Nations Statistical Commission pada 8 - 11 Maret 2016 di New York.
3. Juni 2016 Laporan Sekjen PBB tentang perkembangan pelaksanaan SDGs ini
berisi tentang ringkasan situasi global yang berkaitan dengan ketujuh belas
Tujuan SDGs, merelasikan dengan indikator global yang telah disahkan
melalui Komisi Statistik PBB. Laporan ini merupakan sebuah langkah awal
mempraktekkan pelaporan dengan indikator yang telah ada.
4. Juli 2016 Follow-up and Review of the 2010 Agenda for Sustainable
Development at the Global Level merupakan draft resolusi yang disusun oleh
Presiden Sidang Umum sebagai tindak lanjut pengadopsian SDGs. Global

II-10
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Sustainable Development Report 2016 adalah sebuah publikasi PBB sebagai


dokumen HLPF 2016. GSDR merupakan publikasi tahunan untuk
memperkuat sinergi antara politik dan ilmu pengetahuan serta dapat
menyediakan instrumen evidence-based yang kuat untuk mendukung
pembuat kebijakan dalam mendorong pengentasan kemiskinan dan
pembangunan berkelanjutan.
5. Komisi Statistik PBB pada bulan Juli juga mengeluarkan The Sustainable
Development Goals Report 2016 merupakan laporan yang disusun oleh
Divisi Statistik PBB, dibawah Departemen Ekonomi dan dan Sosial PBB (UN
DESA). Laporan pertama ini merupakan langkah awal dan dimaksudkan
sebagai baseline untuk memulai implementasi berdasarkan evaluasi yang
akurat mengenai kondisi dunia saat ini. Laporan ini menyajikan ringkasan
ketujuh belas Tujuan menggunakan data yang telah tersedia dengan
menekankan pada gaps dan tantangan yang paling signifikan.

2.2.5 Pelaksanaan SDGs/TPB di Indonesia


SDGs merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk menciptakan
kehidupan manusia menjadi lebih baik dalam aspek sosial dan ekonomi serta
dapat bersinergi dengan lingkungan. Pada penyusunannya, disadari penuh
bahwa inisiatif global ini tidak dapat menampikkan adanya implementasi di
tingkat regional dan nasional. SDGs di tingkat regional dan nasional pun perlu
meneguhkan kembali semangat dan nilai SDGs yang inklusif dan partisipatif
sebagaimana yang telah dibangun dalam SDGs tingkat global. Peran negara
sangat krusial dalam memastikan bahwa pelaksanaan SDGs mendasarkan pada
pendekatan dan strategi yang holistik antara pembangunan ekonomi, inklusi
sosial, dan keberlanjutan lingkungan dengan tetap mengedepankan pada
karakteristik dan prioritas tiap-tiap negara.
Belajar dari pengalaman MDGs sebelumnya, Indonesia kini berusaha
menghindari keterlambatan pengimplementasian SDGs. Sebelumnya pelaksanaan
MDGs di Indonesia mengalami keterlambatan sepuluh tahun dari pengesahannya
di tahun 2000. Pemerintah Indonesia menjelaskan bahwa keterlambatan ini
disebabkan karena Indonesia masih dalam pemulihan situasi ekonomi pasca
krisis 1998.
Kali ini pemerintah telah menunjukkan keseriusan pelaksanaan SDGs yang
tepat waktu, diawali dengan hadirnya Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Sidang
Umum PBB untuk penandatanganan SDGs pada September 2015 lalu. Pun
demikian, untuk mencapai 17 Tujuan dan 169 Sasaran SDGs pada tahun 2030
masih banyak hal lagi yang perlu dilakukan. Seperti misalnya mengarusutamakan

II-11
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

SDGs dalam agenda pembangunan nasional; membuat pelaksanaan SDGs yang


inklusif dan partisipatif baik di tingkat pusat maupun daerah; memastikan SDGs
dilakukan dengan semangat transformatif.
Stakeholder lain juga terlihat sangat aktif berpartisipasi dan
mendorong pemerintah untuk membuka ruang-ruang yang telah disediakan
dalam proses SDGs global. Kelompok masyarakat sipil misalnya, yang telah
bertemu dengan beberapa stakeholder kunci pemerintah untuk mendorong isu
SDGs menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional. Hal yang sama mulai
dilakukan oleh stakeholder lainnya seperti sektor swasta dan bisnis serta kalangan
akademisi.
Di Indonesia SDGs dipopulerkan dengan nama Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau disingkat dengan TPB (selanjutnya dalam paper ini akan tetap
disebut SDGs, red). Pada bulan Desember 2015, Koalisi Masyarakat Sipil
Indonesia untuk SDGs telah bertemu Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Dalam kesempatan tersebut, dalam kaitannya dengan implementasi SDGs di
Indonesia, CSO menuntut tiga hal kepada Presiden yaitu; 1) menuntut
pemerintah menyusun payung hukum untuk pelaksanaan SDGs; 2) menuntut
pemerintah untuk menyusun Rencana Aksi Nasional bagi pelaksanaan SDGs;
dan 3) menuntut pemerintah untuk membentuk panitia bersama bagi
pelaksanaan SDGs.
Lima belas tahun lalu, pada masa MDGs, kerangka hukum yang digunakan
sebagai dasar pelaksanaan di Indonesia adalah Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun
2010. Inspres ini memberikan haluan besar tentang pelaksanaan pembangunan
yang berkeadilan untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan
Nasional yang ditujukan kepada beberapa kepala kepala instansi dan lembaga
pemerintah serta kepala daerah. Instruksi presiden yang bersifat himbauan
individual dinilai kurang cukup kuat mengikat terhadap perencanaan di tingkat
kementerian dan lembaga pemerintahan terkait untuk kewajiban melaksanakan
MDGs serta kepala daerah tingkat II untuk mensukseskan pencapaian MDGs.
Sidang kabinet yang digelar pada akhir tahun 2015 lalu menghasilkan
beberapa keputusan, diantaranya Presiden mengintruksikan menterinya untuk
segera menyiapkan draft dokumen kerangka hukum bagi pelaksanaan SDGs
dalam bentuk Peraturan Presiden. Amanat ini diembankan kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional dengan berkoordinasi dengan Kepala
Kantor Staff Presiden. Proses penyusunan kerangka hukum untuk SDGs ini telah
dimulai sejak awal tahun 2016 dengan membuka partisipasi masyarakat melalui
diskusi dan konsultasi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, bersamaan dalam proses ini Koalisi Masyarakat Sipil untuk SDGs
pun telah memberikan usulan Perpres dibawah koordinasi Kantor Staf Presiden.

II-12
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Perpres SDGs yang tengah disusun nantinya akan memuat dan menghasilkan
beberapa keputusan diantaranya 1) Peta Jalan Nasional Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan, yang merupakan dokumen rencana yang memuat
kebijakan strategis tahapan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional
tahun 2016 hingga tahun 2030 yang sesuai dengan sasaran pembangunan
nasional, yang akan berlaku maksimal 12 bulan sejak penetapan Perpres; 2)
Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Naisonal, yang merupakan
dokumen yang memuat program dan kegiatan rencana kerja lima tahunan untuk
pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung
mendukung pencapaian SDGs yang sesuai dengan sasaran pembangunan
nasional, yang akan berlaku paling lama 6 bulan sejak penetapan Perpres; dan 3)
Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang merupakan
dokumen rencana kerja lima tahunan untuk pelaksanaan kegiatan yang secara
langsung dan tidak langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang sesuai dengan sasaran pembangunan daerah, yang akan
berlaku paling lama 12 bulan sejak penetapan Perpres.
Di luar muatan tentang strategi dan kerja yang akan dilaksanakan
pemerintah dalam pencapaian SDGs, Peraturan Presiden ini selain mengatur
peran setiap Kementerian dan Lembaga dalam pelaksanaan SDGs juga mengatur
peran tiap-tiap stakeholder non- pemerintah yang terlibat dalam pelaksanaan
SDGs, seperti kelompok masyarakat sipil, akademisi, filantropi, dan pelaku usaha.
Berkaitan dengan hal ini, presiden sekaligus mengatur pembentukan untuk
pelaksanaan SDGs yang disebut Tim Koordinasi Nasional, yang akan terdiri dari
Tim Pengarah, Tim Pelaksana, Kelompok-kelompok Kerja dan Dewan Pakar.
Harapannya, stakeholder kunci yang terlibat dapat terwakili dalam tiap
komponen Tim Koordinasi Nasional.
Penyusunan indikator nasional untuk SDGs dilakukan dalam koordinasi
terpusat oleh Bappenas bersama Badan Pusat Statistik sebagai penyedia data
nasional. Hingga saat ini, proses penyusunan indikator nasional SDGs masih terus
berjalan sehingga dapat diupayakan menjadi dokumen pendukung dalam
Peraturan Presiden untuk Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Nasional.
Penyusunan indikator nasional dilakukan dalam proses diskusi dan konsultasi
publik dengan berbagai pihak, diantaranya Kementerian/Lembaga terkait,
kelompok masyarakat sipil, akademisi, filantropi, serta pelaku bisnis dan usaha.

2.3 DAYA DUKUNG DAYA TAMPUNG LINGUNGAN HIDUP


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah melakukan
identifikasi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Indonesia yang

II-13
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

secara spasial disusun pada skala 1 : 1.000.000 dan 1.250.000 dan diukur dengan
pendekatan jasa ekosistem (ecosystem services) sebagaimana yang dilakukan
dalam Millenium Ecosystem Assessment United Nation. Asumsinya, semakin
tinggi jasa ekosistem semakin tinggi kemampuan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Jasa ekosistem pada habitat bumi ditentukan oleh keberadaan factor
endogen dan dinamika faktor eksogen yang dicerminkan dengan dua komponen
yaitu kondisi ecoregion dan penutup lahan (landcover/landuse) sebagai penaksir
atau proxy. Dengan demikian terdapat empat konsep penting dalam
penyusunan daya dukung lingkungan. Beberapa batasan konsep diantaranya
adalah:
1. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya.
2. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
3. Ecoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah,
air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang
menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup. Penetapan
batas ecoregion dengan mempertimbangkan kesamaan bentang alam,
Daerah Aliran Sungai, Keanekaragaman Hayati dan sosial budaya (UU 32
Tahun 2009). Dalam operasionalisasinya penetapan ekoregion
menggunakan pendekatan bentang lahan (landscape) dengan mengikuti
sistem klasifikasi yang digunakan Verstappen. Selanjutnya jenis-jenis bentang
lahan (landscape) akan dijadikan salah satu komponen penaksir atau proxy
jasa ekosistem (landscape based proxy).
4. Penutup Lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat
diamati, merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakukan
manusia yang dilakukan pada jenis penutup lahan tertentu untuk melakukan
kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan
tersebut. Dalam operasionalisasinya, digunakan sistem klasifikasi penutup
lahan dari SNI 7645-2014, dimana jenis-jenis Penutup lahan tersebut
dijadikan salah satu komponen penaksir atau proxy jasa ekosistem
(landcover/landused based proxy).
5. Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh manusia dari berbagai
sumberdaya dan proses alam yang secara bersama-sama diberikan oleh suatu
ekosistem yang dikelompokkan ke dalam empat macam manfaat yaitu
manfaat penyediaan (provisioning), produksi pangan dan air; manfaat

II-14
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

pengaturan (regulating) pengendalian iklim dan penyakit; manfaat


pendukung (supporting), seperti siklus nutrien dan polina s i tumbuhan; serta
manfaat kultural (cultural), spiritual dan rekreasional. Sistem klasifikasi jasa
ekosistem tersebut menggunakan standar dari Millenium Ecosystem
Assessment (2005).
Berdasarkan batasan konsep tersebut, daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup diukur dengan pendekatan jasa ekosistem. Semakin tinggi
nilai jasa ekosistem, maka semakin tinggi pula kemampuan daya dukung dan
daya tampung lingkungan. Untuk memperoleh nilai jasa ekosistem
digunakan dua penaksiran yaitu landscape based proxy dan
landcover/landused based proxy, yang selanjutnya digunakan dasar untuk
melakukan pemetaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

2.3.1 Ekoregion Berbas is Bentang Lahan (landscape)


Undang – Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
secara eksplisit mengamanatkan pentingnya penggunaan ekoregion sebagai azas
dalam pengelolaan lingkungan. Sebaliknya dalam UU Penataan Ruang juga
menegaskan pentingnya penggunaan ekoregion sebagai dasar penyusunan tata
ruang wilayah. UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
memberikan definisi ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki
kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia
dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
Ekoregion adalah bentuk metode perwilayahan untuk manajemen pembangunan
yang mendasarkan pada batasan dan karakteristik tertentu (deliniasi ruang).
Berdasarkan definisi tersebut karakteristik yang dapat digunakan sebagai dasar
penentuan batas wilayah diantara kesamaan karakteristik:
a. karakteristik bentang alam;
b. daerah aliran sungai;
c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g. kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup

II-15
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Kompleksnya karakteristik lingkungan yang dijadikan sebagai dasar


penentuan wilayah ekoregion menyulitkan proses delineasi ekoregion.
Diperlukan pendekatan yang lebih praktis untuk penyusunan ekoregion.
Widiyanto, dkk, (2008) dalam tulisannya tentang bentang lahan (landscape)
untuk pengenalan fenomena geosfer pendekatan teknik bentuk lahan (landform).
Persamaan antara ekoregion dengan bentuk lahan tersebut dapat dicermati dari
definisi berikut:
a. Bentang lahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas
sistem-sistem, yang dibentuk oleh interaksi Dan interdependensi antara
bentuk lahan, batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, udara,
tumbuh-tumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan
segala aktivitasnya yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan
(Surastopo, 1982).
b. Bentang lahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan
seluruh fenomenanya, yang mencakup: bentuk lahan, tanah, vegetasi, dan
atribut -atribut yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Vink, 1983).
c. Bentang lahan adalah bentangan permukaan bumi yang di dalamnya
terjadi hubungan saling terkait (interrelationship) dan saling
ketergantungan (interdependency) antar berbagai komponen lingkungan,
seperti: udara, air, batuan, tanah, dan flora-fauna, yang mempengaruhi
keberlangsungan kehidupan manusia yang tinggal di dalamnya.
(Verstappen, 1983).
Berdasarkan definisi tersebut karakteristik yang dapat digunakan sebagai
dasar penentuan bentang lahan diantara kesamaan karakteristik yaitu:
a. Geomorfik (G),
b. Litologik (L),
c. Edafik(E),
d. Klimatik (K)
e. Hidrologik (H),
f. Oseanik (O)
g. Biotik (B) flora dan fauna
h. Antropogenik (A)

Berdasarkan perbandingan dua pengertian tersebut di atas (ekoregion dan


bentang lahan), maka terdapat kesamaan substansi antara keduanya, oleh karena

II-16
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

itu pendekatan bentang lahan dapat digunakan sebagai teknik penyusunan


ekoregion. Menurut Tuttle (1975), bentang lahan (landscape) merupakan
kombinasi atau gabungan dari bentuk lahan (landform). Dengan kata lain untuk
menganalisis dan mengklasifikasikan bentang lahan selalu mendasarkan pada
kerangka kerja bentuk lahan (landform). Verstappen (1983) telah
mengklasifikasikan bentuk lahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 macam
bentuk lahan asal proses, yaitu:
a. Bentuk lahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuk lahan
ini antara lain: kawah, kerucut gunung api, kaldera, medan lava, lereng kaki,
dataran, dataran fluvia l gunung api.
b. Bentuk lahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis.
Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan
(monoklinal/homoklina l), kubah, Graben, gawir, merupakan contoh-contoh
untuk bentuk lahan asal struktural.
c. Bentuk lahan asal fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan
yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran alluvial, kerucut alluvial, kipas
alluvial, dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam,
gosong sungai merupakan contoh-contoh satuan bentuk lahan ini.
d. Bentuk lahan asal proses solusional (S) merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah
larut, seperti batu gamping dan dolomite karst menara, karst kerucut, do line,
uvala, polye, goa karst, dan logva merupakan contoh-contoh satuan bentuk
lahan ini.
e. Bentuk lahan asal proses denudasional (D) merupakan kelompok besar
satuan bentuk lahan yang terjadi akibat proses degradasi, seperti longsor dan
erosi. Contoh satuan bentuk lahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai,
peneplain, dan lahan rusak.
f. Bentuk lahan asal proses eolian (E) merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuk lahan
ini antara lain: gumuk pasir barkhan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan
transversal.
g. Bentuk lahan asal marine (M) merupakan kelompok besar satuan bentuk
lahanyang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang
-surut. Contoh satuan bentuk lahan ini antara lain : gisik pantai (beach), bura
(spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan

II-17
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

sungai dapatdikatakan bermuara ke laut, maka sering kali terjadi bentuk


lahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine.
Kombinasi kedua proses itudisebut proses fluvio- marine. Contoh-contoh
satuan bentuk lahan yang terjadi akibat proses fluvio-marine ini antara lain
delta dan estuary.
h. Bentuk lahan asal glasial (G) merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan
yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuk lahan
ini antara lain lembah menggantung dan marine.
i. Bentuk lahan asal organik (O) merupakan kelompok besar satuan bentuk
lahanyang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna).
Contoh satuan bentuk lahan ini adalah pantai mangrove, gambut, dan
terumbu karang.
j. Bentuk lahan asal antropogenik (A) merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, pelabuhan,
merupakan contoh- contoh satuan bentuk lahan hasil proses antropogenik.

2.3.2 Jas a Ekosistem (Ecosystem Services)


Ekosistem adalah entitas yang kompleks yang terdiri atas komunitas
tumbuhan, binatang dan mikro organisme yang dinamis beserta lingkungan
abiotiknya yang saling berinteraksi sebagai satu kesatuan unit fungsional (MA,
2005). Fungsi ekosistem adalah kemampuan komponen ekosistem untuk
melakukan proses alam dalam menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik secara langsung maupun tidak
langsung (De Groot, 1992). Jasa ekosistem adalah keuntungan yang diperoleh
manusia dari ekosistem (MA, 2005). Jasa ekosistem dikategorikan menjadi
empat, yaitu meliputi jasa penyediaan (provisioning), jasa pengaturan
(regulating), jasa budaya (cultural), dan jasa pendukung (supporting) (MA,
2005). Berdasarkan empat kategori ini dikelaskan ada 23 kelas klasifikasi jasa
ekosistem, yaitu (De Groots, 2002): a. Jasa penyediaan; (1) bahan makanan,
(2) air bersih, (3) serat, bahan bakar dan bahan dasar lainnya, (4) materi genetik,
(5) bahan obat dan biokimia, (6) spesies hias. b. Jasa Pengaturan; (7) Pengaturan
kualitas udara, (8) Pengaturan iklim, (9) Pencegahan gangguan, (10) Pengaturan
air, (11) Pengolahan limbah, (12) Perlindungan tanah, (13) Penyerbukan, (14)
Pengaturan biologis, (15) Pembentukan tanah. c. Budaya; (16) Estetika, (17)
Rekreasi, (18) Warisan dan indentitas budaya, (20) Spiritual dan keagamaan,
(21) Pendidikan. d. Pendukung; (22) Habitat berkembang biak, (23)
Perlindungan plasma nutfah.

II-18
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

Daya dukung merupakan indikasi kemampuan mendukung penggunaan


tertentu, sedangkan daya tampung adalah indikasi toleransi mendukung
perubahan penggunaan tertentu (atau pengelolaan tertentu) pada unit spasial
tertentu. Untuk menghitung daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
perlu beberapa pertimbangan. Adapun pertimbangan tersebut adalah (a) ruang
dan sifatnya, (b) tipe pemanfaatan ruang, (c) ukuran produk lingkungan hidup
utama (udara dan air), (d) penggunaan/penutupan lahan mendukung publik
(hutan), (e) penggunaan tertentu untuk keperluan pribadi. Menurut sistem
klasifikasi jasa ekosistem dari Millenium Ecosystem Assessment (2005), jasa
ekosistem dikelompokkan menjadi empat fungsi layanan, yaitu jasa
penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa pendukung
(supporting), dan jasa kultural (cultural), dengan rincian sebagai berikut:
1. Jasa Ekosistem Penyedia
a. Jasa Ekosistem Penyedia Pangan
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan bahan pangan yaitu segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati (tanaman dan hewan) dan air
(ikan), baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Jenis-jenis
pangan di Indonesia sangat bervariasi diantaranya seperti beras, jagung,
ketela, gandum, sagu, segala macam buah, ikan, daging, telur dan
sebagainya. Penyediaan pangan oleh ekosistem dapat berasal dari hasil
pertanian dan perkebunan, hasil pangan peternakan, hasil laut dan
termasuk pangan dari hutan.
b. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan air bersih yaitu ketersediaan
air bersih baik yang berasal dari air permukaan maupun air tanah
(termasuk kapasitas penyimpanannya), bahkan air hujan yang dapat
dipergunakan untuk kepentingan domestik, pertanian, industri maupun
jasa. Penyediaan jasa air bersih sangat dipengaruhi oleh kondisi curah
hujan dan lapisan tanah atau batuan yang dapat menyimpan air (akuifer)
serta faktor yang dapat mempengaruhi sistem penyimpanan air tanah
seperti Ekoregion Bentang lahan.
c. Jas a Ekosistem Penyediaan Energi
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan energi, baik yang berasal
dari fosil seperti minyak bumi dan batubara serta sumber energi alternatif
dari alam seperti tenaga air mikro hidro, tenaga matahari dan tenaga
angin serta panas bumi. Selain itu ekosistem juga menyediakan energi

II-19
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

yang berasal dari bio massa minyak tanaman seperti minyak sawit,
minyak buah biji jarak. Hutan dan berbagai macam tanaman kayu-
kayuan juga memberikan sumbangan terhadap sumber energi. Sumber
energi fosil dan tenaga alam dapat diduga berdasarkan struktur geologi
dan bentuk lahannya, sedangkan untuk sumber energi biomassa dan
tanaman kayu-kayuan dapat dilihat dari pola Ekoregion bentang lahan
ataupun penutup lahan.
d. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat (Fiber)
Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan – potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Ekosistem
menyediakan serat alami yang meliputi serat yang diproduksi oleh
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat
dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam
(1) serat tumbuhan/serat pangan, (2) serat kayu, (3) serat hewan, dan (3)
serat mineral seperti logam dan carbon. Serat alami hasil hutan, hasil laut,
hasil pertanian & perkebunan menjadi material dasar dalam proses
produksi dan industri serta bio-chemical.
e. Jasa Ekosistem Penyediaan Sumber Daya Genetik
Ekosistem menyediakan beragam sumber daya genetik yang melimpah
dan bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.
Sumberdaya genetik berhubungan erat dengan keanekaragaman hayati
baik flora maupun fauna, dimana keanekaragaman hayati yang tinggi
akan diikuti dengan sumber daya genetik yang melimpah. Ketersediaan
dan distribusi sumberdaya genetik ditentukan oleh tipe ekosistem yaitu
ecoregion bentangalam dan penutup lahan khususnya areal bervegetasi.
Potensi penyediaan sumberdaya genetik dimanfaatkan sebagai sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin beragam dan
kompleks.
2. Jasa Ekosistem Pengaturan
a. Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Secara alamiah ekosistem memiliki fungsi jasa pengaturan iklim, yang
meliputi pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, angin, pengendalian
gas rumah kaca & penyerapan karbon. Fungsi pengaturan iklim
dipengaruhi oleh keberadaan faktor biotik khususnya vegetasi, letak dan
faktor fisiografis seperti ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan
dengan kepadatan vegetasi yang rapat dan letak ketinggian yang besar
seperti pegunungan akan memiliki sistem pengaturan iklim yang lebih

II-20
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

baik yang bermanfaat langsung pada pengurangan emisi carbon dioksida


dan efek rumah kaca serta menurunkan dampak pemanasan global
seperti peningkataan permukaan laut dan perubahan iklim ekstrem Dan
Gelombang Panas.
b. Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air Dan Banjir
Siklus hidrologi (hydrology cycle), adalah pergerakan air dalam hidrosfer
yang meliputi proses penguapan (evaporasi), pendinginan massa udara
(kondensasi), hujan (presipitasi), dan pengaliran (flow). Siklus hidrologi
yang terjadi di atmosfer meliputi terbentuknya awan hujan,
terbentuknya hujan, dan evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi.
Sedangkan siklus hidrologi yang terjadi di biosfer dan litosfer yaitu
ekosistem air yang meliputi aliran permukaan. ekosistem air tawar, dan
ekosistem air laut. Siklus hidrologi yang normal akan berdampak pada
pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan seperti
penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan ketersediaan
air. Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh
keberadaan tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan.
c. Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan Dan Perlindungan Dari Bencana
Ekosistem, didalamnya juga mengandung unsur pengaturan pada
infrastruktur alam untuk pencegahan dan perlindungan dari beberapa
tipe bencana khususnya bencana alam. Beberapa fungsi pencegahan
bencana alam dari kebakaran lahan, erosi, abrasi, longsor, badai dan
tsunami berhubungan erat dengan keberadaan liputan lahan dan
bentuklahan. Tempat-tempat yang memiliki liputan vegetasi yang rapat
dapat mencegah areanya dari bencana erosi, longsor, abrasi, dan
tsunami. Selain itu bentuklahan secara spesifik berdampak langsung
terhadap sumber bencana, sebagai contoh bencana erosi dan longsor
umumnya terjadi pada bentuk lahan struktural dan denudasional dengan
morfologi perbukitan.
d. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Ekosistem memiliki kemampuan untuk “membersihkan” pencemar
melalui proses – proses kimia-fisik-biologi yang berlangsung secara alami
dalam badan air. Kemampuan pemurnian air secara alami (self-
purification) memerlukan waktu dan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
beban pencemar dan teknik pemulihan alam khususnya aktivitas bakteri
alam dalam merombak bahan organik, sehingga kapasitas badan air
dalam mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar meningkat.

II-21
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

e. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan Dan Penguraian Limbah


Jasa ekosistem meliputi kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan
menyerap limbah dan sampah. Dalam kapasitas yang terbatas, ekosistem
memiliki kemampuan untuk menetralisir zat organik yang ada dalam air
limbah. Alam menyediakan berbagai macam mikroba (aerob) yang
mampu menguraikan zat organik yang terdapat dalam limbah dan
sampah menjadi zat anorganik yang stabil dan tidak memberikan
dampak pencemaran bagi lingkungan. Mikroba aerob yang disediakan
ekosistem dan berperan dalam proses menetralisir, mengurai dan
menyerap limbah dan sampah diantarnya bakteri, jamur, protozoa,
ganggang.
f. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara
Kualitas udara yang baik merupakan salah satu manfaat yang diberikan
oleh ekosistem. Kualitas udara. sangat dipengaruhi oleh interaksi antar
berbagai polutan yang diemisikan ke udara dengan faktor – faktor
meteorologis (angin, suhu, hujan, sinar matahari) dan pemanfaatan
ruang permukaan bumi. Semakin tinggi intensitas pemanfaatan ruang,
semakin dinamis kualitas udara. Jasa pemeliharaan kualitas udara pada
kawasan bervegetasi dan pada daerah bertopografi tinggi umumnya
lebih baik dibanding dengan daerah non vegetasi.
g. Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami (Pollination)
Penyerbukan alami (pollination) adalah proses penyerbukan
(berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik) yang secara
khusus terjadi pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda
tetapi dalam satu tanaman atau di antara bunga pada klon tanaman
yang sama. Ekosistem menyediakan jasa pengaturan penyerbukan alami
khususnya lewat tersedianya habitat spesies yang dapat pembantu proses
penyerbukan alami. Habitat alami seperti hutan dan areal bervegetasi
umumnya menyediakan media spesies pengatur penyerbukan yang lebih
melimpah.
h. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama & Penyakit
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau
organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu
kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Hama dan penyakit
merupakan ancaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan
dapat menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara alami menyediakan

II-22
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

sistem pengendalian hama dan penyakit melalui keberadaan habitat


spesies trigger dan pengendali hama dan penyakit.
3. Jasa Ekositem Fungsi Budaya
a. Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal & Ruang Hidup (Sense Of Place)
Ekosistem memberikan manfaat positif bagi manusia khususnya ruang
untuk tinggal dan hidup sejahtera. Ruang hidup ini didukung oleh
kemampuan dan kesesuaian lahan yang tinggi sehingga memberikan
dukungan kehidupan baik secara sosial, ekonomi maupun budaya. Jasa
ekosistem sebagai tempat tinggal dan ruang hidup secara sosial sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan geografis serta peluang
pengembangan wilayah yang lebih besar.
b. Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan Ecotourism
Ekosistem menyediakan fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai tertentu
yang menjadi daya tarik wisata. Berbagai macam bentuk bentang alam
dan keunikan flora dan fauna serta keanekaragaman hayati yang
terdapat dalam ekosistem memberi ciri dan keindahan bagi para
wisatawan. Dari sisi ekonomi, akan diperoleh banyak keuntungan
bahkan menjadi sumber devisa negara yang besar. Variasi bentangalam
berpengaruh besar terhadap nilai jasa budaya rekreasi dan ekowisata.
c. Jasa Ekosistem Budaya Estetika
Ekosistem bentang alam seperti laut, pegunungan, lembah, pantai dan
lain sebagainya telah memberikan nuansa keindahan alam dan nilai-nilai
estetika yang mengagumkan dan memiliki nilai jual. Paduan bentang
alam dan bentang budaya semakin memperkuat nilai keindahan dan
estetika yang telah diberikan oleh ekosistem.
4. Jasa Ekosistem Pendukung
a. Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah & Pemeliharaan
Kesuburan
Tanah merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik)
yang bercampur dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel
batuan atau mineral, bahan organik (senyawa organik dan organisme)
air dan udara. Mineral merupakan unsur utama tanah yang terbentuk
dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen. Ekosistem
memberikan jasa pendukung berupa pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan yang bervariasi antar lokasi. Lokasi yang
memiliki jenis batuan cepat lapuk, dengan kondisi curah hujan dan

II-23
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2024

penyinaran matahari yang tinggi akibat bentuk permukaan bumi serta


didukung oleh keberadaan organisme dalam tanah dan tumbuhan
penutup tanah maka pembentukan tanah semakin cepat.
b. Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara (Nutrient Cycle)
Siklus hara dalam suatu ekosistem merupakan proses yang terintegrasi
dari pergerakan/pemindahan energi dan hara didalam ekosistem itu
sendiri dan juga interaksinya dengan atmosfir, biosfir, geosfir dan
hidrosfir. Energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan siklus hara ini
didapatkan dari proses yang terjadi pada biosfir yaitu proses fotosisntesis.
Proses dari serapan hara, akumulasi hara pada tubuh tumbuhan dan
kembali ke tanah melalui siklus yang bervarisi sesuai dengan kondisi
tumbuhan, iklim dan jenis tanahnya sendiri sehingga pada akhirnya
berpengaruh terhadap kesuburan tanah dan tingkat produksi pertanian
yang tinggi.
c. Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer (Produksi Oksigen,
Penyediaan Habitat Spesies)
Ekosistem memberikan jasa produksi primer berupa kroduksi oksigen dan
penyediaan habitat spesies. Produksi oksigen memberikan dukungan bagi
seluruh kehidupan makhluk. Tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada
kehidupan. Ekosistem memberikan jasa penghasil oksigen sekaligus
mengurangi kadar karbondioksida dan populasi udara di bumi.
Keberadaan vegetasi seperti hutan yang menyerap karbondioksida untuk
pembutan makanan (fotosintesis). Hasil dari fotosintesis adalah oksigen.
Inilah gas yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk beraktivitas dan
memungkinkan tumbuhnya banyak habitat spesies. Jasa produksi oksigen
bervariasi antar lokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan
vegetasi dan hutan.
d. Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas (Perlindungan Plasma Nutfah)
Ekosistem telah memberikan jasa keanekaragaman hayati (biodiversity)
di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya,
daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks
ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem yang
menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna. Semakin tinggi karakter
biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan ekosistem terhadap
perikehidupan.

II-24
BAB III
GAMBARAN UMUM
KOTA PEMATANGSIANTAR

3.1 KONDISI GEOGRAFIS


3.1.1 Posisi Strategis
Kota Pematang Siantar merupakan salah satu kota kedua terbesar di Propinsi
Sumatera Utara yang berjarak 128 km dari kota Medan dan menjadi kota perlintasan ke
wilayah bagian tengah dan barat Provinsi Sumatera Utara. Bagi wisatawan ke kawasan
Danau Toba hanya berjarak 50 km dari kota Parapat.
Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2o 53’ 20” - 3o 01’ 00” Lintang Utara
dan 99o 1’ 00” - 99o 6’ 35” Bujur Timur, dan keseuruhan wilayah berada di tengah–
tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas wilayah Kota Pematangsiantar adalah
79,971 Km2 terletak 400-500 meter di atas permukaan laut..
Gambar 3.1 Peta Orientasi Kota Pematangsiantar

III - 1
Wilayah administrasi Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan dan 53
kelurahan. Luas wilayah administrasi Kota Pematangsiantar adalah 79,971 km2.
Kecamatan. Kecamatan-kecamatan di luar pusat kota memiliki luas wilayah besar
dibandingkan kecamatan-kecamatan di pusat kota.
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kota Pematangsiantar

Tabel 3.1. Luas Wilayah Administrasi Kota Pematangsiantar


Per Kecamatan
No Kecamatan Luas (Km²) Persentase
1 SIANTAR MARIHAT 782,50 9,78
2 SIANTAR MARIMBUN 1.800,60 22,52
3 SIANTAR SELATAN 202,00 2,53
4 SIANTAR BARAT 320,50 4,01
5 SIANTAR UTARA 365,00 4,56
6 SIANTAR TIMUR 452,00 5,65
7 SIANTAR MARTOBA 1.802,20 22,45
8 SIANTAR SITALASARI 2.272,30 28,41
Kota Pematangsiantar 7.997,10 100,00
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar, 2012-2032

III - 2
3.1.2 Morfologi
Bentuk morfologi atau bentang alam Kota Pematangsiantar sebagian besar berada
di tingkat morfologi datar dan morfologi bergelombang atau miring. Hal ini di
karenakan Kota Pematangsiantar secara geografis berada di tingkat kemiringan 0 0-50
 Morfologi Datar – Hampir Datar dengan kemiringan 0o – 2o, terutama tersebar di
Pusat Perkotaan Kota Pematangsiantar
 Morfologi Bergelombang/Miring Landai dengan kemiringan 2o – 5o, merupakan
satuan morfologi yang paling dominan terutama tersebar Arah Timur.
 Morfologi Bergelombang/Miring dengan kemiringan lereng 5o – 15o, tersebar di
bagian Selatan Kota Pematangsiantar.
 Morfologi Berbukit/Agak Curam dengan kemiringan lereng 15o – 40o tersebar sangat
terbatas di bagian Barat Kota Pematangsiantar.
 Morfologi Berbukit-bukit dengan kemiringan lereng > 40o, tersebar di bagian Barat
Kota Pematangsiantar.

3.1.3 Klimatologi
Kota Pematangsiantar beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi serta
hari hujan yang bervariasi. Pada Tahun 2019 curah hujan terbanyak terdapat pada bulan
mei sebanyak 364 mm, sedangkan curah hujan yang paling sedikit terjadi pada bulan
september. Hari hujan terbanyak pada tahun 2019 di Kota Pematangsiantar terjadi pada
bulan maret dengan jumlah 20 hari sedangkan jumlah hari hujan yang paling sedikit
terjadi pada bulan desember dengan jumlah 5 hari. Untuk lebih jelas dapat dilihat ditabel
berikut.
Tabel 3.2
Curah hujan di Kota Pematang Siantar Tahun 2019
Curah Hujan
Bulan Hari Hujan
(mm)
Januari 222 15
Februari 258 16
Maret 380 20
April 345 18
Mei 364 10
Juni 172 13
Juli 191 6
Agustus 199 10
September 73 14
Oktober 395 17
Nopember 171 17
Desember 180 5
Sumber : Kota Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 2020

III - 3
3.1.4 Topografi dan Morfologi
Kondisi topografi Kota Pematangsiantar dapat dilihat perbedaan elevasi dari timur
laut ke barat daya yang semakin bertambah ketinggiannya. Di bagi timur hingga hampir
seluruh kecamatan di pusat kota, Kecamatan Siantar Martoba, Kecamatan Siantar
Marimbun dan Kecamatan Siantar Marihat pada elevasi 200-300 m dpl. Kemudian, pada
Kecamatan Sitalasari dan sebagian kecamatan dipusat kota berada pada elevasi 300-500
m dpl. Pada kecamatan Siantar Marimbun bagian selatan yang paling tinggi dan sebagian
kecil Kecamatan Siantar yaitu pada elevasi 500-600 m dpl. Perbedaan ketinggian
memberikan dapat manfaat kemudahan aliran drainase menghindari genangan dengan
tetap mengendalikan debit dan kecepatan aliran permukaan.
Kondisi morfologi diperlihatkan umumnya wilayah Kota Pematangsiantar
memiliki kemiringan lereng 0-5 %. Kemiringan lereng di atas umumnya berada di sekitar
tepi sungai, dan bahkan terdapat kemiringan lereng > 40 % di tepi sungai. Kerapatan
kemiringan lereng memperlihatkan morfologi bergeleombang. Morfologi gelombang
terlihat terdapat di wilayah barat hingga sedikit selatan kota, seperti Kecamatan Siantar
Martoba dan Kecamatan Siantar Sitalasari, serta Kecamatan Siantar Marimbun. Kondisi
morfologi gelombang menyulitkan pembangunan dan pengoperasian layanan berbagai
jaringan infrastruktur dan utilitas. Tetapi landskap morfologi gelombang memberikan
daya tarik estetika kawasan pengembangan.
Gambar 3.3 Peta Topografi Kota Pematangsiantar

III - 4
Gambar 3.4 Peta Morfologi Kota Pematangsiantar

3.1.5 Geologi
Berdasarkan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar memiliki
jenis geologi batuan hasil erupsi gunung api. Berdasarkan jenis geologi tersebut Kota
Pematangsiantar tergolong daya dukung cukup tinggi.
Gambar 3.5 Peta Geologi Kota Pematangsiantar

III - 5
3.1.6 Jenis Tanah
Jenis tanah di Kota Pematangsiantar umumnya didominasi oleh jenis tanah
Aluvial, Podsolik Merah Kuning dan sebagian kecil Hidromorfik Kelabu, Regosol,
Mediteran Merah Kuning dan Litosol yang menyebar secara random (acak). Erosi
merupakan permasalahan yang sangat potensial di Kota Pematangsiantar. Faktor alamiah
yang menyebabkan terjadinya erosi adalah tingkat curah hujan, jenis vegetasi yang tidak
mampu menahan laju aliran air permukaan, kemiringan lahan dan jenis tanah yang
mudah tererosi seperti regosol, organosol dan rezina. Peristiwa erosi dan longsoran ini
umumnya terjadi pada lokasi bergelombang sampai berbukit sedangkan pada daerah
datar kejadian ini umumnya tidak terjadi.
Gambar 3.6 Peta Jenis Tanah Kota Pematangsiantar

3.1.7 Hidrologi
Kondisi hidrologi di Kota Pematangsiantar dari air permukaan yaitu sungai, rawa
dan air bawah tanah. Di Kota pematangsiantar terdapat sungai bersar dan beberapa
sungai kecil. Kota pematang siantar memiliki 2 Daerah Aliran sungai yakni Daerah Aliran
Sungai Sipare-pare dan Daerah Aliran Sungai Bah Bolon.
Pola aliran sungai di wilayah Kota Pematangsiantar pada umumnya didominasi
oleh pola aliran dendritik. Namun demikian, pada beberapa bagian, terutama di bagian

III - 6
selatan wilayah ini tampak pola aliran trelis. Pola aliran ini pada umumnya dikontrol
oleh struktur geologi di samping jenis litologi dan topografi permukaan di daerah aliran.
Tabel 3.3
Sungai Utama di Kota Pematangsiantar
No. Nama Sungai Kecamatan Lintasan
1. Bah Bolon Seluruh wilayah Kota Seluruh Kecamatan
Kec. Siantar Sitalasari dan
2. Bah Kapul Siantar Sitalasari
Kec.Martoba

Kec.Siantar Selatan,
3. Bah Sibarambang Siantar Marimbun
Kec.Siantar Marimbun
Kec.Siantar Martoba, Kec.
4. Bah Sigulang-gulang Siantar Utara Siantar Utara, Kec. Siantar
Siantar Barat
Sumber : RTRW Kota Pematangsiantar, 2012-2032

Hidrologi yang mengaliri Kota Pematangsiantar termasuk dana sistem Wilayah


Sungai (WS_ Bah Bolon, yang meliiputi 2 (dua) DAS, yaitu : DAS Bah Bolon dan DAS Bah
Kapul. WS ini pada dasarnya tidak hanya terdapat atau melalui Kota Pematangsiantar.
Sedangkan air tanah yang mengaliri wilayah kota Pematangsiantar seluruhnya berada
Cekungan Air Tanah (CAT) Medan. Baik daerah hulu DAS Bah Bolon dan DAS Bah
Kapul, serta daerah imbuh CAT Medan semuanya berada di bagian selatan kota, yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Simalungun.
Gambar 3.7 Pembagian DAS di Kota Pematangsiantar

III - 7
Potensi air permukaan (sungai) dan air tanah (sumur dan mata air) dimanfaatkan
sebagai sumber air baku untuk air bersih serta jaringan irigasi yang mengairi areal
persawahan di Kota Pematangsiantar. Dan sebagian sumur/mata air tanah yang menjadi
sumber air baku juga berada di wilayah Kabupaten Simalungun.

3.1.8 Penggunaan Lahan


Peta Guna Lahan merupakan peta yang memberikan informasi mengenai objek-
objek yang tempak di permukaan bumi. Ketepatan informasi tutupan lahan akan
memberikan kemudahan dalam melakukan analisis perencanaan dan pengembangan
wilayah. Pembuatan peta tutupan lahan Kota Pematangsiantar ini disusun dengan
melakukan interpretasi terhadap citra satelit Spot 6-7.

Berdasarkan hasil intepretasi yang dilakukan terhadap peta citra satelit Spot 6-7,
didapat bahwa sawah merupakan penggunaan lahan yang paling dominan Kota
Pematangsiantar seluas 2.817,98 Ha, diikuti oleh penggunaan lahan untuk Permukiman
seluas 2.500,55 Ha dan penggunaan lahan paling kecil adalah penggunaan lahan Kolam
atau rawa seluas 0,47 Ha. Hasil interpretasi citra satelit yang menghasilkan tutupan lahan
wilayah Kota Pematangsiantar dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3.4 Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar


Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
Permukiman dan Tempat Kegiatan 2.500,55 31,27%
Perdagangan dan Jasa 176,17 2,20%
industri 118,17 1,48%
Perkebunan/Kebun 2.040,89 25,52%
Sawah 2.817,98 35,24%
Jalan 41,64 0,52%
Sarana Transportasi 10,98 0,14%
TPU 18,61 0,23%
Lapangan/Tanaman 12,14 0,15%
Kolam/rawa 0,47 0,01%
Lahan Kosong 101,53 1,27%
Semak Belukar 73,13 0,91%
Sungai 84,84 1,06%
Total 7.997,10 100,00%
Sumber : Materi Teknis Revisi RTRW Kota Pematangsiantar, 2020

Secara keseluruham, terdapat tiga penggunaan lahan terbesar di Kota


Pematangsiantar, yaitu : sawah seluas 2.817,98 ha atau 35,24 % dari seluruh wilayah
kota. Guna lahan ini tersebar hampir diseluruh kecamatan di luar kecamatan-kecamatan
di luar pusat kota. Guna lahan permukiman seluas 2.500,55 ha atau 31,27 %, tersebar di
III - 8
pusat kota, dan permukiman di sepanjang jalan-jalan primer maupun jalan lokal ke
pinggiran kota. Kemudian, guna lahan perkebunan dan kebun seluas 2.040,89 ha atau
25,,52 % terutama berada di barat dan sedikit di utara (Kecamatan Siantar Martoba dan
Kecamatan Siantar Sitalasari), dan sebagian di bagian selatan Kecamatan Siantar
Marimbun.

Guna lahan perdagangan dan jasa berada di pusat kota, dan mulai menyebar ke
jalan arteri primer ke arah Medan dan Parapat. Begitu juga, guna lahan industri berada
di pinggiran pusat kota dan terbanyak pada jalan-jalan primer ke luar kota ke arah
Medan dan Perdagangan (Kabupaten Batubara).

Gambar 3.8 Peta Penggunaan Lahan Kota Pematangsiantar

III - 9
3.1.9 Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kota Pematangsiantar jika dilihat dari
aspek pengembangan wilayah sangat bernilai strategis untuk dikembangkan. Potensi
pengembangan wilayah ini terutama merupakan modal dasar dalam pembangunan di
Kota Pematang. Hal ini terdiri dari beberapa kawasan yang sangat strategis antara lain:

A. Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan budidaya pertanian adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi. Kegiatan pertanian tersebut dapat berupa pertanian lahan basah
dan pertanian lahan kering, dan tanaman keras (perkebunan).

B. Kawasan Tanaman Pangan


Kawasan tanaman pangan Perkembangan luas panen tanaman padi sawah di Kota
Pematangsiantar pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 12,21 persen dari
3.117,2 ha pada tahun 2018, menjadi 2.736,5 ha pada tahun 2019. Produksi padi sawah
pada tahun 2019 sebesar 16.320 ton, juga mengalami penurunan sebesar 13,03 persen
dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 18.767 ton. Luas panen tanaman jagung pada
tahun 2019 sebesar 578,9 ha, mengalami pertambahan sebesar 3,85 persen dibandingkan
tahun 2018 yang sebesar 557,4 ha. Hal yang sama juga terjadi pada produksi tanaman
jagung. Demikian halnya tanaman ketela pohon, luas panen pada tahun 2019 sebesar
214,9 ha dengan produksi 6.490 ton

C. Kawasan Holtikultura
Komoditas tanaman Hortikultura yang berada di Kota Pematang Siantar, meliputi:
Rambutan, Sirsak, Salak, Sawo, Sukun, dan sayuran seperti Jengkol, Melinjo, Petai,
Kentang, Kubis, Bawang Putih, Terong, Jahe, Lengkuas, Kencur, Kunyit.

D. Kawasan Perkebunan
Kawasan perkebunan merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama
diperuntukkan bagi kegiatan perkebunan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi
lahan yang sesuai untuk kegiatan perkebunan dalam meningkatkan produksi perkebunan,
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan perkebunan dapat
menjadi kawasan penyangga bagi kawasan hutan lindung. Jenis tanaman yang
diperkenankan adalah tanaman tahunan yang disertai kualitas keras yang baik sehingga

III - 10
erosi diupayakan seminimal mungkin. Adapun jenis tanaman tersebut meliputi karet,
kakao, kelapa, dan komoditas perkebunan lainnya.

E. Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi
kegiatan industri. Kawasan industri ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah
pemanfaatan ruang dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan
industri dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Jumlah industri besar dan
sedang di Kota Pematangsiantar pada tahun 2018 ada sebanyak 22 unit. Jika
dibandingkan dengan tahun 2016 jumlah industri sedang dan besar di Kota
Pematangsiantar berkurang dari sisi jumlah. Penyerapan tenaga kerja terbanyak pada
kelompok industri makanan, minuman dan tembakau yakni 3.227 orang disusul industri
kertas percetakan dan penerbitan, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 485 orang.
Pengembangan kawasan perindustrian diarahkan pada industri yang tidak
merusak lingkungan. Arahan pengelolaan kawasan peruntukan industri adalah sebagai
berikut:
a. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan.
b. Pengembangan industri pengolahan hasil kayu dari hasil hutan tanaman industri pola
hutan tanaman rakyat.
c. Pengembangan industri yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup.
d. Peningkatan aksesbilitas dari dan ke sentra–sentra produksi dan pusat distribusi
barang keluar.
e. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang produksi.
f. Pengembangan industri yang bersifat padat karya dengan mengutamakan tenaga
kerja masyarakat setempat.
Selain itu, pengembangan kawasan peruntukkan industri kecil dan mikro dengan
tujuan untuk mendukung perekonomian masyarakat di Kota Pematangsiantar
dikembangkan di seluruh kecamatan dengan seluas kurang lebih 60 Ha.

3.1.10 Rawan Bencana Alam


Apabila dilihat dari letak geografis, topografis dan iklim Kota Pematang termasuk
rentan terhadap bencana banjir. Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia dan
pembangunan yang terus berjalan, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah
dan memicu intensitas dan jumlah terjadinya bencana hidrometeorologi serta penrunan
kualitas lingkungan (environmental degradation)
Kawasan-kawasan yang diidentifikasi memiliki potensi bencana, baik bencana
alam maupun bencana buatan. Bencana alam meliputi bencana longsor dan bencana
banjir sedangkan bencana buatan adalah bencana kebakaran.
III - 11
Dari hasil pemetaan dan identifikasi yang dilakukan maka didapatkan wilayah-
wilayah di Kota Pematangsiantar yang termasuk ke dalam kategori rawan bencana
berdasarkan jenis bencananya yaitu :

a) Kawasan rawan bencana longsor yang meliputi : Kelurahan Setia Negara, Kelurahan
Simarito, Kelurahan Timbang Galung, Kelurahan Teladan, Kelurahan Simalungun,
Kelurahan Tomuan, Kelurahan Sigulang-gulang, Kelurahan Nagapitu dan Kelurahan
Pondok Sayur;
b) Kawasan rawan bencana banjir yang meliputi : Kelurahan Proklamasi, Kelurahan
Dwikora, Kelurahan Simalungun, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Baru, Kelurahan
Melayu, Kelurahan Banjar, Kelurahan Siopat suhu, Kelurahan Sukadame, Kelurahan
Sigulang-gulang, Sebagian Kelurahan Sumber Jaya dan sebagian Kelurahan Tanjung
Tongah; dan
c) Kawasan rawan bencana kebakaran yang meliputi perumahan kepadatan tinggi.

Gambar 3.9 Kawasan Rawan Bencana Alam di Kota Pematangsiantar

III - 12
3.2 KONDISI DEMOGRAFIS
3.2.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk
Pada dasarnya penduduk adalah merupakan modal dasar pembangunan, oleh
karena itu data statistik kependudukan mutlak diperlukan untuk kepentingan
perencanaan pembangunan dengan segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang tidak
seimbang dengan pertumbuhan kesempatan kerja, mengakibatkan meningkatnya jumlah
pengangguran. Pada tahun 2019 penduduk Kota Pematangsiantar mencapai 255.317
jiwa dengan kepadatan penduduk 3.193 jiwa per km2 . Penduduk perempuan di Kota
Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-laki. Pada tahun 2019 penduduk Kota
Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 124.533 jiwa dan penduduk
perempuan 130.784 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar
sebesar 95,22.
Tabel 3.5
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kota Pematang Siantar 2019
Jumlah Kepadatan
No Kecamatan Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Siantar Marihat 19.822 2.533
2 Siantar Marimbun 16.198 899
3 Siantar Selatan 18.339 9.078
4 Siantar Barat 38.440 1.194
5 Siantar Utara 49.886 1.367
6 Siantar Timur 41.316 9.141
7 Siantar Martoba 41.768 2.317
8 Siantar Sitilasari 29.548 1.300
Jumlah 255.317 3.193
Sumber : Kota Pematang Siantar Angka, 2020

3.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, pada buku Kota
Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 2020, laju pertumbuhan penduduk Kota
Pematang Siantar rata-rata sebesar 0,79%, dengan tahun dasar 2020 dan tahun eksisting
2019, sedangkan bila dilihat dari tahun 2015 (data sensus) sampai tahun 2019, maka laju
pertumbuhan penduduk Kota Pematang Siantar berjumlah 0,82%. Laju pertumbuhan
terbesar adalah penduduk Kecamatan Siantar Marihat dan Marimbun yaitu 0,95% (data
tahun 2015-2019), sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Siantar Selatan, dengan
jumlah 0,71%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel II.

III - 13
Tabel 3.6
Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
Di Kota Pematangsiantar Tahun 2019
No Kecamatan 2010 2015 2019 2015-2019
1 Siantar Marihat 17.872 19.096 19.822 0,95
2 Siantar Marimbun 16.642 15.607 16.198 0,95
3 Siantar Selatan 17.101 17.859 18.339 0,71
4 Siantar Barat 34.986 37.125 38.440 0,90
5 Siantar Utara 46.423 48.539 49.886 0,73
6 Siantar Timur 38.454 40.202 41.316 0,73
7 Siantar Martoba 38.368 40.466 41.768 0,83
8 Siantar Sitilasari 26.854 28.517 29.548 0,91
Jumlah 234.698 247.411 255.317 0,82
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2020

3.2.3 Komposisi Penduduk


A. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Bila melihat jumlah penduduk Kota Pematangsiantar berdasarkan jenis kelamin,


jumlah terbesar adalah berjenis kelamin perempuan dengan total jumlah sebesar 124.533
atau 51% dari total jumlah penduduk Kota Pematangsiantar, sedangkan penduduk
berjenis kelamin laki-laki memiliki jumlah total sebesar 124.533 jiwa atau sebesar 49%
dari total jumlah penduduk Kota Pematangsiantar. Selisih antara jumlah penduduk
berjenis kelamin perempuan dan laki-laki sebesar 3.991 jiwa, atau 2%. Sex ratio rata-
rata adalah 94,96%. Angka ini menunjukan perbandingan antara jumlah penduduk jenis
kelamin perempuan dan laki-laki, dengan perbandingan angka yang tidak begitu besar.

Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dirinci Per Kecamatan
Di Kota Pematangsiantar Tahun 2019
Jumlah Penduduk Pria Perempuan Sex ratio
No Kecamatan
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%)
1 Siantar Marihat 19.822 9.734 10.088 96,49
2 Siantar Marimbun 16.198 7.893 8.305 95,04
3 Siantar Selatan 18.339 8.693 9.646 89,56
4 Siantar Barat 38.440 18.897 19.543 96,60
5 Siantar Utara 49.886 24.173 25.713 94,01
6 Siantar Timur 41.316 19.680 21.636 90,96
7 Siantar Martoba 41.768 20.973 20.795 100,86
8 Siantar Sitilasari 29.548 14.490 15.058 96,23
Jumlah 255.317 124.533 130.784 95,22
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

III - 14
B. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Dari struktur pengelompokkan usia, pada tahun 2019 angka ketergantungan


penduduk terhadap kelompok usia produktif sebesar 49,19 %, yang berarti setiap 10.000
jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung 4.519 jiwa penduduk
kelompok umur lainnya. Angka ketergantungan terhadap kelompok usia produktif masih
cukup besar menanggung kebutuhan penduduk kelompok usia tidak produktif.

Gambar 3.10 Piramida Struktur Penduduk Kota Pematangsiantar


Berdasarkan Kelompok Usia

Laki-laki Perempuan

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dirinci Per Kecamatan
Di Kota Pematangsiantar Tahun 2019
Umur Laki-laki Perempuan
0-4 1.401,00 2.599,00
5-9 1.683,00 2.412,00
10-14 3.138,00 3.737,00
15-19 4.931,00 5.411,00
20-24 5.899,00 6.690,00
25-29 7.003,00 7.857,00
30-34 7.897,00 8.329,00
35-39 8.396,00 9.082,00
40-44 8.364,00 8.797,00
45-49 8.408,00 8.508,00
50-54 8.931,00 8.782,00
55-59 10.365,00 11.232,00
60-64 13.095,00 13.189,00

III - 15
Umur Laki-laki Perempuan
65-69 11.981,00 11.656,00
70-74 12.046,00 11.796,00
75+ 10.995,00 10.707,00
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

3.2.4 Kesejahteraan Masyarakat


A. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB secara umum digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai kinerja
produktifitas perekonomian suatu daerah, terutama yang berhubungan dengan kemampuan
daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Berdasarkan harga ADHB, PDRB Kota Medan meningkat dari tahun 2015
sebesar Rp 10,566,33 Milyar, dan pada tahun 2019 sebesar Rp. 13,933,25 Milyar.
Sedangkan, berdasarkan harga ADHK 2010, juga meningkat dari tahu 2015 sebesar
7,992,37 milyar, dan pada tahun 2019 sebesar Rp. 9,611,74 Milyar. Laju pertumbuhan
PDRB bedasarkan ADHK periode 2015 hingga 2019, rata-rata sebesar 4,8 % per tahun.

Lapangan usaha/sektor perekonomian Kota Pematangsiantar ddidominasi 3 sektor


usaha, yaitu : sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor,
sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor transportasi dan pergudangan.

Tabel 3.9
Nilai PDRB Kota Pematangsiantar Tahun2015-2019 Berdasarkan ADHB

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019


A. Pertanian, Kehutanan danPerikanan 198,33 204,99 206,67 208,3 219,39
B, Pertambangan dan Penggalian 1,22 1,34 1,28 1,28 1,29
C, Industri Pengolahan 2,361,59 2,553,66 2,800,31 2,917,98 3,014,93
D, Pengadaan Listrik dan Gas 34,36 33,77 38,96 40,55 42,23
E, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
32,61 35,6 38,97 40,22 41,02
Daur ulang
F, Konstruksi 1,090,96 1,205,63 1,310,48 1,412,56 1,497,31
G, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
2,539,71 2,824,78 3,052,8 3,260,18 3,480,28
dan Sepeda Motor
H, Transportasi dan Pergudangan 747,42 822,19 869,02 922,13 1,002,44
I, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 627,02 683,64 724,01 774,04 821,28
J,Informasi dan Komunikasi 181,14 190,28 198,94 216,25 224,9
K, Jasa Keuangan dan Asuransi 428,93 465,23 489,75 500,93 541,38
L, Real Estate 766,96 859,54 909,16 963,71 1,011,9
M, N, Jasa Perusahaan 97,39 108,59 118,28 126,83 131,9
O, Administrasi Pemerintahan, 576,6 630,52 681,28 723,51 761,58

III - 16
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019
Pertahanan&JaminanSosial
P, Jasa Pendidikan 700,97 758,24 790,37 840,96 899,83
Q, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 119,45 131,43 138,38 147,26 157,57
R, S, T, U, Jasa Lainnya 61,68 69,83 75,29 80,01 84,01
PDRB 10,566,33 11,579,29 12,443,96 13,176,71 13,933,25
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

Tabel 3.10
Nilai PDRB Kota Pematangsiantar Tahun2015-2019 Berdasarkan ADHK 2010

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019


A. Pertanian, Kehutanan danPerikanan 153,63 154,89 155,03 155,47 161,8
B, Pertambangan dan Penggalian 0,94 0,98 0,95 0,95 9,54
C, Industri Pengolahan 1,761,48 1,824,54 1,924,91 1,977,09 1,989,31
D, Pengadaan Listrik dan Gas 25,19 25,5 26,95 27,85 28,68
E, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
24,66 25,83 26,59 27,25 27,27
dan Daur ulang
F, Konstruksi 760,28 791,92 815,29 856,06 890,3
G, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
2,011,57 2,134,77 2,245,83 2,377,14 2,572,06
Mobil dan Sepeda Motor
H, Transportasi dan Pergudangan 552,83 587,06 625,57 658,24 710,52
I, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 451,76 475,31 497,9 530,21 557,68
J,Informasi dan Komunikasi 180,25 188,13 195,37 211,84 220,11
K, Jasa Keuangan dan Asuransi 314,88 326,57 334,08 340,77 364,93
L, Real Estate 548,99 586,64 605,38 635,65 654,72
M, N, Jasa Perusahaan 70,12 74,37 76,99 81,92 84,38
O, Administrasi Pemerintahan,
405,19 412,1 419,88 443,39 459,03
Pertahanan&JaminanSosial
P, Jasa Pendidikan 590,81 624,34 645,22 683,93 720,19
Q, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 94,32 99,39 103,63 109,02 114,47
R, S, T, U, Jasa Lainnya 45,46 48,42 50,56 53,39 55,35
PDRB 7,992,37 8,380,77 8,750,15 9,170,19 9,611,74
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

Semua sektor usaha perekonomian Kota Pematangsiantar mengalami


pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan paling besar (diatas rata-rata) berasal dari sektor
usaha transportasi dan pergudangan, jasa keuangan dan asuransi, penyediaan akomodasi
dan makan minum, dan jasa pendidikan. Beberapa sektor usaha yang punya kontribusi
besar masih mengalami laju pertumbuhan yang meningkat, yaitu : perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dan transportasi dan pergudangan.
Sedangkan sektor dominan yang mengalami perlambatan, yaitu : industri pengolahan

III - 17
dan konstruks. Kondisi perekonomian Kota Pematangsiantar ini dapat memperlihatkan
perkembangan fungsi jasa dari pada sektor primer dan sektor pengolahan, terutama jasa
perdagangan dan jasa dan simpul transportasi barang dan penumpang skala pelayanan
regional. Rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan Siantar Martoba
diharapkan mengembalikan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan.

Tabel 3.11
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pematangsiantar Tahun2015-2019
Berdasarkan ADHK 2010
Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan danPerikanan 1,06 0,83 0,09 0,28 4,07
B, Pertambangan dan Penggalian 3,57 4,19 -2,59 -0,05 0,05
C, Industri Pengolahan 0,66 3,58 5,5 2,71 0,62
D, Pengadaan Listrik dan Gas -5,32 1,25 5,68 3,34 2,97
E, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
5,81 4,71 2,96 2,5 0,05
dan Daur ulang
F, Konstruksi 6,71 4,16 2,95 5 4
G, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
6,71 6,12 5,2 5,85 8,2
Mobil dan Sepeda Motor
H, Transportasi dan Pergudangan 7,72 6,19 6,56 5,22 7,94
I, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,44 5,21 4,75 6,49 5,18
J,Informasi dan Komunikasi 5,94 4,37 3,85 8,43 3,91
K, Jasa Keuangan dan Asuransi 5,08 3,71 2,3 2 7,09
L, Real Estate 7,37 6,86 3,2 5 3
M, N, Jasa Perusahaan 7,33 6,07 3,52 6,4 3
O, Administrasi Pemerintahan,
7,51 1,71 1,89 5,6 3,53
Pertahanan&JaminanSosial
P, Jasa Pendidikan 6,32 5,67 3,34 6 5,3
Q, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,3 5,38 4,26 5,2 5
R, S, T, U, Jasa Lainnya 6,66 6,51 4,42 5,6 3,67
PDRB 5,24 4,86 4,41 4,8 4,82
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

III - 18
B. PDRB per Kapita

Distribusi pronduksi pertumbuhan perekonomian Kota Pematangsiantar kepada


seluruh penduduk digambarkan dengan nilai PDRB per Kapita. Pada tahun 2015, PDRB
per Kapita di Kota Pematangsiantar sebesar Rp 42,77 juta per tahun meningkat menjadi
Rp. 54,572 juta, dimana pertumbuhan sempat menurun pada tahun 2016-2018 dan
meningkat dengan pertumbuhan 4,07 % per tahun.

Tabel 3.12
Perkembangan PDRB per Kapita Kota Pematangsiantar
Tahun 2015-2019
ADH
Tahun ADH Berlaku Pertumbuhan Pertumbuhan
Konstan
2015 42 707,59 9,55 32 304,02 4,26
2016 46 409,05 8,67 33 589,60 3,98
2017 49 476,39 6,61 34 790,06 3,57
2018 51 979,14 5,06 36 174,30 3,98
2019 54 572,35 4,99 37 646,29 4,07
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

C. Indeks Gini

Indikator jumlah dan persentase penduduk miskin merupakan indikator makro


yang menggambarkan perkembangan pembangunan dan kesejahteraan ekonomi
penduduk secara umum. Dan salah satu ukuran kesuksesan pembangunan suatu wilayah
adalah terjadinya pemerataan pendapatan di kalangan penduduknya. Alat bantu yang
dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan salah satunya adalah Koefisien Gini. Semakin tinggi atau besar Koefisien Gini,
semakin tinggi tingkat ketidak merataannya dan semakin kecil Koefisien Gini berarti
semakin rendah tingkat ketidak merataannya. Adapun kriteria besaran nilai Koefisien
Gini:
G < 0,3 : ketimpangan rendah
0,3 ≤ G ≤ 0,5 : ketimpangan sedang
G > 0,5 : ketimpangan tinggi

Koefisien Gini Kota Pematangsiantar berada pada posisi di bawah 0,33 pada
tahun 2019. Artinya, kondisi ini dapat diartikan bahwa distribusi pendapatan dari seluruh
kegiatan ekonomi yang terjadi stagnan dan cenderung menurun terjadi pada penduduk
Kota Pematangsiantar. Sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 koefisien Gini cenderung
pada tahun 2015 sebesar 0,357 menurun menjadi 0,321 pada tahun 2016, pada tahun
0,365, dan tahun 2018-2019 menjadi 0,33. Kondisi penurunan indeks Gini

III - 19
memperlihatkan Kota Pematangsiantar berada pada ketimpangan sedang dan terus
mengalami pemerataan yang dapat diartikan sebagai hasil pembangunan semakin banyak
dirasakan penduduk kota.

Tabel 3.13
Perkembangan Koefisien Gini
Di Kota Pematangsiantar Tahun 2015-2019
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Koefisien 0.357 0,321 0,365 0,330 0,330
Sumber : RPJMD Kota Pematangsiantar

D. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau human development index adalah


pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan stnadar
hidup. IPM menjekaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan
dalam memperoleh pendapatan, sesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM memiliki 3
dimensi yang digunakan sebagai dasar perhitungannya, yaitu :
1. Umur panjang dan hidup sehat yang diukur dengan angka harapan hidup saat
kelahiran;
2. Pengetahuan yang dihitung dari angka harapan sekolah dan angka rata-rata lama
sekolah;
3. Standar hidup layak yang dihitung dari keseimbangan kemampuan berbelanja per
kapita (PDB (produk Domestik Bruto))

Indeks pembangunan manusia di Kota Pematangsiantar dari tahun 2015-2019


menunjukan peningkatan yang cukup baik, dari 75,83 menjadi 77,88. Hal ini didukung
dengan peningkatan indikator yang menjadi pertimbangan dasar IPM yaitu rata-rata
lama sekolah yang meningkat dari 10,70 menjadi 11,08, harapan lama sekolah dari 13,97
menjadi 14,02, harapan hidup dari 71,69 menjadi 72,93 dan peningkatan angka
pengeluaran riil per kapita dari Rp. 11.204,19 menjadi 12.290. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.14
Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kota Pematang Siantar Tahun 2015- 2019
NO URAIAN 2015 2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6 7
1 Indeks Pembangunan Manusia 75,83 76,34 76,90 77,54 77,88
2 Rata-rata lama sekolah (Tahun) 10,70 10,73 10,75 11,06 11,08
3 Harapan lama sekolah (Tahun) 13,97 13,99 14,00 14,01 14,02

III - 20
4 Harapan Hidup (Tahun) 71,69 72,29 72,46 69,18 72,93
5 Pengeluaran Riil Per Kapita
Yang Disesuaikan (Rp) 11.204,19 11.387,54 11.878 12.106 12.290

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

E. Penduduk Miskin

Penduduk miskin dapat digambarkan melalui ketidakmampuan penduduk dari sisi


ekonomi atau pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan. Berdasarkan konsep ini, jumlah penduduk miskin di Kota Pematangsiantar
mengalami penurunan, dari tahun 2015 sebesar 10,47 % dan menurun terus hingga di
tahun 2019 sebesar 8,63 %. Penurunan jumlah

Tabel 3.15
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kota Pematang Siantar Tahun 2015- 2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 25,830 24,880 25,340 22,01 21,99

% Penduduk Miskin 10,47 9,99 10,10 8,70 8,63

Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

Penurunan jumha penduduk miskin menggambarkan semakin berkurangnya penduduk


yang tidak menikmati atau ‘tertinggal’ dalam pembangunan Kota Pematangsiantar.

F. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Segala upaya pembangunan atau pertumbuhan sektor usaha di Kota Pematangsiantar


diharapkan memperluas kesempatan kerja bagi angkatan kerja melalui penciptaaan
lapangan kerja baru berupa tingkat partipasi angkat kerja. Penciptaan kesempatan kerja
tidak selalu sesuai dengan kuantitas dan kualitas angkatan kerja yang tersedia sehingga
menjadi tingkat pengangguran.

Tabel 3.15
Tingkat Pengangguran di
Kota Pematang Siantar Tahun 2015- 2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Penduduk Usia 15+ 178316 n/a 182530 184,492 186,483
Angkatan Kerja 122378 n/a 122522 122,292 132,604
TPAK 68,63 n/a 67,12 66,29 71,11
TPT 9,47 n/a 8,80 12,14 11,09
Sumber : Kota Pematangsiantar Dalam Angka 2020, BPS

III - 21
Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Pematangsiantar semakin meningkat, pada
tahun 2015 sebesar 9,47 %, tahun 2017 sempat menurun 8,8 %, akan tetapi pada tahun
2018 dan 2019 terus meningkat menjadi 11,09 %.

3.3 KONDISI KEUANGAN


3.3.1 Kinerja Keuangan Daerah
3.3.1.1 Realisasi Pendapatan Daerah
Dalam mendukung pengelolaan keuangan daerah, tidak akan terlepas dari pendapatan
daerah. Pendapatan daerah dalam proses pengelolaan daerah harus dituangkan terlebih
dahulu. Tanpa diketahuinya sumber-sumber pendapatan daerah, maka pengelolaan
keuangan daerah tidak akan dapat dikelola secara sempurna. Setelah itu, baru diikuti
dengan langkah-langkah lainnya, sesuai aturan yang berlaku. Adapun dalam mendukung
pendapatan daerah tetap harus dilakukan secara optimal, dengan harapan mampu
meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.

Pendapatan daerah sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58


Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah didefinisikan sebagai semua
penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana
lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah di bagi kedalam tiga
komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah.

Pada periode 2014-2019, total pendapatan daerah mengalami peningkatan rata-rata


sebesar 4,84% pertahun, dari sebesar Rp. 831.765.871.272,76 milyar pada tahun 2014
menjadi sebesar Rp. 1.005.078.666.256,76 milyar pada pada tahun 2019. Pendapatan
daerah Kota Pematangsiantar didominasi dari dana perimbangan dengan proporsi
terhadap total pendapatan daerah dari tahun ke tahun semakin meningkat, pada tahun
2014 dari 69,68% naik menjadi menjadi 80,41% di tahun 2019.

Sementara itu proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan proporsi lain-lain pendapatan
yang sah terhadap total pendapatan dari tahun 2014-2019 mengalami kenaikan dan
penurunan yang cukup berarti. Sumbangan Proporsi PAD tidak pernah mencapai 15%
dari total pendapatan daerah. Proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah tersebut
menunjukkan bahwa derajat kemandirian keuangan daerah masih sangat bergantung
kepada pemerintah pusat. Adapun proporsi lain-lain pendapatan yang sah terhadap total
pendapatan daerah cenderung menurun dari sebesar 19,45% pada tahun 2014 turun
menjadi 7,12% pada tahun 2019.

III - 22
Tabel 3.16
Realisasi Pendapatan Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2014-2019 (juta rupiah)
No Uraian Tahun Rerata
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 PENDAPATAN 831.765.871.272,76 891.378.886.503,26 1.082.765.291.218,78 869.993.438.966,23 978.915.421.073,78 1.005.078.666.256,76 4,84%
1,1 Pendapatan Asli 90.477.498.256,76 95.557.865.286,26 101.582.731.954,78 105.445.993.204,23 137.052.839.192,78 125.018.502.647,54 7,38%
Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak 29.216.494.857,47 31.105.131.475,84 35.735.129.177,34 46.253.296.639,20 46.460.214.440,08 53.802.273.943,00 13,41%
Daerah
1.1.2 Hasil Retribusi Daerah 11.965.498.400,00 5.801.756.500,00 7.696.960.200,00 6.716.916.980,00 10.998.225.550,00 11.183.361.150,00 6,77%
1.1.3 Hasil Pengelolaan 5.301.473.976,00 7.310.842.149,00 12.218.771.399,00 10.162.494.442,00 11.209.961.923,00 9.566.070.942,55 16,77%
Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan 43.994.031.023,29 51.340.135.161,42 45.931.871.178,44 42.313.285.143,03 68.384.437.279,70 50.466.796.611,99 6,74%
Asli Daerah yang Sah
2,2 Dana Perimbangan 579.535.032.088,00 609.312.359.513,00 756.797.369.354,00 727.984.049.610,00 796.804.963.671,00 808.453.423.363,00 7,29%
2.2.1 Bagi Hasil Pajak/ Bagi 27.436.801.088,00 22.052.599.513,00 28.938.932.641,00 25.694.258.173,00 25.332.212.286,00 19.548.529.650,00 -4,77%
Hasil Bukan Pajak
2.2.2 Dana Alokasi Umum 519.435.661.000,00 536.792.310.000,00 593.532.667.000,00 583.106.207.000,00 583.106.207.000,00 616.197.680.000,00 3,57%
2.2.3 Dana Alokasi Khusus 32.662.570.000,00 50.467.450.000,00 129.325.769.713,00 119.183.584.437,00 188.366.544.385,00 150.268.899.713,00 48,15%
2.2.4 Dana Insentif daerah 0,00 0,00 5.000.000.000,00 0,00 0,00 22.438.314.000,00 -20,00%
3,3 Lain-lain Pendapatan 161.753.340.928,00 186.508.661.704,00 224.385.189.910,00 36.563.396.152,00 45.057.618.210,00 71.606.740.246,22 6,81%
Daerah yang Sah
3.3.1 Pendapatan Hibah 0,00 0,00 54.821.950.000,00 0,00 0,00 25.318.289.958,22 -20,00%
3.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dr 34.915.988.278,00 40.663.019.900,00 156.217.690.464,00 36.563.396.152,00 25.195.360.601,00 46.288.450.288,00 55,33%
Provinsi dan Pemda
lainya
3.3.4 Dana Penyesuaian & 107.731.409.000,00 120.243.334.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -17,68%
otonomi khusus
3.3.5 Bantuan Keuangan dari 19.105.943.650,00 25.602.307.804,00 13.345.549.446,00 0,00 19.862.257.609,00 0,00 -42,77%
Provinsi atau
Pemerintah
Daerah Lainnya
Sumber: Laporan Akhir RPJMD Teknokratis 2021-2026

III - 23
Pendapatan asli daerah Kota Pematangsiantar yang mencakup pendapatan asli daerah
mencakup pendapatan pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,
menunjukkan peningkatan dari sebesar Rp. 90.477.498.256,76 milyar pada tahun
2014 menjadi Rp. 125.018.502.647,54 milyar pada tahun 2019.

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana perimbangan ini terdiri dari 3 (tiga) jenis sumber yaitu Dana Bagi Hasil, Dana
Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus yang sesungguhnya pengalokasiannya tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya karena masing-masing jenis dana perimbangan
tersebut saling mengisi dan melengkapi. Pencantuman Dana Perimbangan dalam
APBD yang dimaksudkan untuk memberi kepastian pendanaan bagi daerah.

Pada tahun 2014-2019 perkembangan dana perimbangan mengalami fluktuatif


dengan kecenderungan meningkat dari sebesar Rp. 579.535.032.088,00 milyar pada
tahun 2014 menjadi Rp.808.453.423.363,00 milyar pada tahun 2019. Selama periode
tahun 2014- 2019, target pendapatan daerah yang ditetapkan pada saat penyusunan
APBD belum sepenuhnya dapat direalisasikan sesuai target.

Tabel 3.17
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Pematangsiantar
Tahun Target Realisasi % Selisih
Anggaran
2014 886.658.524.116,58 831.765.871.272,76 93,81% (54.892.652.843,82)
2015 940.139.328.400,40 891.378.886.503,26 94,81% (48.760.441.897,14)
2016 1.056.938.986.464,10 1.082.765.291.218,78 102,44% 25.826.304.754,68
2017 934.906.237.858,40 869.993.438.966,23 93,06% (64.912.798.892,17)
2018 977.912.719.161,00 978.915.421.073,78 100,10% 1.002.701.912,78
2019 1.038.184.986.262,98 1.005.078.666.256,76 96,81% (33.106.320.006,22)
Sumber: Laporan Akhir RPJMD Teknokratis 2021-2026

Dari tahun 2014 realisasi pendapatan hanya tercapai 93,81% selisih sebesar Rp.
54.892.652.843,82 milyar, begitu juga hal nya untuk tahun 2015, 2017 dan 2019,
hanya pada tahun 2016 dan 2018 yang melebihi angka 100%.

Salah satu penyebab tingkat pencapaian target tidak tercapai adalah dana
perimbangan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah pusat kepada daerah,
sehingga sangat sulit untuk diprediksi pencapaiannya disamping tidak tercapainya
target pendapatan asli daerah.

III - 24
Untuk itu, beberapa rekomendasi untuk peningkatan pendapatan asli daerah adalah:

1. Mengoptimalkan peran dan kontribusi Perusahaan daerah dalam peningkatan


pendapatan asli daerah;
2. Mengoptimalnya aktualisasi potensi pendapatan daerah pada beberapa objek
pajak dan retribusi daerah;
3. Mengoptimalkan penegakan hukum melalui peraturan daerah dalam
pengelolaan pendapatan daerah.

3.3.1.2 Realisasi Belanja Daerah


Sesuai dengan definisi yang dikembangkan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja
meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Secara umum dari tahun 2014-2019, jumlah anggaran belanja Pemerintah Kota
Pematangsiantar mengalami fluktuatif yang tidak terlalu signifikan yang seiring dengan
pendapatan daerah yang dihasilkan. Tahun 2016-2019 angka belanja daerah berapa
pada angka mulai beranjak naik dan berada dikisaran kurang lebih dari Rp. 900
milyar lebih tinggi disbanding 2 tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan belanja
sebesar 4.07%.

Tabel 3.18
Target dan Realisasi Belanja Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2014-2019
Tahun
Anggaran Target Realisasi % Selisih
2014 909.447.084.012,15 774.365.721.075,38 85,15% (135.081.362.936,77)
2015 1.005.717.689.322,35 884.146.657.675,53 87,91% (121.571.031.646,82)
2016 1.072.521.411.513,28 940.141.429.606,79 87,66% (132.379.981.906,49)
2017 1.083.339.076.573,96 934.471.598.872,42 86,26% (148.867.477.701,54)
2018 997.384.585.393,82 994.512.015.480,57 99,71% (2.872.569.913,25)
2019 1.090.413.256.601,00 934.784.426.978,51 85,73% (155.628.829.622,49)
Sumber: Laporan Akhir RPJMD Teknokratis 2021-2026

Proporsi belanja tidak langsung dan belanja langsung terhadap total belanja selama
kurun waktu 2014 – 2019 dengan rata-rata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung
sebesar -0,22%, sedangkan belanja langsung sebesar 11.70%. Dari grafik dibawah ini
menunjukkan bahwa rata-rata proporsi belanja tidak langsung memiliki porsi lebih
besar, dibandingkan dengan belanja langsung, namun pada tahun 2017 dan 2018
porsi belanja langsung semakin baik.

III - 25
Tabel 3.19
Rata-rata Realisasi Belanja Daerah Pematangsiantar Tahun 2014-2019 (juta rupiah)
No Uraian Tahun Rerata
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 BELANJA 774.365.721.075,38 884.146.657.675,53 940.141.429.606,79 934.471.598.872,42 994.512.015.480,57 935.107.671.832,51 4,07%
1,1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 503.078.333.931,12 552.728.964.349,66 547.587.784.900,03 448.220.157.100,69 459.756.260.519,42 485.557.545.430,36 -0,20%
1.1.1 Belanja Pegawai 490.004.892.230,00 517.979.670.099,36 533.888.607.520,00 435.666.756.978,00 434.559.650.131,00 438.526.136.957,75 -1,79%
1.1.2 Belanja Bunga 22.433.748,76 16.545.536,30 6.471.988,03 3.147.968,69 46.394.596,42 0,00 227,06%
1.1.4 Belanja Hibah 5.470.000.000,00 29.065.882.460,00 10.754.261.000,00 8.699.000.000,00 17.027.152.000,00 33.002.446.592,61 107,76%
1.1.5 Belanja Bantuan Sosial 1.084.750.000,00 613.000.000,00 1.019.387.500,00 1.089.943.200,00 1.637.600.000,00 8.104.592.800,00 94,98%
1.1.7 Belanja Bantuan keuangan 672.133.202,36 874.206.004,00 874.206.892,00 874.206.892,00 874.206.893,00 866.512.080,00 5,84%
Kepada Provinsi/Kabupaten/
Kota dan Pemerintahan Desa
1.1.8 Belanja Tidak Terduga 5.824.124.750,00 4.179.660.250,00 1.044.850.000,00 1.887.102.062,00 5.611.256.899,00 5.057.857.000,00 32,97%
2,2 BELANJA LANGSUNG 271.287.387.144,26 331.417.693.325,87 392.553.644.706,76 486.251.441.771,73 534.755.754.961,15 449.550.126.402,15 11,70%
2.2.1 Belanja Pegawai 42.065.600.785,31 50.516.657.827,00 46.805.885.504,00 58.078.024.933,00 66.491.345.412,00 66.190.105.536,00 10,17%
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 116.688.417.465,95 128.672.712.597,87 146.190.678.580,76 165.337.430.054,73 180.305.414.854,13 178.400.949.241,71 9,00%
2.2.3 Belanja Modal 112.533.368.893,00 152.228.322.901,00 199.557.080.622,00 262.835.986.784,00 287.958.994.695,02 204.959.071.624,44 15,76%

Sumber: Laporan Akhir RPJMD Teknokratis 2021-2026

III - 26
Komposisi belanja tidak langsung yang lebih besar mengindikasikan terbatasnya
kapasitas fiskal daerah untuk mendukung belanja program dan kegiatan yang terkait
langsung dengan peningkatan kesejahteraaan masyarakat dan begitu juga sebaliknya.
Selama periode tahun 2014-2019, realisasi belanja belum mencapai sesuai dengan
rencana yang ditetapkan.

3.3.1.3 Realisasi Pembiayaan Daerah


Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, Pembiayaan Daerah didefinsikan sebagai semua penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Berdasarkan sumbernya, pembiayaan dibagi menjadi penerimaan pembiayaan daerah
dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Dari grafik diatas menunjukkan dari tahun 2014-2019 penerimaan pembiayaan


tertinggi ada pada tahun 2017 dengan jumlah sebesar Rp 158.256.061.460,56 milyar
yang merupakan hasil dari selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran
selama satu periode anggaran. tahun anggaran sebelumnya dan pada tahun 2018 dan
2019 menunjukkan besaran SiLPA yang semakin menurun. Idealnya SiLPA hendaknya
mendekati nol, namun dengan adanya berbagai persoalan, seperti keterlambatan
pelaksanaan kegiatan, pencairan dana dan hal lainnya, menyebabkan SiLPA yang tidak
dapat dihindarkan. Untuk pengeluaran pembiayaan terbesar adalah komponen
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah pada Bank Sumut yang pada tahun
2019 mencapai Rp. 13.418.649.057 milyar.

