Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK MENULIS-TOTAL GAYA SAVI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MEMPRODUKSI TEKS EKSPLANASI PADA SISWA KELAS XI SMK

Khabib Sholeh
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo
E-mail: khabibsholeh2202@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan siswa kelas XI SMK Batik Perbaik
Purworejo dalam memproduksi teks eksplanasi, yang secara khusus tercermin dalam
kemampuan (1) menentukan topik dan tujuan menulis, (2) menyusun kerangka teks eksplanasi,
dan (3) mengembangkan dan menyunting karangan. Metode yang diggunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan. Rancangan
penelitian disusun dalam satuan siklus dengan sistem berulang. Setiap siklusnya berisi aktivitas
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dengan penerapan teknik menulis-total
gaya SAVI, kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi menjadi meningkat. Peningkatan
kemampuan tersebut tercermin pada hasil rerata tugas proses pembelajaran (TPP) dan tugas
mandiri (TM) yang diperoleh siswa. Hasil TPP dan TM dari siklus ke siklus semakin meningkat.
Rerata hasil TPP siklus 1 sebesar 73 %, dibandingkan dengan rerata hasil tes diagnostik
terdapat peningkatan sebesar 17% (73%-56%). Rerata hasil TPP siklus 2 sebesar 85%
dibandingkan dengan rerata hasil TPP siklus 1 terdapat peningkatan 12% (85%-73%). Rerata
hasil TM pun meningkatan. Rerata hasil TM siklus 1 sebesar 69% , jika dibandingkan dengan
hasil tes diagnostik terdapat peningkatan sebesar 15% (69%-54%). Rerata hasil TM siklus 2
sebesar 80% dibandingkan dengan rerata hasil TM siklus 1 terdapat peningkatan sebesar 11%
(80%-69%). Dengan demikian, penerapan menulis-total gaya SAVI sebagai upaya peningkatan
kemampun siswa dalam menulis pada siswa kelas XI SMK Batik Perbaik Purworejo terbukti
efektif. Di samping itu, tampak bahwa pembelajaran dengan penerapan menulis-total gaya SAVI
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena dapat mengoptimalkan aktivitas guru dan
siswa. Hal itu dibuktikan dengan angket respon siswa yang menyatakan mereka senang belajar
dengan menulis-total gaya SAVI.

