Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

N DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN : ASMA BRONKHIALE

Dosen Pembimbing : R.A. Helda Puspitasari, S.Kep.Ns. M,Kep

Disusun Oleh :

LINTANG PERMATA PUTRI

202303102043

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

Definisi :
Asma bronkhiale, atau mungkin lebih akrab dengan “asma”, merupakan suatau keadan dimana saluran
napas mengalami penyempitan karena hipersensitivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. Rangsangan tersebut dapat berupa debu, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba, jika tidak
mendapatkan pertolongan segera, resiko kematian bisa mengancam. Gangguan asma bronkhiale juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan
pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang
namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan yang menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri brokospasme periodik
(kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan
oleh berbagai stimul seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman
Somarti, 2012).

Patofisiologi :

Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang akan mempermudah
terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran napas, gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan
pada otot polos bronkus juga diduga berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas
saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan dinding saluran nafas, sehingga
aliran udara menjadi sangat terbatas tetapi dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan.
Hipereaktivitas tersebut terjadi sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Dikenal dua jalur untuk bisa mencapai keadaan tersebut. Jalur imunologis yang terutama didominasi oleh IgE
dan jalur saraf otonom. Pada jalur yang didominasi oleh IgE, masuknya alergen ke dalam tubuh akan diolah
oleh APC (Antigen Presenting Cells), kemudian hasil olahan alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th ( T
penolong ) terutama Th2 . Sel T penolong inilah yang akan memberikan intruksi melalui interleukin atau
sitokin agar sel-sel plasma membentuk IgE, sel-sel radang lain seperti mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil,
neutrofil, trombosit serta limfosit untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin (PG),
leukotrien (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin, tromboksin (TX), dan lain-lain. Sel-sel ini bekerja
dengan mempengaruhi organ sasaran yang dapat menginduksi kontraksi otot polos saluran pernapasan sehingga
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang,
hipersekresi mukus, keluarnya plasma protein melalui mikrovaskuler bronkus dan fibrosis sub epitel sehingga
menimbulkan hipereaktivitas saluran napas. Faktor lainnya yang dapat menginduksi pelepasan mediator adalah
obat-obatan, latihan, udara dingin, dan stress.
Selain merangsang sel inflamasi, terdapat keterlibatan sistem saraf otonom pada jalur non-alergik dengan
hasil akhir berupa inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Reflek bronkus terjadi
karena adanya peregangan nervus vagus, sedangkan pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast dan makrofag
akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa,
sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Keterlibatan sel mast tidak ditemukan pada beberapa keadaan
seperti pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Reflek saraf memegang peranan pada
reaksi asma yang tidak melibatkan sel mast. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang menyebabkan
dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP).
Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi plasma,
hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
PATHWAY
Alergen/Non alergen

Merangsang respon imun untuk menjadi aktif

Merangsang Ig E

Menempel pada sel mast

Pelepasan histamin, bradikinin, dan prostagiandin

Bronkhospasma Produksi mukus Vasokontriksi otot polos Merangsang nervus vagus

Akumulasi sekret di Brocho kontriksi dan Peningkatan


Perubahan Ventilasi trakea dan bronkus oedema produksi HCl
Status menurun
Bersihan jalan Bronchospasme Distress
Kesehatan
Kurang Gangguan napas tidak gastrointestinal
informasi perfusi efektif Mual, muntah
Obstruksi
tentang jaringan
Hipoksia Sesak jalan napas
penyakitnya Perubahan nutrisi
Gangguan kurang dari
Mekanisme Metabolisme Dispnea Media pertukaran kebutuhan
koping tidak menurun Perubahan pertumbuhan gas
efektif Resiko
pola tinggi
tidur bakteri
Cemas Defisit
perawatan diri infeksi

a. Etiologi

Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe (Solmon, 2015) :


a) Asma tipe atopik/Ekstrinsik

Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen yang spesifik.
Kepekaan ini biasanya ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkhiale. Pada tipe ini mempunyai sifat –
sifat :

1. Timbul sejak kanak – kanak


2. Pada famili ada yang mengidap asma
3. Ada eksim waktu bayi
4. Sering menderita rhinitis

b) Asma tipe non atopik/Intrinsik

Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat –
sifatnya adalah :

1. Serangan timbul setelah dewasa


2. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma
3. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
4. Ada ubungan dengan pekerjaan dan beban fisik
5. Rangsangan/stimuli psikis mempunyai peran untuk menimbulkan serangan reaksi asma
6. Perubahan – perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik merupakan keadaan yang peka bagi
penderita

c) Asma campuran (Mixed Asthma)