Perkembangan SiLPA di Kota Pematangsintar pada tahun 2014-2019 menunjukkan


angka yang fluktuatif dari sebesar Rp. 80.178.360.921,95 milyar pada tahun 2014
menjadi sebesar Rp. 122.522.509.616,27 milyar pada tahun 2019, angka silpa
tertinggi ada pada tahun 2016 sebesar Rp. 158.256.061.460,56 milyar. Hal ini
menunjukkan kondisi yang kurang baik sehingga perlu menjadi perhatian.

III - 27
Tabel 3.20
Rata-rata Realisasi Pembiayaan Daerah Pematangsiantar Tahun 2014-2019 (juta rupiah)
Tahun
Uraian Rerata
No 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Surplus/Defisit Belanja 57.400.150.197 7.232.228.828 142.623.861.612 -64.478.159.906 -15.596.594.407 70.294.239.278 202,59%
6 PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
6,1 29.328.435.925,63 80.279.232.558,95 72.961.236.185,63 158.256.061.460,56 85.512.687.888,81 65.646.919.395,02 42,46%
DAERAH
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
6.1.1 0,00 80.178.360.921,95 72.961.236.185,63 158.256.061.460,56 85.512.687.888,81 65.646.919.395,02
Tahun Anggaran Sebelumnya
6.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Penerimaan kembali Pemberian
6.1.5 29.328.435.925,63 100.871.637,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pinjaman
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
6,2 6.550.225.201,06 14.550.225.201,05 57.329.036.337,06 8.773.447.946,58 4.269.174.087,00 13.418.649.057,00 98,88%
DAERAH
Penyertaan Modal (Investasi)
6.2.2 4.000.000.000,00 12.500.000.000,00 56.278.811.136,00 8.723.222.745,00 4.269.174.087,00 13.418.649.057,00 128,30%
Pemerintah Daerah
6.2.3 Pembayaran Pokok Utang 50.225.201,06 50.225.201,05 50.225.201,06 50.225.201,58 0,00 0,00
Investasi Dana Bergulir bagi Pelaku
6.2.5 2.500.000.000,00 2.000.000.000,00 1.000.000.000,00 0,00 0,00 0,00
UKM
SURPLUS (DEFISIT)
22.778.210.724,57 65.729.007.357,90 15.632.199.848,57 149.482.613.513,98 81.243.513.801,81 52.228.270.338,02 177,45%
PEMBIAYAAN
Selisih Lebih
Pembiayaan
80.178.360.921,95 72.961.236.185,63 158.256.061.460,56 85.004.453.607,79 65.646.919.395,02 122.522.509.616,28 25,10%
Anggaran Tahun
Berkenaan
Sumber: Laporan Akhir RPJMD Teknokratis 2021-2026

III - 28
Dengan kondisi Surplus/Defisit, Pemerintah Kab. Asahan membiayai Belanja Daerah
juga melalui Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan. Penerimaan
pembiayaan merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya
(SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan
penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau
untuk memanfaatkan surplus. Sisa lebih/kurang Pembiayaan Tahun Berkenan
walaupun semakin mengecil tetap bernilai Surplus. Pada tahun sebesar Rp. 262,681
Milyar tetapi menurun menjadi Rp. 19,922 Milyar. Besaran Surplus ini dapat
diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah,
pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau
pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.

3.3 KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

3.4.1 Kinerja Jasa Ekosistem


Kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup berbasis jasa
ekosistem dilakukan pada kedetilan skala 1 : 50.000 dengan unit analisis berupa
satuan Ekoregion yang disajikan dalam lingkup administrasi. Terdapat 20 (duapuluh)
jenis jasa ekosistem yang dikaji menggunakan metode Participatory Approaches and
Expert Opinion yang dikelompokkan kedalam empat jasa ekosistem yakni jasa
ekosistem penyedia, pengatur, pendukung dan budaya. Kajian ini menghasilkan nilai
indeks serta sebaran luasan dari indeks daya dukung dan daya tampung berbasis jasa
ekosistem di Kota Pematangsiantar.

Ekosistem adalah entitas yang kompleks yang terdiri atas komunitas tumbuhan,
binatang dan mikro organisme yang dinamis beserta lingkungan abiotiknya yang
saling berinteraksi sebagai satu kesatuan unit fungsional (MA, 2005). Fungsi ekosistem
adalah kemampuan komponen ekosistem untuk melakukan proses alam dalam
menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia,
baik secara langsung maupun tidak langsung (De Groot, 1992). Jasa ekosistem adalah
keuntungan yang diperoleh manusia dari ekosistem (MA, 2005). Jasa ekosistem
dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi jasa penyediaan (providing), jasa

III - 29
pengaturan (regulating), jasa budaya (culture), dan jasa pendukung (supporting)
(MA, 2005).

Daya dukung merupakan indikasi kemampuan mendukung penggunaan


tertentu, sedangkan daya tampung adalah indikasi toleransi mendukung perubahan
penggunaan tertentu (atau pengelolaan tertentu) pada unit spasial tertentu. Untuk
menghitung daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, perlu beberapa
pertimbangan. Adapun pertimbangan tersebut adalah (a) ruang dan sifatnya, (b) tipe
pemanfaatan ruang, (c) ukuran produk lingkungan hidup utama (udara dan air), (d)
penggunaan/penutupan lahan mendukung publik (hutan), (e) penggunaan tertentu
untuk keperluan pribadi.

Kajian ini menetapkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dengan pendekatan konsep jasa ekosistem, meliputi :
1. Penyediaan Pangan,
2. Penyediaan Air Bersih,
3. Penyediaan Serat,
4. Pengaturan Iklim,
5. Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir,
6. Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana Alam,
7. Pengaturan Pemurnian Air,
8. Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara,
9. Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah dan Pemeliharaan Kesuburan,
10. Pendukung Siklus Hara,
11. Pendukung Produksi Primer,
12. Pendukung Biodversity.

Dengan pengembangan asumsi dasar sebagai berikut:

a. Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain,
dan keseimbangan antar keduanya (lihat jasa penyediaan, Jasa budaya, dan
pendukung)
b. Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya (lihat jasa pengaturan).

Salah satu hasil kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
berbasis jasa ekosistem adalah menghasilkan nilai indeks. Nilai ini merupakan
representasi dari tinggi rendahnya nilai jenis-jenis jasa ekosistem pada suatu wilayah.
Nilai indeks jasa ekosistem berkisar antara 0 (sangat rendah) 1 (sangat tinggi), yang
ditampilkan menurut administrasi dan ekoregion.

III - 30
Tabel 3.21
Luas dan Status Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa Ekosistem di Kota Pematangsiantar
JASA EKOSISTEM KINERJA STATUS

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi


ha % ha % ha % ha % ha %
P1 Penyedia Pangan 1.823 0,5% 71.987 19,4% 154.864 41,8% 132619,94 35,8% 9.272 2,5% Belum Melampaui
P2 Penyedia Air bersih 305 0,1% 27.099 7,3% 140.008 37,8% 80395,852 21,7% 122.758 33,1% Belum Melampaui
P3 Penyedia Serat (fiber) 6 0,0% 13.832 3,7% 3.165 0,9% 29673,904 8,0% 323.889 87,4% Belum Melampaui
P4 Penyedia Bahan bakar (fuel) 444 0,1% 15.614 4,2% 60.946 16,4% 62588,493 16,9% 230.973 62,3% Belum Melampaui
P5 Penyedia Sumberdaya Genetik 3.158 0,9% 35.488 9,6% 259748,17 70,1% 61365,416 16,6% 10.807 2,9% Belum Melampaui
R1 Pengatur Iklim 13.627 3,7% 4.928 1,3% 297.003 80,1% 14898,115 4,0% 40.110 10,8% Belum Melampaui
R2 Pengatur Tata Aliran Air & Banjir 2.898 0,8% 11.517 3,1% 171.658 46,3% 144382,84 39,0% 40.110 10,8% Belum Melampaui
R3 Pengatur Pencegahan dan Perlindungan 2.294 0,6% 89.920 24,3% 233.078 62,9% 216,61216 0,1% 45.057 12,2% Melampaui
Dari Bencana
R4 Pengatur Pemurnian Air 1.597 0,4% 24.670 6,7% 68.041 18,4% 269391,66 72,7% 6.866 1,9% Belum Melampaui
R5 Pengatur Pengolahan dan Penguraian 266 0,1% 61.886 16,7% 158.905 42,9% 138914,95 37,5% 10.593 2,9% Belum Melampaui
Limbah
R6 Pengatur Pemeliharaan Kualitas Udara 13.838 3,7% 63 0,0% 188.405 50,8% 127144,05 34,3% 41.116 11,1% Belum Melampaui
R7 Pengatur Penyerbukan Alami 2.305 0,6% 11.394 3,1% 26.078 7,0% 324523,29 87,6% 6.266 1,7% Belum Melampaui
R8 Pengatur Pengendalian Hama & 260 0,1% 11.528 3,1% 51313,924 13,8% 292333,6 78,9% 15.130 4,1% Belum Melampaui
Penyakit
C1 Budaya Fungsi Tempat Tinggal &Ruang 44.205 11,9% 15.069 4,1% 114.555 30,9% 183675,95 49,6% 13.062 3,5% Belum Melampaui
Hidup
C2 Budaya FungsiRekreasi & Ekowisata 14.805 4,0% 186.116 50,2% 114.033 30,8% 20351,594 5,5% 35.261 9,5% Melampaui
C3 Budaya Fungsi Estetika 14.805 4,0% 187.785 50,7% 112.223 30,3% 14631,617 3,9% 41.121 11,1% Melampaui
S1 Pendukung Pembentukan Lapisan 305 0,1% 2.867 0,8% 20.680 5,6% 153164,59 41,3% 193.549 52,2% Belum Melampaui
Tanah & Pemeliharaan Kesuburan
S2 Pendukung Siklus Hara (nutrient) 304 0,1% 13.212 3,6% 26.260 7,1% 315343,52 85,1% 15.446 4,2% Belum Melampaui
S3 Pendukung Produksi Primer 2.489 0,7% 11.412 3,1% 138.376 37,3% 172825,93 46,6% 45.463 12,3% Belum Melampaui
S4 Pendukung Biodiversitas 1.084 0,3% 27.615 7,5% 284.436 76,8% 12373,589 3,3% 45.057 12,2% Belum Melampaui

III - 31
Pada tabel berikut diuraikan luas dan status daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup di wilayah Kota Pematangsiantar berbasis jasa
ekosistem. Kemudian, ditampilkan juga sebaran daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup secara spasial.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi luasan jasa ekosistem yang tersaji pada
Tabel di atas, jasa ekosistem yang berada dalam kelas sangat tinggi dengan
luasan terluas adalah jasa ekosistem penyedia serat, penyedia bahan bakar,
penyedia genetik, Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah & Pemeliharaan
Kesuburan. Status jasa ekosistem yang sudah terlampaui (defisit) di wilayah
Kota Pematangsiantar, mencakup jasa ekosistem perlindungan dan pencegahan
terhadap bencana alam, jasa ekosistem estetika dan jasa ekosistem
rekreasi/ekowisata.

Gambar 3.11 Persentase Kondisi DDDTLH Jasa Ekosistem

Pemanfaatan informasi kinerja jasa ekosistem akan dilakukan pada


masing-masing kajian selanjutnya dengan meletakkan kinerja jasa ekosistem
sebagai sisi kemampuan alam (suplai), sebagai berikut :

1. Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung


 Daya Dukung Lahan Permukiman terkait jasa ekosistem budaya
hunian/tempat tinggal dan jasa ekosistem budaya rekreasi/ekowisata.
 Daya Dukung Penyediaan Pangan, terkait jasa ekosistem penyediaan
pangan
 Daya Dukung Penyedia Air Bersih, terkait jasa ekosistem penyediaan air
bersih

III-32
 Daya Tampung Limbah, terkait jasa ekosistem pengaturan pengolahan
air dan penguraian limbah
2. Risiko Kebencanaan, terkait jasa ekosistem pengaturan perlindungan
terhadap bencana
3. Pengaturan Iklim, terkait jasa ekosistem kerentanan perubahan iklim
4. Pendukung Keanekaragaman Hayati, terkait jasa ekosistem keanekaragaman
hayati
5. Efisensi Sumber Daya Alam, tidak dikatikan dengan jasa ekosistem tertentu.

3.4.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup


Daya dukung merupakan indikasi kemampuan mendukung penggunaan
tertentu, sedangkan daya tampung adalah indikasi toleransi mendukung
perubahan penggunaan tertentu (atau pengelolaan tertentu) pada unit spasial
tertentu. Kajian daya dukung dan daya tampung berbasis jasa ekosistem ini juga
menghasilkan distribusi luasan dari jasa ekosistem tersebut.

3.4.2.1 Daya Dukung Penyediaan (Kemampuan) Lahan Permukiman


Klasifikasi kemampuan lahan diperlukan untuk menggambarkan tingkat
kelas potensi pemanfaatan lahan secara spasial dan dapat dipakai untuk
menentukan arahan pemanfaatan lahan secara umum. Peta kemampuan lahan
disusun berdasarkan pengelompokan lahan dalam tiga tingkat kategori umum,
yaitu : kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan. Lahan diklasifikasikan ke dalam 8
(delapan) kelas, yang ditandai dengan huruf romawi I sampai dengan VIII. Dua
kelas pertama (kelas I dan kelas II) merupakan lahan yang cocok untuk
penggunaan pertanian dan guna lahan permukiman, sedangkan 2 (dua) kelas
terakhir, yaitu : (kelas VII dan kelas VIII) merupakan lahan yang harus
dilindungi atau untuk fungsi konservasi. Keterangan lebih rinci mengenai
klasifikasi kelas lahan dan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 3.x Lahan
dikelompokkan ke dalam delapan kelas yan, ancaman kerusakan dan/atau
hambatan meningkat seturut nomor Kelas I sampai Kelas VIII.

Tabel 3.22
Klasifikasi Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas
Kelas Kriteria Penggunaan

1. Tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan yang Pertanian:


membatas penggunaannya.
2. Sesuai untuk berbagai penggunaan, terutama pertanian. a. a. Tanaman pertanian semusim.
3. Karakteristik lahannya antara lain: topografi hampir datar b. Tanaman rumput.
I
- datar, ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, c. Hutan dan cagar alam
drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik,
subur, tidak terancam banjir.

III-33
Kelas Kriteria Penggunaan

1. Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan Pertanian:


yang mengurangi pilihan penggunaannya atau
memerlukan tindakan konservasi yang sedang. b. a. Tanaman semusim.
2. Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi b. Tanaman rumput.
II untuk mencegah kerusakan. c. Padang penggembalaan
d. Hutan produksi.
e. Hutan lindung.
f. Cagar alam
1. Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang 1. Pertanian:
mengurangi pilihan penggunaan lahan dan memerlukan a. Tanaman semusim.
tindakan konservasi khusus dan keduanya. b. Tanaman yang memerlukan
2. Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan jika pengolahan tanah
dipergunakan untuk tanaman perlu pengelolaan tanah c. Tanaman rumput
III dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan. d. Padang rumput
3. Hambatan pada angka I membatasi lama penggunaan e. Hutan produksi.
bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan f. Hutan lindung.
tanaman atau kombinasi dari pembatas tersebut g. Cagar alam

2. Non Pertanian:
1. Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari 1. Pertanian:
kelas III, dan pilihan tanaman juga terbatas. a. Tanaman semusim dan tanaman
2. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, pertanian pada umumnya
tindakan konservasi lebih sulit diterapkan b. Tanaman rumput
c. Padang rumput
IV d. Hutan produksi.
e. Padang penggembalaan
f. Hutan lindung.
g. Suaka alam

2. Non Pertanian:
1. Tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain 1. Pertanian:
yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi a. Tanaman rumput
pilihan penggunaannya. b. Padang penggembalaan
2. Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam c. Hutan produksi
V penggunaan dan tanaman. d. Hutan lindung.
3. Terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi sering e. Suaka alam
terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang sesuai.
2. Non Pertanian:
1. Mempunyai faktor penghambat berat yang menyebabkan 1. Pertanian:
penggunaan tanah sangat terbatas karena mempunyai a. Tanaman rumput
ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. b. Padang penggembalaan
2. Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika c. Hutan produksi
VI dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi d. Hutan lindung.
harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. e. Cagar alam

2. Non Pertanian:

1. Mempunyai faktor penghambat dan ancaman berat yang a. Padang rumput


tidak dapat dihilangkan, karena itu pemanfaatannya harus b. Hutan produksi
bersifat konservasi.
VII
2. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi
harus dilakukan pencegahan erosi yang berat

1. Sebaiknya dibiarkan secara alami. a. Hutan Lindung


VIII 2. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin b. Rekreasi alam
dilakukan tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi c. Cagar alam
Sumber : Modul -2 Kajian Muatan KLHS, Pelatihan Penyusunan KLHS PSLH ITB, 2019

III-34
Gambar 3.12
Gambaran Hubungan antara Kelas Kemampuan Lahan dengan
Intensitas dan Jenis Penggunaan Lahan

Sumber : Klingebiel dan Montgomery , 1961 .

Masing-masing kelas kemampuan lahan memperlihatkan hambatan yang


meningkat dan ancaman/risiko kerusakan, yang menyebabkan dengan semakin
sempit pemanfaatan lahan yang sesuai. Berikut disajikan sebaran kemampuan
lahan di wilayah Kota Pematangsiantar.

Kemampuan lahan untuk permukiman dibatasi oleh lahan yang tidak


dikembangkan untuk pendirian bangunan hunian atau disebut kawasan limitasi.
Kawasan limitasi terdiri dari kawasan hutan, sempadan sungai dan badan air
(sungai). Kemudian, kemampuan lahan di luar kawasan limitasi digambarkan
dalam 8 kelas kemampuan sesuai dengn analisis kemampuan lahan.
Pemanfaatan lahan bagi permukiman dimungkinkan hanya pada kelas I dan VI
dengan batasan pemanfaatan dan tindakan penyesuaian agar lahan dapat bagi
permukiman yang aman dan sehat. Sedangkan, lahan kelas VII dan kelas VIII
sangat terbatas sekali kemampuan lahannya sehingga dimasukkan dalam
kelompok kawasan limitasi.

Penghitungan daya dukung lahan dilakukan dengan pendekatan daya tampung


lahan permukiman. Daya tampung lahan permukiman untuk menampung
jumlah penduduk tertentu sangat berkaitan dengan alokasi penggunaan lahan
permukiman, dengan mempertimbangkan kondisi lahan yang dapat
dimanfaatkan bagi (land developable). Besaran luas lahan dibangun menjadi

III-35
lahan perumahan (land developable) ditentukan oleh luas seluruh wilayah
dikurangi dengan luas badan air dan sawah irigasi teknis, yang dikurangi dengan
20 % dari lahan yang dibangunan disediakan untuk sarana dan prasarana,
kemudian dikurangi lagi dengan perkiraan 30 % RTH, publik dan privat.

Penghitungan daya tampung rumah (unit bangunan), melalui pembagian lahan


developable dengan ukuran unit rumah rata-rata yang bergantung ukuran tipe
rumah kepadatan rendah (300 m2), rumah kepadatan sedang (200 m2) dan
rumah kepadatan tinggi (120 m2). Daya tampung penduduk dihitung melalui
asumsi satu unit bangunan rumah dihuni oleh 1 KK dan ukuran keluarga untuk
penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 4,27 orang/KK. Dapat dilihat pada
Tabel berikut.

Tabel 3.23 Daya Tampung Lahan Permukiman Kota Pematangsiantar


Luas Land Jumlah Penduduk Daya
Daya Tampung
Wilayah Developable 2018 Tampung/
Kelurahan
(Ha) (Ha) Rumah Penduduk Jlh Pddk
KK 2015 2036
(unit) (jiwa) 2036 (%)
Siantar Marihat 768,78 298,58 8.360 8.360 35.697 19.096 27.660 77
Siantar Marimbun 1.618,17 517,45 14.488 14.488 61.864 15.607 22.606 37
Siantar Selatan 206,12 175,82 9.230 9.230 39.412 17.859 25.868 66
Siantar Barat 370,79 335,93 17.636 17.636 75.306 37.125 53.774 71
Siantar Utara 398,40 368,54 19.348 19.348 82.616 48.539 70.307 71
Siantar Timur 438,931 388,88 20.416 20.416 87.176 40.202 58.231 67
Siantar Martoba 2.618,71 2.378,20 66,589 66,589 284.335 40.466 58.614 21
Siantar Sitalasari 1.576,54 1.269,60 35.548 35.548 151.790 28.517 41.306 27
Pematangsiantar 7996,44 5.733,00 164.966 164.966 704.405 247.411 358.366 51
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Dari perbadingan daya tampung penduduk per kecamatan dibandingkan


dengan jumlah penduduk eksisting tahun 2015 dan proyeksi penduduk di akhir
rencana maka disimpulkan bahwa :
 Jumlah penduduk pada tahun awal rencana di setiap kecamatan masih
dibawah daya tampungnya,
 Jumlah penduduk pada tahun akhir rencana, diperkirakan penduduk empat
kecamatan pusat kota (Siantar Timur, Siantar Barat, Siantar Selatan dan
Siantar Utara) akan mendekati daya tampungnya.
 Yang perlu diamati adalah kecamatan di luar pusat kota yang relatif
mendekati daya tampungnya adalah kecamatan Siantar Marihat sebesar 77
% menginggat sebagian wilayahnya merupakan lahan sawah irigasi teknis
dengan luas 462.43 Ha atau 60,1 %.

III-36
Gambar 3.13
Peta Kemampuan Lahan Wilayah Kota Pematangsiantar

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

3.4.2.2 Daya Dukung Penyediaan Pangan


Dengan kinerja jasa ekosistem penyediaan pangan tersebut maka dapat
dihitung daya dukung penyediaan pangan (surplus-defisit) oleh alam di Kota
Pematangsiantar. Pada tabel berikut digambarkan tingkat produksi pangan yang
dihasilkan di wilayah Kota Pematangsiantar, meliputi : padi, jagung, kacang
tanah, kacang ijo, ketela pohon, ketela rambat dan kedelai. Berdasarkan data

III-37
tersebut dihitung bahwa jumlah kalori yang dihasilkan (suplai) dari berbaga
jenis pangan tersebut, yaitu sebesar 248.568.913.700 kalori per tahun.
Sedangkan, jumlah penduduk Kota Pematangsiantar sebanyak 729.795 jiwa
membutuhkan (kebutuhan) 532.750.350.000 kalori per tahun. Dengan data
suplai-kebutuhan pangan tersebut, dapat dikatakan tingkat daya dukung
penyedia pangan di wilayah Kota Pematangsiantar mengalami defisit, yaitu
perbandingan kebutuhan terhadap suplai hanya sebesar 46,67 %.

Tabel 3.24 Perhitungan Daya Dukung Penyediaan Pangan


di Wilayah Kota Pematangsiantar
I Suplai 248.568.913.700
Tanaman Pangan (2019) Produksi (Ton/tahun) Kalori (per 100 gr) Jumlah KKalori

1 Padi Sawah 119.363,37 175 208.885.897.500


2 Padi Ladang 1.028,43 175 1.799.752.500
2 Jagung 6.640,66 96 6.375.033.600
3 Kacang Kedelai 103,41 446 461.208.600
4 Kacang Tanah 73,12 347 253.726.400
5 Kacang Hijau 92,09 347 319.552.300
6 Ketela Pohon 15.186,93 146 22.172.917.800
7 Ketela Rambat 6.640,66 125 8.300.825.000
II Kebutuhan
Jumlah Penduduk
(jiwa, 2019) 729.795 532.750.350.000
Kebutuhan Kalori
(kkal/hari/jiwa) 2.000
Daya Dukung Pangan
III (Suplai/Kebutuhan) DEFISIT 46,67 %
Sumber Data : Kota Pematangsiantar Dalam Angka, 2020, BPS

Dengan melihat sebaran kinerja jasa ekosistem penyediaan pangan, daya


dukung penyedia pangan surpus berasal dari lahan-lahan yang berada di daerah
selatan dan barat kota. Kecamatan-kecamatan di pusat kota memiliki kinerja
jasa ekosistem penyediaan pangan karena guna lahan sudah berubah menjadi
lahan permukiman dan lahan komersial, sedangkan di bagian utara walaupun
memiliki jasa ekosistem penyediaan pangan masih sedang tapi sudah
mengalami penurunan kinerjanya.

III-38
Gambar 3.14 Sebaran Kinerja Jasa Ekosistem Penyediaan Air Pangan
di Wilayah Kota Pematangsiantar

III-39
Tabel 3.25 Distribusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
sangat sangat
rendah sedang tinggi
No Kecamatan rendah tinggi Total
(%) (%) (%)
(%) (%)
1 Kec. Siantar Barat 77,9 13,3 8,9 100,0
2 Kec. Siantar Marihat 25,4 1,1 0,6 1,0 71,9 100,0
3 Kec. Siantar Marimbun 17,1 0,5 19,7 0,5 62,2 100,0
4 Kec. Siantar Martoba 6,0 3,3 62,4 1,9 26,4 100,0
5 Kec. Siantar Selatan 88,7 - 2,7 1,8 6,8 100,0
6 Kec. Siantar Sitalasari 37,1 0,5 2,5 1,2 58,7 100,0
7 Kec. Siantar Timur 90,9 1,4 4,3 0,9 2,6 100,0
8 Kec. Siantar Utara 82,3 1,7 6,1 0,7 9,1 100,0
Kota Pematangsiantar 29,4 1,5 25,3 1,3 42,4 100,00
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Gambar 3.15 Indeks Ekosistem Jasa Penyediaan Pangan Per Kecamatan di Kota
Pematangsiantar

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Berdasarkan data pada tabel dan gambar diatas menunjukan bahwa


kecamatan-kecamatan yang berada di luar pusat kota didominasi kategori JE
penyediaan pangan sangat tinggi, yaitu : Siantar Marihat 71,6 %, Siantar
Marimbun 62,2 % dan Siantar Sitalasari 58 %. Hanya kecamatan Martoba
didominasi kategori sedang (62,4 %). Sedangkan, 4 (empat) kecamatan di
pusat kota didominasi kategori sangat rendah, seperti Siantar Timur 90,9 %,
Siantar Selatan 88,7 %, Siantar Utara 82,3 % dan Siantar Barat 77,9 %.

III-40
3.4.2.3 Daya Dukung Penyediaan Air
Potensi jasa penyediaan air bersih bagi Kota Pematangsiantar dapat
terbagi atas : air permukaan maupun air tanah. Air permukaan bersumber dari
aliran limpasan air hujan di wilayah kota dan aliran air sungai. Air tanah
dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk air minum melalui pembangunan
sumur dalam dan mata air yang tersebar di beberapa titik dan bahkan
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Simalungun dimana mata air yang
dimanfaatkan sebagai sumur air baku.

Ketersediaan air baku untuk air minum Kota Pematangsiantar yang dari
berbagai sumber dapat dilihat pada tabel berikut. Air permukaan dari air dari
Sungai Bah Bolon, dan 10 (sepuluh) mata air dan 8 (delapan) sumur dalam
yang menjadi sumber air baku dari air tanah bersih. Secara total, ketersediaan
air baku untuk air bersih kota yang dikelola PDAM sebanyak 808 liter/detik
atau 25.481.000 (25,481 juta) m3 per tahun.

Tabel 3.26 Ketersediaan Air Baku untuk Air Minum (produksi PDAM)
Ketersediaan
No.
Sumber Debit (liter/dtk)
1 Sungai Bah Bolon 100
2 a. Mata Air
 Nagahuta I-II *) 35
 Nagahuta III-IV *) 41
 Habonaran *) 256
 Pancurlima 18
 Mual Goit I, II dan III 249
 Silumangi 10
 Simarito 37
 S. Dolok, Simarimbun 5
b. Sumur Dalam
 Jl. Sabang Merauke
 Jl. Patuan Anggi 10
 Jl. Raya 10
 Jl. Asahan Km 5,5 17
10
 Jl. Kerta
10
Jumlah 808
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar
*) di luar wilayah kota

Penghitungan kebutuhan air bersih kota dengan menggunakan data


penduduk Kota Pematangsiantar tahun 2017 (BPS) sebanyak 251.513 jiwa terus
bertambah dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk menurut RTRW Kota
Pematangsiantar 2016-2036 sebesar 1,7 %/tahun. Berdasarkan perkiraan
pertumbuhan penduduk kota berikut disajikan ketersediaan-kebutuhan air baku
untuk air bersih Kota Pematangsiantar.

III-41
Perhitungan kebutuhan air kota ditentukan oleh perkiraan pertumbuhan
penduduk dengan menggunakan metoda pertumbuhan geometrik. Dan
kebutuan air keperluan domestik dan pangan menggunakan standar kebutuhan
air untuk hidup layak (KLHA) berdasarkan Permen LH No. 17 tahun 2009
tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan
Ruang Wilayah, sebesar 1.600 m3 per kapita per tahun. Dengan
demikian,.kebutuhan air di Kota Pematangsiantar melalui persamaan :

D = P x KHLA

Ket : D: Kebutuhan air


P : jumlah penduduk
KHLA : kebutuhan hidup layak air (1.600 m3/tahun)

Sedangkan, perhitungan kebutuhan air bersih untuk domestik Kota


Pematangsiantar menggunakan standar kebutuhan air bersih sebesar 100
ltr/orang/hari atau 36,5 m3/orang/tahun, sehingga memperlihatkan status daya
dukung air bersih kota masih surplus hingga akhir tahun rencana.

Tabel 3.27 Kebutuhan Air Minum per Kecamatan Kota Pematangsiantar


Pada Tahun 2038
No Kecamatan Penduduk Total Kebutuhan Air Minum (Lt/hr/org) Kehilangan air Total Kontribusi
2036 (30 %) kebutuhan Kebutuhan
Domestik Non Domestik Jumlah
(jiwa) air bersih air (%)
(lt/detik)
1 Siantar Marihat 27.660 3.485.172,90 20.911.037,40 24.396.210,30 7.318.863,09 367,07 8%

2 Siantar 22.606 2.848.402,46 17.090.414,78 19.938.817,25 5.981.645,17 300,01 6%


Marimbun
3 Siantar Selatan 25.868 3.259.410,50 19.556.462,97 22.815.873,47 6.844.762,04 343,29 7%

4 Siantar Barat 53.774 6.775.609,76 40.653.658,54 47.429.268,30 14.228.780,49 713,63 15%

5 Siantar Utara 70.307 8.858.756,15 53.152.536,89 62.011.293,03 18.603.387,91 933,04 20%

6 Siantar Timur 58.231 7.337.186,89 44.023.121,36 51.360.308,26 15.408.092,48 772,78 16%

7 Siantar 58.614 7.385.369,01 44.312.214,05 51.697.583,06 15.509.274,92 777,86 16%


Martoba
8 Siantar 41.306 5.204.580,83 31.227.485,00 36.432.065,83 10.929.619,75 548,17 12%
Sitalasari
Jumlah 358.366 45.154.488,50 270.926.931,00 316.081.419,49 94.824.425,85 4.755,85 100%
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Menurut Peraturan Menteri Kesehata RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990


tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air, air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

III-42
Gambar 3.16 Sebaran Kinerja Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih di Kota
Pematangsiantar

III-43
Tabel 3.28
Distribusi dan Luas Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Kategori Kinerja JE
No Kecamatan sangat sangat Total
rendah sedang tinggi
rendah tinggi
1 Kec. Siantar Barat 77,9 3,5 9,7 8,9 100,0
2 Kec. Siantar Marihat 26,5 0,6 - 71,9 1,0 100,0
3 Kec. Siantar Marimbun 17,6 0,1 19,6 62,2 0,5 100,0
4 Kec. Siantar Martoba 9,3 0,6 61,8 26,4 1,9 100,0
5 Kec. Siantar Selatan 88,7 2,2 0,5 6,8 1,8 100,0
6 Kec. Siantar Sitalasari 37,6 2,5 58,7 1,2 100,0
7 Kec. Siantar Timur 92,3 0,3 3,9 2,6 0,9 100,0
8 Kec. Siantar Utara 84,1 1,0 5,1 9,1 0,7 100,0
Kota Pematangsiantar 30,9 0,5 24,9 42,4 1,3 100,0
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Gambar 3.17 Indeks Ekosistem Jasa Penyediaan Air Bersih Per Kecamatan

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Berdasarkan data pada tabel dan gambar diatas menunjukan bahwa JE


penyediaan jasa air bersih di Kota Pematangsiantar terbesar termasuk kategori
sedang (24,9 %) dan tinggi (42,4 %), tetapi cukup besar wilayah yang masuk
dalam kategori sangat rendah (30,9 %). JE penyediaan air bersih di wilayah
luar pusat kota memilik kategori tinggi di Siantar Marihat 71,6 %, Siantar
Marimbun 62,2 % dan Siantar Sitalasari 58 %. Sebaliknya 4 (empat) kecamatan
di pusat kota masuk dalam kategori sangat rendah, seperti Siantar Timur 92,3
%, Siantar Selatan 88,7 %, Siantar Utara 84,1 % dan Siantar Barat 77,9 %.

III-44
3.4.2.4 Daya Dukung Tampung Limbah
Sungai memiliki kemampuan menerima masukan limbah dan
kemampuan memulihkan kembali tanpa menyebabkan air pada sungai
tercemar yang disebut daya tampung sungai. Tingkat pencemaran sungai dapat
mempengaruhi daya tampung sungai tersebut. Semakin tinggi tingkat
pencemaran sungai maka dapat mempengaruhi daya tampung bahkan
melampaui daya tampung sungai tersebut.

Gambar 3.18 Sebaran Kinerja Jasa Ekosistem Pengolahan dan Pemurnian Air Limbah
di Kota Pematangsiantar

III-45
Informasi jasa ekosistem pengolahan dan penguraian limbah dapat
menggambarkan kondisi sisi suplai kemampuan alam menampung limbah. Jasa
ekosistem pengaturan pengolahan dan penguraian limbah berhubungan dengan
kemampuan ekosistem dalam menetralisir, mengurai, dan menyerap limbah
atau sampah, dalam bentuk kemampuan untuk menetralisir zat organik yang
ada dalam air limbah.

Dalam analisis, kemampuan ekosistem dalam menetralisir, mengurai dan


penyerap limbah dikategorikan ke dalam lima kelas jasa ekosistem kategori
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi seperti dalam tabel
berikut:

Tabel 3.29 Distribusi dan Luas Jasa Ekosistem


Pengaturan Pengolahan dan Pemurnian Limbah
sangat
rendah sedang sangat
No Kecamatan rendah tinggi (%) Total
(%) (%) tinggi (%)
(%)
1 Kec. Siantar Barat 77,9 3,5 9,7 8,9 100,0
2 Kec. Siantar Marihat 25,4 1,7 - 71,9 1,0 100,0
3 Kec. Siantar Marimbun 17,1 0,6 19,6 62,2 0,5 100,0
4 Kec. Siantar Martoba 6,0 3,9 61,8 26,4 1,9 100,0
5 Kec. Siantar Selatan 88,7 2,2 0,5 6,8 1,8 100,0
6 Kec. Siantar Sitalasari 37,1 0,5 2,5 58,7 1,2 100,0
7 Kec. Siantar Timur 90,9 1,7 3,9 2,6 0,9 100,0
8 Kec. Siantar Utara 82,3 2,7 5,1 9,1 0,7 100,0
Kota Pematangsiantar 29,4 2,0 24,9 42,4 1,3 100,0
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Gambar 3.19 Indeks Ekosistem Jasa Pengaturan Pengolahan dan


Pemurnian Air Limbah

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

III-46
Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukan bahwa kecamatan-
kecamatan yang berada di luar pusat kota didominasi kategori JE pengaturan
pengolahan dan pemurnian air limbah, yaitu: Siantar Marihat 71,9 %, Siantar
Marimbun 62,2 % dan Siantar Sitalasari 58,7 %. Hanya kecamatan Martoba
didominasi kategori sedang (62,4 %). Sedangkan, 4 (empat) kecamatan di
pusat kota didominasi kategori sangat rendah, seperti Siantar Timur 90,9 %,
Siantar Selatan 88,7 %, Siantar Utara 82,3 % dan Siantar Barat 77,9 %.

3.4.3 Risiko dan Dampak Lingkungan Hidup


3.4.3.1 Kebencanaan
a. Indeks Risiko Bencana

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk


memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
potensi bencana yang ada. Potensi dampak negatif tersebut dihitung juga
dengan mempertimbangkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut.
Potensi dampak negatif ini menggambarkan potensi jumlah jiwa, kerugian harta
benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar oleh potensi bencana. Dalam
pelaksanaannya, pengkajian risiko menggunakan rumus umum sebagai berikut :

Dimana :

R adalah atau nilai risiko,


H adalah hazard atau bahaya,
V adalah vulnerability atau kerentanan, dan
C adalah capacity atau kapasitas.

Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari tiga parameter
pembentuk risiko bencana, yaitu ancaman, kerentanan, dan kapasitas terkait
bencana. Beberapa prinsip dari proses pengkajian risiko bencana yang juga
menjadi pertimbangan proses analisa adalah:
1. Menggunakan data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada, dengan
mengutamakan data resmi dari lembaga yang berwenang;
2. Melakukan integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat;

III-47
3. Proses analisis yang dilakukan harus mampu menghitung potensi jumlah
jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar;
4. Hasil kajian risiko dapat diterjemahkan menjadi kebijakan umum untuk
pengurangan risiko bencana.

Hasil perhitungan Indeks Risiko Bencana yang dirilis oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana menunjukkan bahwa Kota Pematangsiantar
menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu : 167 (2018). Nilai tersebut masih jauh dari
target nasional yang ada dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu 118.
Untuk memperkecil nilai risiko bencana dan mencapai target nasional
diperlukan usaha yang besar dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan
pemerintah.

b. Rawan Bencana Alam

Bentuk kerawan bencana alam di wilayah Kota Pematangsiantar mencakup


tanah longsor dan banjir. Kajian bahaya banjir menghasilkan tingkat bahaya
bencana, yang ditentukan oleh skala kemungkinan/peluang terjadinya dan skala
konsekuensi bahaya. Skala kemungkinan merupakan peluang terjadinya suatu
bahaya akibat perubahan iklim dengan menimbang perkiraan perubahan
variabel iklim terjadi.
Tabel 3.30 Skala Kemungkinan Bahaya

Skala Kejadian Berulang Kejadian Tunggal


Hampir Pasti Terjadi beberapa kali dalam 1 Peluang terjadi > 50 %
tahun
Mungkin Terjadi sekali dalam 10 tahun Peluang terjadi < 50 % tapi masih cukup
tinggi
Jarang Terjadi sekali dalam kurun > 25 Peluang terjadi mendekati nol
tahun
Sumber : ICLEI-OCEANIA, 2008 dalam Kajian Muatan KLHS, PSLH ITB, 2018

Sedangkan, skala konsekuensi merupakan besarnya kerusakan yang disebabkan


suatu kejadian (bahaya bencana dan non-bencana) akibat perubahan iklim
terhadap kota, khususnya terhadap kapasitas adaptif pemerintah kota dalam
menghadapi perubahan iklim. Skala konsekuensi dibagi menjadi tiga, yaitu :
tidak nyata, menengah dan luar biasa (katastropik).

III-48
Tabel 3.31 Skala Konsekuensi Bahaya

Skala Keterangan
Tidak Nyata  dampak kerusakan hampir tidak ada
 tidak menghalangi pencapaian target pembangunan pemerintah
 tidak membutuhkan tambahan kapasitas tertentu
 tidak membutuhkan biaya tambahan
Menengah  dampak kerusakan terjadi di sebagian kecil wilayah kota
 dapat mengganggu pencapaian target pembangunan pemerintah
 membutuhkan tambahan kapasitas tertentu
 membutuhkan biaya tambahan
Luar Biasa  dampak kerusakan terjadi di sebagian besar wilayah kota
(katatrospik)  dapat menghalangi pencapaian target pembangunan pemerintah
 membutuhkan tambahan kapasitas khusus dalam waktu jangka panjang
 membutuhkan biaya tambahan yang sangat besar (bantuan pemerintah
pusat)
Sumber : Kajian Muatan KLHS, PSLH ITB, 2018

Penentuan tingkat bahaya merupakan penggabungan/kombinasi dari tingkat


kemungkinan dan tingkat konsekuensi sehingga mengetahui besarnya ancaman
bahaya bencana. Pembuatan matriks tingkat bahaya dengan dua variable ini
akan menghasilkan tingkat bahaya seperti digambarkan berikut.

Tabel 3.32 Tingkat Bahaya Bencana Banjir

Matriks Bahaya Konsekuensi


Luar Biasa Menengah Tidak Nyata
Kemungkinan Hampir Pasti Sangat bahaya Bahaya Agak Bahaya
Mungkin Bahaya Agak Bahaya Kurang Bahaya
Jarang Agak Bahaya Kurang Bahaya Tidak Bahaya
Sumber : Kajian Muatan KLHS, PSLH ITB, 2018

Dengan demikian, kombinasi tingkat kemungkinan dan tingkat bahaya bencana


akan menghasilkan skoring tingkat bahaya yang dibagi menjadi 5 (lima) skala,
yaitu :
1. tidak bahaya,
2. kurang bahaya,
3. agak bahaya,
4. bahaya, dan
5. sangat bahaya.

Pemberian penilaian tingkat kemungkinan dan tingkat konsekuensi akan diisi


dengan metoda expert judment terhadap dampak perubahan iklim (longsor
dan banjir) pada masing-masing kelurahan. Berdasarkan data rawan bencana
alam yang tersedia, tingkat kemungkinan kejadian bencana tergambar dari data
kejadian bencana banjir yang tersedia, yaitu bahwa kejadian yang “Jarang”
terjadi. Dilihat dari konsekuensi bencana yang terjadi selama ini, dapat

III-49
dikategorikan konsekuensi menengah. Dengan demikian, dari peta sebaran
rawan bencana banjir yang terjadi menunjukkan sebaran, sebagai berikut :
1. Kurang Bahaya, seluas 1.070,18 ha. Walaupun begitu tetap menunjukkan adanya
bahaya dari kejadian banjir pada area-area tersebut, yang mencakup.
2. Tidak Bahaya, seluas 6.926,93 ha.

Kajian tingkat bahaya bencana longsor didasarkan pada model pendugaan


rawan tanah longsor (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
2004). Penentuan skor tingkat bahaya longsor menggunakan parameter
Kemiringan Lahan, faktor Curah Hujan, Jenis Tanah dan Geologi.
Tabel 3.32 Tingkat Bahaya Bencana Longsor

Parameter Besaran Skor Bobot


Kemiringan Lereng <8% 1 15 %
8 – 15 % 2
15 – 25 % 3
25 – 45 % 4
> 45 % 5
Curah Hujan (mm/tahun) < 1000 1 30 %
1000-2000 2
2000-2500 3
2500-3000 4
> 3000 5
Jenis Tanah Tidak Peka 1 20 %
Agak Peka 2
Peka 3
Kurang Peka 4
Sangat Peka 5
Geologi Bahan Aluvia 1 20 %
Bahan Vulkanik 2
Bahan Sedimen 3
Sumber : Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/DVMBG (2004)

Dengan data-data yang tersedia, dapat dihasilkan klasifikasi tingkat bahaya


longsor di Kota, dengan sebaran, sebagai berikut :
a. Bahaya Rendah : 7.853,93 ha,
b. Bahaya Sedang : 129,15 ha, dan
c. Bahaya Tinggi : 14,03 ha.

III-50
Gambar 3.20 Indeks Ekosistem Jasa Pengaturan Pengolahan dan
Pemurnian Air Limbah

III-51
3.4.4 Efisiensi Sumber Daya Alam
Kajian efisiensi pemanfaatan sumber daya alam ditujukan untuk
mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumber daya alam yang dapat dijamin
keberlanjutannya. Kajian efisien sumber daya alam bertujuan mengukur tingkat
optimal pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat dijamin keberlanjutannya
dengan pendekatan ekonomi/valuasi lingkungan. Efisiensi pemanfaatan
sumberdaya alam dinilai berdasarkan pemanfaatan ruang terkait keberadaan
potensi sumberdaya alam bahan tambang yang ada di wilayah Kota
Pematangsiantar.

Berdasarkan kebijakan dan kondisi di lapangan, pada wilayah Kota


Pematangsiantar tidak terdapat lokasi yang diperuntukan sebagai lokasi bahan
tambang dan juga tidak diizinkan dilakukan penambangan bahan galian,
termasuk bahan tambang pasir dan batu pada sunga-sungai. Dengan demikian,
kajian dampak pengaruh pada potensi sumberdaya alam di wilayah Kota
Pematangsiantar tidak dilakukan.

3.4.5 Kerentanan dan Risiko Perubahan Iklim


Ekosistem sebagai satu kesatuan yang secara alami memberikan manfaat
atau jasa ekosistem berupa jasa pengaturan iklim mikro, yang meliputi
pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, angin, pengendalian gas rumah kaca,
dan penyerapan karbon. Fungsi pengaturan iklim dipengaruhi oleh keberadaan
faktor biotik khususnya vegetasi, serta letak dan factor fisiografis seperti
ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan yang memiliki tingkat
keanekaman dan kepadatan vegetasi yang rapat dan letak ketinggian yang
besar seperti pegunungan akan memiliki sistem pengaturan iklim yang lebih baik
yang bermanfaat langsung pada pengurangan emisi karbondiokasida dan efek
rumah kaca serta menurunkan dampak pemanasan global seperti peningkataan
permukaan laut dan perubahan iklim ekstrim dan gelombang panas. Ekoregion
yang terdapat di Kota Pematangsiantar sebagai satu kesatuan ekosistem dapat
memberikan manfaat berupa pengaturan iklim.

Tabel 3.33 Distribusi dan Luas Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Per Kecamatan di
Kota Pematangsiantar
sangat sangat
rendah sedang tinggi
No Kecamatan rendah tinggi Total
(%) (%) (%)
(%) (%)
1 Kec. Siantar Barat 77,9 3,5 8,9 9,7 100,0
2 Kec. Siantar Marihat 25,4 1,7 1,0 71,9 - 100,0
3 Kec. Siantar Marimbun 17,1 0,6 0,5 63,5 18,3 100,0
4 Kec. Siantar Martoba 6,0 3,9 1,9 27,2 61,0 100,0

III-52
sangat sangat
rendah sedang tinggi
No Kecamatan rendah tinggi Total
(%) (%) (%)
(%) (%)
5 Kec. Siantar Selatan 88,7 2,2 1,8 7,3 100,0
6 Kec. Siantar Sitalasari 37,1 0,5 1,2 61,1 100,0
7 Kec. Siantar Timur 90,9 1,7 0,9 2,6 3,9 100,0
8 Kec. Siantar Utara 82,3 2,7 0,7 9,9 4,3 100,0
Kota Pematangsiantar 29,4 2,0 - 43,5 23,8 100,0
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Gambar 3.21 Sebaran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Per Kecamatan di


Kota Pematangsiantar

III-53
Tabel diatas menunjukan bahwa penyediaan jasa pendukung
keanekaragaman hayati di Kota Pematangsiantar yang termasuk dalam kategori
sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi secara berturut-turut
16,16%, 44,81%, 14,50%, 9,52%, dan 15,01% dari total luas wilayah.
Kecamatan yang memberikan jasa pengaturan sangat rendah adalah Kecamatan
Siantar Barat sebesar 75,85%, sedangkan yang sangat tinggi adalah Kecamatan
Siantar Martoba sebesar 33,06%.

Pada beberapa wilayah yang memiliki kemapuan jasa pengaturan sangat


rendah terjadi karena letak wilayah Kota Pematangsiantar merupakan wilayah
pusat kota atau pusat keramaian yang banyak mempengaruhi kondisi cuaca dan
iklim beberapa komponen cuaca seperti curah hujan, suhu dan kekuatan angin.
Curah hujan dan kekuatan angin dapat dipengaruhi oleh hembusan angin yang
terhalang oleh bangunan tinggi, minimnya vegetasi dan kawasan pertanian.
Tingginya jasa ekosistem pengaturan iklim disebabkan bahwa sebagian besar
wilayahnya masih terdiri dari hamparan perkebunan dan pertanian rakyat atau
kawasan non terbangun yang berperan dalam menjaga dan menyeimbangkan
kondisi iklim di daerah tersebut.

Gambar 3.23 Indeks Ekosistem Jasa Pengaturan Iklim Per Kecamatan di Kota
Pematangsiantar

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

III-54
3.4.6 Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati
Belum ada kajian tentang keanekaragaman hayati flora di wilayah Kota
Pematangsiantar. Karena itu, kajian ketahanan dan potensi keanekaragaman
hayati dilakukan dengan kajian kinerja jasa ekosistem keanekaragaman hayati di
wilayah Kota Pematangsiantar. Di wilayah Kota Pematangsiantar belum ada
penelitian terkait keanekaragaman hayati flora, Walaupun penanaman sawah
merupakan kegiatan yang sudah turun temurun dalam wilayah yang luas
didukung prasarana jaringan irigasi sejak zaman dulu. Tidak diperoleh data
terkait, misalnya kegiatan pemuliaan bibit padi varietas lokal sebagai potensi
keberagaman dan kelimpahan plasma nutfah Indonesia.
Gambar 3.24 Sebaran Jasa Ekosistem Jasa Dukungan Keanekaragaman Hayati
di Kota Pematangsiantar

III-55
Ekosistem mampu memberikan jasa yang mendukung keanekaragaman hayati
(biodiversity), seperti: perbukitan atau pegunungan berhutan, wilayah
kepesisiran bermangrove atau berterumbu karang, menjadi habitat
perkembangbiakan flora fauna. Semakin tinggi karakteristik biodiversitas, maka
semakin tinggi fungsi dukungan ekosistem terhadap perikehidupan dan
keanekaragaman hayati.
Tabel 3.34

Distribusi dan Luas Jasa Ekosistem Dukungan Keanekaragaman Hayati Per


Kecamatan di Kota Pematangsiantar
sangat
rendah sedang sangat
No Kecamatan rendah tinggi (%) Total
(%) (%) tinggi (%)
(%)
1 Kec. Siantar Barat 77,9 3,5 - 9,7 8,9 100,0
2 Kec. Siantar Marihat 26,5 0,6 - 71,9 1,0 100,0
3 Kec. Siantar Marimbun 17,6 0,1 - 81,8 0,5 100,0
4 Kec. Siantar Martoba 9,3 0,6 - 88,2 1,9 100,0
5 Kec. Siantar Selatan 88,7 2,2 - 7,3 1,8 100,0
6 Kec. Siantar Sitalasari 37,6 - 61,1 1,2 100,0
7 Kec. Siantar Timur 92,3 0,3 - 6,5 0,9 100,0
8 Kec. Siantar Utara 84,1 1,0 - 14,2 0,7 100,0
Kota Pematangsiantar 29,4 2,0 - 43,5 23,8 100,0
Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

Gambar 3.25
Indeks Jasa Ekosistem Dukungan Keanekaragaman Hayati di Kota
Pematangsiantar

Sumber : Dokumen KLHS RTRW Kota Pematangsiantar

III-56
Tabel 4.26 di atas menunjukan bahwa penyediaan jasa pendukung
keanekargaman hayati Kota Pematangsiantar yang termasuk dalam kategori
sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi secara berturut-turut 29,4%,
2,0%, 43,5%, dan 23,8% dari total luas wilayah. Kecamatan yang
memberikan jasa ekosistem pendukung keanekargaman hayati sangat rendah
terbanyak berada pada keempat kecamatan di pusat kota, dan sebaliknya
sangat tinggi berada di kecamatan luar pusat kota. Tidak ada sebaran jasa
ekosistem pendukung keanekargaman hayati yang sangat tinggi di Kota
Pematangsiantar.

III-57
BAB IV
ANALISIS PENCAPAIAN
TUJUAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN

Goals yang disepakati dalam SDGs/TPB secara global dan telah diratifikasi oleh
Indonesia menjadi acuan tujuan pembangunan pembangunan berkelanjutan nasional dan
daerah, termasuk pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar. Pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan digambarkan melalui pencapaian dari setiap
indikator TPB sesuai dengan kewenangan dan karakteristik Kota Pematangsiantar. Dari
220 indikator TPB yang menjadi kewenangan pemerintahan kota, indikator-indikator
yang sesuai dengan karakteristik Kota Pematangsiantar sebanyak 212 indikator. Dengan
demikian, pencapaian TPB digambarkan dari pencapaian masing-masing indikator setiap
TPB.
Pencapaian masing-masing 212 indikator TPB akan dikelompokkan menjadi 4
kategori capaian, yaitu : (1) sudah dilaksanakan dan sudah mencapai target. (2) sudah
dilaksanakan namun belum mencapai target, (3) belum dilaksanakan dan belum
mencapai target, dan (4) belum ada data kegiatan pelaksanaanya. Yang dimaksud target
pencapaian pada kajian ini adalah target nasional yang hampir seluruhnya menggunakan
target indikator pada RPJMN 2015-2019.
Analisis pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar
meliputi : pencapaian menurut tujuan pembangunan berkelanjutan dari ke 17 TPB,
pencapaian menurut empat pilar pembangunan berkelanjutan, pencapaian menurut OPD
pelaksana indikator TPB, pencapaian menurut para pihak dan pencapaian menurut daya
dukung daya tampung lingkungan hidup.

1
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

4.1. ANALISIS PENCAPAIAN TPB


Pencapaian TPB digambarkan dari data/informasi yang diperoleh dalam tahap
pengumpulan data capaian indikator dari OPD terkait sebagai pelaksanaa substansi pada
indikator yang dimaksud atau juga OPD/instansi lain yang merupakan sumber datanya.
Data capaian yang terkumpul menunjukkan baru setengah dari jumlah indikator
TPB keseluruhan. Data capaian yang terkumpul sebanyak 109 indikator atau 51,41 %,
yang dapat terisi. Di masa depan diperlukan perhatian semua para pihak dalam merekam
dan mengelola data capaian ini sehingga dengan data yang lebih lengkap akan dapat
lebih memahami pencapaian dan permasalahan pembangunan berkelanjutan di Kota
Pematangsiantar.
Berdasarkan dengan peng-kategorian capaian TPB yang telah dijelaskan kondisi
ringkas pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar sudah
memenuhi target nasional meliputi 65 indikator (kategori SS) dan belum memenuhi target
nasional meliputi 44 indikator (kategori SB). Selengkapnya perolehan data dan capaian
TPB dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Capaian Indikator TPB di Kota Pematangsiantar

2
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Gambar 4.2 Capaian Indikator TPB di Kota Pematangsiantar

Tabel 4.1 Capaian Indikator TPB di Kota Pematangsiantar


Kategori
Belum
Sudah Sudah Sudah
Dilaksanak
NO Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Dilaksanak Dilaksanak Dilaksanak
an, Belum
an, Sudah an, Belum an, Belum Jumlah
Memenuhi
Memenuhi Memenuhi Ada Data
Target
Target (SS) Target (SB) (B)
(TD)
1 Mengakhiri Kemiskinan dalam Segala 9 8 5 3 25
Bentuk Dimanapun
2 Menghilangkan Kelaparan, Mencapai 5 3 1 2 11
Ketahanan Pangan dan Gizi yang Baik, serta
Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan
3 Menjamin Kehidupan yang Sehat dan 10 5 6 13 34
Meningkatkan Kesejahteraan Seluruh
Penduduk Semua Usia
4 Menjamin Kualitas Pendidikan yang Inklusif 6 5 0 2 13
dan Merata serta Meningkatkan
Kesempatan Belajar Sepanjang Hayat untuk
Semua

3
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Kategori
Belum
Sudah Sudah Sudah
Dilaksanak
NO Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Dilaksanak Dilaksanak Dilaksanak
an, Belum
an, Sudah an, Belum an, Belum Jumlah
Memenuhi
Memenuhi Memenuhi Ada Data
Target
Target (SS) Target (SB) (B)
(TD)
5 Mencapai Kesetaraan Gender dan 4 1 4 5 14
Memberdayakan Kaum Perempuan
6 Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan 6 4 1 6 17
Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan
7 Menjamin Akses Energi yang Terjangkau, 0 0 0 2 2
Andal, Berkelanjutan dan Modern untuk
Semua
8 Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang 3 8 4 4 19
Inklusif dan Berkelanjutan, Kesempatan
Kerja yang Produktif dan Menyeluruh, serta
Pekerjaan yang Layak untuk Semua
9 Membangun Infrastruktur yang Tangguh, 3 1 4 1 9
Meningkatkan Industri Inklusif dan
Berkelanjutan, serta Mendorong Inovasi
10 Mengurangi Kesenjangan Intra- dan 0 2 2 2 6
Antarnegara
11 Menjadikan Kota dan Permukiman Inklusif, 6 3 2 4 15
Aman, Tangguh dan Berkelanjutan
12 Menjamin Pola Produksi dan Konsumsi 0 1 0 4 5
yang Berkelanjutan
13 Mengambil Tindakan Cepat untuk 2 0 0 0 2
Mengatasi Perubahan Iklim dan Dampaknya
15 Melindungi, Merestorasi dan Meningkatkan 0 0 1 3 4
Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem
Daratan, Mengelola Hutan secara Lestari,
Menghentikan Penggurunan, Memulihkan
Degradasi Lahan, serta Menghentikan
Kehilangan Keanekaragaman Hayati
16 Menguatkan Masyarakat yang Inklusif dan 7 2 4 8 21
Damai untuk Pembangunan Berkelanjutan,
Menyediaan Akses Keadilan untuk Semua,
dan Membangun Kelembagaan yang Efektif,
Akuntabel, dan Inklusif di Semua Tingkatan
17 Menguatkan Sarana Pelaksanaan dan 4 1 7 3 15
Merevitalisasi Kemitraan Global untuk
Pembangunan Berkelanjutan
Total 65 44 41 62 212

4
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

4.1.1. Indikator yang Sudah Dilaksanakan dan Sudah Mencapai Target Nasional
Dari keseluruhan indikator TPB untuk Kota Pematangsiantar yang berjumlah 212
indikator, indikator yang sudah dilaksanakan dan sudah mencapai target nasional
berjumlah 109 indikator (51,41 %), merupakan bagian dari 11 (sebelas) TPB berikut :

 Mengakhiri Kemiskinan (9 indikator)


 Menghilangkan Kelaparan (5 indikator)
 Kehidupan yang Sehat (10 indikator)
 Kualitas Pendidikan yang Inklusif dan Merata (6 indikator)
 Kesetaraan Gender (4 indikator)
 Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan (6
indikator)
 Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja (3 indikator)
 Infrastruktur, Industri, Inovasi (3 indikator)
 Kota dan Permukiman (6)
 Perubahan Iklim dan Dampaknya (2 indikator)
 Perdamaian dan Kelembagaan (7 indikator)

Gambar 4.3 TPB Yang Sudah Dilaksanakan dan Sudah Mencapai Target Nasional

Pada Tabel 4.2 berikut, ditampilkan target-target TPB yang telah dicapai dalam
pembangunan Kota Pematangsiantar melalui capaian indikator-indikator terkait.
Selanjutnya, Tabel 4.3 menampilkan rincian perkembangan capaian indikator TPB dari
tahun 2016 hingga 2020, dan OPD pelaksananya.

5
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tabel 4.2 Target TPB yang Telah Dicapai Berdasarkan


Indikator TPB Yang Sudah Dilaksanakan dan Sudah Mencapai Target Nasional
NO. TUJUAN NO TARGET NO.
TPB TPB TARGET INDIKATOR

1 Mengakhiri 1,3 Menerapkan secara nasional sistem dan upaya 1.3.1.(c)


Kemiskinan perlindungan sosial yang tepat bagi semua, 1.3.1.(d)
termasuk kelompok yang paling miskin, dan pada
tahun 2030 mencapai cakupan substansial bagi
kelompok miskin dan rentan.
1,4 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-laki 1.4.1.(c)
dan perempuan, khususnya masyarakat miskin dan 1.4.1.(g)
rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber 1.4.1.(h)
daya ekonomi, serta akses terhadap pelayanan 1.4.1.(j)
dasar, kepemilikan dan kontrol atas tanah dan
bentuk kepemilikan lain, warisan, sumber daya
alam, teknologi baru, dan jasa keuangan yang
tepat, termasuk keuangan mikro.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan 1.5.1.(b)
masyarakat miskin dan mereka yang berada dalam 1.5.3*
kondisi rentan, dan mengurangi kerentanan
mereka terhadap kejadian ekstrim terkait iklim dan
guncangan ekonomi, sosial, lingkungan, dan
bencana.
1.a Menjamin mobilisasi yang signifikan terkait sumber 1.a.2*
daya dari berbagai sumber, termasuk melalui
kerjasama pembangunan yang lebih baik, untuk
menyediakan sarana yang memadai dan
terjangkau bagi negara berkembang, khususnya
negara kurang berkembang untuk melaksanakan
program dan kebijakan mengakhiri kemiskinan di
semua dimensi.
2 Tanpa 2,1 Pada tahun 2030, menghilangkan kelaparan dan 2.1.1*
Kelaparan menjamin akses bagi semua orang, khususnya 2.1.1.(a)
orang miskin dan mereka yang berada dalam 2.1.2*
kondisi rentan, termasuk bayi, terhadap makanan
yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun.
2,2 Pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk 2.2.2*
kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025
mencapai target yang disepakati secara
internasional untuk anak pendek dan kurus di
bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi
remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta
manula.
2,3 Pada tahun 2030, menggandakan produktivitas 2.3.1*
pertanian dan pendapatan produsen makanan
skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat
penduduk asli, keluarga petani, penggembala dan
nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan
sama terhadap lahan, sumber daya produktif, dan
input lainnya, pengetahuan, jasa keuangan, pasar,

6
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO TARGET NO.


TPB TPB TARGET INDIKATOR

dan peluang nilai tambah, dan pekerjaan


nonpertanian.
3 Kehidupan 3,1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka 3.1.1*
Sehat dan kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000
Sejahtera kelahiran hidup.
3,2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru 3.2.1*
lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan 3.2.2*
seluruh negara berusaha menurunkan Angka 3.2.2.(a)
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000
KH (Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita
25 per 1000.
3,3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, 3.3.1.(a)
tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang 3.3.2.(a)
terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit 3.3.3*
bersumber air, serta penyakit menular lainnya. 3.3.3.(a)
3,4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga 3.4.1.(b)
angka kematian dini akibat penyakit tidak
menular, melalui pencegahan dan pengobatan,
serta meningkatkan kesehatan mental dan
kesejahteraan.
3.b Mendukung penelitian dan pengembangan vaksin 3.b.1.(a)
dan obat penyakit menular dan tidak menular
yang terutama berpengaruh terhadap negara
berkembang, menyediakan akses terhadap obat
dan vaksin dasar yang terjangkau, sesuai the Doha
Declaration tentang the TRIPS Agreement and
Public Health, yang menegaskan hak negara
berkembang untuk menggunakan secara penuh
ketentuan dalam Kesepakatan atas Aspek-Aspek
Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual terkait
keleluasaan untuk melindungi kesehatan
masyarakat, dan khususnya, menyediakan akses
obat bagi semua.
4 Pendidikan 4,1 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak 4.1.1.(e)
Berkualitas perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan 4.1.1.(g)
dasar dan menengah tanpa dipungut biaya, setara,
dan berkualitas, yang mengarah pada capaian
pembelajaran yang relevan dan efektif.
4,2 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak 4.2.2.(a)
perempuan dan laki-laki memiliki akses terhadap
perkembangan dan pengasuhan anak usia dini,
pengasuhan, pendidikan pra-sekolah dasar yang
berkualitas, sehingga mereka siap untuk
menempuh pendidikan dasar.
4,6 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja 4.6.1.(a)
dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-
laki maupun perempuan, memiliki kemampuan
literasi dan numerasi.
4,6 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua remaja 4.6.1.(b)
dan proporsi kelompok dewasa tertentu, baik laki-

7
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO TARGET NO.


TPB TPB TARGET INDIKATOR

laki maupun perempuan, memiliki kemampuan


literasi dan numerasi.
4.a Membangun dan meningkatkan fasilitas 4.a.1*
pendidikan yang ramah anak, ramah penyandang
cacat dan gender, serta menyediakan lingkungan
belajar yang aman, anti kekerasan, inklusif dan
efektif bagi semua.
5,2 Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap 5.2.1*
kaum perempuan di ruang publik dan pribadi,
termasuk perdagangan orang dan eksploitasi
seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
5 Kesetaraan 5,2 Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap 5.2.2.(a)
Gender kaum perempuan di ruang publik dan pribadi,
termasuk perdagangan orang dan eksploitasi
seksual, serta berbagai jenis eksploitasi lainnya.
5,5 Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan 5.5.1*
kesempatan yang sama bagi perempuan untuk
memimpin di semua tingkat pengambilan
keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan
masyarakat.
5.b Meningkatkan penggunaan teknologi yang 5.b.1*
memampukan, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan pemberdayaan
perempuan.
6 Air Bersih 6,1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan 6.1.1.(b)
dan Sanitasi merata terhadap air minum yang aman dan
terjangkau bagi semua.
6,2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi 6.2.1.(d)
dan kebersihan yang memadai dan merata bagi 6.2.1.(e)
semua, dan menghentikan praktik buang air besar 6.2.1.(f)
di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus
pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok
masyarakat rentan.
6,3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air 6.3.1.(a)
dengan mengurangi polusi, menghilangkan 6.3.1.(b)
pembuangan, dan meminimalkan pelepasan
material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi
setengah proporsi air limbah yang tidak diolah,
dan secara signifikan meningkatkan daur ulang,
serta penggunaan kembali barang daur ulang yang
aman secara global.
8 Pertumbuhan 8,1 Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per 8.1.1.(a)
Ekonomi kapita sesuai dengan kondisi nasional dan,
khususnya, setidaknya 7 persen pertumbuhan
produk domestik bruto per tahun di negara kurang
berkembang.
8,9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan 8.9.1.(a)
kebijakan untuk mempromosikan pariwisata 8.9.1.(b)
berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja
dan mempromosikan budaya dan produk lokal.

8
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO TARGET NO.


TPB TPB TARGET INDIKATOR

9 Inovasi 9.c Secara signifikan meningkatkan akses terhadap 9.c.1*


Industri teknologi informasi dan komunikasi, dan 9.c.1.(a)
Infrastruktur mengusahakan penyediaan akses universal dan 9.c.1.(b)
terjangkau internet di negara-negara kurang
berkembang pada tahun 2020.
11 Kota dan 11,1 Pada tahun 2030, menjamin akses bagi semua 11.1.1.(a)
Permukiman terhadap perumahan yang layak, aman,
Berkelanjutan terjangkau, dan pelayanan dasar, serta menata
kawasan kumuh.
11,2 Pada tahun 2030, menyediakan akses terhadap 11.2.1.(a)
sistem transportasi yang aman, terjangkau, mudah
diakses dan berkelanjutan untuk semua,
meningkatkan keselamatan lalu lintas, terutama
dengan memperluas jangkauan transportasi umum,
dengan memberi perhatian khusus pada kebutuhan
mereka yang berada dalam situasi rentan,
perempuan, anak, penyandang difabilitas dan
orang tua.
11,5 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi 11.5.1*
jumlah kematian dan jumlah orang terdampak, 11.5.1.(c)
dan secara substansial mengurangi kerugian
ekonomi relatif terhadap PDB global yang
disebabkan oleh bencana, dengan fokus
melindungi orang miskin dan orang-orang dalam
situasi rentan.
11.b Pada tahun 2020, meningkatkan secara substansial 11.b.1*
jumlah kota dan permukiman yang mengadopsi 11.b.2*
dan mengimplementasi kebijakan dan perencanaan
yang terintegrasi tentang penyertaan, efisiensi
sumber daya, mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana,
serta mengembangkan dan mengimplementasikan
penanganan holistik risiko bencana di semua lini,
sesuai dengan the Sendai Framework for Disaster
Risk Reduction 2015-2030.
13 Perubahan 13,1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi 13.1.1*
Iklim terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di 13.1.2*
semua negara.
16 Perdamaian 16,1 Secara signifikan mengurangi segala bentuk 16.1.2.(a)
dan Keadilan kekerasan dan terkait angka kematian dimanapun.
16,6 Mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel, 16.6.1.(c)
dan transparan di semua tingkat.
16,7 Menjamin pengambilan keputusan yang responsif, 16.7.1.(a)
inklusif, partisipatif dan representatif di setiap
tingkatan.
16,9 Pada tahun 2030, memberikan identitas yang syah 16.9.1*
bagi semua, termasuk pencatatan kelahiran. 16.9.1.(a)
16.9.1.(b)
16,10 Menjamin akses publik terhadap informasi dan 16.10.2.(c)
melindungi kebebasan mendasar, sesuai dengan
peraturan nasional dan kesepakatan internasional.

9
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO TARGET NO.


TPB TPB TARGET INDIKATOR

17 Kemitraan 17,6 Meningkatkan kerjasama Utara-Selatan, Selatan- 17.6.2.(b)


Berkelanjutan Selatan dan kerjasama triangular secara regional
dan internasional terkait dan akses terhadap sains,
teknologi dan inovasi, dan meningkatkan berbagi
pengetahuan berdasar kesepakatan timbal balik,
termasuk melalui koordinasi yang lebih baik antara
mekanisme yang telah ada, khususnya di tingkat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan melalui
mekanisme fasilitasi teknologi global.
17,8 Mengoperasionalisasikan secara penuh bank 17.8.1*
teknologi dan sains, mekanisme pembangunan
kapasitas teknologi dan inovasi untuk negara
kurang berkembang pada tahun 2017 dan
meningkatkan penggunaan teknologi yang
memampukan, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi.
17,19 Pada tahun 2030, mengandalkan inisiatif yang 17.19.2.(b)
sudah ada, untuk mengembangkan pengukuran 17.19.2.(c)
atas kemajuan pembangunan berkelanjutan yang
melengkapi Produk Domestik Bruto, dan
mendukung pengembangan kapasitas statistik di
negara berkembang.

10
Tabel 4.3 Perkembangan Capaian Indikator TPB Yang Sudah Dilaksanakan dan Sudah Mencapai Target Nasional (Kategori SS)
dan OPD Pelaksananya
NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

1 Mengakhiri 1.3.1.(c) Persentase penyandang disabilitas % Meningkat 100 100 100 100 100 82,88 DINSOS
Kemiskinan yang miskin dan rentan yang menjadi 17,12%
terpenuhi hak dasarnya dan
inklusivitas.
1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga yang % Menurun menjadi 87,4 87,04 64,71 100 61,71 -25,69 DINSOS
mendapatkan bantuan tunai 2,8 juta
bersyarat/Program Keluarga
Harapan.
1.4.1.(c) Prevalensi penggunaan metode % Meningkat 72,67 73,25 75,65 76,7 76,75 11,75 DINKES
kontrasepsi (CPR) semua cara pada menjadi 65%
Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-
49 tahun yang berstatus kawin.
1.4.1.(g) Angka Partisipasi Murni (APM) % Meningkat 88,43 90,03 99,79 100,41 5,63 DIKJAR
SD/MI/sederajat. menjadi 94,78%
1.4.1.(h) Angka Partisipasi Murni (APM) % Meningkat 87,22 74,99 95,05 108,31 DIKJAR
SMP/MTs/sederajat. menjadi 82,2% 26,1
1.4.1.(j) Persentase penduduk umur 0-17 % Meningkat 80,92 89,16 83,9 87,1 CAPIL
tahun dengan kepemilikan akta menjadi 77,4%. 87,7900 10,4
kelahiran.
1.5.1.(b) Pemenuhan kebutuhan dasar % Meningkat 100 100 100 100 100 5 DINSOS
korban bencana sosial. menjadi 151 ribu
1.5.3* Dokumen strategi pengurangan ada Ada Ada Ada Ada Ada BPBD
risiko bencana (PRB) tingkat
nasional dan daerah.
1.a.2* Pengeluaran untuk layanan pokok % Meningkat 7,09 14,13 9,17 12,81 5,72 BAPPEDD
(pendidikan, kesehatan dan A
perlindungan sosial) sebagai
persentase dari total belanja
pemerintah.
2 Tanpa 2.1.1* Prevalensi Ketidakcukupan % Menurun 8,54 8,26 7,95 7,66 -0,88 KETAHAN
Kelaparan Konsumsi Pangan (Prevalence of AN
Undernourishment).

11
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

2.1.1.(a) Prevalensi kekurangan gizi % Menurun menjadi 0,1 0,1 1,69 1,3 0,9 -16,1 DINKES
(underweight) pada anak balita. 17%
2.1.2* Prevalensi penduduk dengan % Menurun 8,66 KETAHAN
kerawanan pangan sedang atau 9,00 6,86 5,42 (3,58) AN
berat, berdasarkan pada Skala
Pengalaman Kerawanan Pangan.
2.2.2* Prevalensi malnutrisi (berat % Menurun 0,03 0,01 0,01 0,1 0,01 -0,02 DINKES
badan/tinggi badan) anak pada
usia kurang dari 5 tahun,
berdasarkan tipe.
2.3.1* Nilai Tambah Pertanian dibagi juta rp Meningkat 56,12 KETAHAN
jumlah tenaga kerja di sektor 47,07 59,73 60,41 13,34 AN
pertanian (rupiah per tenaga
kerja).
3 Kehidupan 3.1.1* Angka Kematian Ibu (AKI). per Menurun menjadi 4 1 5 5 1 1 DINKES
Sehat dan 1000 306
Sejahtera pddk
3.2.1* Angka Kematian Balita (AKBa) per org Menurun 5 4,1 1,9 -3,1 DINKES
1000 kelahiran hidup.
3.2.2* Angka Kematian Neonatal (AKN) org Menurun 4 3 2,7 2,9 9 -1,1 DINKES
per 1000 kelahiran hidup.
3.2.2.(a) Angka Kematian Bayi (AKB) per org Menurun menjadi 4 3 2,7 2,9 -1,1 DINKES
1000 kelahiran hidup. 24
3.3.1.(a) Prevalensi HIV pada populasi % Menurun menjadi 0,039 0,048 0,033 0,036 0,014 -0,486 DINKES
dewasa. <0,5%
3.3.2.(a) Insiden Tuberkulosis (ITB) per org Menurun menjadi 235 237 271 307 164 62 DINKES
100.000 penduduk. 245
3.3.3* Kejadian Malaria per 1000 orang. org Menurun 0 0 0 0 0 0 DINKES
3.3.3.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat 0 DINKES
mencapai eliminasi malaria. menjadi 300
3.4.1.(b) Prevalensi tekanan darah tinggi. % Menurun menjadi 2,08 2,27 3,27 5,07 -19,23 DINKES
24,3%
3.b.1.(a) Persentase ketersediaan obat dan % Meningkat 65 67 84 87 93 28 DINKES
vaksin di Puskesmas.

12
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

4 Pendidikan 4.1.1.(e) Angka Partisipasi Kasar (APK) % Meningkat 113,55 92,17 106,57 109,41 113,79 6,85 DIKJAR
Berkualitas SMP/MTs/sederajat. menjadi 106,94%
4.1.1.(g) Rata-rata lama sekolah penduduk % Meningkat 10,73 10,75 11,06 11,15 2,35 DIKJAR
umur ≥15 tahun. menjadi 8,8
tahun
4.2.2.(a) Angka Partisipasi Kasar (APK) % Meningkat 30,25 43,75 39,07 129,18 51,98 DIKJAR
Pendidikan Anak Usia Dini menjadi 77,2%
(PAUD).
4.6.1.(a) Persentase angka melek aksara % Meningkat 99,94 99,9 99,98 100 3,9 DIKJAR
penduduk umur ≥15 tahun. menjadi 96,1%
4.6.1.(b) Persentase angka melek aksara % Meningkat 99,94 99,9 99,98 100 0,06 DIKJAR
penduduk umur 15-24 tahun dan
umur 15-59 tahun.
4.a.1* Proporsi sekolah dengan akses ke: % Meningkat 54,45 42,98 47,4 89,01 98,6 44,15 DIKJAR
(a) listrik (b) internet untuk tujuan
pengajaran, (c) komputer untuk
tujuan pengajaran, (d) infrastruktur
dan materi memadai bagi siswa
disabilitas, (e) air minum layak, (f)
fasilitas sanitasi dasar per jenis
kelamin, (g) fasilitas cuci tangan
(terdiri air, sanitasi, dan higienis
bagi semua (WASH).
5 Kesetaraan 5.2.1* Proporsi perempuan dewasa dan % Menurun 0,005 0,005 0,003 0,005 0 DINSOS
Gender anak perempuan (umur 15-64
tahun) mengalami kekerasan (fisik,
seksual, atau emosional) oleh
pasangan atau mantan pasangan
dalam 12 bulan terakhir.
5.2.2.(a) Persentase korban kekerasan % Meningkat 100,00 DINSOS
terhadap perempuan yang menjadi 70% 90,00 100,00 100,00 100,00 30,00
mendapat layanan komprehensif.
5.5.1* Proporsi kursi yang diduduki % Meningkat 23,3 23,3 23,3 23,3 10 0 DINAS
perempuan di parlemen tingkat SOSIAL
pusat, parlemen daerah dan
pemerintah daerah.
13
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

5.b.1* Proporsi individu yang % Meningkat 52,3 57,04 62,39 68,79 74,55 22,25 DISKOMI
menguasai/memiliki telepon NFO
genggam.
6 Air Bersih dan 6.1.1.(b) Kapasitas prasarana air baku untuk m3 Meningkat 3.535,75 PDAM/PR
Sanitas melayani rumah tangga, perkotaan menjadi 118,6 3.641 3.467 3.211 2.930 2.811 KP
dan industri, serta penyediaan air m3/detik
baku untuk pulau-pulau.
6.2.1.(d) Jumlah desa/kelurahan yang Open kel Meningkat 0 0 0 2 2 2 DINKES
Defecation Free (ODF)/ Stop
Buang Air Besar Sembarangan
(SBS).
6.2.1.(e) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat 1 1 1 1 1 1 PRKP
terbangun infrastruktur air limbah menjadi 438
dengan sistem terpusat skala kota, kabupaten/kota.
kawasan dan komunal.
6.2.1.(f) Proporsi rumah tangga yang rt Meningkat 800 1250 2000 2900 2900 2100 PRKP
terlayani sistem pengelolaan air
limbah terpusat.
6.3.1.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat 1 1 1 1 1 -94 PRKP
ditingkatkan kualitas pengelolaan menjadi 409
lumpur tinja perkotaan dan kabupaten/kota
dilakukan pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
6.3.1.(b) Proporsi rumah tangga yang % Meningkat 0 0 0 3,49 3,59 0,1 PRKP
terlayani sistem pengelolaan
lumpur tinja.
8 Pertumbuhan 8.1.1.(a) PDB per kapita. jt/kap Meningkat 46,409 49,476 51,979 54,572 4,572 BPS
Ekonomi menjadi lebih
dari Rp 50 juta
8.9.1.(a) Jumlah wisatawan mancanegara. org Meningkat 137 147 190 270 350 213 DINAS
menjadi 20 juta PARIWISA
(skala nasional) TA
8.9.1.(b) Jumlah kunjungan wisatawan org Meningkat 43.800 48.320 73.584 89.547 98.900 55100 DINAS
nusantara. PARIWISA
TA

14
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

9 Inovasi, 9.c.1* Proporsi penduduk yang terlayani % Meningkat 49,32 52,12 56,13 66,05 76,49 27,17 DISKOMI
Industri mobile broadband. NFO
Infrastruktur 9.c.1.(a) Proporsi individu yang % Meningkat 52,3 57,04 62,39 68,79 74,51 22,21 DISKOMI
menguasai/memiliki telepon NFO
genggam
9.c.1.(b) Proporsi individu yang % Meningkat 55,11 61,13 68,74 74,28 78,87 23,76 DISKOMI
menggunakan internet NFO
11 Kota dan 11.1.1.(a) Proporsi rumah tangga yang % 3,7 juta rumah 96,72 97,02 97,22 97,32 97,32 0,6 PRKP
Permukiman memiliki akses terhadap hunian tangga
Berkelanjutan yang layak dan terjangkau.
11.2.1.(a) Persentase pengguna moda % Meningkat 65,00 DISHUB
transportasi umum di perkotaan. menjadi 32% 71,00 62,00 57,00 57,00 25,00
11.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang org Menurun 0 90 84 79 6 -11 BPBD
dan terkena dampak bencana per
100.000 orang.
11.5.1.(c) Jumlah sistem peringatan dini ada 0 0 1 1 2 ada BPBD
cuaca dan iklim serta kebencanaan.
11.b.1* Proporsi pemerintah kota yang Meningkat/ada Ada Ada Ada Ada Ada ada BPBD
memiliki dokumen strategi
pengurangan risiko bencana.
11.b.2* Dokumen strategi pengurangan ada Ada Ada Ada Ada Ada ada BPBD
risiko bencana (PRB) tingkat
daerah.
13 Perubahan 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan ada Ada Ada Ada Ada Ada ada BPBD
Iklim risiko bencana (PRB) tingkat
nasional dan daerah.
13.1.2* Jumlah korban meninggal, hilang orrg Menurun 0 90 84 79 6 -11 BPBD
dan terkena dampak bencana per
100.000 orang.
16 Perdamaian 16.1.2.(a) Kematian disebabkan konflik per org Menurun 0 0 0 0 0 KESBANG
dan Keadilan 100.000 penduduk. POL
16.6.1.(c) Persentase penggunaan E- Menjadi menjadi 39 33 92 80 0 BARANG/
procurement terhadap belanja 80% JASA
pengadaan.