Kata Kunci: teks eksplanasi; menulis-total gaya SAVI

A. PENDAHULUAN Pembelajaran Menulis di SD”. Model


Kualitas berbahasa seseorang mencerminkan tersebut ternyata dapat mengembangkan
kualitas berpikirnya. Artinya, terdapat wawasan, sikap, dan kemampuan guru, serta
hubungan yang erat antara kemampuan cara siswa belajar dan kemampuan
berbahasa dengan kemampuan menulisnya.
berpikir/bernalar. Olson (1977) lebih jauh Dari hasil riset diinformasikan bahwa
menyatakan bahwa berbahasa (khususnya kemampuan menulis siswa, terutama dalam
menulis) dan berpikir merupakan suatu menulis karya ilmiah masih tergolong
proses yang saling bergantung dalam rendah (Suriamiharja 1997). Bagi
melahirkan makna. Dari hasil penelitian mahasiswa, umumnya menuangkan gagasan
Suherli (2002) diinformasikan bahwa secara tertulis jauh lebih sulit dibandingkan
pengembangan model literasi dapat dengan menuangkannya secara lisan.
meningkatkan kemampuan menulis siswa, Mulyati (2010) melalui survei
khususnya kemampuan menulis karangan mengemukakan bahwa tingkat kebutuhan
ilmiah. Demikian juga dengan temuan mahasiswa MKU Bahasa Indonesia lebih
Gipayana (2002) tentang ”Pengajaran tertuju pada materi kompetensi menulis.
Literasi dan Penilaian Portofolio dalam Oleh karena itu, perlu dipikirkan pelatihan
SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 1
menulis yang disinergikan dengan dengan karakteristik teks yang akan dibuat
pembelajaran literasi dengan baik secara lisan maupun tulisan.
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis- Teknik pembelajaran gaya SAVI
kreatif sebagai pembelajar dewasa. pertama kali diperkenalkan oleh Dave
Penekanan pembelajaran dengan teknik Meier. Meier adalah penulis buku The
menulis total-gaya SAVI (somatis, auditori, Accelerated Learning Handbook: Panduan
visual, dan intelektual) dimaksudkan sebagai Kreatif dan Efektif Merancang Program
upaya pelatihan dan pembinaan kemampuan Pendidikan dan Pelatihan. Teknik ini
berpikir/bernalar tingkat tinggi, berpikir sangat menarik untuk dikaji karena
kritis dan kreatif melalui kegiatan menulis menggunakan empat langkah yang
dengan bantuan rangsang permasalahan sederhana, langkah-langkahnya pun
yang perlu dicarikan pemecahannya. memiliki kekhasan sendiri. Teknik meulis-
Berpikir tingkat tinggi itu diawali oleh total gaya SAVI memiliki tahapan-tahapan:
kemampuan berpikir analitis. bergerak (somatis), bersuara (auditori),
Beberapa model pembelajaran baru mengamati (visual), dan berpikir
sudah banyak dimunculkan dalam upaya (intelektual) (Meier dalam Hernowo, 2003 :
mengatasi kesulitan dalam pembelajaran 155).
menulis, tetapi belum sepenuhnya Teknik Menulis Total Gaya SAVI
meningkatkan prestasi dan memenuhi Tahapan-tahapan teknik menulis-total
kebutuhan siswa. Dengan merancang teknik gaya SAVI meliputi: bergerak (somatis),
pembelajaran yang mempertimbangkan bersuara (auditori), mengamati (visual), dan
aspek somatis, auditori, visual, intelektual berpikir (intelektual).
diharapkan proses pembelajaran akan 1. Belajar Somatis dan Auditori
berlangsung lebih interaktif, menyenangkan Somatis berasal dari bahasa Yunani
dan membuat siswa lebih termotivasi untuk yang berarti tubuh-soma (seperti dalam
belajar. SAVI merupakan strategi psikosomatis). Jadi, menulis somatis berarti
pembelajaran menulis yang dirancang untuk menulis dengan indera peraba, kinestesis,
membantu siswa dalam menentukan topik pragtis-melibatkan fisik dan menggunakan
dan tujuan menulis, menyusun kerangka, serta menggerakkan tubuh sewaktu menulis.
dan mengembangkan dan menyunting Penelitian neurologis telah membongkar
karangan secara komprehensif dan keyakinan kebudayaan barat yang keliru
sistematis. Dikatakan demikian karena bahwa pikiran dan tubuh adalah dua entitas
tahap-tahap pembelajarannya meliputi tahap yang terpisah. Temuan mereka
menulis secara lengkap, urut, dan utuh. menunjukkan bahwa pikiran tersebut di
Dengan aktivitas-aktivitas tersebut seluruh tubuh. Intinya tubuh-pikiran, pikiran
diharapkan kemampuan siswa SMK Batik adalah tubuh keduanya merupakan satu
Perbaik Purworejo dalam menulis teks sistem elektris kimiawi biologis yang benar-
eksplanasi dapat meningkat. benar terpadu. Dalam somatis ini kegiatan
Berpijak pada beberapa batasan dan menulis yang dilakukan oleh siswa adalah
pemaparan konsep teoritis itu, kemampuan menulis dengan menggerak-gerakkan tubuh
menulis adalah kecekatan penulis dalam atau melakukan kegiatan sela ketika
memanfaatkan seluruh fungsi kognitifnya menulis. Pikiran auditori lebih kuat daripada
untuk menuangkan lambang bahasa tertulis yang kita sadari. Telinga kita terus-menerus
seperti kata, frasa, kalimat yang terdapat menangkap dan menyimpan informasi
dalam pikiran, baik yang tersurat auditori, bahkan tanpa kita sadari. Ketika
(pemahaman literal) maupun yang tersirat kita membuat surat sendiri dengan
(pemahaman interpretatif, kritis, kreatif) berbicara, beberapa area penting di otak kita
dengan tepat. Salah satu kompetensi dasar menjadi aktif. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran penyusunan teks secara menulis yang menarik bagi saluran auditori
mandiri adalah memproduksi teks yang kuat dalam dirii siswa mengajak
eksplanasi kompleks yang koheren sesuai mereka untuk membicarakan apa yang
sedang mereka tulis. Mereka menulis bukan
saja dari membaca tetapi juga apa yang didengar. Dalam auditori ini kegiatan menulis
2 SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
yang dilakukan siswa adalah menulis (sebab) atau bagaimana (akibat atau proses)
dengan singkat kata yang didengar. fenomena atau peristiwa, baik fenomena
2. Belajar Visual Dan Intelektual alam maupun fenomena sosial itu terjadi
Ketajaman visual, lebih menonjol pada secara alamiah dengan fakta-fakta ilmiah
sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap (sains).
orang. Alasannya adalah bahwa di dalam
otak lebih banyak perangkat untuk Penjelasan peristiwa dalam teks
memproses informasi visual daripada semua ekplanasi menggunakan alur logis, sehingga
indra yang lain. Hasil penelitian Meier pembaca dapat dengan mudah
(dalam Hernowo, 2003 : 163) menyebutkan memahaminya. Struktur teks ekplanasi
bahwa orang-orang yang menggunakan (Lipton 2012:1) adalah sebagai berikut.
simbol-simbol untuk mempelajarii 1. Bagian awal / pembuka atau pernyataan
informasi teknis dan ilmiah rata-rata umum
memperoleh nilai 12% lebih baik untuk Bagian ini memberikan gambaran atau berisi
ingatan jangka pendek dan 26% lebih baik pernyataan secara umum tentang pengertian
untuk ingatan jangka panjang dibanding / definisi atau topik terjadinya fenomena
mereka yang tidak menggunakan simbol. alam atau sosiall yang diungkapkan oleh
Setiap orang lebih mudah belajar jika penulis.
melihat apa yang sedang ditulis seseorang 2. Bagian isi / uraian penjelasan
atau sebuah buku. Misalnya, pada mereka Bagian isi berisi penjelasan (eksplanasi)
disajikan contoh dunia nyata, diagram, peta, secara rinci terhadap informasi di awal
dan gambar dari segala macam hal ketika tulisan / karangan. Bagian ini berisi
mereka sedang belajar. Dalam visual ini penjelasan tentang sebab-akibat, akibat dan
kegiatan menulis yang dilakukan siswa terjadinya fenomena/peristiwa yang
adalah menulis dengan membayangkan diungkapkan di awal karangan. Dapat juga
makna dalam sebuah kalimat dengan cara berisi penjelasan tentang proses
berhenti sejenak. Intelektual adalah pencipta (kronologis), dan macam-macam
makna dalam pikiran, sarana yang fenomena/peristiwa alam atau sosial. Jika
digunakan manusia untuk berpikir, uraian yang terdapat pada bagian isi ini
menyatukan pengalaman, menciptakan hanya singkat (terdiri atas satu sampai
jaringan saraf baru, dan belajar. Intelektual dengan tiga paragraf), disebut teks
menghubungkan pengalaman mental, fisik, ekplanasi sederhana. Sebaliknya, jika
emosional dan intuitif untuk membuat uraian pada bagian itu lebih banyak (lebih
makna baru. Dalam belajar intelektual ini dari empat paragraf), di sebut teks ekplanasi
kegiatan membaca yang dilakukan siswa kompleks.
adalah membuat pencatatan atau perenungan 3. Bagian penutup / kesimpulan
atas apa yang telah dibaca atau “mengikat Bagian ini berisi simpulan penulis atau
makna”. pandangan penulis terhadap sesuatu yang
3. Teks Eksplanasi diungkapkan. Bagian ini bersifat opsional,
Teks eksplanasi merupakan salah satu artinya boleh ada / boleh tidak ada .
jenis teks yang terdapat dalam Kurikulum
2013. Jenis teks eksplanasi diungkapkan
Knapp dan Watkins (2005: 125) sebagai B. METODE PENELITIAN
salah satu jenis teks yang mengungkapkan Penelitian ini merupakan penelitian
urutan kejadian yang logis berkaitan dengan tindakan, dengan demikian yang menjadi
fungsi lingkungan sebagaimana memahami subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI
dan menginterpretasi bagaimana ide-ide dan SMK Batik Perbaik Purworejo. Metode
konsep-konsep kebudayaan berlaku. Teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ekplanasi merupakan teks yang bertujuan metode penelitian kualitatif dengan
memberikan penjelasan tentang mengapa menggunakan rancangan penelitian
tindakan. Esensi dari penelitian tindakan
terletak pada adanya tindakan dalam situasi
yang alami untuk memecahkan

SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 3
permasalahan praktis (Rofi’udin 2003:2). data dilakukan pengecekan dengan teknik
Rancangan penelitian disusun dalam satuan trianggulasi dan diskusi.
siklus dengan sistem berulang. Setiap
siklusnya berisi aktivitas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. C. HASIL PENELITIAN DAN
Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. PEMBAHASAN
Hasilnya digunakan sebagai dasar perbaikan Paparan Data Awal
pada siklus berikutnya. Data penelitian yang Sebelum kegaiatan pembelajaran
digunakan berupa aktivitas siswa dalam (1) dengan membaca-total gaya SAVI
menentukan topik dan tujuan menulis, (2) dilakukan terlebih dahulu dilakukan tes
menyusun kerangka teks eksplanasi, dan (3) penjajagan. Tes ini dilakukan untuk
mengembangkan dan menyunting karangan mengetahui kondisi awal siswa. Dari hasil
dengan menulis-total gaya SAVI. tes diagnostik diperoleh data bahwa sebelum
Data tersebut diperoleh melalui tindakan pembelajaran dengan membaca
pengamatan, tes, dan wawancara. total-gaya SAVI dilakukan kemampuan
Wawancara digunakan untuk mengetahui siswa dalam menemukan ide pokok setiap
kesulitan yang dialami siswa selama paragraf, menemukan pola hubungan
mengikuti pembelajaran, format pengamatan antaride paragraf, dan menemukan ide
digunakan untuk mengetahui perilaku guru utama bacaan, masih rendah. Hasil tes yang
dan siswa, dan untuk mengetahui nilai berkaitan dengan kemampuan penemuan ide
terapan digunakan teknik tes dalam proses pokok setiap paragraf baru mencapai 25%
pembelajaran (TPP) dan tes mandiri (TM) penemuan pola hubungan antaride setiap
pemahaman isi bacaan. Analisis data paragraf 18%, penemuan ide utama bacaan
dilakukan dengan model mengalir yang 13%. Dengan demikian, rerata hasil tes
dimuali dari klasifikasi data, menyajian data, diagnostik berdasarkan keseluruhan item
dan penyimpulan. Untuk menguji keabsahan soal yang diteskan baru mencapai 29%. Data
hasil tes diagnostik selengkapkan tampak
pada tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Tes Diagnostik


