Latar belakang
Masyarakat Balim dan Yalimo sering dikenal orang “Yali – Hubula”, yang berdiam di wilayah
pegunungan. Secara wilayah masyarakat adat dikenal dengan masyarakat adat LAPAGO.
Berhubung dengan sistem kepemimpinan dan kekerabatan masyarakat Balim Yalimo secara
wilayah adat dikenal dengan wilayah Lapago tadi, nah, pada umumnya menganut paham system
kepemimpinan hierarkis1 dan sistemnya dikenal sebagai berikut:
1) Ap Kany
2) Ap ekaragun
3) Ap kawelek “Semua ini adalah pemimpin /Kepala suku”
4) Wene hule
II. Sistem Kepemimpinan dan Struktur Sosial Serta Pandangannya Terhadap Mesias
Dalam system kepemimpinan orang Yali Hubula, tidak ada yang di pandang tinggi dan rendah,
melainkan semua sama pentingnya dalam peranan. Semua orang memiliki kekuatan pengaruh yang
sama serta saling menghargai dalam kepemimpinan masing-masing secara normative dan sistematis.
Dari 4 aspek kepemimpinan ini, maka mereka mengurusnya masing-masing tugas dan
wewenang tanpa beraliasi kepengurusannya. Untuk memahami lebih jauh lagi, uraiannya
sebagai berikut:
1. Apa kany2, mempunyai peran penting untuk mengatur masyarakat Kampung di dalam
wilayah kampung tersebut. Ia selalu memiliki kepengurusan serta peran penting terhadap
social dan ekonomi masyarakat di dalam wilayanya. Dia mempunyai urusan tentang
perkebunan dan pertanian.
1
Hierarkis yang berarti kepemimpinan turun temurun, yang diwarisi sejak kontruksi masyarakat itu sejak ada.
2
‘Ap kany’ yang artinya pemimpin kampung.
2. Ap ekaragun3, mempunyai tugas untuk mengatur strategi-strategi perang dan ketahanan
keamanan dalam medan perang. Ia memiliki peran penting dalam pengendalian
masyarakat untuk melakukan perang maupun pembelaan atas serangan-serangan musu.
3. Ap kawelek4, mempunyai peranan penting dalam memimpin pasukan perang didepan
medan perang tersebut. Memiliki keberanian yang tinggi dalam upaya pembelaan
maupun pembunuhan musuh.
4. Wene hule5, adalah pemimimpin yang mempunyai tugas untuk merancangkan pesta
sembelian babi sebagai masa dan waktu datangnya sukacita maupun kebahagiaan
kehidupan masyarakat. peternakan babi yang nantinya akan melakukan pesta ritualitas
sembelian babi yang dikenal dengan ‘wesa ako dan mage ako’.6
Bagi masyarakat Yali Hubula dalam system kekerabatan dikenal dengan ‘wita - wayah’
merupakan sepasang klasifikasi marga/klen. Pembatasan ini memberikan warnah dalam
hubungan pernikahan/perkawinan orang di dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai contoh:
3
‘Ap ekaragun’ artinya pemimpin perang.
4
‘Ap kawelek’ artinya pemimpin pasukan perang pada serangan depan atau sekuat.
5
‘Wene hule’ mempunyai pengertian sebagai pemimpin pesta sembelian babi.
6
‘Wesa ako dan mage ako’ adalah merupakan bahasa Hubula yang sering diselenggarakan pada waktu tertentu,
untuk melakukan upacara sembelian babi besar-besaran sebagai “ritus suka cita” bersama atas kehidupan dan
kebahagiaan yang alami.
2.3. Pandangan Masyarakat Yali Hubula Terhadap Mesias
III. Penutup
Untuk masyarakat Yali Hubula atau Balim Yalimo jarang menemukan tentang konsep
“Mesias” tetapi yang ada hanya kepemimpinan dalam masyarakat yang terdiri dari 4 konsep
kepemimimpinan tadi. Terkecuali pandangan terhadap pencipta dan akhir zaman secara eskatologis
local ada, yang disebut dengan ‘waluwak dan kirugup7’. Maka dengan demikian, pandangan masyarakat
adat Yali Hubula tidak mendapatkan konsep “mesianisme”, tetapi manusia dalam struktur adat itulah
yang terdapat sebagai “pemimpin dan penyelamat” masyarakat.
7
Konsep ‘waluwak dan kirugup’, ‘waluwak’ berbicara tentang pencipta alam semesta dan ‘kirugup’ mengenai
akhir zaman.