15
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

16.7.1.(a) Persentase keterwakilan Meningkat 23,3 23,3 23,3 23,3 10 DINAS


perempuan di Dewan Perwakilan SOSIAL
Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).
16.9.1* Proporsi anak umur di bawah 5 Persen Meningkat 80,56 CAPIL
tahun yang kelahirannya dicatat 82,18 77,38 87,26 90,62 8,44
oleh lembaga pencatatan sipil,
menurut umur.
16.9.1.(a) Persentase kepemilikan akta lahir Persen Meningkat 89,16 87,79 CAPIL
untuk penduduk 40% menjadi 77,4% 80,92 83,90 87,10 6,87
berpendapatan bawah.
16.9.1.(b) Persentase anak yang memiliki akta Persen Meningkat 80,56 CAPIL
kelahiran. menjadi 85% 82,18 77,38 87,26 90,62 8,44
16.10.2.(c) Jumlah kepemilikan sertifikat Persen Meningkat 50,00
Pejabat Pengelola Informasi dan 47,00 59,00 62,00 67,00 20,00 DISKOMI
Dokumentasi (PPID) untuk NFO
mengukur kualitas PPID dalam
menjalankan tugas dan fungsi
sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
17 Kemitraan 17.6.2.(b) Tingkat penetrasi akses tetap Persen Meningkat 33,57 DISKOMI
Berkelanjutan pitalebar (fixed broadband) di menjadi: 24,53 43,44 59,75 71,29 41,29 NFO
Perkotaan dan di Perdesaan. Perkotaan (20
Mbps) 71%
rumah tangga
dan 30%
populasi;
17.8.1* Proporsi individu yang Persen Meningkat 61,13 78,87 DISKOMI
menggunakan internet. 55,11 74,28 74,28 23,76 NFO
17.19.2.(b) Tersedianya data registrasi terkait ada Ada Ada Ada Ada Ada ada CAPIL
kelahiran dan kematian (Vital
Statistics Register)
17.19.2.(c) Jumlah pengunjung eksternal yang % Meningkat 50,52% 54,25% 65,27% 65,27% 85,82 85,3 DISKOMI
mengakses data dan informasi NFO
statistik melalui website.
16
4.1.2. Indikator TPB yang Sudah Dilaksanakan dan Belum Mencapai Target Nasional
Pencapaian indikator TPB tidak selalu memenuhi target nasional. Jumlah indikator
TPB yang belum mencapai target lebih sedikit daripada yang sudah mencapai target.
Terdapat 44 indikator target yang termasuk dalam kategori Sudah Dilaksanakan tetapi
Belum mencapai target, berupa indikator TPB berikut:

 Mengakhiri Kemiskinan (8 indikator)


 Menghilangkan Kelaparan (3 indikator)
 Kehidupan yang Sehat (5 indikator)
 Kualitas Pendidikan yang Inklusif dan Merata (5 indikator)
 Kesetaraan Gender (1 indikator)
 Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan (4
indikator)
 Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja (8 indikator)
 Infrastruktur, Industri, Inovasi (1 indikator)
 Kesenjangan (2 indikator)
 Kota dan Permukiman (2 indikator)
 Pola produksi dan konsumsi (1 indikator)
 Perdamaian dan Kelembagaan (2 indikator)
 Kemitraan global (1 indikator)

Gambar 4.4 Indikator TPB Yang Sudah Dilaksanakan dan Belum Mencapai Target
Nasional

17
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Terdapat tiga permasalahan utama yang menyebabkan indikator TPB yang sudah
dilaksanakan tetapi belum dapat mencapai target nasional adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan anggaran dalam mengimplementasikan indikator TPB


2. Skala prioritas dalam pelaksanaan program dan kegiatan baik di tingkat OPD atau
tingkat Pemerintahan Kota Pematangsiantar.
3. Penetapan target program dan kegiatan secara terukur (output dan outcome) tidak
menggambarkan ukuran keberhasilan
4. Keberhasian program dan kegiatan dititikberatkan pada penyerapan anggaran
5. Kurangnya koordinasi antar OPD dalam melaksanakan indikator TPB, terutama
indikator TPB yang pelaksanaanya melibatkan beberapa OPD

Pada Tabel 4.4 berikut, ditampilkan target-target TPB yang belum dicapai dalam
pembangunan Kota Pematangsiantar melalui indikator-indikator terkait. Selanjutnya,
Tabel 4.5 menampilkan rincian perkembangan capaian indikator TPB yang belum
mencapai target tersebut dari tahun 2016 hingga 2020, serta OPD pelaksananya.

Tabel 4.4 Target TPB yang Telah Dicapai Berdasarkan


Indikator TPB Yang Sudah Dilaksanakan dan Belum Mencapai Target Nasional
NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.
TPB TARGET INDIKATOR

1 Mengakhiri 1,2 Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya 1.2.1*


Kemiskinan setengah proporsi laki-laki, perempuan dan
anak-anak dari semua usia, yang hidup dalam
kemiskinan di semua dimensi, sesuai dengan
definisi nasional.
1,3 Menerapkan secara nasional sistem dan upaya 1.3.1.(a)
perlindungan sosial yang tepat bagi semua,
termasuk kelompok yang paling miskin, dan
pada tahun 2030 mencapai cakupan substansial
bagi kelompok miskin dan rentan.
1,4 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki- 1.4.1.(b)
laki dan perempuan, khususnya masyarakat 1.4.1.(d)
miskin dan rentan, memiliki hak yang sama 1.4.1.(e)
terhadap sumber daya ekonomi, serta akses 1.4.1.(f)
terhadap pelayanan dasar, kepemilikan dan 1.4.1.(k)
kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain,
warisan, sumber daya alam, teknologi baru,
dan jasa keuangan yang tepat, termasuk
keuangan mikro.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan 1.5.1.(a)
masyarakat miskin dan mereka yang berada
dalam kondisi rentan, dan mengurangi
kerentanan mereka terhadap kejadian ekstrim
terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana.

18
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR

2 Tanpa 2,2 Pada tahun 2030, menghilangkan segala 2.2.1*


Kelaparan bentuk kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2.2.2.(b)
2025 mencapai target yang disepakati secara 2.2.2.(c)
internasional untuk anak pendek dan kurus di
bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan
gizi remaja perempuan, ibu hamil dan
menyusui, serta manula.
3 Kehidupan 3,2 Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi 3.2.2.(b)
Sehat dan baru lahir dan balita yang dapat dicegah,
Sejahtera dengan seluruh negara berusaha menurunkan
Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12
per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan Angka
Kematian Balita 25 per 1000.
3,5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan 3.5.1.(e)
penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan
narkotika dan penggunaan alkohol yang
membahayakan.
3,7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 3.7.1.(a)
terhadap layanan kesehatan seksual dan 3.7.2.(a)
reproduksi, termasuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, dan integrasi
kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan
program nasional.
3,8 Mencapai cakupan kesehatan universal, 3.8.2.(a)
termasuk perlindungan risiko keuangan, akses
terhadap pelayanan kesehatan dasar yang baik,
dan akses terhadap obat- obatan dan vaksin
dasar yang aman, efektif, berkualitas, dan
terjangkau bagi semua orang.
4 Pendidikan 4,1 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua 4.1.1.(a)
Berkualitas anak perempuan dan laki-laki menyelesaikan 4.1.1.(b)
pendidikan dasar dan menengah tanpa 4.1.1.(d)
dipungut biaya, setara, dan berkualitas, yang
mengarah pada capaian pembelajaran yang
relevan dan efektif.
4,5 Pada tahun 2030, menghilangkan disparitas 4.5.1*
gender dalam pendidikan, dan menjamin akses
yang sama untuk semua tingkat pendidikan dan
pelatihan kejuruan, bagi masyarakat rentan
termasuk penyandang cacat, masyarakat
penduduk asli, dan anak-anak dalam kondisi
rentan.
4.c Pada tahun 2030, secara signifikan 4.c.1*
meningkatkan pasokan guru yang berkualitas,
termasuk melalui kerjasama internasional dalam
pelatihan guru di negara berkembang, terutama
negara kurang berkembang, dan negara
berkembang kepulauan kecil.
5 Kesetaraan 5,1 Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap 5.1.1*
Gender kaum perempuan dimanapun.

19
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR

6 Air Bersih 6,1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan 6.1.1.(a)
dan Sanitas merata terhadap air minum yang aman dan 6.1.1.(c)
terjangkau bagi semua.
6,2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap 6.2.1.(b)
sanitasi dan kebersihan yang memadai dan 6.2.1.(c)
merata bagi semua, dan menghentikan praktik
buang air besar di tempat terbuka, memberikan
perhatian khusus pada kebutuhan kaum
perempuan, serta kelompok masyarakat
rentan.
8 Pertumbuhan 8,1 Mempertahankan pertumbuhan ekonomi per 8.1.1*
Ekonomi kapita sesuai dengan kondisi nasional dan,
khususnya, setidaknya 7 persen pertumbuhan
produk domestik bruto per tahun di negara
kurang berkembang.
8,3 Menggalakkan kebijakan pembangunan yang 8.3.1*
mendukung kegiatan produktif, penciptaan 8.3.1.(a)
lapangan kerja layak, kewirausahaan, 8.3.1.(c)
kreativitas dan inovasi, dan mendorong
formalisasi dan pertumbuhan usaha mikro,
kecil, dan menengah, termasuk melalui akses
terhadap jasa keuangan.
8,5 Pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap 8.5.2*
dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi 8.5.2.(a)
semua perempuan dan laki-laki, termasuk bagi
pemuda dan penyandang difabilitas, dan upah
yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
8,6 Pada tahun 2020, secara substansial 8.6.1*
mengurangi proporsi usia muda yang tidak
bekerja, tidak menempuh pendidikan atau
pelatihan.
8,9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan 8.9.1*
kebijakan untuk mempromosikan pariwisata
berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja
dan mempromosikan budaya dan produk
lokal.
9 Inovasi, 9,2 Mempromosikan industrialisasi inklusif dan 9.2.1.(a)
Industri berkelanjutan, dan pada tahun 2030, secara
Infrastruktur signifikan meningkatkan proporsi industri
dalam lapangan kerja dan produk domestik
bruto, sejalan dengan kondisi nasional, dan
meningkatkan dua kali lipat proporsinya di
negara kurang berkembang.
10 Berkurangnya 10,1 Pada tahun 2030, secara progresif mencapai 10.1.1*
Kesenjangan dan mempertahankan pertumbuhan 10.1.1.(a)
pendapatan penduduk yang berada di bawah
40% dari populasi pada tingkat yang lebih
tinggi dari rata-rata nasional.
11 Kota dan 11,1 Pada tahun 2030, menjamin akses bagi semua 11.1.1.(c)
Permukiman terhadap perumahan yang layak, aman,
Berkelanjutan

20
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR

terjangkau, dan pelayanan dasar, serta menata


kawasan kumuh.

11,3 Pada tahun 2030, memperkuat urbanisasi yang 11.3.2.(b)


inklusif dan berkelanjutan serta kapasitas
partisipasi, perencanaan penanganan
permukiman yang berkelanjutan dan
terintegrasi di semua negara.
11,5 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi 11.5.1.(a)
jumlah kematian dan jumlah orang terdampak,
dan secara substansial mengurangi kerugian
ekonomi relatif terhadap PDB global yang
disebabkan oleh bencana, dengan fokus
melindungi orang miskin dan orang-orang
dalam situasi rentan.
12 Produksi 12,5 Pada tahun 2030, secara substansial 12.5.1.(a)
Berkelanjutan mengurangi produksi limbah melalui
pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan
penggunaan kembali.
16 Perdamaian 16,1 Secara signifikan mengurangi segala bentuk 16.1.1.(a)
dan Keadilan kekerasan dan terkait angka kematian
dimanapun.
16,6 Mengembangkan lembaga yang efektif, 16.6.1.(b)
akuntabel, dan transparan di semua tingkat.
17 Kemitraan 17,6 Meningkatkan kerjasama Utara-Selatan, 17.6.2.(c)
Berkelanjutan Selatan-Selatan dan kerjasama triangular secara
regional dan internasional terkait dan akses
terhadap sains, teknologi dan inovasi, dan
meningkatkan berbagi pengetahuan berdasar
kesepakatan timbal balik, termasuk melalui
koordinasi yang lebih baik antara mekanisme
yang telah ada, khususnya di tingkat
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan melalui
mekanisme fasilitasi teknologi global.

21
Tabel 4.5 Perkembangan Indikator TPB Yang Sudah Dilaksanakan dan Belum Mencapai Target Nasional (Kategori SB)
dan OPD Pelaksananya
NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

1 Mengakhiri 1.2.1* Persentase penduduk yang % Menurun menjadi 7- 9,99 10,1 87 8,38 11,34 3,34 DINSOS
Kemiskinan hidup di bawah garis kemiskinan 8%
nasional, menurut jenis kelamin
dan kelompok umur.
1.3.1.(a) Proporsi peserta jaminan % Meningkat menjadi 80,9 82,7 89,78 87,5 91,75 -3,25 DINKES
kesehatan melalui SJSN Bidang 95%
Kesehatan.
1.4.1.(b) Persentase anak umur 12-23 % Meningkat menjadi 73,4 82,3 82,2 90,1 57,4 -5,6 DINKES
bulan yang menerima imunisasi 63%.
dasar lengkap.
1.4.1.(d) Persentase rumah tangga yang % Meningkat menjadi 84,21 85,89 87,56 87,67 90,92 -9,08 PRKP
memiliki akses terhadap layanan 100%
sumber air minum layak dan
berkelanjutan.
1.4.1.(e) Persentase rumah tangga yang % Meningkat menjadi 63,26 64,1 64,94 65,78 90,92 -9,08 PRKP
memiliki akses terhadap layanan 100%
sanitasi layak dan berkelanjutan.
1.4.1.(f) Persentase rumah tangga kumuh % Meningkat menjadi 16,5 6,1 -2,1 PRKP
perkotaan. 18,6 juta
1.4.1.(k) Persentase rumah tangga miskin % Meningkat menjadi 39,37 37,36 35,72 34,13 -65,87 PLN
dan rentan yang sumber 100%
penerangan utamanya listrik
baik dari PLN dan bukan PLN.
1.5.1.(a) Jumlah lokasi penguatan lokasi Meningkat menjadi 39 1 1 1 1 1 0 BPBD
pengurangan risiko bencana daerah
daerah.
2 Tanpa 2.2.1* Prevalensi stunting (pendek dan % Menurun 0 0 0,75 0,5 1,1 0,35 DINKES
Kelaparan sangat pendek) pada anak di
bawah lima tahun/balita.
2.2.2.(b) Persentase bayi usia kurang dari % Meningkat menjadi 16,8 26,7 29,39 40,6 22,6 -9,4 DINKES
6 bulan yang mendapatkan ASI 50%
eksklusif.

22
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

2.2.2.(c) Kualitas konsumsi pangan yang Meningkat menjadi: KETAHANAN


diindikasikan oleh skor Pola skor PPH 92,5; tingkat 91,30 91,50 92,01 92,05 (0,45)
Pangan Harapan (PPH) konsumsi ikan 54,5
mencapai; dan tingkat konsumsi kg/kapita/tahun
ikan.
3 Kehidupan 3.2.2.(b) Persentase kabupaten/kota yang % Meningkat menjadi 73,4 82,3 82,2 90,1 59,2 -4,9 DINKES
Sehat dan mencapai 80% imunisasi dasar 95%
Sejahtera lengkap pada bayi.
3.5.1.(e) Prevalensi penyalahgunaan org Menurun menjadi 68 132 133 157 0,043 KESBANGPO
narkoba. angka 0,02% L
3.7.1.(a) Angka prevalensi penggunaan % Meningkat menjadi 72,67 73,25 75,65 76,7 76,75 11,75 DINKES
metode kontrasepsi (CPR) semua 65%
cara pada Pasangan Usia Subur
(PUS) usia 15-49 tahun yang
berstatus kawin.
3.7.2.(a) Total Fertility Rate (TFR). % Menurun menjadi 2,28 2,9 2,7 2,6 2,4 2,4 0,12 DINKES
3.8.2.(a) Cakupan Jaminan Kesehatan % Meningkat menjadi 80,9 82,7 89,78 87,5 91,7 -3,3 DINKES
Nasional (JKN). minimal 95%
4 Pendidikan 4.1.1.(a) Persentase SD/MI berakreditasi % Meningkat menjadi 49,1 27,84 29,55 39,93 36,93 -47,27 DIKJAR
Berkualitas minimal B. 84,2%
4.1.1.(b) Persentase SMP/MTs % Meningkat menjadi 82,08 74,71 75,12 75,244 75,24 -5,76 DIKJAR
berakreditasi minimal B. 81%
4.1.1.(d) Angka Partisipasi Kasar (APK) % Meningkat menjadi 108,28 107,52 105,02 -9,07 DIKJAR
SD/MI/sederajat. 114,09%
4.5.1* Rasio Angka Partisipasi Murni % Meningkat 105,54 93,24 102,97 97,36 104,94 (0,60) DIKJAR
(APM) perempuan/laki-laki di (1)
SD/MI/sederajat; (2)
SMP/MTs/sederajat; (3)
SMA/SMK/MA/sederajat; dan
Rasio Angka Partisipasi Kasar
(APK) perempuan/laki-laki di (4)
Perguruan Tinggi.

23
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

4.c.1* Persentase guru TK, SD, SMP, % Meningkat 79,82 71,69 69,915 70,04 70,02 -9,8 DIKJAR
SMA, SMK, dan PLB yang
bersertifikat pendidik.
5 Kesetaraan 5.1.1* Jumlah kebijakan yang responsif % bertambah sebanyak -0,0034 DINSOS
Gender gender mendukung 16 0,0051 0,0034 0,0034 0,0051 0,0017
pemberdayaan perempuan.
6 Air Bersih dan 6.1.1.(a) Persentase rumah tangga yang % Meningkat menjadi 84,21 85,89 87,56 87,67 90,92 -9,08 PDAM
Sanitas memiliki akses terhadap layanan 100%
sumber air minum layak.
6.1.1.(c) Proporsi populasi yang memiliki % Meningkat menjadi 84,21 85,89 87,56 87,67 90,92 -9,08 PDAM/PRKP
akses layanan sumber air minum 100%
aman dan berkelanjutan.
6.2.1.(b) Persentase rumah tangga yang % Meningkat menjadi 63,26 64,1 64,94 65,78 90,92 -4,08 PRKP
memiliki akses terhadap layanan 100%
sanitasi layak.
6.2.1.(c) Jumlah desa/kelurahan yang kel Meningkat menjadi 53 53 53 53 7 0 DINKES
melaksanakan Sanitasi Total 45.000 (skala Nasional)
Berbasis Masyarakat (STBM).
8 Pertumbuhan 8.1.1* Laju pertumbuhan PDB per %/thn Meningkat 8,67 6,61 5,06 4,99 -3,68 BPS
Ekonomi kapita.
8.3.1* Proporsi lapangan kerja informal % Meningkat 88 77,4 50 77,27 -10,73 KETENAGAK
sektor non-pertanian, ERJAAN
berdasarkan jenis kelamin.
8.3.1.(a) Persentase tenaga kerja formal. org 51% 110.785 110.785 111.746 106.990 117892 -3.795 KETENAGAK
ERJAAN
8.3.1.(c) Persentase akses UMKM (Usaha Persen 25% 4% 19% -24,81 DINAS
Mikro, Kecil, dan Menengah) ke KOPERASI
layanan keuangan.
8.5.2* Tingkat pengangguran terbuka % Menurun 2,89 KETENAGAK
berdasarkan jenis kelamin dan 9,47 8,80 12,36 ERJAAN/BPS
kelompok umur.

24
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

8.5.2.(a) Tingkat setengah pengangguran. % Menurun 8,8 12,14 11,09 2,29 KETENAGAK
ERJAAN
8.6.1* Persentase usia muda (15-24 org Meningkat 11.593 11593 10.776 15.022 14.712 3119 KETENAGAK
tahun) yang sedang tidak ERJAAN
sekolah, bekerja atau mengikuti
pelatihan (NEET).
8.9.1* Proporsi kontribusi pariwisata % Meningkat menjadi 8% 5,67 5,69 5,78 5,80 (2,20) DINAS
terhadap PDB. PARIWISATA
9 Inovasi, 9.2.1.(a) Laju pertumbuhan PDB industri %/thn Lebih tinggi dari 0,56 BPS
Industri manufaktur. pertumbuhan PDB 0,74 1,25 0,56
Infrastruktur
10 Berkurangnya 10.1.1* Koefisien Gini. Menurun menjadi 0,36 0,357 0,321 0,35 0,33 0,33 -0,027 BPS
Kesenjangan
10.1.1.(a) Persentase penduduk yang % Menurun menjadi 7- 9,99 10,1 87 8,38 11,34 3,34 DINSOS
hidup di bawah garis kemiskinan 8%
nasional, menurut jenis kelamin
dan kelompok umur.
11 Kota dan 11.1.1.(c) Jumlah kota sedang dan kota Paling sedikit 20 kota BAPPEDA
Permukiman baru yang terpenuhi SPP. sedang dan 10 kota
Berkelanjutan baru (skala nasional)
11.3.2.(b) Jumlah lembaga pembiayaan Ada BAPPEDDA
infrastruktur.
11.5.1.(a) Indeks Risiko Bencana Indonesia Menurun menjadi 30% 91,20 91,20 91,20 63,84 0 33,84 BPBD
(IRBI).
12 Produksi 12.5.1.(a) Jumlah timbulan sampah yang % 20 ton per hari (skala 8 8 8 8 8 DLH
Berkelanjutan didaur ulang. nasional)
16 Perdamaian 16.1.1.(a) Jumlah kasus kejahatan kasus Menurun 0 0 2 2 KESBANGPO
dan Keadilan pembunuhan pada satu tahun L
terakhir.

25
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO. INDIKATOR Satuan Target 2016 2017 2018 2019 2020 GAP OPD
TPB INDIKATOR

16.6.1.(b) Persentase peningkatan Sistem % Meningkat menjadi: C C C INSPEKTORA


Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kementerian/Lembaga: T
(SAKIP) Kementerian/Lembaga 85%, Provinsi: 75%,
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota: 50%
(Provinsi/ Kabupaten/Kota).
17 Kemitraan 17.6.2.(c) Proporsi penduduk terlayani Persen Meningkat menjadi: 49,32 52,12 56,13 66,05 79,49 (20,51) DISKOMINFO
Berkelanjutan mobile broadband Perkotaan 100%
populasi;

26
4.1.3. Indikator yang Belum Ada Data
Dari 212 indikator yang menjadi ukuran pencapaian pembangunan berkelanjutan
di Kota Pematangsiantar, 103 indikator (48,58 %) yang tidak diperoleh data.
Ketidakadaan data ini dapat berupa :

1. Belum dilaksanakan, sehingga belum mencapai target nasional (kategori TD), atau
2. Telah dilaksanakan tetapi belum ada datanya (kategori B).

Ke-103 indikator yang belum memiliki data tersebut, berupa indikator dari TPB berikut:

 Mengakhiri Kemiskinan (8 indikator)


 Menghilangkan Kelaparan (3 indikator)
 Kehidupan yang Sehat (18 indikator)
 Kualitas Pendidikan yang Inklusif dan Merata (2 indikator)
 Kesetaraan Gender (9 indikator)
 Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan (7 indikator)
 Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja (8 indikator)
 Infrastruktur, Industri, Inovasi (5 indikator)
 Kesenjangan (4 indikator)
 Kota dan Permukiman (6 indikator)
 Pola produksi dan konsumsi (4 indikator)
 Ekosistem daratan (4 indikator)
 Perdamaian dan Kelembagaan (12 indikator)
 Kemitraan global (10 indikator)

Gambar 4.5 Indikator TPB Yang Belum Memiliki Data

27
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tabel 4.6 Target TPB yang Indikator TPB-nya Belum Memiliki Data
NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.
TPB TARGET INDIKATOR
1 Mengakhiri 1,3 Menerapkan secara nasional sistem dan upaya 1.3.1.(b)
Kemiskinan perlindungan sosial yang tepat bagi semua, termasuk
kelompok yang paling miskin, dan pada tahun 2030
mencapai cakupan substansial bagi kelompok miskin
dan rentan.
1,4 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua laki-laki dan 1.4.1.(a)
perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan,
memiliki hak yang sama terhadap sumber daya
ekonomi, serta akses terhadap pelayanan dasar,
kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk
kepemilikan lain, warisan, sumber daya alam, teknologi
baru, dan jasa keuangan yang tepat, termasuk
keuangan mikro.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat 1.5.1*
miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan,
dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian
ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat 1.5.1.(c)
miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan,
dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian
ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat 1.5.1.(d)
miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan,
dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian
ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat 1.5.1.(e)
miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan,
dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian
ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana.
1,5 Pada tahun 2030, membangun ketahanan masyarakat 1.5.2.(a)
miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan,
dan mengurangi kerentanan mereka terhadap kejadian
ekstrim terkait iklim dan guncangan ekonomi, sosial,
lingkungan, dan bencana.
1.a Menjamin mobilisasi yang signifikan terkait sumber 1.a.1*
daya dari berbagai sumber, termasuk melalui kerjasama
pembangunan yang lebih baik, untuk menyediakan
sarana yang memadai dan terjangkau bagi negara
berkembang, khususnya negara kurang berkembang
untuk melaksanakan program dan kebijakan
mengakhiri kemiskinan di semua dimensi.
2 Tanpa 2,1 Pada tahun 2030, menghilangkan kelaparan dan 2.1.2.(a)
Kelaparan menjamin akses bagi semua orang, khususnya orang
miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan,
termasuk bayi, terhadap makanan yang aman, bergizi,
dan cukup sepanjang tahun.

28
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR
2,2 Pada tahun 2030, menghilangkan segala bentuk 2.2.1.(a)
kekurangan gizi, termasuk pada tahun 2025 mencapai 2.2.2.(a)
target yang disepakati secara internasional untuk anak
pendek dan kurus di bawah usia 5 tahun, dan
memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu
hamil dan menyusui, serta manula.
3 Kehidupan 3,1 Pada tahun 2030, mengurangi rasio angka kematian 3.1.2*
Sehat dan ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup.
Sejahtera 3.1.2.(a)
3,3 Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, 3.3.4.(a)
tuberkulosis, malaria, dan penyakit tropis yang 3.3.5*
terabaikan, dan memerangi hepatitis, penyakit 3.3.5.(a)
bersumber air, serta penyakit menular lainnya. 3.3.5.(b)
3,4 Pada tahun 2030, mengurangi hingga sepertiga angka 3.4.1.(a)
kematian dini akibat penyakit tidak menular, melalui 3.4.1.(c)
pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan 3.4.2*
kesehatan mental dan kesejahteraan. 3.4.2.(a)
3,5 Memperkuat pencegahan dan pengobatan 3.5.2*
penyalahgunaan zat, termasuk penyalahgunaan
narkotika dan penggunaan alkohol yang
membahayakan.
3,7 Pada tahun 2030, menjamin akses universal terhadap 3.7.1*
layanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk 3.7.1.(b)
keluarga berencana, informasi dan pendidikan, dan 3.7.2*
integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi dan
program nasional.
3,8 Mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk 3.8.1.(a)
perlindungan risiko keuangan, akses terhadap 3.8.2*
pelayanan kesehatan dasar yang baik, dan akses
terhadap obat- obatan dan vaksin dasar yang aman,
efektif, berkualitas, dan terjangkau bagi semua orang.
3,9 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah 3.9.3.(a)
kematian dan kesakitan akibat bahan kimia berbahaya,
serta polusi dan kontaminasi udara, air, dan tanah.
3.a Memperkuat pelaksanaan the Framework Convention 3.a.1*
on Tobacco Control WHO di seluruh negara sebagai
langkah yang tepat.
3.c Meningkatkan secara signifikan pembiayaan kesehatan 3.c.1*
dan rekrutmen, pengembangan, pelatihan, dan retensi
tenaga kesehatan di negara berkembang, khususnya
negara kurang berkembang, dan negara berkembang
pulau kecil.
4 Pendidikan 4,1 Pada tahun 2030, menjamin bahwa semua anak 4.1.1*
Berkualitas perempuan dan laki-laki menyelesaikan pendidikan
dasar dan menengah tanpa dipungut biaya, setara, dan
berkualitas, yang mengarah pada capaian pembelajaran
yang relevan dan efektif.
4,4 Pada tahun 2030, meningkatkan secara signifikan 4.4.1*
jumlah pemuda dan orang dewasa yang memiliki
keterampilan yang relevan, termasuk keterampilan
teknik dan kejuruan, untuk pekerjaan, pekerjaan yang
layak dan kewirausahaan.

29
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR
5 Kesetaraan 5,2 Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum 5.2.1.(a)
Gender perempuan di ruang publik dan pribadi, termasuk 5.2.2*
perdagangan orang dan eksploitasi seksual, serta
berbagai jenis eksploitasi lainnya.
5,3 Menghapuskan semua praktik berbahaya, seperti 5.3.1*
perkawinan usia anak, perkawinan dini dan paksa, 5.3.1.(a)
serta sunat perempuan. 5.3.1.(b)
5,5 Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan 5.5.2*
kesempatan yang sama bagi perempuan untuk
memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan masyarakat.
5,6 Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual 5.6.1*
dan reproduksi, dan hak reproduksi seperti yang telah 5.6.1.(a)
disepakati sesuai dengan Programme of Action of the 5.6.1.(b)
International Conference on Population
andDevelopment and the Beijing Platform serta
dokumen-dokumen hasil reviu dari konferensi-
konferensi tersebut.
6 Air Bersih 6,2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan 6.2.1.(a)
dan Sanitas kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan
menghentikan praktik buang air besar di tempat
terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan
kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan.
6,3 Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan 6.3.2.(b)
mengurangi polusi, menghilangkan pembuangan, dan
meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia
berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah
yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan
daur ulang, serta penggunaan kembali barang daur
ulang yang aman secara global.
6,4 Pada tahun 2030, secara signifikan meningkatkan 6.4.1.(b)
efisiensi penggunaan air di semua sektor, dan menjamin
penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan
untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan
mengurangi jumlah orang yang menderita akibat
kelangkaan air.
6,5 Pada tahun 2030, menerapkan pengelolaan sumber 6.5.1.(a)
daya air terpadu di semua tingkatan, termasuk melalui 6.5.1.(c)
kerjasama lintas batas yang tepat. 6.5.1.(f)
6.5.1.(g)
7 Akses Energi 7,2 Pada tahun 2030, meningkat secara substansial pangsa 7.2.1*
energi terbarukan dalam bauran energi global.
7,3 Pada tahun 2030, melakukan perbaikan efisiensi energi 7.3.1*
di tingkat global sebanyak dua kali lipat.
8 Pertumbuhan 8,2 Mencapai tingkat produktivitas ekonomi yang lebih 8.2.1*
Ekonomi tinggi, melalui diversifikasi, peningkatan dan inovasi
teknologi, termasuk melalui fokus pada sektor yang
memberi nilai tambah tinggi dan padat karya.

30
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR
8,3 Menggalakkan kebijakan pembangunan yang 8.3.1.(b)
mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan
kerja layak, kewirausahaan, kreativitas dan inovasi, dan
mendorong formalisasi dan pertumbuhan usaha mikro,
kecil, dan menengah, termasuk melalui akses terhadap
jasa keuangan.
8,5 Pada tahun 2030, mencapai pekerjaan tetap dan 8.5.1*
produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua
perempuan dan laki-laki, termasuk bagi pemuda dan
penyandang difabilitas, dan upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya.
8,9 Pada tahun 2030, menyusun dan melaksanakan 8.9.1.(c)
kebijakan untuk mempromosikan pariwisata 8.9.2*
berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan
mempromosikan budaya dan produk lokal.
8,10 Memperkuat kapasitas lembaga keuangan domestik 8.10.1*
untuk mendorong dan memperluas akses terhadap 8.10.1.(a)
perbankan, asuransi dan jasa keuangan bagi semua. 8.10.1.(b)
9 Inovasi, 9,2 Mempromosikan industrialisasi inklusif dan 9.2.1*
Industri berkelanjutan, dan pada tahun 2030, secara signifikan 9.2.2*
Infrastruktur meningkatkan proporsi industri dalam lapangan kerja
dan produk domestik bruto, sejalan dengan kondisi
nasional, dan meningkatkan dua kali lipat proporsinya
di negara kurang berkembang.
9,3 Meningkatkan akses industri dan perusahaan skala 9.3.1*
kecil, khususnya di negara berkembang, terhadap jasa 9.3.2*
keuangan, termasuk kredit terjangkau, dan
mengintegrasikan ke dalam rantai nilai dan pasar.
9,5 Memperkuat riset ilmiah, meningkatkan kapabilitas 9.5.1*
teknologi sektor industri di semua negara, terutama
negara-negara berkembang, termasuk pada tahun
2030, mendorong inovasi dan secara substansial
meningkatkan jumlah pekerja penelitian dan
pengembangan per 1 juta orang dan meningkatkan
pembelanjaan publik dan swasta untuk penelitian dan
pengembangan.
10 Berkurangnya 10,2 Pada tahun 2030, memberdayakan dan meningkatkan 10.2.1*
Kesenjangan inklusi sosial, ekonomi dan politik bagi semua, terlepas
dari usia, jenis kelamin, difabilitas, ras, suku, asal,
agama atau kemampuan ekonomi atau status lainnya.
10,3 Menjamin kesempatan yang sama dan mengurangi 10.3.1.(a)
kesenjangan hasil, termasuk dengan menghapus 10.3.1.(d)
hukum, kebijakan dan praktik yang diskriminatif, dan
mempromosikan legislasi, kebijakan dan tindakan yang
tepat terkait legislasi dan kebijakan tersebut.
10,4 Mengadopsi kebijakan, terutama kebijakan fiskal, upah 10.4.1.(b)
dan perlindungan sosial, serta secara progresif
mencapai kesetaraan yang lebih besar.
11 Kota dan 11,3 Pada tahun 2030, memperkuat urbanisasi yang inklusif 11.3.2.(a)
Permukiman dan berkelanjutan serta kapasitas partisipasi,
Berkelanjutan perencanaan penanganan permukiman yang
berkelanjutan dan terintegrasi di semua negara.

31
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR
11,4 Mempromosikan dan menjaga warisan budaya dunia 11.4.1.(a)
dan warisan alam dunia.
11,5 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah 11.5.1.(b)
kematian dan jumlah orang terdampak, dan secara
substansial mengurangi kerugian ekonomi relatif
terhadap PDB global yang disebabkan oleh bencana,
dengan fokus melindungi orang miskin dan orang-
orang dalam situasi rentan.
11,5 Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah 11.5.2.(a)
kematian dan jumlah orang terdampak, dan secara
substansial mengurangi kerugian ekonomi relatif
terhadap PDB global yang disebabkan oleh bencana,
dengan fokus melindungi orang miskin dan orang-
orang dalam situasi rentan.
11,6 Pada tahun 2030, mengurangi dampak lingkungan 11.6.1.(a)
perkotaan per kapita yang merugikan, termasuk
dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara,
termasuk penanganan sampah kota.
11,7 Pada tahun 2030, menyediakan ruang publik dan 11.7.1.(a)
ruang terbuka hijau yang aman, inklusif dan mudah
dijangkau terutama untuk perempuan dan anak,
manula dan penyandang difabilitas.
12 Produksi 12,4 Pada tahun 2020 mencapai pengelolaan bahan kimia 12.4.2.(a)
Berkelanjutan dan semua jenis limbah yang ramah lingkungan, di
sepanjang siklus hidupnya, sesuai kerangka kerja
internasional yang disepakati dan secara signifikan
mengurangi pencemaran bahan kimia dan limbah
tersebut ke udara, air, dan tanah untuk meminimalkan
dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
12,6 Mendorong perusahaan, terutama perusahaan besar 12.6.1.(a)
dan transnasional, untuk mengadopsi praktek-praktek
berkelanjutan dan mengintegrasikan informasi
keberlanjutan dalam siklus pelaporan mereka.
12,7 Mempromosikan praktek pengadaan publik yang 12.7.1.(a)
berkelanjutan, sesuai dengan kebijakan dan prioritas
nasional.
12,8 Pada tahun 2030, menjamin bahwa masyarakat di 12.8.1.(a)
mana pun memiliki informasi yang relevan dan
kesadaran terhadap pembangunan berkelanjutan dan
gaya hidup yang selaras dengan alam.
15 Ekosistem 15,1 Pada tahun 2020, menjamin pelestarian, restorasi dan 15.1.1.(a)
Daratan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem daratan dan
perairan darat serta jasa lingkungannya, khususnya
ekosistem hutan, lahan basah, pegunungan dan lahan
kering, sejalan dengan kewajiban berdasarkan
perjanjian internasional.
15,3 Pada tahun 2020, menghentikan penggurunan, 15.3.1.(a)
memulihkan lahan dan tanah kritis, termasuk lahan
yang terkena penggurunan, kekeringan dan banjir, dan
berusaha mencapai dunia yang bebas dari lahan
terdegradasi.

32
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN TPB NO TARGET NO.


TPB TARGET INDIKATOR
15,6 Meningkatkan pembagian keuntungan yang adil dan 15.6.1*
merata dari pemanfaatan sumber daya genetik, dan
meningkatkan akses yang tepat terhadap sumber daya
tersebut, sesuai kesepakatan internasional.
15,9 Pada tahun 2020, mengintegrasikan nilai-nilai 15.9.1.(a)
ekosistem dan keanekaragaman hayati ke dalam
perencanaan nasional dan daerah, proses
pembangunan, strategi dan penganggaran pengurangan
kemiskinan.
16 Perdamaian 16,1 Secara signifikan mengurangi segala bentuk kekerasan 16.1.3.(a)
dan Keadilan dan terkait angka kematian dimanapun. 16.1.4*
16,2 Menghentikan perlakuan kejam, eksploitasi, 16.2.1.(a)
perdagangan, dan segala bentuk kekerasan dan 16.2.1.(b)
penyiksaan terhadap anak. 16.2.3.(a)
16,5 Secara substansial mengurangi korupsi dan penyuapan 16.5.1.(a)
dalam segala bentuknya.
16,6 Mengembangkan lembaga yang efektif, akuntabel, dan 16.6.1*
transparan di semua tingkat. 16.6.1.(a)
16.6.1.(d)
16.6.2.(a)
16,7 Menjamin pengambilan keputusan yang responsif, 16.7.1.(b)
inklusif, partisipatif dan representatif di setiap
tingkatan.
16.b Menggalakkan dan menegakkan undang-undang dan 16.b.1.(a)
kebijakan yang tidak diskriminatif untuk pembangunan
berkelanjutan.
17 Kemitraan 17,1 Memperkuat mobilisasi sumber daya domestik, 17.1.1*
Berkelanjutan termasuk melalui dukungan internasional kepada 17.1.1.(a)
negara berkembang, untuk meningkatkan kapasitas 17.1.2*
lokal bagi pengumpulan pajak dan pendapatan
lainnya.
17,17 Mendorong dan meningkatkan kerjasama pemerintah- 17.17.1.(a)
swasta dan masyarakat sipil yang efektif, berdasarkan 17.17.1.(b)
pengalaman dan bersumber pada strategi kerjasama.
17,18 Pada tahun 2020, meningkatkan dukungan 17.18.1.(a)
pengembangan kapasitas untuk negara berkembang, 17.18.1.(b)
termasuk negara kurang berkembang dan negara 17.18.1.(c)
berkembang pulau kecil, untuk meningkatkan secara 17.18.1.(d)
signifikan ketersediaan data berkualitas tinggi, tepat
waktu dan dapat dipercaya, yang terpilah berdasarkan
pendapatan, gender, umur, ras, etnis, status migrasi,
difabilitas, lokasi geografis dan karakteristik lainnya
yang relevan dengan konteks nasional.
17,19 Pada tahun 2030, mengandalkan inisiatif yang sudah 17.19.2.(d)
ada, untuk mengembangkan pengukuran atas
kemajuan pembangunan berkelanjutan yang
melengkapi Produk Domestik Bruto, dan mendukung
pengembangan kapasitas statistik di negara
berkembang.

33
Tabel 4.8 Indikator TPB Belum Memiliki Data
NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD
TPB TPB INDIKATOR

1 Mengakhiri 1.3.1.(b) Proporsi peserta Program % Meningkat TD DINKES


Kemiskinan Jaminan Sosial Bidang menjadi 62,4
Ketenagakerjaan. juta pekerja
formal; 3,5 juta
pekerja informal
1.4.1.(a) Persentase perempuan pernah % Meningkat B DINSOS
kawin umur 15-49 tahun yang menjadi 70%
proses melahirkan terakhirnya di
fasilitas kesehatan.
1.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang, jiwa Menurun TD DINSOS
dan terkena dampak bencana per
100.000 orang.
1.5.1.(c) Pendampingan psikososial korban jlh Meningkat TD DINSOS
bencana sosial. menjadi 81,5
ribu
1.5.1.(d) Jumlah daerah bencana daerah Meningkat B BPBD
alam/bencana sosial yang menjadi 450
mendapat pendidikan layanan
khusus. (SMAB=Sekolah/
Madrasah Aman Bencana)
1.5.1.(e) Indeks risiko bencana pada pusat- Menurun B BPBD
pusat pertumbuhan yang berisiko menjadi 118,6
tinggi.
1.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi juta rp Menurun TD BPBD
langsung akibat bencana.
1.a.1* Proporsi sumber daya yang % Meningkat TD DINSOS
dialokasikan oleh pemerintah
secara langsung untuk program
pemberantasan kemiskinan.
2 Tanpa 2.1.2.(a) Proporsi penduduk dengan % Menurun B DINKES
Kelaparan asupan kalori minimum di bawah menjadi 8,5 %
1400 kkal/kapita/hari.
2.2.1.(a) Prevalensi stunting (pendek dan % Menurun TD DINKES
sangat pendek) pada anak di menjadi 28%
bawah dua tahun/baduta.
2.2.2.(a) Prevalensi anemia pada ibu hamil. % Menurun B DINKES
menjadi 28%
3 Kehidupan 3.1.2* Proporsi perempuan pernah % Meningkat B DINKES
Sehat dan kawin umur 15-49 tahun yang menjadi 95%
Sejahtera proses melahirkan terakhirnya
ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih.
3.1.2.(a) Persentase perempuan pernah % Meningkat B DINKES
kawin umur 15-49 tahun yang menjadi 85 %
proses melahirkan terakhirnya di
fasilitas kesehatan.
3.3.4.(a) Persentase kabupaten/kota yang % Meningkat B DINKES
melakukan deteksi dini untuk
infeksi Hepatitis B.
3.3.5* Jumlah orang yang memerlukan Menurun B DINKES
intervensi terhadap penyakit
tropis yang terabaikan (Filariasis
dan Kusta).
3.3.5.(a) Jumlah provinsi dengan eliminasi Meningkat B DINKES
Kusta. menjadi 34
provinsi

34
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD


TPB TPB INDIKATOR

3.3.5.(b) Jumlah kabupaten/kota dengan Meningkat B DINKES


eliminasi filariasis (berhasil lolos menjadi 35.
dalam survei penilaian transmisi
tahap I).
3.4.1.(a) Persentase merokok pada % Menurun B DINKES
penduduk umur ≤18 tahun. menjadi 5,4%
3.4.1.(c) Prevalensi obesitas pada % Menurun B DINKES
penduduk umur ≥18 tahun.
3.4.2* Angka kematian (insidens rate) org Menurun TD DINSOS
akibat bunuh diri.
3.4.2.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat TD DINKES
memiliki puskesmas yang menjadi 280
menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa.
3.5.2* Konsumsi alkohol (liter per kapita) ltr Menurun B DINKES
oleh penduduk umur ≥ 15 tahun
dalam satu tahun terakhir.
3.7.1* Proporsi perempuan usia % Meningkat TD DINKES
reproduksi (15-49 tahun) atau menjadi 66%
pasangannya yang memiliki
kebutuhan keluarga berencana
dan menggunakan alat
kontrasepsi metode modern.
3.7.1.(b) Angka penggunaan metode % Meningkat TD DINKES
kontrasepsi jangka panjang menjadi 23,5%
(MKJP) cara modern.
3.7.2* Angka kelahiran pada perempuan % Menurun TD DINKES
umur 15-19 tahun (Age Specific menjadi 38
Fertility Rate/ASFR).
3.8.1.(a) Unmet need pelayanan % Menurun B DINKES
kesehatan. menjadi 9,91%
3.8.2* Jumlah penduduk yang dicakup % Meningkat B DINKES
asuransi kesehatan atau sistem
kesehatan masyarakat per 1000
penduduk.
3.9.3.(a) Proporsi kematian akibat % Menurun B DINKES
keracunan.
3.a.1* Persentase merokok pada % Menurun B DINKES
penduduk umur ≥15 tahun.
3.c.1* Kepadatan dan distribusi tenaga org Meningkat TD DINKES
kesehatan.
4 Pendidikan 4.1.1* Proporsi anak-anak dan remaja: % Meningkat B DIKJAR
Berkualitas (a) pada kelas 4, (b) tingkat akhir
SD/kelas 6, (c) tingkat akhir
SMP/kelas 9 yang mencapai
standar kemampuan minimum
dalam: (i) membaca, (ii)
matematika.
4.4.1* Proporsi remaja dan dewasa % Meningkat B DIKJAR
dengan keterampilan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK).
5 Kesetaraan 5.2.1.(a) Prevalensi kekerasan terhadap Menurun B DINSOS
Gender anak perempuan. menjadi kurang
dari 20,48%

35
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD


TPB TPB INDIKATOR

5.2.2* Proporsi perempuan dewasa dan % Menurun B DINSOS


anak perempuan (umur 15-64
tahun) mengalami kekerasan
seksual oleh orang lain selain
pasangan dalam 12 bulan
terakhir.
5.3.1* Proporsi perempuan umur 20-24 % Menurun B DINSOS
tahun yang berstatus kawin atau
berstatus hidup bersama sebelum
umur 15 tahun dan sebelum umur
18 tahun.
5.3.1.(a) Median usia kawin pertama % Meningkat B DINSOS
perempuan pernah kawin umur menjadi 21
25-49 tahun. tahun
5.3.1.(b) Angka kelahiran pada perempuan % Menurun TD DINKES
umur 15-19 tahun (Age Specific menjadi 38
Fertility Rate/ASFR). tahun
5.5.2* Proporsi perempuan yang berada % Meningkat B DINAS SOSIAL
di posisi managerial.
5.6.1* Proporsi perempuan umur 15-49 % Meningkat TD DINAS SOSIAL
tahun yang membuat keputusan
sendiri terkait hubungan seksual,
penggunaan kontrasepsi, dan
layanan kesehatan reproduksi.
5.6.1.(a) Unmet need KB (Kebutuhan % Menurun TD DINKES
Keluarga Berencana/KB yang menjadi 9,9%
tidak terpenuhi).
5.6.1.(b) Pengetahuan dan pemahaman % Meningkat TD DINKES
Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi 85%
tentang metode kontrasepsi
modern.
6 Air Bersih dan 6.2.1.(a) Proporsi populasi yang memiliki % Meningkat B PRKP
Sanitas fasilitas cuci tangan dengan sabun
dan air.
6.3.2.(b) Kualitas air sungai sebagai sumber Meningkat TD DLH
air baku.
6.4.1.(b) Insentif penghematan air ada B BAPPEDA
pertanian/perkebunan dan
industri.
6.5.1.(a) Jumlah Rencana Pengelolaan ada B BAPPEDA
Daerah Aliran Sungai Terpadu
(RPDAST) yang diinternalisasi ke
dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
6.5.1.(c) Jumlah jaringan informasi sumber 8 WS B PUPR
daya air yang dibentuk.
6.5.1.(f) Jumlah wilayah sungai yang 10 WS (skala B PUPR
memiliki partisipasi masyarakat nasional)
dalam pengelolaan daerah
tangkapan sungai dan danau.
6.5.1.(g) Kegiatan penataan kelembagaan ada B PUPR
sumber daya air.
7 Akses Energi 7.2.1* Bauran energi terbarukan. 10-16% B PLN
7.3.1* Intensitas energi primer. Menurun B PLN
menjadi 463,2

36
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD


TPB TPB INDIKATOR

SBM (skala
nasional)
8 Pertumbuhan 8.2.1* Laju pertumbuhan PDB per %/thn Meningkat TD BPS
Ekonomi tenaga kerja/Tingkat
pertumbuhan PDB riil per orang
bekerja per tahun.
8.3.1.(b) Persentase tenaga kerja informal % Meningkat TD KETENAGAKE
sektor pertanian. RJAAN
8.5.1* Upah rata-rata per jam pekerja. jt/kap Meningkat TD KETENAGAKE
RJAAN
8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor pariwisata. % Meningkat B DINAS
PARIWISATA
8.9.2* Jumlah pekerja pada industri Persen Meningkat B DINAS
pariwisata dalam proporsi PARIWISATA
terhadap total pekerja.
8.10.1* Jumlah kantor bank dan ATM per kantor Meningkat B BANK
100.000 penduduk dewasa INDONESIA
8.10.1.(a) Rata-rata jarak lembaga keuangan Menurun B BANK
(Bank Umum). (mendekat) INDONESIA
8.10.1.(b) Proporsi kredit UMKM terhadap % Meningkat TD DINAS
total kredit. KOPERASI
9 Inovasi, 9.2.1* Proporsi nilai tambah sektor % Meningkat TD BPS
Industri industri manufaktur terhadap
Infrastruktur PDB dan per kapita.
9.2.2* Proporsi tenaga kerja pada sektor Meningkat TD DINAS
industri manufaktur. KOPERASI/BP
S
9.3.1* Proporsi nilai tambah industri Meningkat TD BPS
kecil terhadap total nilai tambah
industri.
9.3.2* Proporsi industri kecil dengan Meningkat B DINAS
pinjaman atau kredit. KOPERASI/BI

9.5.1* Proporsi anggaran riset Meningkat TD BAPPEDDA


pemerintah terhadap PDB.
10 Berkurangnya 10.2.1* Proporsi penduduk yang hidup di % Menurun B BPS
Kesenjangan bawah 50 persen dari median
pendapatan, menurut jenis
kelamin dan penyandang
difabilitas.
10.3.1.(a) Indeks Kebebasan Sipil. Meningkat B KESBANGPOL
menjadi 87
10.3.1.(d) Jumlah kebijakan yang ada TD BAGIAN
diskriminatif dalam 12 bulan lalu HUKUM
berdasarkan pelarangan
diskriminasi menurut hukum
HAM Internasional.
10.4.1.(b) Proporsi peserta Program % Meningkat TD DINKES
Jaminan Sosial Bidang menjadi: TK
Ketenagakerjaan. formal 62,4 juta;
TK informal 3,5
juta

37
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD


TPB TPB INDIKATOR

11 Kota dan 11.3.2.(a) Rata-rata institusi yang berperan Meningkat B BAPPEDDA


Permukiman secara aktif dalam Forum Dialog
Berkelanjutan Perencanaan Pembangunan Kota
Berkelanjutan.
11.4.1.(a) Jumlah kota pusaka di kawasan ada TD DINAS
perkotaan metropolitan, kota PARIWISATA
besar, kota sedang dan kota kecil.
11.5.1.(b) Jumlah kota tangguh bencana Meningkat B BPBD
yang terbentuk.
11.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi juta rp Menurun B BPBD
langsung akibat bencana.
11.6.1.(a) Persentase sampah perkotaan % Meningkat TD DLH
yang tertangani. menjadi 80%
11.7.1.(a) Jumlah kota hijau yang Meningkat/ada B DLH
menyediakan ruang terbuka hijau
di kawasan perkotaan
metropolitan dan kota sedang.
12.4.2.(a) Jumlah limbah B3 yang terkelola M3 Meningkat B DLH
dan proporsi limbah B3 yang menjadi 150 juta
diolah sesuai peraturan ton (skala
perundangan (sektor industri). nasional)
12.6.1.(a) Jumlah perusahaan yang Meningkat B DLH
menerapkan sertifikasi SNI ISO
14001.
12.7.1.(a) Jumlah produk ramah lingkungan Meningkat B DLH
yang teregister.
12.8.1.(a) Jumlah fasilitas publik yang Meningkat B PRKP
menerapkan Standar Pelayanan
Masyarakat (SPM) dan teregister.
15 Ekosistem 15.1.1.(a) Proporsi tutupan hutan terhadap % TD DLH
Daratan luas lahan keseluruhan.
15.3.1.(a) Proporsi luas lahan kritis yang % B DLH
direhabilitasi terhadap luas lahan
keseluruhan.
15.6.1* Tersedianya kerangka legislasi, B BAPPEDDA
administrasi dan kebijakan untuk
memastikan pembagian
keuntungan yang adil dan merata.
15.9.1.(a) Dokumen rencana pemanfaatan B DLH
keanekaragaman hayati.
16.1.3.(a) Proporsi penduduk yang menjadi % Menurun B KESBANGPOL
korban kejahatan kekerasan
dalam 12 bulan terakhir.
16.1.4* Proporsi penduduk yang merasa % Meningkat B KESBANGPOL
aman berjalan sendirian di area
tempat tinggalnya.
16.2.1.(a) Proporsi rumah tangga yang % Menurun B DINAS SOSIAL
memiliki anak umur 1-17 tahun
yang mengalami hukuman fisik
dan/atau agresi psikologis dari
pengasuh dalam setahun terakhir.
16.2.1.(b) Prevalensi kekerasan terhadap % Menurun B DINAS SOSIAL
anak laki-laki dan anak
perempuan.

38
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD


TPB TPB INDIKATOR

16.2.3.(a) Proporsi perempuan dan laki-laki % Menurun B DINAS SOSIAL


muda umur 18-24 tahun yang
mengalami kekerasan seksual
sebelum umur 18 tahun.
16.5.1.(a) Indeks Perilaku Anti Korupsi Meningkat B INSPEKTORAT
(IPAK). menjadi 4,0
16.6.1* Proporsi pengeluaran utama % Meningkat B KEUANGAN
pemerintah terhadap anggaran DAERAH
yang disetujui.
16.6.1.(a) Persentase peningkatan Opini status Meningkat TD INSPEKTORAT
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi:
atas Laporan Keuangan Kementerian/Le
Kementerian/ Lembaga dan mbaga: 95%,
Pemerintah Daerah Provinsi: 85%,
(Provinsi/Kabupaten/Kota). Kabupaten:60%,
Kota: 65%
16.6.1.(d) Persentase instansi pemerintah Meningkatk TD INSPEKTORAT
yang memiliki nilai Indeks menjadi:
Reformasi Birokrasi Baik Kementerian/Le
Kementerian/Lembaga dan mbaga 75%,
Pemerintah Daerah (Provinsi/ Provinsi: 60%,
Kabupaten/Kota). Kabupaten/Kota:
45%

16.6.2.(a) Persentase Kepatuhan Meningkat TD INSPEKTORAT


pelaksanaan UU Pelayanan Publik menjadi:
Kementerian/Lembaga dan Kementerian:
Pemerintah Daerah (Provinsi/ 100%, Lembaga:
Kabupaten/Kota). 100%, Provinsi:
100%,
Kabupaten/Kota:
80%
16.7.1.(b) Persentase keterwakilan Meningkat B DINAS SOSIAL
perempuan sebagai pengambilan
keputusan di lembaga eksekutif
(Eselon I dan II).
16.b.1.(a) Jumlah kebijakan yang ada TD BAGIAN
diskriminatif dalam 12 bulan lalu HUKUM
berdasarkan pelarangan
diskriminasi menurut hukum
HAM Internasional.
17 Kemitraan 17.1.1* Total pendapatan pemerintah Meningkat TD KEUANGAN
Berkelanjutan sebagai proporsi terhadap PDB
menurut sumbernya.
17.1.1.(a) Rasio penerimaan pajak terhadap Di atas 12% TD BAPPEDDA
PDB.
17.1.2* Proporsi anggaran domestik yang Meningkat TD BAPPEDDA
didanai oleh pajak domestik.
17.17.1.(a) Jumlah proyek yang ditawarkan proyek ada B BAPPEDDA
untuk dilaksanakan dengan
skema Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU).
17.17.1.(b) Jumlah alokasi pemerintah untuk % ada B BAPPEDDA
penyiapan proyek, transaksi
proyek, dan dukungan
pemerintah dalam Kerjasama

39
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. TUJUAN NO. INDIKATOR Satuan Target Kategori OPD


TPB TPB INDIKATOR

Pemerintah dan Badan Usaha


(KPBU).

17.18.1.(a) Persentase konsumen Badan % Meningkat TD BPS


Pusat Statistik (BPS) yang merasa
puas dengan kualitas data
statistik.
17.18.1.(b) Persentase konsumen yang % Meningkat TD BPS
menjadikan data dan informasi
statistik BPS sebagai rujukan
utama.
17.18.1.(c) Jumlah metadata kegiatan % Meningkat TD BPS
statistik dasar, sektoral, dan
khusus yang terdapat dalam
Sistem Informasi Rujukan Statistik
(SIRuSa).
17.18.1.(d) Persentase indikator SDGs % Meningkat B BAPPEDDA
terpilah yang relevan dengan
target.
17.19.2.(d) Persentase konsumen yang puas % Meningkat TD BPS
terhadap akses data Badan Pusat
Statistik (BPS).

40
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

4.2. ANALISIS PENCAPAIAN TPB BERDASARKAN PILAR PEMBANGUNAN


Seluruh aspek pembangunan nasional dilaksanakan secara menyeluruh dalam
4 pilar pembangunan, yaitu : pilar pembangunan sosial, pilar pembangunan
ekonomi, pilar pembangunan lingkungan hidup dan pilar pembangunan hukum dan
tata kelola.
Pencapaian pembangunan berkelanjutan yang telah memenuhi target
kebanyakan terkait dengan pilar pembangunan sosial dan pilar pembangunan
lingkungan hidup. Hal ini dapat dilihat dari indikator TPB yang telah memenuhi
target, terdiri dari 34 indikator (52,3 %) terkait Pilar Pembangunan Sosial, dan 14
indikator (21,6 %) terkait Pilar Pembangunan Lingkungan Hidup.
Begitu juga, pembangunan berkelanjutan yang belum memenuhi target
kebanyakan terkait dengan pilar pembangunan sosial dan pilar pembangunan
ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari indikator TPB yang belum memenuhi target,
terdiri dari 22 indikator (50 %) terkait Pilar Pembangunan Sosial, dan 12 indikator
(27,3 %) terkait Pilar Pembangunan Ekonomi.

Gambar 4.7 Capaian Indikator TPB berdasarkan Pilar Pembangunan

41
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tabel 4.9 Capaian Indikator TPB berdasarkan Pilar Pembangunan


Sudah Sudah Belum Sudah
Dilaksanakan, Dilaksanakan, Dilaksanakan, Dilaksanakan,
PILAR PEMBANGUNAN Sudah Belum Belum Belum Ada JUMLAH
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Data (B)
Target (SS) Target (SB) Target (TD)
SOSIAL 34 22 25 16 97
EKONOMI 10 12 12 17 51
LINGKUNGAN 14 8 17 4 43
HUKUM & TATA KELOLA 7 2 8 4 21
Total 65 44 62 41 212

42
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

4.3. ANALISIS PENCAPAIAN TPB BERDASAKAN OPD

Berdasarkan analisis pencapaian indikator TPB Kota Pematangsiantar per


Organisasi Pemerintah Daerah dapat diketahui bahwa pelaksanaan TPB sudah
dilakukan 24 OPD selama 5 tahun terakhir, terdiri dari 20 OPD pemerintah kota,
dan 4 instansi non OPD, yaitu : PDAM Tirta Uli, BPS, Kantor PLN dan Bank Indonesia.
Dinas Kesehatan merupakan OPD yang paling banyak melaksanakan indikator
TPB, yaitu : mempunyai tanggung jawab paling banyak dalam pelaksanaan indikator
TPB, yaitu 49 indikator. Kemudian, OPD sebagai pelaksana indikator TPB lainnya,
seperti : Dinas Sosial (25), Dinas Pendidikan (15), BPBD (14) dan BPS (14).

Gambar 4.8 Capaian Indikator TPB


berdasarkan OPD Pelaksana Indikator TPB

43
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tabel 4.11 Capaian Indikator TPB


berdasarkan OPD Pelaksana Indikator TPB
No OPD Sudah Sudah Belum Sudah JUMLAH
Dilaksanakan, Dilaksanakan, Dilaksanakan, Dilaksanakan,
Sudah Belum Belum Belum Ada
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Data (B)
Target (SS) Target (SB) Target (TD)

1 BAPPEDDA 1 2 3 7 13
2 KEUANGAN DAERAH 1 1 2
3 BADAN KESBANGPOL 1 2 3 6
4 BPBD 7 2 1 4 14
5 INSPEKTORAT 1 3 1 5
6 BAGIAN HUKUM 2 2
7 BARANG/JASA 1 1
8 DINAS CAPIL 5 5
9 DINAS DIKJAR 8 5 2 15
10 DINAS KETAHANAN 3 1 4
PANGAN
11 DINAS 4 2 6
KETENAGAKERJAAN
12 DINAS KOPERASI 1 1 1 3
13 DINAS PARIWISATA 2 1 1 2 6
14 DINAS PRKP 5 5 2 12
15 DINAS PUPR 3 3
16 DINAS SOSIAL 7 3 5 10 25
17 DINKES 14 9 11 15 49
18 DISHUB 1 1
19 DISKOMINFO 8 1 9
20 DLH 1 3 6 10
21 BPS 1 4 8 1 14
22 PDAM 1 1 2
23 PLN 1 2 3
24 BANK INDONESIA 2 2
Total OPD 65 44 41 62 212

44
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

4.4. ANALISIS PENCAPAIAN TPB MENURUT STATUS DAYA DUKUNG DAYA


TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
Kajian status Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH)
di Kota Pematangsiantar didasarkan pada ketentuan Muatan KLHS (PP 67 tahun
2016), dan dihasilkan bahwa terdapat 58 indikator TPB yang terkait dengan status
DDDTLH di Kota Pematangsiantar tersebut.
Dari Tabel 4.12. berikut diperlihatkan bahwa DDDTLH yang berbasis jasa
ekosistem di Kota Pematangsiantar dapat dibedakan antar kondisi pada bagian kota
di pusat kota yang hampir seluruh jasa ekosistemnya sudah terlampaui, kecuali jaa
ekosistem hunian/tempat tinggal. Sebaliknya, status jasa ekosistem di luar pusat kota
masih cukup baik (belum terlampaui). Hal ini dapat diketahui karena kondisi ke-10
jasa ekosistem tersebut memiliki nilai optimal tidak mencapai 50%. Berdasarkan nilai
tersebut, DDDLH jasa ekosistem tersebut dapat dikatakan telah terlampaui.

Tabel 4.12 Status Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup di Kota
Pematangsiantar (berdasarkan 6 Muatan KLHS)
Jasa Ekosistem Bagian Kota SR R S T ST STATUS
Penyediaan Pangan Pusat Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Penyediaan Air Bersih Pusat Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Pengatur Iklim Pusat Kota 89 2 1 5 2 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Pengaturan Tata Aliran Pusat Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
Air dan Banjir
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Pencegahan dan Pusat Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
Perlindungan dari
Bencana Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Pemurnian Air Pusat Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 2 73 - 1 Belum Terlampaui
Pengolahan dan Pusat Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
Pemurnian Limbah
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Pemeliharaan Kualitas Pusat Kota 89 2 - 1 8 Terlampaui
Udara
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Tempat Tinggal Pusat Kota 3 3 6 - 89 Belum Terlampaui
Luar Pusat Kota 3 30 43 - 24 Terlampaui
Rekreasi dan Wisata Alam Pusat Kota 2 93 0 4 1 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Estetika Pusat Kota 92 2 4 - 1 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Pembentukan Lapisan Pusat Kota 89 1 1 1 8 Terlampaui
Tanah
Luar Pusat Kota 24 1 0 1 73 Belum Terlampaui

45
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Jasa Ekosistem Bagian Kota SR R S T ST STATUS


Siklus Hara Pusat Kota 89 1 1 8 1 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Produksi Primer Pusat Kota 89 2 - 5 4 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 2 - 43 31 Belum Terlampaui
Biodiversitas Pusat Kota 90 1 - 8 1 Terlampaui
Luar Pusat Kota 24 1 0 73 1 Belum Terlampaui
Bencana Alam Pusat Kota Longsor Sedang
Luar Pusat Kota Banjir dan Longsor Sedang
Kemampuan Lahan Pusat Kota Okupansi Tinggi Terlampaui
Tampung Penduduk
Luar Pusat Kota Okupansi Rendah Belum Terlampaui

Keterkaitan Kondisi Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup di Kota


Pematangsiantar dengan pencapaian dari indikator terkaitnya akan dapat
menggambarkan bagaimana upaya mempertahankan pencapaian indikator TPB
dengan daya dukung daya tampung lingkungannya yang telah terlampaui, juga
upaya mempercepat pencapaian indikator TPB dengan daya dukung daya tampung
lingkungannya juga telah terlampaui.

46
Tabel 4.13 Status Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup, Indikator TPB dan Pencapaian Indikator
Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Tujuan 1: Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 1.4.1.(a) Persentase perempuan B
Mengakhiri air Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum pernah kawin umur 15-
Kemiskinan dalam Kota Terlampaui 49 tahun yang proses
Segala Bentuk melahirkan terakhirnya di
Dimanapun fasilitas kesehatan.
Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 1.4.1.(d) Persentase rumah SB
air tangga yang memiliki
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum akses terhadap layanan
Kota Terlampaui sumber air minum
layak dan
Pengaturan Pemurnian Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui
berkelanjutan.
air Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum
Kota Terlampaui
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
Air dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota Terlampaui
Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 1.4.1.(e) Persentase rumah SB
air tangga yang memiliki
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota akses terhadap layanan
Terlampaui
sanitasi layak dan
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
berkelanjutan.
Air dan
Banjir Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.4.1.(f) Persentase rumah SB
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum tangga kumuh
penguraian Kota Terlampaui perkotaan.
limbah
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
Air dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota Terlampaui
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.5.1* Jumlah korban TD
Air dan meninggal, hilang, dan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota terkena dampak
Terlampaui
Pengaturan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui

47
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Perlindungan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum bencana per 100.000
thdp bencana Kota Terlampaui orang.
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.5.1.(a) Jumlah lokasi SB
Air dan penguatan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota pengurangan risiko
Terlampaui
bencana daerah.
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang

Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.5.1.(d) Jumlah daerah bencana B
Air dan alam/bencana sosial
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota yang mendapat
Terlampaui
pendidikan layanan
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui khusus.
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum (SMAB=Sekolah/
Kota Terlampaui Madrasah Aman
Bencana Longsor Sedang Bencana)

Banjir dan Longsor Sedang


Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.5.1.(e) Indeks risiko bencana B
Air dan pada pusat-pusat
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota pertumbuhan yang
Terlampaui
berisiko tinggi.
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang

48
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.5.2.(a) Jumlah kerugian TD
Air dan ekonomi langsung
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota akibat bencana.
Terlampaui
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 1.5.3* Dokumen strategi SS
Air dan pengurangan risiko
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota bencana (PRB) tingkat
Terlampaui
nasional dan daerah.
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang

Tujuan 2: Penyediaan pangan Pst Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui 2.1.1* Prevalensi SS


Menghilangkan Ketidakcukupan
Kelaparan,Mencapai Konsumsi Pangan
Ketahanan Pangan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum (Prevalence of
Kota Terlampaui
dan Gizi yang Baik, Undernourishment).
Serta Meningkatkan
Pertanian Penyediaan pangan Pst Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui 2.1.2* Prevalensi penduduk SS
Berkelanjutan dengan kerawanan
pangan sedang atau
berat, berdasarkan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum pada Skala Pengalaman
Kota Terlampaui Kerawanan Pangan.

49
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Penyediaan pangan Pst Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui 2.1.2.(a) Proporsi penduduk B
dengan asupan kalori
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum minimum di bawah
Kota Terlampaui 1400 kkal/kapita/hari.

Penyediaan pangan Pst Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui 2.2.2.(c) Kualitas konsumsi SB


pangan yang
diindikasikan oleh skor
Pola Pangan Harapan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota (PPH) mencapai; dan
Terlampaui
tingkat konsumsi ikan.

Penyediaan pangan Pst Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui 2.3.1* Nilai Tambah Pertanian SS


dibagi jumlah tenaga
kerja di sektor
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum pertanian (rupiah per
Kota Terlampaui tenaga kerja).

Tujuan 3: Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 3.1.2.(a) Persentase perempuan B


Menjamin air pernah kawin umur 15-
Kehidupan yang 49 tahun yang proses
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Sehat dan Kota melahirkan terakhirnya
Terlampaui
Meningkatkan di fasilitas kesehatan.
Kesejahteraan
Seluruh Penduduk
Semua Usia

50
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Tujuan 4: Menjamin Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 4.a.1* Proporsi sekolah SS
Kualitas Pendidikan air dengan akses ke: (a)
yang Inklusif dan listrik (b) internet untuk
Merata serta tujuan pengajaran, (c)
Meningkatkan komputer untuk tujuan
Kesempatan Belajar pengajaran, (d)
Sepanjang Hayat infrastruktur dan materi
untuk Semuas memadai bagi siswa
disabilitas, (e) air
minum layak, (f)
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum fasilitas sanitasi dasar
Kota Terlampaui per jenis kelamin, (g)
fasilitas cuci tangan
(terdiri air, sanitasi, dan
higienis bagi semua
(WASH).

Tujuan 6: Menjamin Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 6.1.1.(a) Persentase rumah SB
Ketersediaan Serta air tangga yang memiliki
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Pengelolaan Air Kota akses terhadap layanan
Terlampaui
Bersih dan Sanitasi sumber air minum
Layak yang Pengaturan Pemurnian Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui layak.
Berkelanjutan air Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum
Untuk Semua Kota Terlampaui
Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 6.1.1.(b) Kapasitas prasarana air SS
air baku untuk melayani
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota rumah tangga,
Terlampaui
perkotaan dan industri,
Pengaturan Pemurnian Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui serta penyediaan air
air baku untuk pulau-
Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum
Kota pulau.
Terlampaui
Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 6.1.1.(c) Proporsi populasi yang SB
air memiliki akses layanan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota sumber air minum
Terlampaui
Pengaturan Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui
51
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Pemurnian Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum aman dan
air Kota Terlampaui berkelanjutan.
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.2.1.(a) Proporsi populasi yang SB
dan memiliki fasilitas cuci
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
penguraian Kota tangan dengan sabun
Terlampaui
limbah dan air.
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.2.1.(b) Persentase rumah SB
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum tangga yang memiliki
penguraian Kota akses terhadap layanan
Terlampaui
limbah sanitasi layak.
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.2.1.(c) Jumlah desa/kelurahan SB
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum yang melaksanakan
penguraian Kota Terlampaui Sanitasi Total Berbasis
limbah Masyarakat (STBM).
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.2.1.(d) Jumlah desa/kelurahan SS
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum yang Open Defecation
penguraian Kota Terlampaui Free (ODF)/ Stop
limbah Buang Air Besar
Sembarangan (SBS).
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.2.1.(e) Jumlah kabupaten/kota SS
dan yang terbangun
penguraian Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum infrastruktur air limbah
limbah Kota Terlampaui dengan sistem terpusat
skala kota, kawasan
dan komunal.

Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.2.1.(f) Proporsi rumah tangga SS


dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum yang terlayani sistem
penguraian Kota Terlampaui pengelolaan air limbah
limbah terpusat.
Pengaturan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.3.1.(a) SS

52
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum Jumlah kabupaten/kota
Kota Terlampaui yang ditingkatkan
Pengolahan kualitas pengelolaan
dan lumpur tinja perkotaan
penguraian dan dilakukan
limbah pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT).
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.3.1.(b) Proporsi rumah tangga SS
dan yang terlayani sistem
penguraian Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum pengelolaan lumpur
limbah Kota Terlampaui tinja.
Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 6.3.2.(b) Kualitas air sungai TD
air sebagai sumber air
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota baku.
Terlampaui
Pengaturan Pemurnian Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui
air Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum
Kota Terlampaui
Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 6.4.1.(b) Insentif penghematan B
air air
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota pertanian/perkebunan
Terlampaui
dan industri.
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
Air dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota Terlampaui
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.5.1.(a) Jumlah Rencana B
Air dan Pengelolaan Daerah
Banjir Aliran Sungai Terpadu
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota (RPDAST) yang
Terlampaui
diinternalisasi ke dalam
Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).

Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 6.5.1.(f) B

53
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Penyediaan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum Jumlah wilayah sungai
air Kota Terlampaui yang memiliki
Pengaturan Pemurnian Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui partisipasi masyarakat
air dalam pengelolaan
Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum
Kota daerah tangkapan
Terlampaui
sungai dan danau.
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 6.5.1.(g) Kegiatan penataan B
Air dan kelembagaan sumber
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota daya air.
Terlampaui
Pengaturan Pemurnian Pst Kota 89 2 8 - 1 Terlampaui
air Luar Pst 24 2 73 - 1 Belum
Kota Terlampaui

Tujuan 8 : Penyediaan pangan Pst Kota 89 1 4 1 4 Terlampaui 8.3.1* Proporsi lapangan kerja SB
Pekerjaan layak dan informal sektor non-
pertumbuhan pertanian, berdasarkan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
ekonomi Kota jenis kelamin.
Terlampaui
Budaya Rekreasi & Pst Kota 2 93 0 4 1 Terlampaui 8.9.1.(a) Jumlah wisatawan SS
(Cultural) ecotourism mancanegara.
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Budaya Rekreasi & Pst Kota 2 93 0 4 1 Terlampaui 8.9.1.(b) Jumlah kunjungan SS
(Cultural) ecotourism Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum wisatawan nusantara.
Kota Terlampaui

Tujuan 9 : Penyediaan Penyediaan Pst Kota 90 1 3 4 1 Terlampaui 9.2.1* Proporsi nilai tambah TD
Pendidikan yang air sektor industri
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Berkualitas Kota manufaktur terhadap
Terlampaui
PDB dan per kapita.
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
penguraian Kota Terlampaui
limbah

54
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota

Tujuan 11 : Budaya Budaya Pst Kota 3 3 6 - 89 Belum 11.1.1.(a) Proporsi rumah tangga SS
Menjadikan Kota (Cultural) Tempat Terlampaui yang memiliki akses
dan Permukiman Tinggal terhadap hunian yang
Inklusif, Aman,
Luar Pst 3 30 43 - 24 Terlampaui layak dan terjangkau.
Kota
Tangguh dan
Berkelanjutan Kemampuan Okupansi Tinggi Terlampaui
Lahan
Tampung Okupansi Rendah Belum
Penduduk
Terlampaui
Pengaturan Pemeliharaan Pst Kota 89 2 - 1 8 Terlampaui 11.2.1.(a) Persentase pengguna SS
Kualitas Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum moda transportasi
Udara Kota Terlampaui umum di perkotaan.

Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.5.1* Jumlah korban SS


Air dan meninggal, hilang dan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota terkena dampak
Terlampaui
bencana per 100.000
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui orang.
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.5.1.(a) Indeks Risiko Bencana SB
Air dan Indonesia (IRBI)
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota Terlampaui
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.5.1.(b) B

55
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Tata Aliran Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Air dan Kota Terlampaui
Banjir
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui Jumlah kota tangguh
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum bencana yang
Kota Terlampaui terbentuk.
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.5.1.(c) Jumlah sistem SS
Air dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum peringatan dini cuaca
Banjir Kota dan iklim serta
Terlampaui
kebencanaan.
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.5.2.(a) Jumlah kerugian B
Air dan ekonomi langsung
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota akibat bencana.
Terlampaui
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.6.1.(a) Persentase sampah TD
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum perkotaan yang
penguraian Kota Terlampaui tertangani.
limbah
Pendukung Pst Kota 89 2 - 5 4 Terlampaui 11.7.1.(a) B

56
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Produksi Luar Pst 24 2 - 43 31 Belum Jumlah kota hijau yang
primer Kota Terlampaui menyediakan ruang
Pengaturan Pemeliharaan Pst Kota 89 2 - 1 8 Terlampaui terbuka hijau di
Kualitas Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum kawasan perkotaan
Udara Kota Terlampaui metropolitan dan kota
sedang.
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.b.1* Proporsi pemerintah SS
Air dan kota yang memiliki
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota dokumen strategi
Terlampaui
pengurangan risiko
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui bencana.
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 11.b.2* Dokumen strategi SS
Air dan pengurangan risiko
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota bencana (PRB) tingkat
Terlampaui
daerah.
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang

Tujuan 12: Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 12.4.2.(a) terkelola dan proporsi B
Menjamin Pola dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum limbah B3 yang diolah
Produksi dan penguraian Kota Terlampaui sesuai peraturan
Konsumsi yang limbah perundangan (sektor
Berkelanjutan industri).
Pengaturan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 12.5.1.(a) SB

57
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Pengolahan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Jumlah timbulan
dan Terlampaui
sampah yang didaur
penguraian
ulang.
limbah
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 12.6.1.(a) Jumlah perusahaan B
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum yang menerapkan
penguraian Kota Terlampaui sertifikasi SNI ISO
limbah 14001.
Pengaturan Pengolahan Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui 12.7.1.(a) Jumlah produk ramah B
dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum lingkungan yang
penguraian Kota Terlampaui teregister.
limbah

Tujuan 13: Pengaturan Pengaturan Pst Kota 89 2 1 5 2 Terlampaui 13.1.1* Dokumen strategi SS
Mengambil iklim pengurangan risiko
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Tindakan Cepat Kota bencana (PRB) tingkat
Terlampaui
Untuk Mengatasi nasional dan daerah.
Perubahan Iklim Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui
dan Dampaknya Air dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota Terlampaui
Pengaturan Perlindungan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui
thdp bencana Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang
Pengaturan Pengaturan Pst Kota 89 2 1 5 2 Terlampaui 13.1.2* Jumlah korban SS
iklim meninggal, hilang dan
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum terkena dampak
Kota Terlampaui bencana per 100.000
Pengaturan Tata Aliran Pst Kota 89 2 3 4 1 Terlampaui orang.
Air dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Banjir Kota Terlampaui
Pengaturan Pst Kota 91 - 4 3 1 Terlampaui

58
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Tujuan Fungsi Jenis Jasa Kinerja DDDTLH Status Kode Indikator Capaian
DDDTLH Ekosistem Bagian SR R S T ST DDDTLH Indikator
Kota
Perlindungan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
thdp bencana Kota Terlampaui
Bencana Longsor Sedang
Banjir dan Longsor Sedang

Tujuan 15: Pengaturan Pengaturan Pst Kota 89 2 1 5 2 Terlampaui 15.1.1.(a) Proporsi tutupan hutan TD
Melindungi, iklim terhadap luas lahan
Merestorasi dan Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum keseluruhan.
Meningkatkan Kota Terlampaui
Pemanfaatan
Pendukung Produksi Pst Kota 89 2 - 5 4 Terlampaui
Berkelanjutan
primer Luar Pst 24 2 - 43 31 Belum
Ekosistem Daratan,
Kota Terlampaui
Mengelola Hutan
Secara Lestari, Pendukung Pembentukan Pst Kota 89 1 1 1 8 Terlampaui 15.3.1.(a) Proporsi luas lahan B
Menghentikan Tanah dan kritis yang direhabilitasi
Luar Pst 24 1 0 1 73 Belum
Penggurunan, Pemelihara Kota terhadap luas lahan
Terlampaui
Memulihkan Kesuburan keseluruhan.
Degradasi Lahan Pengaturan Siklus hara Pst Kota 89 1 1 8 1 Terlampaui
(nutrient) Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum
Kota Terlampaui
Pendukung Biodiversiti Pst Kota 90 1 - 8 1 Terlampaui 15.9.1.(a) Dokumen rencana B
Luar Pst 24 1 0 73 1 Belum pemanfaatan
Kota Terlampaui keanekaragaman
hayati.

59
4.5. PROYEKSI TPB DAN PENCAPAIAN TARGET
Pembahasan proyeksi TPB untuk memperkirakan perkembangan indikator-
indikator tujuan pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar dmasa depan dalam
batas-batas waktu yang ditargetkan. Proyeksi dilakukan terhadap indikator TPB yang
termasuk kategori TELAH TERCAPAI dan BELUM TERCAPAI. Periode waktu proyeksi
dilakukan terhadap waktu dari dokumen perencanaan pembangunan nasional, yaitu :
1. Tahun 2024, sebagai akhir tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2019-2024
2. Tahun 2026, sebagai akhir tahun rencana KLHS RPJMD yang mengikuti tahun
rencana Rencana Pembangunaan Jangka Menengah Daerah
3. Tahun 2030, sebagai akhir dari masa SDGs/TPB
Alternatif proyeksi terhadap 3 tahun rencana tersebut dilakukan dengan metoda
interpolasi linier berdasarkan kecenderungan (laju) eksisting. Proyeksi hanya dilakukan
terhadap indikator yang memiliki data eksisting minimal 3 tahun data. Kondisi proyeksi
linier merepresentasikan kinerja Pemerintah Kota Pematangsiantar selama ini dan tanpa
upaya tambahan.
Besaran target pencapaian indikator TPB pada ketiga kerangka waktu tersebut
ditetapkan dengan pertimbangan berikut :
 target indikator RPJMN 2019-2024 yang identik dengan indikator KLHS RPJMD,
dan beberapa indikator menjadi Target 2024
 target 60 (enam puluh) indikator RoadMap SDGs nasional yang disusun oleh
Bappenas pada tahun 2020 (Peta Jalan SDGs Indonesia Menuju 2030, Bappenas) ,
dipergunakan menjadi Target 2024, 2026 dan 2030.
 beberapa target indikator yang tidak ditentukan kedua dokumen di atas, ditetapkan
sebagai target pencapaian dengan pertimbang :
o prioritas pembangunan daerah
o kemampuan Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam melaksanakan
Kebijakan, Rencana, dan Program
o relevansi indikator TPB terhadap kebutuhan Kota Pematangsiantar.

Dengan memperbandingkan target pencapaian TPB dengan proyeksinya akan


diperoleh GAP (selisih). GAP ini memberi makna: apakah pada tahun rencana RPJMD
(2026) dan akhir SDGs (2030), indikator TPB tersebut TERCAPAI atau TIDAK TERCAPAI,
atau seberapa besar Percepatan atau Upaya Tambahan untuk mencapai Target Nasional.
Tabel 5.1 memperlihatkan hasil penghitungan dan penetapan proyeksi, target dan
GAP untuk tujuan pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar.