No. Aktivitas Rerata (%)
1. menentukan topik dan tujuan menulis 25%
2. menyusun kerangka teks eksplanasi 18%
3. mengembangkan dan menyunting karangan 13%
4. rerata 56%

Pemaparan Data Pelaksanaan dan Data membuat pencatatan atau perenungan atas
Hasil Penelitian apa yang telah dibaca atau “mengikat
Tahap-tahap pembelajaran dirancang makna”. Aktivitas menulis pada siklus 1
dalam 4 tahap, yaitu tahap somatis, auditori, terkait dengan topik bacaan Tsunami.
visual dan intelektual. Tahap somatis adalah Sementara itu, aktivitas menulis pada siklus
menulis dengan menggerak-gerakkan tubuh 2 terkait dengan topik Gerhana Bulan.
atau melakukan kegiatan sela ketika
menulis. Dalam auditori kegiatan menulis 1. Pelaksanaan dan Hasil Siklus 1
yang dilakukan siswa adalah menulis sambil Pelacakan menemukan topik dan
mendengarkan kata-kata yang sulit dicerna. tujuan menulis, meyusun kerangka teks
Selanjutnya, pada tahap visual kegiatan eksplanasi, dan mengembangkan dan
menulis yang dilakukan siswa adalah menyunting karangan dilakukan dengan cara
menulis dengan membayangkan makna bergerak, mendengarkan kata-kata yang
dalam sebuah kalimat dengan cara berhenti sulit, menulis dengan membayangkan
sejenak. Sementara itu, menulis intelektual makna, dan perenungan atas apa yang

