NIM : 1905030203 KELS : E10 MATA KULIAH: SISTEM PETERNAKAN LAHAN KERING PRODI : ILMU PETERNAKAN
ANALISIS AGROEKOSISTEM DESA OESAO
KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG
Pendekatan agroekosistem merupakan suatu metoda pendekatan yang mampu menyajikan
analisis berimbang dalam konteks sistem. Agroekosistem didefinisikan sebagai ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang serta kebutuhan lainnya. Dalam hubungan dengan upaya pembangunan wilayah, modifikasi atau penyesuaian sistem ditingkatkan guna mengejar akselerasi pembangunan yang sedang berlangsung secara terarah dan berimbang. Dalam implementasinya, pendekatan agroekosistem menekankan keterkaitan komponen-komponen sistem yang diamati serta kaitan dan pengaruhnya dengan sifat-sifat sistem. Sifat-sifat sistem yang menjadi perhatian dalam upaya penyeimbangan sistem adalah : a. Produktivitas diartikan sebagai produksi atau pendapatan bersih dalam bentuk fisik yang dihasilkan oleh suatu sistem dalam satuan waktu tertentu. Menurut Anonimous, (1988) produktivitas diartikan sebagai kemampuan memberikan hasil atau produksi dari suatu satuan sumber produksi (lahan, tenaga kerja, energi, atau modal). Secara biologis produktivitas diartikan sebagai kemampuan suatu ekosistem menampung energi atau menghasilkan bahan organik. Produktivitas tersebut dapat dinyatakan sebagai hasil dalam bentuk satuan fisik (kilogram) per satuan waktu (tahun) atau per satuan luas (hektare), atau sebagai pendapatan bersih per satuan luas (hektare), perjam kerja (jam), per satuan energi, atau per jumlah masukan (investasi). b. Stabilitas adalah kemampuan suatu sistem untuk mempertahankan produktivitas dalam posisi tetap dalam gejolak normal dan alami seperti adanya gangguan kecil oleh iklim, temperatur dan lain-lain. Menurut Anonimous (1991) Stabititas diartikan sebagai kemampuan suatu sistem untuk tetap bertahan pada tingkat produktivitas yang sama walaupun mengalami fluktuasi faktor lingkungan (bisa mencakup fisik biologi, sosial dan ekonomi) dalam batas-batas normal atau skala kecil seperti iklim atau pasar. Stabilitas lebih mudah diukur dengan kebalikan dari koefisien variasi angka produktivitas. Untuk mengetahui stabilitas suatu agro-ekosistem diperlukan pengukuran produktivitas dalam suatu seri waktu. Stabilitas akan tampak jelas dari kecenderungan garis grafik. c. Sustainabilitas atau keberlanjutan adalah kemampuan system untuk kembali pada tingkat produktivitas semula karena adanya gangguan besar atau tiba-tiba seperti (hama penyakit, banjir, bencana alam). Sedangkan menurut Anonimous, (1991), sustainabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan produktivitas walaupun ada gangguan yang serius dari lingkungan, baik dalam bentuk stress maupun shock. Stress merupakan gangguan yang sering terjadi, terkadang terus menerus. Stress merupakan gangguan yang relatif kecil, dapat diduga dan berakibat secara kumulatif, misalnya salinitas, keracunan, kemasaman, dan lain-lain. Kadang shock atau gangguan yang terjadi dalam bentuk goncangan mendadak, tidak teratur, relatif besar, tidak dapat diduga, dan dampaknya dapat dilihat dengan segera. Contoh shock antara lain kekeringan, banjir, serangan hama baru, goncangan pasar yang tak terduga. Shock atau goncangan tersebut berupa gangguan alami (hama, banjir) atau buatan manusia (pemangkasan, pemanenan). Shock sukar untuk diukur secara kuantitatif. d. Ekuitabilitas adalah kemampuan sistem untuk mendistribusi pendapatan sistem ke dalam anggota sistem (manusia) yang ada di dalamnya. Ekuitabilitas dapat juga diartikan