60
Tabel 4.14 Proyeksi, Target dan GAP dan Status BAU Tahun 2026 Indikator TPB
NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026
INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
1.2.1* Persentase penduduk yang hidup di % Menurun 6% Menurun Menurun SB
bawah garis kemiskinan nasional, 10,07 10,74 12,09 5,3% 5% 4,07 5,44 7,09
menurut jenis kelamin dan
kelompok umur.
1.3.1.(a) Proporsi peserta jaminan kesehatan % 100,00 Meningkat 95 Meningkat Meningkat BAU
melalui SJSN Bidang Kesehatan. 100,00 100,00 97 100 5,00 3,00 -
1.3.1.(b) Proporsi peserta Program Jaminan % Meningkat Meningkat Meningkat
Sosial Bidang Ketenagakerjaan. menjadi: 98 menjadi: 98 menjadi:
100
1.3.1.(c) Persentase penyandang disabilitas % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat 65,00 50,00 BAU
yang miskin dan rentan yang 100,00 100,00 menjadi 35% menjadi 40% menjadi 60,00
terpenuhi hak dasarnya dan 50%
inklusivitas.
1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga yang % Menurun 51.534 Menurun Menurun 0 0 0 BAU
mendapatkan bantuan tunai 67,89 55,04 29,35 34.000 25.000
bersyarat/Program Keluarga
Harapan.
1.4.1.(a) Persentase perempuan pernah % Meningkat Meningkat Meningkat
kawin umur 15-49 tahun yang menjadi: 95 menjadi: 96,7 menjadi:
proses melahirkan terakhirnya di 100
fasilitas kesehatan.
1.4.1.(b) Persentase anak umur 12-23 bulan % 100,00 Meningkat 90% Meningkat Meningkat 0 0 0 BAU
yang menerima imunisasi dasar 100,00 100,00 93,33% 100%
lengkap.
1.4.1.(c) Prevalensi penggunaan metode % Meningkat 75% Meningkat Meningkat BAU
kontrasepsi (CPR) semua cara pada 81,80 83,84 87,92 78,3% 85% 6,80 5,54 2,92
Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15-
49 tahun yang berstatus kawin.
1.4.1.(d) Persentase rumah tangga yang % Meningkat Meningkat Meningkat SB
memiliki akses terhadap layanan 96,06 99,41 100,00 menjadi 100% menjadi menjadi (3,94) (0,59) -
sumber air minum layak dan 100% 100%
berkelanjutan.
1.4.1.(e) Persentase rumah tangga yang % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
memiliki akses terhadap layanan 100,00 100,00 menjadi 100% menjadi menjadi - - -
sanitasi layak dan berkelanjutan. 100% 100%
1.4.1.(f) Persentase rumah tangga kumuh % Meningkat Meningkat Meningkat
perkotaan.
1.4.1.(g) Angka Partisipasi Murni (APM) % 100,00 Meningkat 100 Meningkat Meningkat BAU
SD/MI/sederajat. 100,00 100,00 100 100 - - -

61
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
1.4.1.(h) Angka Partisipasi Murni (APM) % 100,00 Meningkat lebih Meningkat Meningkat BAU
SMP/MTs/sederajat. 100,00 100,00 dari menjadi 100 menjadi - - -
95,71 100
1.4.1.(j) Persentase penduduk umur 0-17 % Meningkat 80% Meningkat Meningkat SB
tahun dengan kepemilikan akta 95,69 99,12 100,00 100% 100% (4,31) (0,88) -
kelahiran.
1.4.1.(k) Persentase rumah tangga miskin dan % Meningkat Meningkat Meningkat SB
rentan yang sumber penerangan 78,38 95,44 100,00 menjadi: 100 menjadi: 100 menjadi: (21,62) (4,56) -
utamanya listrik baik dari PLN dan 100
bukan PLN.
1.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang, jiwa Menurun Menurun Menurun
dan terkena dampak bencana per
100.000 orang.
1.5.1.(a) Jumlah lokasi penguatan lokasi Meningkat dari Meningkat Meningkat SB
pengurangan risiko bencana daerah. 1,00 1,00 1,00 28 lokasi
1.5.1.(b) Pemenuhan kebutuhan dasar korban % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat 0 0 0 BAU
bencana sosial. 100,00 100,00
1.5.1.(c) Pendampingan psikososial korban jlh Meningkat Meningkat Meningkat
bencana sosial.
1.5.1.(d) Jumlah daerah bencana daerah Meningkat Meningkat Meningkat
alam/bencana sosial yang mendapat
pendidikan layanan khusus.
(SMAB=Sekolah/ Madrasah Aman
Bencana)
1.5.1.(e) Indeks risiko bencana pada pusat- Menurun Menurun Menurun
pusat pertumbuhan yang berisiko
tinggi.
1.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi langsung juta rp Menurun dari Menurun Menurun
akibat bencana. 56,12 miliar
1.5.3* Dokumen strategi pengurangan Ada Ada Ada ada ada ada 0 0 0 BAU
risiko bencana (PRB) tingkat nasional
dan daerah.
1.a.1* Proporsi sumber daya yang % Meningkat 100% Meningkat Meningkat
dialokasikan oleh pemerintah secara 100% 100%
langsung untuk program
pemberantasan kemiskinan.

62
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
1.a.2* Pengeluaran untuk layanan pokok % Pendidikan = 20 Pendidikan = Pendidikan BAU
(pendidikan, kesehatan dan 22,34 26,16 33,78 Kesehatan = 15 20 = 24
perlindungan sosial) sebagai Perlindungan Kesehatan = Pesehatan =
persentase dari total belanja sosial = 20 15 15
pemerintah. Perlindungan Perlindunga
sosial = 22 n sosial = 25
2.1.1* Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi % Menurun Menurun Menurun SB
Pangan (Prevalence of 6,19 5,61 4,43 menjadi 4,85 menjadi 4,4 menjadi 3,6 1,34 1,21 0,83
Undernourishment).
2.1.1.(a) Prevalensi kekurangan gizi % Menurun 14% Menurun Menurun BAU
(underweight) pada anak balita. 3,30 4,10 5,70 11% 5,0% (10,70) (6,90) 0,70
2.1.2* Prevalensi penduduk dengan % Menurun Menurun Menurun
kerawanan pangan sedang atau - - - menjadi 4,05 menjadi 3,8 menjadi 3,3
berat, berdasarkan pada Skala
Pengalaman Kerawanan Pangan.
2.1.2.(a) Proporsi penduduk dengan asupan % Menurun Menurun Menurun
kalori minimum di bawah 1400 menjadi 8,5 % menjadi menjadi 4,5
kkal/kapita/hari. 7,17% %
2.2.1* Prevalensi stunting (pendek dan % Menurun 19 Menurun 16 Menurun BAU
sangat pendek) pada anak di bawah 1,38 1,73 2,43 10 (17,63) (14,28) (7,58)
lima tahun/balita.
2.2.1.(a) Prevalensi stunting (pendek dan % Menurun 14,0% Menurun Menurun
sangat pendek) pada anak di bawah 8,0% 5,0%
dua tahun/baduta.
2.2.2* Prevalensi malnutrisi (berat % Menurun 7,0 Menurun 5,7 Menurun 3 BAU
badan/tinggi badan) anak pada usia 0,08 0,07 0,05 (6,93) (6,94) (6,96)
kurang dari 5 tahun, berdasarkan
tipe.
2.2.2.(a) Prevalensi anemia pada ibu hamil. % Menurun 20 Menurun Menurun
16,7 10
2.2.2.(b) Persentase bayi usia kurang dari 6 % Meningkat 60 Meningkat Meningkat SB
bulan yang mendapatkan ASI 47,85 50,75 56,55 70,0 90 (12,15) (19,25) (33,45)
eksklusif.
2.2.2.(c) Kualitas konsumsi pangan yang Meningkat Meningkat Meningkat SB
diindikasikan oleh skor Pola Pangan 93,30 93,80 94,80 menjadi: skor menjadi: skor menjadi: (1,90) (3,00) (5,20)
Harapan (PPH) mencapai; dan PPH 95,2 PPH 96,80 skor PPH
tingkat konsumsi ikan. 100,0

63
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
2.3.1* Nilai Tambah Pertanian dibagi juta rp 45,44 juta 51,18 juta 62,65 juta 37,19 46,66 BAU
jumlah tenaga kerja di sektor 82,63 91,52 109,31 40,34
pertanian (rupiah per tenaga kerja).
3.1.1* Angka Kematian Ibu (AKI). per 1000 Menurun 183 Menurun 166 Menurun
pddk 1,25 (0,25) (3,25) 131
3.1.2* Proporsi perempuan pernah kawin % Meningkat 95 Meningkat Meningkat
umur 15-49 tahun yang proses 96,7 100
melahirkan terakhirnya ditolong
oleh tenaga kesehatan terlatih.
3.1.2.(a) Persentase perempuan pernah % Meningkat Meningkat Meningkat SB
kawin umur 15-49 tahun yang 82,73 80,07 74,73 menjadi 90% menjadi menjadi 95 (7,27) (11,60) (20,27)
proses melahirkan terakhirnya di 91,67% %
fasilitas kesehatan.
3.2.1* Angka Kematian Balita (AKBa) per org Menurun 24 Menurun Menurun BAU
1000 kelahiran hidup. - - - 22,3 18,8 (24,00) (22,30) (18,80)
3.2.2* Angka Kematian Neonatal (AKN) per org Menurun 10 Menurun 9 Menurun 7 BAU
1000 kelahiran hidup. 1,07 0,33 - (8,93) (8,67) (7,00)
3.2.2.(a) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 org Menurun 16 Menurun 15 Menurun BAU
kelahiran hidup. 1,07 0,33 - 12 (14,93) (14,67) (12,00)
3.2.2.(b) Persentase kabupaten/kota yang % 100,00 Meningkat 95 Meningkat Meningkat BAU
mencapai 80% imunisasi dasar 100,00 100,00 96,7 100 5,00 3,30 -
lengkap pada bayi.
3.3.1.(a) Prevalensi HIV pada populasi % Menurun 0,18 Menurun Menurun BAU
dewasa. 0,03 0,03 0,03 0,17 0,14 (0,15) (16,97) (13,98)
3.3.2.(a) Insiden Tuberkulosis (ITB) per org Menurun 190 Menurun 148 Menurun 237,00 506,00 SB
100.000 penduduk. 427 475,00 571 65 327,00
3.3.3* Kejadian Malaria per 1000 orang. org Menurun Menurun Menurun
- - -
3.3.3.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat Meningkat Meningkat
mencapai eliminasi malaria. menjadi 21 menjadi 21 menjadi 21
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
3.3.4.(a) Persentase kabupaten/kota yang % ada ada ada
melakukan deteksi dini untuk infeksi
Hepatitis B.

64
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
3.3.5* Jumlah orang yang memerlukan Menurun Menurun Menurun
intervensi terhadap penyakit tropis
yang terabaikan (Filariasis dan
Kusta).
3.3.5.(a) Jumlah provinsi dengan eliminasi Meningkat Meningkat Meningkat
Kusta. menjadi 21 menjadi 21 menjadi 21
Kecamatan Kecamatan Kecamatan
3.3.5.(b) Jumlah kabupaten/kota dengan Meningkat Meningkat Meningkat
eliminasi filariasis (berhasil lolos menjadi 21 menjadi 21 menjadi 21
dalam survei penilaian transmisi Kecamatan Kecamatan Kecamatan
tahap I).
3.4.1.(a) Persentase merokok pada penduduk % Menurun 8,7 Menurun 8,3 Menurun
umur ≤18 tahun. 7,5
3.4.1.(b) Prevalensi tekanan darah tinggi. % Menurun Menurun Menurun BAU
10,05 12,05 16,03 menjadi 34,1% menjadi menjadi (24,05) (12,65) (12,97)
24,7% 20%
3.4.1.(c) Prevalensi obesitas pada penduduk % Menurun dari: 21,8 21,8
umur ≥18 tahun. 21,8
3.4.2* Angka kematian (insidens rate) org Menurun Menurun Menurun
akibat bunuh diri.
3.4.2.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat Meningkat Meningkat
memiliki puskesmas yang menjadi 3 menjadi 4 menjadi 7
menyelenggarakan upaya kesehatan puskesmas puskesmas puskesmas
jiwa.
3.5.1.(e) Prevalensi penyalahgunaan narkoba. org 305,33 Menurun Menurun Menurun 271,23 454,33 SB
364,67 483,33 339,97
3.5.2* Konsumsi alkohol (liter per kapita) ltr Menurun Menurun Menurun
oleh penduduk umur ≥ 15 tahun
dalam satu tahun terakhir.
3.7.1* Proporsi perempuan usia reproduksi % Meningkat 63,41 Meningkat Meningkat
(15-49 tahun) atau pasangannya 63,79 64,55
yang memiliki kebutuhan keluarga
berencana dan menggunakan alat
kontrasepsi metode modern.

65
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
3.7.1.(a) Angka prevalensi penggunaan % Meningkat 70 % Meningkat Meningkat 11,80 17,92 BAU
metode kontrasepsi (CPR) semua 81,80 83,84 87,92 70 % 70 % 13,84
cara pada Pasangan Usia Subur
(PUS) usia 15-49 tahun yang
berstatus kawin.
3.7.1.(b) Angka penggunaan metode % Meningkat Meningkat Meningkat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) menjadi 28,39% menjadi menjadi
cara modern. 35,6% 50%
3.7.2* Angka kelahiran pada perempuan % Menurun Menurun Menurun
umur 15-19 tahun (Age Specific menjadi 18 menjadi 15,3 menjadi 10
Fertility Rate/ASFR).
3.7.2.(a) Total Fertility Rate (TFR). % 2,10 2,10 2,10 BAU
1,78 1,53 1,03 (0,33) (0,58) (1,08)
3.8.1.(a) Unmet need pelayanan kesehatan. % Menurun Menurun Menurun
menjadi 7% menjadi 5,7% menjadi 3%
3.8.2* Jumlah penduduk yang dicakup % Meningkat Meningkat Meningkat
asuransi kesehatan atau sistem
kesehatan masyarakat per 1000
penduduk.
3.8.2.(a) Cakupan Jaminan Kesehatan % 100,00 Meningkat 98 Meningkat Meningkat BAU
Nasional (JKN). 100,00 100,00 98,7 menjadi: 2,00 1,30 -
100
3.9.3.(a) Proporsi kematian akibat keracunan. % Menurun Menurun Menurun
3.a.1* Persentase merokok pada penduduk % Menurun Menurun Menurun
umur ≥15 tahun.
3.b.1.(a) Persentase ketersediaan obat dan % 122,00 100 100 100 22,00 64,00 BAU
vaksin di Puskesmas. 136,00 164,00 36,00
3.c.1* Kepadatan dan distribusi tenaga org Meningkat lebih Meningkat Meningkat
kesehatan. dari
7,8 %

66
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
4.1.1* Proporsi anak-anak dan remaja: (a) % Membaca: Membaca: Membaca:
pada kelas 4, (b) tingkat akhir Kelas 4 = 61,2% Kelas 4 = Kelas 4 =
SD/kelas 6, (c) tingkat akhir Kelas 9 = 36.7% 63,2% 67.2%
SMP/kelas 9 yang mencapai standar Matematika: Kelas 9 = Kelas 9 =
kemampuan minimum dalam: (i) Kelas 4 = 30,1% 36.7% 36.7%
membaca, (ii) matematika. Kelas 9 = 25.0% Matematika: Matematika
Kelas 4 = :
31,9% Kelas 4 =
Kelas 9 = 35.5%
25.0% Kelas 9 =
25.0%
4.1.1.(a) Persentase SD/MI berakreditasi % Meningkat Meningkat Meningkat SB
minimal B. 24,72 18,63 6,46 menjadi 95% menjadi menjadi (70,28) (78,07) (93,54)
96,7% 100%
4.1.1.(b) Persentase SMP/MTs berakreditasi % Meningkat Meningkat Meningkat SB
minimal B. 66,69 63,27 56,43 menjadi 90% menjadi menjadi (23,31) (30,03) (43,57)
93,3% 100%
4.1.1.(d) Angka Partisipasi Kasar (APK) % Meningkat Meningkat Meningkat SB
SD/MI/sederajat. 95,24 91,98 85,46 menjadi 106,24% menjadi menjadi (11,00) (16,92) (28,63)
108,9% 114,09%
4.1.1.(e) Angka Partisipasi Kasar (APK) % 109,71 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
SMP/MTs/sederajat. 109,83 110,07 menjadi 101,49% menjadi menjadi 8,22 6,53 3,13
103,3% 106,94%
4.1.1.(g) Rata-rata lama sekolah penduduk % Meningkat > 12 Meningkat > Meningkat SB
umur ≥15 tahun. 11,85 12,13 12,69 tahun 12 tahun > 12 tahun (0,15) 0,13 0,69
4.2.2.(a) Angka Partisipasi Kasar (APK) % 151,23 Meningkat Meningkat Meningkat 85,72 100,49 BAU
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 160,05 177,69 menjadi 65,51% menjadi menjadi 90,65
69,4% 77,2%
4.4.1* Proporsi remaja dan dewasa dengan % Meningkat Meningkat Meningkat
keterampilan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK).
4.5.1* Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) % SD/MI/sederaja SD/MI/seder SD/MI/sede SB
perempuan/laki-laki di (1) 96,61 96,31 95,71 = 99,71 aja = 99,76 raja = 99,78 (3,10) (3,45) (4,07)
SD/MI/sederajat; (2) SMP/MTs/sedera SMP/MTs/se SMP/MTs/s
SMP/MTs/sederajat; (3) jat = 100 derajat = ederajat =
SMA/SMK/MA/sederajat; dan Rasio 101,00 101,50
Angka Partisipasi Kasar (APK)

67
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
perempuan/laki-laki di (4) Perguruan
Tinggi.

4.6.1.(a) Persentase angka melek aksara % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
penduduk umur ≥15 tahun. 100,00 100,00 menjadi 98% menjadi menjadi - - -
98,7% 100%
4.6.1.(b) Persentase angka melek aksara % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
penduduk umur 15-24 tahun dan 100,00 100,00 menjadi 98% menjadi menjadi - - -
umur 15-59 tahun. 98,7% 100%
4.a.1* Proporsi sekolah dengan akses ke: % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
(a) listrik (b) internet untuk tujuan 100,00 100,00 - - -
pengajaran, (c) komputer untuk
tujuan pengajaran, (d) infrastruktur
dan materi memadai bagi siswa
disabilitas, (e) air minum layak, (f)
fasilitas sanitasi dasar per jenis
kelamin, (g) fasilitas cuci tangan
(terdiri air, sanitasi, dan higienis bagi
semua (WASH).
4.c.1* Persentase guru TK, SD, SMP, SMA, % Meningkat 80,57 Meningkat Meningkat SB
SMK, dan PLB yang bersertifikat 57,79 52,89 43,09 85,66 95,84 (22,78) (32,77) (52,75)
pendidik.
5.1.1* Jumlah kebijakan yang responsif % bertambah bertambah bertambah (100,00) (100,00) BAU
gender mendukung pemberdayaan 0,00 (0,00) (0,00) (100,00)
perempuan.
5.2.1* Proporsi perempuan dewasa dan % Menurun 6 Menurun 4,7 Menurun 2 BAU
anak perempuan (umur 15-64 0,01 0,01 0,01 (Baseline 2019) (6,00) (4,70) (2,00)
tahun) mengalami kekerasan (fisik,
seksual, atau emosional) oleh
pasangan atau mantan pasangan
dalam 12 bulan terakhir.
5.2.1.(a) Prevalensi kekerasan terhadap anak Menurun kurang Menurun Menurun
perempuan. dari 5% kurang dari kurang dari
(Baseline 2019) 4% 2%

68
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
5.2.2* Proporsi perempuan dewasa dan % Menurun 9,4 Menurun 7,9 Menurun 5
anak perempuan (umur 15-64
tahun) mengalami kekerasan seksual
oleh orang lain selain pasangan
dalam 12 bulan terakhir.
5.2.2.(a) Persentase korban kekerasan % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
terhadap perempuan yang 100,00 100,00 menjadi 100 menjadi 100 menjadi
mendapat layanan komprehensif. 100
5.3.1* Proporsi perempuan umur 20-24 % sebelum umur sebelum sebelum
tahun yang berstatus kawin atau 15 tahun = 0,3% umur 15 umur 15
berstatus hidup bersama sebelum sebelum umur tahun = 0,2% tahun =
umur 15 tahun dan sebelum umur 18 tahun = 8,74% sebelum 0,11%
18 tahun. umur 18 sebelum
tahun = 8,1% umur 18
tahun =
6.94%

5.3.1.(a) Median usia kawin pertama % 22,1 Tahun 22,2 Tahun 22,4 Tahun
perempuan pernah kawin umur 25-
49 tahun.
5.3.1.(b) Angka kelahiran pada perempuan % Menurun Menurun Menurun
umur 15-19 tahun (Age Specific menjadi 38 menjadi 38 menjadi 38
Fertility Rate/ASFR). tahun tahun tahun
5.5.1* Proporsi kursi yang diduduki % Meningkat Meningkat Meningkat BAU
perempuan di parlemen tingkat 23,30 23,30 23,30
pusat, parlemen daerah dan
pemerintah daerah.
5.5.2* Proporsi perempuan yang berada di % Meningkat Meningkat Meningkat
posisi managerial. - - -
5.6.1* Proporsi perempuan umur 15-49 % Meningkat Meningkat Meningkat
tahun yang membuat keputusan - - -
sendiri terkait hubungan seksual,
penggunaan kontrasepsi, dan
layanan kesehatan reproduksi.
5.6.1.(a) Unmet need KB (Kebutuhan % Meningkat: 7,4 Meningkat : Meningkat :
Keluarga Berencana/KB yang tidak - - - 6,87 5,8
terpenuhi).

69
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
5.6.1.(b) Pengetahuan dan pemahaman % Meningkat Meningkat Meningkat
Pasangan Usia Subur (PUS) tentang - - - menjadi 90% menjadi menjadi
metode kontrasepsi modern. 92,3% 97%
5.b.1* Proporsi individu yang % Meningkat 75,7% Meningkat Meningkat 20,90 15,00 BAU
menguasai/memiliki telepon 96,60 100,00 100,00 78,8% 85% 21,20
genggam.
6.1.1.(a) Persentase rumah tangga yang % 93.47 95,65 100 BAU
memiliki akses terhadap layanan 96,06 99,41 100,00 2,59 3,76 -
sumber air minum layak.
6.1.1.(b) Kapasitas prasarana air baku untuk m3 2.322,30 Meningkat Meningkat Meningkat SB
melayani rumah tangga, perkotaan 1.966,74 1.255,60
dan industri, serta penyediaan air
baku untuk pulau-pulau.
6.1.1.(c) Proporsi populasi yang memiliki % 100 100 100 SB
akses layanan sumber air minum 96,06 99,41 100,00 (3,94) (0,59) -
aman dan berkelanjutan.
6.2.1.(a) Proporsi populasi yang memiliki % Meningkat 75% Meningkat Meningkat
fasilitas cuci tangan dengan sabun 78,3% 85%
dan air.
6.2.1.(b) Persentase rumah tangga yang % 100,00 Meningkat 89,88 Meningkat Meningkat 10,12 BAU
memiliki akses terhadap layanan 100,00 100,00 93,25 100 6,75 -
sanitasi layak.
6.2.1.(c) Jumlah desa/kelurahan yang kel 151 kelurahan 151 151 BAU
melaksanakan Sanitasi Total 53,00 53,00 53,00 kelurahan kelurahan
Berbasis Masyarakat (STBM).
6.2.1.(d) Jumlah desa/kelurahan yang Open kel Meningkat 100% Meningkat Meningkat SB
Defecation Free (ODF)/ Stop Buang 7,00 9,00 13,00 100% 100% (46,00) (44,00) (40,00)
Air Besar Sembarangan (SBS).
6.2.1.(e) Jumlah kabupaten/kota yang 8 kecamatan 8 kecamatan 8 BAU
terbangun infrastruktur air limbah 1,00 1,00 1,00 kecamatan - - -
dengan sistem terpusat skala kota,
kawasan dan komunal.
6.2.1.(f) Proporsi rumah tangga yang rt 5.525,00 Meningkat Meningkat Meningkat 1.050,00 BAU
terlayani sistem pengelolaan air 6.575,00 8.675,00 2.100,00
limbah terpusat.

70
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
6.3.1.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Meningkat Meningkat Meningkat SB
ditingkatkan kualitas pengelolaan 1,00 1,00 1,00 menjadi 8 menjadi 8 menjadi 8 - -
lumpur tinja perkotaan dan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
dilakukan pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
6.3.1.(b) Proporsi rumah tangga yang % Meningkat Meningkat Meningkat BAU
terlayani sistem pengelolaan lumpur 3,99 4,19 4,59 0,20 0,40
tinja.
6.3.2.(b) Kualitas air sungai sebagai sumber 55,5 58,8 65,5
air baku.
6.4.1.(b) Insentif penghematan air ada ada ada
pertanian/perkebunan dan industri.
6.5.1.(a) Jumlah Rencana Pengelolaan Daerah ada ada ada
Aliran Sungai Terpadu (RPDAST)
yang diinternalisasi ke dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
6.5.1.(c) Jumlah jaringan informasi sumber Meningkat Meningkat Meningkat
daya air yang dibentuk.
6.5.1.(f) Jumlah wilayah sungai yang memiliki Meningkat Meningkat Meningkat
partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan daerah tangkapan
sungai dan danau.
6.5.1.(g) Kegiatan penataan kelembagaan ada ada ada
sumber daya air.
7.2.1* Bauran energi terbarukan. 19,5 21,7 26,1
7.3.1* Intensitas energi primer. 404,5 396,6 380,8
8.1.1* Laju pertumbuhan PDB per kapita. %/thn Meningkat: 5,1 Meningkat: Meningkat: SB
(1,14) (3,60) (8,50) 5,2 5,4 (6,24) (8,80) (13,90)
8.1.1.(a) PDB per kapita. jt/kap Meningkat Meningkat Meningkat BAU
68,18 73,62 84,50 5,44 10,88
8.2.1* Laju pertumbuhan PDB per tenaga %/thn Meningkat 4,5 Meningkat Meningkat
kerja/Tingkat pertumbuhan PDB riil 5,1 6,2
per orang bekerja per tahun.

71
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
8.3.1* Proporsi lapangan kerja informal % Meningkat 30,78 Meningkat Meningkat 28,61 BAU
sektor non-pertanian, berdasarkan 59,39 52,23 37,93 34,39 41,60 17,84 (3,67)
jenis kelamin.
8.3.1.(a) Persentase tenaga kerja formal. org 115.874 Meningkat Meningkat Meningkat 7.107 BAU
119.427 126.534 3.554
8.3.1.(b) Persentase tenaga kerja informal % Meningkat 5,21 Meningkat Meningkat
sektor pertanian. 5,21 5,21
8.3.1.(c) Persentase akses UMKM (Usaha Persen Meningkat: Meningkat: Meningkat: SB
Mikro, Kecil, dan Menengah) ke 0,79 1,09 1,69 30,78 34,39 41,60 (29,99) (33,30) (39,91)
layanan keuangan.
8.5.1* Upah rata-rata per jam pekerja. jt/kap Meningkat Meningkat Meningkat
8.5.2* Tingkat pengangguran terbuka % Menurun Menurun Menurun SB
berdasarkan jenis kelamin dan 7,23 10,12 15,90 3 6
kelompok umur.
8.5.2.(a) Tingkat setengah pengangguran. % Menurun Menurun Menurun SB
16,82 19,11 23,69 2 5
8.6.1* Persentase usia muda (15-24 tahun) org 18.921 Meningkat lebih Meningkat Meningkat (6.079,25) (26.400,75) SB
yang sedang tidak sekolah, bekerja 20.480 23.599 dari 25.000 lebih dari lebih dari (284.519,7
atau mengikuti pelatihan (NEET). 30.000 50.000 5)
8.9.1* Proporsi kontribusi pariwisata % Meningkat 7 % Meningkat Meningkat SB
terhadap PDB. 6,02 6,10 6,28 10 % 15 % (0,98) (3,90) (8,72)
8.9.1.(a) Jumlah wisatawan mancanegara. org 536,25 Meningkat lebih Meningkat Meningkat (144,25) SB
642,75 855,75 dari lebih dari lebih dari (63,75) (107,25)
600 750 1.000
8.9.1.(b) Jumlah kunjungan wisatawan org 158.422 Meningkat lebih Meningkat Meningkat (1.578,00) (58.928,00) SB
nusantara. 185.972 241.072 dari lebih dari lebih dari (14.028,00)
160.000 200.000 300.000
8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor pariwisata. % Meningkat 30% Meningkat Meningkat
40 % 50%
8.9.2* Jumlah pekerja pada industri Persen Meningkat 15% Meningkat Meningkat
pariwisata dalam proporsi terhadap 18% 20%
total pekerja.
8.10.1* Jumlah kantor bank dan ATM per kantor kantor bank kantor bank kantor bank
100.000 penduduk dewasa (15,3) (15,3) (15,3)
kantor ATM kantor ATM kantor ATM
(57,5) (57,5) (57,5)

72
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
8.10.1.(a) Rata-rata jarak lembaga keuangan Menurun Menurun Menurun
(Bank Umum). (mendekat) (mendekat) (mendekat)
8.10.1.(b) Proporsi kredit UMKM terhadap % Meningkat: Meningkat: Meningkat:
total kredit. 30,78 34,39 41,6
9.2.1* Proporsi nilai tambah sektor industri % Meningkat: Meningkat: Meningkat:
manufaktur terhadap PDB dan per 19,17 19,83 21,15
kapita.
9.2.1.(a) Laju pertumbuhan PDB industri %/thn Lebih tinggi dari Lebih tinggi Lebih tinggi SB
manufaktur. (0,43) (0,60) (0,95) pertumbuhan dari dari
PDRB pertumbuha pertumbuh
n PDRB an PDRB

9.2.2* Proporsi tenaga kerja pada sektor Meningkat 15,7 Meningkat Meningkat
industri manufaktur. 16,46 17.98
9.3.1* Proporsi nilai tambah industri kecil Meningkat 20% Meningkat Meningkat
terhadap total nilai tambah industri. 23,3% 30%
9.3.2* Proporsi industri kecil dengan Meningkat 5% Meningkat Meningkat
pinjaman atau kredit. 6,7% 10%
9.5.1* Proporsi anggaran riset pemerintah Meningkat 0,42 Meningkat Meningkat
terhadap PDB. 0,49 0,63
9.c.1* Proporsi penduduk yang terlayani % 100,01 Meningkat 94,5 Meningkat Meningkat 40,77 BAU
mobile broadband. 113,60 140,77 96,33 100 5,51 17,27
9.c.1.(a) Proporsi individu yang % Meningkat 76,7% Meningkat Meningkat 19,85 44,87 BAU
menguasai/memiliki telepon 96,55 107,66 129,87 79,5% 85% 28,16
genggam
9.c.1.(b) Proporsi individu yang menggunakan % 103,98 Meningkat 82,3% Meningkat Meningkat 21,68 54,62 BAU
internet 115,86 139,62 85% 85% 30,86
10.1.1* Koefisien Gini. Menurun 0,37 Menurun Menurun BAU
0,30 0,28 0,26 0,37 0,36 (0,07) (0,09) (0,10)
10.1.1.(a) Persentase penduduk yang hidup di % Menurun 6% Menurun Menurun SB
bawah garis kemiskinan nasional, 10,07 10,74 12,09 5,3% 5% 4,07 5,44 7,09
menurut jenis kelamin dan
kelompok umur.
10.2.1* Proporsi penduduk yang hidup di % Menurun Menurun Menurun
bawah 50 persen dari median

73
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
pendapatan, menurut jenis kelamin
dan penyandang difabilitas.

10.3.1.(a) Indeks Kebebasan Sipil. Meningkat Meningkat Meningkat


menjadi 87 menjadi 88 menjadi 90
10.3.1.(d) Jumlah kebijakan yang diskriminatif ada ada ada
dalam 12 bulan lalu berdasarkan
pelarangan diskriminasi menurut
hukum HAM Internasional.
10.4.1.(b) Proporsi peserta Program Jaminan % 98 0 100
Sosial Bidang Ketenagakerjaan.
11.1.1.(a) Proporsi rumah tangga yang % Meningkat 52,78 Meningkat Meningkat 45,29 30,37 BAU
memiliki akses terhadap hunian yang 98,07 98,37 98,97 57,87 68,06 40,50
layak dan terjangkau.
11.1.1.(c) Jumlah kota sedang dan kota baru
yang terpenuhi SPP.
11.2.1.(a) Persentase pengguna moda % Meningkat Meningkat Meningkat SB
transportasi umum di perkotaan. 39,50 32,50 18,50 menjadi 32% menjadi 38% menjadi 7,50 (5,50) (31,50)
50%
11.3.2.(a) Rata-rata institusi yang berperan Meningkat Meningkat Meningkat
secara aktif dalam Forum Dialog
Perencanaan Pembangunan Kota
Berkelanjutan.
11.3.2.(b) Jumlah lembaga pembiayaan Meningkat Meningkat Meningkat
infrastruktur.
11.4.1.(a) Jumlah kota pusaka di kawasan ada ada ada
perkotaan metropolitan, kota besar,
kota sedang dan kota kecil.
11.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang org Menurun d Menurun Menurun BAU
dan terkena dampak bencana per 51,50 40,50 18,50 (11,00) (22,00)
100.000 orang.
11.5.1.(a) Indeks Risiko Bencana Indonesia Menurun Menurun Menurun BAU
(IRBI). 18,24 (36,48)
11.5.1.(b) Jumlah kota tangguh bencana yang Meningkat Meningkat Meningkat
terbentuk.
11.5.1.(c) Jumlah sistem peringatan dini cuaca Meningkat/ada Meningkat/a Meningkat/ BAU
dan iklim serta kebencanaan. 3,50 4,50 6,50 da ada 1,00 2,00

74
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
11.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi langsung juta rp Menurun Menurun Menurun
akibat bencana. (basline
4.834.500.000)
11.6.1.(a) Persentase sampah perkotaan yang % Meningkat Meningkat Meningkat
tertangani. menjadi 80% menjadi 85% menjadi
95%
11.7.1.(a) Jumlah kota hijau yang menyediakan ada ada ada
ruang terbuka hijau di kawasan
perkotaan metropolitan dan kota
sedang.
11.b.1* Proporsi pemerintah kota yang Ada Ada Ada ada ada ada BAU
memiliki dokumen strategi
pengurangan risiko bencana.
11.b.2* Dokumen strategi pengurangan Ada Ada Ada ada ada ada BAU
risiko bencana (PRB) tingkat daerah.
12.4.2.(a) Jumlah limbah B3 yang terkelola dan M3 Meningkat Meningkat Meningkat
proporsi limbah B3 yang diolah
sesuai peraturan perundangan
(sektor industri).
12.5.1.(a) Jumlah timbulan sampah yang % Meningkat 30% Meningkat Meningkat SB
didaur ulang. 8,00 8,00 8,00 33,3% 40%
12.6.1.(a) Jumlah perusahaan yang Meningkat 50 Meningkat Meningkat
menerapkan sertifikasi SNI ISO 53,3 65
14001.
12.7.1.(a) Jumlah produk ramah lingkungan Meningkat 70 Meningkat Meningkat
yang teregister. 76,7 90
12.8.1.(a) Jumlah fasilitas publik yang Meningkat 65 Meningkat Meningkat
menerapkan Standar Pelayanan 70 80
Masyarakat (SPM) dan teregister.
13.1.1* Dokumen strategi pengurangan Ada Ada Ada ada ada ada BAU
risiko bencana (PRB) tingkat nasional
dan daerah.
13.1.2* Jumlah korban meninggal, hilang orrg Menurun Menurun Menurun SB
dan terkena dampak bencana per 86,50 89,50 95,50 3,00 6,00
100.000 orang.
15.1.1.(a) Proporsi tutupan hutan terhadap % Meningkat Meningkat Meningkat
luas lahan keseluruhan. menjadi: 10 menjadi: 10 menjadi: 10

75
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
15.3.1.(a) Proporsi luas lahan kritis yang % Meningkat Meningkat Meningkat
direhabilitasi terhadap luas lahan menjadi: 16 menjadi: 16 menjadi: 16
keseluruhan.
15.6.1* Tersedianya kerangka legislasi, ada ada ada
administrasi dan kebijakan untuk
memastikan pembagian keuntungan
yang adil dan merata.
15.9.1.(a) Dokumen rencana pemanfaatan Meningkat Meningkat Meningkat
keanekaragaman hayati.
16.1.1.(a) Jumlah kasus kejahatan kasus Menurun Menurun Menurun SB
pembunuhan pada satu tahun 2,00 2,00 2,00 - -
terakhir.
16.1.2.(a) Kematian disebabkan konflik per org Menurun Menurun Menurun
100.000 penduduk.
16.1.3.(a) Proporsi penduduk yang menjadi % Menurun dari Menurun Menurun
korban kejahatan kekerasan dalam 936 dari 936 dari 936
12 bulan terakhir.
16.1.4* Proporsi penduduk yang merasa % Meningkat Meningkat Meningkat
aman berjalan sendirian di area
tempat tinggalnya.
16.2.1.(a) Proporsi rumah tangga yang % Menurun Menurun Menurun
memiliki anak umur 1-17 tahun yang
mengalami hukuman fisik dan/atau
agresi psikologis dari pengasuh
dalam setahun terakhir.
16.2.1.(b) Prevalensi kekerasan terhadap anak % Menurun dari 5 Menurun Menurun
laki-laki dan anak perempuan.
16.2.3.(a) Proporsi perempuan dan laki-laki % Menurun Menurun Menurun
muda umur 18-24 tahun yang
mengalami kekerasan seksual
sebelum umur 18 tahun.
16.5.1.(a) Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK). Meningkat 4,14 Meningkat Meningkat
4,26 4,5
16.6.1* Proporsi pengeluaran utama % Menjadi menjadi Menjadi Menjadi
pemerintah terhadap anggaran yang 100% menjadi menjadi
disetujui. 100% 100%

76
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
16.6.1.(a) Persentase peningkatan Opini Wajar status WDP WDP WDP WDP WTP WTP SB
Tanpa Pengecualian (WTP) atas
Laporan Keuangan Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota).
16.6.1.(b) Persentase peningkatan Sistem % C C C CC CC B SB
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
(SAKIP) Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah (Provinsi/
Kabupaten/Kota).
16.6.1.(c) Persentase penggunaan E- 100,00 Menjadi menjadi Menjadi Menjadi BAU
procurement terhadap belanja 100,00 100,00 100% menjadi menjadi
pengadaan. 100% 100%
16.6.1.(d) Persentase instansi pemerintah yang Meningkat Meningkat Meningkat
memiliki nilai Indeks Reformasi menjadi 45% menjadi menjadi
Birokrasi Baik Kementerian/Lembaga 46,7% 50%
dan Pemerintah Daerah (Provinsi/
Kabupaten/Kota).
16.6.2.(a) Persentase Kepatuhan pelaksanaan Meningkat Meningkat Meningkat
UU Pelayanan Publik menjadi: 85% menjadi: menjadi:
Kementerian/Lembaga dan 83,3% 95%
Pemerintah Daerah (Provinsi/
Kabupaten/Kota).
16.7.1.(a) Persentase keterwakilan perempuan Meningkat dari Meningkat Meningkat 12,00 13,00 BAU
di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 24,00 24,00 25,00 12 dari 12 dari 12 12,00
dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
16.7.1.(b) Persentase keterwakilan perempuan Meningkat dari Meningkat Meningkat
sebagai pengambilan keputusan di 20 dari 20 dari 20
lembaga eksekutif (Eselon I dan II).
16.9.1* Proporsi anak umur di bawah 5 Persen Meningkat 90,85 Meningkat Meningkat BAU
tahun yang kelahirannya dicatat oleh 97,81 100,00 100,00 100 100 6,96 - -
lembaga pencatatan sipil, menurut
umur.
16.9.1.(a) Persentase kepemilikan akta lahir Persen Meningkat Meningkat Meningkat BAU
untuk penduduk 40% 95,69 100,00 100,00 menjadi 90% menjadi 93,3 menjadi 5,69 6,70 -
berpendapatan bawah. 100%

77
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
16.9.1.(b) Persentase anak yang memiliki akta Persen Meningkat Meningkat Meningkat BAU
kelahiran. 97,81 100,00 100,00 menjadi: 100 menjadi: 100 menjadi: (2,19) - -
100
16.10.2.(c) Jumlah kepemilikan sertifikat Persen Meningkat Meningkat Meningkat BAU
Pejabat Pengelola Informasi dan 87,00 100,00 100,00 13,00 -
Dokumentasi (PPID) untuk
mengukur kualitas PPID dalam
menjalankan tugas dan fungsi
sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
16.b.1.(a) Jumlah kebijakan yang diskriminatif ada ada ada
dalam 12 bulan lalu berdasarkan
pelarangan diskriminasi menurut
hukum HAM Internasional.
17.1.1* Total pendapatan pemerintah Meningkat dari Meningkat Meningkat
sebagai proporsi terhadap PDB 2,97 dari 3,48 dari 4,50
menurut sumbernya.
17.1.1.(a) Rasio penerimaan pajak terhadap Meningkat Meningkat Meningkat
PDB. menjadi: 12,2 menjadi: menjadi:
12,87 14,2
17.1.2* Proporsi anggaran domestik yang Meningkat dari Meningkat Meningkat
didanai oleh pajak domestik. 30% dari 31,83% dari 35,5%
17.6.2.(b) Tingkat penetrasi akses tetap Persen 100,00 Meningkat 60% Meningkat Meningkat 40,00 10,00 BAU
pitalebar (fixed broadband) di 100,00 100,00 70% 90% 30,00
Perkotaan dan di Perdesaan.
17.6.2.(c) Proporsi penduduk terlayani mobile Persen 100,00 100 100 100 BAU
broadband 100,00 100,00 - - -
17.8.1* Proporsi individu yang menggunakan Persen 100,00 82,2 84,5 89,1 17,80 10,90 BAU
internet. 100,00 100,00 15,50
17.17.1.(a) Jumlah proyek yang ditawarkan proyek ada ada ada
untuk dilaksanakan dengan skema
Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (KPBU).
17.17.1.(b) Jumlah alokasi pemerintah untuk % Meningkat Meningkat Meningkat
penyiapan proyek, transaksi proyek,
dan dukungan pemerintah dalam
Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (KPBU).

78
`

KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO. INDIKATOR Satuan PROYEKSI TARGET GAP BAU 2026


INDIKATOR
2024 2026 2030 2024 2026 2030 2024 2026 2030
17.18.1.(a) Persentase konsumen Badan Pusat % Meningkat 100% Meningkat Meningkat
Statistik (BPS) yang merasa puas 100% 100%
dengan kualitas data statistik.
17.18.1.(b) Persentase konsumen yang % Meningkat 100% Meningkat Meningkat
menjadikan data dan informasi 100% 100%
statistik BPS sebagai rujukan utama.
17.18.1.(c) Jumlah metadata kegiatan statistik % Meningkat Meningkat Meningkat
dasar, sektoral, dan khusus yang
terdapat dalam Sistem Informasi
Rujukan Statistik (SIRuSa).
17.18.1.(d) Persentase indikator SDGs terpilah % Meningkat Meningkat Meningkat
yang relevan dengan target.
17.19.2.(b) Tersedianya data registrasi terkait Ada Ada Ada Tersedia Tersedia Tersedia Ada Ada Ada BAU
kelahiran dan kematian (Vital
Statistics Register)
17.19.2.(c) Jumlah pengunjung eksternal yang % 100,00 Meningkat Meningkat Meningkat BAU
mengakses data dan informasi 100,00 100,00 - -
statistik melalui website.
17.19.2.(d) Persentase konsumen yang puas % Meningkat Meningkat Meningkat
terhadap akses data Badan Pusat menjadi 95% menjadi 97% menjadi
Statistik (BPS). 99%

79
BAB V
SKENARIO PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
DI KOTA PEMATANGSIANTAR

Skenario pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar disusun


sebagai pilihan upaya percepatan pencapaian target tujuan pembangunan
berkelanjutan. Pertimbangan yang mendasari penyusunan skenario
pembangunan berkelanjutan memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Kesepakatan bersama tentang Isu Strategis Pembangunan Kota
Pematangsiantar yang menjadi dasar pemenuhan target TPB di Kota
Pematangsiantar,
2. Besarnya percepatan pencapaian target pembangunan terhadap target
nasional yang terlihar dari besarnya GAP.
3. Potensi, daya saing dan inovasi daerah
4. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (6 muatan KLHS), dan
5. Pertimbangan lain sesuai kebutuhan daerah.

VI-1
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

5.1 ISU STRATEGIS


Isu Strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena berdampak
signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak,
dan berjangka menengah/panjang, serta menentukan pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di masa yang akan datang.
Perumusan isu strategis dilakukan melalui kesepakatan bersama dalam
Konsultasi Publik dengan membahas isu utama/strategis atau persoalan utama di
Kota Pematangsiantar yang akan terjawab melalui pencapaian tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Proses kesepakatan isu strategis pembangunan berkelanjutan di Kota
Pematangsiantar dilakukan melalui tahapan berikut :
1. Perumusan isu melalui analisis ketidaktercapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjuan sebagai permasalahan yang perlu diselesaikan. Hal ini
disusun dengan mencari akar masalah atau kendala dalam pencapaian
indikator-indikator TPB yang tidak memenuhi target (kategori Telah
Dilaksanakan, dan Belum Memenui Target/SB)
2. Permasalahan perkembangan Daerah (kondisi fisik alam, kebencanaan,
kesejahteraan penduduk, perekonomian daerah, kemampuan keuangan
daerah)
3. Status Lingkungan Hidup dan dampak potensial dari perkembangan
daerah

Berdasarkan Keterkaitan antara permasalahan/kendala pencapaian yang


diidentifikasi tersebut, maka disusunlah pokok permasalahan dalam pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan. Perumusan isu – isu strategis akan mengacu
kepada Perpres 59 tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), yaitu : menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara
berkesinambungan; menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Melalui Konsultasi Publik dan diskusi internal dirumuskan yang menjadi 6
(enam) isu strategis pembangunan berkelanjutan di Kota Pematangsiantar,
adalah:
1. Penataan ruang kota (tutupan lahan)
2. Penurunan kualitas lingkungan hidup (sumberdaya air, limbah dan sampah,
udara),

VI-2
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

3. Pengelolaan keluarga sehat (kesehatan, makanan, hunian, air dan sanitasi,


penerangan),
4. Pengelolaan pelayanan masyarakat kota (transportasi, pendidikan, ketertiban
umum),
5. Pertumbuhan ekonomi kota (kegiatan ekonomi, sumberdaya alam,
pendapatan, kemiskinan, pengangguran),
6. Kesiapsiagaan penanganan bencana alam, dan
7. Pemantapan tata kelola pemerintahan.

Isu-isu strategis yang dirumuskan merupakan pokok permasalahan yang


menjadi kendala dan tantangan dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan di Kota Pematangsiantar. Isu-isu strategis prioritas atau pokok
permasalahan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan yang dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Penataan ruang
Penataan ruang merupakan salah satu isu strategis dalam penyelenggaraan
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar. Pada saat ini Perda No. 1 Tahun 2013
tentang RTRW Kota Pematangsiantar 2012-2032 sedang dilakukan revisi
RTRW, dan yang menjadi salah satu menjadi isu utama kebutuhan revisi
tersebut adalah dinamika dan rencana perkembangan kota yang mengadopsi
program strategis nasional yaitu : rencana pembangunan jaringan
infrastruktur nasional, berupa rencana jalan bebas hambatan Tebing Tinggi-
Parapat, dan jaringan jalur Kereta Api ruas Sei Mangke-Pematangsiantar-
Raya-Merek; implikasi rencana infrastruktur nasional ini terhadap perubahan
sistem pusat pelayanan dan pergeseran pola ruang terbuka hijau yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Status penyelesaian Revisi RTRW
Kota Pematangsiantar dalam finalisasi proses persetujuan substansi yang
segera dilanjutkan dalam proses legalisasi.
Hal yang menjadi permasalahan adalah pada tahap pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan pola ruang terbuka
hijau. Dengan kondisi topografi yang bergelombang sebaran tutupan hijau
vegetasi yang perlu dipertahankan agar tidak tefragmentasi, pemanfaatan
ruang kawasan budidaya harus dikendalikan dengan cara optimal dan efisien
dalam memanfaatkan ruang melalui densifikasi, intensikasi, multifungsi dan
tidak menyebar acak (sprawl). Di sisi lain, kondisi tutupan lahan vegetasi
yang semakin berkurang dan terfragmentasi menurunkan kondisi kinerja
ekosistem alami sebagai penyedia, pengatur, budaya dan pendukung bagi
manusia dan lingkungan.
Lahan sawah semakin berkurang karena beralih fungsi menjadi lahan
perumahan yang dijual pemilik tanah atau yang mendirikan bangunan pada

VI-3
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

lahan. Hilangnya sawah umumnya dapat mengubah atau mengganggu aliran


irigasi sehingga mengurangi ketersediaan air bagi petak lahan sawah lainnya.
Pengendalian pemanfaatan ruang dititik beratkan pada penyediaan ruang
terbuka hijau, khususnya RTH publik, yang diantaranya dapat berasal dari
komitment kontribusi pengembang dalam bentuk fasilitas publik berupa
ruang terbuka hijau. Jika tidak direalisasikan komitmen akan mengancam
pencapaian kewajiban RTH seluas 30 % dari seluruh wilayah kota. Begitu
alih fungsi lahan pertanian pangan basah dapat terancam jika tidak dilakukan
pengendalian pemanfaaatan ruang maka ancaman peran pemasok
ketahanan pangan akan menurun yang selanjutnya berdampak pada masalah
lingkungan lainnya seperti hilangnya daya dukung pengendalian banjir yang
ada pada persawahan, muka air tanah menurun, meningkatnya erosi (kondisi
tanah erosi tinggi), kerusakan tanah meluas, pelepasan karbon meningkat
dan kenaikan suhu kota.
2. Penurunan kualitas lingkungan hidup
Penurunan kualitas hidup yang menjadi perhatian Kota Pematangsiantar,
adalah pencemaran badan air permukaan dan air tanah, peningkatan suhu
udara. Permasalahan kerusakan dan pencemaran sumber air dan badan air,
selain permasalahan perubahan tutupan lahan tersebut, juga pengelolaan
pengambilan air tanah yang tidak terkendali, pembuangan air limbah dan
sampah (domestik, peternakan, pabrik, transportasi dan lainnya) yang belum
dilaksanakan secara optimal sehingga menimbulkan pencemaran pada
kualitas air sungai dan air tanah sehingga menurunkan tingkat produktifitas
tanah serta mengancam keanekaragaman hayati yang akhirnya menurunkan
daya dukung penyediaan air bersih (air baku dari sungai dan sumur pompa
dan mata air). dan daya tampung sungai untuk memulihkan pencemaran.
Pengelolaan penyediaan air bersih yang bersumber dari sistem air permukaan
dan air tanah bagi dari pengelolaan sumber daya air berbasis daerah aliran
sungai yang memerlukan koordinasi dan kerjasama lintas daerah dan
mengancam kualitas layanan penyediaan air bersih dan sanitasi di tingkat
rumah tangga.
Menghilangnya lahan bervegetasi dengan cara yang boros dan tidak
terkendali, terutama tumbuhan pepohonan, akan menyebabkan pelepasan
karbon (emisi karbon) dan meningkatkan suhu lokal, berkontribusi terhadap
perubahan iklim. Kenaikan suhu lokal yang terus berlangsung mengurangi
kenyamanan berkehidupan.
3. Pengelolaan Keluarga Sehat
Pada aspek pengelolaan keluarga sehat di Kota Pematangsiantar memiliki
permasalahan di bidang kesehatan ibu hamil dan persalinannya kurang
memperhatikan pola asuh ibu terhadap kesehatan dirinya sendiri, maupun

VI-4
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

bagi bayi dan anak balitanya, berupa pemberian pangan/makanan


berkualitas. Begitu juga, ibu-ibu hamil masih banyak melakukan persalinan
bukan pada fasilitas kesehatan.
Permasalahan keluarga sehat lain adalah kondisi layanan air minum dan
sanitasi terutama bagi rumah tangga orang miskin yang belum mendapatkan
layanan air bersih menyebabkan beberapa persoalan terkait kebersihan dan
kesehatan hunian.

4. Pengelolaan Pelayanan Masyarakat


Permasalahan layanan pendidikan terdapat pada kualitas sekolah, guru serta
angka partisipasi (APK dan APM). Masih terdapat sekolah setingkat SD dan
SMP yang belum mencapai akreditas minimal B, terutama untuk sekolah
setingkat SD. Ketidakmerataan kualitas layanan pendidikan kemungkinan
terjadi beberapa sekolah negeri atau swasta. Disamping itu, jumlah guru yang
memiliki sertifikat pendidik masih belum terpenuhi ikut mempengaruhi
kualitas layanan. Begitu juga, angka partisipasi kasar murid setingkat SD
belum tercapai pencapaian dapat disebabkan kualitas layanan sekolah
tersebut dari pada ketidaksanggupan atau ketidakmauan orang tua
menyekolahkan anaknya. Pengendalian tingkat fertilitas belum diperhatikan
para suami/istri.
Pelayanan kota yang masih belum terselesaikan adalah masih ada rumah
tangga yang belum terlayani oleh sumber air minum. Rumah tangga yang
belum terlayani ini dapat berupa penduduk yang di bawah garis kemiskinan
dan wilayah yang belum terjangkau jaringan pipa air minum oleh PDAM
Tirtauli. Begitu juga layanan jaringan utilitas kota lainnya, yaitu penerangan
belum menjangkau sebagian rumah tangga merupakan penduduk di bawah
garis kemiskinan.
Layanan transportasi angkutan umum semakin berkurang sejalan dengan
pertambahan kendaraan mobil yang dipergunakan masyarakat. Termasuk
pengaruh masyarakat lebih memanfaatkan angkutan pribadi sewa berbagai
(online) untuk melakukan perjalanan. Dari sisi suplai, angkutan umum yang
semakin dimanfaatkan masyarakat dapat disebabkan jangkauan dan kualitas
layanan angkutan umum tidak sesuai kebutuhan masyarakat.
Permasalahan layanan persampahan terutama terkait volume sampah yang
terkelola tidak berkurang oleh kegiatan daur ulang sampah. Pengurangan
sampah sejak dari produsen dan pemanfaatan daur ulang sampah, jika tidak
didukung sistem pengelolaan persampahan yang memadai menyebabkan
beban penanganan persampahan kota tetap meningkat.

VI-5
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

5. Pertumbuhan ekonomi kota


Perekonomian Kota Pematangsiantar dimotori oleh tiga sektor utama, yaitu:
sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor;
sektor industri pengolahan; dan sektor konstruksi dan tranportasi dan
pergudangan. Diluar, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang
merupakan pengguna lahan terbesar, yaitu sekitar 60 % lahan wilayah kota,
hanya berkontribusi pada 1,5 % dari PDRB kota.
Pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan
hampir di semua setkor, hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
ekonominya baik. Akan tetapi, jika dilihat nilai PDRB per kapita walaupun
masih menunjukkan laju pertumbuhan yang menaik, terlihat bahwa laju
pertumbuhan PDRB per kapita menunjukkan penurunan (kategori SB). Hal
ini sejalan dengan tingkat pengangguran yang menaik, baik tingkat
pengangguran terbuka maupun tingkat setengah pengangguran. Begitu juga
pekerja formal dan pekerja informal mengalami penurunan.
Kegiatan industri manufaktur menunjukkan laju pertumbuhan menurun.
Sektor pariwisata bisa menjadi berpotensi menjadi motor perekonomian
Kota Pematangsiantar. Walaupun kontribusi pariwisata terhadap PDRB
belum memenuhi target nasional (8 %), akan tetapi telah mengalami
pertumbuhan hingga pada tahun 2019 mencapai 5,8 %. Hal ini dapat
digambarkan dengan pertambahan jumlah wisatawan nusantara bertambah
200 % selama lima tahun, begitu juga jumlah wisatawan mancangera
bertambah hampir 300 % selama lima tahun juga. Potensi pariwisata dan
dapat dikaitkan ketertarikan lembaga keuangan memberikan
pinjaman/kredit UMKM yang semakin meningkat. Pihak lembaga keuangan
mungkin melihat peran UMKM dalam peningkatan kegitan potensi
pariwisata di Kota Pematangsiantar.
Laju penurunan kegiatan industri manufaktur dapat terjadi pada perusahaan
industri lama yang semakin sulit mendapatkan lahan pengembangan atau
relokasi ke luar wilayah Kota Pematangsiantar. Dengan ditetapkan RTRW
Kota Pematangsiantar yang mengarahkan lokasi kegiatan/kawasan industri
ke lahan yang luas di wilayah Kecamatan Siantar Martoba dan pembangunan
jalan arteri primer jalan lingkar luar barat kota, rencana jalur kereta api rute
Raya-Saribudolok, dan rencana jalan tol Tebing Tinggi-Parapat-Sibolga
diharapkan akan meningkatkan kembali pertumbuhan kegiatan industri baru.
Dengan demikian, permasalahan yang terkait dengan isu pertumbuhan
ekonomi di Kota Pematangsiantar, adalah selain peran sektor perdagangan
dan jasa dominan, pengembangan sektor-sektor perekonomian yang perlu
dipertahankan, seperti industri manufaktur yang lagi menurun agar perlu
dikembalikan dengan imlementasi rencana pengembangan kegiatan/kawasan

VI-6
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

industri baru, potensi pertumbuhan kegiatan pariwisata yang dapat terus


ditingkatkany dan peran pelaku usaha UMKM yang semakin didorong
sejalan dengan kepercayaan pihak lembaga keuangan memberikan pinjaman.
Dengan demikian, kesempatan kerja pada lapangan kerja formal dan
informal semakin dipulihkan dari peningkatan jumlah pengangguran selama
ini.

6. Kesiapsiagaan penanganan bencana alam


Memang indeks risiko bencana alam di Kota Pematangsiantar masuk dalam
kategori sedang. Jenis bencana alam yang terjadi selama beberapa tahun
terakhir, seperti banjir dan longsor di daerah bantaran sungai pada level
rendah di beberapa kecamatan-kecamatan di pusat dan selatan kota.
Walaupun indeks risiko bencana alam semakin menurun, tetapi penurunan
risiko masih dibawah yang diharapkan (target nasional menurun 30 % dari
data 2016). Artinya masih perlu penanganan pada pengurangan faktor
probabilitas ancaman, faktor kerentanan dan faktor kapasitas). Begitu juga,
telah memiliki sistem peringatan dini cuaca dan iklim serta kebencanaan dan
dokmmen strategis pengurangan risio bencana alam, tetap perlu memastikan
kesiapsiagaan dalam hal kota tangguh yang terbentuk atau pengurangan
lokasi risiko bencana, terutama kecepatan respon bagi penduduk di bawah
garis kemiskinan atau rentan terhadap bencana.

7. Pemantapan tata kelola pemerintahan


Permasalahan tata kelola pemerintah terutam mencakup perlunya
menyempurnakan terus menerus kualitas tata kelola pemerintahan, misalnya
dapat dilihat dalam hal status kinerja peningkatan SAKIP saat ini C dapat
ditingkatkan dan status penilaian (opini) terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Pematangsiantar.
Pada tabel 5.1 memperlihatkan Keterkaitan Isu Strategis dan Indikator TPB
yang telah disusun. Dari seluruh 208 indikator TPB yang diperoleh dari
pengumpulan data terdapat 157 indikator yang memiliki keterkaitan dengan isu
strategis yang telah disepakati. Isu strategis yang terkait dengan indikator
terbanyak adalah isu Pola Hidup Sehat Ibu dan Anak dan isu Pengembangan
Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat sebanyak 30 indikator dan 31 indikator.
TPB yang terbesar terkait isu-isu adalah TPB 1 – Mengakhiri Kemiskinan dan TPB
8 – Pekerjaan dan Pertumbuhan Ekonomi sebanyak 22 indikator dan 19
indikator.

VI-7
Tabel 5.2 Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan dan TPB dan Indikator Terkait
NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
1 Mengakhiri 1.2.1* Persentase penduduk yang hidup Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 5,44 7,09 SB
Kemiskinan di bawah garis kemiskinan Hidup Sehat kota Kota 4,07
dalam Segala nasional, menurut jenis kelamin
dan kelompok umur.
Bentuk
Dimanapun 1.3.1.(a) Proporsi peserta jaminan Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola 3,00 BAU
kesehatan melalui SJSN Bidang Sehat kota Kota 5,00 -
Kesehatan.
1.3.1.(b) Proporsi peserta Program Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola TD
Jaminan Sosial Bidang Sehat kota Kota
Ketenagakerjaan.
1.3.1.(c) Persentase penyandang Keluarga Layanan Ekonomi 60,00 50,00 BAU
disabilitas yang miskin dan Sehat kota Kota 65,00
rentan yang terpenuhi hak
dasarnya dan inklusivitas.

1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga yang Keluarga Layanan Tata Kelola 0 0 0 BAU
mendapatkan bantuan tunai Sehat kota
bersyarat/Program Keluarga
Harapan.

1.4.1.(a) Persentase perempuan pernah Keluarga Layanan B


kawin umur 15-49 tahun yang Sehat kota
proses melahirkan terakhirnya di
fasilitas kesehatan.

1.4.1.(b) Persentase anak umur 12-23 Keluarga Layanan 0 0 0 BAU


bulan yang menerima imunisasi Sehat kota
dasar lengkap.
1.4.1.(c) Prevalensi penggunaan metode Keluarga Layanan 5,54 2,92 BAU
kontrasepsi (CPR) semua cara Sehat kota 6,80
pada Pasangan Usia Subur (PUS)
usia 15-49 tahun yang berstatus
kawin.

VI-8
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
1.4.1.(d) Persentase rumah tangga yang Lingkungan Keluarga Layanan (0,59) SB
memiliki akses terhadap layanan Hidup Sehat kota (3,94) -
sumber air minum layak dan
berkelanjutan.
1.4.1.(e) Persentase rumah tangga yang Lingkungan Sanitasi Layanan - BAU
memiliki akses terhadap layanan Hidup kota - -
sanitasi layak dan berkelanjutan.
1.4.1.(f) Persentase rumah tangga kumuh Penataan Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana TD
perkotaan. Ruang Hidup Sehat kota Kota Alam
1.4.1.(g) Angka Partisipasi Murni (APM) Layanan - BAU
SD/MI/sederajat. kota - -
1.4.1.(h) Angka Partisipasi Murni (APM) Layanan - BAU
SMP/MTs/sederajat. kota - -
1.4.1.(k) Persentase rumah tangga miskin Keluarga Layanan Ekonomi (4,56) SB
dan rentan yang sumber Sehat kota Kota (21,62) -
penerangan utamanya listrik baik
dari PLN dan bukan PLN.

1.5.1* Jumlah korban meninggal, Bencana TD


hilang, dan terkena dampak Alam
bencana per 100.000 orang.
1.5.1.(a) Jumlah lokasi penguatan Tata Bencana SB
pengurangan risiko bencana Ruang Alam
daerah.
1.5.1.(b) Pemenuhan kebutuhan dasar Keluarga Layanan 0 0 0 BAU
korban bencana sosial. Sehat Kota
1.5.1.(c) Pendampingan psikososial Keluarga Layanan TD
korban bencana sosial. Sehat Kota
1.5.1.(d) Jumlah daerah bencana Keluarga Layanan Bencana B
alam/bencana sosial yang Sehat Kota
mendapat pendidikan layanan
khusus. (SMAB=Sekolah/
Madrasah Aman Bencana)

VI-9
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
1.5.1.(e) Indeks risiko bencana pada Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola B
pusat-pusat pertumbuhan yang Ruang Hidup Sehat kota Kota
berisiko tinggi.
1.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola TD
langsung akibat bencana. Ruang Hidup Sehat kota Kota
1.5.3* Dokumen strategi pengurangan Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 0 0 0 BAU
risiko bencana (PRB) tingkat Ruang Hidup Sehat kota Kota
nasional dan daerah.
1.a.1* Proporsi sumber daya yang Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola TD
dialokasikan oleh pemerintah Sehat kota Kota
secara langsung untuk program
pemberantasan kemiskinan.

1.a.2* Pengeluaran untuk layanan Keluarga Layanan Tata Kelola BAU


pokok (pendidikan, kesehatan Sehat kota
dan perlindungan sosial) sebagai
persentase dari total belanja
pemerintah.
2 Menghilangkan 2.1.1* Prevalensi Ketidakcukupan Penataan Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana 1,21 0,83 SS
Kelaparan, Konsumsi Pangan (Prevalence of Ruang Hidup Sehat kota Kota Alam 1,34
Mencapai Undernourishment).
2.1.2* Prevalensi penduduk dengan Penataan Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana SS
Ketahanan
kerawanan pangan sedang atau Ruang Hidup Sehat kota Kota Alam
Pangan dan Gizi berat, berdasarkan pada Skala
yang Baik, serta Pengalaman Kerawanan Pangan.
Meningkatkan 2.2.2.(a) Prevalensi anemia pada ibu Keluarga Layanan
Pertanian hamil. Sehat kota
Berkelanjutan 2.2.2.(b) Persentase bayi usia kurang dari Keluarga Layanan (19,25) (33,45) SB
6 bulan yang mendapatkan ASI Sehat kota (12,15)
eksklusif.
2.2.2.(c) Kualitas konsumsi pangan yang Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi (3,00) SB
diindikasikan oleh skor Pola Hidup Sehat kota Kota (1,90) (5,20)
Pangan Harapan (PPH)
mencapai; dan tingkat konsumsi
ikan.

VI-10
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
2.3.1* Nilai Tambah Pertanian dibagi Lingkungan Ekonomi Bencana 40,34 46,66 BAU
jumlah tenaga kerja di sektor Hidup Kota Alam 37,19
pertanian (rupiah per tenaga
kerja).
3 Menjamin 3.1.2* Proporsi perempuan pernah Keluarga Layanan B
Kehidupan yang kawin umur 15-49 tahun yang Sehat Kota
Sehat dan proses melahirkan terakhirnya
ditolong oleh tenaga kesehatan
Meningkatkan
terlatih.
Kesejahteraan
Seluruh 3.1.2.(a) Persentase perempuan pernah Keluarga Layanan (11,60) (20,27) SB
Penduduk Semua kawin umur 15-49 tahun yang Sehat Kota (7,27)
Usia proses melahirkan terakhirnya di
fasilitas kesehatan.
3.2.2.(b) Persentase kabupaten/kota yang Keluarga Layanan 3,30 BAU
mencapai 80% imunisasi dasar Sehat Kota 5,00 -
lengkap pada bayi.
3.5.1.(e) Prevalensi penyalahgunaan Keluarga Layanan Ekonomi 339,97 454,33 SB
narkoba. Sehat Kota Kota 271,23
3.8.1.(a) Unmet need pelayanan Keluarga Layanan Ekonomi B
kesehatan. Sehat Kota Kota
3.8.2* Jumlah penduduk yang dicakup Keluarga Layanan Ekonomi B
asuransi kesehatan atau sistem Sehat Kota Kota
kesehatan masyarakat per 1000
penduduk.
3.8.2.(a) Cakupan Jaminan Kesehatan Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola 1,30 BAU
Nasional (JKN). Sehat Kota Kota 2,00 -
3.b.1.(a) Persentase ketersediaan obat Keluarga Layanan Tata Kelola 36,00 64,00 BAU
dan vaksin di Puskesmas. Sehat Kota 22,00
3.c.1* Kepadatan dan distribusi tenaga Keluarga Layanan Tata Kelola TD
kesehatan. Sehat Kota

VI-11
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
4 Menjamin 4.1.1* Proporsi anak-anak dan remaja: Layanan B
Kualitas (a) pada kelas 4, (b) tingkat akhir kota
Pendidikan yang SD/kelas 6, (c) tingkat akhir
SMP/kelas 9 yang mencapai
Inklusif dan
standar kemampuan minimum
Merata serta dalam: (i) membaca, (ii)
Meningkatkan matematika.
Kesempatan
4.1.1.(a) Persentase SD/MI berakreditasi Layanan (78,07) (93,54) SB
Belajar minimal B. Kota (70,28)
Sepanjang Hayat 4.1.1.(b) Persentase SMP/MTs Layanan (30,03) (43,57) SB
untuk Semua berakreditasi minimal B. Kota (23,31)
4.1.1.(d) Angka Partisipasi Kasar (APK) Layanan (16,92) (28,63) SB
SD/MI/sederajat. Kota (11,00)
4.1.1.(e) Angka Partisipasi Kasar (APK) Layanan 6,53 3,13 BAU
SMP/MTs/sederajat. Kota 8,22
4.4.1* Proporsi remaja dan dewasa Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola B
dengan keterampilan teknologi Sehat kota Kota
informasi dan komunikasi (TIK).

4.5.1* Rasio Angka Partisipasi Murni Layanan (3,45) SB


(APM) perempuan/laki-laki di (1) Kota (3,10) (4,07)
SD/MI/sederajat; (2)
SMP/MTs/sederajat; (3)
SMA/SMK/MA/sederajat; dan
Rasio Angka Partisipasi Kasar
(APK) perempuan/laki-laki di (4)
Perguruan Tinggi.

VI-12
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
4.a.1* Proporsi sekolah dengan akses Layanan Tata Kelola - BAU
ke: (a) listrik (b) internet untuk kota - -
tujuan pengajaran, (c) komputer
untuk tujuan pengajaran, (d)
infrastruktur dan materi
memadai bagi siswa disabilitas,
(e) air minum layak, (f) fasilitas
sanitasi dasar per jenis kelamin,
(g) fasilitas cuci tangan (terdiri
air, sanitasi, dan higienis bagi
semua (WASH).
4.c.1* Persentase guru TK, SD, SMP, Layanan Tata Kelola (32,77) (52,75) SB
SMA, SMK, dan PLB yang Kota (22,78)
bersertifikat pendidik.
5 Mencapai 5.b.1* Proporsi individu yang Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola 21,20 15,00 BAU
Kesetaraan menguasai/memiliki telepon Sehat Kota Kota 20,90
Gender dan genggam.
Memberdayakan
Kaum
Perempuan
6 Menjamin 6.1.1.(a) Persentase rumah tangga yang Keluarga Layanan 3,76 BAU
Ketersediaan memiliki akses terhadap layanan Sehat Kota 2,59 -
serta sumber air minum layak.
6.1.1.(b) Kapasitas prasarana air baku Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana SS
Pengelolaan Air
untuk melayani rumah tangga, Ruang Hidup Sehat Kota Kota
Bersih dan perkotaan dan industri, serta
Sanitasi yang penyediaan air baku untuk
Berkelanjutan pulau-pulau.
6.1.1.(c) Proporsi populasi yang memiliki Lingkungan Keluarga Layanan Bencana (0,59) SB
akses layanan sumber air minum Hidup Sehat Kota (3,94) -
aman dan berkelanjutan.
6.2.1.(a) Proporsi populasi yang memiliki Lingkungan Keluarga Layanan B
fasilitas cuci tangan dengan Hidup Sehat Kota
sabun dan air.

6.2.1.(b) Persentase rumah tangga yang Lingkungan Keluarga Layanan Bencana 6,75 BAU
memiliki akses terhadap layanan Hidup Sehat Kota 10,12 -
sanitasi layak.

VI-13
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
6.2.1.(c) Jumlah desa/kelurahan yang Lingkungan Keluarga Layanan BAU
melaksanakan Sanitasi Total Hidup Sehat Kota
Berbasis Masyarakat (STBM).
6.2.1.(d) Jumlah desa/kelurahan yang Lingkungan Keluarga Layanan (44,00) (40,00) SS
Open Defecation Free (ODF)/ Hidup Sehat Kota (46,00)
Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS).

6.2.1.(e) Jumlah kabupaten/kota yang Lingkungan Keluarga Layanan Bencana - BAU


terbangun infrastruktur air Hidup Sehat Kota - -
limbah dengan sistem terpusat
skala kota, kawasan dan
komunal.
6.2.1.(f) Proporsi rumah tangga yang Lingkungan Keluarga Layanan Bencana 2.100,00 BAU
terlayani sistem pengelolaan air Hidup Sehat Kota 1.050,00
limbah terpusat.

6.3.1.(a) Jumlah kabupaten/kota yang Lingkungan Keluarga Layanan Bencana - SS


ditingkatkan kualitas Hidup Sehat Kota -
pengelolaan lumpur tinja
perkotaan dan dilakukan
pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
6.3.1.(b) Proporsi rumah tangga yang Lingkungan Keluarga Layanan Bencana 0,40 BAU
terlayani sistem pengelolaan Hidup Sehat Kota 0,20
lumpur tinja.

6.3.2.(b) Kualitas air sungai sebagai Tata Lingkungan Keluarga Layanan Bencana TD
sumber air baku. Ruang Hidup Sehat Kota
6.4.1.(b) Insentif penghematan air Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana B
pertanian/perkebunan dan Hidup Sehat Kota Kota
industri.
6.5.1.(a) Jumlah Rencana Pengelolaan Tata Lingkungan Keluarga Layanan B
Daerah Aliran Sungai Terpadu Ruang Hidup Sehat Kota
(RPDAST) yang diinternalisasi ke
dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).

VI-14
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
6.5.1.(c) Jumlah jaringan informasi Lingkungan Keluarga Layanan Bencana Tata Kelola B
sumber daya air yang dibentuk. Hidup Sehat Kota Alam

6.5.1.(f) Jumlah wilayah sungai yang Tata Lingkungan Keluarga Layanan B


memiliki partisipasi masyarakat Ruang Hidup Sehat Kota
dalam pengelolaan daerah
tangkapan sungai dan danau.

6.5.1.(g) Kegiatan penataan kelembagaan Lingkungan Keluarga Layanan Bencana Tata Kelola B
sumber daya air. Hidup Sehat Kota Alam

7 Menjamin Akses 7.2.1* Bauran energi terbarukan. Keluarga Layanan Tata Kelola B
Energi yang Sehat Kota
Terjangkau,
Andal, 7.3.1* Intensitas energi primer. Keluarga Layanan Tata Kelola B
Berkelanjutan Sehat Kota
dan Modern
untuk Semua
8 Meningkatkan 8.1.1* Laju pertumbuhan PDB per Ekonomi (8,80) (13,90) SB
Pertumbuhan kapita. Kota (6,24)
Ekonomi yang
Inklusif dan 8.1.1.(a) PDB per kapita. Ekonomi 10,88 BAU
Berkelanjutan, Kota 5,44
Kesempatan
Kerja yang
8.10.1.(b) Proporsi kredit UMKM terhadap Ekonomi TD
Produktif dan
total kredit. Kota
Menyeluruh,
serta Pekerjaan
yang Layak untuk
Semua 8.2.1* Laju pertumbuhan PDB per Ekonomi TD
tenaga kerja/Tingkat Kota
pertumbuhan PDB riil per orang
bekerja per tahun.

VI-15
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
8.3.1* Proporsi lapangan kerja informal Keluarga Ekonomi 17,84 BAU
sektor non-pertanian, Sehat Kota 28,61 (3,67)
berdasarkan jenis kelamin.

8.3.1.(a) Persentase tenaga kerja formal. Keluarga Ekonomi 3.554 7.107 BAU
Sehat Kota

8.3.1.(b) Persentase tenaga kerja informal Keluarga Ekonomi


sektor pertanian. Sehat Kota

8.3.1.(c) Persentase akses UMKM (Usaha Keluarga Ekonomi (33,30) (39,91) SB


Mikro, Kecil, dan Menengah) ke Sehat Kota (29,99)
layanan keuangan.

8.5.1* Upah rata-rata per jam pekerja. Keluarga Ekonomi


Sehat Kota

8.5.2* Tingkat pengangguran terbuka Keluarga Ekonomi SB


berdasarkan jenis kelamin dan Sehat Kota 3 6
kelompok umur.

8.5.2.(a) Tingkat setengah pengangguran. Keluarga Ekonomi SB


Sehat Kota 2 5

8.6.1* Persentase usia muda (15-24 Keluarga Ekonomi ########## ######### SB


tahun) yang sedang tidak Sehat Kota (6.079,25)
sekolah, bekerja atau mengikuti
pelatihan (NEET).

VI-16
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
8.9.1* Proporsi kontribusi pariwisata Lingkungan Layanan Ekonomi (3,90) SB
terhadap PDB. Hidup kota Kota (0,98) (8,72)
8.9.1.(a) Jumlah wisatawan mancanegara. Lingkungan Layanan Ekonomi (107,25) (144,25) SB
Hidup Kota Kota (63,75)
8.9.1.(b) Jumlah kunjungan wisatawan Lingkungan Layanan Ekonomi ########## ######### SB
nusantara. Hidup kota Kota (1.578,00)
8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor pariwisata. Lingkungan Layanan Ekonomi B
Hidup kota Kota
8.9.2* Jumlah pekerja pada industri Lingkungan Layanan Ekonomi B
pariwisata dalam proporsi Hidup kota Kota
terhadap total pekerja.

9 Membangun 9.2.1* Proporsi nilai tambah sektor Ekonomi TD


Infrastruktur industri manufaktur terhadap Kota
yang Tangguh, PDB dan per kapita.
Meningkatkan 9.2.1.(a) Laju pertumbuhan PDB industri Penataan Lingkungan Ekonomi Tata Kelola SB
Industri Inklusif manufaktur. Ruang Hidup Kota
dan 9.2.2* Proporsi tenaga kerja pada Penataan Lingkungan Ekonomi TD
Berkelanjutan, sektor industri manufaktur. Ruang Hidup Kota
serta Mendorong
9.3.1* Proporsi nilai tambah industri Ekonomi TD
Inovasi kecil terhadap total nilai tambah Kota
industri.
9.3.2* Proporsi industri kecil dengan Ekonomi B
pinjaman atau kredit. Kota
9.5.1* Proporsi anggaran riset Ekonomi Tata Kelola TD
pemerintah terhadap PDB. Kota
9.c.1* Proporsi penduduk yang Layanan Ekonomi Tata Kelola 17,27 40,77 BAU
terlayani mobile broadband. Kota Kota 5,51
9.c.1.(a) Proporsi individu yang Layanan Ekonomi Tata Kelola 28,16 44,87 BAU
menguasai/memiliki telepon Kota Kota 19,85
genggam
9.c.1.(b) Proporsi individu yang Layanan Ekonomi Tata Kelola 30,86 54,62 BAU
menggunakan internet Kota Kota 21,68

VI-17
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
10 Mengurangi 10.1.1.(a) Persentase penduduk yang hidup Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 5,44 7,09 SB
Kesenjangan di bawah garis kemiskinan Hidup Sehat Kota Kota 4,07
Intra- dan nasional, menurut jenis kelamin
dan kelompok umur.
Antarnegara
10.2.1* Proporsi penduduk yang hidup di Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola B
bawah 50 persen dari median Hidup Sehat Kota Kota
pendapatan, menurut jenis
kelamin dan penyandang
difabilitas.

10.4.1.(b) Proporsi peserta Program Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola TD


Jaminan Sosial Bidang Sehat kota Kota
Ketenagakerjaan.
11 Menjadikan Kota 11.1.1.(a) Proporsi rumah tangga yang Lingkungan Keluarga Layanan 40,50 30,37 BAU
dan Permukiman memiliki akses terhadap hunian Hidup Sehat Kota 45,29
Inklusif, Aman, yang layak dan terjangkau.
Tangguh dan 11.1.1.(c) Jumlah kota sedang dan kota Tata Lingkungan Layanan Bencana Tata Kelola TD
Berkelanjutan baru yang terpenuhi SPP. Ruang Hidup Kota Alam
11.2.1.(a) Persentase pengguna moda Tata Lingkungan Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola (5,50) (31,50) SB
transportasi umum di perkotaan. Ruang Hidup Kota Kota Alam 7,50
11.4.1.(a) Jumlah kota pusaka di kawasan Tata Lingkungan Layanan Ekonomi TD
perkotaan metropolitan, kota Ruang Hidup Kota Kota
besar, kota sedang dan kota
kecil.
11.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang Bencana (11,00) (22,00) BAU
dan terkena dampak bencana Alam
per 100.000 orang.
11.5.1.(a) Indeks Risiko Bencana Indonesia Tata Bencana BAU
(IRBI). Ruang Alam
11.5.1.(b) Jumlah kota tangguh bencana Tata Bencana B
yang terbentuk. Ruang Alam
11.5.1.(c) Jumlah sistem peringatan dini Bencana 1,00 2,00 BAU
cuaca dan iklim serta Alam
kebencanaan.

VI-18
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
11.5.2.(a) Jumlah kerugian ekonomi Bencana B
langsung akibat bencana. Alam
11.6.1.(a) Persentase sampah perkotaan Layanan TD
yang tertangani. Kota
11.7.1.(a) Jumlah kota hijau yang Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana B
menyediakan ruang terbuka Ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam
hijau di kawasan perkotaan
metropolitan dan kota sedang.

11.b.1* Proporsi pemerintah kota yang Tata Lingkungan Bencana BAU


memiliki dokumen strategi Ruang Hidup Alam
pengurangan risiko bencana.
11.b.2* Dokumen strategi pengurangan Tata Lingkungan Bencana BAU
risiko bencana (PRB) tingkat Ruang Hidup Alam
daerah.
12 Menjamin Pola 12.4.2.(a) Jumlah limbah B3 yang terkelola Lingkungan Layanan B
Produksi dan dan proporsi limbah B3 yang Hidup Kota
Konsumsi yang diolah sesuai peraturan
perundangan (sektor industri).
Berkelanjutan
12.5.1.(a) Jumlah timbulan sampah yang Lingkungan Keluarga Layanan SB
didaur ulang. Hidup Sehat Kota
12.6.1.(a) Jumlah perusahaan yang Lingkungan Layanan Tata Kelola B
menerapkan sertifikasi SNI ISO Hidup Kota
14001.
12.7.1.(a) Jumlah produk ramah lingkungan Lingkungan Layanan Tata Kelola B
yang teregister. Hidup Kota
12.8.1.(a) Jumlah fasilitas publik yang Tata Lingkungan Layanan Ekonomi B
menerapkan Standar Pelayanan Ruang Hidup Kota Kota
Masyarakat (SPM) dan
teregister.
13 Mengambil 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola BAU
Tindakan Cepat risiko bencana (PRB) tingkat Ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam
untuk Mengatasi nasional dan daerah.

VI-19
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
Perubahan Iklim 13.1.2* Jumlah korban meninggal, hilang Tata Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 3,00 6,00 SB
dan Dampaknya dan terkena dampak bencana Ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam
per 100.000 orang.

15 Melindungi, 15.1.1.(a) Proporsi tutupan hutan terhadap Tata Lingkungan Bencana TD


Merestorasi dan luas lahan keseluruhan. Ruang Hidup Alam
Meningkatkan
Pemanfaatan
Berkelanjutan 15.3.1.(a) Proporsi luas lahan kritis yang Tata Lingkungan Bencana B
Ekosistem direhabilitasi terhadap luas lahan Ruang Hidup Alam
Daratan, keseluruhan.
Mengelola Hutan
secara Lestari,
Menghentikan 15.6.1* Tersedianya kerangka legislasi, Lingkungan Tata Kelola B
administrasi dan kebijakan untuk Hidup
Penggurunan,
memastikan pembagian
Memulihkan keuntungan yang adil dan
Degradasi Lahan, merata.
serta 15.9.1.(a) Dokumen rencana pemanfaatan Lingkungan Tata Kelola B
Menghentikan keanekaragaman hayati. Hidup
Kehilangan
Keanekaragaman
Hayati
16 Menguatkan 16.10.2.(c) Jumlah kepemilikan sertifikat 13,00 BAU
Masyarakat yang Pejabat Pengelola Informasi dan -
Inklusif dan Dokumentasi (PPID) untuk
mengukur kualitas PPID dalam
Damai untuk
menjalankan tugas dan fungsi
Pembangunan sebagaimana diatur dalam
Berkelanjutan, peraturan perundang-undangan.
Menyediaan
Akses Keadilan 16.5.1.(a) Indeks Perilaku Anti Korupsi Tata Kelola B
untuk Semua, (IPAK).
dan Membangun
Kelembagaan

VI-20
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
yang Efektif, 16.6.1* Proporsi pengeluaran utama Tata Kelola B
Akuntabel, dan pemerintah terhadap anggaran
Inklusif di Semua yang disetujui.
Tingkatan
16.6.1.(a) Persentase peningkatan Opini Tata Kelola SB
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
atas Laporan Keuangan
Kementerian/ Lembaga dan
Pemerintah Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota).

16.6.1.(b) Persentase peningkatan Sistem Tata Kelola SB


Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
(SAKIP) Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah
(Provinsi/ Kabupaten/Kota).

16.6.1.(d) Persentase instansi pemerintah Tata Kelola TD


yang memiliki nilai Indeks
Reformasi Birokrasi Baik
Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah (Provinsi/
Kabupaten/Kota).

16.6.2.(a) Persentase Kepatuhan Tata Kelola TD


pelaksanaan UU Pelayanan
Publik Kementerian/Lembaga
dan Pemerintah Daerah
(Provinsi/ Kabupaten/Kota).

