Disusun Oleh :
202303102043
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Definisi :
Asma bronkhiale, atau mungkin lebih akrab dengan “asma”, merupakan suatau keadan dimana saluran
napas mengalami penyempitan karena hipersensitivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan. Rangsangan tersebut dapat berupa debu, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba, jika tidak
mendapatkan pertolongan segera, resiko kematian bisa mengancam. Gangguan asma bronkhiale juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan
pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012).
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang
namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan yang menandakan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri brokospasme periodik
(kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan
oleh berbagai stimul seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman
Somarti, 2012).
Patofisiologi :
Penyakit asma merupakan proses inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas yang akan mempermudah
terjadinya obstruksi jalan napas. Kerusakan epitel saluran napas, gangguan saraf otonom, dan adanya perubahan
pada otot polos bronkus juga diduga berperan pada proses hipereaktivitas saluran napas. Peningkatan reaktivitas
saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan dinding saluran nafas, sehingga
aliran udara menjadi sangat terbatas tetapi dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan.
Hipereaktivitas tersebut terjadi sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang.
Dikenal dua jalur untuk bisa mencapai keadaan tersebut. Jalur imunologis yang terutama didominasi oleh IgE
dan jalur saraf otonom. Pada jalur yang didominasi oleh IgE, masuknya alergen ke dalam tubuh akan diolah
oleh APC (Antigen Presenting Cells), kemudian hasil olahan alergen akan dikomunikasikan kepada sel Th ( T
penolong ) terutama Th2 . Sel T penolong inilah yang akan memberikan intruksi melalui interleukin atau
sitokin agar sel-sel plasma membentuk IgE, sel-sel radang lain seperti mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil,
neutrofil, trombosit serta limfosit untuk mengeluarkan mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin (PG),
leukotrien (LT), platelet activating factor (PAF), bradikinin, tromboksin (TX), dan lain-lain. Sel-sel ini bekerja
dengan mempengaruhi organ sasaran yang dapat menginduksi kontraksi otot polos saluran pernapasan sehingga
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding vaskular, edema saluran napas, infiltrasi sel-sel radang,
hipersekresi mukus, keluarnya plasma protein melalui mikrovaskuler bronkus dan fibrosis sub epitel sehingga
menimbulkan hipereaktivitas saluran napas. Faktor lainnya yang dapat menginduksi pelepasan mediator adalah
obat-obatan, latihan, udara dingin, dan stress.
Selain merangsang sel inflamasi, terdapat keterlibatan sistem saraf otonom pada jalur non-alergik dengan
hasil akhir berupa inflamasi dan hipereaktivitas saluran napas. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Reflek bronkus terjadi
karena adanya peregangan nervus vagus, sedangkan pelepasan mediator inflamasi oleh sel mast dan makrofag
akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa,
sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Keterlibatan sel mast tidak ditemukan pada beberapa keadaan
seperti pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Reflek saraf memegang peranan pada
reaksi asma yang tidak melibatkan sel mast. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsang menyebabkan
dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP).
Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokontriksi, edema bronkus, eksudasi plasma,
hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
PATHWAY
Alergen/Non alergen
Merangsang Ig E
a. Etiologi
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap alergen yang spesifik.
Kepekaan ini biasanya ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkhiale. Pada tipe ini mempunyai sifat –
sifat :
Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat –
sifatnya adalah :
Merupakan bentuk asma yang paling sering terjadi. Asma campuran merupakan bentuk campuran antara
kedua jenis asma yaitu, asma atopik dan non atopik.
b. Tanda Gejala
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan
napas dapat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala – gejala asma antara lain :
1. Bising, mengi, wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering pada malam hari
3. Napas atau dada seperti tertekan (Mansjoer A, 1999)
Pemeriksaan Penunjang :
o Pemeriksaan test kulit untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya antibodi kadar Ig E yang
spesifik dalam tubuh
o Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum untuk menyokong adanya penyakit atopi
o Pemeriksaan analisa gas darah dilakukan dengan pasien asma berat
o Pemeriksaan eosinofil dalam darah jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
o Pemeriksaan sputum untuk menilai adanya misellium aspergilus fumigatus
o Radiologi dilakukan apabila ada kecurigaan terhadap proses patologik diparu
Penatalaksanaan :
Menurut Masjoer A. dkk (1999) tujuan dari terapi asma adalah :
1. Menyembuhkan dan mengobati gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktifitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversibel
Pengobatan medikamentosa :
1. Waktu serangan
a. Bronkodilator
1. Golongan adrenergik
2. Golongan methylxanthine
3. Golongan antikolinergik
b. Antihistamin
c. Kortikosteroid
d. Antibiotika
e. Ekspektoransia
2. Di luar serangan
a. Disodium chromoghycate (DSCG)
b. Katotiten
Pengobatan nonmedikamentosa :
1. Waktu serangan
a. Pemberian oksigen (O2)
b. Pemberian cairan
c. Drainase postural
d. Menghindari alergen
2. Di luar serangan
a. Pendidikan
b. Imunoterapi/desensifikasi
c. Pelayaran /kontrol emosi (Alsagaff H, 1993)
Konsep Askep :
a. Pengkajian
o Identitas
Pada tahap ini perlu mengkaji tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
bahasa yang digunakan, pendidikan terakhir, dan pekerjaan pasien
o Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau
berobat ke Rumah Sakit. Biasanya pada pasien dengan asma bronkhiale didapatkan keluhan berupa sesak napas
dengan wheezing
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan asma bronkhiale biasanya akan diawali dengan adanya tanda – tanda seperti
sesak napas dengan wheezing, batuk produktif, dada seperti tertekan. Perlu juga dikaji mulai kapan keluhan
timbul
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Masalah pernapasan yang pernah dialami
Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
Pernah mengalami batuk dengan sputum
Pernah mengalami nyeri dada
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala – gejala diatas
Riwayat penyakit pernapasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
Bagaimana frekuensi setiap kejadian
Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
4. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota kluarga yang menderita penyakit asma
o Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji serta bagaimana penampilan pasien secara umum
2. Sistem respirasi
Perlu dikaji baik secara inspeksi, palpasi, perkusi, serta auskultasi keadaan paru, frekuensi
pernapasan (respiratory rate), dan ada tidaknya suara napas tambahan
3. Sistem kardiovaskuler
Perlu dikaji tekanan darah, ada atau tidaknya pembengkakan pada ekstremitas, serta
frekuensi nadi (normal/takikardi/bradikardi)
4. Sistem pencernaan
Perlu dikaji ada atau tidaknya mual dan muntah, ada atau tiaknya kemampuan untuk makan
(distress)
5. Sistem neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji, disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS
6. Sistem muskuloskeletal
Perlu dikaji ada atau tidaknya edema, kekuatan otot dan kesimetrisan otot
7. Sistem integumen
o Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler (bronchospasme).
a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan AGD (Analisa
Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.
2.) Intervensi :
a) Kaji frekuensi kedalaman pernafasan
b) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.
c) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
d) Awasi tanda-tanda vital.
3.) Rasional
a) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru
dan status kesehatan umum.
b) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret
untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK : bersihan jalan nafas tak efektif).
c) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk
memudahkan perbaikan infeksi.
d) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges E., 2000 : 168)
o Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anoreksia / mual-muntah.
1) Kriteria hasil :
a) Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
b) Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat
badan yang tepat.
2) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini
b) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan tempat khusus untuk sekali pakai
dan tisu
c) Berikan makanan porsi kecil tapi sering
d) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat
3) Rasional :
a) Sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat.
b) Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
c) Membantu untuk meningkatkan kalori total
d) Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerak
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea. (Doenges M.E., 2000 : 159)
o Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan
kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan
pemajanan pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi).
1) Kriteria hasil :
a) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
2) Intervensi :
a) Awasi suhu
b) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
c) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.
d) Kolaborasi : Berikan antimikrobial sesuai indikasi
3) Rasional :
a) Demam dapat terjadi karena infeksi / dehidrasi
b) Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
c) Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap
infeksi serta dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas
atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi (Doenges M.E., 2000 : 162)
o Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang
informasi / tak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat /
keterbatasan kognitif.
1) Kriteria hasil :
a) Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
b) Mengidentifkasi hubungan tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan faktor penyebab.
