Anda di halaman 1dari 2

Sistem kesehatan dalam Islam tersusun atas 3 (tiga) unsur sistem.

Pertama, peraturan, baik peraturan berupa syariat Islam, kebijakan maupun peraturan teknis
administratif. Kedua, sarana dan peralatan fisik seperti rumah sakit, alat-alat medis, dan sarana
prasarana kesehatan lainnya. Ketiga, SDM (sumber daya manusia) sebagai pelaksana sistem
kesehatan yang meliputi dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya.

Karenanya, Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotek,
pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran, apoteker, perawat, bidan, dan sekolah
lainnya yang menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan
pengobatan lainnya.

Negara juga wajib mengadakan pabrik yang memproduksi peralatan medis dan obat-obatan;
menyediakan SDM kesehatan baik dokter, apoteker, perawat, psikiater, penyuluh kesehatan, dan
lainnya. Semua disediakan Khilafah sejumlah kebutuhan yang ada di seluruh wilayah negara Khilafah.
Jumlah tenaga medis sebanding dengan jumlah warga negara, dengan perbandingan berdasarkan
kapasitas optimum pelayanan kesehatan. Tidak boleh tenaga medis over-capacity dalam pelayanan.
Negara wajib menjamin tidak ada kondisi kekurangan tenaga medis baik kondisi biasa maupun
kondisi pandemi.

Pembiayaan untuk semua itu diambil dari kas baitulmal, baik dari pos harta milik negara ataupun
harta milik umum. Biaya pendidikan kedokteran dan keperawatan juga kebidanan, semua di-
cover penuh baitulmal.

Sistem kesehatan yang unggul ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam. Pelayanan Kesehatan
dalam sejarah Khilafah Islam bisa kita bagi dalam tiga aspek. Pertama, tentang pembudayaan hidup
sehat. Kedua, tentang pemajuan ilmu dan teknologi kesehatan. Ketiga, tentang penyediaan
infrastruktur dan fasilitas kesehatan.

Sehebat apapun penemuan dalam teknologi kesehatan, hanya akan efektif menyehatkan masyarakat
bila mereka sadar hidup sehat, kemudian menggerakkan penguasa membangun infrastruktur
pencegah penyakit dan juga fasilitas bagi yang terlanjur sakit. Para tenaga kesehatannya juga orang-
orang yang profesional dan memiliki integritas. Bukan orang-orang dengan pendidikan asal-asalan
serta bermental pedagang.

Menarik untuk mencatat bahwa di dalam Daulah Islam, pada tahun 800-an Masehi, madrasah
sebagai sekolah rakyat praktis sudah terdapat di mana-mana. Tak heran bahwa kemudian tingkat
pemahaman masyarakat tentang kesehatan pada waktu itu sudah sangat baik.

Kaum Muslim secara sadar melakukan penelitian-penelitian ilmiah di bidang kedokteran secara
orisinal dan memberikan kontribusi yang luar biasa di bidang kedokteran. Bahkan mereka memiliki
genre yang khas, melampaui genre yang ada saat itu, seperti kedokteran Yunani, India, Persia, dan
karya-karya tokoh kedokteran kuno (Hippocrates, Celcus atau Galen). Era kejayaan Islam telah
melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-
Rushd, Ibn-Al-Nafis, Ibn- Maimon, dan tokoh lainnya.

Pada zaman Pertengahan, hampir semua kota besar Khilafah memiliki rumah sakit. Di Cairo, rumah
sakit Qalaqun dapat menampung hingga 8000 pasien. Rumah sakit ini juga sudah digunakan untuk
pendidikan universitas serta untuk riset. Rumah Sakit ini juga tidak hanya untuk yang sakit fisik,
namun juga sakit jiwa. Di Eropa, rumah sakit semacam ini baru didirikan oleh veteran Perang Salib
yang menyaksikan kehebatan sistem kesehatan di Timur Tengah. Sebelumnya pasien jiwa hanya
diisolir dan paling jauh dicoba diterapi dengan ruqyah.

Semua rumah sakit di dunia Islam dilengkapi dengan tes-tes kompetensi bagi setiap dokter dan
perawatnya, aturan kemurnian obat, kebersihan dan kesegaran udara, sampai pemisahan pasien
penyakit-penyakit tertentu. Rumah-rumah sakit ini bahkan menjadi favorit para pelancong asing yang
ingin mencicipi sedikit kemewahan tanpa biaya, karena seluruh rumah sakit di Daulah Khilafah bebas
biaya.

Begitulah pelayanan kesehatan Islam terbaik di sepanjang sejarah ini tidak pernah lepas dari
paradigma yang shahih bahwa kesehatan adalah salah satu kebutuhan asasi rakyat dan negara wajib
menjaminnya.

Tak ayal, memang sudah waktunya kaum muslimin dan manusia seluruhnya beralih pada satu-
satunya sistem alternatif untuk mengelola kehidupan ini, agar senantiasa sesuai fitrah. Itulah
Khilafah, sistem pemerintahan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah, penegak syariat kaffah.

 Wallahu a’lam bi ash-shawab

Anda mungkin juga menyukai