17 Menguatkan 17.1.1* Total pendapatan pemerintah Ekonomi Tata Kelola TD


Sarana sebagai proporsi terhadap PDB Kota
Pelaksanaan dan menurut sumbernya.
Merevitalisasi

VI-21
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR Penataa Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 KATEGORI
ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintahan CAPAIAN
2026
Kemitraan Global 17.1.1.(a) Rasio penerimaan pajak Ekonomi Tata Kelola TD
untuk terhadap PDB. Kota
Pembangunan
Berkelanjutan
17.1.2* Proporsi anggaran domestik yang Ekonomi Tata Kelola TD
didanai oleh pajak domestik. Kota

17.18.1.(d) Persentase indikator SDGs Penataan Lingkungan Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola B
terpilah yang relevan dengan Ruang Hidup Sehat Kota Kota Alam
target.

17.19.2.(b) Tersedianya data registrasi Keluarga Layanan Ekonomi Tata Kelola Ada Ada Ada BAU
terkait kelahiran dan kematian Sehat Kota Kota
(Vital Statistics Register)

17.19.2.(c) Jumlah pengunjung eksternal Layanan Ekonomi Tata Kelola - BAU


yang mengakses data dan Kota Kota -
informasi statistik melalui
website.

17.6.2.(b) Tingkat penetrasi akses tetap Layanan Ekonomi Tata Kelola 30,00 10,00 BAU
pitalebar (fixed broadband) di Kota Kota 40,00
Perkotaan dan di Perdesaan.

17.6.2.(c) Proporsi penduduk terlayani Layanan Ekonomi Tata Kelola - BAU


mobile broadband Kota Kota - -

17.8.1* Proporsi individu yang Layanan Ekonomi Tata Kelola 15,50 10,90 BAU
menggunakan internet. Kota Kota 17,80

VI-22
5.2 PERUMUSAN ALTENATIF SKENARIO
Alternatif skenario dirumuskan berdasarkan kondisi dan proyeksi pencapaian
masing-masing indikator TPB hingga tahun akhir RPJMD, perkembangan kota dan
isu strategis dan permasalahan yang perlu ditangani, dinamika daya dukung daya
tampung lingkungan hidup saat ini maupun yang akan terjadi terjadi.
Upaya tambahan diperlukan dan bentuk upaya tambahan, atau tidak diperlukan
upaya tambahan dalam alternatif skenario didasarkan proyeksi pencapaian masing-
masing indikator. Ketika proyeksi pencapaian tidak mencapai target TPB maka
diperlukan upaya tambahan pemenuhan target indikator TPB, dan sebaliknya ketika
proyeksi pencapaian telah mencapai target TPB maka tidak diperlukan upaya
tambahan atau Bussiness as usual (BAU).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, pembahasan alternatif skenario pembangunan
berkelanjutan di Kota Pematangsiantar akan dibagi dalam dalam 3 (tiga) pilihan,
yaitu :
1. Skenario Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup, mencakup
indikator-indikator TPB Tanpa Upaya Tambahan maupun Dengan Upaya
Tambahan yang membutuhkan daya dukung daya tampung lingkungan
hidup,
2. Skenario Dengan Upaya Tambahan, mencakup indikator-indikator TPB yang
tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidup,
3. Skenario Tanpa Upaya Tambahan, mencakup indikator-indikator TPB yang
dipengaruhi kondisi lingkungan hidup.

VI-23
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

5.2.1 ALTERNATIF SKENARIO DAYA DUKUNG DAYA TAMPUNG


LINGKUNGAN

A. Pola Skenario Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan


Dalam pembahasan alternatif skenario daya dukung daya tampung lingkungan
hidup terkait pencapaian target TPB, terdapat 5 (lima) skenario. Lihat Gambar 6.1
berikut.
Gambar 6.1
Skenario Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Pada skenario 1 dan Skenario 2, menyatakan bahwa proyeksi pencapaian


pembangunan telah memenuhi target TPB. Skenario 1 memiliki daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup yang belum terlampaui dan Skenario 2 telah
terlampaui. Tetapi pada kedua skenario ini tidak memerlukan Upaya Tambahan
dari sisi lingkungan hidup untuk mempertahankan atau memperbaiki kondisi daya
dukung daya tampung lingkungan hidup.

VI-24
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Skenario 3, menyatakan bahwa proyeksi pencapaian yang tidak memenuhi


target TPB, dan daya dukung daya tampung lingkungan hidup masih belum
terlampaui. Sehingga, upaya tambahan diperlukan melalui pencapaian TPB.
Skenario 4, menyatakan bahwa proyeksi pencapaian yang telah memenuhi
target TPB, sedangkan daya dukung daya tampung lingkungan hidup masih belum
terlampaui. Sehingga, upaya tambahan diperlukan terkait lingkungan hidup untuk
meningkatkan dan memperbaiki kondisi daya dukung daya tampung lingkungan
hidup.
Skenario 5, menyatakan bahwa proyeksi pencapaian yang tidak memenuhi
target TPB, dan daya dukung daya tampung lingkungan hidup masih belum
terlampaui. Sehingga, upaya tambahan diperlukan baik melalui pencapaian TPB
juga terkait lingkungan hidup untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi daya
dukung daya tampung lingkungan hidup.
Upaya tambahan dari alternatif skenario lingkungan hidup berupa dapat berupa :
pemulihan dan peningkatan kinerja daya dukung daya tampung lingkungan yang
rendah/sangat rendah (terlampaui/defisit) dan perlindungan terhadap kinerja daya
dukung daya tampung lingkungan yang tinggi/sangat tinggi (surplus). Dari bagian
sebelumnya telah dijelaskan beberapa aspek daya dukung daya tampung yang
dinyatakan strategis bagi perkembangan secara berkanjutan. Terdapat 3 (tiga)
altermatif skenario yang dimaksud, yaitu :
1. Skenario pengelolaan penyediaan air bersih
2. Skenario penyediaan ketahanan pangan,
3. Skenario tutupan hijau (ruang terbuka hijau) kota.

A. Skenario Ketersediaan Air Bersih


Daya dukung ketersediaan air bersih di Kota Pematangsiantar belum
terlampaui. Hal ini dapat dilihat dari jasa ekosistem penyediaan air bersih yang
berkinerja tinggi/sangat tinggi yang lebih dominan. Kondisi tersebut terutama di
bagian luar pusat kota. Ketersediaan air baku penyediaan air bersih yang bersumber
dari air permukaan (sungai-sungai yang melewati wilayah kota) dan air tanah
(sumur dan pompa) di wilayah kota maupun di wilayah luar kota (Kabupaten
Simalungun). Dilihat dari debit produksi air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta
Uli masih mencukupi (surplus) kebutuhan penduduk kota (domestik). Akan tetapi
untuk kebutuhan kota (domestik dan non domestik), ketersediaan air bersih dari
PDAM Tirta Uli sudah mengalami defisit. (KLHS RTRW Kota Pematangsiantar 2012-
2032.) Diperkirakan masih banyak penduduk mengambil air bersih dari air tanah
menggunakan sumur dan pompa secara mandiri.

VI-25
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Suplai sumber air baku berupa air permukaan yang dimanfaatkan menjadi air bersih
semua berada pada sungai-sungai besar yang memiliki hulu daerah aliran sungai di
luar wilayah Kota Medan (Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo), yaitu :
Sungai Belawan, Sungai Deli dan Sungai Amplas. Pasokan air baku diproyeksi akan
mengalami penurunan berupa debit semakin berkurang dan kontinutas debit aliran
air dan kualitas air. Kejadian banjir kiriman dari daerah hulu yang semakin sering
terjadinya menjadikan penurunan kuantitas dan kualitas air baku terus berlangsung.
Penurunan kualitas air sungai juga disebabkan oleh pencemaran air dari buangan
limbah dan sampah dari masyarakat dan kegiatan sekitar sungai dan bahan
cemar/racun yang terbawa oleh aliran air dari jaringan drainase.
Pencapaian penyediaan air bersih kota umumya dipengarui ketersediaan (kuantias
dan kualitas) air baku, pencemaran air permukaan (disposal) dan pencemaran
inflitrasi air tanah, perkembangan penduduk (sosial ekonomi), produksi air bersih,
distribusi dan faktor pengelolaan. Perkembangan penduduk berupa urbanisasi
meningkatkan kebutuhan air bersih juga peningkatan suhu lingkungan dan
peningkatan tingkat pendapatan juga akan meningkatkan kebutuhan air bersih bagi
manusia. Perkembangan lahan terbangun meng-alih fungsikan kawasan resapan
atau kemampuan kota menyerap air permukaan yang meningkatan potensi banjir
dan kekeringan, serta membawa sediment dan bahan cemar yang dibuang ke badan
air.
Pasokan air sungai diperkirakan akan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan
hidrologi di hulu daerah aliran sungai. Saat ini kualitas sungai sebagai sumber air
baku telah mengalami penurunan karena sedimen yang semakin padat yang
terbawa dari hulu, dan buangan limbah domestik, industri dan jasa yang ditampung
oleh air sungai. Penurunan kualitas air permukaakualitas air sungai yang akan
meningkatkan biaya produksi. Begitu juga, pasokan air baku air tanah dapat
berkurang seiring dengan perubahan kemampuan resapan air oleh
perkerasan/vegetatif hilang, peningkatan pengambilan air tanah oleh maysarakat
dan pembuangan limbah (air dan sampah) domesik dan non domestik langsung ke
tanah.
Permasalahan hal produksi dan distribusi air bersih yang belum melayani seluruh
wilayah kota dan tingkat kebocoran dalam saluran distribusi yang masih sulit
dikurangi. Beberapa bagian kota yang belum terlayani dan terbangun memiliki
kondisi topografi yang bergelombang menyulitkan pengembangan jaringan
distribusi. Sehingga didorong partisipasi pemenuhan kebutuhan air bersih non pipa
bagi masyarakat atau kegiatan kota wilayah yang sulit dikembangkan jaringan
distribusinya. Pengambilan air tanah oleh kegiatan-kegiatan besar, seperti pabrik
memerlukan pengawasan eksploitasi air tanah.

VI-26
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

Skenario penyediaan air bersih secara berkelanjutan ditujukan untuk


pemenuhan target TPB-6, yaitu: “Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air
Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan”, melalui target-target berikut :
1) akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi
semua;
2) akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua,
dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan
perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok
masyarakat rentan;
3) meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan
pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia
berbahaya, mengurangi setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan
secara signifikan meningkatkan daur ulang, serta penggunaan kembali barang
daur ulang yang aman secara global;
4) secara signifikan meningkatkan efisiensi penggunaan air di semua sektor, dan
menjamin penggunaan dan pasokan air tawar yang berkelanjutan untuk
mengatasi kelangkaan air, dan secara signifikan mengurangi jumlah orang yang
menderita akibat kelangkaan air; dan
5) pengelolaan sumber daya air terpadu di semua tingkatan, termasuk melalui
kerjasama lintas batas yang tepat.
Pemenuhan penyediaan air bersih secara berkelanjutan tersebut akan saling terkait
dengan isu-isu penataan ruang, kualitas lingkungan hidup, keluarga sehat, layanan
kota dan bencana alam.
Upaya tambahan sebagai alternatif skenario untuk pencapaian target
ketersediaan air bersih di Kota Pematangsiantar secara berkelanjutan, berupa :
 meningkatkan kemampuan penyerapan resapan air, melalui pengendalian
penghilangan tutupan lahan hijau, penanaman tutupan hijau, pembangunan
sumur resapan dan biopori, terutama pada kawasan permukiman di pusat kota
 mewujudkan sebaran dan luas kawasan hijau kota, terutama RTH publik dan
sempadan sungai
 mengurangi pencemaran pada badan air permukaan dan pencemaran pada air
tanah, terutama di sekitar lokasi
 menghindarkan pembuangan sampah (TPS, TPA) pada kawasan permukiman
padat dan kawasan intake (air tanah dan air permukaan)
 melarang buang sampah dan limbah ke sungai
 pemantauan sistem pembuangan limbah dan sampah
 sistem jaringan limbah terpisah dengan jaringan drainase pada kawasan pusat
kota

VI-27
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

 pemeliharaan jaringan drainase dan pembangunan jaringan drainase yang


memperluas peluang penyerapan drainase pada tanah dari pada langsung ke
sungai
 pengembangan kolam retensi di sekitar rawan banjir
 penetapan zona perlindungan di sekitar water intake
 realisasi kerjasama pengambilan air tanah dan penyimpanan air bersih dengan
pemerintah Kabupaten Simalungun
 peningkatan kapasitas produksi air minum
 menekan angka kebocoran distribusi air minum
 perluasan jangkauan layanan perpipaan dan non perpipaan, atau pipanisasi
masyarakat pada daerah yang sulit terjangkau jaringan
 menggalakkan kampanye penghematan penggunaan air
Upaya tambahan pencapaian target ketersediaan air bersih memerlukan
peran dari berbagai para pihak, antara lain dinas yang mengurus dinas perumahan,
kawasan permukiman dan, pekerjaan umum, dinas lingkungan hidup, dinas
kebersihan dan persampahan, dinas kesehatan, dinas ketahanan pangan, badan
penganggulangan bencana, dinas pengendalian penduduk dan keluarga berencana,
PDAM Tirta Uli dan perusahaan swasta, lembaga masyarakat pengelola air bersih,
kerjasama antar daerah (Kabupaten Simalungun), pelaku usaha dan/kegiatan
industri dan pertanian, dan lembaga / instansi terkait.

B. Skenario pencapaian target ketahanan pangan


Daya dukung penyediaan pangan keseluruhan Kota Pematangsiantar masih dalam
status surplus, dengan kinerja tinggi dan sangat tinggi di bagian luar pusat kota. Dari
bab sebelumnya, dijelaskan bahwa Kota Pematangsiantar masih mengalami defisit
bahan pangan sebesar, yaitu hanya memenuhi 46,67 % dari kebutuhan penduduk
kota. Pada hal luas sawah yang terdapat di Kota Pematangsiantar cukup luas, yaitu
sebesar 2.736,5 ha yang didukung dengan sistem jaringan irigasi teknis. Dari sebaran
jasa ekosistem penyediaan pangan, lahan di wilayah selatan kota memiliki jasa
ekosistem tinggi dan sangat tinggi yang lebih luas dari pada di wilayah utara kota.
Permasalahan utama dalam pemenuhan penyediaan ketahanan pangan adalah alih
fungsi lahan yang terus berlangsung, dimana selama tahun 2018-2019 saja lahan
persawahan yang berkurang seluas 334 ha, atau setara sekitar 800 ton beras
berkurang. Pertumbuhan penduduk dan perekonomian kota yang terus
berkembang membutuhkan penambahan bahan pangan sehingga memperlemah
ketahanan pangan kota. Penetapan mempertahankan lahan persawahan telah
dialokasikan pada Perda RTRW Kota Pematangsiantar, agar alih fungsi lahan
persawahan yang termasuk dalam Kawasan Pangan Berkelanjutan agar
dipertahankan (tidak alih fungsi lahan). Perkembangan lahan terbangun kota dapat
memberikan dampak penurunan produktifitas persawahan akibat kompetisi alokasi

VI-28
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

penggunaan air, gangguan atau hambatan terhadap saluran air irigasi, serta buangan
limbah (padat dan cair) yang masuk ke saluran irigasi tersebut.

Skenario ketahanan pangan yang berkelanjutan ditujukan untuk memenuhi target


TPB-2, yaitu: “Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan dan Gizi
yang Baik, serta Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan”, ditujukan kepada target-
target berikut :
1) pangan bagi semua orang, khususnya orang miskin dan mereka yang berada
dalam kondisi rentan, termasuk bayi, terhadap makanan yang aman, bergizi,
dan cukup sepanjang tahun.
2) menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi (anak pendek dan kurus di bawah
usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan
menyusui, serta manula)
3) menggandakan produktivitas pertanian dan pendapatan produsen makanan
skala kecil, khususnya perempuan, masyarakat penduduk asli, keluarga petani,
penggembala dan nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan sama
terhadap lahan, sumber daya produktif, dan input lainnya, pengetahuan, jasa
keuangan, pasar, dan peluang nilai tambah, dan pekerjaan nonpertanian.

Pemenuhan penyediaan ketahanan pangan akan saling terkait dengan penyelesaian


isu strategis Kota Pematangsiantar berikut : isu penataan ruang, isu lingkungan
hidup, isu keluarga sehat dan isu bencana alam.
Upaya tambahan sebagai alternatif skenario untuk pencapaian target ketahanan
pangan di Kota Pematangsiantar, berupa :
 mempertahankan lahan sawah dari alih fungsi lahan melalui penetapan perda
tentang lahan pertanian pangan berkelanjutan,
 intensifikasi lahan pertanian dengan meningkatkan volume dan nilai tambah
produksi pertanian (agribisnis unggulan).
 meningkatkan kondisi dan kapasitas jaringan dan kontinuitas pasokan air irigasi,
 mendorong dan menggalakan pertanian dan peternakan skala rumah tangga
yang sehat dan higines pada lahan pekarangan, lingkungan permukiman, lahan
yang belum dimanfaatkan menjadi lahan pertanian, untuk kebutuhan sendiri
dan kebutuhan komersial
 peningkatan produktifitas dan keragaman komoditi pangan, penyediaan
ketersediaan dan harga beli bibit unggul (tanaman, ikan dan ternak), teknologi
pengolahan dan pengemasan, serta promosi/pemasaran.
 menjaga rantasi pasokan pangan yang efisien, terjangkau dan tepat sasaran,
yang diimpor dari luar wilayah kota hingga ke rumah tangga, terutama rumah
tangga yang miskin dan rentan

VI-29
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

 sosialisasi pangan sehat dan bergizi dan diversifikasi pangan masyarakat


terutama keluarga yang mengalami kekurangan gizi dan bayi stunting
 mendorong pengembangan lembaga keuangan mikro agribisnis
Upaya tambahan pencapaian target ketahanan pangan memerlukan peran
dari berbagai para pihak, antara lain dinas yang mengurus ketahanan pangan,
perizinan pemanfaatan dan pengendalian lahan pertanian, pemberdayaan
perempuan, kesehatan, kegiatan pertanian dan perikanan, penyediaan air bersih
dan pengelolaan jaringan drainase kota, UMKM dan koperasi, perdagangan dan
perindustrian, lembaga jasa keuangan, perguruan tinggi, dan lembaga non
pemerintah atau perorangan yang berkontribusi pembinaan masyarakat petani dan
perkotaan.

C. Skenario ketersediaan ruang terbuka hijau


Daya dukung daya tampung lingkungan hidup pada lahan berupa tutupan lahan
bervegetasi berhubungan dengan hampir seluruh jasa ekosistem dengan
tinggi/sangat tinggi dibanding jenis tutupan lainnya. Keberadaan tutupan lahan
bervegetasi sangat berperan dalam ketahanan kota menghadapi bencana dan
dampak perubahan iklim. Untuk mempertahankan keberlanjutan lahan
bervegetasi telah diatur bahwa hijau kota menjadi kewajiban untuk disediakan
berupa ketentuan luas ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 30 % dari luas wilayah
kota, yang terbagi 20 % yang berfungsi publik dan 10 % berfungsi privat yang
diterapkan melalui koefisien dasar hijau (KDH). Penyediaan ruang terbuka hijau
ditetapkan dalam rencana tata ruang (Perda RTRW Kota Pematangsiantar 2012-
2032 dalam beberapa pola, yaitu : taman lingkungan/kelurahan/kecamatan/
kota, jalur hijau jalan, sempadan jalur keretapi, sempadan jalur, sempadan jalur
listrik tegangan tinggi, sempadan sungai dan perlindungan mata air, dan bentuk
lainnya.
Penyediaan ruang terbuka hijau di dalam ilayah perkotaan mampu berfungsi
secara ekologis, estetis dan memiliki nilai sosial budaya dan ekonomi maka
dibutuhkan adanya proporsi dan distribusi ruang terbuka hijau yang ideal
terhadap suatu wilayah perkotaan, akan tetapi tetap memperhatikan kebutuhan
masyarakat sebagai pengguna serta kebutuhan kota tersebut.
Permasalahanya perkembangan fisik Kota Pematangsiantar sudah meluas ke
daerah pinggiran kota yang umumnya yang mengikuti koridor jalan-jalan
primer. Perluasan perkembangan kota untuk perumahan, permukiman,
infrastruktur dan industri mengubah tutupan lahan, terutama memiliki lokasi
bervegetasi yang memiliki jasa ekosistem yang lebih baik. Ketersediaan lahan
bervegetasi yang diatur sebagai ruang terbuka hijau kota akan semakin
berkurang. Perkembangan kota yang menyebabkan berkurangnya tutupan lahan

VI-30
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

hijau berdampak lingkungan, seperti kesejukan berkurang akibat peningkatan


suhu, debu dan kebisingan, peningkatan run off aliran permukaan dengan erosi
semakin tinggi, limbah kegiatan dan penduduk semakin bertambah, dan estetika
lingkungan berkurang.

Skenario ketersediaan tutupan hijau (ruang terbuka hijau) secara berkelanjutan


ditujukan untuk pemenuhan target TPB-11, yaitu: “Menjadikan Kota dan
Permukiman Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan”, dan TPB-15, yaitu :
“Melindungi, Merestorasi dan Meningkatkan Pemanfaatan Berkelanjutan
Ekosistem Daratan, Mengelola Hutan secara Lestari, Menghentikan
Penggurunan, Memulihkan Degradasi Lahan, serta Menghentikan Kehilangan
Keanekaragaman Hayati”, melalui target-target berikut :
1) mengurangi dampak lingkungan perkotaan per kapita yang merugikan,
termasuk dengan memberi perhatian khusus pada kualitas udara;
2) menyediakan ruang publik dan ruang terbuka hijau yang aman, inklusif dan
mudah dijangkau terutama untuk perempuan dan anak, manula dan
penyandang difabilitas;
3) mengadopsi dan mengimplementasi kebijakan dan perencanaan yang
terintegrasi tentang penyertaan, efisiensi sumber daya, mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim, ketahanan terhadap bencana, serta
mengembangkan dan mengimplementasikan penanganan holistik risiko
bencana di semua lini;
4) pelestarian, restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari ekosistem daratan
dan perairan darat serta jasa lingkungannya, khususnya ekosistem hutan,
lahan basah, pegunungan dan lahan kering; dan
5) mengintegrasikan nilai-nilai ekosistem dan keanekaragaman hayati ke dalam
perencanaan nasional dan daerah, proses pembangunan, strategi dan
penganggaran pengurangan kemiskinan.

Pemenuhan target ketersediaan lahan tutupan hijau akan ikut menjadi penanganan
isu-isu strategis penataan ruang, lingkungan hidup, keluarga sehat dan bencana
alam.
Upaya tambahan sebagai alternatif skenario untuk ketersediaan ruang terbuka hijau
minimal 30 % dari lua wilayah Kota Pematangsiantar, berupa :
1) Menyusun rencana induk penyediaan ruang terbuka hijau untuk
menerapkan kebutuhan luas, sebaran dan pola ruang terbuka hijau sesuai
dengan karakteristik kawasan dan kota, dan indikator keberhasilan
penyediaan RTH yang telah diatur pada RTRW
2) Mengendalikan penerapan KDB dan KDH pada kawasan terbangun
maupun pada pengembangan kawasan permukiman dan industri

VI-31
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

3) Menetapkan kebijakan dan regulasi tentang kewajiban pengembang


perumahan, permukiman dan kawasan indusri menyediakan skala ruang
terbuka hijau dengan skala layanan yang dapat dimanfaatkan bagi
penduduk kawasan pengembangan maupun di sekitarnya
4) RTH yang dikembangkan diutamakan berupa jenis pepohonan yang
menghasilkan oksigen tinggi dan penyerap karbon tinggi.
5) Mengintengrasikan penyediaan RTH dengan pengembangan sumur
resapan dan biopori pada kawasan terbangun, terutama di pusat kota
6) Mengembangkan RTH sebagai mitigasi rawan bencana banjir/genangan
pada bantaran sungai berelevasi rendah
7) Meningkatkan kampanye dan sosialisasi tentangnya pentingnya RTH
melalui gerakan kota hijau (green cities) bagi semua kelompok umur, jenis
kelamin dan kelompok sosial;
8) Mengembangkan mekanisme insentif meningkatkan peran swasta dalm
bentuk penyediaan RTH;
9) Mengembangkan proyek-proyek percontohan RTH dan berbagai bentuk
kehidupan penduduk memanfaatkan RTH dengan nyaman dan lestari di
beberapa wilayah Kota Pematangsiantar; dan
10) Mendorong pengembangan ruang terbuka hijau sebagai habitat
keanekaragaman hayati flora dan fauna
11) Mengarahkan pola sebaran lahan terbangun efisien (multiuse dan density),
menghindari sprawl/acak

Upaya tambahan pencapaian target penyediaan ruang terbuka hijau


memerlukan peran dari berbagai para pihak, antara lain dinas yang mengurus dinas
penataan ruang, dinas pekerjaan umum, dinas perumahan dan kawasan
permukiman, dinas lingkungan hidup, dinas kebersihan dan persampahan, dinas
kesehatan, dan badan penganggulangan bencana, lembaga masyarakat pencita
taman dan hutan kota, kerjasama dengan berbagai pihak pengusaha dan/kegiatan
industri dan pertanian, dan lembaga / instansi terkait.

B. Alternatifk Skenario Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Bagi Pemenuhan


Target Pembangunan Berkelanjutan
Tabel berikut menguraikan alternatif skenario yang memerlukan pertimbangan daya
dukung lingkungan hidup, baik yang tanpa membutuhkan upaya tambahan maupun
yang membutukan upaya tambahan.

VI-32
Tabel 5.3 Alternatif Skenario Pencapaian TPB Dengan Pertimbangan Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup
NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
1 Mengakhiri 1.4.1.(a) Persentase - % -11,67 Perlu Upaya kekurangan sarana peningkatan kualitas Program Pemenuhan Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
Kemiskinan perempuan Pengelolaa Tambahan dan prasarana fasilitas tenaga kesehatan, Upaya Kesehatan Kesehatan Ibu Hamil
pernah kawin n Layanan kesehatan, termasuk sarana dan Perorangan Dan Pengelolaan Pelayanan kerjasama
umur 15-49 Kota; air bersih dan sanitasi prasarana, tata Upaya Kesehatan Kesehatan Ibu Bersalin dengan:
tahun yang kelola layanan Masyarakat Pengelolaan Pelayanan - Dinas PRKP
proses persalinan yang Kesehatan Bayi Baru
melahirkan melayani kawasan +M31 Lahir
terakhirnya di kumuh;
fasilitas 'perluasan jaringan Pemeliharaan Sarana
kesehatan. layanan air bersih Fasilitas Pelayanan
pada fasiitas Kesehatan;
kesehatan; Pemeliharaan Prasarana
pembangunan dan Pendukung Fasilitas
pompa dan wadah Pelayanan Kesehatan
penyimpanan air
bersih pada fasilitas
kesehatan di luar
jangkauan layanan
PDAM
1.4.1.(d) Persentase - Kualitas % 0,59 Perlu Upaya -masih ada non pipa - perluasan jaringan Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Dinas PRKP
rumah tangga Kehidupan Tambahan (tidak terjangkau pipa PDAM pada Dan Pengembangan Perpipaan di Kawasan
yang memiliki Keluarga; jaringan pipa), kawasan kumuh; Sistem Penyediaan Perkotaan kerjasama
akses terhadap - menggunakan air - pembangunan Air Minum Perbaikan SPAM Jaringan dengan:
layanan sumber Pengelolaa sumur dan pompa; pompa dan wadah Perpipaan di Kawasan - PDAM
air minum layak n Layanan kesulitan penyimpanan air Perkotaan
dan Kota; pembangunan jaringan bersih pada kawasan
berkelanjutan. dan pengawasan di luar pusat yang
layanan air bersih pada sulit dijangkau
kawasan kumuh jaringan PDAM

VI-33
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
1.4.1.(e) Persentase - Kualitas % 0 Tanpa masih ada masyarakat pembangunan SPAL Program Pengelolaan Rehabilitasi/Peningkatan Dinas PRKP
rumah tangga Kehidupan Upaya belum terlayanani sistem terpusat Dan Pengembangan /Perluasan Sistem
yang memiliki Keluarga; Tambahan sanitasi yang sehat komunal/kawasan Sistem Air Limbah Pengelolaan Air Limbah kerjasama
akses terhadap - pada kawasan Domestik Terpusat Skala dengan:
layanan sanitasi Pengelolaa sistem penyediaan air perumahan di tepi Permukiman - PDAM
layak dan n Layanan bersih hanya sungai;
berkelanjutan. Kota; menjangkau sebagian penyediaan lahan Penyediaan Jasa
perkotaan SPAL sistem Penyedotan Lumpur
terpusatk pada Tinja
pembuangan masih kawasan perumahan
dilepas ke badan air di tepi sungai;
langsung (sungai) pelarangan saluran
pembuangan ke
sungai
bantuan septik tank
standar bagi rumah
tangga miskin;
pelarangan
pembuangan limbah
on site dan
pembangunan on
site pada kawasan
sekitar intake air
baku (sumur, pompa
dan sungai
1.4.1.(f) Persentase % -2,1 Tidak Ada - kawasan kumuh penyediaan lahan Program Kawasan Penataan dan Dinas PRKP
rumah tangga Data belum semua relokasi' Permukiman Peningkatan Kualitas
kumuh tertangani di pusat pembangunan rusun Kawasan Permukiman kerjasama
perkotaan. kota (bantaran sungai sewa bagi keluarga Kumuh dengan Luas di dengan:
dan sempadan jalur yg direlokasi dan Bawah 10 (sepuluh) Ha - Dinas Sosial
KA) kawasan industr;i - Dinas Kesehatan
kemiskinan menjadi pengembangan - Dinas Koperasi
penyebab utama ekonomi keluarga - PDAM
- perekonomian pada kawasan - Dinas PUPR
keluarga tidak kumuh
berkembang

VI-34
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
1.5.1* Jumlah korban - Kesiapan jiwa Tidak Ada kerugian material dan pengembangan Program Penyusunan Rencana BPBD
meninggal, penangana Data jiwa masih kecil standar prosedur Penanggulangan Penanggulangan
hilang, dan n bencana kegiatan penghitungan penghitungan dan Bencana Bencana kerjasama
terkena dampak dan perekaman pencatatan kerugian Kabupaten/Kota; dengan:
bencana per kerugian materia dan material dan nyawa Sosialisasi, Komunikasi, - Dinas PRKP
100.000 orang. jiwa akibat belum penduduk miskin; Informasi dan Edukasi - Dinas PUPR
terorganisir koordinasi dan (KIE) Rawan Bencana - Kecamatan/
kerjasama respon Kabupaten/Kota (Per Kelurahan
dampak bencana Jenis Bencana);
(makanan, Pelayanan Penyelamatan
kesehatan, evakuasi, dan Evakuasi Korban
pengamanan, dan Bencana;
lain) pada kawasan
kumuh dan
penduduk miskin
1.5.1.(a) Jumlah lokasi Penataan lokasi Perlu Upaya risiko kebencanaan adopsi rencana Program Penyusunan Kajian Risiko BPBD
penguatan Ruang Tambahan pada kebanyakan pada mitigasi bencana Penanggulangan Bencana
pengurangan Kesiapan level sedang terhadap dokumen Bencana Kabupaten/Kota; kerjasama
risiko bencana penangana penataan ruang dan Penyusunan Rencana dengan:
daerah. n bencana pembangunan; Penanggulangan - Dinas PRKP
pembuatan papan Bencana - Dinas PUPR
informasi kawasan Kabupaten/Kota; - Kecamatan/
bahaya bencana; Sosialisasi, Komunikasi, Kelurahan
peningkatan Informasi dan Edukasi
kapasitas saluran (KIE) Rawan Bencana
drainase sesuai debit Kabupaten/Kota (Per
banjir dan Jenis Bencana);
pemeliharaan Penguatan Kapasitas
jaringan drainase; Kawasan untuk
relokasi bangunan Pencegahan dan
tempat tinggal Kesiapsiagaan
penduduk miskin
pada kawasan risiko
bencana banjir yang
berada pada elevasi
yang lebih rendah
dari muka air sungai
dan kawasan rawan
longsor pada tebing
sungai yang curam

VI-35
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
1.5.2.(a) Jumlah kerugian juta rp Tidak Ada kerugian material dan pengembangan Program Penyusunan Kajian Risiko BPBD
ekonomi Data jiwa masih kecil; standar prosedur Penanggulangan Bencana
langsung akibat kegiatan penghitungan penghitungan dan Bencana Kabupaten/Kota; kerjasama
bencana. dan perekaman pencatatan kerugian Penyusunan Rencana dengan:
kerugian materia dan material dan nyawa Penanggulangan - Dinas PRKP
jiwa akibat belum penduduk miskin Bencana - Dinas PUPR
terorganisir koordinasi dan Kabupaten/Kota; - Kecamatan/
kerjasama respon Sosialisasi, Komunikasi, Kelurahan
dampak bencana Informasi dan Edukasi
(makanan, (KIE) Rawan Bencana
kesehatan, evakuasi, Kabupaten/Kota (Per
pengamanan, dan Jenis Bencana);
lain) pada kawasan Penguatan Kapasitas
kumuh dan Kawasan untuk
penduduk miskin Pencegahan dan
Kesiapsiagaan
1.5.3* Dokumen Penataan 0 Tanpa belum ditindaklanjuti sosialisasi Program Sosialisasi, Komunikasi, BPBD
strategi Ruang Upaya kebijakan dan regulasi, pengurangan risiko Penanggulangan Informasi dan Edukasi
pengurangan Kesiapan Tambahan dan program/ kegiatan bencana Bencana (KIE) Rawan Bencana kerjasama
risiko bencana penangana adopsi rencana Kabupaten/Kota (Per dengan:
(PRB) tingkat n bencana mitigasi, adaptasi Jenis Bencana) - Dinas PRKP
nasional dan dan evakuasi Pengelolaan Risiko - Dinas PUPR
daerah. bencana terhadap Bencana Kabupaten/Kota - Kecamatan/
dokumen penataan Kelurahan
ruang dan
pembangunan

VI-36
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
2 Menghilangkan 2.1.1* Prevalensi Kualitas % 1,21 Perlu Upaya kemampuan keuangan pengendalian Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur Dinas Ketahanan
Kelaparan Ketidakcukupan Kehidupan Tambahan keluarga tidak ketersediaan dan Sumber Daya dan Seluruh Pendukung Pangan
Konsumsi Keluarga; mencukupi kebutuhan harga beli bahan Ekonomi Untuk Kemandirian Pangan
Pangan pangan pangan pokok Kedaulatan Dan sesuai Kewenangan Kerjasama dgn :
(Prevalence of gerakan bahan Kemandirian Pangan Daerah Kabupaten/Kota - Dinas Kesehatan
Undernourishm pangan beragam dan Penyusunan Rencana dan - Dinas Sosial
ent). olahan makanan Peta Jalan Kebutuhan
beragam Infrastruktur Pendukung
gerakan berkebun di Kemandirian Pangan
pekarangan Program Peningkatan
pembinaan dan Diversifikasi Dan Penyediaan dan
bantuan bibit dan Ketahanan Pangan Penyaluran Pangan
teknologi bertani Masyarakat Pokok atau Pangan
bagi petani Lainnya sesuai dengan
insentif bagi petani Kebutuhan Daerah
yang tidak mengalih Kabupaten/Kota dalam
fungsikan lahan rangka Stabilisasi
sawahnya Pasokan dan Harga
Pangan
Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber Daya
Lokal

VI-37
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
2.1.2* Prevalensi Kualitas % -3,58 Tanpa ancaman mempertahankan Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur Dinas Ketahanan
penduduk Kehidupan Upaya berkurangnya lahan lahan pertanian Sumber Daya dan Seluruh Pendukung Pangan
dengan Keluarga; Tambahan pertanian; pangan yang ada Ekonomi Untuk Kemandirian Pangan
kerawanan belum melibatkan (kawasan pertanian Kedaulatan Dan sesuai Kewenangan Kerjasama dgn :
pangan sedang potensi rumah tangga pangan Kemandirian Pangan Daerah Kabupaten/Kota - Dinas Kesehatan
atau berat, memanfaatkan lahan berkelanjutan); Penyusunan Rencana dan - Dinas Sosial
berdasarkan pekarangan intensifikasi lahan Peta Jalan Kebutuhan
pada Skala pertanian dengan Infrastruktur Pendukung
Pengalaman komoditi pangan Kemandirian Pangan
Kerawanan yang beragam; Program Peningkatan
Pangan. gerakan berkebun di Diversifikasi Dan Penyediaan dan
pekarangan Ketahanan Pangan Penyaluran Pangan
memunuhi Masyarakat Pokok atau Pangan
kebutuhan keluarga Lainnya sesuai dengan
dan meningkatkan Kebutuhan Daerah
pendapatan Kabupaten/Kota dalam
keluarga; rangka Stabilisasi
insentif bagi petani Pasokan dan Harga
yang tidak mengalih Pangan
fungsikan lahan Pemberdayaan
sawahnya Masyarakat dalam
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
Berbasis Sumber Daya
Lokal
2.1.2.(a) Proporsi Kualitas % Tidak Ada kekurangan pahaman sosialisasi makanan Program Peningkatan Penganekaragaman Dinas Kesehatan
penduduk Kehidupan Data orangtua akan asupan sehat dan bergizi; Diversifikasi Dan Konsumsi Pangan
dengan asupan Keluarga; kalori minimum bantuan makanan Ketahanan Pangan Berbasis Sumber Daya Kerjasama dgn :
kalori minimum kemampuan keuangan sehat dan bergizi Masyarakat Lokal - Dinas Sosial
di bawah 1400 keluarga tidak bagi masyarakat
kkal/kapita/hari. mencukupi kebutuhan miskin;
pangan gerakan bahan
pangan beragam dan
olahan makanan
beragam;
gerakan berkebun di
pekarangan;
mengawasi dan
mengendalikan
konsumsi penjualan
pangan yang
berkalori rendah

VI-38
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
2.2.2* Prevalensi Kualitas % -0,02 Tanpa kekurangan pahaman sosialisasi makanan Program Peningkatan Penganekaragaman Dinas Kesehatan
malnutrisi (berat Kehidupan Upaya orangtua akan makan sehat dan bergizi Diversifikasi Dan Konsumsi Pangan
badan/tinggi Keluarga; Tambahan bergizi bagi balita bagi ibu hamil dan Ketahanan Pangan Berbasis Sumber Daya Kerjasama dgn :
badan) anak kemampuan keuangan menyesuai dan bayi; Masyarakat Lokal - Dinas Sosial
pada usia kurang keluarga tidak bantuan makanan
dari 5 tahun, mencukupi kebutuhan sehat dan bergizi
berdasarkan pangan bagi balita bagi bayi dari
tipe. masyarakat miskin;
gerakan bahan
pangan beragam dan
olahan makanan
beragam;
gerakan berkebun di
pekarangan;
mengawasi dan
mengendalikan
konsumsi penjualan
pangan bagi balita
2.2.2.(c) Kualitas Kualitas 0 -0,45 Perlu Upaya kekurangan pahaman pengendalian Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur Dinas Ketahanan
konsumsi Kehidupan Tambahan orangtua akan ketersediaan dan Sumber Daya dan Seluruh Pendukung Pangan
pangan yang Keluarga; konsumsi pangan harga beli bahan Ekonomi Untuk Kemandirian Pangan
diindikasikan berkualitas pangan pokok; Kedaulatan Dan sesuai Kewenangan Kerjasama dgn :
oleh skor Pola gerakan bahan Kemandirian Pangan Daerah Kabupaten/Kota - Dinas Kesehatan
Pangan Harapan pangan beragam dan Penyusunan Rencana dan - Dinas Sosial
(PPH) mencapai; olahan makanan Peta Jalan Kebutuhan - Dinas Koperasi
dan tingkat beragam; Infrastruktur Pendukung
konsumsi ikan. gerakan berkebun Kemandirian Pangan
dan beternak pada Program Peningkatan
lahan pekarangan; Diversifikasi Dan Penyediaan dan
insentif bagi petani Ketahanan Pangan Penyaluran Pangan
yang tidak mengalih Masyarakat Pokok atau Pangan
fungsikan lahan Lainnya sesuai dengan
sawahnya Kebutuhan Daerah
Kabupaten/Kota dalam
rangka Stabilisasi
Pasokan dan Harga
Pangan
Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan

VI-39
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
Berbasis Sumber Daya
Lokal

VI-40
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
2.3.1* Nilai Tambah Perkononi juta rp 13,336756 Tanpa pengelolaan bercocok mempertahankan Program Pemberdayaan Usaha Dinas Ketahanan
Pertanian dibagi mian dan Upaya tanam masih lahan pertanian Pemberdayaan Mikro yang Dilakukan Pangan
jumlah tenaga lapangan Tambahan konvensional; pangan yang ada Usaha Menengah, melalui Pendataan,
kerja di sektor kerja keberadaan lahan (kawasan pertanian Usaha Kecil, Dan Kemitraan, Kemudahan Kerjasama dgn :
pertanian pangan pada wilayah pangan Usaha Mikro (Umkm) Perizinan, Penguatan - Dinas Kesehatan
(rupiah per kota (pasar) berkelanjutan); Kelembagaan dan - Dinas Sosial
tenaga kerja). seharusnya menjadi intensifikasi lahan Koordinasi dengan Para - Dinas Koperasi
keuntungan lokasi bagi pertanian dengan Pemangku Kepentingan
produksi dan komoditi pangan
pemasaran yang beragam;
gerakan berkebun
dan beternak pada
lahan pekarangan;
pengembangan
agroindustri olahan
komoditi pertanian;
fasilitasi pembinaan
dan jaringan
ketrampilan petani,
pekerja industri dan
pengusaha industri,
jaringan usaha, dan
akses teknologi dan
peluang pasar;
mendorong
pengembangan
lembaga keuangan
mikro agribisnis

VI-41
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
3 Menjamin 3.1.2.(a) Persentase Kualitas % -11,6 Perlu Upaya kekurangan sarana peningkatan kualitas Program Pemenuhan Pengelolaan Pelayanan Dinas Sosial
Kehidupan perempuan kehidupan Tambahan dan prasarana fasilitas tenaga kesehatan, Upaya Kesehatan Kesehatan Ibu Hamil
yang Sehat dan pernah kawin keluarga kesehatan, termasuk sarana dan Perorangan Dan Pengelolaan Pelayanan Kerjasama dgn :
Meningkatkan umur 15-49 Pengelolaa air bersih dan sanitasi prasarana, tata Upaya Kesehatan Kesehatan Ibu Bersalin - Dinas Kesehatan
Kesejahteraan tahun yang n Layanan kelola layanan Masyarakat Pengelolaan Pelayanan
Seluruh proses Kota; persalinan, terutama Kesehatan Bayi Baru
Penduduk melahirkan melayani penduduk Lahir
Semua Usia terakhirnya di di kawasan kumuh;
fasilitas perluasan jaringan Pemeliharaan Sarana
kesehatan. layanan air bersih Fasilitas Pelayanan
pada fasiitas Kesehatan;
kesehatan; Pemeliharaan Prasarana
pembangunan dan Pendukung Fasilitas
pompa dan wadah Pelayanan Kesehatan
penyimpanan air
bersih pada fasilitas
kesehatan di luar
jangkauan layanan
PDAM
4 Pendidikan 4.a.1* Proporsi sekolah Pengelolaa % 0 Tanpa masih banyak sekolah peningkatan kualitas Program Pengelolaan Pengadaan Perlengkapan Dinas Pendidikan
Berkualitas dengan akses n Layanan Upaya yang belum sarana dan prasarana Pendidikan Sekolah
ke: (a) listrik (b) Kota; Tambahan melengkapi listrik yang ada ; Pemeliharaan Rutin Kerjasama dgn :
internet untuk internet, komputer, 'perluasan jaringan Sarana, Prasarana dan - Dinas PRKP
tujuan fasilitas bagi layanan air bersih Utilitas Sekolah - PLN
pengajaran, (c) disabilitas, layanan air dan sanitasi yang - PDAM
komputer untuk minum, sanitasi, higines dan nyaman;
tujuan fasilitas cuci tangan pembangunan
pengajaran, (d) yang higinies pompa dan wadah
infrastruktur penyimpanan air
dan materi bersih pada sekolah
memadai bagi di luar jangkauan
siswa disabilitas, layanan PDAM
(e) air minum
layak, (f) fasilitas
sanitasi dasar
per jenis
kelamin, (g)
fasilitas cuci
tangan (terdiri
air, sanitasi, dan
higienis bagi
semua (WASH).

VI-42
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
6 Ketersediaan 6.1.1.(a) Persentase Kualitas % -9,08 Perlu Upaya masih ada layanan air - perluasan jaringan Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Dinas PRKP
Air Bersih dan rumah tangga kehidupan Tambahan minum non pipa (tidak pipa PDAM pada Dan Pengembangan Perpipaan di Kawasan
Sanitasi yang memiliki keluarga terjangkau jaringan kawasan kumuh; Sistem Penyediaan Perkotaan kerjasama
akses terhadap Pengelolaa pipa) menggunakan air - pembangunan Air Minum Perbaikan SPAM Jaringan dengan:
layanan sumber n Layanan sumur dan pompa; pompa dan wadah Perpipaan di Kawasan - PDAM
air minum layak. Kota; kesulitan penyimpanan air Perkotaan - Dinas PUPR
pembangunan jaringan bersih pada kawasan
dan pengawasan di luar pusat yang
layanan air bersih pada sulit dijangkau
kondisi topografis jaringan PDAM
bergelombang
6.1.1.(b) Kapasitas Lingkungan m3 2811,3443 Tanpa Sumber air baku dari perlindungan sumber Program Operasi dan Dinas PUPR
prasarana air Pengelolaa Upaya air sungai, mata air air baku dari Pengelolaan Pemeliharaan Sungai;
baku untuk n Layanan Tambahan dan sumur bor, pencamaran Sumber Daya Air Operasi dan kerjasama
melayani rumah Kota; terutama yang berada pelarangan (Sda) Pemeliharaan dengan:
tangga, Kesiapan pada kawasan pembuangan limbah Infrastruktur untuk - PDAM
perkotaan dan penangana permukiman dan pusat on site dan Melindungi Mata Air; - Dinas PRKP
industri, serta n bencana kota, dapat mengalami pembangunan on Operasi dan
penyediaan air Kualitas pencemaran dan site pada kawasan Pemeliharaan Sumur Air
baku untuk kehidupan potensi pengurangan sekitar intake air Tanah untuk Air Baku;
pulau-pulau. keluarga debit akibat baku (sumur, pompa Operasi dan
pengambilan air tanah dan sungai; Pemeliharaan Unit Air
yang berlebih; mengendalikan Baku
Kualitas air sungai pengambilan air
sebagai air baku telah tanah di pusat kota
mengalami penurunan dan di sekitarsumur/
karena peningkatan pompa air minum
kandungan sedimen peningkatan
yang terbawa oleh produktifias air
aliran air dari daerah minum;
hulu; perluasan jangkauan
layanan pipa;
pembangunan sistem
jaringan pipa dengan
pompanisasi pada
kawasan perbukitan;
mengurangi
genangan air pada
saluran drainase di
pusat kota;

VI-43
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
6.1.1.(c) Proporsi Lingkungan % -9,08 Perlu Upaya -masih ada fasilitas perluasan jaringan Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Dinas PRKP
populasi yang Pengelolaa Tambahan pendidikan dan pipa PDAM Dan Pengembangan Perpipaan di Kawasan
memiliki akses n Layanan fasilitas kesehatan pembuangan limbah Sistem Penyediaan Perkotaan; kerjasama
layanan sumber Kota; yang belum dilayani off site pada Air Minum Perbaikan SPAM Jaringan dengan:
air minum aman Kesiapan jaringan PDAM kawasan; kumuh di Perpipaan di Kawasan - PDAM
dan penangana kesulitan sekitar intake air Perkotaan - Dinas PUPR
berkelanjutan. n bencana pembangunan jaringan baku (sumur, pompa
Kualitas dan pengawasan dan sungai);
kehidupan layanan air bersih; penataan jaringan
keluarga kegiatan industri perpipaan dan
mengambil air tanah penekakan tingkat
tanpa pengawasan kebocoran air
pengendalian
pengambilan air
tanah pada kawasan
pusat kota dan
kawasan perumahan
6.2.1.(a) Proporsi Lingkungan % Tidak Ada -masih ada fasilitas penyambungan Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Dinas PRKP
populasi yang Pengelolaa Data pendidikan dan jaringan pipa PDAM Dan Pengembangan Perpipaan di Kawasan
memiliki fasilitas n Layanan fasilitas kesehatan ke fasilitas Sistem Penyediaan Perkotaan kerjasama
cuci tangan Kota; yang belum dilayani pendidikan, Air Minum Perbaikan SPAM Jaringan dengan:
dengan sabun Kesiapan jaringan PDAM kesehatan, Perpipaan di Kawasan - PDAM
dan air. penangana pemerintahan dan Perkotaan - Dinas PUPR
n bencana perbelanjaan rakyat - Dinas Kesehatan
Kualitas penyediaan pompa
kehidupan air dan wadah
keluarga penyimpana bagi
pendidikan,
kesehatan,
pemerintahan dan
perbelanjaan rakyat
di luar jangkauan
jaringan PDAM

VI-44
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
6.2.1.(b) Persentase Lingkungan % -4,08 Perlu Upaya masih ada masyarakat pembangunan SPAL Program Pengelolaan Rehabilitasi/Peningkatan Dinas PRKP
rumah tangga Pengelolaa Tambahan belum terlayanani sistem terpusat Dan Pengembangan /Perluasan Sistem
yang memiliki n Layanan sanitasi yang sehat komunal/kawasan Sistem Air Limbah Pengelolaan Air Limbah kerjasama
akses terhadap Kota; pada kawasan Domestik Terpusat Skala dengan:
layanan sanitasi Kesiapan sistem penyediaan air perumahan di tepi Permukiman - PDAM
layak. penangana bersih hanya sungai; - Dinas PUPR
n bencana menjangkau sebagian penyediaan lahan Penyediaan Jasa - Dinas Kesehatan
Kualitas perkotaan SPAL sistem Penyedotan Lumpur
kehidupan terpusatk pada Tinja
keluarga pembuangan masih kawasan perumahan
dilepas ke badan air di tepi sungai;
langsung (sungai) pelarangan saluran
pembuangan ke
sungai
bantuan septik tank
standar bagi rumah
tangga miskin;
pelarangan
pembuangan limbah
on site dan
pembangunan on
site pada kawasan
sekitar intake air
baku (sumur, pompa
dan sungai
6.2.1.(c) Jumlah Lingkungan kel Perlu Upaya masih ada masyarakat sosialisasi septik tank Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Dinas Kesehatan
desa/kelurahan Pengelolaa Tambahan belum terlayanani yang standar Dan Pengembangan Pengangkutan Lumpur
yang n Layanan sanitasi yang sehat; promosi dan edukasi Sistem Air Limbah Tinja kerjasama
melaksanakan Kota; sistem penyediaan air perilaku keluarga dan Penyediaan Jasa dengan:
Sanitasi Total Kesiapan bersih hanya lingkungan sehat Penyedotan Lumpur - PDAM
Berbasis penangana menjangkau sebagian bantuan septik tank Tinja - Dinas PUPR
Masyarakat n bencana perkotaan; bagi keluarga miskin Pembangunan/Penyedia - Dinas PRKP
(STBM). Kualitas peran dan kontribusi promosi dan edukasi an Sarana dan Prasarana
kehidupan masyarakat dalam masyarakat bagi IPLT
keluarga pelaksanaan STBM pengelolaan sanitasi
kurang memuaskan komunal melalui
STBM
survei dan
pendataan
lokasi/kelurahan
potensi pelaksanaan
STBM

VI-45
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
pengembangan
peran kelompok
masyarakat
merencanakan,
mengelola dan
memelihara STBM

6.2.1.(d) Jumlah Lingkungan kel 2 Tanpa masih ada masyarakat sosialisasi septik tank Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Dinas Kesehatan
desa/kelurahan Pengelolaa Upaya belum terlayanani yang standar Dan Pengembangan Pengangkutan Lumpur
yang Open n Layanan Tambahan sanitasi yang sehat; promosi dan edukasi Sistem Air Limbah Tinja kerjasama
Defecation Free Kota; sistem penyediaan air perilaku keluarga dan Penyediaan Jasa dengan:
(ODF)/ Stop Kualitas bersih hanya lingkungan sehat Penyedotan Lumpur - PDAM
Buang Air Besar kehidupan menjangkau sebagian bantuan septik tank Tinja - Dinas PUPR
Sembarangan keluarga perkotaan; bagi keluarga miskin Pembangunan/Penyedia - Dinas PRKP
(SBS). masih ada perilaku promosi dan edukasi an Sarana dan Prasarana
pembuangan tinja ke masyarakat bagi IPLT
badan air langsung pengelolaan sanitasi
(sungai atau drainase) komunal
sulitnya menyediakan pelayanan
lahan sistem komunal pengangkutan tinja
pada kawasan pusat berkala dari pusat
kota permukiman dan
pusat kegiatan
pengembangan
kapasitas IPLT
6.2.1.(e) Jumlah Lingkungan 0 1 Tanpa pembangunan SPAL Program Pengelolaan Sosialisasi dan Dinas PUPR
kabupaten/kota Pengelolaa Upaya sistem terpusat Dan Pengembangan Pemberdayaan
yang terbangun n Layanan Tambahan komunal/kawasan Sistem Air Limbah Masyarakat terkait kerjasama
infrastruktur air Kota; pada kawasan Penyediaan Sistem dengan:
limbah dengan Kesiapan perumahan di tepi Pengelolaan Air Limbah - PDAM
sistem terpusat penangana sungai Domestik - Dinas PRKP
skala kota, n bencana penyediaan lahan Peningkatan/Perluasan
kawasan dan Kualitas SPAL sistem terpusat Program Pengelolaan Sistem Pengelolaan Air
komunal. kehidupan pada kawasan Dan Limbah Domestik
keluarga perumahan di tepi

VI-46
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
sungai Pengembangan Terpusat Skala
pelarangan saluran Sistem Drainase Permukiman
pembuangan ke
sungai dan jaringan
drainase;
bantuan septik tank
standar bagi rumah
tangga miskin
6.2.1.(f) Proporsi rumah Penataan rt 2100 Tanpa kawasan permukiman pembangunan SPAL Program Pengelolaan Sosialisasi dan Dinas PUPR
tangga yang Ruang Upaya baru terus sistem terpusat Dan Pengembangan Pemberdayaan
terlayani sistem Lingkungan Tambahan berkembang secara komunal/kawasan Sistem Air Limbah Masyarakat terkait kerjasama
pengelolaan air Pengelolaa linier pada jalur jalan; pada kawasan Penyediaan Sistem dengan:
limbah terpusat. n Layanan potensi perumahan di tepi Pengelolaan Air Limbah - PDAM
Kota; pengembangan sungai Domestik - Dinas PRKP
Kesiapan kawasan permukiman penyediaan lahan Peningkatan/Perluasan
penangana pada pusat-pusat SPAL sistem Sistem Pengelolaan Air
n bencana kegiatan di luar pusat terpusatk pada Limbah Domestik
Kualitas kota kawasan perumahan Terpusat Skala
kehidupan di tepi sungai Permukiman
keluarga pelarangan saluran
pembuangan ke
sungai
bantuan septik tank
standar bagi rumah
tangga miskin
6.3.1.(a) Jumlah Penataan 0 -94 Tanpa - regulasi kewajiban Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Dinas PUPR
kabupaten/kota Ruang Upaya dan retribusi Dan Pengembangan Pengangkutan Lumpur
yang Lingkungan Tambahan penyedotan tinja Sistem Air Limbah Tinja kerjasama
ditingkatkan Pengelolaa pada kawasan pusat Penyediaan Jasa dengan:
kualitas n Layanan kota; Penyedotan Lumpur - PDAM
pengelolaan Kota; peningkatan Tinja - Dinas PRKP
lumpur tinja Kesiapan kapasitas pengolahan Pembangunan/Penyedia
perkotaan dan penangana limbah pada IPLT; an Sarana dan Prasarana
dilakukan n bencana pelayanan angkutan IPLT
pembangunan Kualitas tinja reguler bagi
Instalasi kehidupan bangunan pada
Pengolahan keluarga kawasan
Lumpur Tinja permukiman,
(IPLT). perdangan dan jasa
di pusat kota

VI-47
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
6.3.1.(b) Proporsi rumah Penataan % 0,1 Tanpa Belum semua rumah bantuan septik tank Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Dinas PRKP
tangga yang Ruang Upaya tangga menggunakan bagi keluarga miskin Dan Pengembangan Pengangkutan Lumpur
terlayani sistem Lingkungan Tambahan septic tank yang promosi dan edukasi Sistem Air Limbah Tinja kerjasama
pengelolaan Pengelolaa standar, terutama masyarakat bagi Penyediaan Jasa dengan:
lumpur tinja. n Layanan pada penduduk miskin pengelolaan sanitasi Penyedotan Lumpur - PDAM
Kota; dan pada komunal Tinja - Dinas PUPR
Kesiapan kawasankumuh ; promosi pelayanan Pembangunan/Penyedia - Dinas Kesehatan
penangana Pengambilan tinja pengangkutan tinja an Sarana dan Prasarana
n bencana secara reguler belum berkala dari pusat IPLT
Kualitas menjadi kebiasaan; permukiman dan
kehidupan pembangunan SPAL pusat kegiatan
keluarga komunal masih bantuan kredit
terkendala terutama di pinjaman pengadaan
pusat kota septic tank standar

6.3.2.(b) Kualitas air Penataan 0 Tidak Ada pembuangan limbah regulasi pelarangan Program Pengelolaan Pembangunan Tanggul Dinas PUPR
sungai sebagai Ruang Data langsung ke badan air pembuangan limbah Sumber Daya Air Sungai
sumber air baku. Lingkungan (sungai) atau saluran on site dan (SDA) Peningkatan Tanggul kerjasama
Pengelolaa drainase yang pembangunan on Sungai dengan:
n Layanan bermuara ke sungai, site pada kawasan Peningkatan Bangunan - PDAM
Kota; dari buangan domestik sekitar intake air Perkuatan Tebing - Dinas PRKP
Kesiapan dan non domestik (jasa baku (sumur, pompa Pengelolaan Hidrologi
penangana transportasi) di dan sungai); dan Kualitas Air WS
n bencana kawasan pusat kota mengurangi lokasi Kewenangan
Kualitas maupun di luar pusat dan waktu Kabupaten/Kota
kehidupan kota (limbah penimbuhan sampah
keluarga pertanian, industri (TPS);
pengolahan, dan mengurangi
peternakan) genangan air pada
saluran drainase di
pusat kota;
pemantauan berkala
kualitas air sungai
sumber air baku;
penindakaan
pelanggaran
buangan limbah ke
badan air sungai
sumber air baku

VI-48
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
6.4.1.(b) Insentif Penataan 0 Tidak Ada Belum ada data pendataan Program Pengelolaan Pembinaan dan Dinas PUPR
penghematan Ruang Data pengguna air oleh penggunaan air Sumber Daya Air Pemberdayaan
air Lingkungan pertanian, perkebunan volume besar (SDA) Kelembagaan kerjasama
pertanian/perke Pengelolaa dan industri dalam penyusunan Pengelolaan SDA dengan:
bunan dan n Layanan skala besar kebijakan dan Kewenangan - PDAM
industri. Kota; regulasi insentif Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
Kesiapan penghematan air dan
penangana daur ulang air
n bencana buangan
6.5.1.(a) Jumlah Rencana Penataan 0 Tidak Ada Belum diperoleh Koordinasi rencana Program Pengelolaan Penyusunan Pola dan Dinas PUPR
Pengelolaan Ruang Data RPDAS Terpadu dari pengelolaan DAS Sumber Daya Air Rencana Pengelolaan
Daerah Aliran Lingkungan Dinas Sumber Daya Air Toba bersama Balai (SDA) SDA WS Kewenangan kerjasama
Sungai Terpadu Pengelolaa Provinsi Wilayah Sungai II Kabupaten/Kota dengan:
(RPDAST) yang n Layanan Sumatera Utara Pengelolaan Hidrologi - PDAM
diinternalisasi ke Kota; Kajian rencana dan Kualitas Air WS - Dinas PRKP
dalam Rencana Kesiapan pengelolaan daerah Kewenangan
Tata Ruang penangana tangkapan di wilayah Kabupaten/Kota
Wilayah (RTRW). n bencana Kota Pematansiantar
Kajian integrasi
rencana pengelolaan
DAS pada RTRW dan
RDTR
6.5.1.(c) Jumlah jaringan Kualitas 0 Tidak Ada Seluruh daerah irigasi pendataan Program Pengelolaan Pembinaan dan Dinas PUPR
informasi Lingkungan Data merupakan penggunaan air Sumber Daya Air Pemberdayaan
sumber daya air Hidup kewenangan Provinsi volume besar (SDA) Kelembagaan kerjasama
yang dibentuk. penyusunan Pengelolaan SDA dengan:
kebijakan dan Kewenangan - PDAM
regulasi insentif Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
penghematan air dan
daur ulang air
buangan
6.5.1.(f) Jumlah wilayah Penataan 0 Tidak Ada Seluruh daerah irigasi Koordinasi Program Pengelolaan Pengelolaan Hidrologi Dinas PUPR
sungai yang Ruang Data merupakan pendataan partisipasi Sumber Daya Air dan Kualitas Air WS
memiliki Lingkungan kewenangan Provinsi masyarakat dalam (SDA) Kewenangan kerjasama
partisipasi Pengelolaa pengelolaan daerah Kabupaten/Kota dengan:
masyarakat n Layanan tangkapan sungai di Pembinaan dan - PDAM
dalam Kota; wilayah Kota Pemberdayaan - Dinas PRKP
pengelolaan Kesiapan Pematangsiantar Kelembagaan
daerah penangana Pengelolaan SDA
tangkapan n bencana Kewenangan
sungai dan Kabupaten/Kota
danau.

VI-49
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
6.5.1.(g) Kegiatan Lingkungan 0 Tidak Ada Seluruh daerah irigasi Koordinasi penataan Program Pengelolaan Pengelolaan Hidrologi Dinas PUPR
penataan Pengelolaa Data merupakan kelembagaan Sumber Daya Air dan Kualitas Air WS
kelembagaan n Layanan kewenangan Provinsi pengelolaan (SDA) Kewenangan kerjasama
sumber daya air. Kota; sumberdaya air pada Kabupaten/Kota dengan:
Kesiapan daerah tangkapan Pembinaan dan - PDAM
penangana sungai di wilayah Pemberdayaan - Dinas PRKP
n bencana Kota Kelembagaan
Kualitas Pematangsiantar Pengelolaan SDA
kehidupan Kewenangan
keluarga Kabupaten/Kota
8.3.1.(b) Persentase Lingkungan % Tidak Ada ancaman pelarangan alih Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur Dinas Ketahanan
tenaga kerja Pengelolaa - Data berkurangnya lahan fungsi lahan Sumber Daya dan Seluruh Pendukung Pangan
informal sektor n Layanan pertanian; pertanian; Ekonomi Untuk Kemandirian Pangan
pertanian. Kota; kegiatan pertanian insentif bagi pemiliki Kedaulatan Dan sesuai Kewenangan Kerjasama dgn :
Kesiapan bukan menjadi pilihan lahan yang Kemandirian Pangan Daerah Kabupaten/Kota - Dinas Ketenaga
penangana matapencaharian mempertahankan kerjaan
n bencana penduduk kota pengunaan lahan
Kualitas pertanian pangan;
kehidupan
keluarga

VI-50
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
8 Meningkatkan 8.9.1* Proporsi Perekonom % -2,2 Perlu Upaya Potensi wisata kuliner, Penetapan RIPPARDA Program Pemasaran Peningkatan Kerja Sama Dinas Pariwisata
Pertumbuhan kontribusi ian dan Tambahan wisata religi dan Kota; Pariwisata dan Kemitraan Pariwisata
Ekonomi yang pariwisata lapangan wisata leisure belum Peningkatan kualitas Dalam dan Luar Negeri Kerjasama dgn :
Inklusif dan terhadap PDB. kerja dimaksimalkan sebagai objek dan destinasi - Bappeda
Berkelanjutan, potensi kota wisata, termasuk Program Peningkatan Pengelolaan Daya Tarik - Dinas Koperasi
Kesempatan RTH, ruang publik Daya Tarik Destinasi Wisata Kabupaten/Kota - Dinas Kominfo
Kerja yang dan cagar; Pariwisata - BPS
Produktif dan Peningkatan
Menyeluruh, keberagaman dan Program Pengembangan
serta Pekerjaan kualitas produki Pengembangan Ekosistem Ekonomi
yang Layak kuliner khas serta Ekonomi Kreatif Kreatif;
untuk Semua promosi produk Melalui Pemanfaatan Penyediaan Prasarana
kuliner khas lokal; Dan Perlindungan (Zona Kreatif/Ruang
Peningkatan event Hak Kekayaan Kreatif/Kota Kreatif)
kegiatan wisata Intelektual sebagai Ruang
kuliner, kegiatan Berekspresi, Berpromosi
religi dan leisure; dan Berinteraksi bagi
Pengembangan RTH Insan Kreatif di Daerah
dan ruang publik Kabupaten/Kota;
menjadi destinasi +N38
wisata;
Pengembangan
ekonomi kreaktif
berbasis kuliner
terintegrasi dengan
bahan olahan atau
agroindustri lokal;
Pembinaan kualitas
layanan sarana
akomodasi
Pengembangan
amenitas wisata
lainnya;
Kerjasama promosi
dan pemasaran
dengan pelaku
wisata;
Pengembangan
digital tourism ;

VI-51
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
8.9.1.(a) Jumlah Perekonom org 213 Tanpa Kunjungan wisata Mengikuti event Program Pemasaran Peningkatan Kerja Sama Dinas Pariwisata
wisatawan ian dan Upaya mancanegara masih promosi wisata dan Pariwisata dan Kemitraan Pariwisata
mancanegara. lapangan Tambahan sedikit; kerjasama paket Dalam dan Luar Negeri Kerjasama dgn :
kerja Rencana wisata di tingkat - Bappeda
pembangunan jalan tol regional (Danau Program Peningkatan Pengelolaan Daya Tarik - Dinas Koperasi
Bandara Kualanamu- Toba), nasional dan Daya Tarik Destinasi Wisata Kabupaten/Kota - Dinas Kominfo
Parapat harus dapat global; Pariwisata
menangkap peluang Pengembangan dan
kunjungan wisatawan peningkatan kualitas Program Pengembangan
mancanegara; Atraksi, Aksesibilitas Pengembangan Ekosistem Ekonomi
Jumlah dan kualifikasi dan Amenitas bagi Ekonomi Kreatif Kreatif
sumberdaya pelaku wisatawan Melalui Pemanfaatan Penyediaan Prasarana
wisata masih belum mancanegara; Dan Perlindungan (Zona Kreatif/Ruang
memadai Pengembangan Hak Kekayaan Kreatif/Kota Kreatif)
digital tourism ; Intelektual sebagai Ruang
Pembinaan dan Berekspresi, Berpromosi
peningkatan kualitas dan Berinteraksi bagi
SDM pelaku wisata; Insan Kreatif di Daerah
Kabupaten/Kota

8.9.1.(b) Jumlah Perekonom org 55100 Tanpa Kunjungan wisata Mengikuti event Program Pemasaran Peningkatan Kerja Sama Dinas Pariwisata
kunjungan ian dan Upaya mancanegara masih promosi wisata dan Pariwisata dan Kemitraan Pariwisata
wisatawan lapangan Tambahan sedikit; kerjasama paket Dalam dan Luar Negeri Kerjasama dgn :
nusantara. kerja Rencana wisata di tingkat - Bappeda
pembangunan jalan tol regional (Danau Program Peningkatan Pengelolaan Daya Tarik - Dinas Koperasi
Bandara Kualanamu- Toba), nasional dan Daya Tarik Destinasi Wisata Kabupaten/Kota - Dinas Kominfo
Parapat harus dapat global; Pariwisata
menangkap peluang Pengembangan dan
kunjungan wisatawan peningkatan kualitas Program Pengembangan
mancanegara; Atraksi, Aksesibilitas Pengembangan Ekosistem Ekonomi
Jumlah dan kualifikasi dan Amenitas bagi Ekonomi Kreatif Kreatif
sumberdaya pelaku wisatawan Melalui Pemanfaatan Penyediaan Prasarana
wisata masih belum mancanegara; Dan Perlindungan (Zona Kreatif/Ruang
memadai Pengembangan Hak Kekayaan Kreatif/Kota Kreatif)
digital tourism ; Intelektual sebagai Ruang
Pembinaan da+L41n Berekspresi, Berpromosi
peningkatan kualitas dan Berinteraksi bagi
SDM pelaku wisata; Insan Kreatif di Daerah
Kabupaten/Kota

VI-52
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
9 Infrastruktur, 9.2.1* Proporsi nilai Perekonom % Tidak Ada Lahan pengembangan Penyusunan dan Program Penyusunan Rencana Dinas Pariwisata
Industri dan tambah sektor ian dan Data semakin terbatas dan Penetapan Perda Perencanaan Dan Pembangunan Industri
Inovasi industri lapangan mahal; RDTR Kecamatan Pembangunan Kabupaten/Kota Kerjasama dgn :
manufaktur kerja Persaingan dengan Siantar Martoba; Industri - Bappeda
terhadap PDB daerah di sekitar Penyelesaian Koordinasi, Sinkronisasi, - BPS
dan per kapita. sebagai lokasi industri pembangunan jalan dan Pelaksanaan
baru (misalnya primer lingkar barat Pembangunan Sumber
Perdagangan dan Pematangsiantar; Daya Industri
sekitar Sei Mangke) Penataan kawasan
persimpangan akses Koordinasi, Sinkronisasi,
jalan TOL dan dan Pelaksanaan
kawasan bongkar Pemberdayaan Industri
muat KA; dan Peran Serta
Penetapan Masyarakat
pengembang
kawasan industri;
Pembatasan dan
insentif
pengembangan
pabrik dari pusat
kota ke kawasan
industri;
Pengawasan
pelaksanaan standar
KDH kawasan
industri;
Pengembangan
sabuk hijau
kawasan;
Pengendalian
pengambilan air
tanah;
Pengawasan
pembangunan
jaringan instalasi air
limbah;

VI-53
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
11 Kota dan 11.1.1.(a) Proporsi rumah Lingkungan % 0,6 Tanpa harga rumah milik dan melanjutkan Program Kawasan Penataan dan Dinas PRKP
Permukiman tangga yang Pengelolaa Upaya sewa yang tidak program bantuan Permukiman Peningkatan Kualitas
Inklusif memiliki akses n Layanan Tambahan terkendali penyediaan Kawasan Permukiman Kerjasama dgn
terhadap hunian Kota; pendataan rumah perumahan bagi Kumuh dengan Luas di - Dinas PUPR
yang layak dan Kesiapan tidak layak huni dan masyarakat Program Peningkatan Bawah 10 (sepuluh) Ha - Dinas Kesehatan
terjangkau. penangana penghidupan belum berpendapat rendah, Prasarana, Sarana
n bencana update program penanganan Dan Utilitas Umum Urusan Penyelenggaraan
Kualitas pembinaan kawasan kumuh; (PSU) PSU Perumahan
kehidupan keswadayaan belum program perbaikan
keluarga optimal rumah tidak layak
kesadaran komunitas huni
lokal memelihara
lingkungan

11.2.1.(a) Persentase Penataan % -5,5 Perlu Upaya Managemen peningkatan kualitas Program Penyediaan Angkutan Dinas
pengguna moda Ruang Tambahan transportasi serta moda angkutan Penyelenggaraan Umum untuk Jasa Perhubungan
transportasi Pengelolaa disiplin pengemudi umum yang nyaman Lalu Lintas Dan Angkutan Orang
umum di n Layanan angkutan umum masih dan aman Angkutan Jalan (LLAJ) dan/atau Barang antar Kerjasama dgn
perkotaan. Kota; rendah sehingga perluasan Kota dalam 1 (satu) - Bappeda
masyarakat masih interkonektifitas rute Daerah Kabupaten/Kota - Dinas PUPR
memilih transportasi angkutan umum Pelaksanaan
online sebagai alat yang menjangkau Penyusunan Rencana
transportasinya seluruh wilayah kota Umum Jaringan Trayek
perbaikan kualitas Perkotaan dalam 1 (Satu)
tata berkendaraan Daerah Kabupaten/Kota
pengemudi angkutan
umum
perbaikan sebaran
lokasi halte dan
kualitas halte
11.4.1.(a) Jumlah kota Penataan Tidak Ada Upaya pelestarian Melakukan registrasi Program Pelestarian Pelindungan Cagar Dinas PRKP
pusaka di ruang; Data kawasan atau pada bangunan cagar Dan Pengelolaan Budaya;
kawasan Pertumbuh bangunan cagar budaya; Cagar Budaya Pengembangan Cagar Kerjasama dgn
perkotaan an budaya belum optimal; Menyusun langkan Budaya; - Bappeda
metropolitan, perekonom Ada yang dikuasai penanganan Pemanfaatan Cagar - Dinas PUPR
kota besar, kota ian kota pribadi maupun kawasan dan Budaya;
sedang dan kota keluarga; bangunan cagar
kecil. Klaim pemerintah budaya;
kabupaten Simalungun Mengintegrasi
atas bangunan cagar pemanfaatan
budaya Raja kawasan dan
Simalungun bangunan secara

VI-54
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
lestari dengan
pelibatan seluruh
pemangku
kepentingan untuk
tujuan sosial budaya,
keagamaan dan
ekonomi (pariwisata)

11.5.1* Jumlah korban Kesiapan org -11 Tanpa kerugian material dan pengembangan Program Penyusunan Rencana BPBD
meninggal, penangana Upaya jiwa relatif masih kecil; standar prosedur Penanggulangan Penanggulangan
hilang dan n bencana Tambahan kegiatan penghitungan penghitungan dan Bencana Bencana kerjasama
terkena dampak dan perekaman pencatatan kerugian Kabupaten/Kota; dengan:
bencana per kerugian material dan material dan nyawa Sosialisasi, Komunikasi, - Dinas PRKP
100.000 orang. jiwa akibat belum penduduk miskin; Informasi dan Edukasi - Dinas PUPR
terorganisir koordinasi dan (KIE) Rawan Bencana - Kecamatan/
kerjasama respon Kabupaten/Kota (Per Kelurahan
dampak bencana Jenis Bencana); - Dinas Sosial
(makanan, Pelayanan Penyelamatan
kesehatan, evakuasi, dan Evakuasi Korban
pengamanan, dan Bencana;
lain) pada kawasan
kumuh dan
penduduk miskin
11.5.1.(a) Indeks Risiko Penataan 0 33,84 Tanpa belum signifikan upaya Penataan Kawasan Program Penyusunan Kajian Risiko BPBD
Bencana Ruang Upaya pengurangan indeks risiko bencana , Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota
Indonesia (IRBI). Kesiapan Tambahan risiko kebencanaan terutama pada Bencana Sosialisasi, Komunikasi, kerjasama
penangana kawasan yang rawan Informasi dan Edukasi dengan:
n bencana longsor atau (KIE) Rawan Bencana - Dinas PRKP
kawasan banjir pada Kabupaten/Kota (Per - Dinas PUPR
lahan bantaran yang Jenis Bencana) - Kecamatan/
lebih rendah dari Kelurahan
ketinggian muka air - Dinas Sosial
sungai
Pemberian Sistem
Peringatan bagi
Masyarakat yang
potensi terdampak
(papan peringatan,

VI-55
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
pemantauan,
penyampaian
peringatan)
Pemeliharaan
kapasitas jaringan
drainase primer,
sekunder dan tersierr
Pemetaan dan
pendataan sosial
ekonomi dan
bangunan pada
daerah potensi
terdampak
Pengendalian
pendirian bangunan
Pembangunan
infrastruktur
perlindungan dari
bencana
Pembentukan forum
kebencanaan yang
melibatkan
masyarakat dan
pemiliki usaha
Internalisasi
penetapan kawasan
rawan bencana,
mitigadi dan adaptasi
serta respon dalam
program
pembangunan dan
perencnaaan kota

VI-56
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
11.5.1.(b) Jumlah kota Penataan risiko kebencanaan adopsi rencana Program Sosialisasi, Komunikasi, BPBD
tangguh Ruang pada kebanyakan pada mitigasi bencana Penanggulangan Informasi dan Edukasi
bencana yang Kesiapan level sedang terhadap dokumen Bencana (KIE) Rawan Bencana kerjasama
terbentuk. penangana penataan ruang dan Kabupaten/Kota (Per dengan:
n bencana pembangunan; Jenis Bencana); - Dinas PRKP
pembuatan papan Penguatan Kapasitas - Dinas PUPR
informasi kawasan Kawasan untuk - Kecamatan/
bahaya bencana; Pencegahan dan Kelurahan
peningkatan Kesiapsiagaan - Dinas Sosial
kapasitas saluran
drainase sesuai debit
banjir dan
pemeliharaan
jaringan drainase;
relokasi bangunan
tempat tinggal
penduduk miskin
pada kawasan risiko
bencana banjir yang
berada pada elevasi
yang lebih rendah
dari muka air sungai
dan kawasan rawan
longsor pada tebing
sungai yang curam
11.5.1.(c) Jumlah sistem Penataan ada Tanpa Masalah efektifitas Pemberian Sistem Program Penyusunan Kajian Risiko BPBD
peringatan dini Ruang Upaya atau pemanfaatan Peringatan bagi Penanggulangan Bencana Kabupaten/Kota
cuaca dan iklim Kesiapan Tambahan berita potensi bencana Masyarakat yang Bencana Pengelolaan dan kerjasama
serta penangana bagi masyarakat dan potensi terdampak Pemanfaatan Sistem dengan:
kebencanaan. n bencana forum kebencanaan serta saran Informasi Kebencanaan - Dinas PRKP
meminimasi Pelatihan Pencegahan - Dinas PUPR
terdampak bencana dan Mitigasi Bencana - Kecamatan/
Kabupaten/Kota Kelurahan
- Dinas Sosial
- BMKG

VI-57
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
11.5.2.(a) Jumlah kerugian Penataan juta rp Tidak Ada kerugian material dan pengembangan Program Sosialisasi, Komunikasi, BPBD
ekonomi Ruang Data jiwa masih kecil; standar prosedur Penanggulangan Informasi dan
langsung akibat Kesiapan kegiatan penghitungan penghitungan dan Bencana N48Edukasi (KIE) Rawan kerjasama
bencana. penangana dan perekaman pencatatan kerugian Bencana Kabupaten/Kota dengan:
n bencana kerugian materia dan material dan nyawa (Per Jenis Bencana) - Dinas PRKP
jiwa akibat belum penduduk miskin Penguatan Kelembagaan - Dinas PUPR
terorganisir koordinasi dan Bencana Kabupaten/Kota - Kecamatan/
kerjasama respon Kerjasama antar Kelurahan
dampak bencana Lembaga dan Kemitraan - Dinas Sosial
(makanan, dalam
kesehatan, evakuasi, Pengelolaan dan
pengamanan, dan Pemanfaatan Sistem
lain) pada kawasan Informasi Kebencanaan
kumuh dan Penanganan
penduduk miskin Pascabencana
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kapasitas
Tim
Reaksi Cepat (TRC)
Bencana Kabupaten/Kota
11.6.1.(a) Persentase Pengelolaa % Tidak Ada Kapasitas pengolahan pembangunan Program Pengelolaan Koordinasi dan Dinas LH
sampah n Layanan Data TPA sudah mencapai rencana TPA; Persampahan Sinkronisasi Penyediaan
perkotaan yang Kota; batas kapasitas, dan penyediaan sarana Prasarana dan Sarana kerjasama
tertangani. keterbatasan armada dan prasarana Pengelolaan dengan:
pengangkut sampah pengangkutan Persampahan; - Dinas PRKP
sampah; Penyusunan dan - Dinas PUPR
pengembangan Pelaksanaan Penilaian - Kecamatan/
pengolaan sistem Kinerja Pengelolaan Kelurahan
pengangkutan Sampah;
persampahan. Monitoring dan Evaluasi
Pemenuhan Target dan
Standar Pelayanan
Pengelolaan Sampah;

VI-58
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
11.7.1.(a) Jumlah kota Penataan Tidak Ada Penyediaan lahan RTH Penataan kawasan Program Pengelolaan Penyusunan dan Dinas LH
hijau yang Ruang Data publik yang terdeliniasi RTH yang sudah Keanekaragaman Penetapan Rencana
menyediakan Lingkungan belum mencapai RTH ramah lingkungan, Hayati (KEHATI) Pengelolaan kerjasama
ruang terbuka Pengelolaa publik sebesar 20 %. ramah anak, ramah Keanekaragaman Hayati; dengan:
hijau di kawasan n Layanan Penyediaan RTH publik orang tua renta, dan Pengelolaan Taman - Dinas PRKP
perkotaan Kota; diarahkan dari ramah disabilitas; Keanekaragaman Hayati - Dinas PUPR
metropolitan Kesiapan kontribusi dari Penyediaan vegetasi di Luar Kawasan Hutan;
dan kota penangana pengembang kawasan pada RTH maksimal; Pengelolaan Ruang
sedang. n bencana permukiman, berupa pepohonan Terbuka Hijau (RTH).
Kualitas komersial dan industri. (daya serap karbon
kehidupan Pola perkembangan tinggi);
keluarga fisik kota cenderung Integrasi RTH sebagai
Perekanom berpola acak (sprawl), habitat bagi
ian dan menyebabkan keanekaragamaan
Lapangan pemborosan hayati ekosistem
kerja pemanfaatan ruang hijau kota (RTH,
dan lahan bervegetasi persawahan, ladang
terfragmentasi yang dan perkebunan);
selanjutnya dapat Perkembangan kota
mengancam di luar kota
kelangsungan habitat. diarahkan berpola
kompak, multiused
dan intensitas tinggi
11.b.1* Proporsi Penataan 0 ada Tanpa belum ditindaklanjuti sosialisasi Program Sosialisasi, Komunikasi, BPBD
pemerintah kota Ruang Upaya dengan kebijakan dan pengurangan risiko Penanggulangan Informasi dan Edukasi
yang memiliki Pengelolaa Tambahan regulasi, dan program/ bencana Bencana (KIE) Rawan Bencana kerjasama
dokumen n Layanan kegiatan adopsi rencana Kabupaten/Kota (Per dengan:
strategi Kota; mitigasi, adaptasi Jenis Bencana) - Dinas PRKP
pengurangan Kesiapan dan evakuasi Pengelolaan Risiko - Dinas PUPR
risiko bencana. penangana bencana terhadap Bencana Kabupaten/Kota - Kecamatan/
n bencana dokumen penataan Kelurahan
ruang dan - Dinas Sosial
pembangunan

