Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN BAB 3

Nama : Reza Imanuel Mowata


NIM. : 19190081
Kelas : B Akuntansi
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN DTRUKTUR EKONOMI

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Konsep dan Cara Penghitungan

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utarma atau suatu
keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesjahteran. Jumlah
penduduk bertambah setiap tahun, sehingga dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari
juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun .

Selain dari sisi permintaan (konsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk uga
membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ckonomi
tampa disertai dengan penambahan kesempaan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam
pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus) yang selanjutnya akan
menciptakan suatu kondisi peturtbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemğnuhan
kebutuhan konsynsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dergan peningkatan
oulput 'agregat (barang dan jasa) atau PDB yang trus-menerus. Dalam pemahaman ekonomi
makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang berarti peningkatan PN.

PDB dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama tersebut adalah pendekatan
dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan pengeluaran adalah penghitungan PDB dari
sisi permintaan agregat. Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai oulput (NO)
dari semua sektor ekonomi atau lapangan usaha.

Berdasarkan satu digit, Biro Pusat Statistik (BPS) membagi ekonomi nasional ke dalam 9 sektor,
yaitu pertanian, pertambangan dan penggalian, industri manufaktur, listrik gas dan air bersih,
bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan
jasa perusahaan, dan jasa-jasa. Jadi, PDB adalah jumlah NO dari ke sembilan sektor tersebut.

2. Sumber-Sumber Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan permintaan agregat atau pertumbuhan
penawaran agregat. Dari sisi permintaan agregat, peningkatannya di dalam ekonomi bisa terjadi
karena PN, yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan pemerintah,
meningkat. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sisi permintaan agregat (penggutiaan PDB)
terdiri atas empat komponen: konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk perubahan stok),
konsumsi/pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto (ekspor barang dan jasa minus impor barang
dan jasa).Sisi permintaan agregat di dalam suatu ekonomi bisa digambarkan dalam suatu model
ekonomi makro sederhana sebagai berikut.
Demikian juga dengan persamaan (3.12), karena Indonesia adalah negara kecil dilihat dari
pangsa perdagangan luar negerinya di dalam jumlah volume perdagangan dunia, maka
pertumbuhan ekspor Indonesia lebih ditentukan oleh faktor-faktor eksternal di luar pengaruh
Indonesia, seperti permintaan di negara-negara tujuan ekspor.5" Persamaan (3.13)
menggambarkan, bahwa impor ditentukan oleh tingkat pendapatan di dalarm negeri, selain juga
olch faktor otonom. Semakin tinggi pendapatan masyarakat di Indonesia, sernakin besar
permintaan pasar dalam negeri terhadap impor, yang terdiri atas barang dan jasa untuk keperluan
konsumsi dan kegiatan proses produksi di dalarm negeri. Dari sisi penawaran agregat,
pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan yolunme dari faktor-faktor produksi yang
digunakan, sepert tenaga kerja, modal (kapital), tanah; faktor produksi terakhir ini khususnya
penting bagi sektor pertaniar), dan energi. Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh
peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut. Jadi, relasi antara cutput dengan faktor
-faktor produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sebagai berikut.

3.Analisis empiris

a. Era Orde Baru: Indonesia Calon 'Macan Asia' Baru?

Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum
terjadi krisis keuangan Asia 1997/1998), dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami
suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling ilak pada ingkat makro (agregat).
Keberhasilan ini dianggap banyak kalangan sebagai prestasi paling besar dari pemerintahan orde
baru di bawah kepermimpinan Presiden Soeharto. Pahkanı, pencapaian yang cemerlang ini
sampai membuat Bank Dunia menobatkan Indonesia bersama-sarma dengan Malaysia dan
Thailand sebagai "Macamn Asid" baru. Macan Asia yang sudah ada waktu itu, di luar Jepang,
adalah Korea Selatan, Hong Kong (sekarang menjadi HK-Cina, karena sudah masuk menjadi
bagian dari negara Cina), Taiwan (atau Cina-Taipei, karena Cina menganggapnya sebagai salah
satu provinsinya), dan Singapura.

Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro. Dua d antaranya yang
umum digunakan adalah laju pertumbuhan PDB per talun dan tingkar PN per kapita. Seperti
yang ditunjukkan di Gambar 3.1, sejak tahun 1996, awal berdirinya orde baru atau sejak tahun
1969, awal dari pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional yang ditandai dengan dimulainya
pelaksanaan Repelita I, hingga menjelang krisis keuangan Asia (1997-1998), laju pertumbuhan
PDB Indonesia rata-rata per tahun sekitar 7 persen hingga 8 persen. Prestasi ini membuat
Indonesia sebagai salah satu negara di ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi
Walaupun dermikian, penjelasan di atas tersebut tidak mengatakan, bahwa selama pembangunan
ekonomi orde baru tidak ada sedikit pun masalah. Sebaliknya, selama 70-an dan 80-an, proses
pembangunan ekonomi di Indonesia mengalami culup banyak goncangan yang cukup serius,
terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti merosotnya harga minyak mentah di
pasar internasional menjelang pertengahan 1980 an, dan resesi ekonomi dunia pada dekade yang
sama. Sejak pemerintahan orde baru, Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka, goncangan-
goncangan eksternal seperti itu sangat terasa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

b. Era Reformasi Hingga Kabinet Kerja Jokowi

Sejak berhpkhirnya krisis keuaingan Asia 1997-1998 hingga tahun 2014, Indonesia masih
dilanda krisis dua kali yang semutanya bersumber dari luar; yakmi krisis konori global pada
periode 2008-2009 yang berasal dari krisis keuangan di AS, dan krisis zona Euro pada pariode
2010-2012 yang disebabkan oleh krisis utang luar negeri (ULN) di sejumlah negara anggota Uni
Eropa (UE). Namun, berbeda dengan pengalaman sewaktu krisis keuangan Asia, selama dua
krisis tersebut, Indonesia tetap bisa tumbuh positif. Bahkan, data dari Badarn Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dan BPS menunjukkan laju pertumbuhan PDB Indonesia
cenderung terus meningkat setiap tahunnya, dapsekitar 3,3 persen pada.

c. Prospek 2014 ke Depan

Seperti yang dilustrasikar secara diagram di Gambar 3.8, secara teori, prospek perekonomian
Indonesia tahu depan (seperti juga perékonomian negara-negara lain pada umumpya) ditentukan
sécara simultan oleh dua kelompok faktor, yakni faktorfaktor globaf (yang adalah di luar kontrol
Indonesia) dan faktor-faktor dalam negeri Kelompok faktor dalam negeri selanjutnya bisa dibagi
dalam dua sub-kelompok yakni kebijakan (kebijakan fiskai, kebijakan moneter, kebijakan
investasi, kebijakan pengupahan, kebijakan harga, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kinerja dari perusahaan-perusahaan di
dalarm negeri) dan sub-kelompok non-kebjakan. Yang terakhir ini terdiri atas sub-kelompok
faktor-faktor internal perusähaan yang menentukan kapasitas produksi dan kemampuan.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menargetkan perturmbuhan ekonormi tahun 2014 antara 6,4
hingga 6,9 persen, dari awalnya hanya 6 persen!. Target ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan
dari sejumlah lembaga dunia/regional lainnya. Misalnya, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Permbangunan (OECD) memprediksi pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya sekitar 6 persen; Bank Indonesia (BI) memprediksi antara 5,8 hingga
6,2 persen, Bank Dunia sekitar 5,3 persen, dan Dana Moneter Internasional (IMF) 5,0-5,5 persen.
Sementara itu, di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPIMN) laju
perturmbuhan ekonomi pada tahun.

d. Jebakan Pehdapatan Menengah

Walaupun lambat, nämun laju pertumbuhan PDB Indonesia berangsur-angsur naik, yang pada
tahun 2004 sudah mencapai di atas 5 persen day hingga saat ini tertinggi pernah mencapai 6,5
persen pada tahun 2011. Bahkan, saat ini Indonesia sudah menjadi negara dengan laju
pertumbuhan ekonomi tertinggi setelah China. Dengan PDB yang terus meningkat, Indonesia
muncul sebagai kekuatan baru yang ikut mendorong pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
global. Tidak heran jika Indonesia diajak bergabung dengan 20 ckonomi besar di dunia, yakni
G20. Selain itu, Indonesia sekarang uga dimasukkan di dalam kelompok 10 negara dengan
pertumbuhan ekonomi yang inggi, yakni BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China), Korea Selatan,
Indonesia, Meksiko,Turki, Mesir, dan Taiwan, yang disebut sebagai Emerging and Growing-
Leading Economis.

B. Perubahan Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu
perubahan mendasar dalarm struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian
sehagai sektor utama ke ckononi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non-primer,
khususnya industri manufaktur dengan incrasing reharns to scale (relasi positif antara
pertumbuhan eutput dan pertu.buhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama
penggerak pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988), Ada kecenderungan (dapat dilihat sebagai suatu
hipotesis), bahwa sermakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi
pendapatan masyarakat per kapita, maka semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan
asumsi faktor-faktor penentu lain yang mendukung proses tersebut, seperti manusia (tenaga
kerja), bahan baku dan teknologi tersedia.

