RaPERMEN PU TTG Standard OP Prasarana Sungai
RaPERMEN PU TTG Standard OP Prasarana Sungai
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ........./PRT/M/ 2015
TENTANG
STANDARD OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA SUNGAI
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang Undang Nomor 11 Tahun
1974 Tentang Pengairan, menteri yang diserahi tugas urusan pengairan
diberi wewenang dan tanggungjawab untuk mengkordinasikan segala
pengaturan usaha-usaha perencanaan, perencanaan teknis, pengawasan,
pengusahaan, pemeliharaan, serta perlindungan dan penggunaan air dan
atau sumber-sumber air dengan memperhatikan kepentingan Departemen
dan atau lembaga yang bersangkutan
1
perlu menetapkan peraturan tentang standard operasi dan pemeliharaan
prasarana sungai.
2
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
09/PRT/M/2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 534)
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
2. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang
dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan
manusia serta lingkungannya.
3. Pengairan adalah suatu bidang pembinaan atas air, sumber-sumber air, termasuk
kekayaan alam bukan hewani yang terkandung di dalamnya baik yang alamiah
maupun yang telah diusahakan oleh manusia.
4. Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air
beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri
oleh garis sempadan.
3
6. Bangunan sungai adalah prasarana sungai yang berfungsi sebagai pengendali dan
pengarah aliran air sungai dan sedimen, dan bangunan pelindung atau penguat tebing
sungai.
7. Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kakitanggul sebelah
dalam yang terletak di kiri dan/ atau kanan palung sungai.
8. Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/ atau kanansungai yang tergenang
air pada saat banjir.
9. Aliran pemeliharaan sungai adalah aliran air minimum yang harustersedia di sungai
yang berfungsi untuk memelihara ekosistemsungai/ atau lingkungan.
10. Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palungsungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
11. Operasi prasarana sungai adalah kegiatan yang meliputi pengaturandan pengalokasian
air sungai guna menjamin kelestarian fungsi danmanfaat bangunan untuk keperluan
pengelolaan sungai.
13. Pemeliharaan sungai adalah kegiatan untuk merawat sungai yangditujukan untuk
menjamin kelestarian, keberadaan dan fungsi sungai,prasarana serta fasilitas
pendukungnya.
14. Restorasi sungai adalah upaya pemulihan kondisi sungai dari kondisi kritis ke kondisi
alami.
17. Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang lebihmendasar yang harus
dikerjakan untuk mendapatkan prasarana seperti kondisi waktu dibangun dan
4
membetulkan pekerjaan yang telah berulang dan selalu gagal atau tidak berfungsi
sesuai dengan harapan.
22. Fungsi sungai adalah fungsi yang ditetapkan pada setiap sungaiuntuk memenuhi
berbagai keperluan meliputi pengaliran air,penyediaan air untuk berbagai keperluan
serta penyangga ekosistemsungai dan lingkungan.
23. Pengelola Sumber Daya Air di wilayah sungai adalah Institusi yangdiberi wewenang
untuk melaksanakan pengelolaan Sumber Daya Air diwilayah sungai yang
bersangkutan
24. Kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai serta pemeliharaan sungai
diselenggarakan berdasarkan jenis dan kondisi prasarana sungai serta kegiatan dari
karakteristik sungai di wilayah sungai yangbersangkutan
25. Eksploitasi dan pemeliharaan sumber air dan bangunan pengairan atau EP Pengairan
adalah kegiatan yang bertujuan menjaga keutuhan dan kelestarian fungsi bangunan
bangunan pengairan serta menjaga tata pengairan dan tata air yang baik.
26. Operasi dan pemeliharaan sungai dan prasarana sungai yang selanjutnya disebut
sebagai OP sungai dan prasarana sungai adalah tindakan pengaturan, pengalokasian,
dan penyediaan air dan ruang sungai, serta pemeliharaan sungai dan prasarana sungai
yang bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi sungai dan prasarana sungai.
5
27. Ruang sungai adalah hamparan ruang yang terdiri atas palung sungai dan sempadan
sungai.
28. Palung sungai adalah bagian dari ruang sungai yang berfungsi sebagai tempat air
mengalir dan tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai.
29. Dataran banjir adalah dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang tergenang
air pada saat banjir.
30. Pengalokasian air adalah proses pejatahan air untuk berbagai jenis penggunaan
menurut kuantitas, tempat dan waktu penggunaan yang besarnya disesuaikan dengan
ketersediaan total volume air yang terdapat pada suatu sumber air.
31. Penyediaan air adalah tindakan menentukan dan/atau memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai jenis penggunaan yang terukur menurut kuantitas, waktu, dan kualitas air
sesuai dengan jatah yang ditetapkan dalam rencana alokasi air.
32. Kebutuhan air adalah volume air yang dibutuhkan oleh para pengguna air sesuai
dengan jumlah kebutuhan yang diinginkan.
33. Penggunaan air adalah semua aktivitas pemanfaatan air sungai yang dilakukan
melalui berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tertentu baik yang bersifat
konsumtif maupun non-konsumtif.
34. Pengguna air adalah seseorang atau kelompok, lembaga, instansi atau badan hukum
tertentu yang menggunakan air dari suatu sumber air.
35. Pencemaran air adalah memasukkan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya
36. Banjir adalah peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai.
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini ditetapkan dengan maksud untuk menjadi pedoman bagi para
pelaksana dan pembina baik di tingkat pemerintahan Pusat maupun daerah dalam
penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai.
6
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan operasi dan
pemeliharaan prasarana sungai dapat terlaksana secara tertib, teratur, efektif, dan efisien
dengan kinerja yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB II
KEGUNAAN DAN PENGGUNAAN PEDOMAN
Pasal 3
(1) Kegunaan pedoman standard operasi dan pemeliharaan prasarana sungai adalah untuk
memberikan arahan dan panduan :
a. Dalam menjalankan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai
b. Dalam penanganan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan OP
prasarana sungai.
c. Dalam mengambil langkah-langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya
potensi resiko dan permasalahan yang lebih besar.
d. Prinsip prinsip yang perlu diperhatikan dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan
prasarana sungai.
e. Hal hal yang perlu diperhatikan pada setiap tahap kegatan sejak persiapan,
pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan monitoring dan evaluasi.
f. Pilihan tindakan atau teknologi yang dipergunakan kegiatan OP prasarana sungai.
g. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan operasi prasarana
sungai dalam menghadapi eskalasi kondisi muka air sungai.
a. Air dan sumber daya ai yang ada disungai dapat berdaya guna secara optimum
7
b. Terjaminnya kelestarian fungsi dan kinerja prasarana sungai.beserta fasilitas
pendukungnya
c. Terpeliharanya prasarana sungai agar dapat memberikan manfaat
berkelanjutan
d. Terjaminnya pengaturan pelayanan alokasi penggunaan dan pemanfaatan air
yang ada di wilayah sungai yang bersangkutan
e. Resiko dampak dan kerugian yang diakibatkan oleh daya rusak air dan banjir
dapat dikurangi.
(4) Penggunaan pedoman ini dilakukan dengan tetap memperhatikan standar pelaksanaan
pekerjaan persungaian yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
ataupun norma dan pedoman tata laksana yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sungai.
BAB III
STANDARD OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA SUNGAI
Pasal 4
(1) Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai berpedoman pada
standar operasi prasarana sungai serta standar pemeliharaan prasarana sungai
(2) Standard operasi prasarana sungai dan standard pemeliharaan prasarana sungai secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan ini dan merupakan bagian
tidak terpisahkan dalam peraturan menteri ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
(2) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
8
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal .........................
M. BASUKI HADIMULJONO
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NO : /PRT/M/2015
TANGGAL : 2015
BAB 1
UMUM
1.1. PENDAHULUAN
Sungai dan sumber airnya, merupakan bagian tidak terpisahkan dari alam dan
lingkungan hidupnya serta mempunyai fungsi sangat penting dalam mendukung
keberlanjutan kehidupan ekosistem flora dan fauna, yang juga merupakan sumber
kehidupan bagi manusia. Sungai, selain memberikan manfaat yang sangat besar
bagi keberlangsungan kehidupan manusia, sungai juga mengandung potensi besar
yang dapat menimbulkan bencana bagi manusia
9
manfaatnya, maka kegiatan operasi dan pemeliharaan bangunan prasarana sungai
menjadi prasyarat pokok yang harus menjadi perhatian.
Agar dapat bekerja secara efektif, efisien, dan tertib, maka penyelenggaraan OP
sungai dan prasarananya memerlukan pedoman serta standar operasi dan
pemeliharaan prasarana sungai, sebagai rujukan bagi para penyelenggara dan
pelaksana OP Sungai di lapangan.
Standard operasi dan pemeliharaan prasarana sungai merupakan referensi bagi para
pelaksana dalam menjalankan kegiatan operasi dan pemeliharaan di lapangan.
Standar dalam metode penanganan memudahkan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan, serta memberikan panduan bagaimana melakukan penanganan
terhadap suatu permasalahan yang terjadi dan dihadapi dalam kegiatan operasi dan
pemeliharaan sungai dan dan prasarana sungai, serta untuk mengambil langkah-
langkah antisipasi terhadap kemungkinan permasalahan dan resiko yang lebih
besar.
BAB 2
LINGKUP OP PRASARANA SUNGAI
10
2.1. OPERASI PRASARANA SUNGAI
1. pengaturan dan pengalokasian air sungai dalam rangka penggunaan air sungai
2. pengelolaan banjir.
11
kondisi hidrologi, hidroklimatologi, dan kualitas
air sungai;
3) Pengoperasian prasarana penunjang atau
pendukung kegiatan OP (peralatan dan
kendaraan).
PEMELIHARAAN
1. Penatausahaan bangunan sungai
2. Pemeliharaan bangunan sungai
3. Pemeliharaan bangunan/pos pemantau kondisi
12
hidrologi, hidroklimatologi, dan kualitas air
sungai
4. Pemeliharaan prasarana penunjang dan
pendukung kegiatan OP baik berupa gedung,
peralatan dan kendaraan
Jenis prasarana sungai yang perlu dioperasikan dapat dikelompokkan kedalam 3 katagori,
yaitu:
BAB 3
STANDARD OPERASI
PRASARANA SUNGAI
Jenis prasarana sungai yang perlu dioperasikan dapat dikelompokkan kedalam 3 bagian
yaitu:
13
bendung karet. Pengoperasian bangunan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan
tugas penyediaan dan pengalokasian air, dan pengendalian banjir.
2. Bangunan atau pos pemantau kondisi hidrologi dan hidroklimatologis, dan kualitas
air misalnya berupa: pos pencatat curah hujan berikut peralatannya, atau pos
pemantau ketinggian muka air sungai, pos pemantau keadaan cuaca, serta pos
pemantau kualitas air,
Pengoperasian bangunan prasarana sungai ini didasarkan pada pedoman yang dibuat
secara khusus untuk prasarana yang bersangkutan. Penyiapan pedoman pengoperasian
bangunan tersebut dibuat oleh perencana bangunan yang bersangkutan dan ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang melakukan pembinaan pengoperasian bangunan yang
bersangkutan.
Untuk menjamin keakuratan dan keandalan sistem operasi bangunan sungai tersebut
diatas, perlu dilakukan pengecekan berkala paling sedikit setiap tahun sekali.
1) Penyediaan air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air bagi berbagai jenis
penggunaan air seoptimal mungkin, dengan tetap memperhatikan
ketersediaan air yang ada di sungai dan dengan prinsip keseimbangan dan
prioritas penyediaannya. Prinsip ini diwujudkan melalui perencanaan alokasi
air. Perencanaan alokasi air menyangkut jenis/tujuan penggunaan, lokasi
dan waktu atau masa penggunaan air.
14
a. air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian
rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama
diatas kebutuhan lainnya. Besaran kebutuhan pokok sehari-hari
ditetapkan sebesar 60 liter/orang/hari. Sedangkan untuk pertanian
rakyat ditetapkan sebesar 2 liter/dt/KK.
3) Jumlah air yang dialokasikan disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada
di suatu sungai dengan cara menyelaraskan waktu dan volume pemenuhan
untuk berbagai jenis kebutuhan air dengan ketersediaan air yang terdapat
pada seluruh jaringan sungai di WS bersangkutan. Keselarasan pemenuhan
kebutuhan air ini bersifat dinamis menurut waktu, menyeluruh menurut
lokasi dari hulu hingga ke hilir dan berbasis ruang WS atau setidaknya dalam
skala DAS.
4) Ketersediaan air yang ada diperoleh melalui survey dan kajian water balance.
Ketersediaan air yang diperoleh menunjukkan besaran air yang tersedia dalam
kondisi ketersediaan rata-rata, rata-rata maksimum dan rata-rata minimum. Pada
titik tinjauan tertentu neraca keseimbangan air (debit) dapat ditentukan besaran
debit pengambilan air yang diperbolehkan. Perencanaan penentuan debit
pengambilan air sungai dibuat oleh pengelola sumber daya air di wilayah sungai
dengan berpedoman pada penyediaan air rinci yang telah ditetapkan.
5) Hasil penentuan rencana debit pengambilan air oleh pengelola sumber daya air
merupakan bahan dikeluarkannya rekomtek untuk perijinan pengambilan air,
yang menetapkan batasan jumlah air yang dapat dialokasikan..
15
6) Bangunan pengambil harus direncanakan sesuai dengan debit yang diperlukan
sesuai kebutuhan, dengan tetap memperhatikan kemungkinan pengembangan,
kehilangan tinggi tekan akibat struktur, kurva massa aliran. Dimensi bangunan
pengambilan harus direncanakanberdasarkan kebutuhan air maksimum pada titik
tersebut.
1) Kurva debit (kurva hubungan antara debit yang mengalir ke saluran pengambilan
dan bukaan pintu) dibuat sebagai pedoman bagi operasi prasarana sungai,
khususnya prasarana pintu pengambilan.
2) Kurva debit menunjukkan hubungan tinggi muka air dengan besaran debit air
yang mengalir, dengan pendekatan rumus Q = f (h). Sebaiknya, kurva debit dibuat
pada ruas saluran yang alirannya sudah laminair tidak terpengaruh oleh olakan air
setelah keluar dari pintu pengambilan. Monitoring besaran debit dapat diketahui
melalui pembacaan peilschaal tinggu muka air.
16
3.1.3. Pelaksanaan operasi prasarana pintu pengambilan :
1) Petugas/juru pengairan melakukan operasi pintu air untuk mengatur debit air
pengambilan sesuai dengan jumlah penyediaan alokasi air yang telah ditetapkan.
4) Dalam hal terjadi banjir atau kondisi luar biasa, atau kondisi dimana kandungan
endapan di sungai berlebihan, maka pintu pengambilan harus ditutup dan
pengambilan air dihentikan. Apabila di depan pintu pengambilan terdapat
saringan sampah (trashrack), maka pembersihan sampah dilakukan setelah pintu
pengambilan ditutup.
1) Pelaksanaan pengaturan elevasi muka air pada ruas sungai tertentu untuk suatu
kepentingan, dengan cara mengatur tinggi bukaan pintu air, ditetapkan
berdasarkan usulan dari setiap pemilik kepentingan, dengan tetap memperhatikan
kondisi sungai dan muka air sungai..
17
3) Terhadap alat pantau ketinggian muka air, perlu dilakukan kalibrasi peralatan dan
instrumentasi untuk menjamin keakuratan pengukuran tinggi muka air, menguji
keakuratan kurva debit.
1) SOP banjir pada dasarnya merupakan pedoman yang berisi prosedur standar kegiatan
pengendalian banjir untuk memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan serta
penggunaan fasilitas proses yang dilakukan berjalan efektif. SOP banjir ini harus
selalu dievaluasi dan dilakukan pemutakhiran sesuai dengan perkembangan kondisi,
dalam menghadapi banjir.
7) Dalam hal kondisi ketinggian muka air banjir sudah masuk dalam kategori bahaya
(tingkatan waspada, siaga, awas), operasi prasarana sungai dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kondisi tingkatan waspada, siaga dan awas
berbeda di masing-masing wilayah sungai sesuai dengan karakteristik aliran
banjirnya. Pada kondisi seperti ini, petugas OP sungai sudah harus mempersiapkan
langkah-langkah peringatan dini kepada masyarakat didaerah hilirnya, serta
berkoordinasi dengan instansi terkait di daerah.
8) Hubungan antara elevasi muka air sungai dalam kondisi siaga,waspada dan awas
dengan tinggi jagaan tanggul. Dalam hal infrastruktur bangunan sungai (tanggul)
telah terbangun, maka hubungan ketinggian muka air sungai dalam berbagai kondisi
(siaga, waspada dan awas) dengan tinggi jagaan tanggul seperti pada Gambar berikut
ini. Kalibrasi kurva elevasi muka air – debit banjir ditiap pos pengamat muka air
harus dilakukan secara periodic.
9) Dalam hal kondisi muka air sungai dalam kondisi kritis yang mengandung potensi
terjadi bencana banjir, maka petugas lapangan harus segera memberikan laporan
19
kepada pejabat berwewenang serta berkoordinasi dengan instansi terkait dalam
rangka kesiapan tanggap darurat penanggulangan bencana banjir.
10) Pelaksanaan piket banjir perlu segera diaktifkan pada lokasi-lokasi prasarana
terutama berkaitan dengan kesiapsiagaan operasional prasarana pengendali banjir.
1) Bahan banjiran dan peralatan (alat berat, pengangkut bahan banjiran, berupa karung
plastic, pasir, cerucuk, lembaran sesek anyaman bamboo, kayu dolken, bronjong
kawat, batu kali) harus selalu tersedia di kantor balai atau pada lokasi-lokasi kritis,
dan siap untuk dapat dimobilisasikan. Termasuk dalam tahap ini adalah kesiapan
sumber daya manusianya.
2) Pada kondisi awas, maka mobilisasi bahan banjiran dan peralatan sudah harus mulai
dilakukan untuk siap didistribusikan ke lokasi-lokasi yang membutuhkan.
3) Sebelum musin hujan dan setelah masa banjir, perlu dilakukan pengecekan terhadap
ketersediaan bahan banjiran
4) Pengoperasian peralatan berat dilaksanakan sesuai manual yang dibuat oleh pabrik
pembuat peralatan tersebut.
3.2.3. Monitoring banjir
1) Monitoring banjir dilakukan bersamaan dengan kegiatan inspeksi kondisi bangunan
prasarana sungai, sebelum dan sesudah terjadi banjir.
2) Hasil monitoring banjir memuat laporan mengenai kondisi prasarana pengendali
banjir, laporan kerusakan prasarana dan usulan perbaikan prasarana yang rusak akibat
banjir
20
1) Pemantauan lokasi kritis dilakukan paling sedikit 2(dua ) kali dalam satu tahun
(sebelum musim hujan dan setelah musim hujan atau banjir. Pemantauan lokasi kritis
dilakukan bersamaan dengan pemantauan kondisi bangunan melalui kegiatan inspeksi
atau walkthrough.
2) Audit teknis kondisi bangunan prasarana sungai dilakukan setelah kegiatan
walkthrough.
3) Hasil audit teknis merupakan bahan pelaporan untuk tindak lanjut penanganan,
khususnya terhadap bangunan2 yang kritis.
Pedoman penanganan banjir dapat dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan yang
ada seperti Peraturan Kepala BNPB No. 4/2008 tentang “Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana”. Sedangkan untuk tindak darurat pada saat banjir (darurat
banjir) diatur dalam Permen PU Nomor 16/PRT/M/2013 tentang “Pedoman
Penanggulangan Darurat Bencana Akibat Daya Rusak Air”.
Pelaksanaan penanggulangan banjir terdiri atas 3 fase kondisi lapangan, yaitu sebelum,
pada saat terjadinya dan sesudah terjadinya banjir.
21
c) Pengoperasian pintu air secara teknis hendaknya mengikuti manual
pintu yang ada, serta disesuaikan dengan eskalasi kondisi muka air di
sungai.
d) Operasi pintu-pintu air dan bangunannya bila dimungkinkan dilakukan
atas kerja sama dengan instansi terkait.
e) Kegiatan-kegiatan operasional pintu air pengendali dan prasarana
pelengkapnya dilaporkan dalam format laporan sesuai manual masing-
masing bangunan
22
1. Pintu Air Pengendali Banjir
a) Pintu air air dioperasikan sesuai dengan manual pengoperasian alat
b) Penutupan dan pembukaan pintu air sesuai kebutuhan dan SOP serta
dicatat dalam format laporan.
c) Petugas/penjaga pintu air dilapangan menyampaikan dan
menginformasikan setiap saat sesuai dengan prosedur kepada Petugas
Piket di Posko Banjir.
c) Selain itu, perlu pula dilakukan pengecekan terhadap system operasi untuk
kesiapsiagaan antisipasi terhadap kemungkinan kejadian banjir yang akan
datang..
24
por agar tetap dapat berfungsi baik, melaporkan dengan segera
kepada unit pengelola hidrologi sekiranya terjadi hal-hal yang bersifat
luar biasa.
BAB 4
STANDARD PEMELIHARAAN
PRASARANA SUNGAI
25
1) Prasarana atau bangunan sungai yang berfungsi sebagai pelindung palung
sungai,
2) Prasarana atau bangunan sungai yang berfungsi sebagai prasarana,
pendayagunaan sungai serta pengendali aliran air sungai,
26
1) Pemeliharaan rutin dan berkala dilakukan dengan interval waktu yang berbeda-
beda untuk setiap jenis bangunan, misalnya setiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1
tahun, 2 tahun, atau 3 tahun.
6) Jenis bangunan prasarana sungai yang perlu mendapat perhatian dalam kegiatan
pemeliharaan meliputi :
a) bangunan sungai yang berfungsi sebagai pelindung palung sungai dan
pengendali aliran air sungai ( tanggul sungai; revertment / bangunan
pelindung tebing; jetty, krib; sabo dam, checkdam,),
27
b) bangunan sungai yang berfungsi untuk pendayagunaan sumber air dan
pengendali banjir (pintu air, pompa air, pompa banjir, retention pond;
bending dan pelimpah; bending karet)
8) Pemeliharaan revertment
• Kerusakan umumnya dimulai dari pondasi konstruksi, maka diusahakan
pemeliharaan terhadap kerusakan pondasi selekasnya sebelum kerusakan
bertambah parah, atau seluruh struktur runtuh. Umumnya pemeliharaan
untuk pondasi revetment dilakukan dengan konstruksi Toe protection.
9) Pemeliharaan jetty
a) Jetty adalah bangunan tanggul/tembok batu atau beton yang dibangun di
muara sungai dan letaknya menjorok ke arah laut. Bangunan ini
merupakan perpanjangan alur sungai yang berfungsi mengarahkan lepasan
aliran air sungai sampai ke laut hingga kedalaman tertentu.
b) Bangunan jetty dibuat dengan tujuan untuk mengatasi masalah banjir dan
sedimentasi serta memperlancar aliran air sungai ke laut. Selain itu
bangunan jetty juga berfungsi untuk menghilangkan halangan untuk
member lemudahan akses keluar masuk lalu lintas perahu nelayan.
10) Krib
28
Pemeliharaan dilakukan dengan mengganti batu batu yang terlepas dari
bronjong, mengganti tiang tiang dolken / sheet pile yang roboh atau
hanyut.
29
a) Prasarana penunjang atau pendukung kegiatan OP sungai terdiri atas:
Bangunan kantor, gudang, bengkel, pos jaga dan rambu-rambu keamanan
Peralatan informasi dan telekomunikasi Peralatan berat dan kendaraan
30