Anda di halaman 1dari 2

KEPEKAHAN MANUSIA TERHADAP POLUSI UDARA BAGI DUNIA

Oleh: Jhon Asso

I. Pendahuluan

Dalam memahami Eco Theology, manusia sebagai makhluk mulia yang sadar, pelestarian
dan pemeliharaan terhadap lingkungan hidup amat penting demi menghindari ancaman-
ancaman ekosistem alam yang kini menjadi pembicaraan dunia. Polusi udara yang cukup
tinggih di era industri, hampir di seluruh belahan dunia ini. Menyadari bahwa ketika
memelihara lingkungan hidup yang baik dan rama, terus menerus beradaptasi dengan alam,
hutan lindung, gunung, sungai, lautan, maka kita sedang memelihara paru dunia. Terutama
pemeliharaan terhadap lingkungan alam dan hutan lindung.
Dari sisi Alkitab terdapat dalam kitab (Kej. 1:1-31 & 2:1-7) merupakan awal permulaan
karya Allah yang begitu sempurnah dan menjadikan-Nya manusa untuk pemeliharaan
perbuatan-Nya. Selanjutnya setelah Allah bekerja selama enam hari sebagai hari penciptaan,
Allah menemptakan manusia di suatu taman untukmemelihara dan menikmatinya.
Untuk memahami konteks kita di Indonesia, penulis naska essay ini tidak begitu memahami
baik tetapi khusus di Tanah Papua tentunya memiliki keindahan dan penghijauan alam yang
begitu terpesona, kini hampir di seluruh wilayah Papua dikuasai oleh pengusaha-pengusaha
elit capital yang sungguh mengancam Eko sistem alam di Tanah Papua dan itu berdampak
pada kemiskinan masyarakat adat. Sebab masyarakat adat di Papua memiliki pola hidup
bertani, berkebun, berburu dan nelayan.
II. Isi

Berdasarkan beberapa paparan sebagai pendahuluan pandangan terhadap apa yang menjadi
penting dengan kegiatan "Summer School Eco Theology" ini, manusia sebagai amkluk yang
sadar tidak saja melulu bicara Tuhan dan Tuhan secara eskatologis, tetapi memahami baik
bahwa semua tulisan kitab suci yang diilhamkan melalui para Nabi, Rasul dan kini pada kami
sekalian, menyadari bahwa semua wahyu Allah turun berdasarkan situasi dan kondisi, maka
gerakan "Summer School Eco Theology" yang diselenggarakan Presetya ini juga adalah
bagian dari konsep teologi yang menyatakan Firman Allah.
Oleh karena itu setiap kita sebagai para pengembang teologi di Indonsesia, mencintai Tuhan,
maka juga perlu mencintai alam ciptaan-Nya. Perlu dilindungi, dihargai dan dihormati seperti
kita mengasihi sesama manusia dan Tuhan. Kita menyadari dalam doa Bapa Kami yang mana
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya (Mat. 6:10 TB) “di bumi seperti disorga”. Para
pengkotbah eskatolog, selalu membayangkan surga itu semacam mimpi yang barangkali ada
disuatu taman istana, dengan adanya kegiatan "Summer School Eco Theology" ini menjadi
salah satu cerama penting tentang pemeliharaan keutuhan ciptaan-Nya. Sebab untuk upaya-
upaya inilah gereja-gereja mendirikan seperti GKI di Tanah Papua dikenal dengan KPKC
GKI Tanah Papua yang bekerja di bidang Hukum dan HAM termasuk perlindungan terhadap
keutuhan ciptaan.
III. Penutup

Saya secara pribadi dengan adanya kegiatan "Summer School Eco Theology", tentunya akan
memberikan berbagai tips pengetahuan tentang bagimana melindungi dan mengatasi
ancaman-ancaman tersebut. Maka dengan demikian, penulis naskah essay ini merujuk pada
penciptaan (Kej. 1 dan 2) tadi bahwa lebih dari pada itu semuanya, manusia yang paling
mulia, serupa dan gambar Allah yang mengamanatkan untuk pemeliharaan ciptaan-Nya,
wajib setiap manusia mematuhi pengertian ini sebagai hukum tetapi juga krikulum yang
menjadi kepekahan setiap manusia.

Anda mungkin juga menyukai