1. Sumber-Sumber Perubahan

Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total
pertumbuhan nilai tambah bruto (NTB) dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan sebagai
berikut. Dengan memakai persamaan (3.7), dimisalkan di suatu ekonomi haliya ada dua sektor,
yaitu industri dan pertanian dengan NTB masing-masing, vaitu NTB. dan NTB, yang
membentuk PDB:

2. Analisis Empiris

Kalau dilihat sejak awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa
pruses perupahan struktur ekonomi Ihdonesia cukup pesat. Pada tahun 1970, nilai output atau
nilai Jambah bruto (NTB) dari sektor pertanian, peternakan, kehutana, dan perikanan
renyumbang sekitar 15 peisen terhadap penibentukan PDB, dan pada dekade 1990-an shdah dli
bawah 20 persen. Sedangkan sumbangan cutpud dap industri pengolahan terhadap pcmbentukan
PTB terus mengalami peningkatan setiap talun vang pada rahun 2006 tercaat sadah nencapai
sekitar 28 persen. Perkembagan ini jelas rienrcninkan ekonnini nasicnal teah mengalami suatu p
nubahan secara struktural dlalon: 9,lnde hel kaiuan tot yang cenderung akan besifangsung terus.
Struktur PDB dapat juga dikaji dari sisi penyebaran kesempatan kerja/tenaga kerja yang bekerja
menurut sektor ekonomi. Berdasarkan data terakhir yang tersedia dari BPS, per bulan Agustus
2013, sektor pertanian (termasuk peternakan, kehutanan dan perikanan) menyumbang sekitar
38,07 persen terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap ekonomi pada bulan tersebut (Tabel
3.6). Dibandingkan dengan bulan yang sama satu tahun sebelumnya, struktur lapangan pekerjaan
hingga bulan Agustus 2013 tidak mengalami perubahan, dimana sektor pertanian, sektor
perdagangan, sektor jasa kemasyarakatan, dan sektor industri pengolahan secara berurutan masih
menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan
keadaan di bulan Agustus 2012, jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan, tetapi
bukan di sektor pertanian dan sektor pertambangan yang merupakan dua sektor utama saat
tingkat pembangunan ekonomi masih relatif rendah, sesuai teori yang telah dibahas sebelumnya
di atas, melainkan terutama di sektor jasa masyarakat yang ericatat menyerap 1,1 juta pekerja
atau sekitar 6,49 persen, disusul kemudian berturuttirut oleh sektor perdagangan sebanyak 580
ribu orang (2,50 persen), serta sektor uangan sebanyak 250 ribu pekerja (9,40 persen).
Sedangkan sektor-sektor ekonomi yang mengalami penurunan tenaga kerja adalah terutama
sektor pertanian, sektor bangunan, dan sektor industri pengolahan, masing-masing, 2,08 persen,
7,51 persen, dan 3,19 persen.

Mungkin yang paling bagus untuk mengukur intensitas dari perubahan struktur ekonomi dari sisi
kesempatan kerja adalah sumbangan dari sektor pertanian terhadap jumlah penciptaan
kesempatan kerja di dalam ekonomi. Lebih bagus lagi jika dibandingkan dengan sumbangan dari
sektor industri karena perubahan peran dari kedua sektor tersebut di dalam ekonomi (terutama
dalam kesempatan kerja dan penbentukan/pertumbuhan PDB) umum digunakan untuk mengukur
perubahan struktur ekonomi. Dua tabel berikut mempresentasikan sumbangan dari masing-
masing sektor pertanian dan sektor industri terhadap jumlah kesempatan kerja di ASEAN
menurut negara anggota. Di Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa di semua negara yang datanya
tersedia, peran dari sektor tersebut di dalam penyerapan tenaga kerja memang menurun.
Misalnya di Indonesia, dari 55,9 persen pada tahun 1990 menjadi 35,02 persen pada tahun 2013;
di Kamboja dari 81,4 persen pada tahun 1995 ke 54,3 persen pada tahun 2013. Yang lainnya
untuk jangka waktu yang sama adalah, imisalnya, di Malaysia dari 26,0 persen menjadi 13,0
persen; di Filipinaydari 44,9 persen menjadi 31,0 persen; Thailand dari 63,3 persen merosot ke
41,7 persdn; dan di Vietnam dari 72,1 persen menjadi 46,8 persen. Sedangkan di Tabe! 3.8,
treanya kebalikannya: di semua negara anggota (terkecuali Singapura, Filipina, dan Malaysia)
porsi dari sektor industri dalam jumlah orang yang bekerja meningkat. Di Mampoja, laju
kenaikannya relatif pesat dari hanya 23 persenpada tahun 1995 menjadi 8,1 persen pada tahun
2013.

Anda mungkin juga menyukai