VI-59
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
11.b.2* Dokumen Penataan ada Tanpa belum ditindaklanjuti sosialisasi Program Sosialisasi, Komunikasi, BPBD
strategi Ruang Upaya dengan kebijakan dan pengurangan risiko Penanggulangan Informasi dan Edukasi
pengurangan Lingkungan Tambahan regulasi, dan program/ bencana Bencana (KIE) Rawan Bencana kerjasama
risiko bencana Hidup kegiatan adopsi rencana Kabupaten/Kota (Per dengan:
(PRB) tingkat Kesiapan mitigasi, adaptasi Jenis Bencana) - Dinas PRKP
daerah. penangana dan evakuasi Pengelolaan Risiko - Dinas PUPR
n bencana bencana terhadap Bencana Kabupaten/Kota - Kecamatan/
dokumen penataan Kelurahan
ruang dan - Dinas Sosial
pembangunan

12 Pola Produksi 12.4.2.(a) Jumlah limbah Lingkungan M3 Tidak Ada instalasi limbah belum Pengendalian Program Penyimpanan Dinas LH
dan Konsumsi B3 yang Hidup Data dibangun pendirian bangunan Pengendalian Bahan Sementara Limbah B3
terkelola dan Pengelolaa (direncanakan di Kec. dan kegiatan di Berbahaya Pengumpulan Limbah kerjasama
proporsi limbah n Layanan Siantar Selatan) sekitar instalasi Dan Beracun (B3) B3 dalam 1 (satu) dengan:
B3 yang diolah Kota; limbah B3.; Dan Limbah Bahan Daerah Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
sesuai peraturan Pembangunan Berbahaya Dan - Dinas PUPR
perundangan instalasi pengolahan Beracun (Limbah B3)
(sektor industri). B3 pada fasilitas
rumah sakit; dan
pemindahan dan
pengangkutan
limbah B3 dari
kawasan pabrik.
12.5.1.(a) Jumlah timbulan Lingkungan % Perlu Upaya Pengurangan produksi Sosialisasi dan Program Pengelolaan Pengurangan Sampah Dinas LH
sampah yang Hidup Tambahan sampah pada edukasi daur ulang Persampahan dengan melakukan
didaur ulang. Pengelolaa produsen sampah, sampah pada Pembatasan, Pendauran kerjasama
n Layanan serta kegiatan 3R dan masyarakat, Ulang dan Pemanfaatan dengan:
Kota; pemanfaatan sampah siswa/mahasiswa Kembali; - Dinas PRKP
belum memasyarakat (3R, kompos, dll) Penerbitan Izin - Dinas PUPR
Perlombaan daur Pendaurulangan - Kecamatan/
ulang sampah dan Sampah/ Pengelolaan Kelurahan
pemanfaatan hasil Sampah, Pengangkutan
daur ulang Sampah dan Pemrosesan
(pertanian, UMKM, Akhir Sampah yang
industri kecil dan Diselenggarakan oleh
pariwisata) dan Swasta;
pemasaran ke luar Peningkatan Peran serta
daerah Masyarakat dalam
Sistem online Pengelolaan
pelayanan ambil Persampahan
sampah

VI-60
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
12.6.1.(a) Jumlah Lingkungan 0 Tidak Ada Kekurangan Sosialisasi penerapan Program Sosialisasi sertifikasi SNI Dinas LH
perusahaan Hidup Data pemahaman tentang SNI ISO 14001 Pengendalian ISO 14001 untuk
yang manfaat dan cara Kewajiban bagi Pencemaran perusahaan; kerjasama
menerapkan penerapan SNI ISO perusahaan pada Dan/Atau Kerusakan Pendampingan dengan:
sertifikasi SNI 14001; kawasan industri Lingkungan Hidup penerapan - Dinas Kesehatan
ISO 14001. kurang tenaga terlatih Insentif bagi sertifikasi SNI ISO 14001
tentang ISO 14000 perusahaan oleh perusahaan
untuk penerapan green
mengaudit sistem building
manajemen
lingkungan.
12.7.1.(a) Jumlah produk Lingkungan 0 Tidak Ada Kekurangantahuan Sosialisasi registrasi Program Pembinaan Inventarisasi dan Dinas LH
ramah Hidup Data manfaat registrasi produk ramah Dan identifikasi produk
lingkungan yang produk ramah lingkungan; Pengawasan ramah lingkungan kerjasama
teregister. lingkungan Insentif/penghargaan Terhadap Izin Pendampingan proses dengan:
bagi perusahaan, Lingkungan Dan Izin registrasi produk ramah - Dinas Kesehatan
pelayanan jasa dan Perlindungan Dan lingkungan Insentif
lainnya dalam Pengelolaan penghargaan, promosi
menerapkan produk Lingkungan dan bantuan produk
ramah lingkungan Hidup(PPLH) ramah ingkungan
12.8.1.(a) Jumlah fasilitas Penataan 0 Tidak Ada regulasi dan kebijakan Sosialisasi dan Program Koordinasi Koordinasi Perencanaan Bappeda
publik yang ruang; Data tentang standar promosi penerapan Dan Sinkronisasi Bidang Infrastruktur dan
menerapkan Kualitas pelayanan masyarakat SPM pada fasilitas Perencanaan Kewilayahan kerjasama
Standar lingkungan pada fasilitas publik publik yang Pembangunan dengan:
Pelayanan hidup; belum dipahami dan menerapkan prinsip Daerah - Dinas LH
Masyarakat Pertumbuh belum dilaksanakan konsumsi dan - Dinas Koperasi
(SPM) dan an produksi yang
teregister. perekonom berkelanjutan
ian kota melalui efisiensi
pemanfaatan
sumberdaya alam,
pengelolaan sampah
dan perubahan
kesadaran dan gaya
hidup) kepada
masyarakat dan
kelompok
masyarakat, siswa
dan perusahaan;
Pengembangan
pelaksanaan SPM
pada fasilitas pusat

VI-61
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
perbelanjaan dan
destinasi wisata yang
terpilih

13 Perubahan 13.1.1* Dokumen Penataan 0 ada Tanpa belum ditindaklanjuti sosialisasi Program Sosialisasi, Komunikasi, BPBD
Iklim dan strategi Ruang Upaya dengan kebijakan dan pengurangan risiko Penanggulangan Informasi dan Edukasi
Dampaknya pengurangan Kesiapan Tambahan regulasi, dan program/ bencana Bencana (KIE) Rawan Bencana kerjasama
risiko bencana penangana kegiatan adopsi rencana Kabupaten/Kota (Per dengan:
(PRB) tingkat n bencana mitigasi, adaptasi Jenis Bencana) - Dinas PRKP
nasional dan dan evakuasi Pengelolaan Risiko - Dinas PUPR
daerah. bencana terhadap Bencana Kabupaten/Kota - Kecamatan/
dokumen penataan Kelurahan
ruang dan - Dinas Sosial
pembangunan

13.1.2* Jumlah korban Penataan orrg -11 Tanpa kerugian material dan pengembangan Program Penyusunan Rencana BPBD
meninggal, Ruang Upaya jiwa masih kecil standar prosedur Penanggulangan Penanggulangan
hilang dan Kesiapan Tambahan kegiatan penghitungan penghitungan dan Bencana Bencana kerjasama
terkena dampak penangana dan perekaman pencatatan kerugian Kabupaten/Kota; dengan:
bencana per n bencana kerugian materia dan material dan nyawa Sosialisasi, Komunikasi, - Dinas PRKP
100.000 orang. jiwa akibat belum penduduk miskin; Informasi dan Edukasi - Dinas PUPR
terorganisir koordinasi dan (KIE) Rawan Bencana - Kecamatan/
kerjasama respon Kabupaten/Kota (Per Kelurahan
dampak bencana Jenis Bencana); - Dinas Sosial
(makanan, Pelayanan Penyelamatan
kesehatan, evakuasi, dan Evakuasi Korban
pengamanan, dan Bencana;

VI-62
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU SATUAN GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
TPB STRATEGIS TAMBAHAN SKENARIO
lain) pada kawasan
kumuh dan
penduduk miskin

15 Ekosistem 15.9.1.(a) Dokumen Penataan Tidak Ada Pelestarian Penyusunan potensi Program Pengelolaan Penyusunan dan Dinas LH
Daratan, Hutan rencana Ruang Data keanekaragaman dan ancaman bagi Keanekaragaman Penetapan Rencana
dan pemanfaatan Lingkungan hayati belum menjadi keanekaragaman Hayati (KEHATI) Pengelolaan kerjasama
Keanekaragam keanekaragama Hidup kesadaran dan hayati Keanekaragaman Hayati; dengan:
an Hayati n hayati. kebutuhan; Rencana Pengelolaan Taman - Dinas Kesehatan
Belum ada dokumen pengembangan Keanekaragaman Hayati
keanekaragamanhayati keanekaragaman di Luar Kawasan Hutan;
di wilayah kota hayati Pengelolaan Ruang
Sosialisasi dan Terbuka Hijau (RTH).
Pengawasan untuk
perlindungan
keanekaragaman
hayati
15.1.1.(a) Proporsi tutupan Penataan % Tidak Ada Tidak ada kawasan Menyusun kebijakan Program Pengelolaan Pengelolaan Ruang Dinas LH
hutan terhadap ruang; Data hutan di wilayah kota; dan regulasi Keanekaragaman Terbuka Hijau (RTH).
luas lahan Kualitas Tutupan hutan berupa mempertahankan Hayati (KEHATI) kerjasama
keseluruhan. lingkungan pepohonan masih pepohonan yang dengan:
hidup; banyak mudah sudah ada pada - Dinas Kesehatan
Kesiapsiaga terkonversi menjadi kawasan yag
an lahan terbangun atau dikembangkan;
penangana lahan terbuka Penyediaan
nan keberadaan
bencana pepohonan pada RTH
yang dikelola
pemerintah

VI-63
5.2.2 ALTERNATIF SKENARIO DENGAN UPAYA TAMBAHAN

VI-64
Tabel 5.3 Alternatif Skenario Pencapaian TPB Dengan Upaya Tambahan
NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
1 Mengakhiri 1.2.1* Persentase penduduk yang Kesehatan % Menurun pendataan proses pendataan Perlindungan Pendataan Fakir Dinas Sosial
Kemiskinan hidup di bawah garis keluarga 5,3% 5,44 penduduk di bawah penduduk miskin Dan Jaminan Miskin Cakupan
dalam Segala kemiskinan nasional, Perekonomian garis kemiskinan Pelatihan keterampilan Sosial Daerah
Bentuk menurut jenis kelamin dan dan lapangan belum berusaha bagi keluarga Kabupaten/Kota;
Dimanapun kelompok umur. kerja akurat/update miskin Fasilitasi Bantuan
Sosial Kesejahteraan
Keluarga;
Fasilitasi Bantuan
Pengembangan
Ekonomi Masyarakat
1.3.1.(b) Proporsi peserta Program Kualitas % Meningkat pemahaman Sosialisasi dan Program Penyelenggaraan Dinas
Jaminan Sosial Bidang kehidupan menjadi: 98 - pekerja tentang pemantauan pelaku Hubungan Pendataan dan Ketenagakerjaa
Ketenagakerjaan. keluarga jaminan kesehatan usaha ttg pemberian Industrial Informasi Sarana n
bidang jaminan sosial bagi Hubungan Industrial
ketenagakerjaan pekerjanya, terutama dan Jaminan Sosial
pekerja bagian dari Tenaga Kerja serta
perusahaan tidak penduduk di bawah Pengupahan
sadar dan paham garis kemiskinan;
kewajiban Pendataan pekerja oleh
memberikan akses pelaku usaha yang
jaminan kesehatan diberikan layanan
bagi tenaga kerja jaminan sosial
Sosialisasi dan layanan
perekaman jaminan
sosial bagi pekerja.
1.4.1.(j) Persentase penduduk Pengelolaan % Meningkat Keengganan pada Sosialisasi pengurusan Program Fasilitasi Pembuatan Dinas Dukcapil
umur 0-17 tahun dengan layanan kota; 100% (0,88) masyarakat untuk akta kelahiran Rehabilitasi Nomor Induk
kepemilikan akta mengurus akta Penataan proses Sosial Kependudukan, Akta
kelahiran. kelahiran pelayanan akta kelahiran Kelahiran, Surat Nikah,
yang lebih cepat dan dan Kartu Identitas
mudah diakses Anak
1.4.1.(k) Persentase rumah tangga Kualitas % Meningkat Tidak terdatanya perluasan jangkauan Program Pencegahan Dinas Perkim
miskin dan rentan yang kehidupan menjadi: (4,56) rumah tangga subsidi langganan listrik Perumahan Perumahan dan
sumber penerangan keluarga 100 miskin yang sumber PLN bagi rumah tangga Dan Kawasan Permukiman
utamanya listrik baik dari penerangan miskin Kawasan Kumuh pada
PLN dan bukan PLN. utamanya listrik Bantuan potongan biaya Permukiman Daerah
baik dari PLN dan listrik bagi rumah tangga Kumuh Kabupaten/Kota
bukan PLN miskin

VI-65
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
1.a.1* Proporsi sumber daya yang Perekonomian % Meningkat Belum tersedianya Pendataan Cakupan Perlindungan Pengelolaan Data Dinas Sosial
dialokasikan oleh dan Lapangan 100% - data yang valid Penduduk Miskin Dan Jaminan Fakir Miskin Cakupan
pemerintah secara Kerja; Koordinasi Update Data Sosial Daerah
langsung untuk program Miskin (DTKS) Kabupaten/Kota
pemberantasan
kemiskinan.
2 Menghilangkan 2.2.1.(a) Prevalensi stunting Kualitas % Menurun keterbatasan pemberdayaan keluarga Program Pemberdayaan Dinas Pertanian
Kelaparan, (pendek dan sangat kehidupan 8,0% - keuangan keluarga memenuhi kebutuhan Peningkatan Masyarakat dalam dan Ketahanan
Mencapai pendek) pada anak di keluarga untuk menyediakan makan sehat dan bergizi Diversifikasi Penganekaragaman Pangan
Ketahanan bawah dua tahun/baduta. makanan bergizi dari pekarangan sendiri; Dan Konsumsi Pangan
Pangan dan dan cukuo bagi bayi memperluas gerakan Ketahanan Berbasis Sumber Daya
Gizi yang Baik, dan ibu hamil keberagaman bahan Pangan Lokal
serta pangan dan cara Masyarakat
Meningkatkan pemahaman dan pengolahan pangan;
Pertanian kesadaranan akan bantuan makanan sehat
Berkelanjutan gizi yang baik dan dan bersih bagi baduta
cukup bagi balita dari keluarga miskin;
dan ibu hamil sistem survelance dan
update data stunting
dan kurang gizi ke dalam
database keluarga sehat
2.2.2.(b) Persentase bayi usia Kualitas % Meningkat waktu kerja dan promosi dan edukasi PROGRAM Pelaksanaan Dinas
kurang dari 6 bulan yang kehidupan 70,0 (19,25) tekanan di tempat bagi ibu memberikan ASI PEMBERDAYA Pembangunan Kesehatan
mendapatkan ASI eksklusif. keluarga kerja eksklusif, serta AN DAN Keluarga melalui
pandangan menyiapkan makanan PENINGKATA Pembinaan
perempuan harus bernutrisi lengkap bagi N KELUARGA Ketahanan dan
juga bekerja (di luar bayi dan anak balita; SEJAHTERA Kesejahteraan
rumah) penyediaan bantuan (KS) Keluarga
kurang makan/ bahan makanan
pengetahuan bernutrisi lengkap bagi
pengetahuan dan ibu hamil, menyusui,
sikap bayi stunting dan anak
keluarga balita kurang gizi
terutama pada keluarga
miskin dan rentan;
sistem survelance dan
update data stunting
dan kurang gizi ke dalam
database keluarga sehat

VI-66
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
3 Menjamin 3.1.2* Proporsi perempuan Kualitas % Meningkat jumlah tenaga penyediaan kelengkapan Program Penyediaan Fasilitas Dinas
Kehidupan pernah kawin umur 15-49 kehidupan 96,7 - medis persalinan sarana dan prasarana, Pemenuhan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
yang Sehat dan tahun yang proses keluarga kurang lengkap dan tenaga kesehatan Upaya untuk UKM dan UKP
Meningkatkan melahirkan terakhirnya berkualitas pembinaan tenaga Kesehatan Kewenangan
Kesejahteraan ditolong oleh tenaga kesehatan persalinan Perorangan DaerahKabupaten/Kot
Seluruh kesehatan terlatih. Dan Upaya a
Penduduk Kesehatan
Semua Usia Masyarakat Perencanaan
Kebutuhan dan
Pendayagunaan
Sumberdaya Manusia
Kesehatan untuk UKP
dan
UKM di Wilayah
Kabupaten/Kota
3.3.2.(a) Insiden Tuberkulosis (ITB) Pengelolaan org Menurun kekurangsabaran - promosi gerakan Program Pengelolaan Dinas
per 100.000 penduduk. layanan kota; 148 327 pasien dan keluarga masyarakat hidup sehat Pemenuhan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Kualitas sikap dan - pendataan dan Upaya Orang Terduga
kehidupan pendampingan penelusuran pasien Kesehatan Tuberkulosis
keluarga orangtua dan terinfeksi TBC dalam Perorangan Penyelenggaraan
keluarga thdp sistem database Dan Upaya Sistem Informasi
penderita Keluarga sehat Kesehatan Kesehatan secara
sikap masyarakat - otimalisasi fasilitas Masyarakat Terintegrasi
thdp penderita kesehatan untuk
sarana dan pemeriksaan dan
prasarana pengobatan penderita
kesehatan masih penyakit paru-paru
kurang tanpa terputus
harga obat yang
mahal

VI-67
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
3.4.1.(a) Persentase merokok pada Pengelolaan % Menurun pemahaman dan peraturan pengendalian PROGRAM Pengelolaan Dinas
penduduk umur ≤18 layanan kota; 8,3 - sikap ttg dampak kebiasaan merokok pada PEMENUHAN Pelayanan Promosi Kesehatan
tahun. Kualitas merokok terhadap area publik UPAYA Kesehatan
kehidupan kesehatan dan peraturan pembatasan KESEHATAN
keluarga keuangan keluarga promosi dan iklan rokok PERORANGA
sikap keluarga, pada tempat dan N DAN
sekolah dan sosial kegiatan tertentu UPAYA Pemberdayaan Satpol
terhadap remaja promosi gerakan KESEHATAN Perlindungan
perokok masyarakat hidup sehat MASYARAKAT Masyarakat dalam
sebaran yang luas (pola makanan dan pola rangka Ketentraman
informasi konsumsi olah raga) PROGRAM dan Ketertiban Umum
rokok koordinasi sosialisasi PENINGKATA Pengadaan dan
tingkat pemulihan dan pelarangan N Pemeliharaan Sarana
ketergantungan prevalensi merokok KETENTERAM dan Prasarana
membutuhkan pada remaja/anak AN DAN Ketentraman dan
watu lama tidak sekolah KETERTIBAN Ketertiban Umum"
ada upaya Gerakan olah raga UMUM
perlindungan thdp masyarakat lingkungan
orang yg tidak
merokok
3.5.1.(e) Prevalensi penyalahgunaan Pengelolaan org Menurun Kondisi yang ada Sosialisasi bahaya Pembinaan Penyusunan Program Badan
narkoba. layanan kota; 340 memungkinan penyalahgunaan Dan Kerja di Bidang Kesbangpol
Kualitas pengguna narkoba narkoba, terutama anak Pengembang Ketahanan Ekonomi,
kehidupan bertambah remaja/anak sekolah an Ketahanan Sosial, Budaya dan
keluarga Melakukan pelayanan Ekonomi, Fasilitasi Pencegahan
kurangnya dan rehabilitasi Sosial, Dan Penyalagunaan
informasi layanan pengguna narkoba Budaya Narkotika, Fasilitasi
pelarangan secara menyeluruh dan Kerukunan Umat
penggunaan merata Beragama dan
narkoba Penegakan hukum bagi Penghayat
pengedar narkoba Kepercayaan di
Daerah

VI-68
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
3.5.2* Konsumsi alkohol (liter per Kualitas ltr Menurun Kondisi yang ada Sosialisasi bahaya Pembinaan Penyusunan Program Badan
kapita) oleh penduduk kehidupan - memungkinan konsumsi alkohol Dan Kerja di Bidang Kesbangpol
umur ≥ 15 tahun dalam keluarga pengguna minum berlebih, terutama pada Pengembang Ketahanan Ekonomi,
satu tahun terakhir. beralkohol anak remaja/anak an Ketahanan Sosial, Budaya dan
bertambah sekolah Ekonomi, Fasilitasi Pencegahan
Melakukan pelayanan Sosial, Dan Penyalagunaan
kurangnya dan rehabilitasi pecandu Budaya Narkotika, Fasilitasi
informasi layanan alkohol secara Kerukunan Umat
pelarangan minum menyeluruh dan merata Beragama dan
minuman Penegakan hukum bagi Penghayat
beralkohol pelanggaran penjualan Kepercayaan di
alkohol Daerah
Melakukan perizinan
dan pengawasan
penjualan minuman
beralkohol
3.8.1.(a) Unmet need pelayanan Pengelolaan % Menurun keterbasan pengembangan Program Pengadaan Prasarana Dinas
kesehatan. layanan kota; menjadi - keuangan keluarga pemantauan kesehatan Pemenuhan dan Pendukung Kesehatan
Kualitas 5,7% utk berobat ke masyarakat Upaya Fasilitas Pelayanan
kehidupan pelayanan menggunakan sistem Kesehatan Kesehatan
keluarga kesehatan database keluarga sehat Perorangan
yang memanfaatkan Dan Upaya Penyediaan Layanan
kebiasaan keluarga data DTKS Kesehatan Kesehatan untuk UKM
menghadapai penyediaan sarana antar Masyarakat dan UKP Rujukan
penyakit jemput ke fasilitas Tingkat Daerah
ketidakmampuan pelayanan medis dan Kabupaten/Kota
penderita orang tua bersalin, terutama bagi
renta mendatangi orang tidak mampu, Penyelenggaraan
fasilitas kesehatan cacat, hamil dan orang Sistem Informasi
berusia lanjut. Kesehatan secara
kurangnya penyediaan layanan Terintegrasi
informasi layanan medis keliling
dan obat kajian gap kebutuhan
kualitas dan dan kemampuan
kelengkapan layanan tenaga medis
layanan kesehatan (jumlah, ketrampilan
dan distribusi)

VI-69
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
3.8.2* Jumlah penduduk yang Pengelolaan % Meningkat sosialisasi manfaat promosi perluasan Program Pengelolaan Jaminan Dinas
dicakup asuransi layanan kota; - asuransi belum kepesertaan jaminan Pemenuhan Kesehatan Masyarakat kesehatan
kesehatan atau sistem Kualitas memadai, kesehatan Upaya
kesehatan masyarakat per kehidupan khususnya bagi perbaikan kualitas Kesehatan Kerjasama
1000 penduduk. keluarga penduduk miskin layanan sistem jaminan Perorangan dengan:
dan rentan kesehatan (administrasi, dan Upaya - BPJS
pelayanan dan hasil Kesehatan
layanan kesehatan kesembuhan) Masyarakat
bagi penduduk
berasuransi kurang
memuaskan
3.a.1* Persentase merokok pada Pengelolaan % Menurun pemahaman dan peraturan pengendalian PROGRAM Pengelolaan Dinas
penduduk umur ≥15 layanan kota; - sikap ttg dampak kebiasaan merokok pada PEMENUHAN Pelayanan Promosi Kesehatan
tahun. Kualitas merokok terhadap area publik UPAYA Kesehatan
kehidupan kesehatan dan peraturan pembatasan KESEHATAN
keluarga keuangan keluarga promosi dan iklan rokok PERORANGA
sebaran yang luas pada tempat dan N DAN
informasi konsumsi kegiatan tertentu UPAYA Pemberdayaan
rokok promosi gerakan KESEHATAN Perlindungan
tingkat pemulihan masyarakat hidup sehat MASYARAKAT Masyarakat dalam
ketergantungan (pola makanan dan pola rangka Ketentraman
membutuhkan olah raga) PROGRAM dan Ketertiban Umum
watu lama tidak Gerakan olah raga PENINGKATA Pengadaan dan
ada upaya masyarakat lingkungan N Pemeliharaan Sarana
perlindungan thdp KETENTERAM dan Prasarana
orang yg tidak AN DAN Ketentraman dan
merokok KETERTIBAN Ketertiban Umum"
UMUM
3.c.1* Kepadatan dan distribusi Pengelolaan org Meningkat Kualitas tenaga Kajian kebutuhan tenaga Pengadaan Pengadaan tenaga Dinas
tenaga kesehatan. layanan kota; - kesehatan tidak kesehatan tenaga kesehatan Kesehatan
merata Peningkatan kapasitas kesehatan Lingkungan, tenaga
tenaga kesehatan berbasis laboratorium
disiplin ilmu kesehatan tenaga Gizi,
tenaga kefarmasian,
dokter umum dokter
gigi

VI-70
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
4 Menjamin 4.1.1* Proporsi anak-anak dan Pengelolaan % Membaca: kekurangan fasilitas pemerataan kualitas Program Pemerataan Kuantitas Dinas
Kualitas remaja: (a) pada kelas 4, layanan kota; Kelas 4 = - kekurangan tenaga guru antar sekolah Pengelolaan dan Kualitas Pendidik Pendidikan
Pendidikan (b) tingkat akhir SD/kelas 63,2% pengajar Pendidikan dan Tenaga
yang Inklusif 6, (c) tingkat akhir Kelas 9 = Penguatan kemampuan Kependidikan bagi
dan Merata SMP/kelas 9 yang 36.7% standar pengajaran guru mengajar Satuan Pendidikan
serta mencapai standar Matematika dan kurikulum tidak matematika, literasi dan Dasar, PAUD, dan
Meningkatkan kemampuan minimum : diterapkan sain dan menilai hasil Pendidikan
Kesempatan dalam: (i) membaca, (ii) Kelas 4 = pembelajaran Nonformal/Kesetaraa
Belajar matematika. 31,9% metoda n
Sepanjang Kelas 9 = pengelolaan
Hayat untuk 25.0% sekolah kurang
Semua tepat
4.1.1.(a) Persentase SD/MI Pengelolaan % Meningkat kekurangan fasilitas Workshop KTSP, Silabus Program Pembinaan Dinas
berakreditasi minimal B. layanan kota; menjadi (78,07) kekurangan tenaga dan RPP, Pembelajaran Pengelolaan Kelembagaan dan Pendidikan
96,7% pengajar Peningkatan Pendidikan Pendidikan Manajemen Sekolah -
Tenaga Pengajar SD kerjasama dgn
standar pengajaran Melengkapi dan Kementerian
dan kurikulum tidak memelihara alat belajar Agama
diterapkan mengajar
Meningkatan kualitas
metoda ruang belajar, bangunan
pengelolaan dan lingkungan
sekolah kurang
tepat
4.1.1.(b) Persentase SMP/MTs Pengelolaan % Meningkat kekurangan fasilitas Workshop KTSP, Silabus Program Pembinaan Dinas
berakreditasi minimal B. layanan kota; menjadi (30,03) kekurangan tenaga dan RPP, Pembelajaran Pengelolaan Kelembagaan dan Pendidikan
93,3% pengajar Peningkatan Pendidikan Pendidikan Manajemen Sekolah -
Tenaga Pengajar SMP kerjasama dgn
standar pengajaran Melengkapi dan Kementerian
dan kurikulum tidak memelihara alat belajar Agama
diterapkan mengajar
Meningkatan kualitas
metoda ruang belajar, bangunan
pengelolaan dan lingkungan
sekolah kurang
tepat

VI-71
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
4.1.1.(d) Angka Partisipasi Kasar Pengelolaan % Meningkat orang tua yag Bantuan beasiswa bagi Program Pengelolaan Dinas
(APK) SD/MI/sederajat. layanan kota; menjadi (16,92) kurang anak usia sekolah yang Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
108,9% mampu/kemiskinan berasal dari keluarga Pendidikan Dasar;
pengaruh miskin dan rentan; Pemerataan Kuantitas
pemahaman orang Gerakan kembali dan Kualitas Pendidik
tua anak bersekolah bagi anak dan Tenaga
fasilitas sekolah putus sekolah; Kependidikan bagi
kurang memadai pemerataan layanan Satuan Pendidikan
pendidikan dan kualitas Dasar, PAUD, dan
guru antar sekolah; Pendidikan
Meningkatkan Daya Nonformal/Kesetaraa
Tampung Siswa dengan n
sistem zonasi
Meningkatkan Sarana
dan Prasarana Sekolah
4.1.1.(g) Rata-rata lama sekolah Pengelolaan % Meningkat orang tua yag Bantuan beasiswa bagi Pengelolaan Pengelolaan Dinas
penduduk umur ≥15 layanan kota; > 12 tahun 0,13 kurang anak usia sekolah yang Pendidikan Pendidikan Sekolah Pendidikan
tahun. mampu/kemiskinan berasal dari keluarga Sekolah Dasar Dasar
miskin dan rentan;
Gerakan kembali Pengelolaan
bersekolah bagi anak Pendidikan Sekolah
putus sekolah Menengah Pertama
4.4.1* Proporsi remaja dan Kualitas % Meningkat kekurangan minat Kerjasama dengan Non Program Pembangunan Dinas
dewasa dengan kehidupan - dan kemampuan Pemerintah dan Pengelolaan Sarana, Prasarana Pendidikan
keterampilan teknologi keluarga remaja dan dewasa; Perguruan Tinggi dan Pendidikan dan Utilitas Sekolah
informasi dan komunikasi Sekolah setempat
(TIK). kurangnya dana Menjalin Kerjasama Pembinaan Minat,
pengembangan dengan Penyelenggara Bakat dan Kreativitas
sekolah Pendidikan vokasi di Siswa
kurangnya tenaga bidang TIK
pengajar yang Penyediaan wifi gratis di Pembangunan
berkualitas; tempat publik (mis. Laboratorium
Taman/RTH, pasar,
penerapan TIK di fasilitas pendidikan)
tempat kerja belum
berkembang;

sekolah kurang aktif


mendorong
pemanfaatan
pengembangan TIK;
akses internet

VI-72
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
terbatas
berbiaya mahal

4.5.1* Rasio Angka Partisipasi Pengelolaan % orang tua yang Bantuan beasiswa bagi Program Pengelolaan Dinas
Murni (APM) layanan kota; SD/MI/sede (3,45) kurang anak usia sekolah yang Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
perempuan/laki-laki di (1) raja = 99,76 mampu/kemiskinan berasal dari keluarga Pendidikan Dasar;
SD/MI/sederajat; (2) SMP/MTs/s pengaruh miskin dan rentan; Pemerataan Kuantitas
SMP/MTs/sederajat; (3) ederajat = pemahaman orang Gerakan kembali dan Kualitas Pendidik
SMA/SMK/MA/sederajat; 101,00 tua anak bersekolah bagi anak dan Tenaga
dan Rasio Angka Partisipasi fasilitas sekolah putus sekolah; Kependidikan bagi
Kasar (APK) kurang memadai pemerataan layanan Satuan Pendidikan
perempuan/laki-laki di (4) pendidikan dan kualitas Dasar, PAUD, dan
Perguruan Tinggi. guru antar sekolah; Pendidikan
Meningkatkan Daya Nonformal/Kesetaraa
Tampung Siswa dengan n
sistem zonasi
Meningkatkan Sarana
dan Prasarana Sekolah
4.c.1* Persentase guru TK, SD, Pengelolaan % Meningkat Kompetensi guru Penataran, Sosilisasi, Program Pemerataan Kuantitas Dinas
SMP, SMA, SMK, dan PLB layanan kota; 85,66 (32,77) yang belum Seminar, , Workshop Pendidik Dan dan Kualitas Pendidik Pendidikan
yang bersertifikat pendidik. memadai sesuai dan kegiatan lain yang Tenaga dan Tenaga
kualifikasi sertifikasi sejenis, bekerjasama Kependidikan Kependidikan bagi
dengan Lembaga Satuan Pendidikan
Pendidikan yang Dasar, PAUD, dan
berkompeten dan Pendidikan
profesional. Nonformal/
Kesetaraan

VI-73
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
8 Meningkatkan 8.1.1* Laju pertumbuhan PDB per Perekonomian %/thn Meningkat: Pengaruh pandemi Kajian Monitoring dan Program Fasilitasi
Pertumbuhan kapita. dan Lapangan 5,2 (8,80) Covid-19 Evaluasi Pertumbuhan Perekonomia Pengembangan Usaha
Ekonomi yang Kerja; menyebabkan Ekonomi n Dan Ekonomi Masyarakat
Inklusif dan belanja pemerintah Penggalian potensi Pembanguna dalam Meningkatkan
Berkelanjutan, daerah menurun perekonomi daerah dan n Pendapatan Asli
Kesempatan karena realokasi kepulauan (perdagangan Daerah
Kerja yang anggaran, kebutuhan pokok) Koordinasi,
Produktif dan kunjungan Sinkronisasi,
Menyeluruh, wisatawan, dan Monitoring dan
serta Pekerjaan ekspor barang Evaluasi Kebijakan
yang Layak menurun Pengelolaan BUMD
untuk Semua dan BLUD;

Pengendalian dan
Distribusi
Perekonomian;

Perencanaan dan
Pengawasan Ekonomi
Mikro kecil

Koordinasi,
Sinkronisasi dan
Evaluasi Kebijakan
Energi dan Air
8.10.1* Jumlah kantor bank dan Perekonomian kantor kantor bank Terkonsentrasi di Perluasan akses Program Koordinasi dan Dinas PMPTSP
ATM per 100.000 dan Lapangan (15,3) - pusat kota pelayanan perbankan Penyelenggar Sinkronisasi
penduduk dewasa Kerja; kantor ATM online kepada seluruh aan Penataan Pengendalian
(57,5) lapisan atau kelompok Ruang Pemanfaatan Ruang
masyarakatt Daerah
Kabupaten/Kota
8.10.1.(a) Rata-rata jarak lembaga Perekonomian Menurun Terkonsentrasi di Perluasan akses Program Koordinasi dan Dinas PMPTSP
keuangan (Bank Umum). dan Lapangan - (mendekat) - pusat kota pelayanan perbankan Penyelenggar Sinkronisasi
Kerja; online kepada seluruh aan Penataan Pengendalian
lapisan atau kelompok Ruang Pemanfaatan Ruang
masyarakatt Daerah
Kabupaten/Kota

VI-74
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
8.10.1.(b) Proporsi kredit UMKM Perekonomian % Meningkat: Belum maksimalnya Mendorong Porgram Pemberdayaan Usaha Dinas UMKM
terhadap total kredit. dan Lapangan 34,39 - fasilitasi UMKM pertumbuhan wirausaha Pemberdayaa Mikro yang Dilakukan
Kerja; dalam baru dengan n Usaha Melalui Pendataan,
mendapatkan memberikan insentif Menengah, Kemitraan,
kemudahan pelaku usaha baru Usaha Kecil, Kemudahan Perijinan;
legalitas, Mendorong digitalisasi Dan Usaha Penguatan
permodalan dan pemasaran produk Mikro Kelembagaan dan
kemitraan, serta produk UMKM / (UMKM) Koordinasi dengan
pendampingan industri kecil Para Pemangku
dalam Peningkatan bantuan Kepentingan
mengembangkan permodalan (Pemberdayaan
produk unggulan UMKM/kecil Melalui Kemitraan
Edukasi literasi Usaha Mikro );
keuangan akses Pengembangan Usaha
permodalan keuangan Mikro dengan
Edukasi atau manajarial Orientasi Peningkatan
pemasaran secara online Skala Usaha menjadi
Usaha Kecil
8.2.1* Laju pertumbuhan PDB per Perekonomian %/thn Meningkat Pengaruh pandemi Kajian Monitoring dan Program Koordinasi Bappeda
tenaga kerja/Tingkat dan Lapangan 5,1 - Covid-19 Evaluasi Pertumbuhan Koordinasi Perencanaan Bidang
pertumbuhan PDB riil per Kerja; menyebabkan Ekonomi Dan Perekonomian dan
orang bekerja per tahun. belanja pemerintah Penggalian potensi Sinkronisasi SDA (Sumber Daya
daerah menurun perekonomi daerah dan Perencanaan Alam)
karena realokasi kepulauan (perdagangan Pembanguna
anggaran, kebutuhan pokok) n Daerah
kunjungan
wisatawan, dan
ekspor barang
menurun
8.3.1* Proporsi lapangan kerja Kesehatan % Meningkat keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
informal sektor non- keluarga 34,39 17,84 tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
pertanian, berdasarkan Perekonomian kebutuhan; Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
jenis kelamin. dan lapangan kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
kerja produktifitas Produktifitas Tenaga dan Purna
tenaga kerja masih kerja; Penempatan) di
rendah Mendorong Pola Daerah
Magang di Perusahaan; Kabupaten/Kota
Pelatihan Pengelolaan Informasi
kewirausahaan Pasar Kerja

VI-75
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
8.3.1.(c) Persentase akses UMKM Perekonomian Persen Meningkat: Belum maksimalnya Mendorong Porgram Pemberdayaan Usaha Dinas UMKM
(Usaha Mikro, Kecil, dan dan lapangan 34,39 (33,30) fasilitasi UMKM pertumbuhan wirausaha Pemberdayaa Mikro yang Dilakukan
Menengah) ke layanan kerja dalam baru dengan n Usaha Melalui Pendataan,
keuangan. mendapatkan memberikan insentif Menengah, Kemitraan,
kemudahan pelaku usaha baru Usaha Kecil, Kemudahan Perijinan;
legalitas, Mendorong digitalisasi Dan Usaha Penguatan
permodalan dan pemasaran produk Mikro Kelembagaan dan
kemitraan, serta produk UMKM / (UMKM) Koordinasi dengan
pendampingan industri kecil Para Pemangku
dalam Peningkatan bantuan Kepentingan
mengembangkan permodalan (Pemberdayaan
produk unggulan UMKM/kecil Melalui Kemitraan
Edukasi literasi Usaha Mikro );
keuangan akses Pengembangan Usaha
permodalan keuangan Mikro dengan
Edukasi atau manajarial Orientasi Peningkatan
pemasaran secara online Skala Usaha menjadi
Usaha Kecil
8.5.1* Upah rata-rata per jam Kesehatan jt/kap Meningkat keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
pekerja. keluarga - tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
Perekonomian kebutuhan Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
dan lapangan kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
kerja produktifitas Produktifitas Tenaga; dan Purna
tenaga kerja masih Mendorong Pola Penempatan) di
rendah Magang di Perusahaan; Daerah
Pelatihan Kabupaten/Kota
pertumbuhan kewirausahaan; Pengelolaan Informasi
kegiatan ekonomi Pasar Kerja
bertumbuh lambat
(kesempatan kerja
baru kecil)
8.5.2* Tingkat pengangguran Kesehatan % Menurun keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
terbuka berdasarkan jenis keluarga 3,00 tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
kelamin dan kelompok Perekonomian kebutuhan Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
umur. dan lapangan kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
kerja produktifitas Produktifitas Tenaga; dan Purna
tenaga kerja masih Mendorong Pola Penempatan) di
rendah Magang di Perusahaan; Daerah
Pelatihan Kabupaten/Kota
pertumbuhan kewirausahaan; Pengelolaan Informasi
kegiatan ekonomi Pasar Kerja
bertumbuh lambat

VI-76
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
(kesempatan kerja
baru kecil)

8.5.2.(a) Tingkat setengah Kesehatan % Menurun keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
pengangguran. keluarga 2,00 tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
Perekonomian kebutuhan Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
dan lapangan kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
kerja produktifitas Produktifitas Tenaga; dan Purna
tenaga kerja masih Mendorong Pola Penempatan) di
rendah Magang di Perusahaan; Daerah
Pelatihan Kabupaten/Kota
pertumbuhan kewirausahaan; Pengelolaan Informasi
kegiatan ekonomi Pasar Kerja
bertumbuh lambat
(kesempatan kerja
baru kecil)
8.6.1* Persentase usia muda (15- Kesehatan org Meningkat keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
24 tahun) yang sedang keluarga lebih dari (284.520) tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
tidak sekolah, bekerja atau Perekonomian 30.000 kebutuhan Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
mengikuti pelatihan dan lapangan kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
(NEET). kerja produktifitas Produktifitas Tenaga; dan Purna
tenaga kerja masih Mendorong Pola Penempatan) di
rendah Magang di Perusahaan; Daerah
Pelatihan Kabupaten/Kota
pertumbuhan kewirausahaan; Pengelolaan Informasi
kegiatan ekonomi Pasar Kerja
bertumbuh lambat
(kesempatan kerja
baru kecil)

VI-77
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor Perekonomian % Meningkat Belum maksimalnya Pengembangan digital Program Pemasaran Pariwisata Dinas
pariwisata. dan Lapangan 40 % - pengelolaan tourism sebagai Pemasaran Dalam dan Luar Negeri Pariwisata
Kerja; kekayaan dan perangkat promosi kota; Pariwisata Daya Tarik, Destinasi
keragaman budaya Peningkatan kualitas dan Kawasan Strategis
yang ada di sebagai kuliner dan destinasi Pariwisata Kota
aset wisata; wisata kuliner dan
Potensi sebaga kota budaya; Program Pengelolaan Daya
transit dan wisata Peningkatan event Peningkatan Tarik Wisata Kota
kuliner belum kegiatan wisata dan Daya Tarik
dimaksimalkan pelibatan peserta; Destinasi
Peningkatan sarana dan Pariwisata
prasarana pendukung
pariwisata;
Peningkatan Kualitas
RTH dan Non RTH;
Gerakan Ekonomi
Kreaktif Komunitas
8.9.2* Jumlah pekerja pada Kesehatan Persen Meningkat Pengelolaan dan Gerakan Kesadaran Program Pengelolaan Daya Dinas
industri pariwisata dalam keluarga 18% - kreatifitas pelaku Ekonomi Kreaktif Peningkatan Tarik Wisata Kota Pariwisata
proporsi terhadap total Perekonomian kuliner masih dimulai dari komunitas, Daya Tarik
pekerja. dan lapangan tradisional dan sekolah, perguruan Destinasi
kerja belum berkembang tinggi dan lembaga Pariwisata
sosial budaya;
Kerjasama pendidikan
dan Pelatihan dengan
lembaga pendidikan
kepariwisataan lokal dan
nasional;
9 Membangun 9.2.1.(a) Laju pertumbuhan PDB Perekonomian %/thn Lebih tinggi Harga dan biaya Insentif bagi pelaku
Infrastruktur industri manufaktur. dan Lapangan dari - lahan semakin industri
yang Tangguh, Kerja; pertumbuha meningkat; mengembangkan
Meningkatkan n PDRB Persaiangan dgn industri lebih modern
Industri Inklusif daerah lain dan bersih;
dan menyediakan lahan Mempercepat
Berkelanjutan, perwujudan kawasan
serta industri di Kecamatan
Siantar Martoba;

VI-78
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
Mendorong 9.2.2* Proporsi tenaga kerja pada Kesehatan Meningkat keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
Inovasi sektor industri keluarga - 16,46 - tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
manufaktur. Perekonomian kebutuhan; Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
dan lapangan kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
kerja produktifitas Produktifitas Tenaga; dan Purna
tenaga kerja masih Mendorong Pola Penempatan) di
rendah Magang di Perusahaan; Daerah
Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
9.3.1* Proporsi nilai tambah Perekonomian Meningkat keahlian yang ada Pelatihan Ketrampilan Program Pelayanan Antarkerja Dinas
industri kecil terhadap dan Lapangan - 23,3% - tidak sesuai Teknis; Penempatan di Daerah Ketenagakerjaa
total nilai tambah industri. Kerja; kebutuhan; Diklat Vokasional; Tenaga Kerja Kabupaten/Kota n
kompetensi dan Diklat Peningkatan Pelindungan PMI (Pra
produktifitas Produktifitas Tenaga; dan Purna
tenaga kerja masih Mendorong Pola Penempatan) di
rendah Magang di Perusahaan; Daerah
Pelatihan Kabupaten/Kota
kewirausahaan; Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
9.3.2* Proporsi industri kecil Perekonomian Meningkat Sulitnya Industri Mendorong Porgram Pemberdayaan Usaha Dinas UMKM
dengan pinjaman atau dan Lapangan - 6,7% - kecil dalam pertumbuhan wirausaha Pemberdayaa Mikro yang Dilakukan
kredit. Kerja; mengakses bank baru dengan n Usaha Melalui Pendataan,
untuk memberikan insentif Menengah, Kemitraan,
mengembangkan pelaku usaha baru ; Usaha Kecil, Kemudahan Perijinan;
usahanya. Mendorong digitalisasi Dan Usaha Penguatan
Akibatnya, upaya pemasaran produk Mikro Kelembagaan dan
untuk menaikan produk industri kecil; (UMKM) Koordinasi dengan
kelas kemenengah Peningkatan bantuan Para Pemangku
atau besar tidak permodalan industri Kepentingan
mudah dilakukan. kecil; (Pemberdayaan
Edukasi literasi Melalui Kemitraan
keuangan akses Usaha Mikro );
permodalan keuangan; Pengembangan Usaha
Edukasi atau manajarial Mikro dengan
pemasaran secara Orientasi Peningkatan
online; Skala Usaha menjadi
Usaha Kecil

VI-79
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
10 Mengurangi 10.1.1.(a) Persentase penduduk yang Kesehatan % Menurun pendataan proses pendataan Perlindungan Pendataan Fakir Dinas Sosial
Kesenjangan hidup di bawah garis keluarga 5,3% 5,44 penduduk di bawah penduduk miskin Dan Jaminan Miskin Cakupan
Intra- dan kemiskinan nasional, Perekonomian garis kemiskinan Pelatihan keterampilan Sosial Daerah
Antarnegara menurut jenis kelamin dan dan lapangan belum berusaha bagi keluarga Kabupaten/Kota;
kelompok umur. kerja akurat/update miskin Fasilitasi Bantuan
Sosial Kesejahteraan
Keluarga;
Fasilitasi Bantuan
Pengembangan
Ekonomi Masyarakat
10.4.1.(b) Proporsi peserta Program Perekonomian % pemahaman Sosialisasi dan Program Penyelenggaraan Dinas
Jaminan Sosial Bidang dan Lapangan - - pekerja tentang pemantauan pelaku Hubungan Pendataan dan Ketenagakerjaa
Ketenagakerjaan. Kerja; jaminan kesehatan usaha ttg pemberian Industrial Informasi Sarana n
bidang jaminan sosial bagi Hubungan Industrial
ketenagakerjaan pekerjanya, terutama dan Jaminan Sosial
pekerja bagian dari Tenaga Kerja serta
perusahaan tidak penduduk di bawah Pengupahan
sadar dan paham garis kemiskinan;
kewajiban Pendataan pekerja oleh
memberikan akses pelaku usaha yang
jaminan kesehatan diberikan layanan
bagi tenaga kerja jaminan sosial
Sosialisasi dan layanan
perekaman jaminan
sosial bagi pekerja.
16 Menguatkan 16.1.1.(a) Jumlah kasus kejahatan Pemgelolaan kasus Menurun deteksi dini Peningkatan koordinasi Program KoordinasiPenyelengg Badan
Masyarakat pembunuhan pada satu pelayanan - kejahatan belum PEMKO dengan instansi Peningkatan araan Ketentraman Kesbangpol
yang Inklusif tahun terakhir. masyarakat berjalan maksimal yg membidangi Ketentraman dan Ketertiban Umum
dan Damai keamanan Dan serta Perlindungan
untuk Meningkatkan Ketertiban Masyarakat Tingkat
Pembangunan partisipasi masyarakat Umum Kabupaten/Kota
Berkelanjutan, dalam sistem keamanan
Menyediaan lingkungan

VI-80
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
Akses Keadilan 16.1.3.(a) Proporsi penduduk yang Pemgelolaan % Menurun deteksi dini Peningkatan koordinasi Program KoordinasiPenyelengg Badan
untuk Semua, menjadi korban kejahatan pelayanan dari 936 - kejahatan belum PEMKO dengan instansi Peningkatan araan Ketentraman Kesbangpol
dan kekerasan dalam 12 bulan masyarakat berjalan maksimal; yg membidangi Ketentraman dan Ketertiban Umum
Membangun terakhir. keamanan; Dan serta Perlindungan
Kelembagaan Meningkatkan Ketertiban Masyarakat Tingkat
yang Efektif, partisipasi masyarakat Umum Kabupaten/Kota
Akuntabel, dan dalam sistem keamanan
Inklusif di lingkungan;
Semua Kajian pola penyebab,
Tingkatan kejadian dan
penyelesaian kekerasan
dalam keluarga,
pekerjaan dan lainnya,
serta penyelesaian
Sosialisasi pencegahan
dan penanggulan
kekerasan
16.1.4* Proporsi penduduk yang Pemgelolaan % Meningkat penerangan jalan peningkatan peran Program KoordinasiPenyelengg Badan
merasa aman berjalan pelayanan - masih kurang; forum kewaspadaan dini Penyelenggar araan Ketentraman Kesbangpol
sendirian di area tempat masyarakat masih minimnya masyarakat; aan Urusan dan Ketertiban Umum
tinggalnya. cctv memantau peningkatan jumlah Pemerintaha serta Perlindungan
kejadian yang kerjasama dengan n Umum Masyarakat Tingkat
terjadi; instansi Kepolisian dan Kabupaten/Kota
instansi vertikal terkait;
melibatkan masyarakat
dalam sistem keamanan
lingkungan;
Peningkatan sarana
prasarana lampu
penerangan jalan umum
(LPJU);
Pemasangan sarana
digital pengawasan pd
lokasi rawan kejahatan ;
pengembangan sistem
pengaduan korban /
saksi kejahatan;

VI-81
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
16.5.1.(a) Indeks Perilaku Anti Kapasitas Meningkat Masih tingginya Koordinasi, monitoring Program Penyelenggaraan Inspektorat
Korupsi (IPAK). Pengelolaan - 4,26 - Indeks Persepsi dan evaluasi serta Penyelenggar Pengawasan Internal
Masyarakat Korupsi yang verifikasi; pencegahan aan
dirasakan dan pemberantasan Pengawasan
masyarakat korupsi;
pengembangan sistem
pengaduan
masyarakat/pelaku
usaha,
16.6.1.(a) Persentase peningkatan Kapasitas status WTP Belum maksimalnya Menyelenggarakan
Opini Wajar Tanpa Pengelolaan - sistem profesional pengelolaan
Pengecualian (WTP) atas Masyarakat pengelolaan aset keuangan, pendapatan
Laporan Keuangan daerah dan aset daerah yang
Kementerian/ Lembaga serta pengelolaan efektif, efisien,
dan Pemerintah Daerah sumbersumber akuntabel dan
(Provinsi/Kabupaten/Kota). pendapatan transparan.
daerah
16.6.1.(b) Persentase peningkatan Kapasitas % CC Belum maksimalnya Menyelenggarakan
Sistem Akuntabilitas Pengelolaan - pelaksanaan SAKIP profesional pengelolaan
Kinerja Pemerintah (SAKIP) Masyarakat keuangan, pendapatan
Kementerian/Lembaga dan dan aset daerah yang
Pemerintah Daerah efektif, efisien,
(Provinsi/ akuntabel dan
Kabupaten/Kota). transparan.
16.6.1.(d) Persentase instansi Kapasitas Meningkat Belum optimalnya Penyusunan Road Map Program Penyelenggaraan Inspektorat
pemerintah yang memiliki Pengelolaan - menjadi - reformasi birokrasi RB Penyelenggar Pengawasan Internal
nilai Indeks Reformasi Masyarakat 46,7% atau belum Sosialisasi kebijakan aan
Birokrasi Baik optimalnya Road Map RB Pengawasan
Kementerian/Lembaga dan penataan Melaksanakan
Pemerintah Daerah kelembagaan pengawasan dan
(Provinsi/ perangkat daerah; penilaian thd 8 area
Kabupaten/Kota). Belum optimalnya perubahan
fungsi dokumen
Roadmap
Reformasi Birokrasi
sebagai guideline
perubahan di setiap
Perangkat Daerah;

VI-82
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN TARGET GAP PERMASALAHAN ALTERNATIF SKENARIO PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
16.6.2.(a) Persentase Kepatuhan Kapasitas Meningkat Belum semua Penyusunan Road Map Program Penyelenggaraan Inspektorat
pelaksanaan UU Pelayanan Pengelolaan - menjadi: - Perangkat Daerah RB Penyelenggar Pengawasan Internal
Publik Masyarakat 83,3% mengimplementasi Sosialisasi kebijakan aan
Kementerian/Lembaga dan kan Standar Road Map RB Pengawasan
Pemerintah Daerah Operasional Melaksanakan
(Provinsi/ Prosedur (SOP) dan pengawasan dan
Kabupaten/Kota). Standar Pelayanan penilaian thd 8 area
Publik (SPP)yang perubahan
mempengaruhi
kualitas pelayanan
publik;
Belum optimalnya
peningkatan
kualitas pelayanan
publik pada Unit
Pelayanan Publik
(UPP) atas penilaian
Kementerian PAN &
RB dan
Ombudsman.
17 Menguatkan 17.18.1.(d) Persentase indikator SDGs Kapasitas % Meningkat belum pengembangan sistem Program Analisis Kondisi Bappeda
Sarana terpilah yang relevan Pengelolaan - dilaksanakan; pendataan indikator TPB Perencanaan, Daerah,
Pelaksanaan dengan target. Masyarakat belum ada metoda pada masing-masing Pengendalian Permasalahan, dan Isu
dan monitoring OPD pelaksana Dan Evaluasi Strategis
Merevitalisasi pengembangan forum Pembanguna Pembangunan Daerah
Kemitraan pelaksanaan TPB skala n Daerah Pengendalian, Evaluasi
Global untuk nasional dan global dan Pelaporan Bidang
Pembangunan Perencanaan
Berkelanjutan Pembangunan Daerah

VI-83
5.2.3 ALTERNATIF SKENARIO DENGAN UPAYA TAMBAHAN

VI-84
Tabel 5.4 Alternatif Skenario Pencapaian TPB Tanpa Upaya Tambahan
NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
1 Mengakhiri 1.3.1.(a) Proporsi peserta Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat 97 Program Pengelolaan Jaminan Dinas Kesehatan
Kemiskinan dalam jaminan kesehatan Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Masyarakat
Segala Bentuk melalui SJSN Bidang Masyarakat Kesehatan Kerjasama dgn :
- BPJS
Dimanapun Kesehatan. Perorangan Dan
- Dinas Sosial
Upaya Kesehatan
Masyarakat
1.3.1.(c) Persentase penyandang Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Rehabilitasi Sosial Dasar Dinas Sosial
disabilitas yang miskin Pengelolaan Layanan menjadi 40% Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas
dan rentan yang Masyarakat Terlantar, Anak
terpenuhi hak dasarnya Terlantar, Lanjut Usia
dan inklusivitas. Terlantar, serta
Gelandangan Pengemis
di Luar Panti Sosial
1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga Kualitas kehidupan keluarga % 55,04 Menurun Program Pengelolaan Data Fakir Dinas Sosial
yang mendapatkan Pengelolaan Layanan Perlindungan Dan Miskin Cakupan Daerah
bantuan tunai Masyarakat Jaminan Sosial Kabupaten/Kota
bersyarat/Program
Keluarga Harapan.
1.4.1.(b) Persentase anak umur Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
12-23 bulan yang Pengelolaan Layanan 93,33% Pemenuhan Upaya Kesehatan Balita
menerima imunisasi Masyarakat Kesehatan
dasar lengkap. Perorangan Dan
Upaya Kesehatan
Masyarakat
1.4.1.(c) Prevalensi penggunaan Kualitas kehidupan keluarga % 83,84 Meningkat Program Pengendalian dan Dinas Sosial
metode kontrasepsi Pengelolaan Layanan 78,3% Pembinaan Pendistribusian
(CPR) semua cara pada Masyarakat Keluarga Berencana Kebutuhan Alat dan
Pasangan Usia Subur (KB) Obat Kontrasepsi serta
(PUS) usia 15-49 tahun Pelaksanaan Pelayanan
yang berstatus kawin. KB di Daerah
Kabupaten/Kota

VI-85
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
1.4.1.(g) Angka Partisipasi Murni Pengelolaan Layanan % 100,00 Meningkat 100 Program Pengelolaan Pendidikan Dinas
(APM) SD/MI/sederajat. Masyarakat Pengelolaan Sekolah Dasar Pendidikan
Pendidikan
Kerjasama dgn :
- Dinas Sosial
- Kementerian
Agama
1.4.1.(h) Angka Partisipasi Murni Pengelolaan Layanan % 100,00 Meningkat Program Pengelolaan Dinas
(APM) Masyarakat menjadi 100 Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
SMP/MTs/sederajat. Pendidikan Menengah Pertama
Kerjasama dgn :
- Dinas Sosial
- Kementerian
Agama
1.5.1.(b) Pemenuhan kebutuhan Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Perlindungan Sosial Dinas Sosial
dasar korban bencana Pengelolaan Layanan Penanganan Korban Bencana Alam
sosial. Masyarakat Bencana dan Sosial
Kabupaten/Kota
1.a.2* Pengeluaran untuk Kualitas kehidupan keluarga % 26,16 Pendidikan = Program Koordinasi Perencanaan Bappeda
layanan pokok Pengelolaan Layanan 20`% Pengelolaan Anggaran Belanja
(pendidikan, kesehatan Masyarakat Kesehatan = 15 Keuangan Daerah Daerah
dan perlindungan sosial) %
sebagai persentase dari Perlindungan
total belanja sosial = 22 %
pemerintah.
2 Menghilangkan 2.1.1.(a) Prevalensi kekurangan Kualitas kehidupan keluarga % 4,10 Menurun 11% Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
Kelaparan, gizi (underweight) pada Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Balita
Mencapai anak balita. Masyarakat Kesehatan Kerjasama dgn :
- Dinas
Ketahanan Pangan Pertumbuha Perekonomian Perorangan Dan
Ketahanan
dan Gizi yang Baik, Kota Upaya Kesehatan Pangan
serta Masyarakat - Dinas Sosial
Meningkatkan

VI-86
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
Pertanian 2.2.1* Prevalensi stunting Kualitas kehidupan keluarga % 1,73 Menurun 16 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
Berkelanjutan (pendek dan sangat Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Balita
pendek) pada anak di Masyarakat Kesehatan Kerjasama dgn :
- Dinas
bawah lima Perekonomian Kota Perorangan Dan
Ketahanan
tahun/balita. Upaya Kesehatan Pangan
Masyarakat - Dinas Sosial

3 Menjamin 3.1.1* Angka Kematian Ibu Kualitas kehidupan keluarga per Menurun 16,6 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
Kehidupan yang (AKI). Pengelolaan Layanan 1000 (0,25) Pemenuhan Upaya Kesehatan Ibu Bersalin
Sehat dan Masyarakat pddk Kesehatan Pengelolaan Pelayanan
Meningkatkan Perorangan Dan Kesehatan Ibu Hamil
Kesejahteraan Upaya Kesehatan
Seluruh Penduduk Masyarakat
Semua Usia
3.2.1* Angka Kematian Balita Kualitas kehidupan keluarga org - Menurun 22,3 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
(AKBa) per 1000 Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Balita
kelahiran hidup. Masyarakat Kesehatan
Kualitas Lingkungan Hidup Perorangan Dan
Upaya Kesehatan
Masyarakat
3.2.2* Angka Kematian Kualitas kehidupan keluarga org 0,33 Menurun 9 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
Neonatal (AKN) per Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Bayi Baru
1000 kelahiran hidup. Masyarakat Kesehatan Lahir
Kualitas Lingkungan Hidup Perorangan Dan
Upaya Kesehatan
Masyarakat
3.2.2.(a) Angka Kematian Bayi Kualitas kehidupan keluarga org 0,33 Menurun 15 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
(AKB) per 1000 kelahiran Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Balita
hidup. Masyarakat Kesehatan Pengelolaan Pelayanan
Perorangan Dan Kesehatan Bayi Baru
Upaya Kesehatan Lahir
Masyarakat

VI-87
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
3.2.2.(b) Persentase Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat 96,7 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota yang Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Balita
mencapai 80% imunisasi Masyarakat Kesehatan
dasar lengkap pada bayi. Perorangan Dan
Upaya Kesehatan
Masyarakat
3.3.1.(a) Prevalensi HIV pada Kualitas kehidupan keluarga % 0,03 Menurun 0,17 Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
populasi dewasa. Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Orang
Masyarakat Kesehatan dengan Risiko Terinfeksi
Perorangan Dan HIV
Upaya Kesehatan
Masyarakat
3.4.1.(b) Prevalensi tekanan Kualitas kehidupan keluarga % 12,05 Menurun Program Pengelolaan Dinas Kesehatan
darah tinggi. Pengelolaan Layanan menjadi 24,7% Pemenuhan Upaya Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Kesehatan Penderita Hipertensi
Kualitas Lingkungan Hidup Perorangan Dan
Upaya Kesehatan
Masyarakat
3.7.1.(a) Angka prevalensi Kualitas kehidupan keluarga % 83,84 Meningkat 70 Program Pengendalian dan Dinas Sosial
penggunaan metode Pengelolaan Layanan % Pembinaan Pendistribusian
kontrasepsi (CPR) semua Masyarakat Keluarga Berencana Kebutuhan Alat dan
cara pada Pasangan Usia (Kb) Obat Kontrasepsi serta
Subur (PUS) usia 15-49 Pelaksanaan Pelayanan
tahun yang berstatus KB di Daerah
kawin. Kabupaten/Kota
3.7.2.(a) Total Fertility Rate (TFR). Kualitas kehidupan keluarga % 1,53 2,1 Program Promosi dan KIE Dinas Sosial
Pengelolaan Layanan Pembinaan Program KKBPK Melalui
Masyarakat Keluarga Berencana Media Massa Cetak dan
(Kb) Elektronik serta Media
Luar
Ruang
3.8.2.(a) Cakupan Jaminan Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat 98,7 Program Pengelolaan Jaminan Dinas Kesehatan
Kesehatan Nasional Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Kesehatan Masyarakat
(JKN). Masyarakat Kesehatan Kerjasama dgn :
- BPJS
Perorangan Dan
- Dinas Sosial

VI-88
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
Upaya Kesehatan
Masyarakat

3.b.1.(a) Persentase ketersediaan Kualitas kehidupan keluarga % 136,00 100 Program Pengadaan Obat, Dinas Kesehatan
obat dan vaksin di Pengelolaan Layanan Pemenuhan Upaya Vaksin
Puskesmas. Masyarakat Kesehatan
Perorangan Dan
Upaya Kesehatan
Masyarakat
4 Menjamin Kualitas 4.1.1.(e) Angka Partisipasi Kasar Pengelolaan Layanan % 109,83 Meningkat Program Pengelolaan Dinas
Pendidikan yang (APK) Masyarakat menjadi Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
Inklusif dan SMP/MTs/sederajat. 103,3% Pendidikan Menengah Pertama
Kerjasama dgn :
Merata serta
- Dinas Sosial
Meningkatkan - Kementerian
Kesempatan Agama
Belajar Sepanjang 4.2.2.(a) Angka Partisipasi Kasar Pengelolaan Layanan % 160,05 Meningkat Program Pengelolaan Dinas
Hayat untuk (APK) Pendidikan Anak Masyarakat menjadi 69,4% Pengelolaan Pendidikan Pendidikan Pendidikan
Semua Usia Dini (PAUD). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Kerjasama dgn :
- Dinas Sosial

4.6.1.(a) Persentase angka melek Pengelolaan Layanan % 100,00 Meningkat Program Pengelolaan Pendidikan Dinas
aksara penduduk umur Masyarakat menjadi 98,7% Pengelolaan Nonformal/Kesetaraan Pendidikan
≥15 tahun. Pertumbuhan perekonomian Pendidikan
kota
4.6.1.(b) Persentase angka melek Pengelolaan Layanan % 100,00 Meningkat Program Pengelolaan Pendidikan Dinas
aksara penduduk umur Masyarakat menjadi 98,7% Pengelolaan Nonformal/Kesetaraan Pendidikan
15-24 tahun dan umur Pertumbuhan perekonomian Pendidikan
15-59 tahun. kota

VI-89
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
5 Mencapai 5.1.1* Jumlah kebijakan yang Kualitas kehidupan keluarga % bertambah Program Pengarus Koordinasi dan Dinas Sosial
Kesetaraan responsif gender Pengelolaan Layanan - Utamaan Gender Sinkronisasi
Gender dan mendukung Masyarakat Dan Pemberdayaan Pelaksanaan PUG
Memberdayakan pemberdayaan Pertumbuhan Perekonomian Perempuan Kewenangan
Kaum Perempuan perempuan. Kota Kabupaten/Kota

Pemberdayaan
Perempuan Bidang
Politik, Hukum, Sosial,
dan Ekonomi pada
Organisasi
Kemasyarakatan
Kewenangan
Kabupaten/ Kota
5.2.1* Proporsi perempuan Kualitas kehidupan keluarga % 0,01 Menurun 4,7 Program Penyediaan Layanan Dinas Sosial
dewasa dan anak Pengelolaan Layanan Perlindungan Pengaduan Masyarakat
perempuan (umur 15-64 Masyarakat Perempuan bagi Perempuan Korban
tahun) mengalami Kekerasan Kewenangan
kekerasan (fisik, seksual, Kabupaten/Kota
atau emosional) oleh
pasangan atau mantan Penyediaan Layanan
pasangan dalam 12 Program bagi Anak yang
bulan terakhir. Perlindungan Memerlukan
Khusus Anak Perlindungan Khusus
yang Memerlukan
5.2.2.(a) Persentase korban Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Penyediaan Layanan Dinas Sosial
kekerasan terhadap Pengelolaan Layanan menjadi 100 Perlindungan Pengaduan Masyarakat
perempuan yang Masyarakat Perempuan bagi Perempuan Korban
mendapat layanan Kekerasan Kewenangan
komprehensif. Kabupaten/Kota

VI-90
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
5.5.1* Proporsi kursi yang Kualitas kehidupan keluarga % 23,30 Meningkat Program Pengarus Pemberdayaan Dinas Sosial
diduduki perempuan di Pertumbuhan Perekonomian Utamaan Gender Perempuan Bidang
parlemen tingkat pusat, Kota Dan Pemberdayaan Politik, Hukum, Sosial,
parlemen daerah dan Perempuan dan Ekonomi pada
pemerintah daerah. Organisasi
Kemasyarakatan
Kewenangan
Kabupaten/ Kota
5.b.1* Proporsi individu yang Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
menguasai/memiliki Pengelolaan Layanan 78,8% Pengelolaan dan Komunikasi Publik
telepon genggam. Masyarakat Informasi Dan Pemerintah Daerah
Pertumbuhan Perekonomian Komunikasi Publik Kabupaten/Kota
Kota

8 Meningkatkan 8.1.1.(a) PDB per kapita. Kualitas kehidupan keluarga jt/kap 73,62 Meningkat Pemberdayaan Pemberdayaan Usaha Bappeda
Pertumbuhan Pertumbuhan Perekonomian Usaha Menengah, Mikro yang Dilakukan
Ekonomi yang Kota Usaha Kecil, Dan melalui Pendataan,
Inklusif dan Usaha Mikro Kemitraan, Kemudahan
Berkelanjutan, (Umkm) Perizinan, Penguatan
Kesempatan Kerja Kelembagaan dan
yang Produktif Koordinasi dengan Para
dan Menyeluruh, Pemangku Kepentingan
serta Pekerjaan
yang Layak untuk
Semua 8.3.1.(a) Persentase tenaga kerja Kualitas kehidupan keluarga org ########### Meningkat Peran Industri Dan Penerbitan Dinas
formal. Pertumbuhan Perekonomian Umkm Belum Perpanjangan IMTA Ketenagakerjaan
Kota Mengangkat yang Lokasi Kerja dalam
Perekonomian 1 (Satu) Daerah
Daerah Dan Kabupaten/Kota
Kesejaheraan
Masyarakat
9 Membangun 9.c.1* Proporsi penduduk yang Kualitas kehidupan keluarga % 113,60 Meningkat Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
Infrastruktur yang terlayani mobile Pertumbuhan Perekonomian 96,33 Pengelolaan dan Komunikasi Publik
Tangguh, broadband. Kota Informasi Dan Pemerintah Daerah
Meningkatkan Komunikasi Publik Kabupaten/Kota

VI-91
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
Industri Inklusif 9.c.1.(a) Proporsi individu yang Kualitas kehidupan keluarga % 107,66 Meningkat Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
dan menguasai/memiliki Pertumbuhan Perekonomian 79,5% Pengelolaan dan Komunikasi Publik
Berkelanjutan, telepon genggam Kota Informasi Dan Pemerintah Daerah
serta Mendorong Komunikasi Publik Kabupaten/Kota
Inovasi 9.c.1.(b) Proporsi individu yang Kualitas kehidupan keluarga % 115,86 Meningkat 85% Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
menggunakan internet Pertumbuhan Perekonomian Pengelolaan dan Komunikasi Publik
Kota Informasi Dan Pemerintah Daerah
Komunikasi Publik Kabupaten/Kota
10 Mengurangi 10.1.1* Koefisien Gini. Kualitas kehidupan keluarga 0,28 Menurun 0,37 Program Fasilitasi Bantuan Sosial Dinas Kominfo
Kesenjangan Intra- Pertumbuhan Perekonomian Perlindungan Dan Kesejahteraan Keluarga
dan Antarnegara Kota Jaminan Sosial Fasilitasi Bantuan
Pengembangan Ekonomi
Masyarakat

16 Menguatkan 16.6.1.(c) Persentase penggunaan Kapasitas Tata Kelola % 100,00 Menjadi Pengelolaan Barang Pengelolaan Pengadaan LPSE
Masyarakat yang E-procurement terhadap Pemerintah Kota menjadi 100% Dan Jasa Barangdan Jasa
Inklusif dan Damai belanja pengadaan. PengelolaanLayanan
Pengadaan Secara
untuk
Elektronik
Pembangunan Pembinaan dan Advokasi
Berkelanjutan, Pengadaan Barang dan
Menyediaan Akses Jasa
Keadilan untuk 16.7.1.(a) Persentase keterwakilan Kapasitas Tata Kelola % 24,00 Meningkat dari Program Pengarus Pemberdayaan Dinas Sosial dan
Semua, dan perempuan di Dewan Pemerintahan Kota 12 Utamaan Gender Perempuan Bidang PPPA
Membangun Perwakilan Rakyat (DPR) Dan Pemberdayaan Politik, Hukum, Sosial,
Kelembagaan dan Dewan Perwakilan Perempuan dan Ekonomi pada
yang Efektif, Rakyat Daerah (DPRD). Organisasi
Akuntabel, dan Kemasyarakatan
Inklusif di Semua Kewenangan
Tingkatan Kabupaten/ Kota
16.9.1* Proporsi anak umur di Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat 100 Program Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
bawah 5 tahun yang Pengelolaan Layanan Pendaftaran Pendaftaran Penduduk
kelahirannya dicatat Masyarakat Penduduk
oleh lembaga
pencatatan sipil,
menurut umur.

VI-92
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
16.9.1.(a) Persentase kepemilikan Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
akta lahir untuk Pengelolaan Layanan menjadi 93,3 Pendaftaran Pendaftaran Penduduk
penduduk 40% Masyarakat Penduduk
berpendapatan bawah.
16.9.1.(b) Persentase anak yang Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
memiliki akta kelahiran. Pengelolaan Layanan menjadi: 100 Pendaftaran Pendaftaran Penduduk
Masyarakat Penduduk

16.10.2.(c) Jumlah kepemilikan Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat Program Penguatan Kapasitas Dinas Kominfo
sertifikat Pejabat Pengelolaan Layanan Pengelolaan Sumber Daya
Pengelola Informasi dan Masyarakat Informasi Dan Komunikasi
Dokumentasi (PPID) Kapasitas Tata Kelola Komunikasi Publik Publik
untuk mengukur kualitas Pemerintah Kota
PPID dalam menjalankan
tugas dan fungsi
sebagaimana diatur
dalam peraturan
perundang-undangan.
17 Menguatkan 17.6.2.(b) Tingkat penetrasi akses Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 Meningkat 70% Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
Sarana tetap pitalebar (fixed Pengelolaan Layanan Pengelolaan dan Komunikasi Publik
Pelaksanaan dan broadband) di Perkotaan Masyarakat Informasi Dan Pemerintah Daerah
Merevitalisasi dan di Perdesaan. Pertumbuhan Perekonomian Komunikasi Publik Kabupaten/Kota
Kemitraan Global Kota
untuk
Pembangunan
17.6.2.(c) Proporsi penduduk Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 100 Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
Berkelanjutan
terlayani mobile Pengelolaan Layanan Pengelolaan dan Komunikasi Publik
broadband Masyarakat Informasi Dan Pemerintah Daerah
Pertumbuhan Perekonomian Komunikasi Publik Kabupaten/Kota
Kota

VI-93
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 PELAKSANA
17.8.1* Proporsi individu yang Kualitas kehidupan keluarga % 100,00 84,5 Program Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
menggunakan internet. Pengelolaan Layanan Pengelolaan dan Komunikasi Publik
Masyarakat Informasi Dan Pemerintah Daerah
Pertumbuhan Perekonomian Komunikasi Publik Kabupaten/Kota
Kota

17.19.2.(b) Tersedianya data Kualitas kehidupan keluarga Ada Tersedia Program Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
registrasi terkait Pengelolaan Layanan Pendaftaran Pendaftaran Penduduk
kelahiran dan kematian Masyarakat Penduduk
(Vital Statistics Register)
17.19.2.(c) Jumlah pengunjung Pengelolaan Layanan % 100,00 Meningkat Program Informasi Pemerintah Daerah Dinas Kominfo
eksternal yang Masyarakat Dan Komunikasi Kabupaten/Kota
mengakses data dan Pertumbuhan Perekonomian
informasi statistik Kota
melalui website.

VI-94
VI-95
VI-96
BAB VI
SKENARIO DAN REKOMENDASI
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
DI KOTA PEMATANGSIANTAR

Hasil rumusan alternatif skenario pada bagian sebelumnya disajikan menjadi


pertimbangan dalam penyusunan RPJMD Kota Pematagsiantar 2021-2026.
Rekomendasi yag disajikan memuat isu dan permasalahan, sasaran strategis, tujuan,
sasaran, program dan kegiatan, serta OPD pelaksana yang diusulkan dalam
pemenuhan target TPB yang akan dimasukkan dalam RPJMD Kota Pematagsiantar
2021-2026. Rekomendasi ini telah mempertimbangkan :
1. Isu strategis pembangunan berkelanjutan dan permasalahan
2. Skenario daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
3. Upaya tambahan atau percepatan untuk memenuhi target
4. Numenklatur pgroram dan kegiatan akan mengacu pada Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 Tentang Hasil
Verifikasi Dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi Dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan Dan Keuangan Daerah.

Rekomendasi yang dimuat akan disajikan dalam tiga skenario, yaitu : (1)
Rekomendasi atas Pertimbangan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan bagi
indikator yang Tanpa Upaya Tambahan dan Perlu Upaya Tambahan, (2)
Rekomendasi untuk Perlu Upaya Tambahan, (3) Rekomendasi Tanpa Upaya
Tambahan.

VI-1
Tabel 6.1 Rekomendasi Pencapaian TPB Dengan Pertimbangan Daya Dukung Lingkungan Hidup
NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
1 Mengakhiri 1.4.1.(a) Persentase Pengelolaan Meningkatkan Meningkatnya Persentase Program Pemenuhan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Dinas
Kemiskinan perempuan pernah Layanan Kota; kelengkapan persentase perempuan dari Upaya Kesehatan Ibu Hamil; Kesehatan
kawin umur 15-49 sarana dan perempuan penduduk penduduk di bawah Perorangan Dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
tahun yang proses prasarana layanan di bawah garis garis kemiskinan dan Upaya Kesehatan Ibu Bersalin; kerjasama
melahirkan persalinan bagi kemiskinan dan rentan melakukan Masyarakat Pengelolaan Pelayanan Kesehatan dengan:
terakhirnya di fasilitas penduduk rentan melakukan proses melahirkan Bayi Baru Lahir - Dinas PRKP
kesehatan. miskin/rentan, proses melahirkan di terakhirnya di fasilitas
didukung fasilitas kesehatan kesehatan meningkat Pemeliharaan Sarana Fasilitas
ketersediaan mencapai 70 % Pelayanan Kesehatan;
layanan air bersih Pemeliharaan Prasarana dan
dan sanitasi Pendukung Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

1.4.1.(d) Persentase rumah - Kualitas Memperluas Meningkatnya rumah Seluruh rumah tangga Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Dinas PRKP
tangga yang memiliki Kehidupan jaringan tangga miskin/rentan miskin/rentan Dan Pengembangan di Kawasan Perkotaan
akses terhadap Keluarga; perpipaan dan memiliki akses memiliki akses Sistem Penyediaan Perbaikan SPAM Jaringan Perpipaan kerjasama
layanan sumber air - Pengelolaan non perpipaan air layanan sumber air layanan sumber air Air Minum di Kawasan Perkotaan dengan:
minum layak dan Layanan Kota; minum bagi minum ynag layak, minum ynag layak, - PDAM
berkelanjutan. penduduk aman dan aman dan
miskin/rentan berkelanjutan berkelanjutan

1.4.1.(e) Persentase rumah - Kualitas Menyediakan Meningkatnya rumah Seluruh rumah tangga Program Pengelolaan Rehabilitasi/Peningkatan/Perluasan Dinas PRKP
tangga yang memiliki Kehidupan sistem tangga miskin/rentan miskin/rentan Dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
akses terhadap Keluarga; pengolahan air memiliki akses memiliki akses Sistem Air Limbah Domestik Terpusat Skala kerjasama
layanan sanitasi layak - Pengelolaan limbah on site dan layanan sanitasi yang layanan sanitasi yang Permukiman dengan:
dan berkelanjutan. Layanan Kota; off site bagi layak dan layak dan - PDAM
rumah tangga berkelanjutan berkelanjutan Penyediaan Jasa Penyedotan Lumpur
miskin/rentan dan Tinja
kawasan kumuh

VI-2
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
1.4.1.(f) Persentase rumah Meningkatkan Meningkatnya Persentase rumah Program Kawasan Penataan dan Peningkatan Kualitas Dinas PRKP
tangga kumuh kualitas hunian persentase rumah tangga miskin/rentan Permukiman Kawasan Permukiman Kumuh
perkotaan. yang layak di tangga miskin/rentan akses ke hunian yang dengan Luas di Bawah 10 (sepuluh) kerjasama
kawasan kumuh, akses ke hunian yang layak dan terjangkau Ha dengan:
merelokasi hunian layak meningkat - Dinas Sosial
yang berada pada - Dinas
kawasan rawan Kesehatan
bencana longsor, - Dinas Koperasi
dan - PDAM
mengendalikan - Dinas PUPR
perkembangan
hunian pada
kawasan industri
baru
1.5.1* Jumlah korban - Kesiapan meningkatkan Mengurangi Jumlah penduduk Program Penyusunan Rencana BPBD
meninggal, hilang, dan penanganan kesiagaan mitigasi penduduk miskin/rentan Penanggulangan Penanggulangan Bencana
terkena dampak bencana dan respon miskin/rentan menjadi korban dan Bencana Kabupaten/Kota; kerjasama
bencana per 100.000 terhadap dampak menjadi korban dan terdampak oleh Sosialisasi, Komunikasi, Informasi dengan:
orang. bencana untuk terdampak oleh bencana semakin dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana - Dinas PRKP
meminimalkan bencana menurun Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana); - Dinas PUPR
korban dan Pelayanan Penyelamatan dan - Kecamatan/
dampaknya Evakuasi Korban Bencana; Kelurahan

1.5.1.(a) Jumlah lokasi Penataan Penguarangan Mengurangi Jumlah kelurahan Program Penyusunan Kajian Risiko Bencana BPBD
penguatan Ruang probabilitas dan lokasi/kelurahan tangguh terhadap Penanggulangan Kabupaten/Kota;
pengurangan risiko Kesiapan risiko bencana tempat tinggal risiko bencana alam Bencana Penyusunan Rencana kerjasama
bencana daerah. penanganan pada kelurahan- penduduk semakin bertambah Penanggulangan Bencana dengan:
bencana kelurahan rawan miskin/rentan terkena Kabupaten/Kota; - Dinas PRKP
bencana dalam bencana Sosialisasi, Komunikasi, Informasi - Dinas PUPR
dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana - Kecamatan/
Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana); Kelurahan
Penguatan Kapasitas Kawasan untuk
Pencegahan dan Kesiapsiagaan

VI-3
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
1.5.2.(a) Jumlah kerugian meningkatkan Mengurangi kerugian jumlah kerugian Program Penyusunan Kajian Risiko Bencana BPBD
ekonomi langsung kesiagaan dan ekonomi pada ekonomi pada Penanggulangan Kabupaten/Kota;
akibat bencana. respon terhadap penduduk di bawah penduduk di bawah Bencana Penyusunan Rencana kerjasama
dampak bencana garis kemiskinan yang garis kemiskinan Penanggulangan Bencana dengan:
untuk terkena dampak semakin berkurang Kabupaten/Kota; - Dinas PRKP
meminimalkan bencana alam atau tidak ada Sosialisasi, Komunikasi, Informasi - Dinas PUPR
kerugian ekonomi dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana - Kecamatan/
Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana); Kelurahan
Penguatan Kapasitas Kawasan untuk
Pencegahan dan Kesiapsiagaan

1.5.3* Dokumen strategi Penataan Menyelesaikan Menyediakan Dokumen strategis Program Sosialisasi, Komunikasi, Informasi BPBD
pengurangan risiko Ruang dokumen strategis dokumen strategi pengurangan risiko Penanggulangan dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana
bencana (PRB) tingkat Kesiapan PRB dan pengurangan risiko bencana alam tingkat Bencana Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana) kerjasama
nasional dan daerah. penanganan internaliasinya ke bencana alam tingat nasional, provinsi, Pengelolaan Risiko Bencana dengan:
bencana dalam dokumen nasional, provinsi, kepulauan nias dan Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
perencanaan dan kepulauan nias dan kabupaten telah - Dinas PUPR
pembangunan kabupaten tersedia - Kecamatan/
kota Kelurahan

VI-4
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
2 Menghilangkan 2.1.1* Prevalensi Kualitas Meningkatkan Menjamin seluruh Ketidakcukupan Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur dan Dinas
Kelaparan Ketidakcukupan Kehidupan ketahanan pangan penduduk akses konsumsi pangan Sumber Daya Seluruh Pendukung Kemandirian Ketahanan
Konsumsi Pangan Keluarga; yang terjangkau kebutuhan pangan menurun mencapai Ekonomi Untuk Pangan sesuai Kewenangan Daerah Pangan
(Prevalence of dengan yang terjangkau, 4,4 % Kedaulatan Dan Kabupaten/Kota
Undernourishment). mendorong terutama penduduk Kemandirian Pangan Penyusunan Rencana dan Peta Jalan Kerjasama dgn :
kemampuan miskin dan penduduk Kebutuhan Infrastruktur Pendukung - Dinas
mandiri kota dan yang memiliki Kemandirian Pangan Kesehatan
memperluas keterbatasan akses - Dinas Sosial
keragaman bahan pangan Penyediaan dan Penyaluran Pangan
pangan dan Program Peningkatan Pokok atau Pangan Lainnya sesuai
olahan bahan Diversifikasi Dan dengan Kebutuhan Daerah
pangan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota dalam rangka
Masyarakat Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

VI-5
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
2.1.2* Prevalensi penduduk Kualitas Meningkatkan Menurunnya Prevalensi penduduk Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur dan Dinas
dengan kerawanan Kehidupan produktifitas prevalensi dengan dengan kerawanan Sumber Daya Seluruh Pendukung Kemandirian Ketahanan
pangan sedang atau Keluarga; lahan pertanian kerawanan pangan pangan sedang atau Ekonomi Untuk Pangan sesuai Kewenangan Daerah Pangan
berat, berdasarkan pangan kota dan berat menurun Kedaulatan Dan Kabupaten/Kota
pada Skala keragaman bahan mencapai 3,8 % Kemandirian Pangan Penyusunan Rencana dan Peta Jalan Kerjasama dgn :
Pengalaman pangan yang Kebutuhan Infrastruktur Pendukung - Dinas
Kerawanan Pangan. melibatkan Kemandirian Pangan Kesehatan
gerakan rumah - Dinas Sosial
tangga melakukan Penyediaan dan Penyaluran Pangan
tanam pangan Program Peningkatan Pokok atau Pangan Lainnya sesuai
Diversifikasi Dan dengan Kebutuhan Daerah
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota dalam rangka
Masyarakat Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

2.1.2.(a) Proporsi penduduk Kualitas Memberikan Menurunnya proporsi Proporsi pendiduk Program Peningkatan Penganekaragaman Konsumsi Dinas
dengan asupan kalori Kehidupan pemahaman dan pendiduk dengan dengan asupan kalori Diversifikasi Dan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Kesehatan
minimum di bawah Keluarga; mengoptimalkan asupan kalori minimum di bawah Ketahanan Pangan
1400 kkal/kapita/hari. kemampuan minimum di bawah 1.400 kkal/kapita/hari Masyarakat Kerjasama dgn :
keluarga 1.400 kkal/kapita/hari menurun mencapai - Dinas Sosial
menyediakan 7,17 %
bahan pangan
memenuhi
kebutuhan asupan
kalori minimum

VI-6
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
2.2.2* Prevalensi malnutrisi Kualitas Memberikan Menurunnya Prevalensi malnutrisi Program Peningkatan Penganekaragaman Konsumsi Dinas
(berat badan/tinggi Kehidupan pemahaman dan prevalensi malnutrisi anak usia kurang 5 Diversifikasi Dan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Kesehatan
badan) anak pada usia Keluarga; mengoptimalkan anak usia kurang 5 tahun menurun Ketahanan Pangan
kurang dari 5 tahun, kemampuan tahun mencapai 5,7 % Masyarakat Kerjasama dgn :
berdasarkan tipe. keluarga - Dinas Sosial
menyediakan
bahan pangan
bernutrisi bagi
balita
2.2.2.(c) Kualitas konsumsi Kualitas Memberikan Meningkatnya kualitas Kualitas konsumsi Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur dan Dinas
pangan yang Kehidupan pemahaman dan konsumsi pangan pangan meningkat Sumber Daya Seluruh Pendukung Kemandirian Ketahanan
diindikasikan oleh skor Keluarga; mengoptimalkan mencapai PPH 92,5 Ekonomi Untuk Pangan sesuai Kewenangan Daerah Pangan
Pola Pangan Harapan kemampuan Kedaulatan Dan Kabupaten/Kota
(PPH) mencapai; dan keluarga Kemandirian Pangan Penyusunan Rencana dan Peta Jalan Kerjasama dgn :
tingkat konsumsi ikan. menyediakan Kebutuhan Infrastruktur Pendukung - Dinas
bahan pangan Kemandirian Pangan Kesehatan
memenuhi skor - Dinas Sosial
Pola Pangan Penyediaan dan Penyaluran Pangan - Dinas Koperasi
Harapan Program Peningkatan Pokok atau Pangan Lainnya sesuai
Diversifikasi Dan dengan Kebutuhan Daerah
Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota dalam rangka
Masyarakat Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

VI-7
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
2.3.1* Nilai Tambah Perkononimian Mengembangkan Meningkatnya nilai Nilai tambah Program Pemberdayaan Usaha Mikro yang Dinas
Pertanian dibagi dan lapangan proses tambah pertanian per pertanian per tenaga Pemberdayaan Usaha Dilakukan melalui Pendataan, Ketahanan
jumlah tenaga kerja di kerja agroindustri dari tenaga kerja kerja meningkat Menengah, Usaha Kemitraan, Kemudahan Perizinan, Pangan
sektor pertanian produk lahan minimal mencapai Kecil, Dan Usaha Penguatan Kelembagaan dan
(rupiah per tenaga pertanian kota 51,18 juta rupiah Mikro (Umkm) Koordinasi dengan Para Pemangku Kerjasama dgn :
kerja). dan keterkaitan Kepentingan - Dinas
dengan Kesehatan
kebutuhan - Dinas Sosial
kegiatan dalam - Dinas Koperasi
kota (domestik
dan pariwisata)
dan perdagangan
ekspor luar kota
3 Menjamin 3.1.2.(a) Persentase Kualitas Meningkatkan Meningkatnya Persentasi perumpuan Program Pemenuhan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Dinas Sosial
Kehidupan yang perempuan pernah kehidupan kelengkapan persentasi perumpuan yang melahirkan pada Upaya Kesehatan Ibu Hamil
Sehat dan kawin umur 15-49 keluarga sarana dan yang melahirkan pada fasilitas kesehatan Perorangan Dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Kerjasama dgn :
Meningkatkan tahun yang proses Pengelolaan prasarana layanan fasilitas kesehatan meningkat mencapai Upaya Kesehatan Ibu Bersalin - Dinas
Kesejahteraan melahirkan Layanan Kota; persalinan dan 91 % Masyarakat Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Seluruh terakhirnya di fasilitas didukung Bayi Baru Lahir
Penduduk kesehatan. ketersediaan
Semua Usia layanan air bersih Pemeliharaan Sarana Fasilitas
dan sanitasi Pelayanan Kesehatan;
Pemeliharaan Prasarana dan
Pendukung Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

VI-8
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
4 Pendidikan 4.a.1* Proporsi sekolah Pengelolaan Memenuhi Meningkatnya Proporsi fasilitas Program Pengelolaan Pengadaan Perlengkapan Sekolah Dinas
Berkualitas dengan akses ke: (a) Layanan Kota; kebutuhan paling proporsi fasilitas pendidikan yang Pendidikan Pemeliharaan Rutin Sarana, Pendidikan
listrik (b) internet dasar bagi pendidikan yang memiliki kelengkapan Prasarana dan Utilitas Sekolah
untuk tujuan sekolah-sekolah memiliki kelengkapan fasilitas dan utilitas Kerjasama dgn :
pengajaran, (c) pendidikan dasar fasilitas dan utilitas pada fasilitasn - Dinas PRKP
komputer untuk (SD dan SMP) pada fasilitasn pendidikan semakin - PLN
tujuan pengajaran, (d) yang bersih dan pendidikan meningkat - PDAM
infrastruktur dan nyaman, seperti
materi memadai bagi air bersih, sanitasi
siswa disabilitas, (e) air dan fasilitas cuci
minum layak, (f) tangan sesuai
fasilitas sanitasi dasar dengan jangkauan
per jenis kelamin, (g) layanan air bersih
fasilitas cuci tangan dan sanitasi di
(terdiri air, sanitasi, sekitar sekolah,
dan higienis bagi kemudian
semua (WASH). kebutuhan listrik,
internet dan
komputer
6 Ketersediaan Air 6.1.1.(a) Persentase rumah Kualitas Memperluas Menjamin penyediaan Seluruh rumah tangga Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Dinas PRKP
Bersih dan tangga yang memiliki kehidupan jaringan rumah tangga akses memiliki akses Dan Pengembangan di Kawasan Perkotaan
Sanitasi akses terhadap keluarga perpipaan dan layanan air minum layanan air minum Sistem Penyediaan Perbaikan SPAM Jaringan Perpipaan kerjasama
layanan sumber air Pengelolaan non perpipaan air ynag layak, aman dan ynag layak, aman dan Air Minum di Kawasan Perkotaan dengan:
minum layak. Layanan Kota; minum bagi berkelanjutan berkelanjutan - PDAM
seluruh bagi - Dinas PUPR
seluruh rumah
tangga
6.1.1.(b) Kapasitas prasarana Lingkungan Perlindungan pada Meningkatnya Kapasitas prasarana Program Operasi dan Pemeliharaan Sungai; Dinas PUPR
air baku untuk Pengelolaan sumber-sumber kapasitas prasarana air baku untuk Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan
melayani rumah Layanan Kota; air baku di wilayah air baku untuk melayani rumah, Sumber Daya Air Infrastruktur untuk Melindungi Mata kerjasama
tangga, perkotaan dan Kesiapan Kota; melayani rumah, perkotaan dan (Sda) Air; dengan:
industri, serta penanganan peningkatan perkotaan dan industri terus Operasi dan Pemeliharaan Sumur Air - PDAM
penyediaan air baku bencana kapasitas industri meningkat. Tanah untuk Air Baku; - Dinas PRKP
untuk pulau-pulau. Kualitas pengolahan air Operasi dan Pemeliharaan Unit Air
kehidupan baku menjadi air Baku
keluarga minum

VI-9
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
6.1.1.(c) Proporsi populasi yang Lingkungan Memperluas Menjamin penduduk Seluruh penduduk Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Dinas PRKP
memiliki akses layanan Pengelolaan jaringan memiliki akses kepada memiliki akses kepada Dan Pengembangan di Kawasan Perkotaan;
sumber air minum Layanan Kota; perpipaan dan air minum yang layak air minum yang layak Sistem Penyediaan Perbaikan SPAM Jaringan Perpipaan kerjasama
aman dan Kesiapan non perpipaan air Air Minum di Kawasan Perkotaan dengan:
berkelanjutan. penanganan minum bagi - PDAM
bencana seluruh bagi - Dinas PUPR
Kualitas seluruh penduduk
kehidupan dan kegiatan kota
keluarga
6.2.1.(a) Proporsi populasi yang Lingkungan Penyediaan Meningkatnya Penduduk Program Pengelolaan Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan Dinas PRKP
memiliki fasilitas cuci Pengelolaan fasilitas cuci popuasi menggunakan menggunakan fasilitas Dan Pengembangan di Kawasan Perkotaan
tangan dengan sabun Layanan Kota; tangan dengan fasilitas cuci tangan cuci tangan dengan Sistem Penyediaan Perbaikan SPAM Jaringan Perpipaan kerjasama
dan air. Kesiapan sabun dan air dengan sabun dan air sabun dan air Air Minum di Kawasan Perkotaan dengan:
penanganan pada fasilitas meningkat mencapai - PDAM
bencana pendidikan, 78,3 % - Dinas PUPR
Kualitas kesehatan dan - Dinas
kehidupan pemerintahan, Kesehatan
keluarga serta fasilitas
perbelanjaan
rakyat
6.2.1.(b) Persentase rumah Lingkungan Menyediakan Meningkatnya rumah Seluruh rumah tangga Program Pengelolaan Rehabilitasi/Peningkatan/Perluasan Dinas PRKP
tangga yang memiliki Pengelolaan sistem tangga memiliki akses memiliki akses Dan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
akses terhadap Layanan Kota; pengolahan air layanan sanitasi yang layanan sanitasi yang Sistem Air Limbah Domestik Terpusat Skala kerjasama
layanan sanitasi layak. Kesiapan limbah on site dan layak dan layak dan Permukiman dengan:
penanganan off site bagi berkelanjutan berkelanjutan - PDAM
bencana seluruh kawasan Penyediaan Jasa Penyedotan Lumpur - Dinas PUPR
Kualitas permukiman dan Tinja - Dinas
kehidupan industri Kesehatan
keluarga

VI-10
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
6.2.1.(c) Jumlah Lingkungan Mengembangkan Meningkatnya jumlah Jumlah kelurahan Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Pengangkutan Dinas
desa/kelurahan yang Pengelolaan kelurahan kelurahan melaksanakan Sanitasi Dan Pengembangan Lumpur Tinja Kesehatan
melaksanakan Sanitasi Layanan Kota; percontohan melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Sistem Air Limbah Penyediaan Jasa Penyedotan Lumpur
Total Berbasis Kesiapan pelaksanaan STBM Total Berbasis Masyarakat Tinja kerjasama
Masyarakat (STBM). penanganan secara Masyarakat meningkat Pembangunan/Penyediaan Sarana dengan:
bencana berkelanjutan, dan Prasarana IPLT - PDAM
Kualitas kemudian - Dinas PUPR
kehidupan mereplekasi pada - Dinas PRKP
keluarga kawasan kumuh,
kawasan
permukiman
padat, kawasan
sulit air bersih,
dan bersebelahan
dengan kawasan
intake air bersih
6.2.1.(d) Jumlah Lingkungan Memaskimalkan Meningkatnya Seluruh Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Pengangkutan Dinas
desa/kelurahan yang Pengelolaan sistem desa/kelurahan desa/kelurahan dalam Dan Pengembangan Lumpur Tinja Kesehatan
Open Defecation Free Layanan Kota; pengolahan tinja mencapai status SBS status SBS Sistem Air Limbah Penyediaan Jasa Penyedotan Lumpur
(ODF)/ Stop Buang Air Kualitas menerapkan Tinja kerjasama
Besar Sembarangan kehidupan sistem terpusat Pembangunan/Penyediaan Sarana dengan:
(SBS). keluarga komunal, dengan dan Prasarana IPLT - PDAM
pelayanan - Dinas PUPR
jaringan - Dinas PRKP
perpipaan dan
pengangkutan
tinjau reguler
6.2.1.(e) Jumlah Lingkungan mewujudkan Terbangunnya sistem Infrastruktur air Program Pengelolaan Sosialisasi dan Pemberdayaan Dinas PUPR
kabupaten/kota yang Pengelolaan sistem infrastruktur air limbah kota dengan Dan Pengembangan Masyarakat terkait Penyediaan
terbangun Layanan Kota; pengolahan air limbah kota sistem terpusat skala Sistem Air Limbah Sistem Pengelolaan Air Limbah kerjasama
infrastruktur air Kesiapan limbah yang komunal Domestik dengan:
limbah dengan sistem penanganan direncanakan dan Peningkatan/Perluasan Sistem - PDAM
terpusat skala kota, bencana perlindungan Pengelolaan Air Limbah Domestik - Dinas PRKP
kawasan dan komunal. Kualitas pada sumber- Terpusat Skala Permukiman
kehidupan sumber air Program Pengelolaan
keluarga bersih/air minum Dan
Pengembangan
Sistem Drainase

VI-11
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
6.2.1.(f) Proporsi rumah tangga Penataan Pengembangan Meningkatnya rumah Rumah tangga yang Program Pengelolaan Sosialisasi dan Pemberdayaan Dinas PUPR
yang terlayani sistem Ruang sistem tangga yang terlayani terlayani sistem Dan Pengembangan Masyarakat terkait Penyediaan
pengelolaan air limbah Lingkungan pengelolaan sistem pengolahan air pengolahan air limbah Sistem Air Limbah Sistem Pengelolaan Air Limbah kerjasama
terpusat. Pengelolaan limbah terpusat limbah terpusat terpusat semakin Domestik dengan:
Layanan Kota; pada wilayah meningkat Peningkatan/Perluasan Sistem - PDAM
Kesiapan berkembang dan Pengelolaan Air Limbah Domestik - Dinas PRKP
penanganan potensi Terpusat Skala Permukiman
bencana berkembang
Kualitas sesuai dengan
kehidupan ketersediaan daya
keluarga dukung air bersih
bagi kawasan
tersebut
6.3.1.(a) Jumlah Penataan Memaksimalkan Terbangun dan Instalasi pengolahan Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Pengangkutan Dinas PUPR
kabupaten/kota yang Ruang pemanfaatan beroperiasinya lumpur tinja kota Dan Pengembangan Lumpur Tinja
ditingkatkan kualitas Lingkungan fasilitas IPLT yang instalasi pengolahan terbangun dan Sistem Air Limbah Penyediaan Jasa Penyedotan Lumpur kerjasama
pengelolaan lumpur Pengelolaan didukung lumpur tinja beroperasi melayani Tinja dengan:
tinja perkotaan dan Layanan Kota; pengelolaan permukiman Pembangunan/Penyediaan Sarana - PDAM
dilakukan Kesiapan pengangkutan perkotaan dan Prasarana IPLT - Dinas PRKP
pembangunan penanganan tinja
Instalasi Pengolahan bencana
Lumpur Tinja (IPLT). Kualitas
kehidupan
keluarga
6.3.1.(b) Proporsi rumah tangga Penataan Memampukan Meningkatnya rumah Rumah tangga yang Program Pengelolaan Penyediaan Sarana Pengangkutan Dinas PRKP
yang terlayani sistem Ruang rumah tangga tangga yang terlayani terlayani oleh sistem Dan Pengembangan Lumpur Tinja
pengelolaan lumpur Lingkungan menyediakan oleh sistem pengelolaan lumpur Sistem Air Limbah Penyediaan Jasa Penyedotan Lumpur kerjasama
tinja. Pengelolaan septik tank pengelolaan lumpur tinja semakin Tinja dengan:
Layanan Kota; standar dan tinja bertambah Pembangunan/Penyediaan Sarana - PDAM
Kesiapan membiasakan dan Prasarana IPLT - Dinas PUPR
penanganan pengambilan tinja - Dinas
bencana secara berkala, Kesehatan
Kualitas dan
kehidupan memprioritaskan
keluarga pembangunan
sistem
pengelolana
lumpur tinja bagi
bangunan di pusat
kota dan kawaan
kumuh

VI-12
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
6.3.2.(b) Kualitas air sungai Penataan melindungi Meningkatnya kualitas Kualitas air sungai Program Pengelolaan Pembangunan Tanggul Sungai Dinas PUPR
sebagai sumber air Ruang kualitas dan air sungai sebagai sebagai sumber air Sumber Daya Air Peningkatan Tanggul Sungai
baku. Lingkungan kuantitas air sumber air baku. baku meningkat (SDA) Peningkatan Bangunan Perkuatan kerjasama
Pengelolaan sungai sebagai air Tebing dengan:
Layanan Kota; baku melalui Pengelolaan Hidrologi dan Kualitas - PDAM
Kesiapan perlindungan dari Air WS Kewenangan Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
penanganan bahan pencemar
bencana yang memasuki
Kualitas badan air sungai
kehidupan di kawasan pusat
keluarga kota dan luar
pusat kota
6.4.1.(b) Insentif penghematan Penataan Melakukan Ditetapkannya insentif Potensi penghematan Program Pengelolaan Pembinaan dan Pemberdayaan Dinas PUPR
air Ruang pendataan dan penghematan air air dan insentif bagi Sumber Daya Air Kelembagaan Pengelolaan SDA
pertanian/perkebunan Lingkungan kajian penguna air pertanian/perkebunan pertanian/perkebunan (SDA) Kewenangan Kabupaten/Kota kerjasama
dan industri. Pengelolaan dan potensi dan industri. dan industri dengan:
Layanan Kota; penghematannya - PDAM
Kesiapan - Dinas PRKP
penanganan
bencana

6.5.1.(a) Jumlah Rencana Penataan Koordinasi RPDAS Internalisasi RPDAS RPDAS Terpadu telah Program Pengelolaan Penyusunan Pola dan Rencana Dinas PUPR
Pengelolaan Daerah Ruang Terpadu dengan Terpadu ke dalam diadopsi ke dalam Sumber Daya Air Pengelolaan SDA WS Kewenangan
Aliran Sungai Terpadu Lingkungan Dinas SDA Provinsi RTRW Kota RTRW Kota (SDA) Kabupaten/Kota kerjasama
(RPDAST) yang Pengelolaan dan Pematangsiantar Pematangsiantar Pengelolaan Hidrologi dan Kualitas dengan:
diinternalisasi ke Layanan Kota; mengintegrasikan Air WS Kewenangan Kabupaten/Kota - PDAM
dalam Rencana Tata Kesiapan pada RTRW Kota - Dinas PRKP
Ruang Wilayah penanganan Pematangsiantar
(RTRW). bencana

6.5.1.(c) Jumlah jaringan Kualitas Koordinasi RPDAS Meningkatnya jumlah Jumlah jaringan Program Pengelolaan Pembinaan dan Pemberdayaan Dinas PUPR
informasi sumber daya Lingkungan Terpadu dengan jaringan informasi informasi sumber Sumber Daya Air Kelembagaan Pengelolaan SDA
air yang dibentuk. Hidup Dinas SDA Provinsi sumber daya air yang daya air yang dibentuk (SDA) Kewenangan Kabupaten/Kota kerjasama
dan dibentuk. semakin meningkat dengan:
mengintegrasikan - PDAM
pada RTRW Kota - Dinas PRKP
Pematangsiantar

VI-13
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
6.5.1.(f) Jumlah wilayah sungai Penataan Koordinasi RPDAS Meningkatnya Partisipasi masyarakat Program Pengelolaan Pengelolaan Hidrologi dan Kualitas Dinas PUPR
yang memiliki Ruang Terpadu dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Air Air WS Kewenangan Kabupaten/Kota
partisipasi masyarakat Lingkungan Dinas SDA Provinsi dalam pengelolaan daerah tangkapan (SDA) Pembinaan dan Pemberdayaan kerjasama
dalam pengelolaan Pengelolaan dan daerah tangkapan sungai semakin Kelembagaan Pengelolaan SDA dengan:
daerah tangkapan Layanan Kota; mengintegrasikan sungai meningkat Kewenangan Kabupaten/Kota - PDAM
sungai dan danau. Kesiapan pada RTRW Kota - Dinas PRKP
penanganan Pematangsiantar
bencana

6.5.1.(g) Kegiatan penataan Lingkungan Koordinasi RPDAS Terbentukunya forum Forum sumber air Program Pengelolaan Pengelolaan Hidrologi dan Kualitas Dinas PUPR
kelembagaan sumber Pengelolaan Terpadu dengan sumber daya air kabupaten terbentuk Sumber Daya Air Air WS Kewenangan Kabupaten/Kota
daya air. Layanan Kota; Dinas SDA Provinsi (SDA) Pembinaan dan Pemberdayaan kerjasama
Kesiapan dan Kelembagaan Pengelolaan SDA dengan:
penanganan mengintegrasikan Kewenangan Kabupaten/Kota - PDAM
bencana pada RTRW Kota - Dinas PRKP
Kualitas Pematangsiantar
kehidupan
keluarga
8.3.1.(b) Persentase tenaga Lingkungan mempertahankan Meningkatkan tenaga Seluruh penduduk, Program Pengelolaan Penyediaan Infrastruktur dan Dinas
kerja informal sektor Pengelolaan lahan pertanian kerja informasl di terutama masyarakat Sumber Daya Seluruh Pendukung Kemandirian Ketahanan
pertanian. Layanan Kota; pangan yang ada sektor pertanian miskin dan penduduk Ekonomi Untuk Pangan sesuai Kewenangan Daerah Pangan
Kesiapan dan menjadikan memiliki kualitas Kedaulatan Dan Kabupaten/Kota
penanganan kegiatan konsumsi pangan yang Kemandirian Pangan Kerjasama dgn :
bencana pertanian kota meningkat - Dinas
Kualitas (urban farming) Ketenaga
kehidupan sebagai sumber kerjaan
keluarga matapencaharian
dan kesempatan
kerja bagi
sebagian
penduduk yang
membutuhkannya

VI-14
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
8 Meningkatkan 8.9.1* Proporsi kontribusi Perekonomian Memaksimalkan Meningkatnya Kontribusi pariwisata Program Pemasaran Peningkatan Kerja Sama dan Dinas
Pertumbuhan pariwisata terhadap dan lapangan potensi wisata kontribusi pariwisata terhadap PDRB Pariwisata Kemitraan Pariwisata Dalam dan Pariwisata
Ekonomi yang PDB. kerja kuliner, wisata terhadap PDRB meningkat mencapai Luar Negeri
Inklusif dan religi, dan wisata 10 % Kerjasama dgn :
Berkelanjutan, religi, dengan Program Peningkatan Pengelolaan Daya Tarik Wisata - Bappeda
Kesempatan potensi pasar Daya Tarik Destinasi Kabupaten/Kota - Dinas Koperasi
Kerja yang wisatawan skala Pariwisata - Dinas Kominfo
Produktif dan nasional/regional - BPS
Menyeluruh, menjadi Program Pengembangan Ekosistem Ekonomi
serta Pekerjaan penggerak Pengembangan Kreatif;
yang Layak untuk perekonomian Ekonomi Kreatif Penyediaan Prasarana (Zona
Semua kota Melalui Pemanfaatan Kreatif/Ruang Kreatif/Kota Kreatif)
Dan Perlindungan Hak sebagai Ruang Berekspresi,
Kekayaan Intelektual Berpromosi dan Berinteraksi bagi
Insan Kreatif di Daerah
Kabupaten/Kota;
+N38

8.9.1.(a) Jumlah wisatawan Perekonomian Menangkap Meningkatnya Jumlah wisatawan Program Pemasaran Peningkatan Kerja Sama dan Dinas
mancanegara. dan lapangan peluang kunjungan wisatawan mancanegara Pariwisata Kemitraan Pariwisata Dalam dan Pariwisata
kerja perkembangan mancanegara meningkat mencapai Luar Negeri
wisatawan 500 orang per tahun Kerjasama dgn :
mancanegara ke Program Peningkatan Pengelolaan Daya Tarik Wisata - Bappeda
DTW Danau Toba Daya Tarik Destinasi Kabupaten/Kota - Dinas Koperasi
sejalan dengan Pariwisata - Dinas Kominfo
penciptaan
lingkungan bisnis Program Pengembangan Ekosistem Ekonomi
dari tingkat Pengembangan Kreatif
masyarakat hingga Ekonomi Kreatif Penyediaan Prasarana (Zona
ke tingkat Melalui Pemanfaatan Kreatif/Ruang Kreatif/Kota Kreatif)
pengusaha Dan Perlindungan Hak sebagai Ruang Berekspresi,
Kekayaan Intelektual Berpromosi dan Berinteraksi bagi
Insan Kreatif di Daerah
Kabupaten/Kota

VI-15
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
8.9.1.(b) Jumlah kunjungan Perekonomian Menangkap Meningkatnya Jumlah wisatawan Program Pemasaran Peningkatan Kerja Sama dan Dinas
wisatawan nusantara. dan lapangan peluang kunjungan wisatawan mancanegara Pariwisata Kemitraan Pariwisata Dalam dan Pariwisata
kerja perkembangan mancanegara meningkat mencapai Luar Negeri
wisatawan 200.000 orang per Kerjasama dgn :
mancanegara ke tahun Program Peningkatan Pengelolaan Daya Tarik Wisata - Bappeda
DTW Danau Toba Daya Tarik Destinasi Kabupaten/Kota - Dinas Koperasi
sejalan dengan Pariwisata - Dinas Kominfo
penciptaan
lingkungan bisnis Program Pengembangan Ekosistem Ekonomi
dari tingkat Pengembangan Kreatif
masyarakat hingga Ekonomi Kreatif Penyediaan Prasarana (Zona
ke tingkat Melalui Pemanfaatan Kreatif/Ruang Kreatif/Kota Kreatif)
pengusaha Dan Perlindungan Hak sebagai Ruang Berekspresi,
Kekayaan Intelektual Berpromosi dan Berinteraksi bagi
Insan Kreatif di Daerah
Kabupaten/Kota
9 Infrastruktur, 9.2.1* Proporsi nilai tambah Perekonomian Realisasi Meningkatnya Proporsi nilai tambah Program Perencanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Dinas
Industri dan sektor industri dan lapangan pengembangan proporsi nilai tambah sektor industri Dan Pembangunan Industri Kabupaten/Kota Pariwisata
Inovasi manufaktur terhadap kerja lokasi kawasan sektor industri manufaktur terhadap Industri
PDB dan per kapita. industri baru di manufaktur terhadap PDRB meningkat Koordinasi, Sinkronisasi, dan Kerjasama dgn :
Kecamatan Siantar PDRB Pelaksanaan Pembangunan Sumber - Bappeda
Martoba yang Daya Industri - BPS
didukung dengan
pembangunan Koordinasi, Sinkronisasi, dan
penyelesaian Pelaksanaan Pemberdayaan Industri
infrastruktur dan Peran Serta Masyarakat
sesuai daya
dukung daya
tampung
lingkungannya

VI-16
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
11 Kota dan 11.1.1.(a) Proporsi rumah tangga Lingkungan penyediaan Meningkatnya propori Proporsi rumah Program Kawasan Penataan dan Peningkatan Kualitas Dinas PRKP
Permukiman yang memiliki akses Pengelolaan bantuan akses rumah tangga yang tangga bertempat Permukiman Kawasan Permukiman Kumuh
Inklusif terhadap hunian yang Layanan Kota; hunian yang layak bertempat tinggal tinggal pada hunian dengan Luas di Bawah 10 (sepuluh) Kerjasama dgn
layak dan terjangkau. Kesiapan dan terjangkau pada hunian yang yang layak dan Ha - Dinas PUPR
penanganan bagi masyarakat layak dan terjangkau terjangkau meningkat Program Peningkatan - Dinas
bencana berpendapatah mencapai 57 % Prasarana, Sarana Urusan Penyelenggaraan PSU Kesehatan
Kualitas rendah pada Dan Utilitas Umum Perumahan
kehidupan kawasan (PSU)
keluarga pengembangan
baru, kawasan
kumuh, rumah
tidak layak huni.
11.2.1.(a) Persentase pengguna Penataan Menyediakan Meningkatnya Pengguna moda Program Penyediaan Angkutan Umum Dinas
moda transportasi Ruang angkutan umum pengguna moda transportasi umum Penyelenggaraan Lalu untuk Jasa Angkutan Orang Perhubungan
umum di perkotaan. Pengelolaan yang dapat transportasi meningkat mencapai Lintas Dan Angkutan dan/atau Barang antar Kota dalam
Layanan Kota; menjangkau perkotaan 35 % Jalan (LLAJ) 1 (satu) Daerah Kabupaten/Kota Kerjasama dgn
secara nyaman Pelaksanaan Penyusunan Rencana - Bappeda
dan murah ke Umum Jaringan Trayek Perkotaan - Dinas PUPR
seluruh wllayah dalam 1 (Satu) Daerah
kota bagi seluruh Kabupaten/Kota
lapisan
masyarakat di
kota
Pematangsiantar
11.4.1.(a) Jumlah kota pusaka di Penataan Pelestarian dan Ditetapkannya Kawasan dan Program Pelestarian Pelindungan Cagar Budaya; Dinas PRKP
kawasan perkotaan ruang; pemanfaatan kawasan dan bangunancagar Dan Pengelolaan Pengembangan Cagar Budaya;
metropolitan, kota Pertumbuhan kawasan dan bangunan cagar budaya dapat Cagar Budaya Pemanfaatan Cagar Budaya; Kerjasama dgn
besar, kota sedang perekonomian cagar budaya budaya dilestarikan dan - Bappeda
dan kota kecil. kota dengan dimanfaatkan - Dinas PUPR
memfasilitasi
pemilik atau
penguasa
bangunan dan
mendorong
kerjasama antar
pemerintah
kabupaten/kota

VI-17
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
11.5.1* Jumlah korban Kesiapan meningkatkan Mengurangi Jumlah penduduk Program Penyusunan Rencana BPBD
meninggal, hilang dan penanganan kesiagaan mitigasi penduduk miskin/rentan Penanggulangan Penanggulangan Bencana
terkena dampak bencana dan respon miskin/rentan menjadi korban dan Bencana Kabupaten/Kota; kerjasama
bencana per 100.000 terhadap dampak menjadi korban dan terdampak oleh Sosialisasi, Komunikasi, Informasi dengan:
orang. bencana untuk terdampak oleh bencana semakin dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana - Dinas PRKP
meminimalkan bencana menurun Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana); - Dinas PUPR
korban dan Pelayanan Penyelamatan dan - Kecamatan/
dampaknya Evakuasi Korban Bencana; Kelurahan
- Dinas Sosial

11.5.1.(a) Indeks Risiko Bencana Penataan Mengurangi Berkurangnya indeksi Indeks risiko Program Penyusunan Kajian Risiko Bencana BPBD
Indonesia (IRBI). Ruang tingkat bahaya risiko kebencanaan kebencanaan Penanggulangan Kabupaten/Kota
Kesiapan bencana, berkurang 30 % dari Bencana Sosialisasi, Komunikasi, Informasi kerjasama
penanganan kerentanan konsisi tahun 2019 dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana dengan:
bencana kawasan dan Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana) - Dinas PRKP
kapasitas - Dinas PUPR
masyarakat dan - Kecamatan/
pemangku Kelurahan
kepentingan lain - Dinas Sosial
dalam
penanganan
bencana
11.5.1.(b) Jumlah kota tangguh Penataan Penguarangan Mengurangi Jumlah kelurahan Program Sosialisasi, Komunikasi, Informasi BPBD
bencana yang Ruang probabilitas dan lokasi/kelurahan tangguh terhadap Penanggulangan dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana
terbentuk. Kesiapan risiko bencana tempat tinggal risiko bencana alam Bencana Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana); kerjasama
penanganan pada kelurahan- penduduk semakin bertambah Penguatan Kapasitas Kawasan untuk dengan:
bencana kelurahan rawan miskin/rentan terkena Pencegahan dan Kesiapsiagaan - Dinas PRKP
bencana dalam bencana - Dinas PUPR
- Kecamatan/
Kelurahan
- Dinas Sosial

VI-18
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
11.5.1.(c) Jumlah sistem Penataan Pengoperasian Menyediakan sistem Sistem peringatan dini Program Penyusunan Kajian Risiko Bencana BPBD
peringatan dini cuaca Ruang sistem peringatan peringatan dini cuaca cuaca dan iklim serta Penanggulangan Kabupaten/Kota
dan iklim serta Kesiapan dini yang efektif dan iklim serta kebencanaan Bencana Pengelolaan dan Pemanfaatan kerjasama
kebencanaan. penanganan bagi masyarakat kebencanaan meningkat semakin Sistem Informasi Kebencanaan dengan:
bencana dan forum menjangkau seluruh Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi - Dinas PRKP
kebencanaan wilayah kota Bencana Kabupaten/Kota - Dinas PUPR
dengan - Kecamatan/
memberitakan Kelurahan
informasi cuaca - Dinas Sosial
dan iklim - BMKG
beberapa waktu
ke depan, serta
peluang terjadi
bencana dan
daerah yang akan
terdampak
11.5.2.(a) Jumlah kerugian Penataan meningkatkan Mengurangi kerugian jumlah kerugian Program Sosialisasi, Komunikasi, Informasi BPBD
ekonomi langsung Ruang kesiagaan dan ekonomi pada ekonomi pada Penanggulangan dan N48Edukasi (KIE) Rawan
akibat bencana. Kesiapan respon terhadap penduduk di bawah penduduk di bawah Bencana Bencana Kabupaten/Kota (Per Jenis kerjasama
penanganan dampak bencana garis kemiskinan yang garis kemiskinan Bencana) dengan:
bencana untuk terkena dampak semakin berkurang Penguatan Kelembagaan Bencana - Dinas PRKP
meminimalkan bencana alam atau tidak ada Kabupaten/Kota - Dinas PUPR
kerugian ekonomi Kerjasama antar Lembaga dan - Kecamatan/
Kemitraan dalam Kelurahan
Pengelolaan dan Pemanfaatan - Dinas Sosial
Sistem Informasi Kebencanaan
Penanganan Pascabencana
Kabupaten/Kota
Pengembangan Kapasitas Tim
Reaksi Cepat (TRC) Bencana
Kabupaten/Kota

VI-19
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
11.6.1.(a) Persentase sampah Pengelolaan Meningkatkan Meningkatnya Persentase sampah Program Pengelolaan Koordinasi dan Sinkronisasi Dinas LH
perkotaan yang Layanan Kota; kapasitas persentase sampah perkotaan yang Persampahan Penyediaan Prasarana dan Sarana
tertangani. pengangkutan dan perkotaan yang tertangani mencapai Pengelolaan Persampahan; kerjasama
kapasitas tertangani 85 % Penyusunan dan Pelaksanaan dengan:
pengolahan Penilaian Kinerja Pengelolaan - Dinas PRKP
sampah di TPA Sampah; - Dinas PUPR
sesuai dengan Monitoring dan Evaluasi Pemenuhan - Kecamatan/
kriteria lingkungan Target dan Standar Pelayanan Kelurahan
hidup Pengelolaan Sampah;

11.7.1.(a) Jumlah kota hijau yang Penataan Menyediakan Mempertahankan Tersedianya ruang Program Pengelolaan Penyusunan dan Penetapan Rencana Dinas LH
menyediakan ruang Ruang kawasan RTH ketersediaan ruang terbuka hijau kota Keanekaragaman Pengelolaan Keanekaragaman
terbuka hijau di Lingkungan dengan terbuka hijau kota seluas 30 % dari luas Hayati (KEHATI) Hayati; kerjasama
kawasan perkotaan Pengelolaan mengoptimalkan wilayah kota Pengelolaan Taman dengan:
metropolitan dan kota Layanan Kota; fungsi ekologi, Keanekaragaman Hayati di Luar - Dinas PRKP
sedang. Kesiapan sosial budaya dan Kawasan Hutan; - Dinas PUPR
penanganan sosial ekonomi, Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
bencana dan mengendali- (RTH).
Kualitas kan lahan
kehidupan bervegetasi
keluarga terkonversi
Perekanomian menjadi lahan
dan Lapangan terbangun.
kerja
11.b.1* Proporsi pemerintah Penataan Menyelesaikan Menyediakan Dokumen strategis Program Sosialisasi, Komunikasi, Informasi BPBD
kota yang memiliki Ruang dokumen strategis dokumen strategi pengurangan risiko Penanggulangan dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana
dokumen strategi Pengelolaan PRB dan pengurangan risiko bencana alam tingkat Bencana Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana) kerjasama
pengurangan risiko Layanan Kota; internaliasinya ke bencana alam tingat nasional, provinsi, Pengelolaan Risiko Bencana dengan:
bencana. Kesiapan dalam dokumen nasional, provinsi, kepulauan nias dan Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
penanganan perencanaan dan kepulauan nias dan kabupaten telah - Dinas PUPR
bencana pembangunan kabupaten tersedia - Kecamatan/
kota Kelurahan
- Dinas Sosial

VI-20
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
11.b.2* Dokumen strategi Penataan Menyelesaikan Menyediakan Dokumen strategis Program Sosialisasi, Komunikasi, Informasi BPBD
pengurangan risiko Ruang dokumen strategis dokumen strategi pengurangan risiko Penanggulangan dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana
bencana (PRB) tingkat Lingkungan PRB dan pengurangan risiko bencana alam tingkat Bencana Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana) kerjasama
daerah. Hidup internaliasinya ke bencana alam tingat nasional, provinsi, Pengelolaan Risiko Bencana dengan:
Kesiapan dalam dokumen nasional, provinsi, kepulauan nias dan Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
penanganan perencanaan dan kepulauan nias dan kabupaten telah - Dinas PUPR
bencana pembangunan kabupaten tersedia - Kecamatan/
kota Kelurahan
- Dinas Sosial
12 Pola Produksi 12.4.2.(a) Jumlah limbah B3 yang Lingkungan Memaksimalkan Meningkatnya jumlah Jumlah limbah B3 Program Penyimpanan Dinas LH
dan Konsumsi terkelola dan proporsi Hidup penanganan limbah B3 yang yang terkelola sesuai Pengendalian Bahan Sementara Limbah B3
limbah B3 yang diolah Pengelolaan limbah B3 pada terkelola sesuai dengan peraturan Berbahaya Pengumpulan Limbah kerjasama
sesuai peraturan Layanan Kota; fasilias rumah dengan peraturan perundangan terus Dan Beracun (B3) Dan B3 dalam 1 (satu) dengan:
perundangan (sektor sakit dan kawasan perundangan meningkat Limbah Bahan Daerah Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
industri). pabrik. Berbahaya Dan - Dinas PUPR
Beracun (Limbah B3)
12.5.1.(a) Jumlah timbulan Lingkungan Mendorong Meningkatnya jumlah Jumlah timbulan Program Pengelolaan Pengurangan Sampah dengan Dinas LH
sampah yang didaur Hidup perilaku timbulan sampah yang sampah yang didaur Persampahan melakukan Pembatasan, Pendauran
ulang. Pengelolaan masyarakat diatur ulang ulang meningkat Ulang dan Pemanfaatan Kembali; kerjasama
Layanan Kota; mengurangi mencapai 33 % Penerbitan Izin Pendaurulangan dengan:
produksi sampah Sampah/ Pengelolaan Sampah, - Dinas PRKP
dan memisahkan Pengangkutan Sampah dan - Dinas PUPR
jenis sampah, Pemrosesan Akhir Sampah yang - Kecamatan/
serta Diselenggarakan oleh Swasta; Kelurahan
memanfaatkan Peningkatan Peran serta Masyarakat
sampah untuk dalam Pengelolaan Persampahan
penggunaan lain
(produk ekonomis,
kompos dan bank
sampah)

12.6.1.(a) Jumlah perusahaan Lingkungan Sosialisasi dan Meningkatnya jumlah Jumlah perusahaan Program Sosialisasi sertifikasi SNI Dinas LH
yang menerapkan Hidup pemberian perusahaan yang yang menerapkan Pengendalian ISO 14001 untuk
sertifikasi SNI ISO insentif bagi menerapkan sertifikasi SNI ISO Pencemaran perusahaan; kerjasama
14001. perusahaan yang sertifikasi SNI ISO 14001 meningkat Dan/Atau Kerusakan Pendampingan penerapan dengan:
menerapkan SNI 14001. Lingkungan Hidup sertifikasi SNI ISO 14001 - Dinas
ISO 14001 oleh perusahaan Kesehatan

VI-21
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
12.7.1.(a) Jumlah produk ramah Lingkungan Sosialisasi dan Meningkatnya jumlah Jumlah produk ramah Program Pembinaan Inventarisasi dan identifikasi produk Dinas LH
lingkungan yang Hidup pemberian produk ramah lingkungan yang Dan ramah lingkungan Pendampingan
teregister. insentif bagi lingkungan yang teregister meningkat Pengawasan proses registrasi produk ramah kerjasama
produk ramah teregister. Terhadap Izin lingkungan Insentif penghargaan, dengan:
lingkungan Lingkungan Dan Izin promosi dan bantuan produk ramah - Dinas
terregister Perlindungan Dan ingkungan Kesehatan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup(PPLH)
12.8.1.(a) Jumlah fasilitas publik Penataan Pelaksanaan SPM Meninkatnya fasilitas Fasilitas publik yang Program Koordinasi Koordinasi Perencanaan Bidang Bappeda
yang menerapkan ruang; pada fasilitas publik yang menerapkan standar Dan Sinkronisasi Infrastruktur dan Kewilayahan
Standar Pelayanan Kualitas publik yang menerapkan standar pelayanan masyarakat Perencanaan kerjasama
Masyarakat (SPM) dan lingkungan mencakup prinsip pelayanan masyarakat semakin meningkat Pembangunan Daerah dengan:
teregister. hidup; konsumsi dan - Dinas LH
Pertumbuhan produksi - Dinas Koperasi
perekonomian berkelanjutan
kota secara bertahap
pada beberapa
fasilitas publik
(pasar dan
destinasi wisata
yang dikelola
pemerintah kota,
serta pusat
perbelanjaan)
13 Perubahan Iklim 13.1.1* Dokumen strategi Penataan Menyelesaikan Menyediakan Dokumen strategis Program Sosialisasi, Komunikasi, Informasi BPBD
dan Dampaknya pengurangan risiko Ruang dokumen strategis dokumen strategi pengurangan risiko Penanggulangan dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana
bencana (PRB) tingkat Kesiapan PRB dan pengurangan risiko bencana alam tingkat Bencana Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana) kerjasama
nasional dan daerah. penanganan internaliasinya ke bencana alam tingat nasional, provinsi, Pengelolaan Risiko Bencana dengan:
bencana dalam dokumen nasional, provinsi, kepulauan nias dan Kabupaten/Kota - Dinas PRKP
perencanaan dan kepulauan nias dan kabupaten telah - Dinas PUPR
pembangunan kabupaten tersedia - Kecamatan/
kota Kelurahan
- Dinas Sosial

VI-22
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS PELAKSANA
13.1.2* Jumlah korban Penataan meningkatkan Mengurangi Jumlah penduduk Program Penyusunan Rencana BPBD
meninggal, hilang dan Ruang kesiagaan mitigasi penduduk miskin/rentan Penanggulangan Penanggulangan Bencana
terkena dampak Kesiapan dan respon miskin/rentan menjadi korban dan Bencana Kabupaten/Kota; kerjasama
bencana per 100.000 penanganan terhadap dampak menjadi korban dan terdampak oleh Sosialisasi, Komunikasi, Informasi dengan:
orang. bencana bencana untuk terdampak oleh bencana semakin dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana - Dinas PRKP
meminimalkan bencana menurun Kabupaten/Kota (Per Jenis Bencana); - Dinas PUPR
korban dan Pelayanan Penyelamatan dan - Kecamatan/
dampaknya Evakuasi Korban Bencana; Kelurahan
- Dinas Sosial

15 Ekosistem 15.9.1.(a) Dokumen rencana Penataan Penyusunan kajian Tersedianya dokumen Dokumen rencana Program Pengelolaan Penyusunan dan Penetapan Rencana Dinas LH
Daratan, Hutan pemanfaatan Ruang potensi dan rencana pemanfaatan pemanfaatan Keanekaragaman Pengelolaan Keanekaragaman
dan keanekaragaman Lingkungan ketahanan keanekaragaman keanekaragaman Hayati (KEHATI) Hayati; kerjasama
Keanekaragaman hayati. Hidup keanekaragaman hayati hayati tersedia Pengelolaan Taman dengan:
Hayati hayati (ekosistem, Keanekaragaman Hayati di Luar - Dinas
spesies, atau Kawasan Hutan; Kesehatan
genetik) di wilayah Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
kota (RTH).

15.1.1.(a) Proporsi tutupan Penataan Memaksimalkan Bertambahnya Proporsi tutupan Program Pengelolaan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Dinas LH
hutan terhadap luas ruang; mempertahankan proporsi tutupan hutan minimal sama Keanekaragaman (RTH).
lahan keseluruhan. Kualitas keberadaan hutan dengan penetapan Hayati (KEHATI) kerjasama
lingkungan pepohonan yang kawasan hutan dengan:
hidup; sudah tumbuh - Dinas
Kesiapsiagaan pada kawasan Kesehatan
penangananan yang
bencana dikembangkan

VI-23
Tabel 6.2 Rekomendasi Pencapaian TPB Dengan Percepatan (Butuh Upaya Tambahan)
NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
1 Mengakhiri 1.2.1* Persentase penduduk yang Kesehatan keluarga Menyiapkan data Menurunnya Persentase Perlindungan Dan Pendataan Fakir Miskin Dinas Sosial
Kemiskinan hidup di bawah garis Perekonomian dan penduduk yang hidup di persentase penduduk di bawah Jaminan Sosial Cakupan Daerah
dalam Segala kemiskinan nasional, lapangan kerja bawah garis kemiskinan penduduk di garis kemiskinan Kabupaten/Kota;
Bentuk menurut jenis kelamin dan yang lebih akurat dan bawah garis menurun mencapai Fasilitasi Bantuan Sosial
Dimanapun kelompok umur. terkini kemiskinan 5,3 % Kesejahteraan Keluarga;
Fasilitasi Bantuan
Pengembangan Ekonomi
Masyarakat

1.3.1.(b) Proporsi peserta Program Kualitas kehidupan Meningkatkan Meningkatnya Proporsi peserta Program Hubungan Penyelenggaraan Dinas
Jaminan Sosial Bidang keluarga kesadaran pelaku usaha tenaga kerja yang program jaminan Industrial Pendataan dan Informasi Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan. melaksanakan program dapat layanan sosial di bidang Sarana Hubungan Industrial
jaminan sosial bidang jaminan sosial ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial Tenaga
ketenagkerjaan dengan meningkat mencapai Kerja serta Pengupahan
data peserta dari 98 %
penduduk miskin yang
lebih akurat dan terkini
1.4.1.(j) Persentase penduduk umur Pengelolaan layanan Meningkatkan Meningkatnya Semua penduduk Program Fasilitasi Pembuatan Dinas Dukcapil
0-17 tahun dengan kota; kesadaran masyarakat persentase umur 0-17 tahun Rehabilitasi Sosial Nomor Induk
kepemilikan akta kelahiran. mengurus akta penduduk umur 0- memiliki akta Kependudukan, Akta
kelahiran dan 17 tahun dengan kelahiran meningkat Kelahiran, Surat Nikah, dan
penatalayanan akte kepemilikan akta Kartu Identitas Anak
kelahiran yang lebih kelahiran.
mudah diakases dan
proses cepat
1.4.1.(k) Persentase rumah tangga Kualitas kehidupan Memperluas jangkauan Meningkatnya Seluruh rumah Program Pencegahan Perumahan Dinas PRKP
miskin dan rentan yang keluarga jaringan listrik PLN bagi rumah tangga tangga miski dan Perumahan Dan dan Kawasan
sumber penerangan rumah tangga miskin miski dan rentan rentan memiliki Kawasan Permukiman Kumuh kerjasama
utamanya listrik baik dari dengan biaya murah memiliki sumber sumber penerangan Permukiman pada Daerah dengan :
PLN dan bukan PLN. penerangan listrik listrik baik dari PLN Kumuh Kabupaten/Kota - PT. PLN
dari PLN atau atau bukan PLN
bukan PLN

VI-24
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
1.a.1* Proporsi sumber daya yang Perekonomian dan Meningkatkan alokasi Meningkatnya Proporsi alokasi Perlindungan Dan Pengelolaan Data Fakir Bappeda
dialokasikan oleh Lapangan Kerja; sumberdaya oleh proporsi alokasi pemerintah secara Jaminan Sosial Miskin Cakupan Daerah
pemerintah secara langsung pemerintah kabupaten pemerintah secara langsung untuk Kabupaten/Kota Kerjasama
untuk program untuk program langsung untuk program pengentasan dengan :
pemberantasan kemiskinan program kemiskinan bagi - Dinas Sosial
kemiskinan. berdasarkan data pengentasan seluruh penduduk
penduduk yang hidup di kemiskinan miskin dan renan
bawah garis kemiskinan
yang lebih akurat dan
terkini
2 Menghilangkan 2.2.1.(a) Prevalensi stunting (pendek Kualitas kehidupan Menyelamatkan bayi Meningkatnya Prevalensi stunting Program Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kelaparan, dan sangat pendek) pada keluarga stunting yang berasal prevalensi stunting (pendek dan sangat Peningkatan dalam Penganekaragaman Kerjasama dgn :
Mencapai anak di bawah dua dari keluarga miskin, (pendek dan pendek) pada anak di Diversifikasi Dan Konsumsi Pangan Berbasis - Dinas Sosial
Ketahanan tahun/baduta. memberdayakan sangat pendek) bawah dua Ketahanan Pangan Sumber Daya Lokal - Dinas
Pangan dan ibu/keluarga memenuhi pada anak di tahun/baduta Masyarakat Ketahanan
Gizi yang Baik, kebutuhan pangan dari bawah dua menurun mencapai Pangan
serta pekarangan dan tahun/baduta. 8,0 %
Meningkatkan meragamkan bahan
Pertanian pangan beragam dan
Berkelanjutan cara pengolahan
pangan
2.2.2.(b) Persentase bayi usia kurang Kualitas kehidupan Mendorong ibu yang Meningkatknya Persentse bayi PROGRAM Pelaksanaan Dinas Kesehatan
dari 6 bulan yang keluarga memiliki bayi persentse bayi kurang 6 bulan PEMBERDAYAAN Pembangunan Keluarga Kerjasama dgn :
mendapatkan ASI eksklusif. memberikan ASI kurang 6 bulan mendapatkan ASI DAN PENINGKATAN melalui Pembinaan - Dinas Sosial
ekskulsif, mendapatkan ASI eksklusif meningkat KELUARGA Ketahanan dan - Dinas
memiliki penyetahuan eksklusif mencapau 70,0 % SEJAHTERA (KS) Kesejahteraan Keluarga Ketahanan
bagaimana Pangan
menyediakan makan
bernutrisi dan bersih
bagi ibu bayi; serta
memiliki kebiasaan
menanam di
pekarangan dan
meragamkan bahan
pangan dan cara
pengolahan pangan.

VI-25
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
3 Menjamin 3.1.2* Proporsi perempuan Kualitas kehidupan Meningkatan kualitas Meningkatnya Meningkatnya Program Penyediaan Fasilitas Dinas Kesehatan
Kehidupan pernah kawin umur 15-49 keluarga dan kompetensi tenaga perempuan yang perempuan yang Pemenuhan Upaya Pelayanan Kesehatan
yang Sehat dan tahun yang proses kesehatan bertugas proses melahirkan proses melahirkan Kesehatan untuk UKM dan UKP
Meningkatkan melahirkan terakhirnya menolong kelahiran ditolong oleh ditolong oleh tenaga Perorangan Dan Kewenangan
Kesejahteraan ditolong oleh tenaga yang berkualitas tenaga kesehatan kesehatan terlatih Upaya Kesehatan DaerahKabupaten/Kota
Seluruh kesehatan terlatih. didukung oleh sarana terlatih meningkat mencapau Masyarakat
Penduduk dan prasarana 96,7 % Perencanaan Kebutuhan
Semua Usia persalinan. dan
Pendayagunaan
Sumberdaya Manusia
Kesehatan untuk UKP
dan
UKM di Wilayah
Kabupaten/Kota
3.3.2.(a) Insiden Tuberkulosis (ITB) Pengelolaan layanan Menekan insiden Menurunannya Insiden Tuberkulosis Program Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
per 100.000 penduduk. kota; tuberkulosis dan isiden Tuberkulosis (ITB) per 100.000 Pemenuhan Kesehatan Orang
Kualitas kehidupan menyembuhkan (ITB) per 100.000 penduduk menurun Upaya Kesehatan Terduga Tuberkulosis
keluarga penderita ITB, penduduk. mencapai 146 Perorangan Dan Penyelenggaraan Sistem
melakukan Upaya Kesehatan Informasi Kesehatan
pemantauan dan Masyarakat secara Terintegrasi
dukungan fasilitas
pengobatan
3.4.1.(a) Persentase merokok pada Pengelolaan layanan Menekan perilaku Menurunnya Persentase remaja PROGRAM Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
penduduk umur ≤18 tahun. kota; merokok pada remaja persentase remaja merokok pada PEMENUHAN Promosi Kesehatan
Kualitas kehidupan melalui pengawasan di merokok pada penduduk umur ≤18 UPAYA KESEHATAN Kerjasama dgn :
keluarga sekolah, kelompok dan penduduk umur tahun menurun PERORANGAN - Satpol
ruang publik, serta ≤18 tahun. mencapai 8,3 % DAN UPAYA - Dinas
mendorong agar hidup KESEHATAN Pemberdayaan Pendidikan
lebih sehat. MASYARAKAT Perlindungan Masyarakat
dalam rangka Ketentraman
PROGRAM dan Ketertiban Umum
PENINGKATAN Pengadaan dan
KETENTERAMAN Pemeliharaan Sarana dan
DAN KETERTIBAN Prasarana Ketentraman
UMUM dan Ketertiban Umum"

VI-26
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
3.5.1.(e) Prevalensi penyalahgunaan Pengelolaan layanan Mengawasi, menindak Menurunnya Prevalensi Pembinaan Dan Penyusunan Program Badan
narkoba. kota; dan merehabilitasi prevalensi penyalahgunaan Pengembangan Kerja di Bidang Kesbangpol
Kualitas kehidupan pelaku penyalahgunaan penyalahgunaan narkoba menurun Ketahanan Ketahanan Ekonomi,
keluarga narkoba terutama pada narkoba. mencapai 340 kasus Ekonomi, Sosial, Sosial, Budaya dan Kerjasama dgn :
anak remaja Dan Budaya Fasilitasi Pencegahan - Satpol
Penyalagunaan - Kepolisian
Narkotika, Fasilitasi - BNPB
Kerukunan Umat - Dinas Kesahatan
Beragama dan Penghayat
Kepercayaan di Daerah
3.5.2* Konsumsi alkohol (liter per Kualitas kehidupan Mengawasi, menindak Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol Pembinaan Dan Penyusunan Program Badan
kapita) oleh penduduk keluarga dan merehabilitasi (liter per kapita) (liter per kapita) oleh Pengembangan Kerja di Bidang Kesbangpol
umur ≥ 15 tahun dalam pelaku konsumsi oleh penduduk penduduk umur ≥ 15 Ketahanan Ketahanan Ekonomi,
satu tahun terakhir. alkohol terutama pada umur ≥ 15 tahun tahun dalam satu Ekonomi, Sosial, Sosial, Budaya dan Kerjasama dgn :
anak remaja dalam satu tahun tahun terakhir. Dan Budaya Fasilitasi Pencegahan - Satpol
terakhir. Penyalagunaan - Kepolisian
Narkotika, Fasilitasi - Dinas Kesahatan
Kerukunan Umat
Beragama dan Penghayat
Kepercayaan di Daerah
3.8.1.(a) Unmet need pelayanan Pengelolaan layanan Memberikan metoda Menurunnya Persentase Program Pengadaan Prasarana dan Dinas kesehatan
kesehatan. kota; dan sarana dan persentase penduduk yang Pemenuhan Upaya Pendukung Fasilitas
Kualitas kehidupan prasarana pelayanan penduduk yang Unmet Need Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kerjasama
keluarga kesehatan bagi Unmet Need Pelayanan Kesehatan Perorangan Dan dengan:
penduduk yang tidak pelayanan berkurang menjadi Upaya Kesehatan Penyediaan Layanan - Dinas Sosial
mampu dan tidak mau kesehatan 5,7 % Masyarakat Kesehatan untuk UKM
mendapatkan dan UKP Rujukan Tingkat
pelayanan kesehatan Daerah Kabupaten/Kota

Penyelenggaraan Sistem
Informasi Kesehatan
secara Terintegrasi

3.8.2* Jumlah penduduk yang Pengelolaan layanan Meningkatkan Meningkatnya Jumlah penduduk Program Pengelolaan Jaminan Dinas kesehatan
dicakup asuransi kesehatan kota; kepesertaan penduduk jumlah penduduk yang tercakup dalam Pemenuhan Upaya Kesehatan Masyarakat
atau sistem kesehatan Kualitas kehidupan tercakup dalam sistem yang tercakup dala asuransi kesehatan Kesehatan Kerjasama
masyarakat per 1000 keluarga asuransi / jaminan asuransi kesehatan atau sistem Perorangan dan dengan:
penduduk. kesehatan atau sistem kesehatan Upaya Kesehatan - BPJS
kesehatan masyarakat semakin Masyarakat
masyarakat meningkat

VI-27
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
3.a.1* Persentase merokok pada Pengelolaan layanan Menekan perilaku Menurunnya Persentase remaja PROGRAM Pengelolaan Pelayanan Dinas Kesehatan
penduduk umur ≥15 tahun. kota; merokok pada remaja persentase remaja merokok pada PEMENUHAN Promosi Kesehatan
Kualitas kehidupan dan dewasa melalui merokok pada penduduk umur >= 15 UPAYA KESEHATAN Kerjasama dgn :
keluarga pengendalian kegiatan penduduk umur tahun menurun PERORANGAN - Satpol
merokok di sekolah, >=15 tahun. DAN UPAYA - Dinas PRKP
kelompok sosial, KESEHATAN Pemberdayaan - Dinas LH
tempat kerja ruang MASYARAKAT Perlindungan Masyarakat - Dinas
publik, serta dalam rangka Ketentraman Pendidikan
mendorong agar hidup PROGRAM dan Ketertiban Umum - Dinas
lebih sehat. PENINGKATAN Pengadaan dan Perhubungan
KETENTERAMAN Pemeliharaan Sarana dan
DAN KETERTIBAN Prasarana Ketentraman
UMUM dan Ketertiban Umum"

3.c.1* Kepadatan dan distribusi Pengelolaan layanan Memenuhi kebutuhan Meningkatnya dan Kepadatan dan Pengadaan tenaga Pengadaan tenaga Dinas Kesehatan
tenaga kesehatan. kota; tenaga kesehatan meratanya distribusi tenaga kesehatan berbasis kesehatan Lingkungan,
dalam pelaksanaan kepadatan dan kesehatan semakin disiplin ilmu tenaga laboratorium
tugas kesehatan, serta distribusi tenaga meningkat dan kesehatan tenaga Gizi,
meningkatkan kapasitas kesehatan. merata tenaga kefarmasian,
tenga kesehatan dokter umum dokter gigi

4 Menjamin 4.1.1* Proporsi anak-anak dan Pengelolaan layanan Melaksanakan Meningkatknya Meningkatkan Program Pemerataan Kuantitas Dinas
Kualitas remaja: (a) pada kelas 4, (b) kota; pemerataan proporsi anak-anak proporsi anak-anak Pengelolaan dan Kualitas Pendidik dan Pendidikan
Pendidikan tingkat akhir SD/kelas 6, (c) kemampuan guru dan remaja yang dan remaja yang Pendidikan Tenaga Kependidikan
yang Inklusif tingkat akhir SMP/kelas 9 mengajar matematika, mencapai standar mencapai standar bagi Satuan Pendidikan
dan Merata yang mencapai standar literari dan sain, dan kemampuan kemampuan Dasar, PAUD, dan
serta kemampuan minimum menilai hasil minimum dalam minimum dalam Pendidikan
Meningkatkan dalam: (i) membaca, (ii) pembelajaran membaca dan membaca (meningkat Nonformal/Kesetaraan
Kesempatan matematika. matematika kelas 4 lebih dari 63,2
Belajar % dan kelas 9 lebih
Sepanjang dari 36,7 %) dan
Hayat untuk matematika
Semua (meningkat kelas 4
lebih dari 31,9 % dan
kelas 9 lebih dari 25,0
%)

VI-28
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
4.1.1.(a) Persentase SD/MI Pengelolaan layanan Meningkatkan kualitas Meningkatkan Persentase SD/MI Program Pembinaan Kelembagaan Dinas
berakreditasi minimal B. kota; SD/MI melalui persentase SD/MI berakreditasi minimal Pengelolaan dan Manajemen Sekolah Pendidikan
peningkatan kualitas berakreditasi B meningkat lebih Pendidikan - SD
pengajar, perangkat, minimal B dari 96,7 % kerjasama dgn
ruang belajar dan Kementerian
silabus pembelajaran Agama
4.1.1.(b) Persentase SMP/MTs Pengelolaan layanan Meningkatkan kualitas Meningkatkan Meningkatkan Program Pembinaan Kelembagaan Dinas
berakreditasi minimal B. kota; SMP/MTs melalui persentase persentase SMP/MTs Pengelolaan dan Manajemen Sekolah Pendidikan
peningkatan kualitas SMP/MTs berakreditasi lebih Pendidikan - SMP
pengajar, perangkat, berakreditasi dari 93,3 % kerjasama dgn
ruang belajar dan minimal B Kementerian
silabus pembelajaran Agama
4.1.1.(d) Angka Partisipasi Kasar Pengelolaan layanan Meningkatkan Meningkatnya Tahun 2026, angka Program Pengelolaan Pendidikan Dinas
(APK) SD/MI/sederajat. kota; pemerataan kualitas APK partisipasi murni Pengelolaan Sekolah Dasar; Pendidikan
layanan sekolah dan SD/MI/sederajat SD/MI/sederajatt Pendidikan Pemerataan Kuantitas
guru serta mencapai 108,9 % dan Kualitas Pendidik dan kerjasama dgn
meningkatkan daya Tenaga Kependidikan Kementerian
tampung siswa agar bagi Satuan Pendidikan Agama
siswa dapat Dasar, PAUD, dan
berpatisipasi Pendidikan
Nonformal/Kesetaraan
4.1.1.(g) Rata-rata lama sekolah Pengelolaan layanan Meningkatkan capaian Meningkatnya Rata-rata lama Pengelolaan Pengelolaan Pendidikan Dinas
penduduk umur ≥15 tahun. kota; lama belajar yang rata-rata lama sekolah penduduk Pendidikan Sekolah Dasar Pendidikan
relevan dan efektif agar sekolah penduduk umur ≥15 tahun Sekolah Dasar
lama sekolah dapat umur ≥15 tahun. meningkat mencapai Pengelolaan Pendidikan
lebih cepat 12 tahun Sekolah Menengah
Pertama
4.4.1* Proporsi remaja dan Kualitas kehidupan Meningkatkan minat Meningkatnya Proporsi remaja dan Program Pembangunan Sarana, Dinas Pendidikan
dewasa dengan keluarga siswa memiliki proporsi remaja dewasa dengan Pengelolaan Prasarana dan Utilitas
keterampilan teknologi ketrampilan teknik dan dan dewasa ketrampilan TIK Pendidikan Sekolah
informasi dan komunikasi kejuruan agar dengan semakin meningkat
(TIK). mendapatkan ketrampilan TIK Pembinaan Minat, Bakat
pekerjaan yang layak dan Kreativitas Siswa
dan berwirausaha
Pembangunan
Laboratorium

VI-29
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
4.5.1* Rasio Angka Partisipasi Pengelolaan layanan Menjamin akses di Meningkatnya Partisipasi murni bagi Program Pengelolaan Pendidikan Dinas
Murni (APM) kota; semua tingkat APM bagi seluruh seluruh tingkat Pengelolaan Sekolah Dasar; Pendidikan
perempuan/laki-laki di (1) pendidikan dan tingkat pendidikan pendidikan Pendidikan Pemerataan Kuantitas
SD/MI/sederajat; (2) pelatihan kejuruan, dan Kualitas Pendidik dan
SMP/MTs/sederajat; (3) bagi masyarakat rentan Tenaga Kependidikan
SMA/SMK/MA/sederajat; termasuk penyandang bagi Satuan Pendidikan
dan Rasio Angka Partisipasi cacat, masyarakat Dasar, PAUD, dan
Kasar (APK) penduduk asli, dan Pendidikan
perempuan/laki-laki di (4) anak-anak dalam Nonformal/Kesetaraan
Perguruan Tinggi. kondisi rentan.
4.c.1* Persentase guru TK, SD, Pengelolaan layanan Meningkatnya Meningkatnya Persentase guru TK, Program Pendidik Pemerataan Kuantitas Dinas
SMP, SMA, SMK, dan PLB kota; kompetensi para TK, SD persentase guru SD, SMP, SMA, SMK, Dan Tenaga dan Kualitas Pendidik dan Pendidikan
yang bersertifikat pendidik. dan SMP TK, SD, SMP, SMA, dan PLB yang Kependidikan Tenaga Kependidikan
SMK, PLB yang bersertifikat pendidik bagi Satuan Pendidikan
bersertifikat meningkat mencapai Dasar, PAUD, dan
pendidik 85,66 % Pendidikan Nonformal/
Kesetaraan

8 Meningkatkan 8.1.1* Laju pertumbuhan PDB per Perekonomian dan Memulihkan laju Meningkatnya laju Laju pertumbuhan Program Fasilitasi Pengembangan Bappeda
Pertumbuhan kapita. Lapangan Kerja; pertumbuhan PDRB per pertumbuhan PDRB per tenaga Perekonomian Usaha Ekonomi
Ekonomi yang kapiita, khususnya PDRB per tenaga lebih dari 5,1 % Dan Masyarakat dalam kerjasama dgn:
Inklusif dan dengan mendorong kerja - Asisten Ekbang
Pembangunan Meningkatkan
Berkelanjutan, produktifitas dan - BPS
Kesempatan kreatifitas perdagangan
Pendapatan Asli Daerah
Kerja yang komoditi dan kegiatan Koordinasi, Sinkronisasi,
Produktif dan yang terkait pariwisata Monitoring dan Evaluasi
Menyeluruh, Kebijakan Pengelolaan
serta Pekerjaan BUMD dan BLUD;
yang Layak
untuk Semua Pengendalian dan
Distribusi
Perekonomian;

Perencanaan dan
Pengawasan Ekonomi
Mikro kecil

Koordinasi, Sinkronisasi
dan Evaluasi Kebijakan
Energi dan Air

VI-30
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
8.10.1* Jumlah kantor bank dan Perekonomian dan Meningkatkan Meningkatnya Jumlah kantor Bank Program Koordinasi dan Dinas PMPTSP
ATM per 100.000 penduduk Lapangan Kerja; kemudahan akses jumlah kantor dan ATM per 100.000 Penyelenggaraan Sinkronisasi Pengendalian
dewasa masyarakat dan pelaku Bank dan ATM per penduduk dewasa Penataan Ruang Pemanfaatan Ruang kerjasama dgn:
usaha bertransaksi 100.000 penduduk meningkat Daerah Kabupaten/Kota - Dinas PUPR
dengan penyebaran dewasa
fasilitas kantor bank
dan ATM dan layanan
online
8.10.1.(a) Rata-rata jarak lembaga Perekonomian dan Meningkatkan Semakin dekatnya Dekatnya rata-rata Program Koordinasi dan Dinas PMPTSP
keuangan (Bank Umum). Lapangan Kerja; kemudahan akses rata-rata jarak jarak lembaga Penyelenggaraan Sinkronisasi Pengendalian
masyarakat dan pelaku lembaga keuangan keuangan (Bank Penataan Ruang Pemanfaatan Ruang kerjasama dgn:
usaha bertransaksi (Bank Umum). Umum) semakin Daerah Kabupaten/Kota - Dinas PUPR
dengan penyebaran dekat
fasilitas kantor bank
dan ATM dan layanan
online
8.10.1.(b) Proporsi kredit UMKM Perekonomian dan Memperkuat kapasitas Meningkatnya Proporsi UMKM Porgram Pemberdayaan Usaha Dinas Koperasi
terhadap total kredit. Lapangan Kerja; UMKM agar mampu proporsi kredit terhadap layanan Pemberdayaan Mikro yang Dilakukan
dan layak mengakses UMKM terhadap keuangan semakin Usaha Menengah, Melalui Pendataan, kerjasama
fasilitas permodalan, layanan keluangan besar Usaha Kecil, Dan Kemitraan, Kemudahan dengan :
bermitra dan Usaha Mikro Perijinan; Penguatan - BI
mendapatkan (UMKM) Kelembagaan dan
pendampingan Koordinasi dengan Para
mengembangkan Pemangku Kepentingan
produk unggulan (Pemberdayaan Melalui
Kemitraan Usaha Mikro
);
Pengembangan Usaha
Mikro dengan Orientasi
Peningkatan Skala Usaha
menjadi Usaha Kecil
8.2.1* Laju pertumbuhan PDB per Perekonomian dan Memulihkan laju Meningkatnya laju Laju pertumbuhan Program Koordinasi Perencanaan Bappeda
tenaga kerja/Tingkat Lapangan Kerja; pertumbuhan PDRB per pertumbuhan PDRB per tenaga Koordinasi Dan Bidang Perekonomian
pertumbuhan PDB riil per kapiita, khususnya PDRB per tenaga lebih dari 5,1 % Sinkronisasi dan SDA (Sumber Daya kerjasama dgn:
orang bekerja per tahun. dengan mendorong kerja Perencanaan Alam) - Asisten Ekbang
produktifitas dan Pembangunan - BPS
kreatifitas perdagangan Daerah
komoditi dan kegiatan
yang terkait pariwisata

VI-31
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
8.3.1* Proporsi lapangan kerja Kesehatan keluarga Meningkatkan Meningkatnya Proporsi lapagan Program Pelayanan Antarkerja di Dinas Koperasi
informal sektor non- Perekonomian dan kemampuan wirausaha, proporsi lapagan kerja informal sektor Penempatan Daerah Kabupaten/Kota
pertanian, berdasarkan lapangan kerja inovasi dan kreatifitas kerja informal non pertanian Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
jenis kelamin. tenaga kerja informal sektor non meningkat mencapai dan Purna Penempatan)
non pertanian pertanian. 34,39 % di Daerah
Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
8.3.1.(c) Persentase akses UMKM Perekonomian dan Memperkuat Meningkatnya Proporsi akses Porgram Pemberdayaan Usaha Dinas Koperasi
(Usaha Mikro, Kecil, dan lapangan kerja produktifitas dan akses UMKM UMKM terhadap Pemberdayaan Mikro yang Dilakukan
Menengah) ke layanan kualitas terhadap layanan layanan keuangan Usaha Menengah, Melalui Pendataan, kerjasama
keuangan. pelaku/pengusaha keluangan meningkat mencapai Usaha Kecil, Dan Kemitraan, Kemudahan dengan :
UMKM agar mampu 34,9 % Usaha Mikro Perijinan; Penguatan - BI
dan layak mengakses (UMKM) Kelembagaan dan
fasilitas permodalan Koordinasi dengan Para
Pemangku Kepentingan
(Pemberdayaan Melalui
Kemitraan Usaha Mikro
);
Pengembangan Usaha
Mikro dengan Orientasi
Peningkatan Skala Usaha
menjadi Usaha Kecil
8.5.1* Upah rata-rata per jam Kesehatan keluarga Meningkatkan kualitas Meningkatnya Upah rata-rata per Program Pelayanan Antarkerja di Dinas
pekerja. Perekonomian dan kompetensi dan upah rata-rata per jam pekerja Penempatan Daerah Kabupaten/Kota Ketenagakerjaan
lapangan kerja produktifitas tenaga jam pekerja meningkat Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
kerja untuk mendapat dan Purna Penempatan)
kompensasi dari di Daerah
kegiatan ekonomi Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
8.5.2* Tingkat pengangguran Kesehatan keluarga Meningkatkan Menurunnya Tingkat Program Pelayanan Antarkerja di Dinas
terbuka berdasarkan jenis Perekonomian dan kemampuan wirausaha, tingkat pengangguran Penempatan Daerah Kabupaten/Kota Ketenagakerjaan
kelamin dan kelompok lapangan kerja inovasi dan kreatifitas pengangguran terbuka menurun Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
umur. tenaga kerja atau terbuka mencapai 10,12 % dan Purna Penempatan)
angkatan kerja di Daerah
Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja

VI-32
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
8.5.2.(a) Tingkat setengah Kesehatan keluarga Meningkatkan Menurunnya Tingkat setengah Program Pelayanan Antarkerja di Dinas
pengangguran. Perekonomian dan kemampuan wirausaha, tingkat setengah pengangguran Penempatan Daerah Kabupaten/Kota Ketenagakerjaan
lapangan kerja inovasi dan kreatifitas pengangguran. menurun mencapai Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
tenaga kerja atau 19,11 % dan Purna Penempatan)
angkatan kerja di Daerah
Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
8.6.1* Persentase usia muda (15- Kesehatan keluarga Meningkatkan Menurunnya Jumlah usia muda Program Pelayanan Antarkerja di Dinas
24 tahun) yang sedang tidak Perekonomian dan kemampuan wirausaha, persentase usia yangs sedang tidak Penempatan Daerah Kabupaten/Kota Ketenagakerjaan
sekolah, bekerja atau lapangan kerja inovasi dan kreatifitas muda yangs sekolah, bekerja atau Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
mengikuti pelatihan (NEET). tenaga kerja atau sedang tidak mengikuti pelatihan dan Purna Penempatan)
angkatan kerja sekolah, bekerja (NEET) terus di Daerah
atau mengikuti menurun Kabupaten/Kota
pelatihan (NEET) Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor Perekonomian dan Mengembangkan daya Meningkatnya Jumlah devisa sektor Program Pemasaran Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata
pariwisata. Lapangan Kerja; tarik wisata, jumlah devisa pariwisata meningkat Pariwisata Dalam dan Luar Negeri
kemudahan akses dan sektor pariwisata mencapai 40 % Daya Tarik, Destinasi dan Kerjasama dgn :
amenitas agar menarik Kawasan Strategis - Dinas Koperasi
kunjungan wisatawan Pariwisata Kota - Dinas
mancanegara dan Program Ketenagakerjaan
mendorong kemudahan Peningkatan Daya Pengelolaan Daya Tarik - Dinas
bagi pelaku wisata Tarik Destinasi Wisata Kota Perhubungan
Pariwisata - Dinas PUPR
- Dinas LH
8.9.2* Jumlah pekerja pada Kesehatan keluarga Meningkatkan Meningkatnya Jumlah pekerja pada Program Pengelolaan Daya Tarik Dinas Pariwisata
industri pariwisata dalam Perekonomian dan keramahan, jumlah pekerja industri pariwisata Peningkatan Daya Wisata Kota
proporsi terhadap total lapangan kerja kemampuan wirausaha pada industri meningkat Tarik Destinasi Kerjasama dgn :
pekerja. yang inovatif dan pariwisata Pariwisata - Dinas Koperasi
kreatif pada pekerja - Dinas
dan pelaku wisata Ketenagakerjaan

VI-33
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
9 Membangun 9.2.1.(a) Laju pertumbuhan PDB Perekonomian dan Meningkatkan Meningkatnya laju Laju pertumbuhan Program Koordinasi Kajian Monitoring dan Dinas Koperasi
Infrastruktur industri manufaktur. Lapangan Kerja; produktifitas, kontribusi pertumbuhan industri manufaktur Dan Sinkronisasi Evaluasi Pertumbuhan
yang Tangguh, sosial dan ramah industri meningkat lebih Perencanaan Ekonomi Kerjasama dgn :
Meningkatkan lingkungan dari manufaktur tinggi dari Pembangunan - Dinas
Industri Inklusif kegiatan industri yang pertumbuhan PDRB Daerah Ketenagakerjaan
dan ada, dan menyiapkan
Berkelanjutan, kawasan industri baru
serta
Mendorong
Inovasi
9.2.2* Proporsi tenaga kerja pada Kesehatan keluarga Meningkatkan Meningkatnya Proporsi tenaga kerja Program Pelayanan Antarkerja di Dinas
sektor industri manufaktur. Perekonomian dan kompetensi dan proporsi tenaga pada sektor industri Penempatan Daerah Kabupaten/Kota Ketenagakerjaan
lapangan kerja kualitas tenaga kerja kerja pada sektor manufaktur Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
sesuai dengan industri meningkat dan Purna Penempatan) Kerjasama dgn :
kebutuhan sektor manufaktur di Daerah - Dinas Koperasi
industri manufaktur Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
9.3.1* Proporsi nilai tambah Perekonomian dan Meningkatkan Meningkatnya Proporsi nilai tambah Program Pelayanan Antarkerja di Dinas
industri kecil terhadap total Lapangan Kerja; kemampuan wirausaha, proporsi nilai industri kecil Penempatan Daerah Kabupaten/Kota Ketenagakerjaan
nilai tambah industri. inovasi dan kreatifitas tambah industri terhadap total nilai Tenaga Kerja Pelindungan PMI (Pra
tenaga kerja dan kecil terhadap tambah industri dan Purna Penempatan) Kerjasama dgn :
pelaku usaha industri total nilai tambah meningkat di Daerah - Dinas Koperasi
kecil industri. Kabupaten/Kota
Pengelolaan Informasi
Pasar Kerja
9.3.2* Proporsi industri kecil Perekonomian dan Memperkuat Meningkatnya Akses industri kecil Porgram Pemberdayaan Usaha Dinas
dengan pinjaman atau Lapangan Kerja; produktifitas dan akses industri kecil terhadap layanan Pemberdayaan Mikro yang Dilakukan Ketenagakerjaan
kredit. kualitas terhadap layanan pinjaman meningkat Usaha Menengah, Melalui Pendataan,
pelaku/pengusaha pinjaman 6,7 % Usaha Kecil, Dan Kemitraan, Kemudahan Kerjasama dgn :
industri kecil agar Usaha Mikro Perijinan; Penguatan - Dinas Koperasi
mampu dan layak (UMKM) Kelembagaan dan - BI
mengakses fasilitas Koordinasi dengan Para
permodalan Pemangku Kepentingan
(Pemberdayaan Melalui
Kemitraan Usaha Mikro
);
Pengembangan Usaha
Mikro dengan Orientasi
Peningkatan Skala Usaha
menjadi Usaha Kecil

VI-34
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
10 Mengurangi 10.1.1.(a) Persentase penduduk yang Kesehatan keluarga Menyiapkan data Menurunnya Persentase Perlindungan Dan Pendataan Fakir Miskin Dinas Sosial
Kesenjangan hidup di bawah garis Perekonomian dan penduduk yang hidup di persentase penduduk di bawah Jaminan Sosial Cakupan Daerah
Intra- dan kemiskinan nasional, lapangan kerja bawah garis kemiskinan penduduk di garis kemiskinan Kabupaten/Kota;
Antarnegara menurut jenis kelamin dan yang lebih akurat dan bawah garis menurun mencapai Fasilitasi Bantuan Sosial
kelompok umur. terkini kemiskinan 5,3 % Kesejahteraan Keluarga;
Fasilitasi Bantuan
Pengembangan Ekonomi
Masyarakat

10.4.1.(b) Proporsi peserta Program Perekonomian dan Meningkatkan Meningkatnya Proporsi peserta Program Hubungan Penyelenggaraan Dinas
Jaminan Sosial Bidang Lapangan Kerja; kesadaran pelaku usaha tenaga kerja yang program jaminan Industrial Pendataan dan Informasi Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan. melaksanakan program dapat layanan sosial di bidang Sarana Hubungan Industrial
jaminan sosial bidang jaminan sosial ketenagakerjaan dan Jaminan Sosial Tenaga
ketenagkerjaan dengan meningkat mencapai Kerja serta Pengupahan
data peserta dari 98 %
penduduk miskin yang
lebih akurat dan terkini
16 Menguatkan 16.1.1.(a) Jumlah kasus kejahatan Pemgelolaan Menekan potensi Menurunnya Jumlah kasus Program KoordinasiPenyelenggaraan Badan
Masyarakat pembunuhan pada satu pelayanan masyarakat terjadinya kekerasan di jumlah kasus kejahatan Peningkatan Ketentraman dan Kesbangpol
yang Inklusif tahun terakhir. tingkat keluarga dan kejahatan pembunuhan dalam Ketentraman Dan Ketertiban Umum serta
dan Damai lingkungan dan pembunuhan satu tahun menurun Ketertiban Umum Perlindungan Masyarakat
untuk memberikan pemulihan dalam satu tahun Tingkat Kabupaten/Kota
Pembangunan yang adil bagi korban
Berkelanjutan, kekerasan
Menyediaan 16.1.3.(a) Proporsi penduduk yang Pemgelolaan Menekan potensi Menurunnya Proporsi penduduk Program KoordinasiPenyelenggaraan Badan
Akses Keadilan menjadi korban kejahatan pelayanan masyarakat terjadinya kekerasan di proporsi penduduk yang menjadi korban Peningkatan Ketentraman dan Kesbangpol
untuk Semua, kekerasan dalam 12 bulan tingkat keluarga dan yang menjadi kejahatan kekerasan Ketentraman Dan Ketertiban Umum serta
dan terakhir. lingkungan dan korban kejahatan dalam satu tahun Ketertiban Umum Perlindungan Masyarakat
Membangun memberikan pemulihan kekerasan dalam menurun Tingkat Kabupaten/Kota
Kelembagaan yang adil bagi korban satu tahun
yang Efektif, kekerasan
Akuntabel, dan
Inklusif di
Semua
Tingkatan