4 SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
dibaca sehingga ada kegiatan sela. Untuk kerangka teks tersebut walaupun telah
menentukan topik dan tujuan menulis, mula- dibimbing dengan membaca cepat,
mula guru meminta siswa berdiskusi tentang menandai kata-kata kunci, dan menyuarakan
topik, kemudian guru bertanya jawab siswa kata-kata sulit . Dari hasil rerata TM
(auditori) tentang apa yang dibicarakan diketahui bahwa 69% siswa telah mampu
dalam topik tersebut. Aktivitas tersebut menyusun kerangka teks eksplanasi secara
dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan mandiri. Sementara itu, 31% siswa lainnya
pelacak dengan pemanfaatan kata-kata kunci belum dapat menyusun kerangka teks
dan menyuarakan kata-kata sulit. eksplanasi secara mandiri.
Dengan bimbingan tersebut hasil Aktivitas mengembangkan dan
rerata TPP yang berkaitan dengan topik dan menyunting karangan dilakukan dengan cara
tujuan menulis mencapai 80%, tetapi rerata yang sama dengan menyusun teks
tes mandiri TM baru mencapai 69%. eksplanasi, yaitu dengan pertanyaan-
Dengan demikian, walaupun telah pertanyaan pelacak. Bedanya pertanyaan-
dibimbing dengan cara membaca cepat, pertanyaan pelacak tersebut tidak lagi
menandai kata-kata kunci, menyuarakan dikaitkan dengan kata-kata transisi,
kata-kata sulit, masih terdapat 20% siswa melainkan dikaitkan dengan judul, topik dan
belum dapat menentukan topik dan tujuan tujuan karangan serta ide pokok setiap
karangan, dan masih 31% siswa belum dapat paragraf (belajar intelektual). Guru
menentukan topik dan tujuan karangan mengajak siswa mencari kaitan antara judul
secara mandiri. dan ide pokok setiap paragraf sebagai upaya
Aktivitas menyusun kerangka teks mengemangkan dan menyunting karangan.
eksplanasi dilakukan dengan cara guru Selanjutnya, rerata hasil TPP yang
menggunakan pertanyaan pelacak dengan berkaitan dengan pengembangan dan
menanyakan ide-ide yang ada di dalam topik penyuntingan karangan mencapai 69%,
dan tujuan menulis yang sedang disiapkan tetapi rerata hasil TM baru mencapai 69%.
siswa, kemudian guru menanyakan kata-kata Hal ini berarti bahwa 69% siswa telah
transisi ( dengan skema) yang mampu mengembangkan dan penyuntingan
menghubungkan antara ide yang satu dengan menulis teks eksplanasi,
dengan yang lainnya. Dari kata-kata transisi menggunakan dan menyuarakan kata-kata
tersebut, kemudian guru menanyakan jenis sulit, 31% siswa lainnya belum dapat
kerangka karangan. mengembangkan dan menyunting karangan
Rerata hasil TPP yang berkaitan tersebut walaupun telah dibimbing dengan
dengan kerangka karangan teks eksplanasi membaca cepat, menandai kata-kata kunci
sudah cukup tinggi, yaitu mencapai 71%, dan menyuarakan kata-kata sulit. Dari hasil
tetapi rerata hasil TM baru mencapai 69%. rerata TM diketahui bahwa 69% siswa telah
Hal ini berartti bahwa 71% siswa telah mampu mengembangkan karangan secara
mampu menyusun kerangka teks dengan mandiri. Sementara itu, 31% siswa lainnya
membaca cepat, menandai kata-kata kunci, belum mendapat mengembangkan karangan
dan menyuarakan kata-kata sulit dan 29% secara mandiri. Data hasil tes siklus 1
siswa lainnya belum dapat menyusun selengkapnya tampak pada tabel 2.