sebagai kemerataan distribusi perolehan hasil dalam suatu agro-ekosistem di antara penghuni agro-ekosistem yang bersangkutan. Ekuitabilitas dapat diukur dengan kemerataan perolehan produksi dalam bentuk hasil bersih atau pendapatan bersih dari suatu jenjang agro-ekosistem tertentu. PPWS adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang merupakan kegiatan sistematis yang dirancang untuk mendapatkan keterangan, kesimpulan, hipotesis atau penilaian dalam jangka waktu terbatas. GAMBARAN AGROEKOSISTEM KAWASAN DESA OESAO a. Sumber Daya Desa Oesao termasuk dalam wilayah Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang hasil pemekaran dari Kelurahan Oesao. Memiliki luas wilayah ± 4 KM 2 dengan ketinggian tempat 0 hingga 150 m dpl. Topografi tanah di desa ini datar hingga perbukitan dan didominasi oleh areal persawahan. Jenis tanah di desa ini adalah aluvial clay, bobonaro clay. Memilki jumlah penduduk lebih dari 2 ribu orang. Mata pencaharian penduduk umumnya didominasi oleh petani, peternak, sebagai kecil pagawai dan pedagang. Potensi sumber daya lahan terutama lahan pertanian di desa ini cukup luas. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Tuatuka di bagian selatan, sebelah utara berbatasan dengan kelurahan oesao, sebelah barat berbatas dengan desa oefafi dan sebelah timur berbatasan dengan desa Pukdale. Dalam desa ini terdapat berbagai potensi kelembagaan terutama kelompok tani. Kelompok tani yang sekarang masih eksis sebanyak 9 kelompok tani yang berusaha di sektor pertanian. Desa ini ke depan akan mengalami perubahan yang sangat besar karena berada dalam kawasan ibu kota Kabupaten Kupang sehingga kemungkinan ke depan banyak terjadi konversi lahan pertanian akibat dari pertumbuhan dan pengembangan kota Kabupaten Kupang. Iklim Desa Oesao secara umum memiliki dua musim yakni musim kemarau berlangsung dari bulan awal akhir April hingga Akhir Nopember sedangkan musim hujan berlangsung pada bulan Desember sampai dengan bulan April. Berdasarkan klasifikasi ilkim oleh Scmidt dan Ferguson, maka Desa Oesao termasuk wilayah tipe D. Musim kemarau yang relatif cukup panjang ini maka pola usahatani di Desa Oesao sangat bergantung pada bagaimana mengoptimalkan teknologi dalam menunjang pola penggunaan lahannya. Produktifitas lahan sangat tergantung pada pola usaha tani yang dikembangkan serta penggunaan teknologi dalam menunjang keberhasilan usahataninya. Rataan suhu udara di desa ini 290C hingga 37 0C. Vegitasi dan Penggunaan Lahan Desa Oesao memiliki luas wilayah ± 4 KM2 dengan pola penggunaan lahan pekarangan, pemukiman, sawah tadah hujan, kebun/tegalan. Tanaman yang ditanaman di areal wilayah Desa Oesao adalah jagung, padi, hortikultura, pisang, tanaman buah-buahan, tanaman pelindung erosi dan tanaman umur panjang lainnya. Pada bagian wilayah sebelah selatan desa Oesao terdapat beberapa bagian yang berpotensi untuk terjadinya erosi. Kondisi wilayahnya terhampar secara datar hingga bergelombang dan berbukit dengan tingkat kemiringan lebih dari 150. Sumber daya Air Wilayah Desa Oesao tidak memiliki Sumber mata air tetapi warga masyarakat memperoleh sumber air bersih dan kepentingan irigasi dari sumur yang digali disekitar rumah, kebun atau sawah mereka. Untuk kepentingan irigasi setiap tahun masyarakat hanya mengandalkan bendungan untuk mengairi lima komplek persawahannya yakni betamanu, tekat makmur, pauanak A dan pauanak B dan ngalana. Pola usaha tani mereka juga tergantung pada keberadaan air yang disediakan oleh seberapa besar ketersediaan air oleh bendungan dan air tadah hujan setiap tahun. Pendidikan Wilayah desa Oesao telah memiliki fasilitas pendidikan berupa pendidkan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan lanjutan (SMP dan SMA), perguruan tinggi swasta yang menumpang di sekolah SMP oesao tetapi status PT ini tidak mempunyai ijin Direktorat Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Walaupun sarana pendidikan sudah tersedia di Desa Oesao namun distribusi pendidikan di desa ini masih didominasi oleh tamatan pendidikan SD, SLTP, SMA dan sedikit tamatan Perguruan Tinggi. Kondisi ini mengakibatkan inovosi perubahan di tempat ini dalam berbagai aspek masih berjalan lamban. Faktor pendidikan merupakan salah satu aspek yang perlu diberi perhatian dalam pengembangannya karena desa ini sangat dekat dengan Ibu Kota Kabupaten Kupang. Kesehatan Fasilitas kesehatan di desa Oesao berupa postu dan poyandu sedangkan puskesmas dan Rumah Sakit berada di wilayah kelurahan Oesao dan Naibonat. Aksesibilitas terhadap sarana kesehatan cukup terjangkau namun pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan masih rendah sehingga pemanfaatan sarana kesehatan hanya dilakukan pada saat mereka sakit. Hal ini perlu dilakukan peningkatan pemahaman dan pengetahuan dari instansi terkait kepada masyarakat agar ke depan mereka lebih memahami betapa pentingnya kesehatan bagi mereka. Ada beberapa masyarakat masih mengandalkan dukun dan pengobatan tradisional. b. Kultur Sosial Desa Oesao merupakan desa pemekaran tahun 2005 dari kelurahan Oesao di Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Kehidupan sosial kemasyarakatan di desa Oesao tergolong baik karena masyarakat memiliki hubungan sosial dan kemasyarakat yang baik antar sesama. Budaya gotong royong masih ditemukan di Desa Oesao khususnya dalam acara-acara perkawinan, mengerjakan kebun dan sawah dan hubungan kemasyarakatan lainnya. Ada beberapa kelompok tani, kelompok perempuan yang terbentuk di desa Oesao. Masyarakat Desa Oesao terdiri dari suku rote, timor, sabu, flores, sumba, alor, makasar, jawa, warga keturan (cina), sumatera, dll. Masyarakat di desa Oesao didominasi oleh suku rote sehingga memberikan corak yang lebih kepada budaya rote, namun masyarakat telah berasimilasi dengan baik dengan penduduk setempat. Kerohanian/Agama Kehidupan keagamaan di desa Oesao termasuk kondusif. Hubungan antar sesama pemeluk agama termasuk baik, mereka saling membantu dalam beberapa aspek kemanusiaan terutama dalam acara-acara gerejawi. Agama yang ada di desa Oesao terdiri dari protestan, katolik, islam. Masyarakat desa Oesao didominasi oleh agama protestan. Peranan tokoh dan lembaga keagamaan juga sangat besar dalam membina kehidupan beragama dan kebersamaan di desa Oesao dengan demikian maka potensi konflik yang ada di desa ini dapat diredam. Lembaga Adat Adat istiadat dan budaya di desa Oesao masih terpelihara dengan baik khususnya masalah perkawinan walaupun desa ini merupakan desa transisi karena dekat dengan ibu Kota Kabupaten Kupang sehingga pangaruh kehidupan kota perlahan telah mendegradasi budaya di desa ini. Desa di Oesao sudah ada lembaga adat, hanya lembaga-lembaga ini berfungsi saat ada acara perkawinan. Masyarakat belum secara terorganisir untuk melestarikan budaya setempat. Kendatipun masyarakat di desa Oesao sangat heterogen tapi setiap suku memiliki budaya tersendiri. Dalam urusan perkawinan, mereka akan menerapkan adat istiadatnya masing-masing atau berdasarkan kesepakatan keluarga untuk memadukan budaya apabila dalam perkawinan antar suku yang berbeda. Namun demikian kecenderungan mereka lebih memakai adat budaya pihak perempuan. Peranan Wanita Desa ini, telah ada kelompok perempuan yang sangat membantu dalam urusan pembangunan kemasyarakatan yakni menyangkut pendidikan, kesehatan, keagamaan dan sosial kemasyarakatan lainnya. Mereka juga terlibat aktif dalam kegiatan pertanian terutama dalam penanaman, panen, dan pemasaran hasil pertanian. Banyak wanita juga terlibat dalam sektor jasa dan perdagangan. Namun demikian peran mereka masih sangat terbatas sehingga ke depan perlu adanya pembianaan yang berkelanjutan untuk meningkatan peren wanita dalam pembangunan di Desa Oesao. Mata Pencaharian Desa Oesao merupakan salah satu desa yang dekat dengan ibu kota Kabupaten Kupang. Namun demikian mata pencaharian masyarakatnya masih didominasi oleh masyarakat petani. Selain sebagai petani, mata pencaharian masyarakat desa ini adalah peternak, pedagang, pegawai, buruh, tukang dan lain sebagainya. Sumber mata percaharian masyarakat di desa ini memberikan dampak terhadap pendapatan dan kesejatheraan masyarakat. Walaupun sektor jasa dan perdagangan juga mempengaruhi masyarakat sekitarnya karena dekat dengan pasar Oesao. Tanaman yang dihasilkan adalah tanaman pangan, hortikultura, tanaman tanaman keras dan industri. Berbagai jenis tanaman pangan yang diusahakan antara lain padi, jagung, kacang tanah, sayur-sayuran, tomat, mentimun, kubis, sawi, ubi kayu dll. Semua tanaman ini diusakan untuk kebutuhan keluarga dan untuk tujuan ekonomi. c. Sistem Produksi Tanaman Pangan Usaha tani yang dilakukan di desa ini, berupa komoditas padi sawah, padi ladang, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas, tomat, cabe, kubis, bawang merah, bawang putih, kacang panjang, terung, kangkung, paria, sawi dan mentimun. Dengan melihat keragaman dalam pemilihan komoditas maka dapat dikatakan bahwa di desa ini, usahataninya sangat bervariasi tergantung pada keinginan petani sesuai dengan prospek pasar yang ada serta lingkungan yang mendukung usaha tersebut. Biasanya tanaman padi, jagung, kangkung, ubi kayu, ubi jalar dan beberapa komoditas yang cocok pada musim hujan ditanam pada musim hujan sedangkan sayur-sayuran dan buah-buahan lebih cenderung ditanam pada musim kemarau terutama di lahan-lahan yang tidak terjangkau air. Ada sebagaian petani yang dalam mengola lahannya telah menggunakan sapta usaha tani karena didampingi dengan petugas lapangan dari dinas pertanian sedangkan sebagian tidak menggunakan pola sapta usahatani karena tidak ada modal dalam pembelian saprodi dan berbagai alasan lainnya. Perikanan Masyarakat desa Oesao bukanlah masyarakat nelayan oleh karena itu perikanan tidak dikembangkan secara besar-besar di desa tersebut. Hanya saja pemeliharan ikan air tawar juga pernah dikembangkan di desa Oesao untuk kebutuhan gizi rumah tangga dan sebagian dijual. Mamang dulu perikan air tawar dikembangkan di desa Oesao oleh Dinas Pertanian namun sekarang tidak berfungsi lagi. Tanaman Perkebunan Tanaman perkebunan dan industri yang ditanam di desa Oesao adalah kelapa, mangga, jati. Desa Oesao tidak memiliki perkebunan khusus namun tanaman perkebunan dan industri yang ditanam di pekarangan dan kebun mereka sebagai pembatas kepemilikan lahan. Tanaman-tanaman ini akan digunakan untuk kepentingan bangunan untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan untuk pembuatan rumah dan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Peternakan Jenis ternak yang dipelihara di desa Oesao umumnya berkaitan dengan kebutuhan atau kebiasaan setempat. Umumnya ternak yang dipelihara oleh masyarakat adalah unggas, sapi, kuda, babi, kambing. Walaupun padang penggembalaan sudah semakin sulit namun sistem pemeliharaan ternaknya sebagian masih bersifat ektensif tradisional sedangkan yang lain telah digembalakan dengan dijaga oleh gembala. Dengan adanya mesin traktor untuk mengolah tanah sawah maka sekarang hampir tidak ada ternak digunakan untuk mengolah lahan sawah. Ada hampar lahan yang digunakan oleh PT Bumi Tirta untuk pemeliharaan ternak bibit dan pedet. Kondisi peternakan tersebut saat ini masih berfungsi dan di lokasi terlihat ada penanaman kinggrass sebagai pakan. Pengolahan Hasil Pertanian Pengolahan hasil pertanian yang dilakukan oleh masyarakat di desa Oesao adalah masih sangat terbatas. Hasil-hasil pertanian yang diperoleh kebanyakan langsung dijual dipasar. Kreatifitas untuk meningkatkan nilai produk pertanian di desa ini masih sangat sedikit. Oleh karena itu, kedepan perlu ada perhatian dari pemerintah khususnya instansi terkait untuk dapat melakukan pelatihan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan nilai produk hasil petaniannya sehingga memiliki nilai tambah yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan petani. d. Infrastruktur Prasarana Perhubungan Prasarana perhubungan yang terdapat di desa Oesao berupa jalan negara trans timor yang menghubungkan kabupaten kupang hingga timor leste (pada bagian utaranya). Sedangkan pada bagian selatan terdapat jalan kabupaten yang menghubungkan desa Oesao dengan kecamtan amarasi selatan. Selain jalan negara dan kabupaten, ada juga jalan desa yang menghubungkan antar dusun berupa jalan yang belum diaspal. Dengan demikian, maka perlu ada upaya prioritas agar jalan-jalan dusun tersebut diperbaiki/diaspal sehingga mempermudah akses masyarakat. Irigasi Sarana irigasi yang ada di desa Oesao berupa irigasi teknis berupa lima buah bendungan yang digunakan untuk mengairi 712 Ha lahan sawah tadah hujan di lima kompleks persawahan yang berada di desa tersebut. Dari ke lima kompleks persawahan tersebut hanya bendungan di kompleks persawahan ngala yang baik yang masih bisa digunakan untuk mengari 102 Ha sawah di desa tersebut. Sedang empat bendungan yang lainnya sudah rusak dan tidak bisa digunakan untuk mengairi sawah di ke empat kompleks yakni kompleks betamanu seluas 400 Ha, kompleks tekat makmur 75 Ha, lotonuak 75 Ha, pauanak A seluas 35 Ha dan pauanak B seluas 25 Ha. Keempat kompleks yang tidak digunakan untuk sawah biasanya digunakan oleh petani untuk menanam tanaman jagung, sayuran, buah-buah atau (hortikultura). Sarana Pendidikan Sarana pendidikan yang ada di desa Oesao adalah Paud, SD, SMP dan SMA serta beberapa perguruan tinggi swasta yang tak berijin yang menggunakan gedung SMP untuk melakukan proses pembelajaran. Sarana Peribadahan Sarana peribadahan yang ada di desa Oesao berupa gereja kasih karunia Oesao yang biasa digunakan untuk kebaktian atau peribadahan masyarakat yang mayoritas beragama kristen protestan. Sarana Pemasaran Secara khusus sarana pemasaran berupa pasar di desa ini tidak ada, namun wilayah desa Oesao berdekatan dengan pasar Oesao yang berada di wilayah kelurahan Oesao sehingga pamasarn produk hasil pertanian tidak terlalu sulit untuk dipasarkan. Petani kebanyakan membawa hasil usaha berupa saturan dan buah-buahan hasil pertanian mereka di pasar oesao atau ke kota Kupang. Selain pasar Oesao, sarana pemasaran lain yang ada di desa Oesao berupa kios dan toko yang biasa digunaan oleh masyarakat untuk berbelanja dan menjual hasil produknya untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. e. Kebijakan Dalam kawasan agropolitan Oesao Kabupaten Kupang, desa ini masuk dalam tataran pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Kupang yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan. Kawasan ini, dalam rencana menengah pengembangan kawasan agropolitan akan dikembangkan sesuai dengan fungsi- fungsi kegiatan yang dapat dijabarkan kedalam program dan kegiatan tahunan dari semua sektor yang terkait, sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kupang dan Renstra wilayah Kabupaten Kupang. f. Analisis Sistem dan Pemecahan Masalah Komoditas dan Teknologi Berdasarkan kondisi topografi wilayah, secara umum pemamfaatan lahan dapat dikolompokkan menjadi tiga kelompok lahan yakni lahan yang topografinya datar, dimanfaatkan untuk usahatani tanaman pangan, lahan yang topografinya miring, dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan dan lahan yang topografinya bergelombang hingga curam, dikhususkan untuk tanaman kehutanan untuk tujuan konservasi. Lahan-lahan yang datar ditanami tanaman pangan dan tanaman hortikultura seperti padi, kacang tanah, kedelei, bawah merah dan lain-lain. Kelembagaan Kelembagaan yang ada di desa Oesao adalah lembaga pemeritah Desa. Lembaga ini terdiri dari kepala desa, Para Kaur, Dusun, RW dan RT. Wadah ini berkerja secara bersinergi untuk memajukan sistem pemerintahan di desa Oesao. Kendatipun ada banyak hambatan yang dialami dengan berbagai dinamika penduduk, kepala desa bersama perangkatnya dapat melakukan tugasnya untuk menyelenggarakan roda pemerintahan di desa tersebut. Lembaga lain yang ada di desa Oesao adalah Badan Perwakilan Desa (BPD). Badan ini memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menampung aspirasi masyarakat dan unsur perencana, pelaksana dan pengendali pembangunan di tingkat desa. Walaupun lembaga ini sudah ada namun kinerjanya belum begitu optimal. Dengan demikian perlu ada pendampingan dari instansi terkaitan dalam meningkatkan kenerja BPD. Salah satu kelemahan yang mesti dibenahi adalah pembuatan berbagai peraturan desa untuk mengoptimalkan berbagai potensi yang ada di desa tersebut untuk kepentingan masyarakat dalam meningkatkan kesejatheraannya. Selain itu, ada lembaga PKK, Karang Taruna, Lembaga kerohanian, Kelompok-kelompok Tani, Posyandu, penyuluh pertanian. Semua lembaga ini, ikut mendukung pembangunan di desa tersebut. Kelembagaan Ekonomi Kelembagaan ekonomi yang ada di desa Oesao seperti koperasi simpan pinjam, kios-kios, toko ikut membantu menggerakkan roda perekonomian di desa tersebut. Walaupun pasar tidak ada di desa Oesao tetapi pasar Oesao yang berada di kelurahan Oesao jaraknya tidak terlalu jauh dari desa itu sehingga keberadaannya ikut pula membantu sistem perekonomian di desa tersebut. Transportasi dan Komunikasi Transportasi dan komunikasi di desa tersebut dapat dikategorikan sangat memadai karena dilalui oleh jalan negara menuju kabupaten Timor Tengah Selatan dan jalan kabupaten yang menghubungkan desa tersebut dengan Kecamatan Amarasi Selatan. Selain itu pula jalan desa yang menghubungkan antar dusun walau masih berupa jalan tanah atau perkerasan. Komunikasi di desa tersebut dapat dijangkau dengan menggunakan telepon dan telepon mobile sehingga semua arus komunikasi di desa tersebut dapat terjangkau dengan baik.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan hal-hal berikut :
1. Desa Oesao merupakan salah satu di desa di Kabupaten Kupang yang memiliki potansi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan, infrastruktur, sosial, budaya sebagai modal dasar untuk dikembangkan sebagai centra produksi pertanian dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok masayarakat. 2. Jenis komoditi yang diusahakan di desa ini sangat bervariasi tergantung pada tujuan usahatani para petani. 3. Sistem usahatani yang diusahakan didesa tersebut sebagian masih bersifat subsistem atau untuk memenuhi kebutuhan pokok dan sebagian telah dikembangkan ke pola agribisnis untuk meningkatkan pendapatan dan kesejatheraan petani. 4. Desa oesao dalam arah pengembangannya telah masuk dalam kawasan agropolitan Oesao kabupaten Kupang sehingga jika pengembangan desa ini tetap konsisten dengan arah kebijakan, strategi dan pola pengembangan yang tertuang dalam pengembangan kawasan tersebut maka akan memberikan keuntungan bagi pembangunan dan pengembangan desa tersebut. 5. Desa oesao masuk dalam kawasan pengembangan ibu Kota Kabupaten Kupang sehingga peluang terjadinya konversi lahan pertanian menjadi kawasan pemukiman sangat besar sehingga kondisi ini perlu diperhatikan dengan baik oleh seluruh komponen yang berkepentingan. 6. Pola pengembangan usahatani di desa ini telah berkembang hanya belum optimal karena dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan faktor budaya. 7. Jika melihat kalender usahatani di desa ini, maka tingkat penggunaan sebagian lahan diusahakan sepanjang tahun dengan menanam tanaman hortikultura untuk kebutuhan masyarakat dan usaha agribisnis. 8. Ada beberapa kendala yang ditemui di desa ini diantaranya : a. terbatasnya ketersediaan air dan irigari sehingga lahan pertanian tidak dapat diusahakan secara optimal; b. adanya kendala fisik tanah dan tingkat kesuburan tanah pada beberapa areal yang kurang produktif; c. topografi lahan dengan tingkat kemiringan datar hingga curam sehingga menyebabkan erosi pada saat musim hujan; d. sering terjadinya anomali iklim sehingga menyebabkan hujan tidak tersebar secara merata sepanjang tahun; e. kurangnya metoda konservasi lahan dan air di desa ini sehingga kemampuan lahan yang terbatas untuk menyimpan air tanah; f. terbatasnya dukungan teknologi terutama traktor dalam proses produksi; g. terbatasnya saprodi dan keterjangkauan pelayanan dan ketersediaan agroinput dan informasi pemasaranan hasil pertanian h. benih yang digunakan ada yang benih lokal dengan ciri berumur panjang dengan tingkat produktifitas yang rendah atau pembelian bibit non lokal dengan harga yang mahal serta bantuan distribusi bibit oleh pemerintah tidak sinkron dengan waktu tanam. 9. Model sistem usaha peternakan yang kemungkinan diusahakan di desa ini adalah model intensif dan terintegrasi yakni antara ternak-tanaman pangan dan hortikultura. 10. Kelender usahatani dan informasi pasar perlu diperhatikan dengan baik agar dapat menunjang tujuan agribisnis para petani sehingga tidak terkendala pada harga jual komoditas yang diusahakan. 11. Ada beberapa catatan bagi pemerintah untuk menggalakan dan membantu meningkatkan produktifitas para petani dalam usaha pertanian secara berkelanjutan yakni: Pemerintah harus fokus dalam meningkatkan pendapat para petani; berorientasi pada komoditas unggulan dan tetap menjamin ketahanan, keamanan dan kemandirian pangan; Peningkatan produktifitas merupakan kunci dalam peningkatan pendapatan petani; Dukungan dana sangat diperlukan untuk peningkatan produktifitas lahan dan komoditas usahatani; Pemerintah perlu memastikan kondisi infrastruktur dengan keterlibatan pengguna air secara intensif dan meningkatkan efisiensi penggunaan air untuk mencapai panen yang lebih optimal; Kualitas input yang rendah mempengaruhi produktifitas petani, oleh karena itu perlu diperhatikan untuk menunjang usahatani para petani.