2) Intervensi :
a) Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu.
b) Instruksikan / kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum.
c) Anjurkan menghindari agen sedatif antiansietas kecuali diresepkan / diberikan oleh dokter
mengobatai kondisi pernapasan.
d) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
e) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi, misal : udara terlalu kering, angin,
lingkungan dengan suhu ekstrim, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara,
dorong klien / orang terdekat untuk mencari cara mengontrol faktor ini dan faktor di
rumah. (Doenges M.E., 2000 : 162)
Sumber :
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
BIODATA
Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 27 Tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bahasa : Bahasa Indonesia
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Kamboja No. 10, Jabon, Mojokero
No. Register : 070336
Tanggal MRS : 15 Juli 2021 pukul 08.00 WIB
Tanggal pengkajian : 15 Juli 2021 pukul 09.00 WIB
Pasien mengatakan sesak napas dan kepala terasa pusing. Gejala ini timbul sejak dua
hari yang lalu tapi tidak kunjung sembuh, sudah berobat di Puskesmas belum ada
perubahan. Kemudian pasien dibawa oleh keluarga ke Rumah Sakit pada tanggal 15 Juli
2021 pukul 08.00 WIB.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit, sebelumnya apabila
merasa sesak napas pasien hanya berobat ke Puskesmas, yang mana keesokan harinya
sesak napas yang diderita mulai mereda. Sesak napas terjadi jika ia terkena paparan
debu. Pasien memiliki riwayat penyakit sesak napas ini sejak 8 tahun yang lalu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan beberapa anggota keluarganya mempunyai riwayat penyakit asma
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT
1. Waktu Tidur :
SMRS : Pasien biasa tidur 7 jam pada malam hari, mulai pukul 21.00 – 04.00.
Tidur siang hanya 2 jam, mulai pukul 12.00 – 14.00
MRS : Pasien mengatakan tidur 5 jam per hari pada malam hari, mulai pukul
21.00 – 02.00, kadang tidak bisa tidur saat merasa sesak napas dan sering
terbangun. Tidur siang kurang lebih 1 jam, mulai pukul 12.00 – 13.00, kadang
sering terbangun karena lingkungan sekitar yang berisik
2. Waktu Bangun :
SMRS : Pasien bangun dari pukul 04.00 – 12.00 serta dari pukul 14.00 –
21.00
MRS : Pasien bangun dari pukul 02.00 – 12.00 serta dari pukul 13.00 – 21.00
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Pasien mengatakan akan mudah tidur jika
tidak merasa sesak napas, serta keadaan lingkungan sekitar yang tenang
B. POLA ELIMINASI
1. BAB :
SMRS : Pasien mengatakan BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas dan tidak encer
MRS : Pasien mengatakan BAB satu kali sehari dengan konsistensi lunak,
warna kuning, bau khas dan tidak encer
2. BAK :
SMRS : Pasien BAK 6-7 kali per hari, warna kuning, bau khas dan tidak ada
keluhan saat BAK
MRS : Pasien BAK 6-7 kali per hari, dengan bantuan keluarga kadang-
kadang menggunakan pempers
MRS : Pasien mengatakan makan tiga kali sehari dengan diit dari Klinik
tetapi kadang-kadang hanya hanis setengah porsi saja
MRS : Pasien mengatakan makan tiga kali sehari. Pagi pukul 07.00, siang
pukul 13.00, dan malam pukul 18.00
MRS : Pasien minum kurang lebih tujuh gelas per hari dengan air putih
hangat atau air teh hangat
3. Pemeliharaan kuku :
SMRS : Pasien mengatakan sebelum sakit ia memotong kuku satu kali
seminggu
MRS : Pasien mengatakan selama sakit aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
dan perawat karena pasien merasa badannya lemas dan takut bila sesak napasnya
kambuh
DATA PSIKOSOSIAL
A. Orang yang paling dekat dengan klien : Pasien mengatakan orang yang paling
dekat dengannya adalah keluarga, terutama suami pasien
B. Rekreasi
Hobby : Pasien mengatakan jika ia memiliki hobby memasak
Penggunaan waktu senggang : Pasien mengatakan biasanya jika ada waktu
senggang, ia akan bermain dengan kedua anaknya
DATA SPIRITUAL
A. Ketaataan beribadah :
SMRS : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu menjalankan sholat
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum/Keadaan Umum: :
Keadaan umum: lemah
kesadaran: compos mentis
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36ºC Nadi : 110 x/meni
Tekanan darah : 110/70 mmHg RR : 27x/menit
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
b. Kelopak mata (palpebra) : kelopak mata kanan dan kiri simetris, dapat
membuka dan menutup dengan baik, tidak ada benjolan
c. Konjumgtiva dan sclera
Sclera : tidak ikterik
konjungtiva : tidak anemis
d. Pupil : isokor
e. Kornea dan iris : kornea jernih
f. Ketajaman penglihatan/visus : 20/20 kaki
g. Tekanan bola mata : 18 mm Hg
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : terletak persis di tengah,
memisahkan bagian kiri dan kanan hidung menjadi dua saluran dengan
ukuran yang sama
b. Lubang hidung : tidak ada polip, tidak ada pembengkakan
c. Cuping hidung : terdapat pernapasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
b. Ukuran telinga : simetris
c. Ketegangan telinga : tidak terjadi tinnitus (telinga berdenging)
d. Lubang telinga : tidak ada serumen
e. Ketajaman pendengaran : Pasien memiliki pendengaran yang baik dan tidak
perlu disentuh ketika dipanggil
6. Leher
a. Posisi trachea : trakea normal dalam garis lurus di antara otot
sternokleidomastoideus pada leher, dengan mudah digerakkan serta dengan
mudah kembali ke posisi garis tengah setelah di geser
b. Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
c. Kelenjar limfe : teraba
d. Denyut nadi carotis : 110x/menit
D. Pemeriksaan Thorax/Dada
a. Inspeksi Thorax
a. Bentuk thorax : simetris
b. Pernafasan
Frekuensi : 27x/menit
Irama : cepat dan tidak teratur (irreguler)
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : saat dilakukan auskultasi pada dada
terdengar bunyi mengi/wheezing yang menandakan udara mengalir
melalui saluran napas yang menyempit
2. Pemeriksan Paru
a. Palpasi getaran suara (vokal fremitus) : teraba diatas perifer paru
b. Perkusi : hiperresonan
c. Auskultasi
Suara nafas : terdapat suara napas tambahan
Suara tambahan : terdengar bunyi tambahan mengi/wheezing
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi
Ictus cordis : tidak nampak
b. Palpasi
Ictus cordis : kuat angkat
c. Perkusi
Batas-batas jantung : batas jantung tidak melebar
Auskultasi
d. Bunyi jantung I : bunyi jantung I murni “lub”
Bunyi jantung II : bunyi jantung II murni “dup”
Bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi jantung tambahan
Bising/murmur : tidak ada suara bising/murmur
Frekwensi denyut jantung : 110x/menit
E. Pemeriksaan Abdomen:
e. Inspeksi
Bentuk abdomen : simetris
Benjolan/massa : tidak ada benjolan/massa
f. Auskultasi
Peristaltik usus : dalam batas normal
Bising Usus : 15x/menit
Bunyi jantung anak/BJA : tidak ada BJA
g. Palpasi
Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan/massa : tidak ada benjolan/massa
Tanda-tanda ascites : tidak ada tanda – tanda ascites
Hepar : teraba
Lien : teraba
Titik McBurney : tidak ada nyeri tekan
h. Perkusi
Suara abodmen : dullness pada daerah kanan atas, timpani pada
kuadran yang lain.
G. Pemeriksaan Neurologi
t. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/GCS
15 (E: 4, M: 6, V: 5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Asma bronkhiale
Perawat
DO : Pelepasan histamin,
- Takikardia bradikinin, dan
Nadi : 110x/menit prostaglandin
- Terdengar bunyi
mengi/wheezing saat pasien Vasokontriksi otot polos
bernapas
- PCO2 meningkat Broncho kontriksi
mencapai 47 mmHg
- PO2 menurun Bronchospasme
mencapai 73 mmHg
- ph arteri menurun Obstruksi jalan napas
mencapai 7,34
- Bagian tubuh pasien Gangguan pertukaran gas
tampak kebiruan (sianosis)
- Terdapat pernapasan
cuping hidung
- Pola napas terdengar cepat
dan pendek (takipnea)
- Pasien nampak pucat
-
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 16 Juli
2021
09.00 Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
-didapatkan frekuensi pernapasan : Lintang
24x/menit Permata
-irama pernapasan cepat dan tidak teratur
(irreguler)
-pasien nampak sedikit kesulitan
bernapas, pasien bernapas dengan
pernapasan yang dalam
1 17 Juli
2021
09.00 Memonitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya napas
-didapatkan frekuensi pernapasan : Lintang
20x/menit Permata
-irama pernapasan normal dan teratur
(reguler)
-pasien nampak tidak kesulitan bernapas,
pasien bernapas tidak dengan
pernapasan yang dalam