Merupakan bentuk asma yang paling sering terjadi. Asma campuran merupakan bentuk campuran antara
kedua jenis asma yaitu, asma atopik dan non atopik.

b. Tanda Gejala
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan
napas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala – gejala asma antara lain :
1. Bising, mengi, wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Napas atau dada seperti tertekan (Mansjoer A, 1999)

Pemeriksaan Penunjang :
o Pemeriksaan test kulit untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya antibodi kadar Ig E yang
spesifik dalam tubuh
o Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum untuk menyokong adanya penyakit atopi
o Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan dengan pasien asma berat
o Pemeriksaan eosinofil dalam darah jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
o Pemeriksaan sputum untuk menilai adanya misellium aspergilus fumigatus
o Radiologi dilakukan apabila ada kecurigaan terhadap proses patologik diparu

Penatalaksanaan :
Menurut Masjoer A. dkk (1999) tujuan dari terapi asma adalah :
1. Menyembuhkan dan mengobati gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktifitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversibel

Pengobatan medikamentosa :
1. Waktu serangan
a. Bronkodilator
1. Golongan adrenergik
2. Golongan methylxanthine
3. Golongan antikolinergik
b. Antihistamin
c. Kortikosteroid
d. Antibiotika
e. Ekspektoransia
2. Di luar serangan
a. Disodium chromoghycate (DSCG)
b. Katotiten

Pengobatan nonmedikamentosa :
1. Waktu serangan
a. Pemberian oksigen (O2)
b. Pemberian cairan
c. Drainase postural
d. Menghindari alergen
2. Di luar serangan
a. Pendidikan
b. Imunoterapi/desensifikasi
c. Pelayaran /kontrol emosi (Alsagaff H, 1993)

Terapi awal yaitu :


1. Oksigenasi 4-6 liter/menit
2. Agonis β-2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
Inhalasi nebulasi dan pemberian dapat diulang setiap20 menit sampai 1 jam
Pemberian agonis β-2 dapat secara subcutan atau IV dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin
0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan
3. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya, maka
cukup diberikan setengahnya saja
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg IV jika tidak ada reson segra atau pasien sedang
mengunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat

Konsep Askep :
a. Pengkajian
o Identitas

Pada tahap ini perlu mengkaji tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
bahasa yang digunakan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan pasien
o Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke Rumah Sakit. Biasanya pada pasien dengan asma bronkhiale didapatkan keluhan berupa sesak napas
dengan wheezing
2. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien dengan asma bronkhiale biasanya akan diawali dengan adanya tanda – tanda seperti
sesak napas dengan wheezing, batuk produktif, dada seperti tertekan. Perlu juga dikaji mulai kapan keluhan
timbul
3. Riwayat kesehatan yang lalu
 Masalah pernapasan yang pernah dialami
 Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
 Pernah mengalami batuk dengan sputum
 Pernah mengalami nyeri dada
 Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala – gejala diatas
 Riwayat penyakit pernapasan
 Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
 Bagaimana frekuensi setiap kejadian
 Riwayat kardiovaskuler
 Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
 Gaya hidup
 Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
4. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota kluarga yang menderita penyakit asma
o Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji serta bagaimana penampilan pasien secara umum
2. Sistem respirasi

Perlu dikaji baik secara inspeksi, palpasi, perkusi, serta auskultasi keadaan paru, frekuensi
pernapasan (respiratory rate), dan ada tidaknya suara napas tambahan
3. Sistem kardiovaskuler

Perlu dikaji tekanan darah, ada atau tidaknya pembengkakan pada ekstremitas, serta
frekuensi nadi (normal/takikardi/bradikardi)
4. Sistem pencernaan
Perlu dikaji ada atau tidaknya mual dan muntah, ada atau tiaknya kemampuan untuk makan
(distress)
5. Sistem neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji, disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS
6. Sistem muskuloskeletal

Perlu dikaji ada atau tidaknya edema, kekuatan otot dan kesimetrisan otot
7. Sistem integumen

Perlu dikaji warna kulit/membran mukosa, kebersihan , dan penurunan turgor


b. Diagnosa Keperawatan
o Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus, kekentalan
sekresi, dan bronkospasme
o Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler
(bronchospasme)
o Perubahan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anoreksia (mual muntah)
o Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan,
proses penyakit kronik, malnutrisi)
o Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/idak
mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat/keterbatasan
kognitif
c. Perencanaan
o Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mukus, kekentalan
sekresi, dan bronkospasme.
1) Kriteria hasil :
a) Mendemonstrasikan batuk efektif.
b) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan pertukaran udara.
c) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
2) Intervensi :
a) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk;
(1) Napas dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin.
(2) Gunakan napas diafragmatik.
(3) Tahan napas selama 3-5 detik dan kemudian hembusan sebanyak mungkin melalui
mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus turun).
(4) Ambil napas kedua, tahan dan batuk dari dada (bukan dari belakang mulut /
tenggorokan) dan menggunakan napas pendek, batuk kuat.
(5) Demonstrasikan pernapasan pursed-lip.
b) Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2 sampai 4 liter per hari
bila tidak dikontra indikasi penurunan curah jantung/gagal ginjal.
c) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
d) Dorong / berikan perawatan mulut.
3) Rasional :
a) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan frustasi.
(1) Duduk tegak menggeser organ abdominal menjauhi paru
memungkinkan ekspansi lebih besar
(2) Pernapasan diafragmatik menurunkan frekuensi pernapasan dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
(3) Peningkatan volume udara dalam paru meningkatkan
pengeluaran sekret.
(4) Pernapasan pursed-lip memanjangkan ekshalasi untuk menurunkan udara yang
terperangkap
b) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan
mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
c) Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
d) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.
(Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)

o Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler (bronchospasme).

1.) Kriteria hasil :

a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan AGD (Analisa
Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.

b) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan atau situasi

2.) Intervensi :
a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan
b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.
c) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
d) Awasi tanda-tanda vital.

3.) Rasional
a) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.
b) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK : bersihan jalan nafas tak efektif).
c) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
d) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges E., 2000 : 168)

o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anoreksia / mual-muntah.

1) Kriteria hasil :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
b) Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
badan yang tepat.

2) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
b) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat khusus untuk sekali pakai
dan tisu
c) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
d) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
3) Rasional :
a) Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
b) Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
c) Membantu untuk meningkatkan kalori total
d) Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerak
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. (Doenges M.E., 2000 : 159)

o Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan
kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan
pemajanan pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).

1) Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
2) Intervensi :
a) Awasi suhu
b) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
c) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
d) Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi
3) Rasional :
a) Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
b) Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
c) Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi serta dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas
atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi (Doenges M.E., 2000 : 162)
o Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang
informasi / tak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat /
keterbatasan kognitif.

1) Kriteria hasil :
a) Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
b) Mengidentifkasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan faktor penyebab.
2) Intervensi :
a) Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
b) Instruksikan / kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum.
c) Anjurkan menghindari agen sedatif antiansietas kecuali diresepkan / diberikan oleh dokter
mengobatai kondisi pernapasan.
d) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
e) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi, misal : udara terlalu kering, angin,
lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara,
dorong klien / orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan faktor di
rumah. (Doenges M.E., 2000 : 162)
Sumber :

1. Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid


I. Media Acsulapius. FKUI. Jakarta.

2. Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi


Ketiga. BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

3. Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

4. Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

5. Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN

BIODATA
Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bahasa : Bahasa Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Kamboja No. 10, Jabon, Mojokero
No. Register : 070336
Tanggal MRS : 15 Juli 2021 pukul 08.00 WIB
Tanggal pengkajian : 15 Juli 2021 pukul 09.00 WIB

RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit :

Pasien mengatakan sesak nafas dan kepala terasa pusing.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sesak napas dan kepala terasa pusing. Gejala ini timbul sejak dua
hari yang lalu tapi tidak kunjung sembuh, sudah berobat di Puskesmas belum ada
perubahan. Kemudian pasien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit pada tanggal 15 Juli
2021 pukul 08.00 WIB.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit, sebelumnya apabila
merasa sesak napas pasien hanya berobat ke Puskesmas, yang mana keesokan harinya
sesak napas yang diderita mulai mereda. Sesak napas terjadi jika ia terkena paparan
debu. Pasien memiliki riwayat penyakit sesak napas ini sejak 8 tahun yang lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan beberapa anggota keluarganya mempunyai riwayat penyakit asma
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT

1. Waktu Tidur :
SMRS : Pasien biasa tidur 7 jam pada malam hari, mulai pukul 21.00 – 04.00.
Tidur siang hanya 2 jam, mulai pukul 12.00 – 14.00

MRS : Pasien mengatakan tidur 5 jam per hari pada malam hari, mulai pukul
21.00 – 02.00, kadang tidak bisa tidur saat merasa sesak napas dan sering
terbangun. Tidur siang kurang lebih 1 jam, mulai pukul 12.00 – 13.00, kadang
sering terbangun karena lingkungan sekitar yang berisik

2. Waktu Bangun :
SMRS : Pasien bangun dari pukul 04.00 – 12.00 serta dari pukul 14.00 –
21.00
MRS : Pasien bangun dari pukul 02.00 – 12.00 serta dari pukul 13.00 – 21.00

3. Masalah Tidur : Pasien mengatakan sering terbangun saat tidur


karena sesak napas, serta keadaan lingkungan sekitar yang berisik

4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Pasien mengatakan akan mudah tidur jika
tidak merasa sesak napas, serta keadaan lingkungan sekitar yang tenang

5. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun : Pasien mengatakan mudah


terbangun saat merasa sesak napas, serta serta keadaan lingkungan sekitar
yang berisik

B. POLA ELIMINASI

1. BAB :
SMRS : Pasien mengatakan BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas dan tidak encer

MRS : Pasien mengatakan BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas dan tidak encer

2. BAK :
SMRS : Pasien BAK 6-7 kali per hari, warna kuning, bau khas dan tidak ada
keluhan saat BAK

MRS : Pasien BAK 6-7 kali per hari, dengan bantuan keluarga kadang-
kadang menggunakan pempers

3. Kesulitan BAB/BAK : Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAB


maupun BAK. Hanya saja saat sakit, pasien terlihat dalam kondisi lemas,
sehingga perlu bantuan keluarga ataupun menggunakan pempers saat ingin
BAB/BAK

4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut : Pasien mengatakan saat ingin


BAB/BAK perlu bantuan keluarga ataupun menggunakan pempers, karena
kondisinya yang masih lemas
C. POLA MAKAN DAN MINUM

1. Jumlah dan jenis makanan :


SMRS : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit makan tiga kali sehari
dengan komposisi nasi, sayur dan lauk pauk, setiap makan habis 1 porsi

MRS : Pasien mengatakan makan tiga kali sehari dengan diit dari Klinik
tetapi kadang-kadang hanya hanis setengah porsi saja

2. Waktu pemberian makan :


SMRS : Pasien mengatakan makan tiga kali sehari. Pagi pukul 07.00, siang
pukul 14.00, dan malam pukul 18.00

MRS : Pasien mengatakan makan tiga kali sehari. Pagi pukul 07.00, siang
pukul 13.00, dan malam pukul 18.00

3. Jumlah dan jenis cairan :


SMRS : Pasien mengatakan minum kurang lebih delapan gelas per hari
dengan air putih dan kadang- kadang minum teh hangat dipagi hari

MRS : Pasien minum kurang lebih tujuh gelas per hari dengan air putih
hangat atau air teh hangat

4. Pantangan : Pasien mengatakan memiliki alergi pada jenis makanan tertentu


antara lain udang dan ikan teri

5. Masalah makan dan minum


a. Kesulitan mengunyah : Pasien mengatkan tidak ada kesulitan
mengunyah
b. Kesulitan menelan : Pasien mengatkan tidak ada kesulitan
menelan
c. Mual dan muntah : Pasien mengatkan tidak ada keinginan
untuk mual dan muntah
d. Tidak dapat makan sendiri : Pasien mengatakan saat sakit, setiap makan
selalu disuapi oleh keluarganya

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE


1. Pemeliharaan badan :
SMRS : Pasien mengatakan sebelum sakit biasa mandi tiga kali sehari
tergantung aktivitas pasien dan pasien membersihkan rambut setiap dua hari
sekali

MRS : Pasien mengatakan diseka oleh keluarga satu kali sehari

2. Pemeliharaan gigi dan mulut :


SMRS : Pasien mengatakan menggosok gigi setiap kali mandi

MRS : Pasien mengatakan menggosok gigi dibantu oleh keluarga

3. Pemeliharaan kuku :
SMRS : Pasien mengatakan sebelum sakit ia memotong kuku satu kali
seminggu

MRS : Pasien mengatakan setelah sakit ia memotong kuku dibantu oleh


keluarga
E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :
SMRS : Sebelum sakit pasien mengatakan melakukan semua aktivitasnya secara
mandiri, mulai dari mandi, makan dan minum, memasak untuk anggota
keluarganya dan menjadi ibu rumah tangga, penyakit yang diderita pasien tidak
mempengaruhi aktivitas pasien hanya saja apabila terkena debu yang berlebihan
itu akan memicu sesak napas yang dialami pasien

MRS : Pasien mengatakan selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
dan perawat karena pasien merasa badannya lemas dan takut bila sesak napasnya
kambuh

DATA PSIKOSOSIAL
A. Orang yang paling dekat dengan klien : Pasien mengatakan orang yang paling
dekat dengannya adalah keluarga, terutama suami pasien

B. Rekreasi
Hobby : Pasien mengatakan jika ia memiliki hobby memasak
Penggunaan waktu senggang : Pasien mengatakan biasanya jika ada waktu
senggang, ia akan bermain dengan kedua anaknya

C. Dampak dirawat di RS : Pasien mengatakan saat di Rumah Sakit, ia rindu dengan


kedua anaknya. Karena usia anaknya masih kecil sehingga tidak diperbolehkan ke
Rumah Sakit oleh keluarga

D. Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial : Pasien mengatakan memiliki


hubungan baik dengan keluarga, dan masyarakat dikarenakan keluarga yang
menunggu selalu bergantian dan banyak pula tetangga yang menjenguk pasien
dan pasien mengatakan jika pasien punya masalah selalu menceritakan dengan
keluarga

E. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Pasien mengatakan keluarga yang


dapat dihubungi bila diperlukan adalah suami pasien

DATA SPIRITUAL

A. Ketaataan beribadah :
SMRS : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu menjalankan sholat

MRS : Pasien mengatakan selama sakit hanya mampu berdoa untuk


kesembuhannya

B. Keyakinan terhadap sehat/sakit : Pasien mengatakan jika sakit yang menimpaya


saat ini merupakan teguran dari Tuhan agar selalu menjaga kesehatan

C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Pasien mengatakan jika dirinya yakin akan


sembuh dari penyakitnya dan dapat beraktifitas seperti biasa

PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum/Keadaan Umum: :
Keadaan umum: lemah
kesadaran: compos mentis

B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36ºC Nadi : 110 x/meni
Tekanan darah : 110/70 mmHg RR : 27x/menit

Pemeriksaan kepala dan leher:


1. Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : mesochepal
Kulit kepala : bersih, tidak ada massa maupun kotoran

b. Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rambut merata dan keadaan


rambut bersih
Bau : tidak berbau
Warna : hitam
c. Warna kulit : pucat
Struktur wajah : simetris

2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
b. Kelopak mata (palpebra) : kelopak mata kanan dan kiri simetris, dapat
membuka dan menutup dengan baik, tidak ada benjolan
c. Konjumgtiva dan sclera
Sclera : tidak ikterik
konjungtiva : tidak anemis
d. Pupil : isokor
e. Kornea dan iris : kornea jernih
f. Ketajaman penglihatan/visus : 20/20 kaki
g. Tekanan bola mata : 18 mm Hg

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : terletak persis di tengah,
memisahkan bagian kiri dan kanan hidung menjadi dua saluran dengan
ukuran yang sama
b. Lubang hidung : tidak ada polip, tidak ada pembengkakan
c. Cuping hidung : terdapat pernapasan cuping hidung

4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
b. Ukuran telinga : simetris
c. Ketegangan telinga : tidak terjadi tinnitus (telinga berdenging)
d. Lubang telinga : tidak ada serumen
e. Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki pendengaran yang baik dan tidak
perlu disentuh ketika dipanggil

5. Mulut dan faring


a. Keadaan bibir : tampak kebiruan (sianosis)
b. Keadaan gusi dan gigi : keadaan gusi tidak berdarah dan gigi tidak ada yang
berlubang
c. Keadaan lidah : lidah tidak sulit untuk digerakkan
d. Orofarings : tidak ada gangguan menelan

6. Leher
a. Posisi trachea : trakea normal dalam garis lurus di antara otot
sternokleidomastoideus pada leher, dengan mudah digerakkan serta dengan
mudah kembali ke posisi garis tengah setelah di geser
b. Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
c. Kelenjar limfe : teraba
d. Denyut nadi carotis : 110x/menit

C. Pemeriksaan Integumen (kulit)


a. Kebersihan : bersih, tidak ada kotoran
b. Kehangatan : dingin
c. Warna : pucat
d. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit

D. Pemeriksaan Thorax/Dada
a. Inspeksi Thorax
a. Bentuk thorax : simetris
b. Pernafasan
Frekuensi : 27x/menit
Irama : cepat dan tidak teratur (irreguler)
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : saat dilakukan auskultasi pada dada
terdengar bunyi mengi/wheezing yang menandakan udara mengalir
melalui saluran napas yang menyempit

2. Pemeriksan Paru
a. Palpasi getaran suara (vokal fremitus) : teraba diatas perifer paru
b. Perkusi : hiperresonan
c. Auskultasi
Suara nafas : terdapat suara napas tambahan
Suara tambahan : terdengar bunyi tambahan mengi/wheezing

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis : tidak nampak
b. Palpasi
Ictus cordis : kuat angkat
c. Perkusi
Batas-batas jantung : batas jantung tidak melebar
Auskultasi
d. Bunyi jantung I : bunyi jantung I murni “lub”
Bunyi jantung II : bunyi jantung II murni “dup”
Bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi jantung tambahan
Bising/murmur : tidak ada suara bising/murmur
Frekwensi denyut jantung : 110x/menit

E. Pemeriksaan Abdomen:
e. Inspeksi
Bentuk abdomen : simetris
Benjolan/massa : tidak ada benjolan/massa
f. Auskultasi
Peristaltik usus : dalam batas normal
Bising Usus : 15x/menit
Bunyi jantung anak/BJA : tidak ada BJA

g. Palpasi
Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan/massa : tidak ada benjolan/massa
Tanda-tanda ascites : tidak ada tanda – tanda ascites
Hepar : teraba
Lien : teraba
Titik McBurney : tidak ada nyeri tekan
h. Perkusi
Suara abodmen : dullness pada daerah kanan atas, timpani pada
kuadran yang lain.

F. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)


i. Kesimetrisan otot: simetris kika
j. Pemeriksaan oedem : tidak ada oedem
k. Kekuatan otot : skala 4, presentasi kekuatan otot 75
l. Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku : tidak ada kelainan pada
ekstremitas dan kuku

G. Pemeriksaan Neurologi
t. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/GCS
15 (E: 4, M: 6, V: 5

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Asma bronkhiale

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang medis:


 Pemeriksaan AGD dapat dijumpai adanya peningkatan PCO2 dan rendahnya PO2
(hipoksemia)
 Uji fungsi paru dapat ditemukan adanya penurunan FEV1 yang mencapai kurang
dari 70% nilai normal
 Peningkatan kadar IgE dan eosinofil total
 Pemeriksaan pH arteri
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
 Menjaga kelancaran pernapasan
 Pemeriksaan kesimetrisan ekspansi paru
 Pemberian O2

Perawat

Lintang Permata Putri


NIM : 202303102043
ANALISIS DATA

NAMA PASIEN : Ny. N


UMUR : 27 thn
NO. REGISTER : 070336

DATA PENUNJANG INTERPRETASI DATA MASALAH


DS : Paparan debu Gangguan pertukaran gas
- Pasien mengatakan sesak
nafas (dispnea) dan terasa Merangsang respon imun
pusing untuk menjadi aktif
“ dada saya sesak mbak,
Merangsang IgE
kepala saya juga terasa
pusing” Menempel pada sel mast

DO : Pelepasan histamin,
- Takikardia bradikinin, dan
Nadi : 110x/menit prostaglandin
- Terdengar bunyi
mengi/wheezing saat pasien Vasokontriksi otot polos
bernapas
- PCO2 meningkat Broncho kontriksi
mencapai 47 mmHg
- PO2 menurun Bronchospasme
mencapai 73 mmHg
- ph arteri menurun Obstruksi jalan napas
mencapai 7,34
- Bagian tubuh pasien Gangguan pertukaran gas
tampak kebiruan (sianosis)
- Terdapat pernapasan
cuping hidung
- Pola napas terdengar cepat
dan pendek (takipnea)
- Pasien nampak pucat
-
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. N


UMUR : 27 thn
NO. REGISTER : 070336

NO TGL DIAGNOSA TGL TT


MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI
1 15 Juli 2021 Gangguan pertukaran gas b.d 17 Juli 2021
Perubahan membran alveolus
kapiler d.d Takikardia, Lintang
sianosis, terdengar bunyi Permata
mengi/wheezing saat pasien
bernapas, pasien tampak pucat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.N


UMUR : 27 thn
NO. REGISTER : 070336

TGL NO. DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN KEPERAWATAN
15 Juli 1 Gangguan pertukaran gas Luara utama : Pertukaran gas Pemantauan respirasi : 1. Monitor frekuensi, irama,
2021 b.d Perubahan membran Observasi : kedalaman, dan upaya napas
alveolus kapiler d.d Setelah dilakukan intervensi 1.Monitor frekuensi, irama, kedalaman, Rasional : manifestasi distres
Takikardia, sianosis, keperawatan selama 3x24 jam maka dan upaya napas pernapasan tergantung
terdengar bunyi pertukaran gas meningkat dengan 2.Monitor pola napas pada/indikasi derajat keterlibatan
mengi/wheezing saat kriteria hasil : 3.Monitor adanya sumbatan jalan napas paru dan status kesehatan umum
pasien bernapas, pasien -Dispnea menurun 4.Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
tampak pucat diharapkan RR dari 27x/menit 5.Auskultasi bunyi napas 2.Monitor pola napas
menjadi 20x/menit 6.Monitor saturasi oksigen Rasional : untuk memastikan ada
7.Monitor hasil AGD atau tidaknya suara napas yang
-Bunyi napas tambahan abnormal
diharapkan suara mengi/wheezing
saat bernapas sudah tidak terdengar 3. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
-Pusing menurun Rasional : banyaknya sekresi
diharapkan pusing mereda adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas, penghisapan
-Napas cuping hidung menurun diperlukan jika pola dan
frekuensi napas tak kunjung
-PCO2 membaik membaik
diharapkan PCO2 menurun dari 47
mmHg menjadi 45 mmHg

4.Palpasi kesimetrisan ekspansi


-PO2 membaik paru
diharapkan PO2 meningkat dari 73 Rasional : untuk mengetahui
mmHg menjadi 75 mmHg simetris atau tidaknya gerakan
dada. Gerakan dada yang tak
-Takikardi membaik simetris sering terjadi karena
diharapkan denyut nadi turun dari ketidaknyamanan gerakan
110x/menit menjadi 100x/menit dinding dada/cairan paru

-ph arteri membaik 5.Auskultasi bunyi napas


diharapkan ph arteri meningkat dari Rasional : untuk mendeteksi
7,34 menjadi 7,38 suara napas tambahan

-Sianosis membaik 6.Monitor saturasi oksigen


diharapkan sudah tidak nampak Rasional :untuk memonitor
bagian tubuh yang berwarna respirasi dan keadekuatan
kebiruan oksigen

-Pola napas membaik 7.Monitor hasil AGD


diharapkan pola napas menjadi Rasional : AGD yang memburuk
normal dengan irama yang teratur disertai pusing menunjukkan
disfungsi serebral
-Warna kulit membaik
diharapkan warna kulit sudah tidak
pucat
CATATAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.N


UMUR : 27 thn
NO. REGISTER : 070336

NO TGL/JAM NO. DX. TINDAKAN TT


KEP
1 15 Juli
2021
09.00 Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
-didapatkan frekuensi pernapasan :
27x/menit Lintang
-irama pernapasan cepat dan tidak teratur Permata
(irreguler)
-pasien nampak kesulitan bernapas,
pasien bernapas dengan pernapasan yang
dalam

09.10 Memonitor pola napas


-didapatkan pola napas terdengar cepat
dan pendek (takipnea)

09.15 Memonitor adanya sumbatan jalan napas


-didapatkan adanya infeksi saluran napas
yang disebabkan oleh bakteri flagellin
dari debu yang terhirup

09.30 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi


paru
-didapatkan tekanan inspirasi belum
maksimal, karena pola pernapasan pasien
yang cepat dan pendek
-tekanan ekspirasi juga belum maksimal,
karena masih terdapat suara napas
tambahan (mengi/wheezing)

09.40 Melakukan auskultasi bunyi napas


-didapatkan suara napas tambahan
(mengi/wheezing)

09.45 Memonitor saturasi oksigen


-didapatkan saturasi oksigen 92%
(hipoksia ringan)

09.50 Memonitor hasil AGD


-didapatkan PCO2 mencapai 47 mmHg
-PO2 73 mmHg
-ph arteri 7,34

NO TGL/JAM NO. DX TINDAKAN TT


KEP

1 16 Juli
2021
09.00 Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
-didapatkan frekuensi pernapasan : Lintang
24x/menit Permata
-irama pernapasan cepat dan tidak teratur
(irreguler)
-pasien nampak sedikit kesulitan
bernapas, pasien bernapas dengan
pernapasan yang dalam

09.10 Memonitor pola napas


-didapatkan pola napas terdengar cepat
dan pendek (takipnea)

09.15 Memonitor adanya sumbatan jalan napas


-didapatkan adanya infeksi saluran napas
yang disebabkan oleh bakteri flagellin
dari debu yang terhirup

09.30 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi


paru
-didapatkan tekanan inspirasi belum
maksimal, karena pola pernapasan pasien
yang cepat dan pendek
-tekanan ekspirasi juga belum maksimal,
karena masih terdapat suara napas
tambahan (mengi/wheezing)

09.40 Melakukan auskultasi bunyi napas


-didapatkan suara napas tambahan
(mengi/wheezing)

09.45 Memonitor saturasi oksigen


-didapatkan saturasi oksigen 94%
(hipoksia ringan)

09.50 Memonitor hasil AGD


-didapatkan PCO2 mencapai 46 mmHg
-PO2 74 mmHg
-ph arteri 7,36

NO TGL/JAM NO. DX TINDAKAN TT


KEP

1 17 Juli
2021
09.00 Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
-didapatkan frekuensi pernapasan : Lintang
20x/menit Permata
-irama pernapasan normal dan teratur
(reguler)
-pasien nampak tidak kesulitan bernapas,
pasien bernapas tidak dengan
pernapasan yang dalam

09.10 Memonitor pola napas


-didapatkan pola napas eupnea

09.15 Memonitor adanya sumbatan jalan napas


-didapatkan sudah tidak adanya infeksi
saluran napas yang disebabkan oleh
bakteri flagellin dari debu yang terhirup

09.30 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi


paru
-didapatkan tekanan inspirasi maksimal,
karena pola pernapasan pasien sudah
normal
-tekanan ekspirasi juga sudah maksimal,
sudah tidak terdapat suara napas
tambahan (mengi/wheezing)

09.40 Melakukan auskultasi bunyi napas


-sudah tidak terdapat suara napas
tambahan (mengi/wheezing)

09.45 Memonitor saturasi oksigen


-didapatkan saturasi oksigen 95%
(normal)

09.50 Memonitor hasil AGD


-didapatkan PCO2 mencapai 45 mmHg
-PO2 75 mmHg
-ph arteri 7,38
EVALUASI

NAMA PASIEN : Ny.N


UMUR : 27 thn
NO. REGISTER : 070336

NO. TANGGAL TANGGAL TANGGAL


DX 15 Juli 2021 pukul 09.00 16 Juli 2021 pukul 09.00 17 Juli 2021 pukul 09.00
KEP.
1 S: S: S:
- Pasien mengatakan sesak nafas (dispnea) dan - Pasien mengatakan sesak nafas (dispnea) mulai - Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas
terasa pusing berkurang dan terasa sedikit pusing (dispnea) dan tidak terasa pusing
“ dada saya sesak mbak, kepala saya juga “ sesak saya sedikit berkurang mbak, kepala saya “ saya sudah tidak merasa sesak mbak, sudah tidak
terasa pusing” juga terasa sedikit pusing” terasa pusing juga”
O: O: O:
- Takikardia - Takikardia - Denyut nadi sudah dalam batas normal:
Nadi : 110x/menit Nadi : 105x/menit 100x/menit
- Terdengar bunyi mengi/wheezing saat pasien - Terdengar sedikit bunyi mengi/wheezing saat - Sudah tidak terdengar bunyi mengi/wheezing saat
bernapas pasien bernapas pasien bernapas
- PCO2 47 mmHg - PCO2 46 mmHg - PCO2 45 mmHg
- PO2 73 mmHg - PO2 74 mmHg - PO2 75 mmHg
- ph arteri 7,34 - ph 7,36 - ph 7,38
- Bagian tubuh pasien tampak kebiruan - Bagian tubuh pasien tampak sedikit kebiruan - Bagian tubuh pasien sudah tidak tampak kebiruan
(sianosis) (sianosis) (sianosis)
- Terdapat pernapasan cuping hidung - Terdapat pernapasan cuping hidung - Sudah tidak terdapat pernapasan cuping hidung
- Pola napas terdengar cepat dan pendek - Pola napas terdengar cepat dan pendek (takipnea) - Pola napas terdengar eupnea
(takipnea) - Pasien nampak sedikit pucat - Pasien sudah tidak nampak pucat
- Pasien nampak pucat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi P : Lanjutkan intervensi
(pemantauan respirasi : 1,2,5,6,7,8,9) (pemantauan respirasi : 1,2,5,6,7,8,9)

Anda mungkin juga menyukai