VI-35
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
16.1.4* Proporsi penduduk yang Pemgelolaan Meningkatkan perasaan Meningkatnya Proporsi penduduk Program KoordinasiPenyelenggaraan Badan
merasa aman berjalan pelayanan masyarakat aman dan nyaman proporsi penduduk yang merasa aman Penyelenggaraan Ketentraman dan Kesbangpol
sendirian di area tempat dalam lingkungan yang merasa aman berjalan sendirian di Urusan Ketertiban Umum serta
tinggalnya. perumahan yang berjalan sendirian area tempat Pemerintahan Perlindungan Masyarakat
didukung perangkat di area tempat tinggalnya menurun. Umum Tingkat Kabupaten/Kota
penerangan, tinggalnya.
pemantauan keamanan
dan pengaduan bagi
masyarakat
16.5.1.(a) Indeks Perilaku Anti Korupsi Kapasitas Pengelolaan memperluas Meningkatnya Indeks Perilaku Anti Program Penyelenggaraan Inspektorat
(IPAK). Masyarakat pengembangan Indeks Perilaku Korupsi (IPAK) Penyelenggaraan Pengawasan Internal
pelayanan publik Anti Korupsi meningkat mencapai Pengawasan
berbasis online dan (IPAK). 4,26
tranparan yang
memberikan
kemudahan dan
kepastian
16.6.1.(a) Persentase peningkatan Kapasitas Pengelolaan Meningkatkan Meningkatnya Status Opini Wajar Program Penyusunan Road Map RB Inspektorat
Opini Wajar Tanpa Masyarakat profesionalitas dan status Opini Wajar Tanpa Pengecualian Penyelenggaraan Sosialisasi kebijakan Road
Pengecualian (WTP) atas humanitas serta Tanpa (WTP) atas Laporan Pengawasan Map RB;
Laporan Keuangan akuntabilitas laporan Pengecualian Keuangan Pemerintah Melaksanakan
Kementerian/ Lembaga dan (WTP) atas Kota dapat dicapai pengawasan dan penilaian
Pemerintah Daerah Laporan Keuangan thd 8 area perubahan
(Provinsi/Kabupaten/Kota). Pemerintah Kota

16.6.1.(b) Persentase peningkatan Kapasitas Pengelolaan Meningkatkan Meningkatnya Status Sistem Program Penyusunan Road Map RB Inspektorat
Sistem Akuntabilitas Kinerja Masyarakat profesionalitas dan status Sistem Akuntabilitas Kinerja Penyelenggaraan Sosialisasi kebijakan Road
Pemerintah (SAKIP) humanitas serta Akuntabilitas Pemerintah (SAKIP) Pengawasan Map RB;
Kementerian/Lembaga dan akuntabilitas laporan Kinerja Pemerintah Kota mencapai CC Melaksanakan
Pemerintah Daerah (SAKIP) Kota pengawasan dan penilaian
(Provinsi/ Kabupaten/Kota). thd 8 area perubahan

16.6.1.(d) Persentase instansi Kapasitas Pengelolaan Mewujudkan reformasi Meningkatnya Persentase instansi Program Penyelenggaraan Inspektorat
pemerintah yang memiliki Masyarakat birkorasi pada 8 area persentase instansi pemerintah yang Penyelenggaraan Pengawasan Internal
nilai Indeks Reformasi perubahan pemerintah yang memiliki nilai Indeks Pengawasan
Birokrasi Baik memiliki nilai Reformasi Birokrasi
Kementerian/Lembaga dan Indeks Reformasi Pemerintah Kota
Pemerintah Daerah Birokrasi meningkat mencapai
(Provinsi/ Kabupaten/Kota). Pemerintah Kota 46,7 %

VI-36
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
16.6.2.(a) Persentase Kepatuhan Kapasitas Pengelolaan Mewujudkan reformasi Meningkatnya Persentase Program Penyelenggaraan Inspektorat
pelaksanaan UU Pelayanan Masyarakat birkorasi pada 8 area Persentase Kepatuhan Penyelenggaraan Pengawasan Internal
Publik perubahan Kepatuhan pelaksanaan UU Pengawasan
Kementerian/Lembaga dan pelaksanaan UU Pelayanan Publik
Pemerintah Daerah Pelayanan Publik Pemerintah Kota
(Provinsi/ Kabupaten/Kota). Pemerintah Kota meningkat mencapai
83,3 %

17 Menguatkan 17.18.1.(d) Persentase indikator SDGs Kapasitas Pengelolaan mewujudkan sistem Meningkatnya Persentase indikator Program Analisis Kondisi Daerah, Bappeda
Sarana terpilah yang relevan Masyarakat monitoring indikator persentase SDGs terpilah yang Perencanaan, Permasalahan, dan Isu
Pelaksanaan dengan target. TPB yang terpadu, dan indikator SDGs relevan dengan target Pengendalian Dan Strategis Pembangunan
dan evaluasi pemenuhan terpilah yang meningkat Evaluasi Daerah
Merevitalisasi target relevan dengan Pembangunan Pengendalian, Evaluasi dan
Kemitraan target. Daerah Pelaporan Bidang
Global untuk Perencanaan
Pembangunan Pembangunan Daerah
Berkelanjutan

VI-37
Tabel 6.3 Rekomendasi Pencapaian TPB Upaya Tambahan
NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
1 Mengakhiri 1.3.1.(a) Proporsi peserta jaminan Kualitas kehidupan Memberikan upaya Meningkatnya proporsi Proporsi peserta jaminan Program Pemenuhan Pengelolaan Jaminan Dinas
Kemiskinan kesehatan melalui SJSN keluarga perlindungan jaminan peserta jaminan kesehatan meningkat Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kesehatan
dalam Segala Bidang Kesehatan. Pengelolaan kesehatan bagi kesehatan menjadi mencapai 97 % Perorangan Dan
Bentuk Layanan Kota penduduk miskin dan Upaya Kesehatan Kerjasama dgn
Dimanapun rentan Masyarakat :
- BPJS
- Dinas Sosial
1.3.1.(c) Persentase penyandang Kualitas kehidupan Memberikan upaya Meningkatnya persentase Persentase penyandang Program Rehabilitasi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial
disabilitas yang miskin keluarga perlindungan bagi penyandang disabilitas disabilitas yang miskin dan Sosial Dasar Penyandang
dan rentan yang Pengelolaan penyandang disabilitas yang miskin dan rentan rentan yang terpenuhi hak Disabilitas Terlantar,
terpenuhi hak dasarnya Layanan Kota yang miskin dan rentan yang terpenuhi hak dasarnya dan inklusivitas Anak Terlantar, Lanjut
dan inklusivitas. memiliki hak dasar dan dasarnya dan inklusivitas. meningkat mencapai dari Usia Terlantar, serta
inklusif. 40 % Gelandangan
Pengemis di Luar Panti
Sosial
1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga Kualitas kehidupan Memberikan upaya Menurunya jumlah rumah Jumlah rumah tangga Program Pengelolaan Data Fakir Dinas Sosial
yang mendapatkan keluarga perlindungan bagi tangga yang mendapatkan yang mendapatkan Perlindungan Dan Miskin Cakupan
bantuan tunai Pengelolaan rumah tangga yang bantuan tunai bantuan tunai Jaminan Sosial Daerah
bersyarat/Program Layanan Kota miskin dan rentan bersyarat/Program bersyarat/Program Kabupaten/Kota
Keluarga Harapan. mendapatkan bantuan Keluarga Harapan. Keluarga Harapan semakin
tunasi menurun mencapai 55,04
bersyarat/Program %
Keluarga Harapan
1.4.1.(b) Persentase anak umur Kualitas kehidupan Menjamin anak umur Meningkatkan jumlah Persentase anak umur 12- Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
12-23 bulan yang keluarga 12-23 bulan dari anak 12-23 bulan 23 bulan yang menerima Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
menerima imunisasi Pengelolaan keluarga miskin/rentan menerima imunisasi dasar imunisasi dasar lengkap Perorangan Dan Balita
dasar lengkap. Layanan Kota menerima imunisasi lengkap meningkat mencapai 93,3 Upaya Kesehatan
dasar lengkap % Masyarakat

1.4.1.(c) Prevalensi penggunaan Kualitas kehidupan Menjamin pasangan Meningkatkan prevalensi Prevalensi penggunaan Program Pembinaan Pengendalian dan Dinas
metode kontrasepsi (CPR) keluarga usia subur dari penggunaan metode metode kontrasepsi (CPR) Keluarga Berencana Pendistribusian Kesehatan
semua cara pada Pengelolaan keluarga miskin/rentan kontrasepsi (CPR) semua semua cara pada (KB) Kebutuhan Alat dan
Pasangan Usia Subur Layanan Kota memiliki akses cara pada Pasangan Usia Pasangan Usia Subur Obat Kontrasepsi serta
(PUS) usia 15-49 tahun penggunaan metoda Subur (PUS) usia 15-49 (PUS) usia 15-49 tahun Pelaksanaan
yang berstatus kawin. kontrasepsi (CPR) tahun yang berstatus yang berstatus kawin Pelayanan KB di
semua cara kawin. meningkat mencapai 78,3 Daerah
% Kabupaten/Kota

VI-38
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
1.4.1.(g) Angka Partisipasi Murni Pengelolaan Menjamin anak dari Meningkatnya Angka Angka Partisipasi Murni Program Pengelolaan Dinas
(APM) SD/MI/sederajat. Layanan Kota masyarakat miskin dan Partisipasi Murni (APM) (APM) SD/MI/sederajat Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
rentan mendapat SD/MI/sederajat. menjadi 100 % Pendidikan Dasar
akses/berpartisipasi Kerjasama dgn
terhadap pendidikan :
SD/MI/sederajat - Dinas Sosial
- Kementerian
Agama
1.4.1.(h) Angka Partisipasi Murni Pengelolaan Menjamin anak dari Meningkatnya APM Angka partisipasi murni Program Pengelolaan Dinas
(APM) Layanan Kota masyarakat miskin dan SMP/MTs/sederajat SMP/MTs/sederajarat Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
SMP/MTs/sederajat. rentan mendapat mencapai 100 % Pendidikan Menengah Pertama
akses/berpartisipasi Kerjasama dgn
terhadap pendidikan :
SD/MI/sederajat - Dinas Sosial
- Kementerian
Agama
1.5.1.(b) Pemenuhan kebutuhan Kualitas kehidupan Membangun Meningkatnya Pemenuhan kebutuhan Program Penanganan Perlindungan Sosial Dinas Sosial
dasar korban bencana keluarga ketahanan masyarakat pemenuhan kebutuhan dasar semua korban Bencana Korban Bencana Alam
sosial. Pengelolaan miskin dan rentan dasar korban bencana bencana sosial terpenuhi dan Sosial
Layanan Kota memenuhi kebutuhan sosial Kabupaten/Kota
dasar bencana sosial
1.a.2* Pengeluaran untuk Kualitas kehidupan Menjamin mobilisasi Meningkatnya persentasi Persentase pengeluaran Program Pengelolaan Koordinasi Bappeda
layanan pokok keluarga penyediaan sarana pengeluaran untuk untuk layanan pokok dari Keuangan Daerah Perencanaan
(pendidikan, kesehatan Pengelolaan pendidikan, kesehatan layanan pokok total belanja pemerintah Anggaran Belanja
dan perlindungan sosial) Layanan Kota dan perlindungan sosial (pendidikan, kesehatan meningkat mencapai Daerah
sebagai persentase dari yang memadai dan dan perlindungan sosial) (Pendidikan = 20`%,
total belanja pemerintah. terjangkau bagi dari total belanja Kesehatan = 15 %,
masyarakat miskin dan pemerintah Perlindungan sosial = 22
rentan %)

2 Menghilangk 2.1.1.(a) Prevalensi kekurangan Kualitas kehidupan Menjamin akses Menurunnya prevalensi Prevalensi anak balita Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
an gizi (underweight) pada keluarga makanan yang aman, kekurangan gizi pada anak kurang gizi meningkat Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Kelaparan, anak balita. Pengelolaan bergizi dan cukup balita mencapai 11 % Perorangan Dan Balita
Mencapai Layanan Kota sepanjang tahun bagi Upaya Kesehatan Kerjasama dgn
Ketahanan Pertumbuha anak balita keluarga Masyarakat :
Pangan dan Perekonomian Kota miskin dan rentan - Dinas
Gizi yang Ketahanan
Baik, serta Pangan
Meningkatka - Dinas Sosial

VI-39
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
n Pertanian 2.2.1* Prevalensi stunting Kualitas kehidupan Menghilangkan segala Menurunnya prevalensi Prevalensi stuntung pada Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
Berkelanjuta (pendek dan sangat keluarga bentuk kekurangan gizi stuntung pada anak balita anak balita menurun Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
n pendek) pada anak di Pengelolaan untuk anak pendek dan mencapai 16 % Perorangan Dan Balita
bawah lima tahun/balita. Layanan Kota kurus di bawah usia 5 Upaya Kesehatan Kerjasama dgn
Perekonomian Kota tahun dari keluarga Masyarakat :
miskin dan rentan - Dinas
Ketahanan
Pangan
- Dinas Sosial
3 Menjamin 3.1.1* Angka Kematian Ibu (AKI). Kualitas kehidupan Mengurangi rasio Menurunnya rasio angka Rasio angka kematian ibu Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
Kehidupan keluarga angka kematian ibu kematia ibu menurun mencapai 16,6 Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
yang Sehat Pengelolaan dari keluarga miskin per 1000 penduduk Perorangan Dan Ibu Bersalin
dan Layanan Kota dan rentan Upaya Kesehatan Pengelolaan
Meningkatka Masyarakat Pelayanan Kesehatan
n Ibu Hamil
Kesejahteraa
n Seluruh 3.2.1* Angka Kematian Balita Kualitas kehidupan Mencegah kematian Menurunnya angka Angka Kematian Balita Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
Penduduk (AKBa) per 1000 kelahiran keluarga bayi baru lahir dan Kematian Balita (AKBa) (AKBa) menurun Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Semua Usia hidup. Pengelolaan balita dari keluarga mencapai 22,3 per 1000 Perorangan Dan Balita
Layanan Kota miskin dan rentan kelahiran hidup. Upaya Kesehatan
Kualitas Lingkungan Masyarakat
Hidup

3.2.2* Angka Kematian Neonatal Kualitas kehidupan Mencegah kematian Menurunnya angka Angka Kematian Neonatal Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
(AKN) per 1000 kelahiran keluarga bayi baru lahir dan Kematian Neonatal (AKN) (AKN) menurun mencapai Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
hidup. Pengelolaan balita dari keluarga 9 per 1000 kelahiran Perorangan Dan Bayi Baru Lahir
Layanan Kota miskin dan rentan hidup. Upaya Kesehatan
Kualitas Lingkungan Masyarakat
Hidup

3.2.2.(a) Angka Kematian Bayi Kualitas kehidupan Mencegah kematian Menurunnya angka Angka Kematian Bayi Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
(AKB) per 1000 kelahiran keluarga bayi baru lahir dan Kematian Bayi (AKB) (AKB) menurun mencapai Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
hidup. Pengelolaan balita dari keluarga 15 per 1000 kelahiran Perorangan Dan Balita
Layanan Kota miskin dan rentan hidup. Upaya Kesehatan Pengelolaan
Masyarakat Pelayanan Kesehatan
Bayi Baru Lahir

VI-40
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
3.2.2.(b) Persentase Kualitas kehidupan Mencegah kematian Menurunnya persentase Persentase Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
kabupaten/kota yang keluarga bayi baru lahir dan kabupaten/kota yang kabupaten/kota yang Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
mencapai 80% imunisasi Pengelolaan balita dari keluarga mencapai 80% imunisasi mencapai 80% imunisasi Perorangan Dan Balita
dasar lengkap pada bayi. Layanan Kota miskin dan rentan dasar lengkap pada bayi. dasar lengkap pada bayi Upaya Kesehatan
meningkat mencapai 96,7 Masyarakat
%

3.3.1.(a) Prevalensi HIV pada Kualitas kehidupan Mengakhiri dan Menurunnya prevalensi Prevalensi HIV pada Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
populasi dewasa. keluarga memerangi epidemi HIV pada populasi populasi dewasa menurun Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Pengelolaan AIDS dewasa. mencapai 0,17 % Perorangan Dan Orang dengan Risiko
Layanan Kota Upaya Kesehatan Terinfeksi HIV
Masyarakat

3.4.1.(b) Prevalensi tekanan darah Kualitas kehidupan Mencegah dan Menurunnya prevalensi Prevalensi tekanan darah Program Pemenuhan Pengelolaan Dinas
tinggi. keluarga mengobati penyakit tekanan darah tinggi. tinggi menurun mencapai Upaya Kesehatan Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Pengelolaan tidak menular 24,7 % Perorangan Dan Penderita Hipertensi
Layanan Kota Upaya Kesehatan
Kualitas Lingkungan Masyarakat
Hidup

3.7.1.(a) Angka prevalensi Kualitas kehidupan Menjamin akses Meningkatnya angka Angka prevalensi Program Pembinaan Pengendalian dan Dinas Sosial
penggunaan metode keluarga universal terhadap prevalensi penggunaan penggunaan metode Keluarga Berencana Pendistribusian
kontrasepsi (CPR) semua Pengelolaan layanan kesehatan metode kontrasepsi (CPR) kontrasepsi (CPR) semua (KB) Kebutuhan Alat dan
cara pada Pasangan Usia Layanan Kota seksual dan reproduksi, semua cara pada cara pada Pasangan Usia Obat Kontrasepsi serta
Subur (PUS) usia 15-49 termasuk keluarga Pasangan Usia Subur Subur (PUS) usia 15-49 Pelaksanaan
tahun yang berstatus berencana (PUS) usia 15-49 tahun tahun yang berstatus Pelayanan KB di
kawin. yang berstatus kawin. kawin, terus meningkat Daerah
mencapai 70 % Kabupaten/Kota

3.7.2.(a) Total Fertility Rate (TFR). Kualitas kehidupan Menjamin akses Menurunnya tingkat Total Tingkat Total Fertility Rate Program Pembinaan Promosi dan KIE Dinas Sosial
keluarga universal terhadap Fertility Rate (TFR). (TFR) menurun mencapai Keluarga Berencana Program KKBPK
Pengelolaan layanan kesehatan 2,1 % (Kb) Melalui Media Massa
Layanan Kota seksual dan reproduksi, Cetak dan Elektronik
termasuk keluarga serta Media Luar
berencana Ruang
3.8.2.(a) Cakupan Jaminan Kualitas kehidupan Memberikan upaya Meningkatnya proporsi Proporsi peserta jaminan Program Pemenuhan Pengelolaan Jaminan Dinas
Kesehatan Nasional (JKN). keluarga perlindungan jaminan peserta jaminan kesehatan meningkat Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat Kesehatan
Pengelolaan kesehatan bagi kesehatan mencapai 97 % Perorangan Dan
Layanan Kota penduduk miskin dan Upaya Kesehatan Kerjasama dgn
rentan Masyarakat :
- BPJS
- Dinas Sosial

VI-41
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
3.b.1.(a) Persentase ketersediaan Kualitas kehidupan Menyediakan akses Meningkatnya persentase Ketersediaan obat dan Program Pemenuhan Pengadaan Obat, Dinas
obat dan vaksin di keluarga terhadap obat dan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas Upaya Kesehatan Vaksin Kesehatan
Puskesmas. Pengelolaan vaksin dasar yang vaksin di Puskesmas. mencakup 100 % Perorangan Dan
Layanan Kota terjangkau masyarakat Upaya Kesehatan
misin dan rentan Masyarakat

4 Menjamin 4.1.1.(e) Angka Partisipasi Kasar Pengelolaan Menjamin anak dari Meningkatnya APM angka partisipasi murni Program Pengelolaan Dinas
Kualitas (APK) Layanan Kota masyarakat miskin dan SMP/MTs/sederajat SMP/MTs/sederajarat Pengelolaan Pendidikan Sekolah Pendidikan
Pendidikan SMP/MTs/sederajat. rentan mendapat meningkat mencapai Pendidikan Menengah Pertama
yang Inklusif akses/berpartisipasi 103,3 % Kerjasama dgn
dan Merata terhadap pendidikan :
serta SMP/MTs/sederajat - Dinas Sosial
Meningkatka - Kementerian
n Agama
Kesempatan 4.2.2.(a) Angka Partisipasi Kasar Pengelolaan Menjamin anak dari Meningkatnya APK PAUD angka partisipasi murni Program Pengelolaan Dinas
Belajar (APK) Pendidikan Anak Layanan Kota masyarakat miskin dan SMP/MTs/sederajarat Pengelolaan Pendidikan Pendidikan
Sepanjang Usia Dini (PAUD). rentan memiliki akses meningkat mencapai 69,4 Pendidikan Pendidikan Anak Usia
Hayat untuk terhadap % Dini (PAUD) Kerjasama dgn
Semua perkembangan dan :
pengasuhan anak usia - Dinas Sosial
dini dan pra sekolah
dasar berkualitas
4.6.1.(a) Persentase angka melek Pengelolaan Menjamin semua Meningkatnya persentase persentase angka melek Program Pengelolaan Dinas
aksara penduduk umur Layanan Kota remaja memiliki angka melek aksara aksara penduduk umur Pengelolaan Pendidikan Pendidikan
≥15 tahun. Pertumbuhan kemampuan literasi penduduk umur ≥15 ≥15 tahun meningkat Pendidikan Nonformal/Kesetaraan
perekonomian kota dan numerasi tahun. mencapai 98,7 %

4.6.1.(b) Persentase angka melek Pengelolaan Menjamin semua Meningkatnya persentase persentase angka melek Program Pengelolaan Dinas
aksara penduduk umur Layanan Kota remaja dan dewasa angka melek aksara aksara penduduk umur Pengelolaan Pendidikan Pendidikan
15-24 tahun dan umur Pertumbuhan memiliki kemampuan penduduk umur 15-24 15-24 tahun dan umur 15- Pendidikan Nonformal/Kesetaraan
15-59 tahun. perekonomian kota literasi dan numerasi tahun dan umur 15-59 59 tahun meningkat
tahun. mencapai 98,7 %

VI-42
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
5 Mencapai 5.1.1* Jumlah kebijakan yang Kualitas kehidupan Mengakhiri segala Meningkatnya jumlah Jumlah kebijakan yang Program Pengarus Koordinasi dan Dinas Sosial
Kesetaraan responsif gender keluarga bentuk diskriminasi kebijakan yang responsif responsif gender Utamaan Gender Dan Sinkronisasi
Gender dan mendukung Pengelolaan terhadap perempuan gender mendukung mendukung Pemberdayaan Pelaksanaan PUG
Memberdaya pemberdayaan Layanan Kota pemberdayaan pemberdayaan Perempuan Kewenangan
kan Kaum perempuan. Pertumbuhan perempuan. perempuan semakin Kabupaten/Kota
Perempuan Perekonomian Kota meningkat
Pemberdayaan
Perempuan Bidang
Politik, Hukum, Sosial,
dan Ekonomi pada
Organisasi
Kemasyarakatan
Kewenangan
Kabupaten/ Kota
5.2.1* Proporsi perempuan Kualitas kehidupan Menghapus segala Menurunnya proporsi Proporsi perempuan Program Penyediaan Layanan Dinas Sosial
dewasa dan anak keluarga bentuk kekerasan perempuan dewasa dan dewasa dan anak Perlindungan Pengaduan
perempuan (umur 15-64 Pengelolaan terhadap perempuan anak perempuan (umur perempuan (umur 15-64 Perempuan Masyarakat bagi
tahun) mengalami Layanan Kota dewasa dan anak 15-64 tahun) mengalami tahun) mengalami Perempuan Korban
kekerasan (fisik, seksual, perempuan dalam kekerasan dalam keluarga kekerasan dalam keluarga Kekerasan
atau emosional) oleh keluarga menurun mencapai 4,7 % Kewenangan
pasangan atau mantan Kabupaten/Kota
pasangan dalam 12 bulan Program
terakhir. Perlindungan Khusus Penyediaan Layanan
Anak bagi Anak yang
Memerlukan
Perlindungan Khusus
yang Memerlukan
5.2.2.(a) Persentase korban Kualitas kehidupan Menghapus segala Meningkatnya persentase Semua korban kekerasan Program Penyediaan Layanan Dinas Sosial
kekerasan terhadap keluarga bentuk kekerasan korban kekerasan terhadap perempuan yang Perlindungan Pengaduan
perempuan yang Pengelolaan terhadap perempuan terhadap perempuan mendapat layanan Perempuan Masyarakat bagi
mendapat layanan Layanan Kota dewasa dan anak yang mendapat layanan komprehensif. Perempuan Korban
komprehensif. perempuan dalam komprehensif. Kekerasan
keluarga Kewenangan
Kabupaten/Kota

VI-43
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
5.5.1* Proporsi kursi yang Kualitas kehidupan Menjamin partisipasi Meningkatnya proporsi Proporsi kursi yang Program Pengarus Pemberdayaan Dinas Sosial
diduduki perempuan di keluarga dan kesempatan yang kursi yang diduduki diduduki perempuan di Utamaan Gender Dan Perempuan Bidang
parlemen tingkat pusat, Pertumbuhan sama bagi perempuan perempuan di parlemen parlemen tingkat pusat, Pemberdayaan Politik, Hukum, Sosial,
parlemen daerah dan Perekonomian Kota menjadi pemimpin tingkat pusat, parlemen parlemen daerah dan Perempuan dan Ekonomi pada
pemerintah daerah. dalam kehidupan daerah dan pemerintah pemerintah daerah Organisasi
politik, ekonomi dan daerah. meningkat mencapai 23,3 Kemasyarakatan
masyarakat % Kewenangan
Kabupaten/ Kota
5.b.1* Proporsi individu yang Kualitas kehidupan Meningkatnya Meningkatnya proporsi Proporsi individu yang Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
menguasai/memiliki keluarga pemberdaan individu yang menguasai/memiliki Informasi Dan dan Komunikasi Publik
telepon genggam. Pengelolaan perempuan berupa menguasai/memiliki telepon genggam Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
Layanan Kota penggunaan teknologi telepon genggam. meningkat mencapai 78,8 Kabupaten/Kota
Pertumbuhan informasi dan %
Perekonomian Kota komunikasi yang
memberikan
kemampuan
8 Meningkatka 8.1.1.(a) PDB per kapita. Kualitas kehidupan Mempertahankan Meningkatnya PDB per PDB per kapita meningkat Pemberdayaan Pemberdayaan Usaha Bappeda
n keluarga pertumbuhan ekonomi kapita mencapai 73,62 juta / Usaha Menengah, Mikro yang Dilakukan
Pertumbuha Pertumbuhan per kapita kapita rupiah Usaha Kecil, Dan melalui Pendataan,
n Ekonomi Perekonomian Kota Usaha Mikro (Umkm) Kemitraan,
yang Inklusif Kemudahan Perizinan,
dan Penguatan
Berkelanjuta Kelembagaan dan
n, Koordinasi dengan
Kesempatan Para Pemangku
Kerja yang Kepentingan
Produktif dan
8.3.1.(a) Persentase tenaga kerja Kualitas kehidupan Mendukung kegiatan Meningkatnya persentase Persentase tenaga kerja Peran Industri Dan Penerbitan Dinas
Menyeluruh,
formal. keluarga produktif, penciptaan tenaga kerja formal formal terus meningkat UMKM Belum Perpanjangan IMTA Ketenagakerjaa
serta
Pertumbuhan lapangan kerja layak, mencapai 119.427 orang Mengangkat yang Lokasi Kerja n
Pekerjaan
Perekonomian Kota kewirausahaan, Perekonomian dalam 1 (Satu) Daerah
yang Layak
kreativitas dan inovasi, Daerah Dan Kabupaten/Kota
untuk Semua
dan mendorong Kesejaheraan
formalisasi dan Masyarakat
pertumbuhan usaha
mikro, kecil, dan
menengah
9 Membangun 9.c.1* Proporsi penduduk yang Kualitas kehidupan Meningkatkan akses Meningkatnya proporsi Proporsi penduduk yang Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
Infrastruktur terlayani mobile keluarga terhadap teknologi penduduk yang terlayani terlayani mobile Informasi Dan dan Komunikasi Publik
yang broadband. Pertumbuhan informasi dan mobile broadband. broadband meningkat Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
Tangguh, Perekonomian Kota komunikasi, secara mencapai 96,33 % Kabupaten/Kota

VI-44
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
Meningkatka universal dan
n Industri terjangkau internet
Inklusif dan
Berkelanjuta
n, serta
Mendorong 9.c.1.(a) Proporsi individu yang Kualitas kehidupan Meningkatkan akses Meningkatnya proporsi Proporsi individu yang Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
Inovasi menguasai/memiliki keluarga terhadap teknologi individu yang menguasai/memiliki Informasi Dan dan Komunikasi Publik
telepon genggam Pertumbuhan informasi dan menguasai/memiliki telepon genggam Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
Perekonomian Kota komunikasi, secara telepon genggam meningkat mencapai 79,5 Kabupaten/Kota
universal dan %
terjangkau internet
9.c.1.(b) Proporsi individu yang Kualitas kehidupan Meningkatkan akses Meningkatnya proporsi Proporsi individu yang Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
menggunakan internet keluarga terhadap teknologi individu yang menggunakan internet Informasi Dan dan Komunikasi Publik
Pertumbuhan informasi dan menggunakan internet meningkat mencapai 85 % Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
Perekonomian Kota komunikasi, secara Kabupaten/Kota
universal dan
terjangkau internet
10 Mengurangi 10.1.1* Koefisien Gini. Kualitas kehidupan Mempertahankan Menurunnya Koefisien Koefisien Gini semakin Program Fasilitasi Bantuan Dinas Kominfo
Kesenjangan keluarga pertumbuhan Gini. menurun mencapai 0,37 Perlindungan Dan Sosial Kesejahteraan
Intra- dan Pertumbuhan pendapatan penduduk Jaminan Sosial Keluarga
Antarnegara Perekonomian Kota yang berada di bawah Fasilitasi Bantuan
40% dari populasi pada Pengembangan
tingkat yang lebih Ekonomi Masyarakat
tinggi dari rata-rata.
16 Menguatkan 16.6.1.(c) Persentase penggunaan Kapasitas Tata Mengembangkan Meningkatnya Persentase penggunaan E- Pengelolaan Barang Pengelolaan LPSE
Masyarakat E-procurement terhadap Kelola Pemerintah lembaga yang efektif, penggunaan E- procurement terhadap Dan Jasa Pengadaan Barangdan
yang Inklusif belanja pengadaan. Kota akuntabel, dan procurement terhadap belanja pengadaan Jasa
dan Damai transparan di semua belanja pengadaan. meningkat mencapai 80 % PengelolaanLayanan
untuk tingkat. Pengadaan Secara
Pembanguna Elektronik
n Pembinaan dan
Berkelanjuta Advokasi Pengadaan
n, Barang dan Jasa
Menyediaan 16.7.1.(a) Persentase keterwakilan Kapasitas Tata Menjamin pengambilan Meningkatnya persentase Persentase keterwakilan Program Pengarus Pemberdayaan Dinas Sosial
Akses perempuan di Dewan Kelola keputusan yang keterwakilan perempuan perempuan di DPRD Utamaan Gender Dan Perempuan Bidang dan PPPA
Keadilan Perwakilan Rakyat (DPR) Pemerintahan Kota responsif, inklusif, di DPRD. meningkat mencapai 12 % Pemberdayaan Politik, Hukum, Sosial,
untuk dan Dewan Perwakilan partisipatif dan Perempuan dan Ekonomi pada
Semua, dan Rakyat Daerah (DPRD). representatif di setiap Organisasi
Membangun tingkatan. Kemasyarakatan
Kelembagaan Kewenangan
yang Efektif, Kabupaten/ Kota

VI-45
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
Akuntabel, 16.9.1* Proporsi anak umur di Kualitas kehidupan Menjamin pengambilan Meningkatnya proporsi Semua anak umur di Program Pendaftaran Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
dan Inklusif bawah 5 tahun yang keluarga keputusan yang anak umur di bawah 5 bawah 5 tahun yang Penduduk Pendaftaran
di Semua kelahirannya dicatat oleh Pengelolaan responsif, inklusif, tahun yang kelahirannya kelahirannya dicatat oleh Penduduk
Tingkatan lembaga pencatatan sipil, Layanan Kota partisipatif dan dicatat oleh lembaga lembaga pencatatan sipil
menurut umur. representatif di setiap pencatatan sipil
tingkatan.
16.9.1.(a) Persentase kepemilikan Kualitas kehidupan Memberikan identitas Meningkatnya persentase Persentase penduduk 40% Program Pendaftaran Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
akta lahir untuk keluarga yang syah bagi semua, kepemilikan akta lahir berpendapatan bawah Penduduk Pendaftaran
penduduk 40% Pengelolaan termasuk pencatatan untuk penduduk 40% memiliki akta lahir Penduduk
berpendapatan bawah. Layanan Kota kelahiran. berpendapatan bawah. meningkat mencapai 93 %

16.9.1.(b) Persentase anak yang Kualitas kehidupan Memberikan identitas Meningkatnya persentase Seluruh anak memiliki Program Pendaftaran Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
memiliki akta kelahiran. keluarga yang syah bagi semua, anak memiliki akta akta kelahiran Penduduk Pendaftaran
Pengelolaan termasuk pencatatan kelahiran Penduduk
Layanan Kota kelahiran.

16.10.2.(c) Jumlah kepemilikan Kualitas kehidupan Meningkatkan kuaitas Meningkatkan jumlah Semua Pejabat Pengelola Program Pengelolaan Penguatan Kapasitas Dinas Kominfo
sertifikat Pejabat keluarga PPID dalam mengelola kepemilikan sertifikat Informasi dan Informasi Dan Sumber Daya
Pengelola Informasi dan Pengelolaan informasi dan dokumen Pejabat Pengelola Dokumentasi (PPID) Komunikasi Publik Komunikasi
Dokumentasi (PPID) Layanan Kota daerah Informasi dan memiliki sertifikat Publik
untuk mengukur kualitas Kapasitas Tata Dokumentasi (PPID)
PPID dalam menjalankan Kelola Pemerintah
tugas dan fungsi Kota
sebagaimana diatur
dalam peraturan
perundang-undangan.
17 Menguatkan 17.6.2.(b) Tingkat penetrasi akses Kualitas kehidupan Meningkatkan Meningkatnya tingkat Tingkat penetrasi akses Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
Sarana tetap pitalebar (fixed keluarga kerjasama regional dan penetrasi akses tetap tetap pitalebar meningkat Informasi Dan dan Komunikasi Publik
Pelaksanaan broadband) di Perkotaan Pengelolaan internasional; akses pitalebar mencapai 70 % Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
dan dan di Perdesaan. Layanan Kota terhadap sains, Kabupaten/Kota
Merevitalisas Pertumbuhan teknologi dan inovasi;
i Kemitraan Perekonomian Kota dan meningkatkan
Global untuk berbagi pengetahuan,
Pembanguna melalui koordinasi dan
n mekanisme fasilitasi
teknologi global.

VI-46
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SASARAN STRATEGIS TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN OPD
PELAKSANA
Berkelanjuta 17.6.2.(c) Proporsi penduduk Kualitas kehidupan Meningkatkan Meningkatnya proporsi Seluruh penduduk Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
n terlayani mobile keluarga kerjasama regional dan penduduk terlayani terlayani mobile Informasi Dan dan Komunikasi Publik
broadband Pengelolaan internasional; akses mobile broadband broadband Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
Layanan Kota terhadap sains, Kabupaten/Kota
Pertumbuhan teknologi dan inovasi;
Perekonomian Kota dan meningkatkan
berbagi pengetahuan,
melalui koordinasi dan
mekanisme fasilitasi
teknologi global.
17.8.1* Proporsi individu yang Kualitas kehidupan Operasional bank Meningkatnya proporsi Proporsi penduduk yang Program Pengelolaan Pengelolaan Informasi Dinas Kominfo
menggunakan internet. keluarga teknologi dan sains, individu yang menggunakan internat Informasi Dan dan Komunikasi Publik
Pengelolaan mekanisme menggunakan internet. mencapai 84,5 % Komunikasi Publik Pemerintah Daerah
Layanan Kota pembangunan Kabupaten/Kota
Pertumbuhan kapasitas teknologi dan
Perekonomian Kota inovasi; dan
meningkatkan
penggunaan teknologi
yang memampukan,
khususnya teknologi
informasi dan
komunikasi.
17.19.2.(b) Tersedianya data Kualitas kehidupan Mengembangkan Tersedianya data Data registrasi terkait Program Pendaftaran Penyelenggaraan Dinas Dukcapil
registrasi terkait keluarga inisitatif pengukuran registrasi terkait kelahiran kelahiran dan kematian Penduduk Pendaftaran
kelahiran dan kematian Pengelolaan atas kemajuan dan kematian (Vital (Vital Statistics Register) Penduduk
(Vital Statistics Register) Layanan Kota pembangunan Statistics Register) tersedia
berkelanjutan, dan
mendukung
pengembangan
kapasitas statistik di
negara berkembang.
17.19.2.(c) Jumlah pengunjung Pengelolaan Mengembangkan Meningkatnya jumlah Semua pengunjung Program Informasi Pemerintah Daerah Dinas Kominfo
eksternal yang Layanan Kota inisitatif pengukuran pengunjung eksternal eksternal dapat Dan Komunikasi Kabupaten/Kota
mengakses data dan Pertumbuhan atas kemajuan yang mengakses data dan mengakses data dan
informasi statistik melalui Perekonomian Kota pembangunan informasi statistik melalui informasi statistik melalui
website. berkelanjutan, dan website. website.
mendukung
pengembangan
kapasitas statistik di
negara berkembang.

VI-47
KLHS RPJMD Kota Pematangsiantar 2021 – 2026

VI-48
LAMPIRAN
JADWAL PELAKSANAAN KLHS RPJMD KOTA PEMATANGSIANTAR 2021-2026
NO KEGIATAN KETERANGAN BULAN
I II
1 Pembentukan Tim Pembuat / Pokja KLHS RPJMD
2 Penyusunan KAK dan Persiapan Administrasi
3 Kick Off Rapat, 17 Nov. (half day)
4 Identifikasi dan Pengumpulan Data Rapat Internal
a. Identifikasi Indikator
b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
c. Kondisi Umum Daerah
5 Analisis Data
a. Analisis Capaian Indikator TPB
b. Analisis Permasalahan dan Isu Strategis TPB
c. Analisis KLHS/DDDT LH
6 Uji Publik I Konsultasi Publik, 2 Des. (half day)
7 Kajian Proyeksi dan Alternatif Skenario
a. Proyeksi Capaian
b. Perumusan Alternatif dan Rekomendasi
8 Uji Publik II Konsultasi Publik, 15 Des. (half day)
9 Pembuatan Laporan
10 Penjaminan Kualitas
11 Pendokumentasian
KICK OFF
PEMBUATAN KLHS RPJMD KOTA
PEMATANG SIANTAR 2021-2024
Kick Off
Pematang Siantar, 26 Oktober 2020
AGENDA PILKADA SERENTAK 2020
(Perppu No. 2 Tahun 2020 dan PKPU No. 5 Tahun 2020

TAHAPAN PEMILIHAN PILKADA SERENTAK


DIMULAI (a.l : Tahap Pemenuhan
6 JUNI 2020 Persyaratan Paslon; Tahap pendaftaran
dan Penetapan Paslon, Sengketa TUN,
Kampanye)

MASA TENANG DAN PEMBERSIHAN 6 – 8 DESEMBER 2020


ALAT PERAGA

9 DESEMBER 2020 PEMUNGUTAN SUARA


Permendagri no. 86 Tahun 2017

Pasal 4, Prinsip penyusunan dokumen pembangunan daerah :


a. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
b. Dilakukan pemerintah Daerah bersama para pemangku kepentingan
berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.
c. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan Daerah;
d. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-
masing Daerah, sesuai dengan dinamika perkembangan Daerah dan
nasional.
Pasal 5,
Pasal 153, Kaidah perumusan kebijakan rencana :
Rumusan penyusunan rencana pembangunan daerah : a. analisis gambaran umum kondisi Daerah;
• Transparan, b. analisis keuangan Daerah;
• Responsive, c. sinkronisasi kebijakan dengan rencana pembangunan lainnya;
• Efisien, d. KLHS;
• Efektif, e.perumusan permasalahan pembangunan dan analisis isu
• Akuntabel strategis Daerah;
• Partisipatif, f. perumusan dan penjabaran visi dan misi;
• Terukur, g.perumusan tujuan, sasaran dan sasaran pokok;
h. perumusan strategi dan arah kebijakan;
• berkeadilan,
i. perumusan prioritas pembangunan Daerah;
• berwawasan lingkungan dan j. perumusan sasaran, program dan kegiatan Perangkat Daerah;
• berkelanjutan. k. penelaahan pokok-pokok pikiran DPRD.
INTEGRASI BERBAGAI KEBIJAKAN DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN RPJMD

KEBIJAKAN/
NSPK LAINNYA VISI DAN MISI
KEPALA DAERAH

RANCANGAN RANCANGAN
RANCANGAN
TEKNOKRATIS AKHIR RPJMD
AWAL RPJMD
RPJMD
RPJMN
2020 - 2024

RENSTRA PD

MUSRENBANG
UU 32/2009 - DEFINISI DAN INSTRUMEN Pembangunan berkelanjutan

• Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang


memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan

Instrumen Pembangunan
Berkelanjutan

 KLHS  rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan


partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip Pembangunan
Berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program
Definisi KLHS secara sederhana dan umum

Kebijakan

Rencana KLHS
Program

Proyek Amdal

OECD-DAC, 2016

Definisi (sangat) sederhana: kajian, kebijakan, rencana dan program,


berlawanan dengan proyek
Kata strategis digunakan untuk membedakan level
penerapan di atas level proyek – level program, rencana, dan
kebijakan.
Visi Kebijakan

Misi

Tujuan
Rencana KLHS

Sasaran

Arah
Kebijakan

Program
Program

Kegiatan

Komponen
Input
Proyek AMDAL

Tahapan
KLHS dapat menciptakan konteks untuk
pembangunan

PEMBANGUNAN

Amdal

KLHS
Sosial

Ekonomi

Biofisika

LINGKUNGAN
Proaktif versus Reaktif

Sebab dari sebuah tindakan

Efek dari sebuah tindakan


Berbasis Berbasis Efek
strategis

Partidário, 2007
Konsep Perbandingan Dasar Lainnya (Partidário, 2012)

- Strategis vs operasional
- Berpikir Sistem vs Berpikir Silo
Strategic

= Taktik
Operational

- Kompleksitas vs sulit dipahami - Berpandangan ke depan vs


(complicated) Pemecahan Masalah
sederhana komplikasi kompleks
Pohon
Masalah
Menipisnya
sumber daya alam
Hilangnya
Keanekaragaman Keadilan dan
Hayati kesenjangan
Ketersediaan

AMDAL
kemiskinan dan Kualitas Air Kemacetan Proyek
Gejala masalah Kualitas Pembangunan
udara
Resiko lingkungan
Kurangnya kapasitas hidp
SDM dan institusi
Pilihan dan prioritas
Kebijakan dalam
Penyebab masalah
perencanaan dan
persamaa
pemrograman
n

KLHS
potensi
tujuan
Nilai-nilai Fitur alami

hambatan Isu-isu ekonomi


Polapikir (
Akar penyebab Isu sosial
budaya
permasalahan Konteks Pembangunan
KLHS dalam PP no. 46/2016
Didapat dari Konsultasi Publik dg Para Pemangku K
Hasil No. 1, ditelaah dg pisau analisis Ps 9 ayat (1)
Hasil No. 2, ditelaah dg pisau analisis Ps 9 ayat (2)
Identifikasi semua materi KRP, ditelaah dg pisau
analisis Ps 3 ayat (2) atau Penjelasan Ps 15 UU 32/09
Analisis pengaruh hasil No 3 dg hasil No 4
Kajian DDDT, JE, SDA, PI, Kehati, Resiko Dampak
LH
Perubahan :Tujuan, Strategi pencapaian,
ukuran/skala, lokasi, proses/metode, penundaan,
rambu mempertahankan ekosistem, mitigasi
Perbaikan KRP, Keg/usaha yang telah melampaui
DDDT tidak boleh lagi
Oleh penyusun KRP
KERANGKA RTRW RZWP3K RPJP/M KRP KRP Masy
PIKIR
1
Identikasi Isu PB Identifikasi Materi
4 Muatan KRP
2 Isu PBYang Paling
Strategis
Materi Muatan KRP
3 Isu PB Prioritas yang berdampak
Konsultasi
Publik
5 Analisis Pengaruh

6 DDDT Resiko JE SDA PI KEHATI

Rekomendasi Penjaminan Pendoku-


Rumusan Perbaikan VALIDASI
7 Alternatif Kualitas mentasian
KRP 9 10
8 11
KLHS Dalam Permendagri No.7 Tahun 2018
• KLHS Ex-Poste
• Isu strategis adalah isu KRP yg memiliki

Permendagri
dampak Lingkungan Hidup
KLHS Menurut PP 46

67/2012
• Fokus pada Lingkungan Hidup Tahun 2016 dan
• Mengakomodir isu lingkungan hidup, Permen LH No. 69
ekonomi, dan sosial Tahun 2017

• KLHS Ex-Ante
• Isu strategis adalah isu SDGs KLHS RPJMD  analisis
sistematis, menyeluruh, dan
• Fokus pada pencapaian target SDGs partisipatif yang menjadi
Permendagri

• Mengakomodir isu: dasar untuk


7/2018

• SDGs: LH, Ekonomi, Sosial, Hukum mengintegrasikan tujuan


dan Tata Kelola pembangunan
• Termasuk integrasi berbagai berkelanjutan ke dalam
kebijakan strategis pembangunan dokumen RPJMD
nasional
INTEGRASITPB/SDGsDalamTahapanPenyusunanRPJMD
Pengintegrasian SDGs dalam Perencanaan Daerah dilakukan sebelum
penyusunan Rancangan Awal RPJMD
Pelantikan

Persiapan Penyusunan Penyusunan Rancangan Perumusan Rancangan Akhir


Tahap 1

Tahap 3

Tahap 5
Tahap 2

Tahap 4

Tahap 6
Penyusunan KLHS RPJMD Penyusunan Rancangan Awal Musrenbang
Penetapan

Esensi Musrenbang Tujuan

Tujuan Output Fungsi 1. Pendapatan masyarakat;


Rancangan RPJMD Landasan PEMDA 2. Kesempatan kerja;
Penajaman, Penyelarasan, & 3. Lapangan berusaha;
Yang Berkualitas dan melaksanakan pembangunan
Klarifikasi 4. Akses dan kualitas
Berkelanjutan daerah yang berkelanjutan
pelayanan publik; dan
5. Daya saing Daerah.
Tahap Pelaksanaan KLHS RPJMD
PEMBUATAN PEMANFAATAN

 Pengkajian  Perumusan skenario RPJPD dan RPJMD


 Gambaran Umum
Melakukan identifikasi, Alternatif Proyeksi :  Permasalahan dan isu
pengumpulan dan analisis  Tanpa Upaya strategis
data: Tambahan/BAU dan  Tujuan dan sasaran
 kondisi umum  Dengan Upaya  Arah Kebijakan
daerah, Tambahan

 capaian indikator
Alternatif Proyeksi:
TPB dan
 Isu Strategis RAD TPB PROVINSI
 pembagian peran  Permasalahan  Usulan Prog dan Keg
 Sasaran Strategis Daerah
 Usulan Prog dan Keg
PENJAMINAN KUALITAS Pemerintah pusat di
daerah
PENDOKUMENTASIAN  Usulan Prog dan Keg
Non Pemerintah
VALIDASI
KERANGKA
PIKIR Indikator TPB/SDGs

1 Identifikasi Capaian TPB 2


Analisis LKPJ
A. Indikator TPB SUDAH
dilaksanakan SUDAH mencapai
target  Program dan kegiatan
Konsultasi B. Indikator TPB SUDAH
dilaksanakan BELUM mencapai
target

terkait TPB
APBD untuk TPB

Publik C. Indikator TPB BELUM


dilaksanakan BELUM mencapai
target
D. Indikator TPB belum ada data 3
ANALISIS CAPAIAN TPB
BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS,
KEUANGAN DAERAH, PERAN PARA
PIHAK

5
2 Isu 4
Strategis/Permasalaan DDDT Resiko JE SDA PI KEHATI

8 9 10
6 7 Rekomendasi Pendoku-
Pencapaian VALIDASI
Sasaran Strategis Alternatif/Skenario mentasian
TPB
PP 46 Tahun 2016 Permendagri 7 Tahun 2018
1 Bintek Penyusunan KLHS Untuk Tim Pokja
2 Identifikasi Indikator SDGs
3 Analisis Kondisi Umum Daerah
a. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
b. Kondisi Geografis dan Demografis
c. Kondisi Keuangan Daerah
4 Capaian Indikator PB Yang Relevan
a. Analisis Capaian Indikator TPB
b. Analisis Permasalahan, Isu Strategis dan Isu Perioritas
5 Analisis Pembagian Peran Para Pihak
6 Skenario Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan
a. Proyeksi Capaian Indikator TPB Tanpa Upaya Tambahan
b. Proyeksi Capaian Indikator TPB dengan Upaya
Tambahan
7 Perumusan Alternatif
8 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan KRP
9 Integrasi Hasil KLHS kedalam KRP
10 Validasi dan Penyampaian Hasil Pelaksanaan KLHS
(Seminar Akhir)
Permendagri 86 Tahun 2017

Disusun pada
tahap RANWAL
Pemendagri 7 Tahun 2018

Disusun pada
tahap RANTEK
FRAME WORK PELAKSANAAN
KLHS RPJMD

Prespektif Rencana (Masa Akan Datang)

Prespektif Evaluasi (Masa Lalu) Penetapan RPJMD


6 bulan
1 bulan

Persiapan RANWAL RANHIR

Pembuatan KLHS RPJMD Penelaahan KLHS RPJMD

Pembuatan KLHS RPJMD dilakukan Pemanfaatan KLHS RPJMD dilakukan


hingga sebelum RANWAL atau pada proses penyusunan
Rancangan Teknokratik Rancangan Awal RPJMD

Permendagri 7 Tahun 2018 mengatur PP 46 Tahun 2016 dan Permendagri No 86


pada tahapan ini. KLHS disusun dgn Tahun 2017 mengatur penyusunan KLHS
pendekatan EX-Ante pada tahapan ini. KLHS disusun dengan
pendekatan EX-Poste.
AGENDA PENYUSUNAN KLHS RPJMD
NO KEGIATAN KETERANGAN BULAN
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1 Kick Off Rapat Internal
2 Penetapan Pemangku Kepentingan
3 Rapat Awal Pokja Rapat Internal
4 Pemetaan Indikator TPB
5 Pengumpulan Data Rapat Internal
a. Kondisi Umum Kota
b. Realisasi Pencapaian Indikator TPB
c. Pembiayaan Program Pencapaian TPB
d. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
6 Analisis Rapat Internal
a. Analisis Isu Perkembangan Kota dan Status DDDTLH
b. Analisis Pencapaian Indikator
c. Analisis Peran Para Pihak dlm Pencapaian Indikator
d. Analisis Isu Pembangunan Berkelanjutan
7 Konsultasi Publik Half Day
8 Skenario Proyeksi Pencapaian
a. Proyeksi Capaian Tanpa Upaya Tambahan
b. Skenario Proyeksi Capaian Dengan Upaya Tambahan
9 Perumusan Rekomendasi Pencapaian TPB Rapat Internal
10 Konsultasi Publik Full Day
11 Pembuatan Laporan dan Dokumentasi
12 Penjaminan Kualitas Rapat Internal
13 Validasi Rapat
MEKANISME PENYUSUNAN KLHS CONTOH TAHAPAN PEMBUATAN
RPJMD (PERMENDAGRI 7/2018) KLHS RPJMD

Pembentukan Tim Pembuat Kick Off 1 minggu


KLHS RPJMD
Membentuk Tim Pembuat KLHS RPJMD 2 minggu

Identifikasi dan Pengumpulan Data 4 minggu

Pengkajian Pembangunan
Analisis Data 2 minggu
Berkelanjutan
Konsultasi Publik I 1 minggu

Alternatif Proyeksi 2 minggu


Perumusan Skenario
Konsultasi Publik II 1 minggu

Pembuatan Laporan 4 minggu

Penjaminan Kualitas 1 minggu


Penjaminan Kualitas,
Pendokumentasian, dan Pendokumentasian Total=19 minggu
Validasi
Validasi Penelaahan 1
minggu Rapat Kecil dlm kantor

Rapat Halfday/Fullday
KERANGKA PIKIR
1
Capaian
Indikator 3
SDGs

Permasalahan,
Isu Strategis,
Isu Perioritas
2
Daya Dukung
dan Daya
Tampung
Lingkungan
KERANGKA PIKIR

Permasalahan Capaian
Indikator
SDGs
Isu Strategis

Isu Perioritas

Daya Dukung
Isu Strategis dan Daya
Tampung
Lingkungan
Permasalahan
KERANGKA PIKIR

Permasalahan
Capaian Indikator
SDGs
Isu Strategis

Isu Perioritas
Daya Dukung dan
Isu Strategis Daya Tampung
Lingkungan
Permasalahan
KERANGKA PIKIR

4 5 6

Rekomendasi
Sasaran Alternatif
(Apa yang
Strategis (Bagaimana
harus segera
(Proyeksikan Merealisasikan
dilaksanakan
Target) Sasaran ?)
?)
DAYA DUKUNG DAN DAYA
TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

t
TARGET PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
• SDGs adalah target yang cukup ambisius.
Sementara sumber daya terbatas.
• Untuk mengoptimalisasikan sumber daya
tersebut kita perlu memahami sasaran apa yang
perlu diprioritaskan dan apa landasannya.

SASARAN SDGS Gap dalam pencapaian TPB

Diperlukan upaya tambahan


dalam pencapaian TPB

KONDISI SAAT INI PROYEKSI


BERDASARKAN TREN
HISTORIS

Penentuan Target
Pencapaian TPB di daerah
perlu mempertimbangkan
kondisi DDDT lingkungan
hidup
SEKARANG 2030
ANALIS ISU-ISU UTAMA

Isu Utama 1: Ketersediaan SDA


Isu Utama 1 Isu Utama 3 Isu Utama 2 : Konsumsi SDA
Isu Utama 3 : Target TPB
SASARAN TPB
Isu Utama 4 : Kemampuan
Isu Utama 2
untuk menyelesaikan isu-isu

GAP

KONDISI SAAT INI

PROYEKSI
BERDASARKAN
TREN HISTORIS

SEKARANG 2019 2030

Isu Utama 4
SUBSTANSI PERMENDAGRI NOMOR 7 TAHUN 2018
TATA CARA PEMBUATAN KLHS RPJMD

Pembentukan Tim Pembuat KLHS RPJMD


Pembentukan
Tim Pembuat
• ditetapkan dengan keputusan
KLHS RPJMD kepala daerah.
• dikoordinasikan oleh Dalam melaksanakan
Pengkajian
Sekretariat Daerah bersama tugasnya tim pembuat
Pembangunan dengan perangkat daerah yang KLHS RPJMD melibatkan:
Pasal 3 Berkelanjutan membidangi perencanaan • Ormas,
Pembuatan
pembangunan daerah dan • Filantropi,
KLHS RPJMD dengan perangkat daerah yang • Pelaku Usaha,
melaksanakan tugas urusan
• Akademisi dan
Perumusan lingkungan hidup.
Skenario • pihak terkait lainnya
Pembangunan • beranggotakan perangkat sesuai dengan
Berkelanjutan daerah terkait sesuai dengan ketentuan peraturan
kompetensi dan kebutuhan perundang-undangan
dalam pembuatan KLHS
RPJMD
Penjaminan
kualitas,
pendokumentasian
dan validasi KLHS
RPJMD
SUBSTANSI PERMENDAGRI NOMOR 7 TAHUN
2018 TATA CARA PEMBUATAN KLHAS RPJMD
Pengkajian Pembangunan Berkelanjutan
Pembentukan
Tim Pembuat Gambaran kondisi umum • Daya dukung dan daya tampung LH
KLHS RPJMD daerah • Kondisi Geografis, Demografis, dan
• Keuangan Daerah

Pengkajian
Pembangunan
Berkelanjutan Capaian indikator tujuan Analisis kondisi pencapaian tujuan
Pasal 3
Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan
Pembuatan Berkelanjutan yang relevan
KLHS
RPJMD
gambaran kondisi pencapaian tujuan
Perumusan
Pembangunan Berkelanjutan
Skenario
Pembangunan
Berkelanjutan
Pembagian peran antara
Pemerintah, Pemerintah analisis kontribusi dari Pemerintah,
Daerah, Ormas, Filantropi, Pemerintah Daerah, Ormas, Filantropi,
Pelaku Usaha, serta Pelaku Usaha, serta Akademisi dan
Penjaminan
kualitas, Akademisi pihak terkait lainnya
pendokumentasian
dan validasi KLHS
RPJMD
perumusan
Apakah Sumberdaya
skenario Pembangunan Berkelanjutan alam yang dibutuhkan
dapat dipenuhi dari
Daerah Tersebut ?
Pembentukan
Tim Pembuat PERLU ANALISIS
KLHS RPJMD  Pencapaian Target
Hasil TUP
gambaran BAHAN Memproyeksi s.d Akhir  Pencapaian Target
RUMUS kan kondisi periode Nasional
Pengkajian
kondisi AN
daerah RPJMD  DAYA DUKUNG
Pembangunan daerah DAN DAYA TAMPUNG
Pasal 3 Berkelanjutan LINGKUNGAN HIDUP
 Pertimbangan lain
Pembuatan - Time Series sesuai kebutuhan
KLHS - Trend daerah
RPJMD perkembangan alternatif proyeksi
Perumusan tanpa upaya dengan upaya
Skenario
Pembangunan
tambahan tambahan
Hasil Alternatif Proyeksi
Berkelanjutan
(Rumusan Skenario) :
 Isu Strategis
 Permasalahan
• Hanya berdasar • Target TPB belum  Sasaran Strategis
Penjaminan Trend dicapai
kualitas, LAPORAN KLHS RPJMD :
• Target TPB yg • Target Kebutuhan
pendokumentasian  Laporan Induk KLHS RPJMD
dapat dicapai hrs dipenuhi  Ringkasan Eksklusif
dan validasi KLHS
RPJMD  Tahapan Proses Pembuatan
KLHS RPJMD
SUBSTANSI PERMENDAGRI NOMOR 7 TAHUN Contoh Form Penjaminan Kualitas

2018 TATA CARA PEMBUATAN KLHAS RPJMD Contoh Modul Ringkasan Eksekutif

PENJAMINAN KUALITAS Contoh Form Tahapan Proses Pembuatan KLHS


PRJMD
Contoh Form Penelaahan Integrasi KLHS kedalam
Pembentukan RPJMD (PDF)
Tim Pembuat
KLHS RPJMD

Pengkajian
Pembangunan KLHS TERBUKA DAN
DAPAT DIAKSES OLEH  Kepala Daerah secara mandiri
Pasal 3
Berkelanjutan
PUBLIK
 PENJAMINAN KUALITAS
Pembuatan
KLHS LAPORAN 1. Pembuktian berupa :
RPJMD KLHS RPJMD o SK Pembentukan Tim
o Jadwal Kegiatan Pembuatan KLHS
RPJMD
Perumusan 1. Lahopran o BA Kegiatan yang sudah dilaksanakan
Skenario Induk KLHS o Laporan KLHS RPJMD
Pembangunan
RPJMD 1. Penjaminan Kualitas :
Berkelanjutan Mendukung
2. Ringkasan o Isu Strategis
o Permasalahan Pembangunan
Eksekutif Berkelanjutan
o Sasaran Strategis
3. Tahapan
Penjaminan Proses  Ditanda tangani oleh Kepala Daerah
kualitas,
Pembuatan
pendokumentasian
KLHS RPJMD  Sifat terbuka dan dapat diakses oleh Publik
dan validasi KLHS
RPJMD
PERMENDAGRI 7/2018

Pemanfaatan/Integrasi KLHS dalam Penyusunan RPJMD


• Penelahaan oleh Tim Penyusun RPJMD
• Tim tsb memastikan hasil KLHS RPJMD dalam rancangan awal dokumen RPJMD

SUBSTANSI KLHS RPJMD YANG DINTEGRASIKAN PADA PENYUSUNAN RPJMD


• Gambaran Umum Kondisi Daerah
• aspek geografis dan demografis
• aspek kesejahteraan masyarakat
• aspek pelayanan umum
• aspek daya saing daerah
• Permasalahan dan Isu Strategis Daerah
• Tujuan
• Sasaran Strategis
INTEGRASI LAPORAN KLHS RPJMD KE DALAM RPJMD

KLHS RPJMD DOKUMEN RPJMD


ISU UTAMA
LAPORAN KLHS RPJMD

Dipertimbangkan

LAPORAN RPJMD
ISU STRATEGIS GAMBARAN KONDISI UMUM

Dipertimbangkan
PERMASALAHAN TUJUAN

Dipertimbangkan
REKOMENDASI SASARAN

Arah Kebijakan

Program

Kegiatan
INTEGRASI LAPORAN KLHS RPJMD KE DALAM
SISTEM E-PLANNING

KLHS RPJMD DOKUMEN RPJMD


REKOMENDASI SASARAN Indikator e-planning
Dipertimbangkan

Daftar Rekomendasi Daftar Sasaran DDDT


Tagging
REKOMENDASI 1
LAPORAN KLHS RPJMD

SASARAN 1 Indikator TPB

Tagging

LAPORAN RPJMD
REKOMENDASI 2 SASARAN 2 Kerjasama Antar
Pihak
REKOMENDASI 3

REKOMENDASI .... KEBIJAKAN


REKOMENDASI ....n

PROGRAM

KEGIATAN
Terima Kasih ….
KONSULTASI PUBLIK I
PEMBUATAN KLHS RPJMD KOTA
PEMATANG SIANTAR 2021-2024
Konsultasi Publik I
Pematang Siantar, 2 Desember 2020
1. Hasil Pencapaian
2. Proses Kajian dan Rekomendasi
3. Kegiatan Melengkapi Data
Indikator TPB

Agenda

Your Logo or Name Here 2


Kategori Pencapaian Indikator TPB
26 22
38% 32%

8
13 11%
19%
Kategori Pencapaian Jlh Indikator
Sudah Dilaksanakan, Sudah Memenuhi Target (SS) 22
Sudah Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (SB) 8
Sudah Dilaksanakan, Sudah Memenuhi Target (SS)
Belum Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (TD) 13
Sudah Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (SB)
Sudah Dilaksanakan, Belum Ada Data (B) 26
Belum Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (TD)
Jumlah 69
Sudah Dilaksanakan, Belum Ada Data (B)
Tingkat Perolehan Data 31,9%

Your Logo or Name Here 3


Capaian Target TPB
1-Mengakhiri Kemiskinan
2-Menghilangkan Kelaparan
3-Kehidupan yang Sehat dan Sejahtera
4-Pendidikan Berkualitas

Belum JUMLA 5-Kesetaraan Gender


TPB SS SB TD B
Diisi H
6-Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan
1-Mengakhiri Kemiskinan 4 1 6 5 9 25 7-Akses Energi
2-Menghilangkan Kelaparan 1 2 8 11 8-Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan
3-Kehidupan yang Sehat dan Sejahtera 1 33 34 9-Infrastruktur, Industri dan Inovasi
4-Pendidikan Berkualitas 2 3 2 3 3 13
10-Kesenjangan Intra- dan Antarnegara
5-Kesetaraan Gender 5 2 7 14
11-Kota dan Permukiman
6-Air Bersih dan Sanitasi yang Berkelanjutan 17 17
12-Pola Produksi dan Konsumsi
7-Akses Energi 2 2
13-Perubahan Iklim dan Dampaknya
8-Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan 1 2 2 2 12 19
15-Ekosistem Daratan
9-Infrastruktur, Industri dan Inovasi 1 3 3 4 11
16-Masyarakat yang Inklusif dan Damai
10-Kesenjangan Intra- dan Antarnegara 1 5 6
17-Kemitraan Global
11-Kota dan Permukiman 6 11 17
12-Pola Produksi dan Konsumsi 5 5 0 5 10 15 20 25 30 35 40
13-Perubahan Iklim dan Dampaknya 2 2 Sudah Dilaksanakan, Sudah Memenuhi Target (SS)
15-Ekosistem Daratan 4 4 Sudah Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (SB)
16-Masyarakat yang Inklusif dan Damai 4 17 21 Belum Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (TD)
17-Kemitraan Global 1 3 1 10 15 Sudah Dilaksanakan, Belum Ada Data (B)
Total 13 8 22 26 147 216 Belum Diisi Your Logo or Name Here 4
Capaian Pilar Pembangunan 120

Sudah Dilaksanakan, Sudah Memenuhi Target (SS)


Sudah Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (SB)

100 Belum Dilaksanakan, Belum Memenuhi Target (TD)


Sudah Dilaksanakan, Belum Ada Data (B)
Belum Diisi

80

60

Sudah Sudah Belum


Sudah
Dilaksanakan Dilaksanakan, Dilaksanakan,
Dilaksanakan, Belum
OPD , Sudah Belum Belum
Belum Ada Data Diisi
JUMLAH
Memenuhi Memenuhi Memenuhi
(B)
Target (SS) Target (SB) Target (TD) 40

EKONOMI 1 4 8 7 33 53
HUKUM & TATA KELOLA 4 17 21
LINGKUNGAN 8 37 45 20
SOSIAL 12 4 10 11 60 97
Total 13 8 22 26 147 216

0
EKONOMI HUKUM & TATA KELOLA LINGKUNGAN SOSIAL

Your Logo or Name Here 5


Sudah Dilaksanakan, Sudah Dilaksanakan, Belum Dilaksanakan, Sudah
No OPD Sudah Memenuhi Belum Memenuhi Belum Memenuhi Dilaksanakan, Belum Diisi JUMLAH

Capaian OPD 1BAGIAN HUKUM


2BANK INDONESIA
Target (SS) Target (SB) Target (TD) Belum Ada Data (B)
2
2
2
2
3BAPPEDDA 10
10
4BARANG/JASA 11
5BNN/DINKES 11
6BPBD 2 11 1
14
7BPS 99
8CAPIL 4 1 5
9DIKJAR 2 3 4 3 3 15
10DINAS KOPERASI 1 1 2
11DINAS KOPERASI/BI 1 1
12DINAS KOPERASI/BPS 2 2
13DINAS PARIWISATA 1 1 2 1 5
14DINKES 47 47
15DINKES/KETAHANAN 1 1
16DINSOS 7 1 4 4 1 17
17DINSOS/BPS 1 1
18DISHUB 1 1
19DISKOMINFO 1 8 9
20DLH 8 8
21INSPEKTORAT 4 4
22KESBANG 1 1
23KETAHANAN 1 2 3
24KETENAGAKERJAAN 7 7
25KETENAGAKERJAAN/BPS 1 1
26KEUANGAN DAERAH 1 1
27PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 5 5
28PERKIM 1 1
29PERKIM/DINKES 1 1
30PERLINDUNGAN ANAK 3 3
31PKP 2 2
32PKP/PUPR 1 1
33PLN 3 3
34POLRES 2 2
35POLRES/BPS 1 1
36POLRES/SATPOL 2 2
37PUPR 1 12 13
38PUPR/BAPPEDDA Your Logo or Name2 Here 2 6
39PUPR/DLH 4 4
40PUPR/PKP/KESEHATAN 5 5
Grand Total 13 8 22 26 147 216
PRODUK dan TAHAPAN
Pembuatan Pemanfaatan
Pembentukan tim
pembuat KLHS RPJMD
Pengintegrasian KLHS RPJMD
dalam dokumen RPJMD
(Ranwal)
Pengkajian Pembangunan
Berkelanjutan Pasal 15 a

Perumusan skenario
Pembangunan Berkelanjutan
Pengintegrasian KLHS RPJMD
dalam penyusunan RAD TPB

Pasal 15 b
Penjaminan kualitas,
pendokumentasian dan validasi

Pasal 3
Your Logo or Name Here
Proses Kajian dan Rekomendasi
Gambaran kondisi pencapaian tujuan Pembangunan
Berkelanjutan menjadi dasar untuk merumuskan skenario
Pembangunan Berkelanjutan

• Isu Strategis berupa rumusan isu utama


didasarkan pencapaian dan skenario tujuan
Perumusan skenario, tdd. Alternatif proyeksi :
Pembangunan Berkelanjutan.
1. tanpa upaya tambahan  Kategori SS
2. upaya tambahan  Kategori SB, TD dan B • Permasalahan berupa tantangan pelaksanaan tujuan
a. pencapaian target tanpa upaya tambahan; Pembangunan Berkelanjutan
b. percepatan pencapaian target yang ditetapkan secara • Sasaran Strategis berupa kondisi pencapaian tujuan
nasional; Pembangunan Berkelanjutan berdasarkan isu
c. potensi, daya saing dan inovasi daerah Strategis dan permasalahan.
d. daya dukung dan daya tampung daerah; dan
e. pertimbangan lain sesuai dengan kebutuhan daerah

Rekomendasi ke RPJMD dan RAD


1. Permasalahan dan Isu Strategis
2. Tujuan dan Sasaran
3. Usulan Program dan Usulan Kegiatan Pemerintah
4. Usulan Program dan Usulan Kegiatan Para Pihak
Your Logo or Name Here 8
Problem Solving thdp Isu Utama, melalui : Percepatan Pemenuhan Capaian
Indikator dan Perlindungan, Pemulihan dan Pemanfaatan Lestari DDDTLH

1
Capaian
Indikator 3
SDGs

Tujuan,
Sasaran,
Isu Utama dan
Program,
Kegiatan
Permasalahan
2
Daya Dukung
dan Daya
Tampung
Lingkungan
Your Logo or Name Here
Penanganan Isu Utama, melalui Capaian Indikator & Daya Dukung Daya
Tampung (KLHS)

1. Tanpa Upaya Tambahan - kategori A (terkait Isu Utama)


1. Dengan Upaya Tambahan - kategori B, C & D (terkait Isu Utama)
2. Lainnya - tidak terkait Isu Utama

Your Logo or Name Here 10


Contoh Isu Utama/Strategis Pembangunan Berkelanjutan
1. Pola hidup sehat ibu dan kesehatan bayi dan 1. Kemiskinan dan pengangguran
1. Kemiskinan, Produktivitas Rendah dan Tingkat
anak
Pendapatan yang Rendah 2. Pola hidup sehat ibu dan anak belum
2. Tingginya prevalensi penyakit penduduk 2. Kesehatan dalam Keluarga Belum Tertangani optimal
perkotaan
3. Kualitas pendidikan belum optimal sesuai 3. Penyediaan air minum belum menjangkau
3. Partisipasi sekolah usia dini dan dasar masih kebutuhan daerah seluruh masyarakat
belum maksimal
4. Kerentanan terhadap kejadian bencana alam 4. Penanganan sanitasi dan penanganan
4. Kekurangan pelayanan kesehatan bagi disebabkan ketidaksiapan limbah domestik masih terbatas
perempuan dan tenaga medis dan jaminan
kesehatan 5. Belum berkembangnya ekonomi rakyat 5. Peran industri dan UMKM belum
berbasis hasil pertanian dan hasil bumi mengangkat kesejaheraan masyarakat
5. Cakupan pelayanan angkutan transportasi
umum masih rendah 6. Pengembangan wilayah belum didorong 6. Keterbatasan kapasitas keuangan dan
penyediaan sarana dan prasarana dan sistem kelembagaan pemerintah daerah
6. Pengelolaan persampahan belum optimal
pusat kegiatan yang belum berkembang 7. Keterbatasan penyediaan infrastruktur
7. Dampak kerugian ekonomi dari bencana alam yang lebih merata
8. Kejahatan dan kekerasan dirasakan masyarakat 8. Lemahnya pengelolaan daerah hulu dan
9. Melambatnya pertumbuhan ekonomi, peran penataan sungai
sektor pariwisata, manufaktur, dan UMKM
10. Kemampuan pemerintah daerah belum optimal
dalam mengelola keuangan dan pendapatan
daerah
11. Penanganan Kawasan Kumuh Belum Optimal
12. Menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih
13. Kurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau dan
kurangnya kualitas pelayanan ruang publik dan Your Logo or Name Here 11
lingkungan bantaran sungai
Terima Kasih
Jono Barita-PT. Gama Engineering
0821-61760024
jono2bs@gmail.com
KONSULTASI PUBLIK II
PEMBUATAN DOKUMEN KLHS RPJMD
KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2021 – 2024

KONSULTASI PUBLIK II
RUMUSAN ALTERNATIF SKENARIO
&
REKOMENDASI
PEMBUATAN KLHS RPJMD KOTA
PEMATANG SIANTAR 2021-2026
KONSULTASI PUBLIK 2
PEMATANGSIANTAR, 15 DESEMBER 2020
1. Isu Strategis
2. Keterkaitan Isu Strategis dengan TPB
3. Skenario Penanganan Isu Prioritas
4. Kesepakatan Rekomendasi
Dasar Perumusan Isu Strategis
1. Perumusan isu melalui analisis ketidaktercapaian Tujuan Pembangunan
Berkelanjuan sebagai permasalahan yang perlu diselesaikan. Hal ini disusun
dengan mencari akar masalah atau kendala dalam pencapaian indikator-
indikator TPB yang tidak memenuhi target (kategori Telah Dilaksanakan, dan
Belum Memenui Target/SB)
2. Permasalahan perkembangan Daerah (kondisi fisik alam, kebencanaan,
kesejahteraan penduduk, perekonomian daerah, kemampuan keuangan daerah)
3. Status Lingkungan Hidup dan dampak potensial dari perkembangan daerah
Rumusan Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan di
Kota Pematangsiantar
• Penataan ruang kota (tutupan lahan)
• Penurunan kualitas lingkungan hidup (sumberdaya air, limbah dan sampah,
udara),
• Pengelolaan keluarga sehat (kesehatan, makanan, hunian, air dan sanitasi,
penerangan),
• Pengelolaan pelayanan masyarakat kota (transportasi, pendidikan, ketertiban
umum),
• Pertumbuhan ekonomi kota (kegiatan ekonomi, sumberdaya alam, pendapatan,
kemiskinan, pengangguran),
• Kesiapsiagaan penanganan bencana alam, dan
• Pemantapan tata kelola pemerintahan.
Keterkaitan Isu Strategis dan TPB
NO INDIKATOR Isu Strategis Lingkunga Keluarga Layanan Ekonomi Bencana Tata Kelola 2024 2026 2030 BAU 2026 Kategori
n Hidup Sehat Kota Kota Alam Pemerintaha
n
1.4.1.(a) Persentase perempuan pernah - Layanan Kota B
kawin umur 15-49 tahun yang
proses melahirkan terakhirnya di
fasilitas kesehatan.
1.4.1.(d) Persentase rumah tangga yang - Keluarga Air Minum SB SB
memiliki akses terhadap layanan Sehat (3,94) (0,59) -
sumber air minum layak dan - Pelayanan
berkelanjutan. kota
1.4.1.(e) Persentase rumah tangga yang - Keluarga Sanitasi BAU SB
memiliki akses terhadap layanan Sehat - - -
sanitasi layak dan berkelanjutan. - Pelayanan
kota
1.4.1.(f) Persentase rumah tangga kumuh - Keluarga Keluarga TD
perkotaan. Sehat Sehat

1.5.1* Jumlah korban meninggal, hilang, - Kebencanaan Bencana TD


dan terkena dampak bencana per
100.000 orang.
1.5.1.(a) Jumlah lokasi penguatan Tata Ruang Bencana SB SB
pengurangan risiko bencana
daerah.
1.5.1.(d) Jumlah daerah bencana Bencana B
alam/bencana sosial yang
mendapat pendidikan layanan
khusus. (SMAB=Sekolah/ Madrasah
Aman Bencana)
1.5.1.(e) Indeks risiko bencana pada pusat- Tata Ruang Bencana B
Rumusan Alternatif Skenario Pertimbangan Lingkungan Hidup
NO TPB NO INDIKATOR ISU SATU PROYEK TARGET GAP UPAYA PERMASALAHAN ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD
TPB STRATEGIS AN SI 2026 TAMBAHAN SKENARIO PELAKSANA
1 Mengakhi 1.4.1.(a) Persentase - % Mening -11,67 Perlu Upaya kekurangan peningkatan kualitas Program Pengelolaan Dinas
ri perempuan pernah Pengelolaa 80,07 kat Tambahan sarana dan tenaga kesehatan, Pemenuhan Pelayanan Kesehatan
Kemiskin kawin umur 15-49 n Layanan menjadi prasarana fasilitas sarana dan Upaya Kesehatan Ibu
an tahun yang proses Kota; 91,67% kesehatan, prasarana, tata Kesehatan Hamil kerjasama
melahirkan termasuk air kelola layanan Perorangan Pengelolaan dengan:
terakhirnya di bersih dan persalinan yang Dan Upaya Pelayanan - Dinas PRKP
fasilitas kesehatan. sanitasi melayani kawasan Kesehatan Kesehatan Ibu
kumuh; Masyarak Bersalin
'perluasan jaringan Pengelolaan
layanan air bersih Pelayanan
pada fasiitas Kesehatan Bayi
kesehatan; Baru Lahir
pembangunan
pompa dan wadah Pemeliharaan
penyimpanan air Sarana Fasilitas
bersih pada fasilitas Pelayanan
kesehatan di luar Kesehatan;
jangkauan layanan Pemeliharaan
PDAM Prasarana dan
Pendukung
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

1.4.1.(d) Persentase rumah - Kualitas % Mening 0,59 Perlu Upaya -masih ada non - perluasan jaringan Program Perluasan SPAM Dinas PRKP
tangga yang Kehidupan 99,41 kat Tambahan pipa (tidak pipa PDAM pada Pengelolaan Jaringan
memiliki akses Keluarga; menjadi terjangkau kawasan kumuh; Dan Perpipaan di kerjasama
terhadap layanan - 100% jaringan pipa), - pembangunan Pengembang Kawasan dengan:
sumber air minum Pengelolaa menggunakan air pompa dan wadah an Sistem Perkotaan - PDAM
layak dan n Layanan sumur dan penyimpanan air Penyediaan Perbaikan SPAM
Rumusan Alternatif Skenario Tanpa Upaya Tambahan (BAU)
NO TPB NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET (2026) PROGRAM KEGIATAN OPD PELAKSANA
2026
1 Mengakhiri 1.3.1.(a) Proporsi peserta jaminan Kualitas % Meningkat 97 Program Pengelolaan Dinas Kesehatan
Kemiskinan kesehatan melalui SJSN Bidang kehidupan 100,00 Pemenuhan Jaminan
dalam Segala Kesehatan. keluarga Upaya Kesehatan Kesehatan Kerjasama dgn :
Bentuk Pengelolaan Perorangan Dan Masyarakat - BPJS
Dimanapun Layanan Upaya Kesehatan - Dinas Sosial
Masyarakat Masyarakat

1.3.1.(c) Persentase penyandang Kualitas % Meningkat Program Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial
disabilitas yang miskin dan kehidupan 100,00 menjadi 40% Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang
rentan yang terpenuhi hak keluarga Disabilitas
dasarnya dan inklusivitas. Pengelolaan Terlantar, Anak
Layanan Terlantar, Lanjut
Masyarakat Usia Terlantar,
serta
Gelandangan
Pengemis di Luar
Panti Sosial

1.3.1.(d) Jumlah rumah tangga yang Kualitas % Menurun Program Pengelolaan Data Dinas Sosial
mendapatkan bantuan tunai kehidupan 55,04 Perlindungan Dan Fakir Miskin
bersyarat/Program Keluarga keluarga Jaminan Sosial Cakupan Daerah
Harapan. Pengelolaan Kabupaten/Kota
Layanan
Masyarakat
1.4.1.(b) Persentase anak umur 12-23 Kualitas % Meningkat Program Pengelolaan Dinas Kesehatan
bulan yang menerima imunisasi kehidupan 100,00 93,33% Pemenuhan Pelayanan
dasar lengkap. keluarga Upaya Kesehatan Kesehatan Balita
Pengelolaan Perorangan Dan
Rumusan Alternatif Skenario Dengan Upaya Tambahan
NO INDIKATOR NO INDIKATOR ISU STRATEGIS SATUAN PROYEKSI TARGET GAP PERMASALAHA ALTERNATIF PROGRAM KEGIATAN OPD
2026 N SKENARIO PELAKSANA
1 Mengakhiri 1.2.1* Persentase penduduk Kesehatan % Menurun pendataan proses Perlindungan Pendataan Fakir Dinas Sosial
Kemiskinan yang hidup di bawah garis keluarga 10,74 5,3% 5,44 penduduk di pendataan Dan Jaminan Miskin Cakupan
dalam kemiskinan nasional, Perekonomian bawah garis penduduk Sosial Daerah
Segala menurut jenis kelamin dan lapangan kemiskinan miskin Kabupaten/Kota;
Bentuk dan kelompok umur. kerja belum Pelatihan Fasilitasi Bantuan
Dimanapun akurat/update keterampilan Sosial
berusaha bagi Kesejahteraan
keluarga miskin Keluarga;
Fasilitasi Bantuan
Pengembangan
Ekonomi
Masyarakat

1.3.1.(b) Proporsi peserta Program Kualitas % pemahaman Sosialisasi dan Program Penyelenggaraan Dinas
Jaminan Sosial Bidang kehidupan - Meningka - pekerja tentang pemantauan Hubungan Pendataan dan Ketenagakerj
Ketenagakerjaan. keluarga t jaminan pelaku usaha ttg Industrial Informasi Sarana aan
menjadi: kesehatan pemberian Hubungan
98 bidang jaminan sosial Industrial dan
ketenagakerjaan bagi pekerjanya, Jaminan Sosial
terutama Tenaga Kerja serta
perusahaan pekerja bagian Pengupahan
tidak sadar dan dari penduduk
paham di bawah garis
kewajiban kemiskinan;
memberikan Pendataan
akses jaminan pekerja oleh
kesehatan bagi pelaku usaha
tenaga kerja yang diberikan
layanan jaminan
Skenario Pemenuhan Target = Penanganan Isu Prioritas
Indikator TPB

TARGET 2019

Yang Sudah dilaksanakan Yang Sudah dilaksanakan Yang Belum Ada Data
dan Sudah mencapai dan Belum mencapai
target nasional target nasional

TARGET 2026

ISU PRIORITAS

Tanpa Upaya Tambahan Dengan Upaya Tambahan Tidak Terkait Isu Prioritas

• Perkembangan Kabupaten
• Kebutuhan SDA Percepatan
• DDDTLH 2026
• Kemampuan Daerah
ALTERNATIF SKENARIO  REKOMENDASI PROGRAM DAN KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai