Anda di halaman 1dari 24

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 47 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Solo
Tanggal pemeriksaan : 8 Juni 2020

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat diperoleh dari autoanamnesis dan aloanamnesis dari :
- Tn. W, 23 tahun, S1 Ekonomi, Solo, menikah, Anak kandung
A. Keluhan Utama
Sulit tidur
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Jiwa dengan keluhan sulit tidur. Kurang lebih
7 bulan sebelum periksa ke Poli jiwa, pasien merasakan kurang tidur.
Pasien sulit untuk masuk tidur, dan sering terbangun dinihari dan sulit
untuk tidur kembali. Saat malam tidak bisa tidur, pasien lebih banyak
berbaring di tempat tidur dan gelisah. Pasien juga sering bermimpi buruk
yang membuat pasien menjadi ketakutan dan tidur menjadi tidak nyenyak.
Pasien jika terbangun dari tidur, masih terasa malas untuk melakukan
apapun, tapi pasien tidak mau anak-anaknya tahu kondisinya maka pasien
pura-pura tidak ada masalah dengan dirinya dan begitu juga dimasyarakat
pasien selalu aktif, bisa tersenyum dan seolah-olah bahagia. Pasien di
rumah sering menagis ketika sendiri dikamar, mengatakan anaknya seperti
ini karena didikan pasien, pasien mengatkan semua ini salahnya. Pasien
sering mengeluh susah untuk konsentrasi, mudah lupa, kadang-kadang
bingung, sesak dan nafsu makan yang meningkat sehingga BB pasien naik.
Pasien juga kadang cemas kalau bertemu orang baru dikenal. Pasien takut
orang menagih hutang atau minta pertanggung jawaban karena perbuatan
anak pertamanya.
Kurang lebih bulan oktober 2019 suami pasien meninggal dunia
karena serangan jantung setelah dirawat di RS selama 7 hari, pasien
mengatakan suaminya meninggal karena perbuatan anak pertamanya yang
selalu berbuat masalah. Pasien mengatakan anak pertamanya dari mulai
kuliah sampai ayahnya meninggal selalu membuat masalah yang membuat
pasien tertekan, apalagi setelah suaminya meninggal dunia. Pasien merasa
sendiri, merasa kehilangan suami yang selalu melindunginya, tempat
berbagi dan orang yang paling mengerti dirinya.
Pasien mengalami banyak tekanan. Seperti salah satunya menyiapkan
pernikahan ibunya dimana adik kandung tidak setuju dan anak pertama
calon suami ibu pun juga tidak setuju. Pasien merasa capek dan marah
karena adiknya tidak ingin datang ke pernikahan ibunya dan tidak akan
menemui ibu ke Solo, jika ibunya tetap ingin menikah dengan calon
suaminya. Pasien juga memikirkan sertifikat tanah warisan kakek yang
masih dibawa oleh paman (adik kandung ibu). Selain itu kadang-kadang
tiba-tiba juga muncul sendiri pusing tanpa sebab yang jelas. Pasien juga
tidak patuh minum obat, obat pagi diminum 1 minggu satu kali sedangkan
yang obat malam di minum rutin dan apabila merasa sudah membaik
pasien kadang-kadang tidak mau minum obat karena takut ketergantungan.
Kurang lebih Juli 2010 pasien mengeluhkan sulit untuk memulai
tidur, gelisah setiap mau tidur dan sering terbangun tengah malam, dan
kalau sudah terbangun pasien hanya menangis sendiri. Pasien mengatakan
setiap ada masalah cendrung ada keinginan makan terus menerus sehingga
mebuat BB pasien bertambah. Pasien juga mentakan walaupun ada
masalah yang berat pasien tidak mau bercerita sama anaknya atau orang
lain, pasien berusaha tetap beraktivitas dan aktif dimasyarakat seolah-olah
tidak ada masalah. Karena pasien sering murung dan susah untuk memulai
tidur suami membawa pasien berobat ke alternatif tetapi sudah 2 kali
pengobatan tidak ada perbaikan dan atas saran dokter paskes pertama
pasien berobat ke psikiater. Selama berobat ke psikiater pasien bisa tidur
nyeyak tetapi pagi harinya seperti orang bingung dan mengantuk sekali
sehingga pasien tidak kontrol lagi dan hanya berobat pada dokter di paskes
pertama.
Kurang lebih bulan Mei 2010 pasien mengatakan anak pertamanya
berhenti kuliah dari kampus UNS dan yang membuat pasien sangat syok
dan lansung pinsan adalah saat didatangin keluarga dari pihak perempuan
yang mengaku sudah hamil 8 bulan dan meminta pertanggung jawaban
dari anak pasien. Pasien dan suami berusaha menerima kejadian tersebut
dan mencari jalan terbaik dengan menikahkan anaknya. Suami pasien
walaupun anaknya sudah menikah tetapi tetap menginginkan anaknya
kuliah sehingga anakpertamanya kuliah di salah satu universitas suwasta
di solo. Menurut pasien selama kuliah sampai ayahnya meninggal selalu
membuat masalah, yaitu selalu berbohong tidak membayarkan uang
kuliahnya, meggadaikan montornya dan sering meminjam uang dengan
orang lain untuk minum-minuman alkohol dan selalu ditutupi oleh pasien
dan suaminya. Pasien juga mengatakan anaknya kasar terhadap istrinya,
kadang-kadang membentak dan memukul istrinya didepan pasien.
Semenjak suaminya meninggal dunia, pasien mengusir anaknya dan tidak
diperbolehkan datang kerumah samapai anaknya berubah dan bertaubat.
Sebelum sakit pasien adalah anak yang periang. Dalam menghadapi
masalah cendrung diam dan kemudian menangis. Dalam menceritakan
keluhannya dengan ekpresi emosi yang didramatisasikan sendiri dan
dibesar-besarkan. bersipat sugestif, Selalu aktif di kegiatan masyarakat
karena ingin dilihat modis dalam penampilan sehingga mendapat apresiasi
dari orang lain dan menjadi pusat perhatian.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri :
Disangkal.
2. Riwayat Gangguan Psikiatrik Pada Keluarga :
Disangkal
3. Riwayat Penyakit Medis Umum
a. Riwayat Hipertensi : tidak ada
b. Riwayat Diabetes Mellitus : tidak ada
c. Riwayat Kejang : tidak ada
d. Riwayat Trauma kepala : tidak ada
4. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lain
Disangkal

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut informasi yang didapat pasien dari orang tuanya, pasien
adalah anak tunggal. Pasien merupakan anak yang diharapkan. Saat hamil
ibu tidak menderita penyakit. Pasien lahir normal di ke RS persalinan di
bantu Dokter Kandungan dengan Berat badan 3.2 kg.
B. Periode Masa Bayi (0-1 Tahun)
Menurut informasi yang didapat pasien dari orang tuanya. Pasien
langsung mendapatkan ASI dari ibu. Pasien di asuh oleh kedua orang tua.
Pasien sangat di sayang dan dimanja oleh orang tuanya. pasien berjalan
pada usia 12 bulan.
C. Periode Masa Todler (1-3 tahun)
Pasien benar-benar di sapih ketika pasien usia 2 tahun. Pasien
termasuk anak yang disayang oleh orang tua. Tidak banyak informasi yang
didapatkan.
D. Periode Masa Prasekolah Dan Masa Kanak Awal (3-6 Tahun)
Menurut informasi yang didapat pasien dari orang tuanya. Pasien
anak yang di sayang oleh orang tua. Masuk TK usia 5 tahun. Menurut
ibunya pasien waktu kecil anak periang, Anak yang dimanja sehingga
tidak diperkenankan main keluar rumah dan tidak pernah bekerja dirumah.
E. Periode Usia Sekolah (Usia 6-12 Tahun)
Pada saat SD prestasi biasa saja. Tetapi tidak pernah tinggal kelas,
tidak punya banyak teman, pasien aktif dikegiatan sekolah seperti
pramuka, dan Osis . Pasien sering di bully kawan-kawannya anak cengeng
dan manja. Pasien mengatakan sewaktu SD sering melihat ayah dan
ibunya bertengkar didepan pasien dan pasien sering melihat ibunya
menagis.
F. Periode Remaja (Usia 12-18 Tahun)
Pasien masuk SMP Solo, Prestasi biasa saja. Dan memiliki banyak
teman, tetapi sahabat hanya sedikit. Pasien aktif disekolah dan selalu
mengikuti kegiatan ektrakurikuler. Saat SMA prestasi biasa saja, kelas 3
SMA pasien sudah pacarana dengan orang yang 4 tahun lebih tua darinya.
Setelah tamat SMA pasien hamil diluar nikah sehingga pasien tidak
melanjutkan kuliah tetapi langsung menikah dengan pacarnya.
G. Riwayat Masa Dewasa (19-40 Tahun)
1. Riwayat Pendidikan
Pasien terakhir sekolah SMA.
2. Riwayat Pekerjaan
Ibu rumah tangga.
3. Riwayat Perkawinan
Pasien Menikah tahun 1991 dan memiliki 2 orang putra.
4. Riwayat Agama
Pasien beragama islam, taat dalam beragama. Sering mengikuti
kegiatan pengajian di lingkungan rumah.
5. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengalami menarche sekitar usia 13 tahun. Pasien mulai
berpacaran sejak SMA dan pasien lebih suka dengan laki-laki yang
lebih tua darinya. Pasien pernah berhubungan seksual sebelum
menikah dengan pacarnya.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan polisi karena pelanggaran
hukum.
7. Riwayat Aktivitas Sosial
Pasien aktif mengikuti kegiatan di lingkungan rumah dan sering ikut
pengajian.
8. Riwayat Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama anak keduanya dan menantunya.
Semenjak suami pasien meninggal dunia pasien membuka warung
kelontong supaya ada aktivitas.
9. Persepsi dan Harapan Pasien Tentang Sakitnya
Pasien merasa keluhan sakitnya akibat memikirkan perilaku anak
pertamanya dan pasien berharap anaknya berubah. Pasien berusaha
berobat dan ingin segera sembuh.
IV. RIWAYAT KELUARGA
Genogram

47

Okt 2019
m.1992

28
25 23 22

10

Keterangan gambar

: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki

: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan

: tanda gambar yang menunjukan pasien

: tanda gambar yang menunjukkan telah meninggal

: tanda gambar yang menunjukkan serumah dengan pasien


V. EVALUASI KELUARGA
1. Susunan Keluarga
Keluarga terdiri dari pasien dan kedua anaknya. Suami pasien telah
meninggal dunia oktober 2019.
2. Keadaan Sosial Ekonomi Sekarang
Ekonomi pasien saat ini termasuk menengah keatas dari pensiunan
Suami. Pasien berobat dengan bantuan BPJS.
3. Fungsi Subsistem
Subsistem Pasien-Anak
Hubungan pasien dengan anak pertamanya renggang, bahkan pasien
tidak mau bertemau anaknya sebelum anaknya berubah.

VI. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang wanita, tampak sesuai usia, perawatan diri baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif
3. Pembicaraan
Spontan, volume cukup, intonasi dan artikulasi jelas
4. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Kesadaran
1. Kuantitatif : compos mentis
2. Kualitatif : tidak berubah
C. Mood dan Afek
1. Mood : sedig
2. Afek : depresif
3. Keserasian : serasi
4. Empati : dapat dirabarasakan

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi auditorik : tidak ada
2. Halusinasi visual : tidak ada
3. Ilusi : tidak ada
4. Derelisasi : tidak ada
5. Depersonalisasi : tidak ada
E. Proses Pikir
1. Bentuk : realistik
2. Isi : preokupasi terhadap masalahnya
3. Arus : koheren
F. Kognisi dan Sensorium
1. Orientasi : baik
2. Daya Ingat : baik
3. \Konsentrasi dan perhatian: baik
4. Kemampuan visuospasial : baik
5. Pikiran abstrak : baik
6. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
G. Pengendalian Impuls : baik
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya nilai sosial : baik
2. Daya nilai realitas : baik
3. Tilikan diri / insight : derajat IV
I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan umum baik, tekanan darah 110/80 mmHg. Frekuensi nadi 90
X/menit, regular; laju respirasi = 22 x/ menit; suhu: afebris; konjungtiva
tidak anemis; skelera tidak ikterik; jantung, paru: dalam batas normal;
ekstremitas akral hangat, tidak eodema.

B. Status Neurologikus
GCS : E4 V5 M6. Gejala rangsang selaput otak tidak ada, reflek pupil -/+,
fungsi sensorik dan motorik baik di keempat ekstremitas, reflek fisiologis
normal, reflek patologis tidak ada, tremor tidak ada.

VIII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Wanita 47 tahun dengan keluhan sulit tidur. Pasien sulit untuk masuk
tidur, dan sering terbangun dinihari dan sulit untuk tidur kembali. Malas
beraktivitas, pasien pura-pura tidak ada masalah sehingga pasien selalu aktif,
bisa tersenyum dan seolah-olah bahagia. Pasien di rumah sering menagis
ketika sendiri dikamar. susah untuk konsentrasi, mudah lupa, kadang-kadang
bingung, sesak dan nafsu makan yang meningkat. cemas bertemu orang baru
dikenal. Keluha seperti ini sudah berlangsung 10 taun dan menurut pasien
tidak pernah sembuh. Memberat setelah suminya meninggal dunia. Kurang
lebih Mei 2010 pasien mengatakan anak pertamanya berhenti kuliah dan
melakukan hubungan diluar nikah sampai hamil 8 bulan.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan perempuan, tampak sesuai
usia, perawatan diri baik, psikomotor normoaktif, kontak mata adekuat,
kooperatif. Kesadaran kuantitatif compos mentis, kualitatif tidak berubah,
mood sedih dan afek depresif, isi pikir preokupasi terhadap masalahnya.
Tilikan diri derajat IV.

XI. FORMULASI PSIKODINAMIK


Pasien Ny. A usia 47 tahun datang ke poliklinik jiwa dengan keluhan
utama sulit tidur. Keluhan ini di sertai dengan malas beraktivitas, mudah
Lelah, penurunan konsentrasi, dan nafsu makan yang meningkat. Keluhan ini
sudah dirasakan sejak kurang lebih sejak 2010, setelah pasien mendapat
konflik dengan Anak pertamanya.
Pada pola terkait dengan rasa terhadap self, pasien memiliki kesulitan
yang menonjol dalam beberapa kriteria dari self. Pasien memiliki kesulitan
dalam self esteem (usia 6-12 tahun) dimana kedua orang tuanya sering
bertengkar bahkan pasien sering melihat ibunya menangis, sehingga pasien
tidak bisa mengontrol self esteem regulation dan self mengalami rapuh saat
teman-teman mengatakan pasien anak cengeng dan manja.
Dalam hal adapting, Pasien mengunakan defance mechanisme ego
yang berbeda menghadapi stresor. Ketika menghadapi anaknya pasien
menggunakan defance mechanisme ego lebih adaptif dengan suppresi secara
sadar tidak mau menghiraukan perkataan anaknya dan sublimasi dengan
mengalihkan suatu impuls dengan cara pergi keluar rumah dan ikut pengajian.
Namun pasien juga menggunakan defance mechanisme ego yang kurang
adaptif seperti represi, displacement, dan introyeksi. Berbagai defance
mechanisme ego ini mempengaruhi fungsinya terutama memunculkan simtom
yang sangat menganggunya. Hingga membuat kesulitan dalam kemampuan
mengelola emosinya terutama ketika pasien sedih, membuat tidak terkontrol
yang berdampak pada gangguan tidur, menurunnya konsentrasi, mudah lelah,
peningkatan nafsu makan dan meyalahkan diri sendiri.
Dalam hal work and play, pasien tidak bermasalah. Pasien masih
beraktivitas seperti biasanya dan waktu senggang pasien masih bisa pergi
menonton bioskop dengan anak dan menantunya.

X. FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari yang biasa, pemanfaatan waktu luang dan hubungan sosial. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini menderita gangguan jiwa.
Pada pemerikasaan status internus didapatkan dalam batas normal dan
tidak ditemukan riwayat gangguan medis umum yang berkaitan dengan gejala
psikologis, sehingga diagnosis Gangguan Mental Organik (F00-F09) dapat
disingkirkan.
Dari anamnesis tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan zat
psikoaktif dan alkohol sehingga diagnosa Gangguan Mental Terkait Zat
(F10-F19) dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental tidak ditemukan
adanya gangguan pada persepsi, waham dan RTA sehingga diagnosa
Gangguan Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham
Menetap (F20-F29) dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis ditemukan adanya perasaan sedih, menganggu
fungsi peran sehingga diagnosa Gangguan Mood/Afektif (F30-F39) belum
dapat disingkirkan.
Pada pasien ini didapatkan periode penurunan alam perasaan dan
perasaan sedih yang berlangsung lama dan tidak memenuhi kriteria depresi,
kebanyakan mengalami rasa tertekan dan lelah, pengalaman hidup yang
merupakan upaya yang berat dan tak ada yang dinikmati, memikirkan dan
mengeluh merasa kurang mampu namun masih sanggup mengurus keperluan
kehidupannya sehari-hari, maka sesuai kriteria PPDGJ III, untuk aksis I
diusulkan diagnosis F34.1 Distimia.

Berdasarkan riwayat pre morbid, didapatkan pasien adalah orang yang


manja, selalu ingin modis dalam penampilan, mudah menangis bila pasien
terasa tidak nyaman, sehingga diagnosis axis II pada pasien ini, sehingga
berdasarkan PPDGJ III pada pasien ini aksis II memiliki Ciri Kepribadian
Histerionik
Pada pasien ini ada permasalahan yang mempengaruhi kondisi
psikologis pasien saat ini adalah masalah dengan anak pertamanya, maka aksis
IV ditetapkan masalah dengan Anaknya.
Pada aksis V penilaian menyesuaikan diri menggunakan skala global
assesment of functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan saat
pemeriksaan (current): 70-61 yaitu beberapa gejala ringan & menetap,
disabilitas ringan dalam dalam fungsi, secara umum masih baik. GAF
tertinggi pada tahun sebelumnya atau high level past year (HLPY) : 80-71
yaitu gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah, Dll.

XI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL


Axis l : F34.1 Distemia
DD : 32.10 Episode Depresif Sedang Tanpa Gejala Somatik
Axis ll : Ciri Kepribadian Histerionik
Axis lll : Tidak Ada Diagnosis
Axis lV : Masalah dengan Anaknya
Axis V : GAF current 70-61 dan GAF HLPY 80-71
IV. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologi : Tidak Ada
B. Psikologi : Ciri Kepribadian Histerionik
C. Sosial Ekonomi : Menurunnya fungsi peran

XIII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
Fluoxetin 1 x 10 mg pagi
Sandepril 1x 12.5 mg malam
B. Non-Psikofarmaka
Supportif

XIV. PROGNOSIS
A. Hal Yang Meringankan :
1. Berobat ke institusi yang tepat
2. Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa
B. Hal yang memberatkan :
1. Ciri Kepribadian Histerionik
2. Masalah keluarga
C. Prognosis :
Qua ad vitam : bonam
Qua ad sanasionam : dubia ad bonam
Qua ad fungsionam : dubia ad bonam
XV. DISKUSI

DISTIMIA

Pada zaman ini depresi adalah bagian dari gaya hidup seseorang. Kondisi
yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang sehari-harinya.Depresi adalah
gangguan yang dapat disamakan dengan penyakit influensa, penyakit yang biasa
dan sering menyerang manusia.Depresi sangat mempengaruhi ekonomi negara
dan kemajuan suatu bangsa.Suatu negara dapat bangkit akibat perang/resesi
karena adanya manajemen depresi yang baik.Untuk mengetahui tentang gangguan
depresi lebih dalam, maka saya membagi tulisan ini menjadi beberapa seri. Seri
pertama saya ingin memperkenalkan tentang Distimia (American Psychiatric
Association, 2013).
Distimia adalah mood depresif kronis pada hampir sepanjang waktu dan
menetap sedikitnya selama 2 tahun. Pada distimia, gejala depresinya tidak terlalu
parah tetapi sering bentuk depresifnya bertahan selamanya.Distimia juga
merupakan bentuk depresi ringan yang kronik yang mempunyai hubungan yang
kompleks dengan gangguan depresi mayor (Carta at all., 2010). Distimia
umumnya dimulai saat masa kanak-kanak/remaja, atau pada orangtua setelah
berusia 52 tahun. Distimia yang terjadi sebelum usia 21 tahun disebut distimia
onset dini. Distimia yang terjadi setelah usia 21 tahun disebut distimia late
onset.Distimia onset dini berhubungan dengan komorbid gangguan kepribadian,
sedangkan distimia setelah usia lebih dari 50 tahun berhubungan dengan masalah
kesehatan dan kehilangan anggota keluarga (Perera at all., 2014). Distimia jarang
mulai terjadi pada orang dewasa.Biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak
walaupun menjadi nyata dan terdiagnosis distimia setelah masa dewasa. Atau
dengan kata lain, distimia pada orang dewasa akibat kelanjutan distimia yang
sudah berlangsung sejak usia kanak-kanak atau remaja, sering berasal dari
distimia onset dini bahkan kadang-kadang terjadi mulai usia 5 tahun (Riso at all.,
2017).
Alasan utama mengapa distimia sulit dikenali, karena orang dapat tertekan
tanpa merasakan sedih atau terluka. Orang tersebut menganggap perasaan
tertekannya adalah hal yang biasa setiap harinya “this is just the way I am”.
Biasanya seseorang ditekankan untuk harus mempunyai sifat nerimo dalam
hidupnya yang secara tidak langsung keadaan ini mengakibatkan
distimia.Seseorang yang menderita distimia ibarat lampu yang cahayanya redup
walaupun masih dapat berfungsi dalam kesehariannya dan dapat menerangi orang-
orang di sekelilingnya.Orang distimia tidak optimal dalam fungsi sehari-harinya
dan bila orang distimia tidak melakukan prestasi apapun, orang tersebut merasa
hal ini sudah nasibnya (Sadock, B.J. & Sadock, V.A. 2010).
Orang dengan distimia mengalami masalah yang disingkat (Sleep
disturbance - Energy decrease - Concentration decrease - Appetite change - Self
esteem - Hopelessness). Pasien menggambarkan distimia sebagai mood depresi
selama sekurang-kurangnya 2 tahun dengan nafsu makan yang rendah/berlebihan,
insomnia/hipersomnia, tidak ada energi, harga diri yang rendah, sulit konsentrasi,
tidak bisa memutuskan masalah dan tidak mempunyai harapan. Pasien hampir
sepanjang hari murung, sedih, lelah dan anhedonia, dengan perasaan yang
inadekuat. Sering menuntut dan mengeluh, menyalahkan diri sendiri tetapi pada
saat yang bersamaan mencela orang lain. Pasien distimia bukan orang yang pandai
membawa diri dan pergaulan mereka tidak stabil.
Tipe Distimia
Kriteria diagnosis distimia menurut DSM-IV adalah:
Adanya mood terdepresi di sepanjang hari berdasarkan perasaan subyektif
atau dilihat oleh orang lain. Selama sekurang-kurangnya 2 tahun (1 tahun pada
anak dan remaja digambarkan sebagai mood iritabel) (Depkes, 1993).
Ada 2 (atau lebih) gejala dibawah ini:
- Nafsu makan menurun atau makan yang berlebihan.
- Insomnia atau hipersomnia.
- Kurangnya energi atau kelelahan.
- Citra diri yang rendah.
- Sulit konsentrasi atau sukar mengambil keputusan.
- Perasaan ketidakberdayaan.
Tidak didapatkan episode depresi mayor dan gejala bukan merupakan
remisi parsial dari depresi mayor.
Jika distimia terjadi pertama kali (sekurang-kurangnya 2 tahun, dan 1
tahun pada distimia anak atau remaja) kemudian berkembang menjadi episode
depresi mayor maka dapat didiagnosis sebagai double depression, bila ada depresi
mayor dan distimia yang terjadi secara bersamaan.
Comparative Distimia :
Tidak didapatkan episode mania, hipomania atau siklotimia.
Gejala distimia bukan disebabkan oleh gangguan psikotik kronis seperti
skizofrenia atau gangguan waham.
Gejala bukan diakibatkan oleh obat-obatan, penyalahgunaan zat, terapi
atau kondisi medis (contohnya hipotiroid).Gejala-gejala tersebut menyebabkan
penderitaan atau masalah yang bermakna pada hubungan sosial, pekerjaan atau
fungsi lainnya yang dianggap penting.
Kriteria diagnosis distimia menurut ICD-10 adalah:
- Mood depresi yang menetap/terus menerus selama sedikitnya 2 tahun.
- Jarang timbul periode mood yang normal selama lebih dari beberapa
minggu dan tidak ada episode hipomania.
- Tidak ada atau sedikit sekali, seseorang dengan episode depresi tersebut
mengalami gangguan yang bermakna atau menetap untuk kriteria
gangguan depresi ringan yang rekurens.
- Selama periode depresi tersebut ada sedikitnya 3 gejala di bawah ini:
- Energi/aktivitas yang menurun.
- Sulit tidur.
- Tidak percaya diri dan merasa inadekuat.
- Sulit konsentrasi.
- Sering menangis.
- Kurang minat/menikmati aktivitas seksual atau aktivitas lain yang
biasanya memberikan kesenangan.
- Merasa tidak mampu melakukan tanggung jawab rutin sehari-harinya.
- Pesimis terhadap masa depan atau selalu menyesali masa lalu.
- Menarik diri dari pergaulan.
- Tidak banyak bicara.
Distimia berbeda dengan disforia.Disforia berasal dari kata “bad mood”
yaitu campuran dari suasana hati yang tidak puas, gelisah, depresi, cemas,
iritabilitas.Disforia adalah respon perasaan yang normal saatfrustrasi
dankekecewaan.Hampir semua orang pernah merasakan disforia dari waktu ke
waktu.Perasaan disforia yang kronis dapat berubah menjadi distimia (Weissman
at all., 2012).
Distimia berbeda dengan dukacita.Dukacita (berkabung terhadap kematian
seseorang yang dicintai) sering terlihat seperti depresi.Dukacita yang normal tidak
berlangsung lama (umumnya 3 sampai 6 bulan, kadang-kadang sampai 1 tahun)
dan pada umumnya adalah suatu reaksi yang normal.Dukacita dapat terjadi pada
keadaan orang distimia/depresi. Sebagai catatan: Dukacita adalah peristiwa
depresif yang sebanding dengan keadaan, sedangkan depresi adalah perasaan
dukacita yang terlalu berlebihan untuk suatu keadaan. Distimia berbeda dengan
kesepian walaupun banyak orang distimia sering mengeluh merasa kesepian dan
terasing. Jika rasa kesepian sampai membuat susah atau mengganggu fungsi
sehari-hari maka perasaan tersebut dapat berkembang menjadi distimia (Akiskal
at al., 2018)
Distimia berbeda dengan kesedihan.Kesedihan adalah suatu hal normal
bila mengalami peristiwa tertentu dan tidak dijumpai penurunan fungsi
pekerjaan/aktivitas sosial.Banyak orang distimia tidak mengalami rasa
sedih.Walaupun seseorang dengan perasaan sedih mempunyai resiko tinggi
berkembang menjadi distimia di kemudian hari. Psikodinamika distimia sangat
dipengaruhi oleh 6 faktor utama yaitu psikopatologi keluarga dengan gangguan
mood, awal permasalahan, sifat/kepribadian, faktor kognisi, faktor interpersonal
dan stres kronis.Riwayat keluarga dengan gangguan mood/kepribadian
meningkatkan resiko depresi menjadi kronis.Faktor keturunan pada gangguan
kepribadian ternyata diturunkan secara kuantitatif, bukan secara
kualitatif.Distimia berhubungan dengan pola asuh orangtua yang salah,anak yang
terlantar/tidak diperlakukan sebagaimana mestinya, mengalami beberapa peristiwa
traumatik dan tidak pernah dirawat dengan baik.Ada rasa kehilangan pada awal
masa perkembangan (kematian orangtua, perceraian, perpisahan atau keluar dari
rumah). Termasuk diantaranya terjadi abuse seksual dan fisik, ditinggal orangtua,
sikap acuh tak acuh/penolakan orangtua. Kesengsaraan masa kanak-kanak
berpengaruh pada pembentukan kepribadian dan menyebabkan gangguan
kepribadian; berpengaruh pada gaya hubungan interpersonal dan gaya mencerna
informasi seseorang (Keller at al., 2016).
Berdasarkan sitasi dari Wu W, Wang Z, et al(2013) mencari peran dari
faktor-faktor resiko lingkungan termasuk kejadian kehidupan yang menyebabkan
stres dan pola pengasuhan pada pasien dengan MDD dan distimia.Peneliti
menyampaikan bahwa faktor-faktor resiko ini berlaku dengan cara yang sama
pada gangguan depresi mayor dengan atau tanpa distimia.Hasil kami memeriksa
gejala klinis pada 5.950 wanita cina suku Han dengan MDD antara usia 30-60
tahun diseluruh cina. Kami memastikan hasil lebihdini dengan mereplikasi
analisis pada 3.950 kasus baru MDD tidak ada perbedaan antara kelompok data.
Kami mengidentifikasi 16 peristiwa kehidupan yang membuat stress yang secara
signifikan meningkatkan resiko distimia, mendukung adanya MDD. Kehangatan
yang rendah dari orang tua baik ibu ataupun bapak meningkatkan resiko distimia.
Ancaman dalam kehidupan yang tinggi (misalnya : Pemerkosaan) lebih spesifik
kepada MDD daripada distimia, sementara pada MDD lebih banyak peristiwa
kehidupan yang parah menunjukkan ratio yang lebih besar dari control. Hal ini
tidak terdapat pada MDD dengan atau tanpa distimia (Keller at al., 2016)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association.2013. Diagnostic and Statistical manual of


Mental Disorder5th edition. Washington, DC. American Psychiatric
Publishing.

Akiskal HS, Rosenthal TL, Haykal RF, Lemmi H, Rosenthal RH, et al. (2018)
Characterological depressions. Clinical and sleep EEG findings separating
subaffective dysthymias’ from ‘character spectrum disorders’. Arch Gen
Psychiatry 37: 777–783.

Carta, M.G.; Murru, A.; Hardoy, M.C. & Balestrieri, M. 2010. Dystimia
Disorder: Epidemiology, Diagnosis and Treatment.
https://www.cpementalhealth.com/imedia

Casey, P. & Jabbar, F. 2013. Adjustment Disorder Considered. Advances in


psychiatric treatment (2013), vol. 19, 99–107.

Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 1993: Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta.

Gabbard, G.O.2014. Psychodinamic Psychiatry in Clinical Practise5 th edition,


Washington,DC. American Psychiatric Publishing.

Keller MB, Hirschfeld RM, Hanks D (2016) Double depression: a distinctive


subtype of unipolar depression. J Affect Disord 45: 65–73
Perera, H.; Suveendran, T.& Mariestella, A. 2014. Profile of psychiatric disorders
in the Sri Lanka Air Force and the outcome at 6 months. Mil Med
2004;169:396399.

Riso LP, Klein DN, Ferro T, Kasch KL, Pepper CM, et al. (2017) Understanding
the comorbidity between early-onset dysthymia and cluster B personality
disorders: a family study. Am J Psychiatry 153: 900–906

Sadock, B.J. & Sadock, V.A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.
EGC : Jakarta.

Weissman MM, Leaf PJ, Bruce ML, Florio L (2012) The epidemiology of
dysthymia in five communities: rates, risks, comorbidity, and treatment. Am
J Psychiatry 145: 815–819.
Lampiran 1 dari KASUS NON-PSIKOTIK 5
SKEMA KRONOLOGIS PENYAKIT

 Anak pertama menghamili Suami


Pacarnya dan hamil 8
bulan, keluarga pacarnya Meninggal dunia
menuntut keluarga pasien
untuk bertanggung jawab  Sulit untuk memulai  Pasien mengatakan tidak
 Saat kuliah sering bohong tidur pernah membaik walaupun
 Sering terbangun  Berobat ke  Sulit untuk memulai tidur sudah minum obat dokter
tidak membayarkan
tengah malam Alternatif  Sering terbangun tengah  Pasien tetap bisa beraktivitas
unagkuliah Tidak
 Nafsu makan malam seperti biasa dan jika susah
 menggadaikan motornya membaik
meningkat  Nafsu makan meningkat tidur pasien hanya berobat ke
untuk main judi  Berobat ke
 Menangis sendiri  Bingung paskes pertama
paskes 1 dan  Menangis sendiri
 Didepan umum dirujuk ke
 Pasien tetap beraktivitas dan
seolah olah tidak  Meyalahkan diri sendiri aktif di masyarakat seolah
psikiater
ada masalah olah tidak ada masalah

Mei 2010 Juli 2010 Nov 2010 Okt 2019 Mei 2020 2010 sd 2020

Jan
201
7
Lampiran 2 dari KASUS NON-PSIKOTIK 5
FOLLOW-UP

Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning


18 Mei sedih, suli untuk Compos mentis, Aksis 1 : Distimia Psikofarmaka:
meulai tidur, normoaktif, mood Aksis 2 : C.K Fluoxetin 1 x10 mg pagi
2020
mudah Lelah, sedih, afek Histerionik Sandepril 12.5 mg
malam
penurunan depresif, koheren, Aksis 3 : tidak ada
Non Psikofarmaka :
konsentrasi, insight derajat IV Aksis 4 : Masalah Suportif
nafsu makan dengan Anaknya
meningkat Aksis 5 : GAF 70-61

19 Juni Sedih, tidur Compos mentis, Aksis 1 : Distimia Psikofarmaka:


2020 membaik, nafsu normoaktif, mood Aksis 2 : C.K Fluoxetin 1 x10 mg pagi
makan membaik sedih, afek Histerionik Sandepril 12.5 mg
depresif, koheren, Aksis 3 : tidak ada malam
insight derajat IV Aksis 4 : Masalah Non Psikofarmaka :
dengan Anaknya Suportif
Aksis 5 : GAF 70-61

Anda mungkin juga menyukai