Tabel 2. Data Hasil Tes Siklus 1


No. Aktivitas Rerata TPP (%) Rerata TM (%) Perbedaan
1. menentukan topik dan tujuan menulis 80% 71% 9%
2. menyusun kerangka teks eksplanasi 71% 69% 2%
3. mengembangkan dan menyunting 69% 68% 1%
karangan
4. rerata 73% 69% 4%
Untuk mengetahui penyebab belum dengan siswa. Dari hasil wawancara tersebut
berhasilnya siswa dalam mengerjakan TM diperoleh informasi bahwa menentukan topik
tersebut, peneliti mengadakan wawancara dan tujuan menulis dapat dilakukan dengan
SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 5
membaca cepat, menandai kata-kata kunci, pemetaan pada pertanyaan
dan menyuarakan kata-kata sulit tetapi pelacak.Pertanyaan pelacak untuk
bimbingan dengan cara tersebut belum membimbing siswa mengidentifikasi ide
banyak membantu mempersiapkan siswa pokok dan ide-ide penjelas. Pemetaan
menyusun kerangka teks eksplanasi, dan digunakan untuk menvisualisasikan
mengembangkan dan menyunting karangan. kerangka teks ekslanasi tersebut sehingga
Untuk membantu siswa agar dapat menjadi kontret.
meningkatkan kemampuannya dalam Dari hasil bimbingan dengan
menyusun kerangka teks eksplansi, dan menggunakan membaca cepat, menandai
mengembangkan dan menyunting karangan kata-kata kunci, menyuarakan kata-kata
diperlukan bimbingan dengan membuat sulit, dan membuat skema isi bacaan
skema isi bacaan. tersebut, rerata hasil TPP yang berkaitan
dengan penyusunan kerangka teks
2. Pelaksanaan dan Hasil Siklus 2 eksplanasi mencapai 88%, dan rerata hasil
Pelacakan menemukan topik dan TM mencapai 80%. Dibandingkan dengan
tujuan menulis, meyusun kerangka teks rerata hasil aktivitas yang sama pada siklus
eksplanasi, dan mengembangkan dan 1 terdapat peningkatan penyelesaian TPP
menyunting karangan dilakukan dengan teks sebesar 15% (88%-73%) dan peningkatan
bacaan yang berbeda dan pengitensifan penyelesaian TM sebesar 22% (80-69%).
pertanyaan pelacak dengan menghubungan Hal tersebut berarti bahwa dengan
kata-kata kunci bimbingan membaca cepat, menandai kata-
Aktivitas menemukan topik dan tujuan kata kunci, menyuarakan kata-kata sulit, dan
menulis dilakukan dengan cara yang sama membuat skema isi bacaan, tinggal 12%
dengan aktivitas siklus 1, yaitu dilakukan siswa belum dapat menyusun kerangka
dengan pertanyaan pelacak. Perbedaan yang karangan, 26% siswa belum dapat
ada pada siklus 2, pertanyaan pelacak secara menemukannya secara mandiri. Dengan
intensif dikaitkan dengan “kata-kata kunci”. demikian dapat diketahui bahwa
Pengaitan kata kunci dalam dalam penggunaan bimbingan membaca cepat,
menentukan topik dan tujuan karangan menandai kata-kata kunci, menyuarakan
tersebut menjadikan hasil rerata TPP yang kata-kata sulit dan membuat skema isi
berkaitan dengan menentukan topik dan bacaan dapat meningkatkan kemampuan
tujuan karangan mencapai 85%, siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas TPP
dibandingkan dengan rerata TPP siklus 1 dan tugas-tugas TM pada penyusunan
terjadi peningkatan sebesar 12% (85%- kerangka teks eksplanasi.
73%). Rerata hasil TM mencapai 80%, Pembelajaran yang dilakukan untuk
dibandingkan dengan rerata hasil TM siklus mengembangkan dan menyunting karangan
1 terjadi peningkatan sebesar 11% (80%- dimulai dengan guru menanyakan kembali
69%). Dengan demikian, penambahan judul dan ide-ide pokok setiap paragraf.
penggunaan skema isi bacaan kemampuan Kemudian judul dan ide-ide pokok dari
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas TPP paragraf tersebut dipetakan, dan dari hasil
maupun TM meningkat. pemetaan hubungan keterkaitan antara judul
Aktivitas menyusun teks eksplanasi dan ide-ide pokok tersebut, guru meminta
dalam siklus 2 dilakukan dengan cara yang siswa mengembangkan dan menyunting
sama dengan siklus 1, yaitu dengan karangan.
menggunakan pertanyaan-pertanyaan Pembelajaran dengan menggunakan
pelacak. Perbedaannya pada penambahan bimbingan membaca cepat, menandai kata-
kata kunci, menyuarakan kata-kata sulit dan
membuat skema isi bacaan tersebut
menghasilkan rerata hasil TPP yang
berkaitan dengan mengembangkan dan
menyunting karangan mencapai 80%,
dibandingkan dengan aktivitas yang sama
pada siklus 1 terdapat peningkatan 11% (80%-69%) sedangkan rerata hasil TM 77%,
6 SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
dibandingkan dengan kemampuan yang kata-kata sulit, membuat skema isi bacaan
sama pada siklus 1 terdapat peningkatan dapat meningkatkan kemampuan siswa
sebesar 11% (80%-69%). Dengan demikian dalam menyelesikan tugas-tugas TPP dan
penggunaan bimbingan membaca cepat, TM berkait dengan pengembangan dan
menandai kata-kata kunci, menyuarakan penyuntingan karangan. Data hasil tes siklus
2 selengkapnya tampak pada tabel 3.

