Anda di halaman 1dari 6

d.

Hubungan Agama Islam dengan Agama Para Nabi Sebelumnya


Kata Islām berasal dari bahasa Arab aslama - yuslimu- islāman. Dalam
kamus Lisān al-‘Arab dijelaskan bahwa Islām mempunyai arti semantik sebagai
berikut: tunduk dan patuh, berserah diri, menyerahkan, memasrahkan, mengikuti,
menunaikan, menyampaikan, masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau
kemurnian.
Penamaan agama yang benar dengan Islām adalah sesuai dengan makna-
makna semantik yang terkandung dalam kata Islām, bahkan semua makna itu
merupakan ruh Islam dan landasan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Pernyataan ini
sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. 3: 19 “bahwa agama dihadirat Allah
hanyalah Islam dan Dia tidak menerima kecuali agama Islām”
Ini berarti bahwa agama Allah itu hanyalah satu, yakni Islam. Islam
sebagaimana dipaparkan di atas adalah agama para Rasul, dari mulai Nabi Adam
as. sampai Nabi Muhammad saw. Firman Allah swt. Q.S. Ali Imran ayat 19-20
menurut Ibnu Katsīr, mengandung pesan dari Allah bahwa tiada agama di sisi-
Nya, dan yang diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam, yaitu mengikuti
Rasul-Rasul yang diutus-Nya di zamannya, hingga berakhir dengan Muhammad
saw. dengan kehadiran beliau, telah tertutup semua jalan menuju Allah kecuali
jalan dari arah beliau, sehingga siapa yang menemui Allah setelah diutusnya Nabi
Muhammad saw.
Dari analisis ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa: setiap Nabi
memiliki syari’at yang berbeda dengan yang lainnya. Meskipun demikian
dasardasar agama mereka memiliki persamaan, yakni meliputi persamaan pada
dasar akidah, yaitu percaya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, percaya kepada
para utusaan-Nya, malaikat-Nya dan hari kiamat, dasar Ibadah yaitu menunaikan
sholat dan zakat serta ta’at kepada Allah dan dasar akhlaq serta keutamaan, yaitu
perintah jujur, menepati janji dan menunaikan amanah. Ini menunjukkan bahwa
meskipun jalan yang digunakan berbeda, namun tujuan mereka sama-sama Islam,
yakni ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam ajaran
yang dibawa oleh para Rasul. Islam adalah agama semua Nabi. Kata “Islām”
untuk ajaran para Rasul sebelum Nabi Muhammad saw merupakan sifat
ketundukan dan kepasrahan makhluk kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedang kata
“Islām” bagi ajaran umat Nabi Muhammad memiliki keistimewaan dari
kesinambungan sifat itu, sekaligus menjadi tanda dan nama baginya.
e. Metode Dakwah Nabi Muhammad SAW.
Metode dakwah yang digunakan Rasulullah periode Mekah adalah:
1) Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang
yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah:
Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari
kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal
serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu
Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman
(pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-
sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal
Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2) Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari
kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar
dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara
lain sebaga berikut:
a) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk
menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau
banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari
kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya.
Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin
Haritsah.
b) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama
yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di
Bukit Shafa.
Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang,
dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu
Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang
ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul
Aqabah. IsiBai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib
bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu,
mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah
ke Yatsrib.
Metode dakwah yang digunakan Rasulullah periode Madinah adalah:
1. Bil Qolam
Dakwah melalui tulisan (Bil Qolam) merupakan salah satu metode
dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk mengajak beriman bagi
kaum tertentu. Contoh dakwah Rasul dengan Bil Qolam pada periode
Madinah adalah adanya piagam Madinah dan surat yang ditujukan kepada
kaisar Heraclius yang termasuk dalam perjanjian Hudaibiyah.
2. Dakwah Bil Hal
Dakwah Bil Hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata.Hal ini dimaksudkan agar penerima dakwah mengikuti jejak da‟i,
dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri seorang penerima
dakwah. Contoh dakwah Bil Hal ini dengan mendirikan Masjid Quba dan
mempersatukan kaum Anshor dan kaum muhajirin dalam ikatan ukhuwah
Islamiyah.
3. Dakwah Bil Lisan
Dakwah Bil Lisan adalah sebagai penyampaian pesan dakwah yang
melalui lisan, berupa ceramah atau komunikasi antar da‟i dan mad‟u yang
menjelaskan pokok-pokok ajaran Islam. Contoh dakwah ini adalah saat Rasul
berkhutbah pada khutbah Jum‟at.

f. Nabi Muhammad SAW Diutus untuk Seluruh Umat Manusia


Al-Qur'an mengatakan secara tegas bahwa Nabi Muhammad Saw memiliki
akhlak yang sangat agung. Bahkan dapat dikatakan bahwa pengangkatan beliau
sebagai nabi adalah keluhuran budi pekertinya. Hal ini difahami dari wahyu
ketiga yang antara Lain mengatakan bahwa:" Sesungguhnya (Muhammad) berada
di atas akhlak yang agung (QS. al-Qolam :4).29 Dalam ayat lain, Allah juga
Berfirman betapa penting kedudukan Nabi di tengah seluruh ciptaan-Nya.
Diantaranya dalam (QS. al-Hadid :25) artinya: "Sesungguhnya Kami telah
mengutus Rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata, dan telah
kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
menegakkan keadilan." Selain itu juga dalam (QS. al-Ahzab :45-46) artinya:
"Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan bahwa setiap kaum akan diutus
seorang rasul untuk membimbing umat manusia,".
Bila para nabi sebelumnya diutus untuk umatnya masingmasing secara lokal,
maka Nabi Muhammad Saw diutus untuk seluruh umat manusia dengan
membawa ajaran yang sempurna dan lengkap, berlaku untuk manusia di mana
saja, sepanjang masa, sejak zaman Nabi Muhammad Saw. sampai akhir zaman.
Kesempurnaan risalah yang dibawa Nabi Muhammad Saw ini bisa kita simak dari
al-Qur'an. (QS. ali 'Imran :3)32 Dalam kaitan ini Nabi Muhammad bersabda:
"Demi Allah yang jiwaku berada pada genggaman-Nya seandainya Musa a.s.
hidup, dia tidak dapat mengelak dan mengikutiku" (HR Imam Ahmad).
Dalam kenyataan bahwa kedatangan Nabi Muhammad Saw benar-benar
menjadi rahmat bukan saja bagi manusia, melainkan juga untuk segala makhluk.
Kemudian al-Qur'an juga menerangkan bahwa diutusnya Muhammad Saw.
Merupakan rahmat bagi alam semesta dan membawa berita gembira buat seluruh
umat manusia. (QS. Saba' :28).

A. Asal Mula Islam Masuk ke Indonesia


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Proses
masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang
mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang
masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula
yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang
barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh
pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya, Marcopolo,
Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah, Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard
Wainsted. Sedangkan sumber-sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia
diantaranya adalah:
a. Berita dari Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke
Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur
pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat
Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab dengan kerajaan Sriwijaya
terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya dengan
sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa. Pendapat ini dikemukakan oleh
Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas
dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan
mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin
Nuh. Bahkan Hamka menuduh bahwa teori yang mengatakan Islam datang
dari India adalah sebagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang
datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.
b. Berita Eopa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang
pertama kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina
menuju eropa melalui jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk
mengantarkan putrinya yang dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari
perjalannya itu ia singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia
menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan
ibukotanya Pasai. Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C.
Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M. Vlekke.
c. Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai
peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia. Karena disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan
agama dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya,
terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisisr pantai. Teori ini
lahir selepas tahun 1883 M. Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung
teori ini, diantaranya adalah Dr. Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern,
dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.
d. Berita Cina
Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang
mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui
tulisannya bahwa sejak kira-kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar
Islam yangbertempat tinggal di pantai utara Pulai Jawa.11 T.W. Arnol pun
mengatakan para pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di
Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad-
abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina
disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab menjadi
pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera
(disebut Ta’shih).
e. Sumber dalam Negeri
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan
berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu
di Leran (Gresik). Batu bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab,
yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang meninggalnya
seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti Maimun (1028). Kedua,
Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan
Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Ketiga, makam Syekh Maulana
Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan didatangkan
dari Guzarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.

http://ejournal.uin-suka.ac.id/ushuluddin/esensia/article/download/1289/1140
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/idajhs/article/view/1356
https://umma.id/article/share/id/1002/243111
http://eprints.walisongo.ac.id/298/3/084211026_Bab2.pdf
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/3._SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-
INDONESIA_.pdf

Anda mungkin juga menyukai