Tabel 3. Data Hasil Tes Siklus 2


No. Aktivitas Rerata TPP (%) Rerata TM (%) Perbedaan
1. menentukan topik dan tujuan karangan 89% 84% 5%
2. menyusun kerangka teks eksplanasi 88% 80% 8%
3. Mengembangkan dan menyunting 80% 77% 3%
karangan
4. rerata 85% 80% 5%

3. Perbandingan Rerata Hasil RPP pada siklus 2 mencapai 80% atau terjadi
dan TM dari Siklus 1 sampai peningkatan sebesar 11% (80%-62%).
dengan 2 Dengan demikian, dengan penambahan
Jika dibandingkan dengan aktivitas bimbingan membaca cepat, menandai kata-
yang ada pada siklus 1 terjadi peningkatan. kata kunci, menyuarakan kata-kata sulit,
Rerata hasil TPP pada siklus 1 baru dan membuat skema isi bacaan hasil TPP
mencapai 73% dan rerata hasil TPP siklus 2 dan TM meningkat. perbedaan tersebut
mencapai 85% atau terjadi peningkatan tercermin pada tabel di bawah ini.
sebesar 12% sedangkan TM pada siklus 1
baru mencapai 69% dan rerata hasil TM

Tabel 4. Perbedaan Rerata Hasil TPP dan TM Siklus 1 dan 2


Rerata Hasil Siklus 1 Siklus 2 Perbedaan
TPP 73% 85% 12%
TM 69 % 80% 11%
Perbedaan TPP dan TM 4% 5% 1%

Dari tabel tersebut diketahui bahwa literal yaitu kemampuan memahami


rerata TPP siklus 1 dan 2 adalah 73% dan informasi yang tertuang secara eksplisit di
85% atau terjadi peningkatan sebesar 12%. dalam bacaan dibandingkan dengan
Demikian pula rerata hasil TM antara siklus kemampuan menyusun kerangka teks dan
1 dan 2 juga terjadi peningkatan. Rerata pengembangan serta menyunting karangan,
hasil TM siklus 1 dan 2 adalah 69% dan jenjang ini penguasaannya lebih mudah
80% atau terjadi peningkatan sebesar 11%. karena informasi yang digali tertera secara
Jika dibandingkan rerata hasil TPP dan TM eksplisit di dalam bacaan. Dengan demikian,
antara siklus 1 dan 2 terjadi perbedaan yang wajar jika rerata hasil TPP dan TM dari
semakin kecil. Perbedaan pada siklus 1 siklus 1 dan 2 tinggi. Rerata hasil TPP siklus
sebesar 12% sedangkan pada siklus 2 1 dan 2 pada pemahaman ini adalah 84,5%
sebesar 11%. Dengan demikian, pada siklus {(80%+89%):2}. Rerata hasil TM siklus 1
2 kemampuan siswa dalam menyelesaikan dan 2 juga tinggi yaitu sebesar 77,5%{(71%
tugas-tugas mandiri semakin tinggi. +84):2). Rerata keduanya
Penentuan topik dan tujuan karangan mencapai 79,1% {(84,5%+77,5%):2}.
merupakan jenjang pemahaman yang paling Kemampuan menyusun kerangka teks
rendah. Kemampuan ini tergolong jenjang eksplanasi merupakan kemampuan yang
lebih sulit daripada kemampuan menentukan topik dan tujuan karangan. Dalam memahami
SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 7
kemampuan ini, siswa harus mengingat ide- penggunaan teknik menulis-total gaya SAVI
ide yang telah ditemukan pada tahap dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi
sebelumnya dan harus memahami jenis siswa SMK yang secara khusus tercermin
hubungan antaride, yaitu apakah hubungan dalam kemampuan menentukan topik dan
antaride itu dijelaskan, diurutkan, tujuan karangan sangat efektif dengan rerata
diperbandingkan, atau mengakui pola sebab TPP dan TM 79,1%. Kedua, penggunaan
akibat. Dalam menemukan pola hubungan teknik menulis-total gaya SAVI dalam
ini siswa harus mampu mengiterprestasikan pembelajaran menulis teks eksplanasi siswa
hubungan antaride yang terdapat di dalam SMK yang secara khusus tercermin dalam
paragraf berdasarkan kata penghubung yang kemampuan menyusun kerangka teks
digunakan dalam paragraf yang dibahas. eksplanasi sangat efektif dengan rerata TPP
Oleh sebab itu Burns, Roe, & Ross dan TM 77%. Ketiga, penggunaan teknik
(1996:255) memasukan jenjang pemahaman menulis-total gaya SAVI dalam
ini kedalam jenjang “interpretatif”. Dengan pembelajaran menulis teks eksplanasi siswa
demikian wajar jikan rerata hasil TPP dan SMK yang secara khusus tercermin dalam
TM lebih rendah dari pada kemampuan kemampuan mengembangkan dan
menemukan ide pokok paragraph. Rerata menyunting karagan sangat efektif dengan
hasil TTP dan TM siklus 1 dan 2 adalah rerata TPP dan TM 73%. Dengan demikian
79,5% {(71%+88%):2}. berarti teknik menulis-total gaya SAVI
Rerata TM sebesar 74,5% {(69%+80%):2}. sangat efektif digunakan dalam
Rerata keduanya 77% {(79,5%+74,5):2}. pembelajaran menulis teks eksplanasi.
Kemampuan mengembangkan dan Teknik menulis-total gaya SAVI
menyunting karangan merupakan terbukti efektif digunakan sebagai teknik
kemampuan yang lebih sulit lagi daripada pembelajaran menulis teks eksplanasi di
menyusun kerangka karangan. Untuk dapat SMK Batik Perbaik Purworejo. Dengan
memahami kemampua ini, di samping siswa demikian, dengan sedikit modifikasi, teknik
masih harus memperhatikan kerangka dan ini dimungkinkan dapat pula digunakan di
mengingat ide-ide pokok dari tetiap kelas XI SMK lain. Bertolak dari itu, maka
paragraf, mereka juga dituntut untuk disarankan agar: (1) Guru-guru kelas XI
memaknai hubungan keterkaitan antara SMK dalam membimbing siswa menulis
judul dan ide-ide pokok dari setiap paragraf menggunakan teknik menulis-total gaya
yang dibahas. Burns, Roe, & Ross SAVI. Karena teknik menulis-total gaya
(1996:225) juga memasukan jenjang SAVI relatif baru, maka sebelum guru
pemahaman ini pada jenjang interpretative. menggunakannya di kelas perlu diadakan
Dalam memaknai hubungan keterkaitan pelatihan. (2) Para ahli dan penulis bidang
anatara judul dan ide-ide dari setiap strategi pembelajaran menulis bersedia
paragraf, siswa tidak dibantu dengan menyebarluaskan menulis-total gaya SAVI
pengkaitan itu. Dengan demikian wajar jika melalui berbagai jurnal pendidikan, media
rerata hasil TPP dan TM pada siklus 1 dan 2 massa, dan buku-buku yang diterbitkannya
lebih rendah daripada hasil TPP dan TM agar masyarakat pendidik dapat memperoleh
penemuan pola hubungan antaride dalam informasi yang cukup tentang konsep dan
paragraf. Hasil tes TPP siklus 1 dan 2 adalah cara menggunakan menulis-total gaya SAVI
74%{(69%+80%):2} sedangkan rerata hasil dalam pembelajaran membaca di kelas.
TM sebesar 72%{(68%+77%):2}. Rerata
keduanya 73% {(74%+72%):2}.
E. DAFTAR PUSTAKA
Gipayana, M. 2002. ”Pengajaran Literasi
D. SIMPULAN DAN SARAN dan Penilaian Portofolio dalam
Berdasarkan deskripsi data dan uji Pembelajaran Menulis”. Disertasi.
hipotesis yang telah dikemukakan, dalam Bandung: Universitas Pendidikan
penelitian ini disimpulkan tiga hal. Pertama, Indonesia.
Hernowo (ed). 2003. Quantum Reading. (MMU).
Bandung: Mizam Media Utama

8 SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Knapp, Peter dan Megan Watkints. 2005. Elemnetary School. New York: Mac
Genre, Text, Grammar: Millan Publishing Company, Inc.
Technologies for Teaching and
Assessing Writing. Australia: Rofiuddin, A. 2003. ”Faktor Kreativitas
University of New South Wales dalam Kemampuan Membaca dan
Press. Menulis Siswa Sekolah Dasar”
Jurnal Bahasa dan Seni, Tahun 31,
Lipton, Peter. 2013. “What good is an Nomor 2, Agustus 2003. Universitas
explanation?” Negeri Malang.

Mulyati, Y. 2010. ”Analisis Kebutuhan Suherli. 2002. ”Pengembangan Model


terhadap MKU Bahasa Indonesia di Literasi dalam Pembelajaran
Lingkungan UPI”. Laporan Menulis: Studi tentang Pembelajaran
Penelitian UPI. Menulis Karangan Ilmiah pada
Mahasiswa Galuh”. Disertasi.
Olson, J.P. dan M.H. Dillner. 1982. Bandung: Program Pascasarjana
Learning to Teach Reading in the UPI.

Suriamiharja. et al. 1997. Petunjuk Praktis


Menulis. Jakarta: Depdikbud.

SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 9
17 SOSIOHUMANIORA - Vol.3, No.2, Agustus 2017 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai